-
Mengapa Saudara Harus Berintegritas?Menara Pengawal—2008 | 15 Desember
-
-
Mengapa Saudara Harus Berintegritas?
”Hakimilah aku, oh, Yehuwa, . . . sesuai dengan integritas dalam diriku.”—MZ. 7:8.
1, 2. Situasi umum apa saja yang bisa menghadirkan tantangan pada integritas seorang Kristen?
BAYANGKAN tiga situasi ini: Seorang anak lelaki diejek beberapa teman sekolahnya. Mereka memanas-manasinya supaya ia marah, mungkin berbicara kasar atau berkelahi. Apakah ia akan membalas, atau menahan diri lalu pergi dari situ? Seorang suami sedang sendirian di rumah dan melakukan riset di Internet. Sebuah kotak muncul di layar komputernya, mengiklankan situs yang tidak senonoh. Apakah ia akan tergoda dan mengunjungi situs itu, atau memastikan untuk tidak melihatnya? Seorang wanita Kristen sedang mengobrol dengan beberapa saudari sewaktu percakapan berbelok ke arah yang negatif, menjadi gosip yang menyakitkan tentang seorang saudari di sidang. Apakah ia akan ikut-ikutan, atau mencoba mengalihkan topik percakapan?
2 Meskipun ketiga situasi itu tampaknya berbeda, ada satu kesamaan. Ketiganya menyangkut perjuangan untuk mempertahankan integritas Kristen. Apakah Saudara memikirkan integritas sewaktu menghadapi kekhawatiran, kebutuhan, dan tujuan dalam kehidupan? Sehari-hari, orang memikirkan penampilan, kesehatan, kesulitan mencari nafkah, suka duka persahabatan, bahkan mungkin hubungan asmara mereka. Hal-hal seperti itulah yang menyita banyak perhatian mereka. Namun, apa yang khususnya penting bagi Yehuwa sewaktu Ia menyelidiki hati kita? (Mz. 139:23, 24) Integritas kita.
3. Yehuwa membiarkan kita membuat pilihan apa, dan apa yang akan kita bahas di artikel ini?
3 Yehuwa, Sumber dari ”setiap pemberian yang baik dan setiap hadiah yang sempurna”, telah memberikan berbagai hal kepada kita masing-masing. (Yak. 1:17) Kita bersyukur kepada-Nya karena telah dikaruniai tubuh, pikiran, kesehatan yang cukup baik, dan berbagai kesanggupan. (1 Kor. 4:7) Walaupun demikian, Yehuwa tidak memaksa kita menunjukkan integritas. Ia membiarkan kita memilih apakah kita mau mengembangkan sifat ini. (Ul. 30:19) Karena itu, kita perlu memeriksa apa artinya integritas. Kita juga akan membahas tiga alasan mengapa sifat ini teramat penting.
Apa Artinya Integritas?
4. Apa yang tersangkut dalam integritas, dan apa yang kita pelajari dari hukum Yehuwa mengenai korban binatang?
4 Banyak orang kelihatannya agak bingung dengan makna integritas. Misalnya, sewaktu para politikus menggembar-gemborkan integritas mereka, yang dimaksudkan tampaknya adalah kejujuran. Kejujuran memang penting, tetapi sifat itu hanyalah bagian dari integritas. Dalam Alkitab, integritas dikaitkan dengan kelengkapan dan kemurnian moral. Kata-kata Ibrani yang berkaitan dengan ”integritas” berasal dari kata dasar yang artinya murni, utuh, atau tanpa cela. Salah satu dari kata-kata Ibrani tersebut digunakan untuk menggambarkan korban yang dipersembahkan kepada Yehuwa. Allah hanya berkenan pada binatang yang tidak bercacat, atau utuh. (Baca Imamat 22:19, 20.) Yehuwa mengecam keras orang yang meremehkan petunjuk-Nya dengan mengorbankan binatang yang timpang, sakit, atau buta.—Mal. 1:6-8.
5, 6. (a) Berikan contoh yang memperlihatkan bahwa kita sering menghargai sesuatu yang utuh, atau lengkap. (b) Apakah manusia harus sempurna agar dapat berintegritas? Jelaskan.
5 Sudah lazim jika seseorang mencari dan menghargai sesuatu yang utuh, atau lengkap. Sebagai contoh, bayangkan seorang kolektor buku yang menemukan buku berharga yang sudah lama ia cari-cari, tetapi ternyata beberapa halaman pentingnya hilang. Dengan kecewa, ia menaruhnya kembali di rak. Atau, bayangkan seorang wanita yang menyusuri pantai sambil memunguti kerang yang terempas ombak. Takjub akan keragaman dan keindahan karya ciptaan itu, sesekali ia membungkuk untuk memeriksanya. Mana yang akan ia simpan? Kerang yang utuh dan lengkap. Demikian pula, Allah mencari orang-orang yang memiliki keutuhan, atau kelengkapan.—2 Taw. 16:9.
6 Namun, Saudara mungkin bertanya apakah kita harus sempurna agar bisa berintegritas. Karena kita telah rusak akibat dosa dan ketidaksempurnaan, kita mungkin cenderung membayangkan diri kita mirip seperti buku yang tidak lengkap atau kerang yang rusak. Itukah yang kadang-kadang Saudara rasakan? Yakinlah bahwa Yehuwa tidak berharap kita sempurna secara mutlak. Ia tidak pernah mengharapkan lebih daripada yang dapat kita lakukan.a (Mz. 103:14; Yak. 3:2) Meskipun demikian, Ia berharap kita berintegritas. Jadi, adakah perbedaan antara kesempurnaan dan integritas? Ada. Sebagai gambaran: Seorang pemuda mencintai seorang gadis yang ingin ia nikahi. Tidaklah masuk akal jika ia mengharapkan kesempurnaan dari gadis itu, tetapi sudah sepatutnya jika ia berharap gadis itu sepenuh hati mengasihi dia, ya, hanya mencintai dia seorang. Demikian pula, Yehuwa adalah ”Allah yang menuntut pengabdian yang eksklusif”. (Kel. 20:5) Ia tidak mengharapkan kesempurnaan dari kita, tetapi berharap kita mengasihi Dia dengan sepenuh hati, beribadat kepada Dia saja.
7, 8. (a) Yesus memberikan teladan apa mengenai integritas? (b) Apa makna integritas berdasarkan Alkitab?
7 Kita mungkin teringat akan jawaban Yesus sewaktu ia ditanya hukum mana yang paling penting. (Baca Markus 12:28-30.) Yesus tidak hanya memberikan jawabannya; ia hidup sesuai dengan itu. Ia memberikan teladan terbaik dalam mengasihi Yehuwa dengan segenap pikiran, hati, jiwa, dan kekuatannya. Ia memperlihatkan bahwa integritas dinyatakan, bukan dengan kata-kata saja, melainkan juga dengan tindakan positif yang digerakkan oleh motif yang murni. Kalau ingin berintegritas, kita harus mengikuti langkah-langkah Yesus.—1 Ptr. 2:21.
8 Jadi, makna integritas berdasarkan Alkitab adalah: pengabdian sepenuh hati kepada satu Pribadi surgawi, Allah Yehuwa, dan kepada kehendak serta maksud-tujuan-Nya yang sudah dinyatakan. Berintegritas berarti bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita akan berupaya di atas segalanya untuk menyenangkan Allah Yehuwa. Prioritas hidup kita akan mencerminkan prioritas-Nya. Mari kita bahas tiga alasan mengapa integritas sangat penting.
1. Integritas Kita dan Sengketa Kedaulatan
9. Bagaimana integritas pribadi kita berkaitan dengan sengketa kedaulatan universal?
9 Kedaulatan Yehuwa tidak bergantung pada integritas kita. Kedaulatan-Nya adil, kekal, dan universal. Fakta itu tidak akan berubah, tidak soal apa yang dikatakan atau dilakukan makhluk mana pun. Akan tetapi, kedaulatan Allah telah difitnah habis-habisan di surga dan di bumi. Karena itu, pemerintahan-Nya perlu dibenarkan—dibuktikan benar, adil, dan pengasih—di hadapan semua makhluk yang cerdas. Sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, kita senang membicarakan kedaulatan universal Allah dengan siapa pun yang mau mendengarkan. Namun, bagaimana kita sendiri dapat menentukan sikap dalam sengketa ini? Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita memilih Yehuwa sebagai Penguasa kita? Dengan berintegritas.
10. Tuduhan apa yang Setan lontarkan mengenai integritas manusia, dan apa yang ingin Saudara lakukan?
10 Perhatikan bagaimana integritas Saudara tersangkut. Setan pada dasarnya menyatakan bahwa tidak satu manusia pun akan mendukung kedaulatan Allah, dan tidak satu orang pun akan melayani Yehuwa karena kasih yang tidak mementingkan diri. Di depan banyak makhluk roh, si Iblis berkata kepada Yehuwa, ”Kulit ganti kulit, segala sesuatu yang dimiliki orang akan ia berikan ganti jiwanya.” (Ayb. 2:4) Perhatikan bahwa hinaan Setan ini tidak hanya ditujukan kepada Ayub yang adil-benar, tetapi juga kepada umat manusia secara umum. Itulah sebabnya, Alkitab menyebut Setan ”penuduh saudara-saudara kita”. (Pny. 12:10) Ia menantang Yehuwa dengan mengatakan bahwa orang Kristen—termasuk Saudara—tidak akan tetap setia. Menurut Setan, Saudara akan mengkhianati Yehuwa demi menyelamatkan diri sendiri. Bagaimana perasaan Saudara terus-menerus dituduh seperti itu? Tidakkah Saudara senang jika dapat membuktikan Setan pendusta? Saudara dapat melakukannya dengan mempertahankan integritas.
11, 12. (a) Contoh apa saja yang menggambarkan bahwa keputusan kita dalam soal sehari-hari berkaitan dengan masalah integritas pribadi? (b) Mengapa mempertahankan integritas merupakan suatu kehormatan?
11 Maka, dengan adanya sengketa integritas, tingkah laku dan pilihan Saudara sehari-hari pun menjadi sangat penting. Perhatikan lagi ketiga situasi yang disebutkan sebelumnya. Bagaimana mereka bisa mempertahankan integritas? Anak yang diolok-olok teman-teman sekolahnya itu hampir saja membalas dengan kata-kata pedas, tetapi ia ingat nasihat ini, ”Janganlah melakukan pembalasan, tetapi berilah tempat kepada kemurkaan Allah; karena ada tertulis, ’Pembalasan adalah hakku; aku akan membalas, kata Yehuwa.’” (Rm. 12:19) Ia pergi dari situ. Suami yang menggunakan Internet bisa saja melihat gambar-gambar yang merangsang, tetapi ia ingat prinsip dalam kata-kata Ayub, ”Suatu perjanjian telah kuadakan dengan mataku. Maka bagaimana mungkin aku memperhatikan seorang perawan?” (Ayb. 31:1) Pria itu pun tidak mau membiarkan matanya memandang gambar-gambar yang tidak senonoh, maka ia menghindarinya bagaikan racun. Wanita yang mengobrol dengan teman-temannya bisa saja mendengar sedikit gosip negatif, tetapi ia menahan diri karena mengingat petunjuk, ”Marilah kita masing-masing menyenangkan sesamanya dengan apa yang baik untuk membinanya.” (Rm. 15:2) Kalau diceritakan kembali, gosip itu tidaklah membina, malah bisa merusak nama baik saudari Kristennya, juga tidak akan menyenangkan Bapak surgawinya. Jadi, ia mengendalikan lidahnya dan mengalihkan topik percakapan.
12 Dalam setiap kasus tadi, dengan pilihannya, setiap orang Kristen itu seakan-akan menyatakan, ’Yehuwa adalah Penguasa saya. Saya akan berupaya melakukan apa yang menyenangkan Dia dalam hal ini.’ Sewaktu membuat pilihan dan keputusan pribadi, apakah Saudara mengingat hal tersebut? Jika itu yang Saudara lakukan, Saudara bisa benar-benar hidup sesuai dengan kata-kata yang menghangatkan hati di Amsal 27:11, ”Hendaklah berhikmat, putraku, dan buatlah hatiku bersukacita, agar aku dapat memberikan jawaban kepada dia yang mencela aku.” Sungguh suatu kehormatan besar bahwa kita bisa membuat hati Allah bersukacita! Tidakkah kita patut mengerahkan segala upaya untuk mempertahankan integritas?
2. Dasar Penghakiman Ilahi
13. Bagaimana kata-kata Ayub dan Daud memperlihatkan bahwa integritas adalah dasar yang Yehuwa gunakan untuk menghakimi kita?
13 Kita tahu bahwa dengan berintegritas, kita bisa mendukung kedaulatan Yehuwa. Maka, integritas adalah dasar yang bisa Allah gunakan untuk menghakimi kita. Ayub sangat memahami kebenaran ini. (Baca Ayub 31:6.) Ayub tahu bahwa Allah menimbang seluruh umat manusia dalam ”timbangan yang akurat”, dengan standar keadilan-Nya yang sempurna untuk menilai integritas kita. Daud mengatakan hal serupa, ”Yehuwa sendiri akan menjatuhkan vonis atas bangsa-bangsa. Hakimilah aku, oh, Yehuwa, sesuai dengan keadilbenaranku dan sesuai dengan integritas dalam diriku. . . . Dan Allah sebagai yang adil-benar menguji hati dan ginjal.” (Mz. 7:8, 9) Kita tahu bahwa Allah dapat melihat ke bagian terdalam dari manusia batiniah kita, ”hati dan ginjal” kiasan. Namun, kita perlu mengingat apa yang Ia cari. Seperti yang Daud katakan, Yehuwa menghakimi kita sesuai dengan integritas kita.
14. Mengapa kita tidak boleh menganggap diri tidak mampu mempertahankan integritas karena kita tidak sempurna dan berdosa?
14 Bayangkan Allah Yehuwa sedang menyelidiki jutaan hati manusia dewasa ini. (1 Taw. 28:9) Seberapa sering Ia menjumpai orang yang memiliki integritas Kristen? Relatif sangat jarang! Akan tetapi, janganlah kita menganggap diri tidak mampu mempertahankan integritas karena kita tidak sempurna. Sebaliknya, kita punya alasan yang kuat untuk percaya, seperti Daud dan Ayub, bahwa Yehuwa akan mendapati kita berintegritas, sekalipun kita tidak sempurna. Ingat, kesempurnaan tidak menjamin kita akan terus berintegritas. Hanya ada tiga manusia sempurna yang pernah hidup di bumi, dan dua di antaranya, Adam dan Hawa, gagal mempertahankan integritas. Sebaliknya, jutaan manusia yang tidak sempurna telah berhasil. Saudara pun bisa berhasil.
3. Sangat Penting untuk Harapan Kita
15. Bagaimana Daud memperlihatkan bahwa integritas sangat penting untuk harapan kita akan masa depan?
15 Karena Yehuwa menggunakan integritas sebagai dasar untuk menghakimi kita, integritas sangat penting untuk harapan kita akan masa depan. Daud mengetahui benarnya hal ini. (Baca Mazmur 41:12.) Ia sangat menghargai harapan untuk menerima perkenan Allah selama-lamanya. Seperti halnya orang Kristen sejati dewasa ini, Daud berharap untuk hidup kekal, terus mendekat kepada Allah Yehuwa dan melayani Dia. Daud mengerti pentingnya terus berintegritas jika ia ingin harapan itu terwujud. Demikian pula, Yehuwa mendukung kita, mengajar kita, membimbing kita, dan memberkati kita seraya kita terus berintegritas.
16, 17. (a) Mengapa Saudara bertekad untuk selalu memegang teguh integritas? (b) Pertanyaan apa saja yang akan dibahas di artikel berikut?
16 Harapan sangat penting untuk kebahagiaan kita sekarang ini. Harapan bisa memberikan sukacita yang kita butuhkan untuk melewati masa-masa sulit. Harapan juga bisa melindungi pikiran kita. Ingat, Alkitab menyamakan harapan dengan ketopong. (1 Tes. 5:8) Ketopong melindungi kepala prajurit dalam pertempuran, demikian pula harapan melindungi pikiran kita dari cara berpikir negatif dan pesimistis yang Setan sebarkan dalam dunia tua yang sedang sekarat ini. Tanpa harapan, betapa merananya hidup ini. Kita perlu memeriksa diri sendiri dengan jujur, memikirkan baik-baik seberapa teguh integritas kita dan harapan yang berkaitan dengannya. Jangan lupa bahwa dengan berintegritas, Saudara menjunjung kedaulatan Yehuwa dan melindungi harapan yang berharga akan masa depan. Semoga Saudara selalu memegang teguh integritas!
17 Karena integritas begitu penting, kita perlu membahas beberapa pertanyaan lebih lanjut. Bagaimana caranya memiliki integritas? Bagaimana kita bisa mempertahankannya? Dan, apa yang bisa dilakukan jika seseorang kehilangan integritasnya selama suatu waktu? Artikel berikut akan mengulas pertanyaan-pertanyaan itu.
[Catatan Kaki]
a Yesus berkata, ”Oleh karena itu, kamu harus sempurna, seperti Bapak surgawimu sempurna.” (Mat. 5:48) Ia pasti mengerti bahwa manusia yang tidak sempurna pun bisa lengkap, atau sempurna, secara relatif. Kita bisa mematuhi perintah untuk mengasihi orang lain secara limpah dan dengan demikian menyenangkan Allah. Akan tetapi, Yehuwa sempurna dalam arti yang mutlak. Apabila digunakan untuk Allah, kata ”integritas” juga mengartikan kesempurnaan.—Mz. 18:30.
-
-
Apakah Saudara Akan Memegang Teguh Integritas?Menara Pengawal—2008 | 15 Desember
-
-
Apakah Saudara Akan Memegang Teguh Integritas?
”Sampai aku mati aku tidak akan menyingkirkan integritasku dari diriku!”—AYB. 27:5.
1, 2. Kita perlu melakukan proyek pembangunan apa, dan pertanyaan apa saja yang akan kita bahas?
BAYANGKAN Saudara sedang melihat-lihat denah sebuah rumah. Saudara kagum akan desainnya yang praktis. Saudara membayangkan betapa enaknya jika Saudara sekeluarga bisa tinggal di rumah itu. Namun, tidakkah Saudara setuju bahwa denah itu dan apa pun yang Saudara bayangkan tidak akan ada gunanya jika Saudara tidak membangun rumah itu, pindah ke sana, dan kemudian merawatnya?
2 Demikian pula, kita mungkin terkesan dengan integritas sebagai sifat yang penting dan akan sangat bermanfaat bagi kita dan orang-orang yang kita kasihi. Namun, sekadar mengagumi integritas tidak akan ada faedahnya jika kita tidak membangun lalu memelihara, atau mempertahankan, integritas Kristen kita. Sekarang ini, proyek pembangunan harfiah biasanya membutuhkan biaya besar. (Luk. 14:28, 29) Demikian pula, membangun integritas membutuhkan waktu dan upaya, namun semua itu tidak akan sia-sia. Mari kita bahas tiga pertanyaan: Bagaimana caranya menjadi orang yang berintegritas? Bagaimana caranya mempertahankan integritas Kristen kita? Apa yang bisa dilakukan jika seseorang kehilangan integritasnya selama suatu waktu?
Bagaimana Caranya Menjadi Orang yang Berintegritas?
3, 4. (a) Bagaimana Yehuwa membantu kita membangun integritas? (b) Bagaimana kita bisa membangun integritas, sebagaimana dicontohkan oleh Yesus?
3 Di artikel sebelumnya, kita belajar bahwa Yehuwa mengangkat martabat kita dengan membiarkan kita memilih apakah kita mau menjadi orang yang berintegritas. Namun, syukurlah, Ia tidak membiarkan kita tanpa bimbingan. Ia mengajar kita caranya membangun sifat berharga ini, dan Ia dengan limpah memberikan roh kudus-Nya, yang membantu kita menerapkan ajaran-Nya. (Luk. 11:13) Ia bahkan memberikan perlindungan rohani bagi orang-orang yang berupaya berjalan dengan integritas.—Ams. 2:7.
4 Bagaimana Yehuwa mengajar kita untuk berintegritas? Yang terutama, dengan mengutus Putra-Nya, Yesus, ke bumi. Sepanjang hidupnya, Yesus menunjukkan ketaatan yang sempurna. Ia ”taat sampai mati”. (Flp. 2:8) Dalam segala hal, Yesus menaati Bapak surgawinya, bahkan sewaktu hal itu luar biasa sulit. ”Bukanlah kehendakku, melainkan kehendakmu yang terjadi,” katanya kepada Yehuwa. (Luk. 22:42) Kita masing-masing sebaiknya bertanya, ’Apakah saya punya semangat ketaatan seperti itu?’ Dengan berupaya untuk selalu taat disertai motif yang benar, kita akan menjadi orang yang berintegritas. Perhatikan beberapa bidang kehidupan yang khususnya membutuhkan ketaatan.
5, 6. (a) Bagaimana Daud menandaskan pentingnya berintegritas bahkan sewaktu kita tidak dilihat orang lain? (b) Tantangan apa yang orang Kristen hadapi dewasa ini untuk tetap berintegritas sewaktu sendirian?
5 Kita perlu menaati Yehuwa bahkan sewaktu kita kelihatannya sendirian. Sang pemazmur Daud menyadari pentingnya integritas pada saat-saat ketika ia sepertinya sendirian. (Baca Mazmur 101:2.) Sebagai raja, Daud sering muncul di muka umum. Tidak diragukan, ia sering diamati oleh ratusan, bahkan ribuan, orang. (Bandingkan Mazmur 26:12.) Berintegritas pada waktu-waktu seperti itu penting, sebab seorang raja perlu memberikan teladan bagi rakyatnya. (Ul. 17:18, 19) Akan tetapi, Daud tahu bahwa pada waktu ia sepertinya sendirian—’di dalam rumahnya’—ia harus tetap berjalan dengan integritas. Bagaimana dengan kita?
6 Di Mazmur 101:3, kita membaca kata-kata Daud, ”Aku tidak akan menaruh di depan mataku perkara yang tidak berguna.” Ada banyak kesempatan dewasa ini untuk menaruh hal-hal yang tak berguna di depan mata kita, terutama sewaktu kita sendirian. Akses ke Internet telah menimbulkan tantangan bagi banyak orang dalam soal ini. Mudah bagi kita untuk tergoda melihat gambar-gambar yang tidak pantas, bahkan pornografi. Akan tetapi, apakah hal itu merupakan tindakan ketaatan kepada Allah yang mengilhami Daud untuk menuliskan kata-kata itu? Pornografi berbahaya, sebab itu mengobarkan hasrat yang salah dan tamak, merusak hati nurani, merongrong perkawinan, dan merendahkan martabat setiap orang yang terlibat.—Ams. 4:23; 2 Kor. 7:1; 1 Tes. 4:3-5.
7. Prinsip apa yang bisa membantu kita berintegritas sewaktu kita sendirian?
7 Tentu saja, tidak ada hamba Yehuwa yang benar-benar sendirian. Bapak kita yang pengasih selalu memperhatikan kita. (Baca Mazmur 11:4.) Alangkah senangnya Yehuwa jika Ia melihat Saudara menolak godaan! Dengan berbuat demikian, Saudara mengindahkan peringatan yang tersirat dalam kata-kata Yesus di Matius 5:28. Maka, bertekadlah untuk tidak melihat gambar-gambar yang akan menggoda Saudara berbuat salah. Jangan tukar integritas Saudara yang berharga dengan perbuatan memalukan seperti melihat gambar atau bacaan porno!
8, 9. (a) Tantangan apa yang dihadapi Daniel dan teman-temannya untuk berintegritas? (b) Bagaimana kaum muda Kristen dewasa ini menyenangkan Yehuwa dan rekan-rekan Kristen?
8 Kita juga bisa berintegritas dengan menaati Yehuwa sewaktu berada di antara orang-orang yang tidak seiman. Ingatlah Daniel dan tiga temannya. Mereka ditawan ke Babilon sewaktu masih remaja. Di sana, di antara orang-orang kafir yang kurang atau sama sekali tidak mengenal Yehuwa, keempat pemuda Ibrani itu ditekan untuk menyantap makanan enak-enak yang dilarangkan Hukum Allah. Mereka bisa dengan mudah mencari dalih untuk berkompromi. Bukankah orang tua mereka, para tua-tua, dan para imam tidak bisa melihat apa yang dilakukan mereka berempat? Siapa yang bakal tahu? Yehuwa sendiri. Maka, mereka mengambil pendirian yang teguh dan menaati Dia tidak soal tekanan dan risikonya.—Dan. 1:3-9.
9 Di seputar dunia, kaum muda Saksi-Saksi Yehuwa mengikuti haluan serupa, berpegang pada standar Allah bagi orang Kristen dan tidak mau menyerah pada tekanan teman yang mencelakakan. Sewaktu kalian, kaum muda, tidak mau ikut-ikutan dalam penggunaan narkoba, kekerasan, kata-kata kotor, amoralitas, dan perbuatan salah lainnya, kalian sedang menaati Yehuwa. Itu artinya kalian memegang integritas. Kalian akan mendapat manfaat, dan kalian menyenangkan Yehuwa dan rekan-rekan Kristen!—Mz. 110:3.
10. (a) Anggapan salah apa tentang percabulan yang menyebabkan beberapa anak muda mengkompromikan integritas mereka? (b) Bagaimana integritas akan membantu kita menentukan sikap sehubungan dengan bahaya percabulan?
10 Kita juga perlu taat sewaktu berinteraksi dengan lawan jenis. Kita tahu bahwa Firman Allah melarangkan percabulan. Akan tetapi, semangat ketaatan bisa dengan mudah menyerah kepada semangat serbaboleh. Misalnya, beberapa anak muda telah melakukan seks oral atau seks anal atau saling memasturbasi, dan berdalih bahwa perbuatan ini tidak begitu buruk karena menurut mereka, hal-hal itu secara teknis bukan ”hubungan seks”. Mereka lupa—atau mungkin sengaja mengabaikan—bahwa kata yang Alkitab gunakan untuk percabulan mencakup semua praktek tersebut, yakni perbuatan salah yang bisa mengakibatkan seseorang dipecat.a Namun, yang lebih parah lagi, mereka mengabaikan perlunya integritas. Karena kita berjuang untuk tetap berintegritas, kita tidak mencari-cari celah untuk melakukan perbuatan yang buruk. Kita tidak mencoba menyerempet-nyerempet dosa dalam batas yang dianggap aman dari hukuman. Kita tidak hanya berfokus pada konsekuensi yang mungkin diberikan panitia pengadilan atas suatu perbuatan salah. Sebaliknya, kita berfokus untuk melakukan apa yang menyenangkan Yehuwa, dengan menghindari apa yang menyakiti perasaan-Nya. Kita tidak ingin mencoba-coba seberapa dekat kita bisa menyerempet dosa, sebaliknya kita ingin menjauhinya dan ’lari dari percabulan’. (1 Kor. 6:18) Dengan demikian, kita memperlihatkan bahwa kita berintegritas dalam makna yang sebenarnya.
Bagaimana Caranya Mempertahankan Integritas?
11. Mengapa setiap tindakan ketaatan penting? Berikan gambaran.
11 Kita membangun integritas dengan ketaatan, jadi kita mempertahankan integritas dengan terus berada dalam haluan ketaatan. Satu tindakan ketaatan mungkin tampaknya tidak berarti—suatu hal sepele. Namun, seiring dengan berlalunya waktu, tindakan-tindakan tersebut membentuk suatu pola ketaatan. Sebagai gambaran: Sebuah batu bata mungkin tampaknya tidak berarti, tetapi jika kita menyusun banyak batu bata dengan rapi, kita bisa membangun sebuah rumah yang bagus. Jadi, dengan terus menambah tindakan ketaatan, kita mempertahankan integritas.—Luk. 16:10.
12. Bagaimana Daud memberikan teladan dalam mempertahankan integritas ketika menghadapi perlakuan buruk dan ketidakadilan?
12 Integritas kita menjadi sangat nyata sewaktu kita bertekun menghadapi kesulitan, perlakuan buruk, atau ketidakadilan. Ingatlah teladan Daud dalam Alkitab. Sewaktu masih muda, ia mengalami penindasan dari raja yang seharusnya mewakili wewenang Yehuwa. Raja Saul telah kehilangan perkenan Yehuwa dan sangat dengki terhadap Daud, yang Allah perkenan. Namun, selama suatu waktu, Saul tetap berkuasa dan menggunakan pasukan Israel untuk memburu Daud. Yehuwa membiarkan ketidakadilan ini berlangsung selama beberapa tahun. Apakah Daud sakit hati terhadap Allah? Apakah ia memutuskan bahwa tidak ada gunanya untuk bertekun? Tidak. Ia tetap menunjukkan respek yang dalam pada kedudukan Saul sebagai orang yang diurapi Allah, tidak mau membalas dendam terhadap Saul sewaktu ada kesempatan.—1 Sam. 24:2-7.
13. Bagaimana kita bisa mempertahankan integritas jika kita sakit hati atau tersinggung?
13 Teladan Daud benar-benar ampuh bagi kita dewasa ini! Kita adalah anggota sidang jemaat sedunia yang terdiri dari orang-orang yang tidak sempurna, dan siapa pun bisa memperlakukan kita dengan tidak adil atau bahkan meninggalkan kebenaran. Tentu, kita bersyukur bahwa kita hidup pada masa ketika umat Yehuwa secara keseluruhan tidak pernah bisa dirusak lagi. (Yes. 54:17) Namun, bagaimana reaksi kita seandainya seseorang membuat kita kecewa atau sakit hati? Jika kita membiarkan kemarahan kepada seorang rekan seiman meracuni hati kita, integritas kita kepada Allah bisa terancam. Tingkah laku orang lain tidak bisa kita jadikan alasan untuk sakit hati atau menjadi tidak setia terhadap Allah. (Mz. 119:165) Dengan bertekun bahkan sewaktu mengalami cobaan, kita akan dibantu mempertahankan integritas.
14. Bagaimana orang yang berintegritas akan menanggapi perubahan di bidang organisasi dan pemurnian doktrin?
14 Kita juga dapat mempertahankan integritas dengan menghindari sikap kritis dan suka mencari-cari kesalahan. Dengan demikian, kita tentu loyal kepada Yehuwa. Ia memberkati umat-Nya sekarang lebih daripada yang sudah-sudah. Sepanjang sejarah, belum pernah ibadat yang murni begitu ditinggikan di bumi. (Yes. 2:2-4) Apabila ada penyesuaian dalam pengertian ayat-ayat Alkitab atau caranya beberapa hal dilakukan, kita akan menerimanya. Kita senang melihat bukti bahwa terang rohani masih terus bertambah. (Ams. 4:18) Jika kita merasa sulit untuk memahami suatu perubahan, kita memohon agar Yehuwa membantu kita mengerti pokok tersebut. Sementara itu, kita terus taat, mempertahankan integritas kita.
Bagaimana jika Seseorang Tidak Mempertahankan Integritas?
15. Hanya siapa yang bisa merenggut integritas Saudara?
15 Pertanyaan itu membuat kita berpikir, bukan? Seperti yang kita pelajari di artikel sebelumnya, integritas mutlak perlu. Tanpa itu, kita tidak memiliki hubungan dengan Yehuwa dan tidak memiliki harapan sejati. Ingatlah: Hanya ada satu orang di alam semesta ini yang bisa merenggut integritas Saudara. Orang itu adalah Saudara sendiri. Ayub sangat memahami kebenaran tersebut. Ia mengatakan, ”Sampai aku mati aku tidak akan menyingkirkan integritasku dari diriku!” (Ayb. 27:5) Jika Saudara memiliki tekad yang sama dan jika Saudara tetap dekat dengan Yehuwa, Saudara tidak akan pernah kehilangan integritas.—Yak. 4:8.
16, 17. Jika seseorang melakukan dosa serius, (a) apa yang tidak boleh dilakukan? (b) apa yang harus dilakukan?
16 Sekalipun demikian, beberapa orang tidak terus memegang integritas mereka. Seperti yang terjadi ketika para rasul masih hidup, beberapa orang jatuh ke dalam praktek dosa yang serius. Jika itu terjadi pada diri Saudara, apakah tidak ada harapan lagi bagi Saudara? Belum tentu. Apa yang bisa dilakukan? Pertama-tama, mari kita perhatikan apa yang tidak boleh dilakukan. Manusia cenderung menyembunyikan perbuatan salah, entah dari orang tua, rekan Kristen, atau penatua. Akan tetapi, Alkitab mengingatkan kita, ”Ia yang menutupi pelanggaran-pelanggarannya tidak akan berhasil, tetapi ia yang mengakui dan meninggalkannya akan mendapat belas kasihan.” (Ams. 28:13) Orang yang mencoba menutupi dosa melakukan kesalahan besar, sebab tidak ada yang bisa menyembunyikan apa pun dari Allah. (Baca Ibrani 4:13.) Beberapa orang bahkan berupaya hidup bermuka dua, berpura-pura melayani Yehuwa sambil terus melakukan perbuatan dosa. Orang seperti itu tidak memiliki integritas—malah kebalikan dari integritas. Yehuwa tidak suka dengan ibadat yang dilakukan oleh orang-orang yang menyembunyikan dosa serius. Kemunafikan demikian justru membuat-Nya marah.—Ams. 21:27; Yes. 1:11-16.
17 Apabila seorang Kristen terlibat dalam perbuatan salah yang serius, apa yang harus dilakukan sudah jelas. Itulah saatnya meminta bantuan dari para penatua Kristen. Yehuwa sudah membuat pengaturan untuk membantu orang-orang yang sakit parah secara rohani. (Baca Yakobus 5:14.) Jangan biarkan rasa takut akan disiplin atau koreksi, yang mungkin diberikan, mencegah Saudara mengupayakan kesehatan rohani. Takut disuntik atau dioperasi tidak akan menghalangi orang yang bijaksana untuk mengatasi problem kesehatan yang mengancam kehidupannya, bukan?—Ibr. 12:11.
18, 19. (a) Bagaimana contoh Daud memperlihatkan bahwa integritas dapat diperoleh kembali? (b) Apa tekad Saudara sehubungan dengan integritas Saudara?
18 Dapatkah seseorang berharap untuk pulih sepenuhnya? Bisakah integritas diperoleh kembali setelah itu hilang? Perhatikan lagi contoh Daud. Ia melakukan dosa yang serius. Ia memandang lalu mengingini istri orang lain, berzina, dan mengatur agar suaminya yang tidak bersalah terbunuh. Jelas sekali bahwa pada saat itu Daud tidak berintegritas, bukan? Namun, apakah sudah tidak ada harapan lagi baginya? Daud memerlukan dan menerima disiplin yang keras. Kemudian, pertobatannya yang tulus menyebabkan Yehuwa mengulurkan belas kasihan. Daud belajar dari disiplinnya itu dan memperoleh kembali integritasnya dengan menaati Allah dan terus berlaku taat. Kehidupan Daud menjadi contoh dari apa yang kita baca di Amsal 24:16: ”Orang adil-benar mungkin jatuh bahkan tujuh kali, namun ia pasti akan bangkit.” Apa hasilnya? Perhatikan apa yang Yehuwa katakan kepada Salomo tentang Daud yang telah meninggal. (Baca 1 Raja 9:4.) Allah mengingat Daud sebagai orang yang berintegritas. Yehuwa memang bisa mengampuni para pedosa yang bertobat sehingga bersih dari noda dosa yang serius.—Yes. 1:18.
19 Ya, Saudara akan menjadi orang yang berintegritas dengan berlaku taat karena kasih. Teruslah bertekun dengan loyal, dan jika ada dosa yang serius, tunjukkanlah pertobatan yang tulus. Integritas adalah permata yang sungguh berharga! Semoga kita masing-masing memiliki tekad seperti Daud, ”Mengenai aku, dengan integritasku aku akan berjalan.”—Mz. 26:11.
[Catatan Kaki]
-