PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mencari Keamanan dalam Abad Bom
    Sedarlah!—1986 (No. 18) | Sedarlah!—1986 (No. 18)
    • Mencari Keamanan dalam Abad Bom

      PADA malam tanggal 27 Juli 1943, ribuan bom api menghujani Hamburg, Jerman. Akibatnya adalah sesuatu yang baru dalam peperangan, badai api, neraka raksasa yang menghanguskan. Naiknya arus udara menimbulkan angin topan yang dahsyat yang mengobarkan api dari segala arah, dan menelan orang-orang ke dalam nyala api. Panasnya luar biasa. Tempat-tempat perlindungan dari serangan udara menjadi seperti oven, memanggang dan mengerutkan orang-orang yang bersembunyi di dalamnya. Yang lain melekat pada aspal yang mencair. Empat puluh ribu orang lebih binasa, lebih dari 20 kali lipat jumlah yang tewas dalam serangan bom biasa.

      Dua tahun kemudian, di belahan bumi yang lain, suatu badai api lain memusnahkan Hiroshima, Jepang. Kali ini kebakaran besar hanya disebabkan oleh satu bom yang dijatuhkan oleh satu pesawat.

      Bom itu, sebuah bom atom, diberi julukan ”Little Boy” (Anak Kecil). Tetapi pengaruhnya sama sekali tidak kecil. Kejadian itu menghebohkan. Sinarnya membutakan mata. Orang-orang mati dan menderita cacat tubuh akibat api, panas serta gelombang ledakan. Mereka juga kena racun radiasi yang mematikan.

      Tiga hari kemudian, sebuah bom lain, yang diberi nama ”Fat Man” (si Gemuk), menghabiskan setengah kota Nagasaki. Sebuah pegunungan yang melintasi pusat kota yang berbukit ini melindungi setengah bagian lain dari kota tersebut.

      Gudang Senjata Nuklir Sekarang

      Sekarang, ada kira-kira 50.000 senjata-senjata semacam ini untuk pemusnahan secara besar-besaran. Pertimbangkan,

      ◻ Jika kedua negara adikuasa menggunakan 5 persen saja dari senjata nuklir strategis mereka untuk melawan satu sama lain, maka dalam waktu beberapa menit 200 juta orang akan tewas, empat kali jumlah yang mati dalam Perang Dunia II. Banyak orang yang selamat dan menderita luka-luka tidak dapat mengharapkan banyak atau tidak akan terurus karena rumah-rumah sakit terlalu penuh.

      ◻ Satu kapal selam Trident A.S. saja diperlengkapi dengan cukup banyak peluru kendali nuklir untuk meledakkan 192 sasaran yang berbeda. Setiap ledakan delapan kali lebih dahsyat dari pada bom Hiroshima.a

      ◻ Timbunan senjata nuklir dunia mempunyai daya ledakan 2.600 kali lebih besar dari pada semua amunisi yang digabungkan Perang Dunia II.

      Statistik sedemikian mengejutkan, dan menandaskan seriusnya problem tersebut.

      Sebuah pepatah Afrika Barat berbunyi, ”Bila gajah berkelahi, rumput pun ikut menderita.” Demikian juga, akibat-akibat dari perang nuklir bukan saja akan mempengaruhi prajurit-prajuritnya. Dalam sebuah karangan dalam majalah Foreign Affairs baru-baru ini, ilmuwan Carl Sagan mengatakan bahwa perang nuklir ”akan membahayakan setiap orang yang selamat di planet ini. Ada bahaya pemusnahan manusia yang sungguh-sungguh nyata”.

      [Catatan Kaki]

      a Pada waktu ini ditulis, ada 36 kapal selam strategis yang dilengkapi dengan peluru kendali dalam armada A.S., yang membawa 616 peluru kendali dengan lebih dari 4.928 hulu ledak. Uni Soviet memiliki armada yang sebanding.

      [Bagan di hlm. 21]

      (Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

      Timbunan senjata nuklir dewasa ini mempunyai daya ledak 2.600 kali dari yang digunakan dalam Perang Dunia II

      16.000 juta ton

      6 juta ton

  • Senjata Mutakhir dan Perlombaan untuk Keamanan
    Sedarlah!—1986 (No. 18) | Sedarlah!—1986 (No. 18)
    • Senjata Mutakhir dan Perlombaan untuk Keamanan

      ”SEBUAH senjata dengan kekuatan yang tak terbanding kini sedang diciptakan yang akan mengubah sama sekali seluruh situasi perang di masa mendatang . . . Jika, persetujuan untuk mengendalikan penggunaan bahan-bahan baru yang aktif ini benar-benar tidak dapat dicapai pada waktunya, keuntungan sementara apapun, walaupun besar, tidak akan ada artinya dibanding dengan ancaman yang terus-menerus menghantui masyarakat manusia.”—Ahli fisika nuklir Denmark Niels Bohr. Ditulis pada tahun 1944.

      Suatu penelitian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan, ”Tidak ada . . . target yang cukup kuat untuk dapat bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang hebat dari senjata nuklir, tidak ada pertahanan yang efektif terhadap serangan yang terencana . . . Dalam hal ini, umat manusia dihadapkan kepada senjata yang mutakhir.”

      Orang segera menyadari bahwa tidak saja kota-kota yang dapat dimusnahkan dalam beberapa detik tetapi penghancuran dapat mereka laksanakan dengan relatif mudah—mereka tidak perlu mengalahkan suatu pasukan militer lebih dulu. Dengan senjata nuklir penduduk sebuah kota dapat dimusnahkan dan ekonominya sama sekali dihancurkan dalam satu hari, tanpa adanya pertempuran sama sekali.

      Kenyataan bahwa tidak ada pertahanan yang efektif terhadap senjata atom mengarah kepada konsep pencegahan senjata nuklir. Pada bulan Nopember 1945, komandan jendral Angkatan Udara A.S. Henry H. Arnold mengatakan dalam sebuah laporan kepada Menteri Urusan Perang, ”Keamanan yang sejati dari senjata-senjata atom di masa mendatang yang dekat bergantung pada kemampuan kita untuk mengambil tindakan seketika dengan kekuatan yang sangat besar. Harus nyata terlihat oleh si penyerang bahwa serangan atas Amerika Serikat akan segera diikuti oleh serangan balasan bom atom di udara yang sangat menghancurkan.”

      Banyak yang tidak setuju bahwa penghalang sedemikian dapat memberikan keamanan sejati. Robert J. Oppenheimer, ahli fisika yang brilian yang memelopori pengembangan bom atom, menyamakan negara-negara nuklir yang berlawanan itu dengan ”dua ekor kalajengking dalam sebuah botol, masing-masing dapat saling membunuh, namun hanya dengan resiko kehilangan nyawanya sendiri”. Baru-baru ini saja, Presiden Ronald Reagan berkata bahwa sikap A.S./Soviet adalah seperti dua orang yang menodongkan pistol pada kepala masing-masing.

      Usaha untuk Menginternasionalkan Atom

      Pada bulan Juni 1946 Amerika Serikat mengajukan sebuah rencana kepada organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang baru terbentuk. Rencana tersebut mengusulkan didirikannya suatu badan internasional yang berwenang untuk mengontrol dan memeriksa semua kegiatan tenaga atom sedunia. Setelah agen tersebut terbentuk, Amerika Serikat akan menyerahkan rahasia atomnya, melenyapkan bom atom yang ada, dan tidak akan membuatnya lagi.

      Uni Soviet menuntut agar senjata-senjata atom dimusnahkan dahulu. Setelah itu, baru sarana untuk pengendalian dan pemeriksaan dapat dilaksanakan. Masalah itu menemui jalan buntu, dan dalam tahun-tahun perang dingin setelah itu, harapan agar PBB mengendalikan senjata-senjata atom lenyap.

      Perlombaan Senjata: Aksi dan Reaksi

      Pada tahun 1949 Soviet meledakkan bom atom mereka yang pertama. Kecurigaan dan ketidakpercayaan bertambah dalam antara Timur dan Barat, dan perlombaan senjata benar-benar mulai. Reaksi A.S. terhadap bom Soviet ialah dikembangkannya senjata yang jauh lebih hebat, bom hidrogen. Yang pertama diuji (pada tahun 1952), kekuatannya kira-kira 800 kali lebih dahsyat dari pada bom-bom atom yang pertama. Hanya sembilan bulan kemudian, Soviet telah berhasil mengembangkan bom hidrogen mereka sendiri.

      Kemudian ada ICBM (intercontinental ballistic missile atau peluru kendali antar benua). Uni Soviet yang pertama memilikinya pada tahun 1957. Sekarang suatu serangan nuklir dapat dilaksanakan dalam beberapa menit saja. Amerika Serikat cepat-cepat mengejar dan pada tahun berikutnya menambah ICBM pada gudang persenjataannya.

      Sementara itu negara-negara lain membuat dan menguji bom-bom atom mereka sendiri. Lambat-laun, Inggris, Prancis, dan yang lain-lain menjadi negara-negara nuklir.

      Gejala aksi-reaksi ini terus berlangsung pada tahun 1960-an. Baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet mengadakan percobaan dengan senjata anti peluru kendali. Kedua negara belajar cara menembakkan peluru kendali dari kapal-kapal selam. Kedua-duanya mengembangkan hulu ledak berganda.

      Perlombaan terus berlangsung memasuki tahun 1970-an dengan perkembangan penting yaitu MIRV (multiple independently-targeted reentry vehicle). Sebuah peluru kendali kini dapat membawa banyak hulu ledak, masing-masing dapat diarahkan kepada sasaran yang berbeda-beda. Misalnya, peluru kendali Amerika yang modern, MX atau Peacekeeper, mengangkut sepuluh hulu ledak; begitu juga SS-18 dari Soviet. Maka, setiap peluru kendali dapat menghancurkan sepuluh kota.

      Peluru-peluru kendali menjadi lebih teliti juga, dan hal ini, bersama-sama dengan perkembangan banyak MIRV, menimbulkan ketakutan baru. Bukan kota-kota, tetapi pangkalan-pangkalan peluru kendali dan pangkalan-pangkalan militer lawan bisa saja dan memang sering dijadikan sasaran MIRV. Ada yang kini berspekulasi bahwa perang nuklir mungkin dapat dimenangkan. Serangan pertama yang dahsyat mungkin akan mengurangi kemampuan atau kemauan dari pihak lawan untuk balas menyerang.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan