PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Allah Merencanakan agar Manusia Menikmati Kehidupan dalam Firdaus
    Menara Pengawal—1989 | 1 Agustus
    • Allah Merencanakan agar Manusia Menikmati Kehidupan dalam Firdaus

      ”[Yehuwa] Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”—KEJADIAN 2:15.

      1. Apa maksud-tujuan yang semula dari sang Pencipta sehubungan dengan manusia yang taat?

      MAKSUD-TUJUAN sang Pencipta yang semula, dan yang masih tetap merupakan maksud-tujuan Dia, ialah agar umat manusia yang taat menikmati kehidupan tanpa usia tua, terus melimpah dengan kekuatan masa muda, bebas dari semua kebosanan, selalu mempunyai tujuan yang berguna untuk dipenuhi, kehidupan saling mengasihi dan dikasihi dengan cara yang tulus dan tidak mementingkan diri, dengan sempurna—dalam suatu firdaus!—Kejadian 2:8; bandingkan Lukas 23:42, 43 (NW).

      2. (a) Apa yang pasti terjadi ketika manusia pertama mulai sadar? (b) Bilamana manusia pertama diciptakan, di mana, dan pada tanggal berapa?

      2 Untuk melihat hal itu dengan jelas, bayangkan Adam yang berjanggut ketika ia pertama kali mendapatkan kesadaran, ketika ia memeriksa tubuhnya sendiri dan semua hal yang ia lihat dan dengar dan rasakan di sekelilingnya, ketika ia pertama menyadari bahwa ia hidup! Ini terjadi kira-kira 6.000 tahun yang lalu, pada tahun 4.026 sebelum Tarikh Masehi, menurut perhitungan waktu yang diuraikan dalam Kitab Suci. Ini terjadi di negeri yang dewasa ini dikenal sebagai Turki, atau bagian barat daya dari apa yang sekarang disebut Asia, kira-kira di sekitar Sungai Efrat dan Sungai Tigris, jadi di belahan utara dari bola bumi kita ini. Waktunya adalah kira-kira tanggal 1 Oktober, karena kalender-kalender manusia yang paling kuno mulai menghitung waktu sekitar tanggal itu.

      3. (a) Dalam keadaan apa manusia pertama mulai hidup? (b) Siapa nama manusia pertama, dan apa artinya?

      3 Manusia pertama sejak awal kehidupannya adalah seorang dewasa penuh, diciptakan dengan sempurna, mempunyai kesehatan yang sempurna, bermoral sempurna. Nama yang berulang kali diberikan kepadanya dalam catatan Alkitab menarik perhatian kita kepada zat-zat yang digunakan untuk membentuknya. Nama dia ’A·dhamʹ.a Bumi, atau tanah, yang menjadi bahan utama untuk menciptakan dia disebut ’adha·mahʹ. Jadi namanya dengan tepat dapat dikatakan berarti ”Manusia Yang Berasal Dari Tanah.” Ini kemudian menjadi nama pribadi dari manusia pertama ini—Adam. Betapa menggetarkan perasaan Adam ketika ia mulai hidup, menjadi suatu pribadi yang sadar dan cerdas!

      4. Hal yang aneh apa tidak dialami manusia pertama ketika ia mulai sadar bahwa ia hidup, maka ia bukan anak dari apa?

      4 Pada waktu manusia pertama ini, Adam, mulai hidup, mulai bangun kepada keadaan sadar yang disertai kemampuan berpikir, dan membuka matanya, ia tidak mendapati dirinya berbaring di dada yang berambut lebat, dipeluk oleh tangan-tangan yang kuat dan panjang dari suatu makhluk betina yang mirip kera, menempel kepada makhluk itu dan melihat ke dalam matanya dan dengan kasih sayang menyebutnya Ibu. Manusia pertama, Adam, tidak mengalami hal yang aneh itu ketika sadar bahwa ia hidup. Ia tidak merasa mempunyai hubungan jasmani dengan seekor kera, tidak juga ketika belakangan ia pertama kali melihat seekor kera. Pada hari ia diciptakan, tidak ada sesuatu pun yang menyatakan bahwa ia adalah keturunan atau saudara jauh, dari seekor kera atau makhluk seperti itu. Namun, apakah manusia pertama, Adam, akan dibiarkan terus bertanya-tanya berkenaan bagaimana ia ada? Tidak.

      5. Apa yang Adam ketahui dengan pasti mengenai kebunnya yang bagaikan taman dan mengenai dirinya sendiri?

      5 Memang, ia mungkin saja merasa heran bagaimana semua perkara yang indah yang ia pandang mulai ada. Ia mendapati dirinya dalam sebuah kebun yang bagaikan taman, suatu firdaus yang tidak ia rancang, buat, dan atur sendiri. Bagaimana semua ini terjadi? Sebagai manusia yang mempunyai kecerdasan sempurna dan memiliki akal sehat, ia tentu ingin tahu. Ia tidak mempunyai pengalaman apa-apa sebelumnya. Ia tahu bahwa ia bukan seorang manusia yang ia ciptakan sendiri dan berkembang sendiri. Bahwa ia tidak muncul kepada keadaan ini dengan jerih payahnya sendiri.—Bandingkan Mazmur 100:3, NW; 139:14.

      6. Bagaimana kemungkinan reaksi Adam akan kenyataan bahwa ia hidup dalam tempat tinggal yang sempurna di bumi?

      6 Manusia pertama, Adam, mungkin mula-mula terlalu gembira dengan pengalaman baru ini, hidup dengan senang dalam suatu tempat tinggal yang sempurna di bumi, sehingga untuk sementara lupa memikirkan dari mana ia berasal dan mengapa. Ia pasti tergerak untuk mencetuskan seruan-seruan bahagia. Ia mendapati kata-kata keluar dari mulutnya. Ia mendengar dirinya sendiri berbicara dalam bahasa manusia, membuat pernyataan-pernyataan tentang perkara-perkara indah yang ia lihat dan dengar. Betapa menyenangkan hidup di sini dalam taman Firdaus ini! Namun seraya ia dengan penuh sukacita memuaskan diri dengan keterangan dari semua yang ia lihat, dengar, cium, dan rasakan, ia pasti didorong untuk berpikir. Bagi kita, andai kata kita ditempatkan dalam keadaan seperti Adam, pasti ada suatu misteri mengenai segala sesuatunya, suatu misteri yang tidak dapat kita pecahkan sendiri.

      Tidak Ada Misteri berkenaan Keberadaan Manusia

      7. Mengapa Adam tidak merasa bingung untuk waktu yang lama berkenaan kenyataan bahwa ia hidup dan berada dalam suatu taman firdaus?

      7 Manusia pertama Adam tidak bingung untuk waktu yang lama tentang mengapa ia hidup dan berada seorang diri, tanpa pribadi lain seperti dia dalam taman Firdaus. Ia mendengar suara, seseorang sedang berbicara. Ia memahaminya. Namun di manakah pribadi yang berbicara itu? Manusia itu tidak melihat siapapun berbicara. Suara tersebut datang dari alam yang tidak kelihatan, dan ditujukan kepadanya. Ini adalah suara sang Pembuat manusia, Penciptanya! Dan manusia itu dapat menjawab Dia dengan tutur kata yang sama. Ia mendapati dirinya berbicara dengan Allah, sang Pencipta. Manusia itu tidak membutuhkan pesawat penerima suara yang modern dan ilmiah untuk mendengar suara ilahi itu. Allah bercakap-cakap kepadanya melalui sarana komunikasi yang jauh lebih canggih daripada alat elektronik.

      8, 9. (a) Adam bisa mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa, dan perhatian serta minat kebapaan apakah diperlihatkan kepadanya? (b) Jawaban apa yang Adam terima dari Bapa surgawinya?

      8 Sekarang pria itu mengetahui bahwa ia tidak sendirian, dan karena itu ia pasti merasa lebih baik. Pikirannya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan. Ia dapat menanyakan itu kepada Pribadi yang tidak kelihatan yang berbicara kepadanya. Siapakah yang menciptakan dia dan taman kesenangan di sekelilingnya? Mengapa ia ditempatkan di sana, dan apa yang harus ia lakukan dengan kehidupannya? Apakah ada suatu tujuan tertentu dalam kehidupan? Perhatian dan minat kebapaan diperlihatkan kepada manusia pertama ini, Adam, karena pertanyaan-pertanyaannya semua dijawab sehingga memuaskan pikirannya yang serba ingin tahu. Betapa menyenangkan hal ini bagi Penciptanya, Pemberi-Kehidupannya, Bapa surgawinya, mendengar manusia mulai berbicara dan mengucapkan kata-katanya yang pertama! Betapa bahagia perasaan sang Bapa surgawi menjawab pertanyaan-pertanyaan putra-Nya di bumi dan dengan demikian tidak membiarkan kehidupannya terselubung dalam misteri! Pertanyaan pertama yang wajar, ”Bagaimana saya ada?” dengan senang hati dijawab oleh Bapa surgawi dan dengan demikian Ia mengakui bahwa manusia pertama ini adalah putra-Nya. Ia adalah ”anak Allah.” (Lukas 3:38) Yehuwa memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa dari manusia pertama ini, Adam. Berikut ini adalah inti jawaban yang Adam terima dari Bapa surgawinya atas pertanyaannya, yang kemudian ia teruskan kepada keturunannya:

      9 ”[Yehuwa] Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk [”nyawa,” Klinkert] yang hidup. Selanjutnya [Yehuwa] Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkanNya manusia yang dibentukNya itu. Lalu [Yehuwa] Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.”—Kejadian 2:7-10.b

      10, 11. (a) Fakta-fakta apa yang jelas Adam pelajari, tetapi ia perlu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan lain apa? (b) Jawaban apa yang diberikan Bapa surgawi kepada Adam?

      10 Pikiran Adam yang cerdas dan segar dengan penuh semangat menyerap keterangan yang memuaskan ini. Sekarang ia tahu bahwa ia tidak berasal dari alam yang tidak kelihatan itu dari mana Pencipta dan Pembentuknya berbicara. Sebaliknya, ia dibentuk dari bumi tempat ia tinggal dan dengan demikian bersifat jasmani. Pemberi-Kehidupan dan Bapanya adalah Allah Yehuwa. Ia adalah ”nyawa yang hidup.” Karena menerima kehidupannya dari Allah Yehuwa, ia adalah ”anak Allah.” Pohon-pohon di sekelilingnya di taman Eden menghasilkan buah-buah yang baik untuk makanan, untuk ia makan sehingga tetap hidup sebagai jiwa yang hidup. Namun, mengapa ia harus tetap hidup, dan mengapa ia ditempatkan di bumi, dalam taman Eden ini? Ia adalah seorang pria yang telah dibentuk dengan lengkap, yang mempunyai kecerdasan dan kemampuan fisik, dan ia layak mengetahuinya. Jika tidak, bagaimana ia dapat memenuhi tujuannya dalam kehidupan dan dengan demikian menyenangkan Pencipta dan Bapanya dengan melakukan kehendak ilahi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang baik ini diberikan dalam keterangan berikut:

      11 ”[Yehuwa] Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakannya dan memelihara taman itu. Lalu [Yehuwa] Allah memberi perintah ini kepada manusia, ’Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”—Kejadian 2:15-17.

      12. Atas hal apa Adam pasti berterima kasih kepada Penciptanya, dan bagaimana manusia dapat memuliakan Allah dengan cara itu?

      12 Adam pasti berterima kasih kepada Penciptanya karena telah diberi sesuatu yang akan membuatnya sibuk dengan hal-hal yang berguna dalam taman Eden yang indah ini. Sekarang ia mengetahui kehendak Penciptanya, dan ia dapat melakukan sesuatu di bumi bagi Dia. Ia sekarang mempunyai tanggung jawab yang diberikan kepadanya, yaitu mengusahakan taman Eden dan memeliharanya, dan itu adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan. Dengan melakukan itu, ia dapat menjaga agar taman Eden tampak demikian rupa sehingga mendatangkan kemuliaan dan pujian bagi Pembuatnya, Allah Yehuwa. Bilamana Adam merasa lapar setelah bekerja, ia dapat makan sampai kenyang dari pohon-pohon di taman itu. Dengan demikian ia dapat memulihkan tenaganya dan meneruskan kehidupannya yang bahagia untuk waktu yang tidak ditentukan—tanpa akhir.—Bandingkan Pengkhotbah 3:10-13.

      Prospek Kehidupan Kekal

      13. Prospek apa yang dimiliki manusia pertama, dan mengapa demikian?

      13 Kekal selama-lamanya? Hal ini pasti merupakan gagasan yang hampir tidak dapat dipercaya bagi manusia yang sempurna itu! Namun mengapa tidak? Penciptanya tidak mempunyai pikiran atau maksud untuk menghancurkan taman Eden yang telah dirancang dengan sangat bagus. Mengapa Ia akan menghancurkan karya-Nya sendiri, yang begitu baik dan benar-benar mengungkapkan kreatifitas artistik-Nya? Tentu Ia tidak berniat untuk melakukan itu. (Yesaya 45:18) Dan karena taman yang tiada bandingnya ini harus tetap diusahakan, dibutuhkan seorang pemelihara dan pengelola seperti manusia pertama, Adam. Dan jika manusia pengelola itu tidak pernah makan dari buah ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” yang terlarang itu, ia tidak pernah akan mati. Ya, manusia yang sempurna itu dapat hidup untuk selama-lamanya!

      14. Bagaimana Adam bisa mendapat hidup kekal dalam Firdaus?

      14 Kehidupan kekal dalam Firdaus taman Eden itu terbentang di hadapan Adam! Taman ini dapat dinikmati untuk selama-lamanya, asalkan ia tetap taat secara sempurna kepada Penciptanya, tidak pernah makan buah yang dilarang oleh Pencipta manusia. Keinginan Dia ialah agar manusia sempurna itu tetap taat dan tetap hidup selama-lamanya. Larangan memakan buah ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat itu” bukan sesuatu yang sulit dilakukan. Ini hanya ujian terhadap ketaatan yang sempurna dari manusia terhadap Bapanya. Ini merupakan kesempatan bagi manusia untuk membuktikan kasihnya kepada Allah, Penciptanya.

      15. Mengapa Adam dapat mengharapkan masa depan yang cerah, dengan perkara-perkara baik di tangan Penciptanya?

      15 Dengan perasaan sungguh-sungguh puas bahwa ia bukan sekedar hasil perbuatan yang tidak sengaja melainkan mempunyai Bapa surgawi, dengan pikirannya diterangi dengan pengertian tentang tujuannya dalam kehidupan, dengan harapan untuk hidup kekal dalam Firdaus, manusia sempurna memandang ke muka ke suatu masa depan yang cerah. Ia makan dari pohon-pohon yang baik untuk dimakan, dan menghindari ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.” Ia mengharapkan hal-hal yang baik di tangan Penciptanya. Pekerjaan mengusahakan taman Eden, bukan merusaknya, adalah baik, dan manusia sempurna itu bekerja.

      Tidak Merasa Wajib Menjelaskan Segala Perkara

      16-18. Hal-hal apa, yang mungkin disebut misteri, yang Adam tidak merasa wajib untuk pecahkan, dan mengapa?

      16 Siang hari mulai berganti dengan malam seraya benda penerang yang besar dari siang, yang dapat ia lihat dalam gerakannya melintasi angkasa, terbenam. Kegelapan muncul, malam hari dan bulan mulai dapat ia lihat. Hal ini tidak memenuhinya dengan perasaan takut; ini adalah benda penerang yang lebih kecil yang menguasai malam hari. (Kejadian 1:14-18) Mungkin kunang-kunang beterbangan di taman, cahaya mereka yang dingin berkelap-kelip bagaikan lampu-lampu kecil.

      17 Ketika malam tiba dan hari mulai gelap, ia merasakan kebutuhan untuk tidur seperti binatang-binatang di sekelilingnya. Pada waktu bangun ia mulai merasa lapar, dan ia makan dengan selera yang baik dari buah pohon yang diizinkan, yaitu dapat kita katakan sebagai makan pagi.

      18 Dengan tenaga yang dipulihkan dan benar-benar disegarkan oleh istirahat malam hari, ia mengalihkan perhatiannya kepada pekerjaan untuk hari itu. Pada waktu memandang segala sesuatu yang hijau di sekelilingnya, ia tidak merasa bahwa ia harus menggali misteri dari apa yang ribuan tahun kemudian disebut orang fotosintesis, proses yang mengandung teka-teki, yaitu zat hijau daun dari tanam-tanaman, khlorofilnya, memanfaatkan energi sinar matahari untuk menghasilkan bahan makanan bagi manusia dan hewan, dan pada waktu yang sama mengambil karbon dioksida yang dihembuskan manusia dan hewan dan mengeluarkan oksigen untuk mereka hirup. Seorang manusia bisa saja menyebut ini suatu misteri, tetapi Adam tidak perlu memecahkannya. Itu adalah mukjizat dari Pencipta manusia. Ia memahami dan membuatnya bekerja demi manfaat makhluk-makhluk hidup di bumi. Jadi, bagi kecerdasan yang sempurna dari manusia pertama sudah cukup bahwa Allah sang Pencipta membuat hal-hal tumbuh, dan pekerjaan yang manusia dapatkan dari Allah ialah memelihara bentuk-bentuk kehidupan tanaman yang tumbuh di taman Eden.—Lihat Kejadian 1:12.

      Seorang Diri—Namun Tidak Kurang Sukacita

      19. Walaupun menyadari bahwa ia seorang diri, tanpa ada orang lain seperti dia di bumi, apa yang tidak Adam lakukan?

      19 Pendidikan manusia di tangan Bapa surgawinya belum selesai. Ia mengurus taman Eden tanpa ada makhluk lain yang seperti dia di atas bumi yang ikut bersamanya atau membantu dia. Ia seorang diri, dalam hal tidak ada makhluk lain yang sejenis dengan dia, yaitu manusia. Ia tidak pergi mencari seseorang seperti dia untuk dijadikan teman. Ia tidak meminta kepada Allah Bapa surgawinya untuk memberinya saudara laki-laki atau perempuan. Kesendiriannya sebagai manusia tidak membuat dia akhirnya menjadi gila dan merampas sukacita dari kehidupan dan pekerjaan. Ia memiliki Allah sebagai teman.—Bandingkan Mazmur 27:4.

      20. (a) Apa yang menjadi puncak sukacita dan kesenangan Adam? (b) Mengapa terus menempuh jalan hidup ini bukan merupakan kesukaran yang melelahkan bagi Adam? (c) Apa yang akan dibahas artikel berikut?

      20 Adam tahu bahwa ia dan pekerjaannya diawasi oleh Bapa surgawinya. Puncak sukacitanya ialah menyenangkan Allah dan Penciptanya, yang kehebatan-Nya dinyatakan oleh semua karya ciptaan yang indah di sekeliling manusia. (Bandingkan Wahyu 15:3.) Terus menempuh jalan hidup ini bukan merupakan hal yang menyusahkan dan melelahkan atau tugas yang membosankan bagi manusia yang seimbang secara sempurna ini yang dapat bercakap-cakap dengan Allahnya. Dan Allah menaruh di hadapan Adam pekerjaan yang menarik, pekerjaan yang mengasyikkan yang akan memberinya kepuasan dan kesenangan yang besar. Artikel berikut akan menceritakan lebih banyak tentang berkat-berkat dan prospek Firdaus yang Adam nikmati dalam tangan Penciptanya yang pengasih.

      [Catatan Kaki]

      a Ini adalah kata-kata dalam bahasa asli dari kisah penciptaan dalam Kitab Suci.—Kejadian 1:26, catatan kaki New World Translation Reference Bible.

      b Nabi Musa, yang mencatat keterangan dalam buku Kejadian pada abad ke-16 sebelum Tarikh Masehi, menambahkan keterangan berikut mengenai sungai yang mengalir dari Eden, menurut pengetahuan pada zamannya:

      ”Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada. Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kusy. Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.”—Kejadian 2:11-14.

  • Prospek yang Menakjubkan bagi Manusia dalam Firdaus Kesenangan
    Menara Pengawal—1989 | 1 Agustus
    • Prospek yang Menakjubkan bagi Manusia dalam Firdaus Kesenangan

      ”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ’Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”—KEJADIAN 1:28.

      1, 2. Apa tujuan Yehuwa dengan penuh kasih bekerja demi manusia, dan tugas apa yang Ia berikan kepada Adam?

      ”ALLAH adalah kasih,” kita diberi tahu dalam Alkitab. Ia dengan penuh kasih dan tidak mementingkan diri berminat kepada umat manusia dan senantiasa berupaya agar mereka dapat menikmati kehidupan yang sehat, tentram untuk selama-lamanya dalam firdaus kesenangan di bumi. (1 Yohanes 4:16; bandingkan Mazmur 16:11.) Manusia pertama, Adam yang sempurna, mempunyai kehidupan yang tentram dan pekerjaan yang menarik serta menyenangkan. Pencipta manusia menugaskan dia untuk mengusahakan taman yang sangat menyenangkan, Eden. Pencipta manusia kemudian memberinya tugas lain, tugas khusus, yang penuh tantangan, seperti dinyatakan oleh kisah mengenai apa yang terjadi:

      2 ”Lalu [Yehuwa] Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. DibawaNyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan.”—Kejadian 2:19, 20.

      3. Mengapa tidak ada perasaan takut di pihak Adam dan makhluk-makhluk hewan?

      3 Manusia menyebut kuda sus, lembu shohr, domba seh, kambing ʽez, seekor burung ʽohph, burung udara yoh·nahʹ, burung merak tuk·kiʹ, singa ʼar·yehʹ atau ʼariʹ, beruang dov, kera qohph, anjing keʹlev, ular na·chashʹ, dan seterusnya.a Ketika ia pergi ke sungai yang mengalir di taman Eden, ia melihat ikan. Ikan ia beri nama da·gahʹ. Manusia yang tidak bersenjata itu tidak merasa takut kepada hewan-hewan itu, yang jinak maupun liar, atau burung-burung, dan mereka tidak takut kepadanya, yang secara naluri mereka akui lebih tinggi dari mereka, atau sebagai jenis kehidupan yang lebih tinggi. Mereka adalah makhluk-makhluk ciptaan Allah, yang dikaruniai kehidupan oleh-Nya, dan manusia tidak mempunyai keinginan atau kecenderungan untuk menyakiti atau membunuh mereka.

      4. Apa yang dapat kita duga berkenaan tindakan Adam memberi nama semua hewan dan burung, dan pengalaman macam apa ini tentunya?

      4 Tepatnya berapa lama kepada manusia diperlihatkan binatang-binatang yang jinak dan liar serta burung-burung di langit, tidak diceritakan kepada kita oleh kisah itu. Ini semua di bawah bimbingan dan pengaturan ilahi. Mungkin Adam membutuhkan waktu untuk mempelajari tiap hewan yang berbeda, mengamat-amati kebiasaan dan susunannya yang khas; kemudian ia memilih nama yang cocok benar untuknya. Ini semua dapat membutuhkan waktu yang cukup lama. Ini adalah pengalaman yang paling menarik bagi Adam untuk berkenalan dengan makhluk-makhluk hidup di atas bumi dengan banyak jenisnya, dan dibutuhkan kemampuan mental yang besar serta daya tutur kata bagi dia untuk membeda-bedakan masing-masing dari jenis-jenis makhluk hidup ini dengan nama yang cocok.

      5-7. (a) Pertanyaan-pertanyaan apa mungkin akan timbul? (b) Jawaban macam apa diberikan dalam kisah penciptaan di Kejadian 1:1-25?

      5 Namun bagaimana urutan penciptaan semua makhluk hidup ini? Apakah binatang-binatang darat diciptakan sebelum burung-burung atau tidak, dan di manakah kedudukan manusia dalam waktu serta urutan sehubungan dengan semua makhluk hidup yang lebih rendah jenisnya ini? Bagaimana Allah mempersiapkan permukaan bumi untuk kehidupan makhluk-makhluk yang demikian beragam dan berbeda, menyediakan udara tempat burung-burung dapat terbang demikian tinggi, menyediakan air untuk diminum dan kehidupan tumbuh-tumbuhan untuk menjadi makanan, membuat benda penerang yang besar untuk menerangi siang hari sehingga manusia dapat melihat, dan membuat benda penerang yang lebih kecil untuk memperindah malam hari? Mengapa cuaca begitu sejuk dan hangat sehingga manusia dapat bergerak dan bekerja serta tidur di udara terbuka dan telanjang?

      6 Manusia tidak dibiarkan mencari-cari jawabannya. Pikirannya yang serba ingin tahu layak mendapat jawaban yang masuk akal dari sumber yang berwenang yang mengetahuinya dengan tepat. Ia tidak dibiarkan menjadi anak Allah yang tidak tahu apa-apa, tetapi kecerdasannya yang tinggi kemungkinan besar ditingkatkan dengan sejarah yang menakjubkan tentang penciptaan seperti diuraikan dalam Kejadian 1:1-25.

      7 Untuk kisah penciptaan yang menggetarkan itu, Adam merasa sangat bersyukur. Kisah tersebut menjelaskan banyak hal. Dari kata-kata yang menyingkapkan tentang penciptaan itu, ia mengerti bahwa ada tiga periode waktu yang panjang yang Allah sebut hari menurut cara Dia mengukur waktu, sebelum periode penciptaan yang keempat manakala Allah membuat dua benda penerang yang besar muncul di bentangan langit untuk menjadi tanda dari hari manusia yang lebih pendek yang lamanya 24 jam. Hari yang lebih pendek dari manusia di atas bumi ini adalah saat terbenamnya benda penerang yang besar sampai saat ia turun lagi berikutnya. Adam juga tahu bahwa akan ada waktu-waktu tahun baginya, dan ia pasti segera mulai menghitung tahun-tahun kehidupannya. Benda penerang yang lebih besar di bentangan langit memungkinkan dia melakukan ini. Namun berkenaan hari-hari penciptaan Allah yang lebih panjang, manusia pertama menyadari bahwa pada waktu itu ia hidup pada hari keenam dari pekerjaan penciptaan Allah di bumi. Ia belum diberi tahu tentang akhir hari keenam saat semua binatang darat diciptakan dan kemudian manusia diciptakan secara terpisah. Sekarang ia mengerti urutan penciptaan kehidupan tumbuh-tumbuhan, kehidupan binatang laut, kehidupan burung, dan binatang-binatang darat. Namun seorang diri dalam taman Eden, Adam bukanlah pernyataan selengkapnya dari maksud-tujuan Allah yang pengasih bagi manusia dalam Firdausnya di bumi.

      Menciptakan Wanita Pertama

      8, 9. (a) Apa yang diamati oleh manusia yang sempurna berkenaan makhluk hewan, namun apa yang ia simpulkan berkenaan dirinya sendiri? (b) Mengapa cocok bahwa manusia sempurna tidak meminta pasangan dari Allah? (c) Bagaimana kisah Alkitab menggambarkan penciptaan istri manusia pertama?

      8 Manusia pertama, dengan pikiran dan daya pengamatannya yang sempurna, melihat bahwa dalam alam burung dan hewan, ada jantan dan betina dan bahwa di antara mereka, mereka mereproduksi atau memperanakkan jenis mereka. Tetapi berkenaan manusia sendiri, halnya tidak demikian pada waktu itu. Jika pengamatan ini membuat ia memiliki gagasan untuk menikmati pergaulan dengan seorang teman, ia mendapati tidak ada pasangan yang cocok di alam hewan manapun, tidak juga di kalangan kera. Adam menyimpulkan bahwa tidak ada pasangan baginya karena jika ada, tidakkah Allah akan membawa dia kepadanya? Manusia telah diciptakan terpisah dari semua jenis hewan, dan kemungkinan besar memang ia harus berbeda! Ia tidak cenderung memutuskan persoalan bagi dirinya sendiri dan menjadi lancang dengan meminta pasangan dari Allah Penciptanya. Memang tepat jika manusia sempurna membiarkan seluruh persoalan di tangan Allah, karena tidak lama setelah itu ia mendapati bahwa Allah telah menarik kesimpulan-Nya sendiri mengenai keadaan itu. Tentang hal ini dan apa yang kemudian terjadi, kisah itu memberi tahu kita:

      9 ”Manusia itu . . . tidak menjumpai penolong yang sepadan [”sebagai pelengkap,” NW] dengan dia. Lalu [Yehuwa] Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, [Yehuwa] Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil [Yehuwa] Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: ’Inilah dia [akhirnya, NW] tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.’ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.”—Kejadian 2:20-25.

      10. Bagaimana tanggapan manusia yang sempurna ketika wanita yang sempurna dibawa kepadanya, dan kata-katanya bisa jadi menunjukkan apa?

