-
Bertumbuh Subur secara Rohani pada Saat Kepala Sudah BerubanMenara Pengawal—2007 | 1 Juni
-
-
Bertumbuh Subur secara Rohani pada Saat Kepala Sudah Beruban
”Mereka yang ditanam di rumah Yehuwa . . . masih bertumbuh subur pada saat kepala sudah beruban.”—MAZMUR 92:13, 14.
1, 2. (a) Bagaimana usia tua sering kali digambarkan? (b) Apa janji Alkitab tentang dampak dosa Adam?
USIA TUA—apa yang tebersit dalam benak Saudara saat mendengar kata itu? Kulit yang keriput? Pendengaran yang berkurang? Kaki dan tangan yang lemah? Atau, aspek lain dari ”hari-hari yang menyebabkan malapetaka” yang digambarkan secara jelas dan terperinci di Pengkhotbah 12:1-7? Jika demikian, ingatlah bahwa dampak penuaan yang diuraikan di Pengkhotbah pasal 12 bukanlah maksud-tujuan semula sang Pencipta, Allah Yehuwa, melainkan konsekuensi dosa Adam atas tubuh manusia.—Roma 5:12.
2 Bertambahnya usia itu sendiri bukan kutukan, karena tahun-tahun harus berlalu agar kita tetap ada. Malah, pertumbuhan dan kematangan adalah ciri-ciri yang diinginkan pada semua makhluk hidup. Kerusakan selama enam ribu tahun akibat dosa dan ketidaksempurnaan yang kita saksikan di sekeliling kita akan segera berlalu, dan semua manusia yang taat akan menikmati kehidupan sebagaimana seharusnya, tanpa derita usia tua dan kematian. (Kejadian 1:28; Penyingkapan 21:4, 5) Pada waktu itu, ”tidak ada penghuni yang akan mengatakan, ’Aku sakit’”. (Yesaya 33:24) Orang-orang lansia akan kembali ke hari-hari ”kegagahan masa mudanya”, dan tubuh mereka akan ”menjadi lebih segar daripada semasa muda”. (Ayub 33:25) Namun, untuk saat ini, semua orang harus harus berjuang menghadapi keadaan berdosa yang diwariskan Adam. Sekalipun demikian, hamba-hamba Yehuwa menikmati berkat yang istimewa seraya mereka memasuki usia senja.
3. Bagaimana orang Kristen dapat terus ”bertumbuh subur pada saat kepala sudah beruban”?
3 Firman Allah meyakinkan kita bahwa ”mereka yang ditanam di rumah Yehuwa . . . masih bertumbuh subur pada saat kepala sudah beruban”. (Mazmur 92:13, 14) Dengan bahasa kiasan, sang pemazmur menuturkan kebenaran yang mendasar bahwa hamba-hamba Allah yang setia dapat terus bertumbuh, makmur, dan sejahtera secara rohani, sekalipun mengalami kemerosotan jasmani. Banyak contoh pada zaman Alkitab dan zaman modern membuktikannya.
”Tidak Pernah Meninggalkan Bait”
4. Bagaimana nabiah Hana yang lanjut usia memperlihatkan pengabdiannya kepada Allah, dan bagaimana ia diupahi?
4 Perhatikan Hana, seorang nabiah. Ia berusia 84 tahun, tetapi ”tidak pernah meninggalkan bait, memberikan dinas suci malam dan siang dengan berpuasa dan membuat permohonan”. Karena ayahnya bukan orang Lewi, melainkan ”dari suku Asyer”, Hana tidak dapat secara harfiah tinggal di bait. Bayangkan upaya yang mesti ia kerahkan untuk hadir di bait setiap hari dari waktu dinas pagi sampai waktu dinas malam! Namun, karena pengabdiannya, Hana diupahi dengan limpah. Ia mendapat hak istimewa berada di bait sewaktu Yusuf dan Maria membawa Yesus kecil ke bait untuk diserahkan kepada Yehuwa sesuai dengan Hukum. Saat melihat Yesus, Hana ”mengucapkan syukur kepada Allah dan berbicara tentang anak itu kepada semua orang yang menantikan pembebasan Yerusalem”.—Lukas 2:22-24, 36-38; Bilangan 18:6, 7.
5, 6. Bagaimana banyak saudara-saudari lansia dewasa ini memperlihatkan semangat seperti Hana?
5 Dewasa ini, di antara kita ada banyak saudara-saudari lansia yang, seperti Hana, berhimpun secara teratur, sungguh-sungguh berdoa demi kemajuan ibadat yang sejati, dan memiliki hasrat membara untuk memberitakan kabar baik. Seorang saudara berusia 80-an yang berhimpun secara teratur bersama istrinya mengatakan, ”Berhimpun sudah menjadi kebiasaan kami. Kami tidak mau berada di tempat lain. Di mana umat Allah berada, di sana kami ingin berada. Di sanalah kami merasa nyaman.” Teladan mereka sungguh membesarkan hati kita semua!—Ibrani 10:24, 25.
6 ”Apa pun kegiatan rohani yang bisa saya ikuti, saya ingin melakukannya.” Itulah moto Jean, janda Kristen berusia 80-an. ”Tentu saja, ada saat-saatnya saya merasa sedih,” lanjutnya, ”tetapi mengapa semua orang di sekitar saya harus ikut-ikutan sedih?” Dengan mata berbinar-binar, ia menceritakan sukacita mengunjungi negeri-negeri lain untuk menikmati acara yang membina secara rohani. Dalam perjalanan belum lama ini, ia memberi tahu teman-teman seperjalanannya, ”Saya tidak mau melihat puri-puri lagi; saya ingin berdinas!” Walaupun tidak mengetahui bahasa setempat, Jean berhasil membangkitkan minat orang-orang akan berita Alkitab. Selain itu, selama beberapa tahun, ia bekerja bersama sebuah sidang yang membutuhkan bantuan, sekalipun ini berarti ia harus mempelajari bahasa baru dan mengadakan perjalanan satu jam sekali jalan ke tempat perhimpunan.
Terus Mengasah Pikiran
7. Pada usia lanjut, bagaimana Musa mengungkapkan keinginannya memperdalam hubungannya dengan Allah?
7 Pengalaman hidup diperoleh seiring dengan berlalunya waktu. (Ayub 12:12) Namun, kemajuan rohani tidak otomatis diperoleh dengan bertambahnya usia. Jadi, ketimbang sekadar mengandalkan cadangan pengetahuan yang diperoleh dahulu, hamba-hamba Allah yang loyal berupaya ’menambah ilmunya’ seraya tahun demi tahun berlalu. (Amsal 9:9) Sewaktu diberi tugas oleh Yehuwa, Musa berusia 80 tahun. (Keluaran 7:7) Pada zamannya, hidup hingga usia itu tampaknya dianggap luar biasa, karena ia menulis, ”Masa hidup kami tujuh puluh tahun; dan . . . karena memiliki keperkasaan khusus, delapan puluh tahun.” (Mazmur 90:10) Namun, Musa tidak pernah merasa terlalu tua untuk belajar. Setelah puluhan tahun melayani Allah, menikmati banyak hak istimewa, dan mengemban berbagai tanggung jawab yang serius, Musa memohon kepada Yehuwa, ”Beri tahukanlah kiranya jalan-jalanmu kepadaku, agar aku mengenal engkau.” (Keluaran 33:13) Musa selalu ingin memperdalam hubungannya dengan Yehuwa.
8. Bagaimana Daniel terus mengasah pikirannya hingga usia 90-an, dan apa hasilnya?
8 Nabi Daniel, kemungkinan saat berusia 90-an, masih sibuk menyelidiki tulisan-tulisan kudus. Apa yang ia pahami dengan mempelajari ”buku-buku”—antara lain mungkin Imamat, Yesaya, Yeremia, Hosea, dan Amos—mendorongnya untuk mencari Yehuwa melalui doa yang sungguh-sungguh. (Daniel 9:1, 2) Doa itu dijawab sewaktu ia diberi keterangan terilham mengenai kedatangan Mesias dan masa depan ibadat yang murni.—Daniel 9:20-27.
9, 10. Apa yang telah dilakukan beberapa orang untuk terus mengasah pikiran mereka?
9 Seperti Musa dan Daniel, kita dapat berjuang untuk terus mengasah pikiran kita dengan berfokus pada hal-hal rohani selama kita sanggup melakukannya. Itulah yang dilakukan oleh banyak saudara-saudari kita. Worth, penatua Kristen berusia 80-an, berupaya untuk selalu menyantap makanan rohani terkini yang disediakan oleh ”budak yang setia dan bijaksana”. (Matius 24:45) Ia berkata, ”Saya cinta mati dengan kebenaran, dan saya senang sekali melihat terang kebenaran semakin hari semakin cemerlang.” (Amsal 4:18) Dengan nada serupa, Fred, yang sudah lebih dari 60 tahun berada dalam dinas sepenuh waktu, merasa semangat rohaninya tergugah sewaktu membicarakan Alkitab bersama rekan-rekan seiman. ”Saya harus menjaga Alkitab tetap hidup dalam pikiran saya,” katanya. ”Jika Saudara bisa membuat Alkitab hidup—membuatnya bermakna—dan jika Saudara bisa melihat kaitan antara apa yang sedang Saudara pelajari dan ’pola perkataan yang sehat’, Saudara tidak hanya memiliki potongan-potongan informasi yang terpisah. Semua itu kini tampak bagaikan batu-batu permata yang dijalin dengan indah pada seuntai kalung.”—2 Timotius 1:13.
10 Usia tua tidak mesti menjadi penghalang untuk mempelajari konsep-konsep yang baru dan sulit. Orang-orang berusia 60-an, 70-an, dan 80-an yang tadinya buta huruf telah belajar membaca dan ada yang mempelajari bahasa baru. Beberapa Saksi-Saksi Yehuwa telah melakukannya dengan tujuan menyampaikan kabar baik kepada orang-orang yang berbeda kebangsaannya. (Markus 13:10) Harry dan istrinya hampir berusia 70 tahun sewaktu mereka memutuskan untuk membantu di ladang berbahasa Portugis. ”Harus diakui,” kata Harry, ”pekerjaan apa pun terasa lebih sulit seraya usia bertambah.” Namun, dengan upaya dan kegigihan, mereka dapat memimpin pelajaran Alkitab dalam bahasa Portugis. Sekarang, sudah bertahun-tahun Harry juga menyampaikan khotbah dalam kebaktian distrik dengan bahasa barunya.
11. Untuk apa kita membahas hal-hal yang dicapai oleh saudara-saudari lansia yang setia?
11 Tentu saja, karena masalah kesehatan atau keadaan, tidak semua orang bisa menyambut tantangan seperti itu. Kalau begitu, untuk apa kita membahas hal-hal yang dicapai oleh beberapa saudara lansia? Yang pasti, bukan untuk menyiratkan bahwa semua orang harus berjuang mencapai hal yang sama. Sebaliknya, hal ini selaras dengan semangat di balik tulisan rasul Paulus kepada orang-orang Kristen Ibrani mengenai para penatua yang setia di sidang, ”Seraya kamu terus memperhatikan bagaimana hasil akhir tingkah laku mereka, tirulah iman mereka.” (Ibrani 13:7) Sewaktu merenungkan teladan semangat seperti itu, kita dapat dianjurkan untuk meniru iman yang kuat yang menggugah saudara-saudari lansia ini dalam melayani Allah. Sewaktu menjelaskan apa yang memotivasinya, Harry, yang kini berusia 87 tahun, berkata, ”Saya ingin menggunakan sisa umur saya dengan bijaksana dan sebisa-bisanya berguna dalam dinas kepada Yehuwa.” Fred, yang disebutkan sebelumnya, merasakan kepuasan yang luar biasa sewaktu melaksanakan tugasnya di Betel. Ia menyimpulkan, ”Kita harus menemukan cara terbaik untuk melayani Yehuwa dan terus melakukannya.”
Tetap Berbakti sekalipun Kondisi Fisik Merosot
12, 13. Bagaimana Barzilai memperlihatkan pengabdian yang saleh sekalipun kondisi fisiknya merosot?
12 Menyesuaikan diri dengan perubahan fisik bisa jadi tidak mudah. Meskipun demikian, kita bisa menunjukkan pengabdian yang saleh sekalipun ada perubahan seperti itu. Barzilai, orang Gilead, adalah teladan bagus dalam hal ini. Pada usia 80 tahun, ia memperlihatkan keramahtamahan yang luar biasa kepada Daud dan pasukannya, menyediakan makanan dan tempat menginap selama pemberontakan Absalom. Sewaktu Daud kembali ke Yerusalem, Barzilai mengantar rombongan itu sampai ke Sungai Yordan. Daud menawari Barzilai menjadi anggota rumah tangga istananya. Apa tanggapan Barzilai? ”Sekarang aku berumur delapan puluh tahun. . . . Dapatkah hambamu ini mengecap apa yang dimakan dan apa yang diminum, atau masih dapatkah aku mendengarkan suara penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan? . . . Inilah hambamu, Khimham. Biarlah ia menyeberang bersama tuanku raja; dan lakukanlah kepadanya apa yang baik di matamu.”—2 Samuel 17:27-29; 19:31-40.
13 Sekalipun kondisi fisiknya merosot, Barzilai berbuat sebisa-bisanya untuk mendukung raja yang Yehuwa lantik. Meskipun mengakui bahwa indra pengecap dan pendengarannya tidak sebaik dahulu, ia tidak menjadi getir. Sebaliknya, tanpa mementingkan diri, ia merekomendasikan Khimham untuk dijadikan anggota rumah tangga istana Daud, sehingga tersingkaplah orang macam apa Barzilai sebenarnya. Seperti Barzilai, banyak saudara-saudari lansia dewasa ini memperlihatkan semangat tidak mementingkan diri dan kemurahan hati. Mereka berbuat sebisa-bisanya untuk mendukung ibadat sejati, tahu bahwa ”Allah senang akan korban-korban yang demikian”. Sungguh besar berkat yang kita nikmati karena adanya orang-orang yang loyal di antara kita!—Ibrani 13:16.
14. Bagaimana usia lanjut Daud menambah bobot kata-kata yang dicatat di Mazmur 37:23-25?
14 Meskipun Daud sering mengalami perubahan keadaan seraya waktu berlalu, ia tetap yakin bahwa perhatian Yehuwa kepada hamba-hamba-Nya yang loyal tidak pernah berubah. Menjelang akhir kehidupannya, Daud menggubah nyanyian yang kini dikenal sebagai Mazmur 37. Bayangkan bagaimana Daud dengan khidmat memetik kecapi dan melantunkan kata-kata ini, ”Oleh Yehuwa langkah seorang laki-laki telah disiapkan, dan Ia senang akan jalannya. Meskipun ia jatuh, ia tidak akan tercampak ke bawah, karena Yehuwa menopang tangannya. Dahulu aku seorang pemuda, kini aku telah menjadi tua, namun aku tidak pernah melihat orang adil-benar ditinggalkan sama sekali, atau keturunannya meminta-minta roti.” (Mazmur 37:23-25) Yehuwa menganggap rujukan tentang usia Daud layak disertakan dalam mazmur yang terilham ini. Itu benar-benar menambah bobot perasaan di balik kata-kata yang sepenuh hati itu!
15. Bagaimana rasul Yohanes menjadi teladan kesetiaan sekalipun mengalami kemerosotan fisik dan usia lanjut?
15 Rasul Yohanes adalah teladan kesetiaan lainnya sekalipun mengalami kemerosotan fisik dan usia lanjut. Setelah melayani Allah selama hampir 70 tahun, Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos ”karena berbicara tentang Allah dan memberikan kesaksian mengenai Yesus”. (Penyingkapan 1:9) Namun, pekerjaannya belum selesai. Malah, semua tulisan Yohanes dalam Alkitab dibuat pada tahun-tahun terakhir kehidupannya. Di Patmos, ia diberi penglihatan berupa Penyingkapan yang membangkitkan rasa takut, yang dengan cermat ia tuangkan ke dalam tulisan. (Penyingkapan 1:1, 2) Menurut pendapat umum, ia dibebaskan dari pengasingan pada pemerintahan Kaisar Romawi Nerva. Setelah itu, kira-kira pada tahun 98 M, kemungkinan sewaktu berusia 90 atau 100 tahun, Yohanes menulis Injil dan ketiga surat yang menyandang namanya.
Riwayat Ketekunan yang Tidak Akan Pudar
16. Bagaimana orang-orang yang telah terganggu kesanggupan berkomunikasinya bisa menunjukkan pengabdian mereka kepada Yehuwa?
16 Keterbatasan itu banyak bentuk dan tingkatannya. Misalnya, beberapa orang terganggu kesanggupan berkomunikasinya. Namun, mereka masih menghargai kenangan indah akan kasih Allah dan kebaikan hati-Nya yang tidak selayaknya diperoleh. Meskipun tidak bisa mengutarakannya dengan kata-kata, mereka mengatakan kepada Yehuwa dalam hati, ”Betapa kucintai hukummu! Sepanjang hari, itulah yang kupikirkan.” (Mazmur 119:97) Yehuwa sendiri mengenal orang-orang yang ”memikirkan namanya”, dan Ia menghargai betapa berbedanya orang-orang seperti itu dibandingkan dengan mayoritas umat manusia, yang sama sekali tidak memedulikan jalan-jalan-Nya. (Maleakhi 3:16; Mazmur 10:4) Betapa menenteramkan untuk tahu bahwa Yehuwa senang akan renungan hati kita!—1 Tawarikh 28:9; Mazmur 19:14.
17. Hal unik apa yang telah diperoleh hamba-hamba Yehuwa kawakan?
17 Yang hendaknya tidak diabaikan ialah fakta bahwa orang-orang yang setia melayani Yehuwa selama puluhan tahun telah memperoleh sesuatu yang benar-benar unik dan tidak bisa diperoleh dengan cara lain apa pun—riwayat ketekunan yang tidak akan pudar. Yesus berkata, ”Dengan ketekunan di pihakmu, kamu akan memperoleh jiwamu.” (Lukas 21:19) Ketekunan sangat penting untuk memperoleh kehidupan abadi. Saudara-Saudari sekalian yang telah ”melakukan kehendak Allah” dan membuktikan keloyalan melalui haluan hidup Saudara dapat berharap untuk mengalami ”penggenapan janji itu”.—Ibrani 10:36.
18. (a) Yehuwa senang melihat apa sehubungan dengan saudara-saudari lansia? (b) Apa yang akan kita ulas di artikel berikut?
18 Yehuwa menghargai dinas sepenuh jiwa Saudara tidak soal seberapa banyak atau seberapa sedikit yang dapat Saudara lakukan. Apa pun yang mungkin terjadi pada ”manusia lahiriah” seraya seseorang bertambah tua, ”manusia batiniah”-nya dapat diperbarui dari hari ke hari. (2 Korintus 4:16) Tidak diragukan bahwa Yehuwa menghargai apa yang telah Saudara capai di masa lalu, tetapi jelas sekali bahwa Ia juga menghargai apa yang sedang Saudara lakukan saat ini untuk nama-Nya. (Ibrani 6:10) Di artikel berikut, kita akan mengulas pengaruh yang berjangka panjang dari kesetiaan tersebut.
-
-
Saudara-Saudari Lansia—Berkat bagi Yang MudaMenara Pengawal—2007 | 1 Juni
-
-
Saudara-Saudari Lansia—Berkat bagi Yang Muda
”Bahkan sampai aku tua dan beruban, oh, Allah, janganlah meninggalkan aku, sampai aku menceritakan tentang lenganmu kepada generasi itu, kepada semua orang yang akan datang, tentang keperkasaanmu.”—MAZMUR 71:18.
1, 2. Apa yang hendaknya disadari oleh hamba-hamba Allah yang lansia, dan apa yang akan kita bahas?
SEORANG penatua Kristen di Afrika Barat mengunjungi seorang saudara lansia terurap dan bertanya, ”Apa kabar, Broer?” Saudara itu menjawab, ”Saya bisa berlari, saya bisa berjingkrak, saya bisa melompat,” sambil berupaya memeragakan kata-katanya. ”Tapi,” lanjutnya, ”saya tidak bisa terbang.” Maksudnya tidak sulit dipahami. ’Apa yang sanggup saya lakukan, saya senang melakukannya, tetapi apa yang tidak sanggup saya lakukan, saya tidak melakukannya.’ Penatua itu kini berusia 80-an, dan ia masih mengingat rasa humor dan keloyalan saudara terurap tersebut.
2 Sifat-sifat saleh yang diperlihatkan seorang lansia dapat meninggalkan kesan yang bertahan lama. Tentu saja, usia saja tidak otomatis menghasilkan hikmat dan sifat-sifat seperti Kristus. (Pengkhotbah 4:13) Alkitab menyatakan, ”Uban di kepala adalah mahkota keindahan apabila didapati di jalan keadilbenaran.” (Amsal 16:31) Jika Saudara sudah lanjut usia, apakah Saudara menyadari betapa besar manfaat kata-kata dan tindakan Saudara bagi orang lain? Perhatikan beberapa contoh Alkitab yang memperlihatkan sejauh mana saudara-saudari lansia telah menjadi berkat nyata bagi orang-orang yang lebih muda.
Iman yang Pengaruhnya Berjangka Panjang
3. Bagaimana kesetiaan Nuh bermanfaat bagi semua orang yang kini hidup?
3 Iman dan keteguhan Nuh menghasilkan manfaat yang dirasakan bahkan sampai sekarang. Nuh berusia hampir 600 tahun sewaktu ia membangun bahtera, mengumpulkan binatang, dan mengabar kepada sesamanya. (Kejadian 7:6; 2 Petrus 2:5) Karena rasa takutnya yang saleh, Nuh beserta keluarganya selamat dari Air Bah dan menjadi nenek moyang semua orang yang hidup di bumi dewasa ini. Memang, pada zaman Nuh, jangka hidup manusia pada umumnya lebih panjang. Namun, bahkan ketika usianya sudah sangat lanjut, Nuh tetap setia, dan hal itu menghasilkan berkat yang luar biasa. Berkat apa?
4. Bagaimana keteguhan Nuh bermanfaat bagi hamba-hamba Allah dewasa ini?
4 Nuh berusia hampir 800 tahun ketika Nimrod mulai mendirikan Menara Babel yang bertentangan dengan perintah Yehuwa agar manusia ”memenuhi bumi”. (Kejadian 9:1; 11:1-9) Namun, Nuh tidak ikut-ikutan memberontak. Jadi, sewaktu para pemberontak itu dikacaukan bahasanya, kemungkinan besar Nuh tidak mengalami hal itu. Iman dan keteguhan Nuh, yang terlihat tidak hanya pada masa tuanya tetapi juga sepanjang kehidupannya yang panjang, benar-benar pantas ditiru oleh hamba-hamba Allah berapa pun usia mereka.—Ibrani 11:7
Pengaruh dalam Keluarga
5, 6. (a) Sewaktu Abraham berusia 75 tahun, apa yang Yehuwa perintahkan kepadanya? (b) Bagaimana Abraham menanggapi perintah Allah?
5 Para lansia bisa mempengaruhi iman keluarganya dan hal ini dapat terlihat dari kehidupan para patriark setelah Nuh. Abraham berusia kira-kira 75 tahun sewaktu Allah berfirman kepadanya, ”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapakmu ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu; aku akan membuat bangsa yang besar darimu, dan aku akan memberkati engkau serta membuat namamu besar; dan engkau akan menjadi berkat.”—Kejadian 12:1, 2.
6 Bayangkan seandainya Saudara disuruh meninggalkan rumah, sahabat, negeri kelahiran, dan keamanan dalam keluarga besar Saudara untuk pergi ke negeri yang tidak Saudara ketahui. Itulah persisnya yang diperintahkan kepada Abraham. Ia pergi ”tepat seperti yang Yehuwa sampaikan kepadanya”, dan selama sisa hidupnya, ia tinggal dalam kemah-kemah sebagai penduduk asing yang berpindah-pindah di negeri Kanaan. (Kejadian 12:4; Ibrani 11:8, 9) Meskipun Yehuwa telah berfirman bahwa Abraham akan menjadi ”bangsa yang besar”, ia meninggal lama sebelum keturunannya menjadi banyak. Sara, istrinya, hanya melahirkan satu putra, Ishak, dan itu pun setelah Abraham mengembara di tanah perjanjian selama 25 tahun. (Kejadian 21:2, 5) Namun, Abraham tidak menjadi letih lalu kembali ke kota asalnya. Benar-benar teladan iman dan ketekunan!
7. Apa pengaruh ketekunan Abraham atas putranya, Ishak, dan apa hasilnya bagi umat manusia?
7 Ketekunan Abraham sangat berpengaruh atas putranya, Ishak, yang sepanjang hidupnya—180 tahun—menjadi penduduk asing di tanah Kanaan. Ketekunan Ishak didasarkan atas iman akan janji Allah, iman yang ditanamkan oleh orang tuanya yang lansia dan belakangan diperkukuh oleh firman Yehuwa sendiri kepadanya. (Kejadian 26:2-5) Keteguhan Ishak menjadi kunci penggenapan janji Yehuwa bahwa ”benih” untuk memberkati seluruh umat manusia akan datang melalui keluarga Abraham. Ratusan tahun kemudian, Yesus Kristus, bagian utama ”benih” itu, membuka jalan bagi semua orang yang memperlihatkan iman akan dia untuk dirukunkan kembali dengan Allah dan menikmati kehidupan abadi.—Galatia 3:16; Yohanes 3:16.
8. Bagaimana Yakub menunjukkan iman yang kuat, dan apa hasilnya?
8 Selanjutnya, Ishak membantu putranya, Yakub, memupuk iman yang kuat yang menopangnya hingga usia senja. Yakub berusia 97 tahun ketika ia bergulat dengan malaikat sepanjang malam demi mendapatkan berkat. (Kejadian 32:24-28) Sebelum meninggal pada usia 147 tahun, Yakub mengumpulkan tenaga untuk memberkati ke-12 putranya satu per satu. (Kejadian 47:28) Kata-kata nubuat yang ia ucapkan, yang kini dicatat di Kejadian 49:1-28, terbukti benar dan masih mengalami penggenapan.
9. Bagaimana saudara-saudari lansia yang matang secara rohani dapat mempengaruhi keluarga mereka?
9 Jelaslah, hamba-hamba Allah yang lansia dan loyal dapat memberikan pengaruh positif atas anggota keluarganya. Petunjuk Alkitab yang dipadukan dengan nasihat bijaksana dan teladan ketekunan dapat sangat menentukan apakah seorang muda akan bertumbuh hingga memiliki iman yang kuat atau tidak. (Amsal 22:6) Saudara-saudari lansia hendaknya tidak sekali-kali meremehkan pengaruh mereka yang sangat bermanfaat bagi keluarga mereka.
Pengaruh atas Rekan-Rekan Seiman
10. Apa ”perintah [Yusuf] mengenai tulang-tulangnya” dan apa pengaruhnya?
10 Saudara-saudari lansia dapat juga menjadi pengaruh baik atas rekan-rekan seiman. Pada usia tuanya, putra Yakub, Yusuf, melakukan sebuah perbuatan iman yang sederhana tetapi pengaruhnya sangat besar atas jutaan penyembah sejati yang hidup setelah dia. Sewaktu berusia 110 tahun, ”ia memberi perintah mengenai tulang-tulangnya”, yakni, agar bangsa Israel membawa serta tulang-tulangnya sewaktu mereka akhirnya meninggalkan Mesir. (Ibrani 11:22; Kejadian 50:25) Perintah itu memberikan secercah harapan bagi Israel selama tahun-tahun perbudakan yang berat setelah kematian Yusuf, meyakinkan mereka bahwa pembebasan akan tiba.
11. Kemungkinan besar, apa pengaruh Musa yang lansia atas Yosua?
11 Salah seorang yang dikuatkan oleh pernyataan iman Yusuf adalah Musa. Sewaktu berusia 80 tahun, Musa mendapat hak istimewa membawa tulang-tulang Yusuf keluar dari tanah Mesir. (Keluaran 13:19) Sekitar masa itu, ia berkenalan dengan Yosua, yang jauh lebih muda. Selama 40 tahun berikutnya, Yosua menjadi pelayan pribadi Musa. (Bilangan 11:28) Ia menemani Musa naik ke Gunung Sinai dan menunggu hingga Musa turun dari gunung sambil membawa kedua lempeng Kesaksian. (Keluaran 24:12-18; 32:15-17) Musa yang sudah lansia pastilah menjadi sumber nasihat dan hikmat yang matang bagi Yosua!
12. Bagaimana Yosua terbukti memberikan pengaruh baik atas bangsa Israel sepanjang kehidupannya?
12 Selanjutnya, Yosua memberikan dorongan moril kepada bangsa Israel selama ia hidup. Hakim 2:7 memberi tahu kita, ”Bangsa itu terus melayani Yehuwa selama masa hidup Yosua dan selama masa hidup para tua-tua yang masih hidup setelah Yosua dan yang melihat semua pekerjaan besar Yehuwa yang dilakukannya bagi Israel.” Namun, setelah Yosua dan tua-tua lain meninggal, dimulailah periode pasang surut antara ibadat sejati dan ibadat palsu selama 300 tahun, hingga zaman nabi Samuel.
Samuel ”Menjalankan Keadilbenaran”
13. Apa yang Samuel lakukan untuk ”menjalankan keadilbenaran”?
13 Alkitab tidak memberi tahu berapa usia Samuel ketika ia mati, tetapi peristiwa-peristiwa dalam buku Satu Samuel mencakup jangka waktu kira-kira 102 tahun, dan Samuel menyaksikan sebagian besar di antaranya. Di Ibrani 11:32, 33, kita membaca bahwa para hakim dan nabi yang lurus hati ”menjalankan keadilbenaran”. Ya, Samuel mempengaruhi beberapa rekan sezamannya sehingga mereka menghindari atau meninggalkan perbuatan salah. (1 Samuel 7:2-4) Caranya? Ia loyal kepada Yehuwa sepanjang hidupnya. (1 Samuel 12:2-5) Ia tidak takut memberikan nasihat yang tegas bahkan kepada raja. (1 Samuel 15:16-29) Selain itu, sekalipun ”sudah tua dan beruban”, Samuel membuktikan diri sebagai teladan dalam hal berdoa bagi orang lain. Ia menyatakan bahwa ’mustahil baginya untuk berdosa terhadap Yehuwa dengan tidak lagi berdoa’ demi kepentingan sesama orang Israel.—1 Samuel 12:2, 23.
14, 15. Bagaimana saudara-saudari lansia dewasa ini dapat meniru Samuel dalam hal berdoa?
14 Semua hal ini menonjolkan bagaimana saudara-saudari lansia dapat memberikan pengaruh baik atas sesama hamba Yehuwa. Meskipun mengalami keterbatasan karena kesehatan atau keadaan lain, saudara-saudari lansia dapat berdoa demi kepentingan orang lain. Saudara-Saudari lansia, apakah Saudara menyadari betapa bermanfaatnya doa Saudara bagi sidang? Karena iman Saudara akan darah Yesus yang dicurahkan, Saudara menikmati kedudukan yang diperkenan di hadapan Yehuwa, dan karena riwayat ketekunan Saudara, iman Saudara telah ’teruji mutunya’. (Yakobus 1:3; 1 Petrus 1:7) Jangan lupa: ”Permohonan orang yang adil-benar, bila itu sedang bekerja, besar kekuatannya.”—Yakobus 5:16.
15 Doa Saudara untuk mendukung pekerjaan Kerajaan Yehuwa dibutuhkan. Beberapa saudara kita dipenjarakan karena kenetralan Kristen mereka. Yang lain menjadi korban bencana alam, perang, dan pertikaian sipil. Yang lain lagi, boleh jadi di sidang kita sendiri, sedang menghadapi godaan atau tentangan. (Matius 10:35, 36) Mereka yang berada di garis depan dalam pekerjaan pengabaran dan yang mengawasi sidang juga membutuhkan doa-doa Saudara yang teratur demi kepentingan mereka. (Efesus 6:18, 19; Kolose 4:2, 3) Betapa bagusnya apabila Saudara menyebut rekan-rekan seiman dalam doa-doa Saudara, seperti yang dilakukan Epafras!—Kolose 4:12.
Mengajar Generasi yang Akan Datang
16, 17. Apa yang dinubuatkan di Mazmur 71:18, dan bagaimana ayat ini telah menjadi kenyataan?
16 Pergaulan dengan orang-orang setia dari ”kawanan kecil”, yang memiliki panggilan surgawi, telah menyediakan pelatihan yang dibutuhkan bagi anggota ”domba-domba lain”, yang berharap hidup selama-lamanya di bumi. (Lukas 12:32; Yohanes 10:16) Hal ini dinubuatkan di Mazmur 71:18, yang berbunyi, ”Bahkan sampai aku tua dan beruban, oh, Allah, janganlah meninggalkan aku, sampai aku menceritakan tentang lenganmu kepada generasi itu, kepada semua orang yang akan datang, tentang keperkasaanmu.” Kaum terurap sangat ingin melatih rekan-rekan mereka, domba-domba lain, guna mengemban semakin banyak tanggung jawab sebelum meninggalkan mereka untuk dimuliakan bersama Yesus Kristus.
17 Secara prinsip, apa yang dikatakan Mazmur 71:18 tentang mengajar ”semua orang yang akan datang” dapat juga diterapkan atas para lansia di antara domba-domba lain, yang telah menerima petunjuk dari kaum terurap milik Allah. Yehuwa telah memberi saudara-saudari lansia ini hak istimewa memberikan kesaksian tentang Dia kepada orang-orang yang kini memeluk ibadat sejati. (Yoel 1:2, 3) Domba-domba lain merasa diberkati karena apa yang telah mereka pelajari dari kaum terurap dan merasa terdorong untuk menyampaikan pendidikan Alkitab mereka kepada lebih banyak orang lagi yang ingin melayani Yehuwa.—Penyingkapan 7:9, 10.
18, 19. (a) Informasi berharga apa yang dapat disampaikan oleh banyak hamba Yehuwa yang lansia? (b) Orang Kristen lansia dapat yakin akan apa?
18 Hamba-hamba Yehuwa yang telah lansia, baik yang terurap maupun dari domba-domba lain, adalah mata rantai hidup ke berbagai peristiwa bersejarah yang penting. Masih ada beberapa saudara yang dahulu menonton tayangan awal ”Drama-Foto Penciptaan”. Beberapa saudara mengenal langsung saudara-saudara pengemban tanggung jawab yang dipenjarakan pada tahun 1918. Yang lainnya ikut serta dalam siaran di stasiun radio Menara Pengawal, WBBR. Banyak yang dapat menceritakan masa manakala kasus-kasus tentang kebebasan beragama Saksi-Saksi Yehuwa diperjuangkan di mahkamah agung. Yang lain lagi berdiri teguh demi ibadat sejati di bawah rezim-rezim diktator. Ya, saudara-saudari lansia dapat menceritakan bagaimana pemahaman kebenaran telah disingkapkan secara progresif. Alkitab menganjurkan kita untuk menarik manfaat dari sumber pengalaman yang berlimpah ini.—Ulangan 32:7.
19 Orang Kristen lansia didesak untuk menjadi teladan bagi mereka yang lebih muda. (Titus 2:2-4) Boleh jadi, sekarang Saudara tidak melihat pengaruh ketekunan, doa, dan nasihat Saudara atas orang lain. Nuh, Abraham, Yusuf, Musa, dan orang-orang lain tidak mungkin sepenuhnya mengetahui pengaruh kesetiaan mereka atas generasi yang akan datang. Namun, riwayat iman dan integritas mereka yang diwariskan kepada kita sangat besar pengaruhnya, begitu pula teladan Saudara.
20. Berkat apa saja yang menanti orang-orang yang menjaga harapannya teguh sampai ke akhir?
20 Entah Saudara selamat melewati ”kesengsaraan besar” atau Saudara dihidupkan kembali melalui kebangkitan, betapa senangnya merasakan ”kehidupan yang sebenarnya” kelak! (Matius 24:21; 1 Timotius 6:19) Bayangkan masa selama Pemerintahan Seribu Tahun Kristus manakala Yehuwa akan memperbaiki dampak usia lanjut. Tubuh kita tidak lagi terus-menerus mengalami kemerosotan, tetapi setiap pagi, kita akan bangun dengan tubuh yang secara bertahap semakin baik—stamina lebih kuat, penglihatan lebih jelas, pendengaran lebih tajam, penampilan lebih muda! (Ayub 33:25; Yesaya 35:5, 6) Mereka yang diberkati untuk hidup dalam dunia baru Allah akan selalu muda dibandingkan dengan kekekalan yang akan dialami. (Yesaya 65:22) Oleh karena itu, semoga kita semua menjaga harapan kita teguh sampai ke akhir dan terus melayani Yehuwa dengan sepenuh jiwa. Kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan menggenapi semua yang Ia janjikan dan bahwa apa yang bakal Ia lakukan akan jauh melebihi apa pun yang mungkin kita harapkan.—Mazmur 37:4; 145:16.
-