-
Dunia Baru—Apakah Benar-Benar Akan Datang?Sedarlah!—1993 | 8 Oktober
-
-
Dunia Baru—Apakah Benar-Benar Akan Datang?
PADA tanggal 13 April 1991, George Bush, yang ketika itu menjabat sebagai presiden Amerika Serikat, menyampaikan pidato di Montgomery, Alabama, berjudul, ”Kemungkinan Terwujudnya Suatu Tatanan Dunia Baru”. Pada kata penutupnya, ia menyatakan, ”Dunia baru yang ada di hadapan kita . . . , adalah suatu dunia penemuan yang indah.”
Dua bulan kemudian, The Bulletin of the Atomic Scientists mengatakan bahwa dengan tumbangnya rezim Komunis di Eropa Timur, ”suatu tatanan dunia baru yang didasarkan atas perdamaian, keadilan, dan demokrasi kelihatannya sudah di ambang pintu.”
Pembicaraan semacam itu mengenai suatu dunia baru telah berlanjut hingga tahun 1993. The New York Times pada bulan Januari memberi laporan berkenaan suatu traktat yang berisi ikrar pengurangan senjata nuklir. Surat kabar itu mengatakan, ”Hal itu menempatkan Amerika dan Rusia ’di ambang suatu dunia baru yang penuh harapan’, menurut kata-kata yang dipilih dengan baik oleh Presiden Bush.”
Dua minggu sesudahnya, presiden AS yang baru, Bill Clinton, pada pidato pelantikannya memproklamasikan, ”Kini, seraya tatanan yang lama berlalu, dunia baru lebih merdeka namun kurang stabil.” Ia bahkan menyatakan, ”Dunia baru ini telah memperkaya kehidupan jutaan orang Amerika.”
Jadi, sudah ada banyak pembicaraan mengenai suatu dunia baru—suatu dunia yang berbeda dan lebih baik. Menurut perhitungan, selama jangka waktu yang relatif singkat, George Bush berbicara sebanyak 42 kali dalam pernyataan di hadapan umum mengenai suatu ”Tatanan Dunia Baru”.
-
-
Dunia Baru—Apakah Benar-Benar Akan Datang?Sedarlah!—1993 | 8 Oktober
-
-
Di lain pihak, seorang pemimpin yang berkuasa di Jerman, Adolf Hitler, menentang Liga Bangsa-Bangsa dan pada tahun 1930-an mendirikan Kekaisaran Jerman Ketiga. Ia menyatakan bahwa Kekaisaran itu akan bertahan selama seribu tahun dan akan mewujudkan apa yang menurut Alkitab hanya dapat dilakukan oleh Kerajaan Allah. ”Saya sedang memulainya dengan kaum muda,” kata Hitler. ”Bersama mereka, saya dapat membuat suatu dunia baru.”
Hitler mendirikan sebuah stadion raksasa di Nuremberg untuk mempertunjukkan kekuatan Nazi. Menarik sekali, 144 pilar raksasa didirikan di atas sebuah panggung yang panjangnya hampir 1.000 kaki (atau 300 meter). Mengapa 144 pilar? Alkitab berbicara mengenai 144.000 orang yang akan memerintah bersama ”Anak Domba” Yesus Kristus, dan bahwa pemerintahan mereka akan berlangsung selama seribu tahun. (Wahyu 14:1; 20:4, 6) Jelaslah, 144 pilar yang didirikan di stadion Nuremberg bukanlah suatu angka kebetulan, karena bahasa dan lambang Alkitab yang digunakan para pejabat Nazi didokumentasi dengan jelas.
Apa hasil upaya manusia untuk menggenapi apa yang Alkitab katakan akan dicapai hanya oleh Kerajaan Allah?
Kegagalan Upaya Manusia
Sejarah membuktikan dengan jelas bahwa Liga Bangsa-Bangsa gagal untuk mengantarkan suatu dunia baru yang penuh damai. Organisasi itu runtuh ketika bangsa-bangsa dilanda Perang Dunia II. Lebih jauh, setelah hanya 12 tahun, Kekaisaran Ketiga hancur berkeping-keping. Itu adalah kegagalan total, suatu aib bagi umat manusia.
Sepanjang sejarah, upaya manusia untuk menciptakan suatu dunia baru yang damai dalam segala hal terbukti tidak berhasil. ”Setiap peradaban yang pernah ada telah runtuh sama sekali,” demikian pengamatan mantan Sekretaris Negara AS, Henry Kissinger. ”Sejarah adalah suatu dongeng tentang upaya-upaya yang gagal, tentang aspirasi yang tidak terwujud.”
Lalu, bagaimana dengan tatanan dunia baru yang akhir-akhir ini digembar-gemborkan para pemimpin dunia? Ledakan kekerasan etnik telah membuat setiap gagasan tentang suatu dunia baru demikian menjadi olok-olok. Misalnya, pada tanggal 6 Maret yang lalu, kolumnis William Pfaff mengejek, ”Tatanan dunia baru telah tiba. Itu berfungsi baik dan sama sekali baru, menghalalkan invasi, agresi dan pembinasaan ras sebagai tingkah laku internasional yang dapat diterima.”
Pergolakan yang parah dan kekejaman yang telah terjadi sejak tumbangnya Komunisme begitu mengerikan. Bahkan George Bush, tidak lama sebelum meletakkan jabatannya pada bulan Januari, mengakui, ”Pada waktunya, dunia baru bisa jadi sama berbahayanya dengan dunia yang lama.”
-