      10 Perasaan puas sepenuhnya dinyatakan dalam kata-katanya ketika wanita yang sempurna dibawa kepadanya sebagai penolong dan pelengkap: ”Inilah dia [akhirnya, NW], tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Mengingat kata-kata ini ketika akhirnya ia melihat istrinya yang baru diciptakan, bisa jadi ia telah menunggu suatu waktu tertentu sebelum memperoleh manusia pasangannya yang sangat menyenangkan ini. Dalam menggambarkan pelengkapnya, Adam menyebut istrinya ”Perempuan” (ʼish·shahʹ atau, secara aksara, ”pria betina”), ”sebab ia diambil dari laki-laki.” (Kejadian 2:23, catatan kaki New World Translation Reference Bible) Adam tidak merasa mempunyai hubungan keluarga jasmani dengan burung-burung dan binatang-binatang darat yang sebelumnya telah Allah bawa kepada perhatiannya untuk ia beri nama. Tubuhnya berbeda dari mereka. Namun wanita ini benar-benar dari jenisnya secara jasmani. Tulang rusuk yang diambil dari pinggangnya memproduksi jenis darah yang sama seperti yang terdapat dalam tubuhnya sendiri. (Lihat Matius 19:4-6.) Sekarang ada seorang lain kepada siapa ia dapat bertindak sebagai nabi Allah dan kepada siapa ia dapat menceritakan kisah yang menakjubkan tentang penciptaan.

      11-13. (a) Dengan Adam menerima seorang istri, pertanyaan-pertanyaan apa yang mungkin timbul? (b) Apa maksud-tujuan Allah bagi pasangan manusia pertama? (c) Apa yang akan menjadi makanan bagi keluarga manusia yang sempurna?

      11 Tetapi, apa tujuan Pencipta manusia dalam memberinya seorang istri? Apakah sekedar memberinya seorang penolong dan pelengkap, seorang rekan yang sejenis dengannya agar ia tidak merasa kesepian? Catatan menjelaskan maksud-tujuan Allah ketika diceritakan kepada kita berkat Allah yang diucapkan pada perkawinan mereka:

      12 ”Berfirmanlah Allah: ’Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ’Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’

      13 ”Berfirmanlah Allah: ’Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.’ Dan jadilah demikian.”—Kejadian 1:26-30.

      Prospek-Prospek Di Hadapan Pasangan Manusia Pertama

      14. Dengan berkat Allah, masa depan apa yang terbentang di hadapan pria dan wanita yang sempurna, dan apa yang dengan tepat dapat mereka bayangkan?

      14 Betapa menakjubkan bagi pria yang sempurna itu dan istrinya yang sempurna mendengar suara Allah berbicara kepada mereka, memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan dan memberkati mereka! Dengan berkat Allah, kehidupan tidak akan sia-sia, tetapi mereka akan dilengkapi untuk melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Betapa menakjubkan masa depan yang terbentang di hadapan mereka! Pada waktu pasangan yang menikah dengan bahagia itu berdiri di sana di tempat tinggal mereka, taman Eden, kemungkinan besar mereka merenungkan apa yang akan terjadi kelak pada waktu mereka melaksanakan kehendak Allah. Seraya mata pikiran mereka memandang ke muka ke masa depan yang masih jauh, mereka tidak hanya melihat ”taman di Eden, di sebelah timur,” melainkan seluruh bumi dipenuhi pria dan wanita dengan wajah yang berseri-seri. (Kejadian 2:8) Hati pria dan wanita itu bergembira memikirkan bahwa semua adalah anak-anak mereka, keturunan mereka. Semuanya sempurna, tanpa cacat dalam bentuk dan susunan tubuh, memiliki keremajaan yang abadi yang melimpah dengan kesehatan yang baik dan sukacita kehidupan, semuanya menyatakan kasih yang sempurna terhadap satu sama lain, semua dengan bersatu padu menyembah Pencipta agung mereka, Bapa surgawi mereka, dan melakukan ini bersama-sama ayah dan ibu manusia pertama mereka. Betapa besar hati pria dan wanita pertama itu memikirkan akan memiliki keluarga sedemikian!

      15, 16. (a) Mengapa akan ada banyak makanan bagi keluarga manusia? (b) Seraya keluarga yang bahagia itu bertambah besar dalam jumlah, pekerjaan apa yang akan ada bagi mereka di luar taman Eden?

      15 Akan ada banyak makanan bagi setiap anggota keluarga manusia yang memenuhi seluruh bumi. Sejak semula memang ada banyak makanan di taman Eden. Allah menyediakannya bagi mereka dan memberi mereka semua tumbuh-tumbuhan yang berbiji sebagai makanan yang sehat dan menunjang kehidupan, bersama pohon-pohon yang menghasilkan buah.—Bandingkan Mazmur 104:24.

      16 Seraya keluarga mereka yang bahagia makin besar dalam jumlah, mereka akan meluaskan taman itu ke daerah-daerah di luar batas Eden, karena firman Allah menyatakan bahwa di luar taman Eden, tanah masih dalam keadaan belum dikerjakan. Sedikitnya, tanah itu tidak diurus dan tidak diusahakan dalam tingkat yang sama baiknya seperti taman Eden. Itulah sebabnya Pencipta mereka memberi tahu mereka untuk ’menaklukkan’ bumi seraya mereka memenuhinya.—Kejadian 1:28.

      17. Mengapa akan ada banyak makanan bagi penduduk yang makin bertambah, dan apa yang akhirnya akan ada seraya taman itu diperluas?

      17 Pada waktu taman itu diperluas oleh para penggarap dan pemelihara yang sempurna, bumi yang telah ditaklukkan akan memberikan hasil yang limpah bagi penduduk yang makin bertambah. Akhirnya, taman yang terus diperluas itu akan meliputi seluruh bumi, dan akan terdapat suatu firdaus seluas dunia, yang akan berkembang sebagai tempat tinggal umat manusia yang kekal. Ini akan menjadi pemandangan yang indah untuk diamati dari surga, dan Pencipta surgawi dapat menyatakannya sangat baik.—Bandingkan Ayub 38:7.

      18. Mengapa taman Eden seluas dunia akan bebas dari gangguan, dan ketentraman apa yang akan terdapat?

      18 Keadaan akan tentram dan bebas dari gangguan sama seperti taman Eden tempat pria dan wanita yang baru menikah itu mendapati diri mereka. Tidak perlu ada perasaan takut akan bahaya atau disakiti oleh semua hewan-hewan dan burung-burung itu yang telah diteliti dan diberi nama oleh manusia pertama Adam. Seperti ayah dan ibu manusia pertama mereka, penduduk yang sempurna dari Firdaus seluas bumi itu akan menguasai ikan-ikan di laut, burung-burung di langit, dan setiap makhluk hidup yang merayap di bumi, bahkan binatang-binatang buas di padang. Dengan naluri untuk patuh kepada manusia, yang diciptakan ”menurut gambar Allah,” makhluk-makhluk hidup yang lebih rendah itu akan hidup berdamai dengan dia. Manusia majikan mereka yang lembut dan sempurna, dalam menundukkan makhluk-makhluk hidup yang lebih rendah ini, akan memupuk suasana damai di antara makhluk-makhluk hewan. Pengaruh yang menentramkan dari majikan manusia yang seperti Allah ini akan bertindak melindungi makhluk-makhluk hidup yang lebih rendah yang merasa puas ini. Yang terutama, manusia yang sempurna akan berdamai dengan Allah, yang berkat-berkat-Nya tidak akan pernah disingkirkan dari mereka.—Bandingkan Yesaya 11:9.

      Allah Beristirahat Dari Pekerjaan Penciptaan-Nya

      19. (a) Berkenaan maksud-tujuan Allah, apa yang pasti disadari oleh pria dan wanita pertama? (b) Apa yang Allah tunjukkan sehubungan dengan waktu?

      19 Seraya pasangan manusia yang sempurna itu memikirkan keadaan di bumi yang sudah lengkap kelak menurut maksud-tujuan Allah, mereka menyadari sesuatu. Untuk melaksanakan tugas yang menakjubkan dari Allah ini mereka membutuhkan waktu. Berapa lama? Pencipta dan Bapa surgawi mereka tahu. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa seri hari-hari penciptaan yang besar sekarang telah sampai pada penutupnya lagi dan bahwa mereka berada pada ”petang” hari, yaitu titik awal dari suatu hari baru menurut cara Allah sendiri menandai hari-hari penciptaan. Ini akan menjadi hari yang penuh berkat dan dikuduskan bagi maksud-tujuan Allah sendiri yang murni dan benar. Manusia sempurna, nabi dari Allah, memperhatikan ini. Kisah yang terilham memberi tahu kita:

      20. Apa yang dikatakan kisah Alkitab mengenai ”hari ketujuh”?

      20 ”Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatNya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika [Yehuwa] Allah menjadikan bumi dan langit.”—Kejadian 1:31–2:4.

      21. (a) Apakah Alkitab mengatakan bahwa Allah mengakhiri hari istirahatnya dan bahwa itu sangat baik? Jelaskan. (b) Pertanyaan-pertanyaan apa yang timbul?

      21 Kisah itu selanjutnya tidak mengatakan bahwa Allah mengakhiri hari istirahat-Nya dan melihat bahwa itu sangat baik dan bahwa jadilah petang dan pagi, hari ketujuh. Agar sesuai dengan enam hari penciptaan sebelumnya, hari ketujuh masih harus dinyatakan sangat baik, karena hari ini masih belum berakhir. Dapatkah Allah Yehuwa menyatakan hari itu sangat baik sejauh ini? Apakah ini suatu hari istirahat yang tenang bagi Dia sejauh itu? Bagaimana dengan prospek yang menggairahkan hati yang dibayangkan oleh pria dan wanita pertama dalam diri mereka sendiri pada hari perkawinan mereka dalam Firdaus? Mari kita melihatnya seraya pemandangan berikut disingkapkan dalam artikel selanjutnya.

      [Catatan Kaki]

      a Ini adalah nama-nama yang terdapat dalam naskah bahasa Ibrani dari buku Kejadian dan buku-buku lain yang terilham dari Kitab-Kitab Ibrani.

  • Prospek Firdaus Tetap Berlaku meskipun Ketidaktaatan Manusia
    Menara Pengawal—1989 | 1 Agustus
    • Prospek Firdaus Tetap Berlaku meskipun Ketidaktaatan Manusia

      1. Dengan berlalunya waktu, di manakah pria dan wanita pertama itu terlihat dan dalam lingkungan apa?

      WAKTU berlalu. Pria dan wanita pertama tidak lagi telanjang. Mereka mengenakan pakaian—jubah panjang yang terbuat dari kulit binatang. Mereka berada di luar pintu masuk ke taman Eden yang sempurna. Mereka membelakangi taman itu. Mereka melihat pemandangan di depan mereka. Mereka hanya melihat tanah yang belum digarap. Terlihat dengan jelas bahwa tanah itu tidak diberkati Allah. Di depan mereka terlihat semak duri dan rumput duri. Bukankah ini bumi yang harus mereka taklukkan? Ya, tetapi pria dan wanita pertama itu sekarang tidak berada di luar dengan maksud memperluas taman Eden di tanah yang tidak terurus seperti itu.

      2. Mengapa pria dan wanita itu tidak mencoba masuk lagi ke dalam taman Firdaus?

      2 Melihat kontras tersebut, mengapa mereka tidak berbalik dan masuk kembali ke dalam taman Firdaus? Memang mudah dikatakan, tetapi lihatlah apa yang ada di belakang mereka di pintu masuk menuju taman itu. Makhluk-makhluk yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, bahkan dalam taman, kerub-kerub, dan pedang yang bernyala-nyala yang terus menyambar-nyambar. Pria dan wanita itu tidak pernah akan dapat melewati itu hidup-hidup untuk masuk ke dalam taman!—Kejadian 3:24.

      3. Apa yang telah terjadi yang mengubah keadaan pasangan pertama itu dengan begitu drastis?

      3 Apa yang telah terjadi? Ini bukan misteri yang begitu rumit sehingga membingungkan ilmu pengetahuan selama ribuan tahun. Ini dapat dijelaskan dengan sederhana. Pria dan wanita pertama itu tadinya harus mewujudkan prospek yang menakjubkan melalui tugas yang Allah berikan kepada mereka pada hari perkawinan mereka tetapi dengan syarat mereka harus menaati Bapa surgawi mereka dalam suatu hal yang sangat kecil. Ketaatan mereka yang sempurna harus diuji melalui satu larangan makanan: Mereka tidak boleh makan buah ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 2:16, 17) Jika mereka melakukan itu melawan perintah Allah, mereka pasti akan mati. Itulah yang dikatakan Adam, sebagai nabi Allah, kepada istrinya, makhluk manusia yang lebih muda. Namun mengherankan, na·chashʹ, ular itu, menyangkal kebenaran dari apa yang telah Allah katakan kepada Adam dalam peringatan-Nya agar tidak makan dari ’pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat’ yang terlarang. Ular memperdayakan wanita itu, membuatnya percaya bahwa dengan melanggar hukum Allah dan makan buah yang terlarang ia akan menjadi seperti Allah dan tidak bergantung pada Allah dalam menentukan apa yang baik dan apa yang jahat.—Kejadian 3:1-5.

      Bukan Kisah Dongeng

      4, 5. Bagaimana rasul Paulus menunjukkan bahwa kisah tentang ular yang menipu wanita pertama bukan dongeng?

      4 Tidak masuk akal? Apakah kedengarannya mirip sekali dengan dongeng, kisah legenda yang tidak berdasarkan fakta dan karena itu tidak dapat diterima oleh pikiran orang dewasa yang berpengetahuan pada zaman modern? Tidak, tidak demikian bagi seorang penulis yang tulisannya masih dibaca secara luas, seorang penulis yang dapat dipercaya, seorang rasul yang telah dipilih secara istimewa, yang mengetahui kebenaran dari apa yang ia tulis. Kepada sidang jemaat Kristen yang sudah dewasa di kota Korintus yang berhikmat duniawi, rasul Paulus ini menulis: ”Aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.”—2 Korintus 11:3.

      5 Paulus tentu tidak akan menyebutkan sebagai acuan sebuah dongeng, fabel (dongeng binatang), dan menggunakan khayalan tersebut untuk menandaskan kata-katanya kepada orang Korintus, yang mengenal baik dongeng-dongeng agama Yunani kafir. Mengutip dari Kitab-Kitab Ibrani yang terilham, yang ia nyatakan sebagai ”firman Allah,” rasul Paulus menegaskan bahwa ”Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (1 Tesalonika 2:13) Selanjutnya, ketika menulis kepada seorang pengawas Kristen yang mendapat tugas mengajarkan ”contoh ajaran yang sehat,” rasul Paulus menulis: ”Yang pertama-tama diciptakan adalah Adam dan kemudian baru Hawa. Dan bukannya Adam, melainkan wanitalah yang tertipu, sehingga melanggar perintah Allah.”—2 Timotius 1:13; 1 Timotius 2:13, 14, BIS.

      6. (a) Bagaimana pelanggaran Adam terhadap perintah Allah berbeda dari wanita itu? (b) Mengapa kita dapat merasa pasti bahwa wanita itu tidak mengarang cerita tentang ular itu?

      6 Bahwa wanita itu tertipu oleh ular merupakan fakta, bukan dongeng, sama pastinya seperti akibat ketidaktaatannya dengan makan dari buah terlarang merupakan fakta yang pahit dalam sejarah. Setelah dengan cara itu melanggar perintah Allah, ia membujuk suaminya untuk ikut makan bersamanya, namun suaminya ikut makan bukan karena ia juga tertipu. (Kejadian 3:6) Kisah mengenai bagaimana mereka setelah itu memberikan pertanggungjawaban kepada Allah berbunyi: ”Manusia itu menjawab: ’Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’ Kemudian berfirmanlah [Yehuwa] Allah kepada perempuan itu: ’Apakah yang telah kauperbuat ini?’ Jawab perempuan itu: ’Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.’” (Kejadian 3:12, 13) Wanita itu tidak mengarang cerita mengenai na·chashʹ, ular itu, dan Allah Yehuwa tidak menganggap penjelasannya dibuat-buat, suatu dongeng. Ia berurusan dengan ular itu sebagai makhluk yang telah menjadi alat dalam menipu wanita itu sehingga melanggar perintah-Nya, Allah dan Pencipta dari wanita itu. Akan merendahkan martabat Allah untuk berurusan dengan seekor ular yang ada dalam dongeng belaka.

      7. (a) Bagaimana kisah Alkitab menggambarkan cara Allah berurusan dan menghakimi ular itu? (b) Bagaimana ular yang menipu wanita pertama itu juga menipu kita? (Masukkan komentar dalam catatan kaki.)

      7 Dalam menggambarkan cara Allah berurusan dan memvonis ular itu di taman Eden, catatan itu berbunyi: ”Lalu berfirmanlah [Yehuwa] Allah kepada ular itu: ’Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’” (Kejadian 3:14, 15) Suatu pengadilan yang benar akan berurusan dengan fakta-fakta dan menyaring bukti yang nyata, bukan legenda. Allah Yehuwa tidak membuat diri-Nya menjadi bodoh dan tidak masuk akal, dengan mengucapkan vonis hukuman-Nya kepada seekor ular dalam dongeng, tetapi Ia menjatuhkan vonis ke atas suatu makhluk yang nyata, benar-benar ada, yang dapat dimintai pertanggungjawaban. Akan tidak lucu, tetapi menyedihkan, jika ular yang sama itu memperdayakan kita dengan membuat kita berpikir bahwa ia tidak pernah ada, bahwa ia hanya suatu dongeng, bahwa ia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap apapun yang salah di atas bumi ini.a

      8. Vonis apa yang Allah jatuhkan atas wanita itu dan dengan akibat apa atas putri-putri dan cucu-cucu perempuannya?

      8 Dengan memandang pernyataan sang wanita mengenai ular itu sebagai fakta, catatan mengenai istri pria itu berbunyi: ”FirmanNya kepada perempuan itu: ’Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.’” (Kejadian 3:16) Hal semacam ini sama sekali tidak tercakup dalam berkat Allah pada pernikahannya dengan Adam ketika Allah berkata kepada mereka: ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi.” (Kejadian 1:28) Tugas yang disertai berkat kepada pasangan manusia yang sempurna itu menunjukkan bahwa wanita itu akan sering mengandung tetapi tanpa susah payah yang berlebihan dan rasa sakit yang hebat pada waktu melahirkan dan tanpa adanya penindasan dari suami. Vonis yang dijatuhkan ke atas wanita pelanggar itu akan mempengaruhi putri-putri dan cucu-cucu perempuannya selama generasi-generasi yang akan datang.

      Dengan Memvonis Adam Hukum Allah Diagungkan

      9, 10. (a) Peringatan apa yang langsung Allah berikan kepada Adam, dan apa akibatnya jika Allah berpegang pada hukuman tersebut? (b) Vonis apa yang Allah jatuhkan atas Adam?

      9 Tetapi, keadaan-keadaan apa, yang telah berubah, akan dialami wanita itu bersama pria yang telah ia bujuk untuk bergabung dengannya dalam pelanggarannya? Kepada pria ini, Allah secara langsung telah berkata: ”Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:17) Apakah Allah sang Hakim akan menahan hukuman yang sedemikian fatal dari Adam yang hanya makan sepotong buah? Pikirkan apa artinya pelaksanaan hukuman dari vonis tersebut! Hal itu dengan sendirinya akan menghancurkan prospek yang menggugah jiwa yang diperoleh Adam dan Hawa pada hari perkawinan mereka, prospek untuk memenuhi seluruh bumi dengan keturunan mereka, dengan umat manusia yang sempurna yang dengan damai menghuni bumi firdaus untuk selama-lamanya dalam keremajaan yang abadi, dalam hubungan yang penuh damai dengan Allah dan Bapa surgawi mereka! Apakah Allah tidak akan menggagalkan maksud-tujuan-Nya sendiri yang menakjubkan bagi umat manusia dan tempat tinggalnya bumi ini, jika Ia secara tegas memberlakukan hukuman mati atas orang-tua manusia pertama dari seluruh umat manusia? Namun dengarkan keputusan ilahi yang dengan jelas dicatat dalam kisah Alkitab:

      10 ”Lalu firmanNya kepada manusia itu: ’Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’”—Kejadian 3:17-19.

      11. Fakta apa mengenai ketaatan menggambarkan layaknya vonis Allah atas Adam?

      11 Vonis itu berarti pelaksanaan hukuman mati atas manusia tidak soal apa akibatnya terhadap maksud-tujuan Allah untuk memenuhi bumi firdaus dengan pria dan wanita yang sempurna yang dengan penuh kasih dan damai tinggal bersama dan untuk selama-lamanya mengusahakan dan memelihara taman Firdaus seluas bumi. Pria itu telah mendengarkan kepada suara istrinya sebaliknya dari suara Allah yang memberitahunya untuk tidak makan dari ’pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat’ yang terlarang. Dan jika ia sendiri tidak menaati suara Allah dan Penciptanya, apakah ia dengan konsisten akan mengajar anak-anaknya untuk berbuat demikian? Apakah contohnya sendiri akan menjadi pokok pembicaraan dalam mengajar mereka untuk menaati Allah Yehuwa?—1 Samuel 15:22.

      12, 13. (a) Bagaimana dosa Adam akan mempengaruhi anak-anaknya? (b) Mengapa Adam tidak layak hidup selama-lamanya dalam Firdaus atau bahkan di atas bumi sekalipun?

      12 Apakah anak-anak Adam akan dapat memelihara hukum Allah dengan sempurna seperti yang pernah dapat ia lakukan dulu dalam kesempurnaan manusiawinya? Dengan bekerjanya hukum warisan, apakah ia tidak akan meneruskan kepada anak-anaknya kelemahan dan kecenderungannya untuk tidak menaati suara Allah dan mendengarkan kepada suara lain? Sejarah yang nyata memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.—Roma 5:12.

      13 Apakah pria semacam itu yang, hanya demi kepentingan makhluk manusiawi, berbalik dari ketaatan yang sempurna kepada Allah sebagai pernyataan kasih yang sempurna terhadap Allah, layak untuk hidup selama-lamanya dalam Firdaus atau bahkan di atas bumi sekalipun? Apakah akan aman untuk membiarkan dia hidup di atas bumi selama-lamanya? Apakah dengan dibiarkannya dia hidup selamanya di atas bumi dalam pelanggarannya, hukum Allah akan diagungkan dan keadilan-Nya yang mutlak ditinggikan, atau apakah hal itu justru akan mengajarkan ketidakpatuhan terhadap hukum Allah dan menyatakan bahwa firman Allah tidak dapat dipercaya?

      Diusir Dari Taman Eden

      14. Bagaimana catatan Alkitab menggambarkan tindakan Allah terhadap Adam dan istrinya?

      14 Catatan Alkitab memberi tahu kita cara Allah memutuskan masalah-masalah ini, ”Dan [Yehuwa] Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. Berfirmanlah [Yehuwa] Allah, ’Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’ Lalu [Yehuwa] Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.”—Kejadian 3:21-24.

      15. (a) Bagaimana Allah memperlihatkan timbang rasa terhadap Adam dan istrinya yang merasa malu karena telanjang? (b) Bagaimana pasangan pertama itu diusir dari taman Eden? (c) Keadaan apa yang telah berubah kini dihadapi Adam dan istrinya di luar taman Eden?

      15 Hakim ilahi memperlihatkan timbang rasa terhadap Adam dan istrinya yang berdosa, yang kini merasa malu karena telanjang. Dengan suatu cara yang tidak dinyatakan, Ia menyediakan bagi mereka jubah-jubah panjang dari kulit binatang untuk menggantikan penutup bagian bawah tubuh mereka yang mereka buat sendiri dengan menyematkan daun-daun pohon ara. (Kejadian 3:7) Jubah dari kulit binatang itu dapat bertahan lebih lama dan lebih melindungi mereka dari duri-duri dan rumput-rumput duri dan benda-benda lain yang bisa melukai mereka di luar taman Eden. Karena mempunyai hati nurani yang tidak baik setelah berdosa, mereka mencoba bersembunyi dari penglihatan Allah di antara pohon-pohonan di taman Eden. (Kejadian 3:8) Sekarang, setelah divonis, mereka mengalami semacam tekanan ilahi dengan diusir dari taman itu oleh Allah. Mereka digiring ke sebelah timur, dan tidak lama kemudian mereka mendapati diri di luar taman, dilarang memasuki tempat itu untuk selama-lamanya. Mereka tidak lagi bekerja untuk memperluas taman itu dan menyebarkan keadaan yang seperti Firdaus ke ujung-ujung bumi. Mulai sekarang, mereka akan makan roti yang terbuat dari tumbuhan di padang, namun hal itu tidak akan menguatkan mereka untuk selama-lamanya dalam kehidupan sebagai manusia. Mereka tidak boleh mendekati ”pohon kehidupan.” Setelah beberapa waktu—berapa lama?—mereka harus mati!

      Maksud-Tujuan Yehuwa yang Semula Tidak Dapat Digagalkan

      16. Allah tidak bermaksud melakukan apa, dan mengapa?

      16 Apakah Allah sekarang memutuskan untuk membinasakan bumi, bersama dengan bulan dan matahari dan bintang-bintang, dalam lautan api universal karena dua makhluk yang terbuat dari debu ini telah berdosa melawan-Nya? Jika Ia melakukan hal itu, tidakkah ini berarti bahwa maksud-tujuan-Nya yang mulia telah digagalkan, semua hanya karena apa yang telah dimulai oleh seekor na·chashʹ? Dapatkah seekor ular belaka membuyarkan seluruh maksud-tujuan Allah? Ia telah mengungkapkan maksud-tujuan-Nya kepada Adam dan Hawa pada hari perkawinan mereka ketika Ia memberkati mereka dan memberi tahu apa kehendak-Nya bagi mereka: memenuhi seluruh bumi dengan umat manusia yang sempurna, dengan seluruh bumi ditaklukkan sehingga menjadi sempurna seperti taman Eden, dan seluruh umat manusia dengan penuh damai menaklukkan semua makhluk yang lebih rendah di bumi dan di dalam air. Suatu penglihatan yang gemilang dari maksud-tujuan Allah yang tercapai, yang persiapannya Ia buat dengan bekerja dalam enam hari penciptaan selama ribuan tahun! Apakah maksud-tujuan yang luhur ini sekarang harus dibiarkan tidak terwujud hanya karena seekor ular dan penyelewengan pasangan manusia pertama? Tentu tidak!—Bandingkan Yesaya 46:9-11.

      17. Apa yang Allah putuskan akan Ia lakukan dengan hari ketujuh, maka bagaimana hari ini akan berakhir?

      17 Ini masih hari istirahat, hari ketujuh, dari Allah Yehuwa. Ia telah bertekad untuk memberkati hari itu dan membuatnya kudus. Ia tidak akan membiarkan apapun menjadikannya suatu hari yang terkutuk, dan kutukan apapun yang direncanakan oleh pribadi manapun ke atas hari istirahat-Nya akan Ia lawan dan ubah menjadi berkat, dengan membuat hari itu berakhir dengan penuh berkat. Dengan demikian seluruh bumi ini tetap suatu tempat yang kudus, dengan kehendak Allah terjadi di atas bumi seperti halnya di surga dan ini melalui suatu umat yang terdiri dari manusia-manusia yang sempurna.—Bandingkan Matius 6:10.

      18, 19. (a) Mengapa keturunan yang menderita dari pasangan manusia pertama yang berdosa dapat bergembira? (b) Apa yang akan dibahas oleh kolom-kolom lebih lanjut dari Menara Pengawal?

      18 Allah tidak merasa frustrasi. Ia tidak meninggalkan maksud-tujuan-Nya. Ia bertekad untuk membenarkan diri-Nya sendiri sebagai Pribadi yang dapat dipercaya sepenuhnya yang mempunyai maksud-tujuan dan juga akan melaksanakan sepenuhnya apa yang telah Ia rencanakan, dengan semua pujian diberikan kepada Dia sendiri. (Yesaya 45:18) Keturunan yang tidak sempurna, menderita dari pasangan manusia pertama yang berdosa dapat bergembira dan menantikan pelaksanaan maksud-tujuan Allah yang semula dengan manfaat kekal bagi mereka. Sekarang, ribuan tahun dari hari istirahat-Nya telah berlalu, dan bagian terakhir dari hari itu yang akan mendapat berkat istimewa-Nya pasti sudah dekat. ”Petang” dari hari istirahat-Nya sedang berlalu, dan seperti dalam seluruh enam hari penciptaan sebelumnya, ”pagi” harus tiba. Bila ”pagi” ini mencapai kesempurnaannya dan pelaksanaan yang gemilang dari maksud-tujuan Allah yang tak dapat diubah terlihat sepenuhnya kepada semua yang mengamatinya, kita dapat mencatat, ’Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketujuh.’ Benar-benar suatu prospek yang menakjubkan!

      19 Semua ini benar-benar menggetarkan untuk dipikirkan! Dan dalam kolom-kolom lebih lanjut dari Menara Pengawal, lebih banyak akan dibicarakan mengenai prospek Firdaus yang menakjubkan di hadapan umat manusia yang taat, para pencinta hukum Allah.

      [Catatan Kaki]

      a Dalam Wahyu 12:9, Setan si Iblis diperkenalkan sebagai ”si ular tua [”ular yang semula, NW];” dan dalam Yohanes 8:44, Yesus Kristus berbicara tentang dia sebagai ”bapa segala dusta.”

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan