PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Papua Nugini
    Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2011
    • Sungai itu adalah jalan raya besar, yang rutin digunakan oleh saudara-saudara, termasuk pengawas keliling dan istrinya. Mari bergabung dengan seorang pengawas wilayah dan istrinya yang sedang mengunjungi sidang-sidang di sepanjang sungai besar ini.

      Warren Reynolds menulis, ”Pagi-pagi sekali, saya dan istri, Leann, berangkat dari kota Wewak dengan membawa perahu aluminium berukuran 3,5 meter yang dipasang pada atap mobil kami. Setelah tiga jam berkendara, sebagian besar dengan mengaktifkan tuas penggerak-empat-roda, kami memarkir kendaraan kami di sisi sungai selama beberapa hari sementara kami berperahu ke hulu untuk mengunjungi kira-kira 30 penyiar di empat desa di sepanjang anak-anak sungai Sepik.

      ”Setelah memasukkan barang-barang ke perahu kami yang lantainya datar, kami menghidupkan motor tempelnya yang berkapasitas 25 tenaga kuda dan bergerak ke hulu. Sejam kemudian, kami berbelok ke Sungai Yuat, anak sungai Sepik, dan menyusurinya selama dua jam lagi sebelum tiba di desa Biwat. Di sana, kami dengan hangat disambut oleh saudara-saudara dan para pelajar Alkitab, yang beberapa darinya menggotong perahu kami ke tepian dan menaruhnya di salah satu rumah mereka. Setelah menyantap pisang dan air kelapa, kami semua berangkat dan berjalan selama dua jam melewati hutan rawa, dengan dipandu para penyiar yang juga membantu mengangkut barang-barang kami. Akhirnya, kami tiba di desa kecil yang disebut Dimiri, di mana kami memuaskan dahaga kami dengan air kelapa dan memasang kelambu dan tempat tidur di rumah panggung yang dibuat dari bahan-bahan hutan. Akhirnya, setelah menyantap gembili yang dimasak, kami tidur.

      ”Empat belas penyiar tinggal di daerah ini di tiga desa. Selama beberapa hari kemudian, kami mengabar ke setiap desa dan menemukan banyak peminat. Kami juga senang melihat dua pelajar Alkitab mengesahkan perkawinan mereka dan disetujui untuk melayani sebagai penyiar Kerajaan. Penyiar lainnya menyediakan jamuan pernikahan sederhana berupa gembili, sagu, dedaunan yang bisa dimakan, dan dua ekor ayam.

      ”Pada hari Minggu, kami senang sekali melihat 93 penduduk desa menghadiri khotbah umum! Setelah perhimpunan, dengan ransel terisi penuh, kami berangkat pada tengah hari untuk kembali ke Biwat, di mana kami menitipkan barang kami di rumah seorang pelajar Alkitab dan mulai mengabar. Beberapa orang menerima lektur; dan beberapa lagi mau belajar Alkitab. Malam itu, di rumah seorang pelajar Alkitab, kami makan di sekeliling api unggun agar terhindar dari serbuan gerombolan nyamuk yang takut pada asap api.

      ”Keesokan paginya, kami kembali ke perahu, mendorongnya ke sungai, dan berangkat menembus kabut pagi, sambil terpukau melihat burung dan ikan yang berkecipakan di air. Rakit-rakit bambu berisi keluarga yang membawa dagangannya ke pasar melewati kami dengan senyap ke arah berlawanan.

      ”Sewaktu kembali ke kendaraan, kami mengisi ulang tangki bahan bakar perahu dan air minum serta persediaan lain. Lalu, kami kembali menyusuri sungai, kali ini untuk mengunjungi ke-14 penyiar di Kambot. Kami tiba dua jam kemudian dalam keadaan basah kuyup akibat hujan badai tropis. Dari Kambot, kami menuju ke hulu​—kali ini dengan perahu penuh penyiar​—ke sebuah desa besar yang berada di kedua sisi sungai. Kami mengabar kepada orang-orang yang penuh penghargaan di sana hingga senja. Dalam perjalanan pulang, kami mengabar kepada orang-orang yang berdiri di dermaga apung dari bambu. Karena telah melihat kami pergi ke hulu pada pagi hari, mereka menunggu kepulangan kami. Karena uang langka di daerah terpencil ini, penduduk desa mengungkapkan rasa terima kasih atas kunjungan kami dan atas risalah yang telah kami bagikan dengan menyumbangkan makanan​—kelapa, labu, ikan asap, pisang. Saat matahari terbenam, kami sudah kembali di Kambot, memasak bahan-bahan makanan itu.

      ”Di Kambot, tempat berhimpunnya berupa rumah panggung, sebagaimana lazimnya rumah-rumah di daerah itu. Di musim hujan, saat seluruh daerah itu banjir, orang mengayuh kanonya hingga persis di tangga tempat berhimpun. Kunjungan kami diakhiri dengan khotbah umum yang dihadiri 72 orang, termasuk beberapa yang berjalan lima jam untuk tiba di sini.

      ”Setelah tiba lagi di kendaraan yang kami gunakan untuk pekerjaan keliling dan memasang perahu di atapnya, kami melakukan perjalanan pulang selama tiga jam. Di perjalanan, kami memikirkan saudara-saudari yang kami kasihi yang tinggal di tepi Sungai Sepik. Kami juga memikirkan kasih Yehuwa kepada mereka, yang tecermin dalam upaya organisasi-Nya untuk memastikan bahwa mereka diberi cukup makanan rohani. Sungguh luar biasa hak istimewa kami untuk menjadi bagian dari keluarga yang menakjubkan demikian!”

  • Papua Nugini
    Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2011
    • [Gambar di hlm. 132, 133]

      Kiri: Pengawas wilayah Warren Reynolds dan istrinya, Leann, mengunjungi desa Biwat; atas: khotbah umum sewaktu ia berkunjung ke desa Dimiri

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan