PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g88_No26 hlm. 4-6
  • Dilema Nuklir

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Dilema Nuklir
  • Sedarlah!—1988 (No. 26)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Seruan untuk Penghapusan
  • Bom sebagai Alat Pencegah
  • Perang Nuklir​—Siapa Saja Pengancamnya?
    Sedarlah!—2004
  • Ancaman Nuklir​—Sama Sekali Belum Berakhir
    Sedarlah!—1999
  • Ancaman Perang Nuklir—Apa Kata Alkitab?
    Topik Menarik Lainnya
  • Perang Nuklir​—Apakah Masih Mengancam?
    Sedarlah!—2004
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1988 (No. 26)
g88_No26 hlm. 4-6

Dilema Nuklir

DINIHARI di padang pasir New Mexico. Di atas puncak sebuah menara tergantung sepotong logam bulat yang disebut Gadget. Di lubang-lubang perlindungan kira-kira 8,8 kilometer dari tempat itu, para ahli fisika, kimia, matematika, dan tentara gelisah, melihat-lihat arloji mereka, dan cemas apakah Gadget itu benar-benar akan meledak.

Berhasil. Lima belas detik sebelum pukul 5:30 pagi, Gadget meledak, mengeluarkan energi nuklirnya dalam waktu sepersejuta detik, melepaskan bola api yang dapat dilihat dari planet lain dan menimbulkan ledakan yang dapat didengar dari jarak 320 kilometer. Panas ledakannya—lebih panas pada intinya daripada inti matahari—melebur padang pasir menjadi lingkaran kaca radioaktif yang berwarna seperti batu nefrit (jade) seluas kira-kira 0,8 kilometer. Ada yang yakin betul bahwa matahari terbit dua kali pada hari itu.

Pada tanggal 6 Agustus 1945, 21 hari kemudian, bom atom yang kedua memporakporandakan kota Hiroshima di Jepang, yang akhirnya mengakibatkan kematian kira-kira 148.000 orang. Jaman nuklir telah mulai.

Peristiwa itu terjadi 43 tahun lalu. Sejak itu senjata-senjata dengan daya 4.000 kali lebih dahsyat telah diuji coba. Kekuatan gabungan dari semua kepala nuklir di seluruh dunia diperkirakan sama dengan 20 milyar ton TNT—lebih dari satu juta kali daya bunuh bom di Hiroshima!

Seruan untuk Penghapusan

Menurut penelitian World Health Organization (Organisasi Kesehatan Dunia) tahun 1983, perang nuklir total akan membunuh satu milyar orang sekaligus. Satu milyar berikutnya akan mati kemudian karena ledakan, api, dan radiasi. Penelitian belakangan ini bahkan lebih pesimis. Maka dapat dimengerti mengapa muncul seruan untuk penghapusan senjata nuklir secara total.

Namun, tidak semua tuntutan untuk penghapusan senjata nuklir didasarkan atas kemanusiaan belaka. Beberapa orang berpendapat bahwa senjata nuklir hanya sedikit atau tidak ada nilainya dalam peperangan yang sesungguhnya. Karena daya penghancurnya yang dahsyat, pemakaiannya dapat dibenarkan hanya jika ada provokasi yang paling ekstrim (keadaan mendesak). Jadi, Amerika Serikat tidak menggunakannya di Korea atau Vietnam, Inggris tidak menggunakannya di Falkland (Malvinas), dan Soviet juga tidak menggunakannya di Afghanistan. Mantan Sekretaris Pertahanan A.S. Robert McNamara mengatakan, ”Senjata nuklir tidak memenuhi kepentingan militer manapun. Senjata tersebut sama sekali tidak berguna—kecuali untuk mencegah musuh menggunakan itu.”

Demikian juga, senjata nuklir tidak banyak gunanya sebagai tongkat diplomasi untuk menakut-nakuti ataupun mempengaruhi bangsa lain. Negara-negara adidaya sama-sama mudah diserang. Dan bagi negara-negara tanpa senjata nuklir, mereka sering menjadi berani melawan negara-negara adidaya tanpa merasa takut akan pembalasan nuklir.

Akhirnya, faktor biaya. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Bulletin of the Atomic Scientists, selama tahun 1945-85 Amerika Serikat saja telah memproduksi kira-kira 60.000 kepala nuklir.a Biayanya? Hampir $82.000.000.000—begitu banyak uang untuk sesuatu yang mereka harap tidak pernah akan mereka gunakan.

Bom sebagai Alat Pencegah

Konsep pencegahan mungkin sudah setua sejarah konflik. Namun, dalam jaman nuklir, pencegahan telah membentuk dimensi baru. Bangsa manapun yang bermaksud melancarkan serangan nuklir telah diyakinkan pasti akan menghadapi pembalasan nuklir yang cepat dan menghancurkan.

Jendral B. L. Davis, komandan dari Komando Strategi Udara A.S., mengatakan, ”Argumen yang meyakinkan dapat dibuat bahwa senjata nuklir . . . telah membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih aman. Senjata nuklir sama sekali tidak mengakhiri peperangan; ribuan terus mati tiap tahun dalam peperangan yang tidak kecil bagi bangsa-bangsa yang terlibat. Namun, keterlibatan negara adidaya dalam konflik-konflik demikian telah diperhitungkan secara hati-hati untuk menghindari konfrontasi langsung yang kemungkinan besar dapat meningkat menjadi lautan api—perang konvensional ataupun nuklir.”

Tetapi dalam rumah tangga manapun yang memiliki pistol siap pakai, selalu ada risiko seseorang akan tertembak tanpa sengaja. Prinsip yang sama berlaku juga dalam dunia yang penuh dengan senjata nuklir. Jadi perang nuklir dapat meletus di bawah keadaan-keadaan berikut,

(1) Kesalahan komputer atau kerusakan fungsi mekanis yang menyebabkan suatu negara berpikir bahwa ia mendapat serangan nuklir. Hasilnya pasti serangan balik nuklir.

(2) Senjata nuklir bisa saja didapatkan oleh seorang ekstrimis atau teroris yang kurang bertanggung jawab dalam pemakaiannya dibanding negara-negara yang memiliki kekuatan nuklir dewasa ini.

(3) Meningkatnya perang kecil di suatu daerah tempat kepentingan negara-negara adidaya terlibat—seperti Teluk Persia.

Walaupun ada bahaya seperti itu, bangsa-bangsa sejauh ini mempertahankan kebijaksanaan keamanan melalui pencegahan. Namun, di suatu dunia yang siap untuk saling menyerang dengan senjata nuklir, orang merasa tidak aman. Keseimbangan kekuatan sesungguhnya adalah keseimbangan teror, perjanjian bunuh diri yang dengan terpaksa ikut ditandatangani bermilyar-milyar orang di dunia. Jika senjata nuklir ibarat pedang Damokles, pencegahannya adalah sehelai rambut yang digunakan untuk menahannya. Namun, bagaimana jika pencegahan itu gagal? Jawabannya terlalu mengerikan untuk dipikirkan.

[Catatan Kaki]

a Karena keampuhan bahan nuklir menurun, senjata-senjata tua harus diganti dengan yang baru.

[Kotak di hlm. 6]

KEKUATAN BOM SATU MEGATON

Radiasi Termal (Sinar dan Panas): Ledakan nuklir akan menghasilkan kilatan cahaya yang hebat yang membutakan atau menyilaukan orang yang berada jauh dari titik ledakan—sampai 20 kilometer di siang hari dan 85 kilometer pada malam hari oleh ledakan satu megaton.

Di atau di dekat daerah nol (titik yang langsung kena ledakan bom), panas yang luar biasa dari bola api akan menguapkan manusia. Pada jarak lebih jauh (sampai 18 kilometer), orang akan menderita luka bakar tingkat kedua dan ketiga pada kulit yang tidak terlindung. Pakaian akan terbakar. Karpet dan perabot rumah tangga juga. Dalam keadaan tertentu suatu badai api yang sangat panas akan menjalar, menyelimuti orang dalam lautan api.

Ledakan Udara: Ledakan nuklir akan menyemburkan angin berkekuatan topan. Dekat daerah nol, kehancurannya total. Pada jarak lebih jauh, orang di dalam bangunan-bangunan akan hancur tertimpa langit-langit atau tembok; yang lain akan terluka atau tewas karena reruntuhan atau perabot rumah tangga yang beterbangan. Yang lain lagi mati lemas karena debu tebal bahan bangunan atau debu batu bata yang hancur. Tekanan angin yang sangat kuat akan menyebabkan pecahnya gendang telinga atau pendarahan pada paru-paru.

Radiasi: Terjadi pancaran yang dahsyat dari sinar neutron dan sinar gamma. Radiasi ringan akan menyebabkan penyakit dengan gejala mual, muntah-muntah, dan kelelahan. Kerusakan sel darah akan mengurangi daya tahan terhadap infeksi dan memperlambat penyembuhan luka-luka. Radiasi yang kuat akan mengakibatkan kejang-kejang, badan gemetar, ataxia (kehilangan koordinasi otot-otot dan kontrol), dan kelesuan. Kematian menyusul dalam waktu satu sampai 48 jam.

Orang yang selamat dari radiasi mudah kena kanker. Mereka juga kemungkinan besar akan mewariskan cacat bawaan kepada keturunan mereka, termasuk berkurangnya kesuburan, keguguran spontan, anak-anak yang cacat atau lahir mati, dan kelemahan badan atau pikiran lainnya.

Sumber: Comprehensive Study on Nuclear Weapons, dicetak oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan