PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Senjata Mutakhir dan Perlombaan untuk Keamanan
    Sedarlah!—1986 (No. 18) | Sedarlah!—1986 (No. 18)
    • Kenyataan bahwa tidak ada pertahanan yang efektif terhadap senjata atom mengarah kepada konsep pencegahan senjata nuklir. Pada bulan Nopember 1945, komandan jendral Angkatan Udara A.S. Henry H. Arnold mengatakan dalam sebuah laporan kepada Menteri Urusan Perang, ”Keamanan yang sejati dari senjata-senjata atom di masa mendatang yang dekat bergantung pada kemampuan kita untuk mengambil tindakan seketika dengan kekuatan yang sangat besar. Harus nyata terlihat oleh si penyerang bahwa serangan atas Amerika Serikat akan segera diikuti oleh serangan balasan bom atom di udara yang sangat menghancurkan.”

      Banyak yang tidak setuju bahwa penghalang sedemikian dapat memberikan keamanan sejati. Robert J. Oppenheimer, ahli fisika yang brilian yang memelopori pengembangan bom atom, menyamakan negara-negara nuklir yang berlawanan itu dengan ”dua ekor kalajengking dalam sebuah botol, masing-masing dapat saling membunuh, namun hanya dengan resiko kehilangan nyawanya sendiri”. Baru-baru ini saja, Presiden Ronald Reagan berkata bahwa sikap A.S./Soviet adalah seperti dua orang yang menodongkan pistol pada kepala masing-masing.

      Usaha untuk Menginternasionalkan Atom

      Pada bulan Juni 1946 Amerika Serikat mengajukan sebuah rencana kepada organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang baru terbentuk. Rencana tersebut mengusulkan didirikannya suatu badan internasional yang berwenang untuk mengontrol dan memeriksa semua kegiatan tenaga atom sedunia. Setelah agen tersebut terbentuk, Amerika Serikat akan menyerahkan rahasia atomnya, melenyapkan bom atom yang ada, dan tidak akan membuatnya lagi.

      Uni Soviet menuntut agar senjata-senjata atom dimusnahkan dahulu. Setelah itu, baru sarana untuk pengendalian dan pemeriksaan dapat dilaksanakan. Masalah itu menemui jalan buntu, dan dalam tahun-tahun perang dingin setelah itu, harapan agar PBB mengendalikan senjata-senjata atom lenyap.

      Perlombaan Senjata: Aksi dan Reaksi

      Pada tahun 1949 Soviet meledakkan bom atom mereka yang pertama. Kecurigaan dan ketidakpercayaan bertambah dalam antara Timur dan Barat, dan perlombaan senjata benar-benar mulai. Reaksi A.S. terhadap bom Soviet ialah dikembangkannya senjata yang jauh lebih hebat, bom hidrogen. Yang pertama diuji (pada tahun 1952), kekuatannya kira-kira 800 kali lebih dahsyat dari pada bom-bom atom yang pertama. Hanya sembilan bulan kemudian, Soviet telah berhasil mengembangkan bom hidrogen mereka sendiri.

      Kemudian ada ICBM (intercontinental ballistic missile atau peluru kendali antar benua). Uni Soviet yang pertama memilikinya pada tahun 1957. Sekarang suatu serangan nuklir dapat dilaksanakan dalam beberapa menit saja. Amerika Serikat cepat-cepat mengejar dan pada tahun berikutnya menambah ICBM pada gudang persenjataannya.

      Sementara itu negara-negara lain membuat dan menguji bom-bom atom mereka sendiri. Lambat-laun, Inggris, Prancis, dan yang lain-lain menjadi negara-negara nuklir.

      Gejala aksi-reaksi ini terus berlangsung pada tahun 1960-an. Baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet mengadakan percobaan dengan senjata anti peluru kendali. Kedua negara belajar cara menembakkan peluru kendali dari kapal-kapal selam. Kedua-duanya mengembangkan hulu ledak berganda.

      Perlombaan terus berlangsung memasuki tahun 1970-an dengan perkembangan penting yaitu MIRV (multiple independently-targeted reentry vehicle). Sebuah peluru kendali kini dapat membawa banyak hulu ledak, masing-masing dapat diarahkan kepada sasaran yang berbeda-beda. Misalnya, peluru kendali Amerika yang modern, MX atau Peacekeeper, mengangkut sepuluh hulu ledak; begitu juga SS-18 dari Soviet. Maka, setiap peluru kendali dapat menghancurkan sepuluh kota.

      Peluru-peluru kendali menjadi lebih teliti juga, dan hal ini, bersama-sama dengan perkembangan banyak MIRV, menimbulkan ketakutan baru. Bukan kota-kota, tetapi pangkalan-pangkalan peluru kendali dan pangkalan-pangkalan militer lawan bisa saja dan memang sering dijadikan sasaran MIRV. Ada yang kini berspekulasi bahwa perang nuklir mungkin dapat dimenangkan. Serangan pertama yang dahsyat mungkin akan mengurangi kemampuan atau kemauan dari pihak lawan untuk balas menyerang.

      Masing-masing pihak merasa terpaksa membalas ancaman tersebut dengan memastikan kemampuannya untuk membalas menyerang sekalipun pihak yang lain berhasil menyerang terlebih dulu dengan tiba-tiba. Tanpa kemampuan untuk membalas, alasan mereka, kecil kemungkinan untuk dapat menghalangi serangan musuh; dan memang, mereka sangat tergoda untuk menyerang. Jadi—perlu lebih banyak senjata.

      Sekarang, dalam tahun 1980-an, perlombaan senjata terus berjalan dengan kecepatan yang sangat membahayakan. Baru-baru ini gudang senjata ditambah lagi dengan bom neutron—bom hidrogen kecil yang dirancang untuk membunuh orang dengan radiasi tapi bangunan-bangunan dan kendaraan-kendaraan tetap utuh. Yang lain ialah peluru kendali penjelajah—yang dapat meluncur di udara tepat di atas pohon-pohon (dan di bawah radar musuh) untuk menembakkan senjata nuklir pada sasaran yang jauhnya 2.400 kilometer dengan tepat. Penemuan terakhir, yang secara populer disebut Star Wars (Perang Bintang), membuat ruang angkasa menjadi medan peperangan juga.

      Usaha Pengendalian Senjata

      Walaupun sejarah perkembangan senjata mungkin memberi kesan bahwa perlombaan senjata nuklir telah berlangsung tanpa dapat dibendung sama sekali, sejumlah persetujuan telah dicapai. Beberapa dari padanya membatasi uji-coba atau menetapkan batas-batas untuk sistem persenjataan tertentu, sedang yang lain-lain ialah mencegah penyebaran senjata-senjata nuklir ke negara-negara nonnuklir.

      Persetujuan ini baru dapat dicapai setelah usaha-usaha yang mati-matian dan menghabiskan banyak waktu. Dan belum ada persetujuan yang berhasil untuk mengurangi persenjataan secara berarti.

      Inti persoalannya ialah, Negara-negara adikuasa sangat tidak mempercayai dan sangat takut terhadap satu sama lain. Ironisnya, perasaan tidak aman hanya meningkatkan permintaan jumlah persenjataan. Sebaliknya, dengan lebih banyak senjata, masing-masing pihak nampak lebih mengerikan dan mengancam bagi yang lain; maka orang-orang merasa lebih tidak aman dari pada sebelumnya.

  • Bom dan Masa Depan Manusia
    Sedarlah!—1986 (No. 18) | Sedarlah!—1986 (No. 18)
    • Orang-orang yang mengetahui masalahnya mengakui bahwa sebenarnya bangsa-bangsa telah menguatkan hati mereka untuk menggunakan senjata-senjata tersebut jika ada provokasi. Namun, kemauan untuk menghilangkan perasaan tersebut merupakan inti pencegahan. Jendral B. L. Davis, komandan dari Komando Udara Strategis Amerika Serikat, baru-baru ini menulis, ”Dalam analisa terakhir, kemampuan kita untuk mempertahankan tindakan pencegahan yang dapat dipercaya adalah bekerjanya dua faktor yang saling berkaitan. Pertama, kita harus mempunyai—dan bakal musuh kita harus mengerti bahwa kita mempunyai—kemampuan untuk menggagalkan tujuan mereka dalam taraf konflik apapun. Kedua, kita harus mempunyai—dan musuh harus merasa bahwa kita mempunyai—tekad sebagai bangsa untuk menjalankan kemampuan tersebut guna melindungi kepentingan negara kita.” (Cetak miring red.)—Air Force Magazine, Juli, 1985.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan