PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Firdaus yang Tak Berkesusahan​—Hanya Impian?
    Sedarlah!—1997 | 8 Oktober
    • Firdaus yang Tak Berkesusahan​—Hanya Impian?

      ”ALANGKAH damainya!” Pemandangan dari hutan pinus di atas Danau Redfish di negara bagian Idaho, AS, benar-benar tenteram. ”Itulah persisnya bayangan saya mengenai firdaus,” kata sang penjelajah.

      Matahari bersinar cemerlang di pesisir selatan Pulau Siprus di Laut Tengah. Ombak dengan lembut menyapu pantai. Sambil duduk di sebuah restoran di puncak tebing dan melihat pemandangan di bawah sana, seorang wisatawan berseru, ”Inilah firdaus!”

      Banyak dari antara kita sangat menyukai kenangan akan pemandangan seperti ini. Tetapi, para penduduk di tempat-tempat itu menyadari bahwa keadaan yang sesungguhnya dari lingkungan yang bagaikan firdaus itu sering kali sangat bertolak belakang: Kebakaran hutan di kaki Pegunungan Rocky, pencemaran laut yang mempengaruhi ikan dan akhirnya manusia​—belum lagi konflik-konflik internasional dan antarkelompok yang mengancam jiwa.

      Firdaus​—Apakah Itu?

      Bagaimana Anda melukiskan firdaus? The New Shorter Oxford English Dictionary mencantumkan definisi pertama mereka, ”Taman Eden yang dilukiskan di Kej[adian] 2, 3.” Ini merujuk pada uraian dalam buku pertama dari Alkitab mengenai kawasan tempat Allah menempatkan manusia pertama, Adam. Di Firdaus yang mula-mula itu, pohon-pohon yang ”menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya” tumbuh dengan limpah.​—Kejadian 2:9.

      Definisi kedua dari kamus itu mengaitkan ”firdaus” dengan ”Surga, dalam teologi Kristen dan Islam” tetapi kemudian menambahkan, ”Sekarang pada dasarnya hanyalah istilah puitis.” Akan tetapi, bagi penjelajah dan wisatawan tadi, firdaus adalah ”suatu kawasan yang sangat indah dan menyenangkan”, definisi ketiga dalam kamus itu.

      Negarawan Inggris abad ke-16, Sir Thomas More, menulis sebuah buku yang berjudul Utopia yang di dalamnya ia melukiskan sebuah negeri khayalan tempat undang-undang, pemerintah, dan kondisi sosial benar-benar sempurna. Hal itu tampaknya sedemikian tidak realistis sehingga sekarang Webster’s New Collegiate Dictionary memberikan satu definisi untuk ”Utopia” yakni ”rancangan perbaikan sosial yang tidak dapat dipraktekkan”.

      Bagi para pengikut Jim Jones, pemimpin sekte People’s Temple, Utopia adalah sebuah daerah terbuka di rimba raya Guyana. Sungguh menyedihkan bahwa pada tahun 1978, firdaus yang diharap-harapkan ini menjadi lokasi kematian bagi lebih dari 900 orang dari antara mereka​—benar-benar impian yang buruk! Akibatnya, sering kali orang-orang mengaitkan konsep firdaus dengan sekte-sekte aneh yang menggegerkan dan meresahkan.

      Dalam suatu dunia tempat kejahatan dan kekerasan mengancam, tempat penyakit mengintai orang dewasa maupun anak-anak, dan tempat kebencian dan perselisihan agama memecah-belah masyarakat, sering kali lingkungan yang indah hanyalah sekadar lapisan pernis. Tidak heran bahwa orang-orang menganggap firdaus hanya impian belaka! Tetapi, ini tidak menghentikan upaya beberapa orang untuk menemukan atau bahkan membuat firdaus sendiri. Seberapa berhasilkah mereka?

  • Pencarian akan Firdaus yang Tak Berkesusahan
    Sedarlah!—1997 | 8 Oktober
    • Pencarian akan Firdaus yang Tak Berkesusahan

      ”YANG ingin kami lakukan hanyalah menciptakan suatu gaya hidup yang aman dan barangkali kuno tempat orang-orang saling memperhatikan,” demikian penjelasan sepasang suami-istri asal Inggris. Mereka memutuskan untuk mencari sebuah pulau tropis yang bagaikan firdaus dan di sana mereka membentuk suatu komunitas yang akan tinggal bersama dengan damai. Tidak diragukan, Anda pasti memahami perasaan mereka. Siapa yang tidak akan dengan antusias menyambut kesempatan untuk hidup dalam suatu firdaus yang tak berkesusahan?

      Apakah Pengasingan Diri Adalah Jawabannya?

      Karena pengasingan diri menawarkan keamanan hingga taraf tertentu, gagasan untuk hidup di sebuah pulau menarik perhatian banyak pencari firdaus. Beberapa orang memilih kepulauan di lepas pantai Pesisir Pasifik dari Panama atau kepulauan di Karibia, seperti di lepas pantai Belize. Yang lainnya mengalihkan perhatian ke tempat yang romantis di Samudra Hindia​—misalnya, Kepulauan Seychelles.

      Logistik yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah komunitas yang terasing tampaknya sulit dibayangkan. Bahkan seandainya cukup uang tersedia, perundang-undangan pemerintah yang sudah ada mungkin membatasi pembelian tanah secara cepat. Tetapi, sekiranya pulau tropis yang ideal itu dapat diperoleh, apakah Anda akan senang berada di sana? Apakah firdaus Anda itu akan bebas dari kesusahan?

      Pulau-pulau terpencil di sekitar pesisir Inggris sekarang menampung populasi yang terus bertambah. Para penduduknya yang baru terutama adalah orang-orang yang mencari kesendirian dan kedamaian. Seorang pria yang tinggal sendiri di pulau seluas 100 hektar yang bernama Eorsa, di lepas pantai sebelah barat Skotlandia, menyatakan bahwa ia tidak pernah merasa kesepian karena ada begitu banyak hal yang harus ia lakukan untuk memelihara kawanan dombanya yang berjumlah seratus ekor. Orang-orang lain yang mencari kesendirian di sebuah pulau segera menjadi kesepian. Beberapa orang dilaporkan berupaya bunuh diri dan membutuhkan bantuan.

      Banyak orang yakin bahwa sebuah pulau tropis yang romantis adalah firdaus. Tinggal di iklim yang lembut dengan cuaca yang tidak ekstrem menarik perhatian mereka. Tetapi keprihatinan sehubungan dengan kemungkinan terjadinya pemanasan global dan naiknya permukaan laut yang diakibatkannya telah meresahkan banyak penduduk pulau. Para penduduk atol rendah yang membentuk wilayah Tokelau di Pasifik Barat serta Kepulauan Maldive yang tersebar di Samudra Hindia, pulau-pulau yang ketinggiannya tidak lebih dari dua meter di atas permukaan laut pada saat pasang naik, juga merasa terancam.

      Hampir 40 pemerintah yang berbeda telah bergabung dalam federasi Negara-Negara Bagian Berkembang Pulau Kecil untuk meminta bantuan dalam menanggulangi keadaan mereka yang menyedihkan. Meskipun penduduk pulau-pulau kecil umumnya memiliki harapan hidup yang tinggi dan tingkat kematian bayi yang rendah, mereka terus menghadapi problem lingkungan yang serius. Pencemaran minyak dan laut yang kotor merongrong perekonomian beberapa pulau. Yang lainnya menjadi tempat penampungan limbah beracun yang ingin disingkirkan oleh negara-negara yang lebih besar.

      Bahkan prospek kepulauan itu sebagai tempat persinggahan para pencari firdaus membawa ancaman. Bagaimana? Para wisatawan yang berduyun-duyun ke pantai kepulauan yang bermandikan sinar matahari menyebabkan keadaan penuh sesak dan mengurangi sumber daya yang miskin. Para wisatawan ini juga memperburuk problem polusi. Misalnya, di Karibia, hanya sepersepuluh dari limbah yang dihasilkan oleh ke-20 juta wisatawan setiap tahun yang sempat diproses sebelum dibuang.

      Keadaan yang serupa terjadi di lokasi eksotis lain. Perhatikan apa yang terjadi di Goa di pesisir barat India. ”Arus wisatawan besar-besaran ’sedang meracuni sebuah firdaus’,” demikian pernyataan Independent on Sunday dari London. Perkiraan para pejabat memperlihatkan peningkatan dari 10.000 wisatawan pada tahun 1972 hingga lebih dari satu juta pada awal tahun ’90-an. Sebuah kelompok memperingatkan bahwa ekologi dan budaya unik Goa berada di bawah ancaman ketamakan para pemilik hotel yang ingin menarik keuntungan dari arus wisatawan. Sebuah laporan pemerintah India meneguhkan bahwa beberapa hotel telah dibangun secara ilegal di pantai. Pasir digali, pohon ditebang, dan bukit diratakan. Limbah dibuang ke pantai atau merembes ke sawah yang berdekatan, menyebarkan pencemaran.

      Bebas Kejahatan?

      Kejahatan yang meluas secara perlahan-lahan merusak reputasi daerah yang paling damai sekalipun. Dari Pulau Barbuda yang kecil di Karibia datang sebuah laporan dengan kepala berita ”Pembantaian di Firdaus”. Laporan ini memerinci pembunuhan yang mengerikan atas empat orang di atas sebuah kapal pesiar mewah yang berlabuh di lepas pantai pulau tersebut. Insiden-insiden semacam ini meningkatkan keprihatinan sehubungan dengan meluasnya kejahatan di seluruh kawasan tersebut.

      ”Obat Bius Memicu Perang Antargeng di ’Firdaus’” menjadi kepala berita sebuah laporan di The Sunday Times dari London mengenai salah satu negara di Amerika Tengah. Seorang redaksi setempat meratapi fakta bahwa perdamaian telah lenyap, dan mengomentari, ”Sekarang bukan hal yang aneh untuk bangun di pagi hari dan mendapati seorang anak berusia 16 tahun terkapar bersimbah darah di jalan.”

      Orang-orang yang bertujuan untuk hidup dalam komunitas firdaus berharap dapat memikat orang-orang agar setuju hidup berdamai. Tetapi apa kenyataannya? Ketidaksepakatan segera muncul dalam kasus pasangan suami-istri asal Inggris yang disebutkan di awal. Beberapa pemohon yang ingin bergabung dengan rencana mereka jelas-jelas ingin menarik keuntungan dari kesepakatan yang diusulkan. ”Kami tidak ingin mempunyai pemimpin,” demikian pernyataan sang promotor. ”Niat kami adalah menyumbangkan sumber daya kami agar segala sesuatunya berjalan. Saya menyebutnya komunitas Utopia.” Ini bukan satu-satunya proyek semacam itu.​—Lihat kotak ”Eksperimen Komunitas Firdaus”.

      Beberapa dari antara para pencari firdaus lainnya yakin bahwa mereka akan mencapai tujuan mereka dengan memenangkan lotre. Tetapi keuntungan finansial yang diperoleh dengan cara ini jarang mendatangkan kebahagiaan. Pada bulan Februari 1995, The Sunday Times melaporkan bahwa keluarga dari pemenang lotre terbesar di Inggris hingga saat ini mengalami pertikaian rumah tangga yang pahit; kemenangan mereka hanya mendatangkan ”keresahan, permusuhan, dan kekecewaan”. Ini bukan hal yang aneh dalam situasi semacam itu.

      Dalam suatu penelitian mengenai petualangan manusia mencari Utopia, jurnalis Bernard Levin mengomentari tentang ”impian akan kekayaan mendadak”, dan menegaskan, ”Seperti halnya banyak impian lain, impian buruk tidak berada jauh-jauh. Ada terlalu banyak kisah nyata mengenai kekayaan mendadak yang menyebabkan malapetaka (termasuk bunuh diri) sehingga ini tidak dapat dianggap sebagai kebetulan belaka.”

      Bagaimana dengan Sekte-Sekte Hari Kiamat?

      Rancangan firdaus lainnya berkesan lebih menyeramkan. Sewaktu melaporkan pengepungan oleh aparat penegak hukum pemerintah di Waco, Texas, terhadap kompleks bangunan milik Ranting Daud pada tahun 1993 yang lalu, sebuah surat kabar mengomentari tentang ”kombinasi yang mudah meledak dari senapan, pencucian otak, dan seorang nabi hari kiamat” yang menyebabkan bencana tersebut. Sayangnya, ini bukan satu-satunya insiden yang terjadi.

      Para pengikut almarhum Bhagwan Shree Rajneesh, seorang pemimpin spiritual India, mendirikan suatu komunitas di Oregon tetapi melanggar kepekaan moral para tetangga mereka. Kemewahan sang pemimpin dan eksperimen seksual yang mereka praktekkan bertolak belakang dengan pernyataan mereka untuk membentuk suatu ”oasis yang indah”.

      Banyak kultus yang dituntun oleh orang-orang dengan harapan firdaus menuntut agar para pengikutnya mempraktekkan ritus-ritus yang aneh, yang kadang-kadang mengakibatkan bentrokan penuh kekerasan. Kolumnis surat kabar bernama Ian Brodie menjelaskan, ”Kultus menawarkan semacam cagar dan masyarakat yang terstruktur kepada orang-orang yang merasa bahwa mereka hidup dalam kehampaan atau yang tidak sanggup menanggulangi tekanan dari dunia nyata.” Meskipun demikian, kata-katanya membuktikan fakta bahwa banyak orang yang akan sangat senang untuk hidup dalam suatu firdaus.

      Suatu Firdaus yang Tak Berkesusahan

      Daftar kesusahan tampaknya tiada akhirnya: polusi, kejahatan, penyalahgunaan obat bius, kepadatan penduduk, konflik etnik, pergolakan politik​—belum lagi kesusahan-kesusahan yang umum bagi manusia yakni penyakit dan kematian. Kesimpulan yang tidak dapat diragukan adalah bahwa di planet ini tidak terdapat suatu firdaus yang sama sekali tak berkesusahan. Sebagaimana diakui oleh Bernard Levin, ”Terdapat noda hitam dalam sejarah manusia, dan itu tampaknya seiring-sejalan dengan keberadaan manusia itu sendiri. Noda hitam itu adalah ketidaksanggupan untuk hidup berdampingan dengan bahagia bersama banyak orang.”

      Akan tetapi, akan ada firdaus seluas dunia yang akan benar-benar bebas dari kesusahan. Seberapa lama firdaus ini bertahan dijamin oleh suatu kuasa adimanusiawi. Sebenarnya, bahkan sekarang, lebih dari lima juta orang sedang berupaya meraih tujuan itu, dan mereka telah menikmati persatuan yang berharga dan lingkungan yang relatif tak berkesusahan di antara mereka sendiri. Di mana Anda dapat menemukan mereka? Bagaimana Anda dapat ambil bagian dalam harapan dan manfaat yang sekarang mereka nikmati? Dan berapa lama Firdaus yang akan datang itu bertahan?

      [Kotak di hlm. 6]

      Eksperimen Komunitas Firdaus

      Pada awal abad ke-19, sosialis asal Prancis Étienne Cabet (1788-1856) dan 280 rekannya mendirikan suatu permukiman bersama di Nauvoo, Illinois, dilandasi gagasan-gagasan sosialisnya. Tetapi dalam waktu delapan tahun, timbul pertikaian-pertikaian yang membubarkan komunitas tersebut, sebagaimana halnya yang terjadi pada kelompok-kelompok serupa di Iowa dan Kalifornia.

      Tokoh asal Prancis lainnya, Charles Fourier (1772-1837), mengembangkan gagasan untuk suatu komunitas petani yang bekerja sama dengan mengadakan rotasi tugas bagi semua anggotanya. Setiap individu akan menerima upah berdasarkan keberhasilan kelompok itu secara keseluruhan. Tetapi, komunitas-komunitas yang bertumpu pada jalur pemikiran ini di Prancis maupun di Amerika Serikat tidak berumur panjang.

      Pada waktu yang sama, pembaru sosial asal Wales, Robert Owen (1771-1858) mengusulkan desa-desa yang saling bekerja sama tempat ratusan orang tinggal bersama dengan dapur dan tempat makan umum. Masing-masing keluarga akan tinggal di apartemen mereka sendiri dan mengurus anak-anak mereka hingga berusia tiga tahun. Setelah itu, perawatan anak-anak akan diambil alih oleh segenap komunitas. Tetapi eksperimen Owen gagal, dan sejumlah besar harta pribadinya amblas.

      John Noyes (1811-1886) menjadi pendiri dari apa yang The New Encyclopædia Britannica sebut ”komunitas sosialis utopia yang paling berhasil di Amerika Serikat”. Sewaktu para pengikutnya meninggalkan perkawinan monogami dan mengizinkan hubungan seksual semata-mata berdasarkan suka-sama-suka di antara semuanya, Noyes ditangkap dengan tuduhan berzina.

      Laissez Faire City, semacam ”Utopia kapitalis” di Amerika Tengah, merupakan upaya belum lama ini untuk menciptakan suatu masyarakat bagaikan Utopia, demikian laporan The Sunday Times dari London. Proyek tersebut mencari para investor. Karena terpikat oleh prospek hidup di ”kota ajaib abad ke-21”, para pencari firdaus diundang untuk mengirimkan 5.000 dolar AS dan bergabung dalam suatu bentuk pemasaran multilevel, mencari orang-orang yang sepaham yang, pada gilirannya, akan menginvestasikan uang mereka. Dilaporkan bahwa uang ini hanya untuk membayar tiket penerbangan guna meninjau proyek tersebut ”seandainya sebuah negara dapat dibujuk untuk memberinya tempat membangun, dan sebuah hotel kecil dapat dibangun di sana”, demikian komentar surat kabar tersebut. Tidak ada harapan yang realistis bahwa ada ”firdaus” yang sedang dibangun di sana.

  • Firdaus yang Tak Berkesusahan​—Segera Menjadi Kenyataan
    Sedarlah!—1997 | 8 Oktober
    • Firdaus yang Tak Berkesusahan​—Segera Menjadi Kenyataan

      ”ENGKAU akan bersamaku di Firdaus.” Betapa menenteramkan kata-kata itu bagi seorang pria dengan lembaran masa lalu yang hitam! Tidak, pria itu tidak akan berpikir bahwa, bila ia mati, ia akan terhindar dari neraka yang bernyala-nyala dan akan naik ke surga. Sebaliknya, si pencuri di samping Yesus mendapat penghiburan dari harapan bahwa ia akan dibangkitkan untuk hidup kembali sewaktu Firdaus dipulihkan di planet ini. Perhatikanlah siapa yang membuat pernyataan yang mencengangkan mengenai Firdaus itu​—Putra Allah sendiri, Yesus Kristus.​—Lukas 23:43.

      Apa yang mendorong Kristus untuk menjanjikan Firdaus? Permohonan yang diajukan oleh sang pencuri itu, ”Yesus, ingatlah aku apabila engkau masuk ke dalam kerajaanmu.” (Lukas 23:42) Apakah Kerajaan itu, dan apa kaitannya dengan sebuah firdaus di bumi? Bagaimana hal ini menjamin bahwa Firdaus tersebut akan tak berkesusahan?

      Kuasa di Balik Firdaus

      Anda pasti sependapat bahwa sebuah firdaus sejati hanya dapat terwujud di bumi bila semua kesusahan dewasa ini lenyap. Sejauh ini, upaya-upaya manusia untuk menyingkirkannya telah gagal, sebagaimana telah cukup banyak dibuktikan oleh sejarah. Nabi Ibrani Yeremia mengakui, ”Aku tahu, ya TUHAN, bahwa . . . orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” (Yeremia 10:23) Jadi, siapa yang dapat menghapus semua kesusahan dewasa ini?

      Cuaca yang Ekstrem dan Polusi. Sewaktu badai angin yang hebat di Laut Galilea menimbulkan ombak yang cukup besar sehingga dapat mengaramkan sebuah perahu, para pelaut membangunkan seorang rekan seperjalanan mereka dari tidur lelap. Kemudian, orang itu hanya mengatakan kepada laut, ”Hus! Tenanglah!” Catatan Injil Markus menceritakan apa yang terjadi, ”Angin reda, dan suatu ketenangan yang luar biasa terjadi.” (Markus 4:39) Sang rekan seperjalanan itu tidak lain adalah Yesus. Ia memiliki kuasa untuk mengendalikan cuaca.

      Yesus yang sama inilah yang memberi tahu di muka melalui rasul Yohanes bahwa waktunya akan tiba manakala Allah akan ”membinasakan mereka yang membinasakan bumi.” (Penyingkapan [Wahyu] 1:1; 11:18) Ini bukanlah perbuatan yang mustahil bagi Pribadi yang pernah menyingkirkan segenap dunia orang-orang yang tidak saleh dengan Air Bah pada zaman Nuh.​—2 Petrus 3:5, 6.

      Kejahatan dan Kekerasan. Alkitab berjanji, ”Orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” (Mazmur 37:9, 11) Sekali lagi, Allah Yehuwalah yang menjanjikan penyingkiran semua kejahatan dan kekerasan, menyediakan Firdaus bagi orang-orang yang lembut hati.

      Kemiskinan dan Kelaparan. Ketidakadilan dewasa ini memungkinkan pemerintah di satu daerah di dunia menyimpan bahan makanan hingga ”bergunung-gunung”, sementara pada saat yang sama negara-negara miskin berjuang dalam kemiskinan. Lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan, yang didukung oleh orang-orang yang prihatin di seluas dunia, mencoba menyediakan barang-barang kebutuhan pokok tetapi ini sering kali gagal sewaktu rencana pembagian menjadi kacau akibat tidak adanya hukum dan peraturan. Hal ini kontras dengan apa yang dicatat oleh nabi Yesaya, ”TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.” (Yesaya 25:6) Bukankah kedengarannya seperti tidak ada lagi kelaparan dan kekurangan pangan? Pasti.

      Peperangan. Upaya-upaya untuk memerintah atas dunia ini melalui wewenang supranasional telah terbukti gagal. Liga Bangsa-Bangsa, yang didirikan pada tahun 1920, gagal mencegah pecahnya Perang Dunia II dan ia ambruk. Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang sedemikian sering dielu-elukan sebagai harapan terbaik untuk perdamaian, berjuang keras untuk melerai pihak-pihak yang bertikai di daerah konflik. Terlepas dari upaya perdamaian yang diserukannya, perang berkecamuk di mana-mana, tidak soal perang sipil, etnik, atau komunitas. Pemerintahan Kerajaan Allah berjanji untuk menyingkirkan faksi-faksi yang bertikai dewasa ini dan mendidik rakyatnya dalam jalan damai.​—Yesaya 2:2-4; Daniel 2:44.

      Kehancuran Keluarga dan Moral. Keluarga berantakan semakin merajalela. Kenakalan anak-anak terjadi di mana-mana. Perbuatan amoral menyebar di semua lapisan masyarakat manusia. Namun, standar-standar Allah tidak berubah sejak awal. Yesus menunjukkan bahwa ”seorang pria akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan berpaut kepada istrinya, dan keduanya akan menjadi satu daging . . . Oleh karena itu, apa yang Allah telah letakkan di bawah satu kuk hendaknya tidak dipisahkan manusia.” (Matius 19:5, 6) Selain itu, Allah Yehuwa memerintahkan, ”Hormatilah bapakmu dan ibumu . . . Agar baik keadaanmu dan engkau dapat bertahan untuk waktu yang lama di bumi.” (Efesus 6:2, 3) Standar-standar semacam itu akan terus ada di bumi di bawah Kerajaan Allah.

      Penyakit dan Kematian. ”TUHAN . . . akan menyelamatkan kita,” nabi Yesaya berjanji, ”Tidak seorangpun yang tinggal di situ akan berkata: ’Aku sakit.’” (Yesaya 33:22, 24) ”Upah yang dibayar oleh dosa adalah kematian,” demikian rasul Kristen Paulus mengakui, ”tetapi karunia yang Allah berikan adalah kehidupan abadi melalui Kristus Yesus Tuan kita.”​—Roma 6:23.

      Allah Yehuwa akan menyingkirkan semua kesusahan ini melalui pemerintahan surgawinya di tangan Putra-Nya, Kristus Yesus. Akan tetapi, Anda mungkin berkata, ’Ini tampaknya seperti impian Utopia. Tentunya akan menyenangkan seandainya itu adalah kenyataan, tetapi apakah itu akan terjadi?’

      Kenyataan Dewasa Ini

      Bagi banyak orang, kemungkinan untuk hidup dalam suatu firdaus yang tak berkesusahan di bumi ini kedengarannya terlalu optimis dan tidak realistis. Jika itu yang Anda rasakan, periksalah bukti-bukti bahwa ini akan benar-benar terjadi.

      Saksi-Saksi Yehuwa adalah suatu komunitas internasional zaman sekarang yang beranggotakan lebih dari lima juta orang yang telah memiliki suatu lingkungan yang relatif tak berkesusahan di ke-82.000 sidang mereka yang tersebar di 233 negeri. Anda diundang untuk mengunjungi perhimpunan mereka, yang besar atau yang kecil, dan apa yang akan Anda dapati?

      (1) Suasana yang Menyenangkan dan Bersih. Sewaktu mengomentari salah satu kebaktian Saksi-Saksi Yehuwa di Norwich, Inggris, pengelola stadion sepak bola tersebut mengatakan, ”Suasana yang penuh damai selama empat hari . . . benar-benar menular. Anda merasakan ketenangan pribadi yang benar-benar kontras dengan empat hari lainnya dalam dunia bisnis yang tegang ini dan kehidupan sehari-hari di sekeliling kita. Saksi-Saksi benar-benar memiliki sesuatu yang berbeda dan hal ini sukar dijelaskan.”

      Seorang penasihat pelatihan industri pembangunan yang mengunjungi kantor Saksi-Saksi Yehuwa di London mengatakan, ”Saya sangat terkesan oleh apa yang saya lihat dan dengar dan benar-benar terpesona akan suasana yang serbadamai dan tenang, yang bukan hanya terdapat di dalam bangunan kalian, tetapi juga di antara [pria dan wanita]-nya. Saya merasa bahwa jalan hidup dan kebahagiaan kalian dapat mengajarkan banyak hal kepada dunia yang bermasalah ini.”

      (2) Keamanan dan Perdamaian. Seorang kolumnis untuk Journal de Montréal di Kanada menulis, ”Saya bukan seorang Saksi. Tetapi saya saksi dari fakta bahwa Saksi-Saksi memberikan kesaksian terhadap efisiensi dan perilaku yang patut. . . . Seandainya mereka sajalah penghuni dunia ini, kita tidak perlu mengunci jendela kita rapat-rapat dan mengaktifkan alarm pada malam hari.”

      (3) Keloyalan pada pemerintahan Kerajaan Allah menjadi karakter Saksi-Saksi. Kedudukan mereka yang netral mengesalkan beberapa orang, meskipun hal itu sebenarnya tidak perlu. Ketidakterlibatan mereka dalam rancangan politik tambal-sulam dewasa ini bukan karena mereka tidak mempunyai komitmen untuk memperbaiki masyarakat. Sebaliknya, mereka berupaya berperilaku dengan cara yang menyenangkan pribadi yang memerintah melalui suatu pemerintahan surgawi, yakni Pencipta bumi, Allah Yehuwa.

      Kepercayaan Saksi-Saksi, yang sepenuhnya berdasarkan Firman Allah, Alkitab, mencegah mereka agar tidak jatuh ke dalam perangkap menjadi suatu sekte atau kultus. Mereka menaruh minat yang ramah terhadap semua orang lain, tidak soal apa agama mereka. Tidak, mereka tidak berupaya memaksa orang-orang ini mengubah sudut pandangan mereka. Mereka berupaya untuk meniru Pemimpin mereka, Kristus Yesus, dengan menyajikan bukti-bukti berdasarkan Alkitab tentang Firdaus yang tak berkesusahan yang akan segera didirikan di atas bumi.​—Matius 28:​19, 20; 1 Petrus 2:21.

      (4) Kesehatan dan Kebahagiaan Rohani. Secara realistis, Saksi-Saksi Yehuwa tidak menyatakan bahwa mereka sepenuhnya tak berkesusahan pada saat ini. Hal itu mustahil di antara para penyandang dosa warisan Adam. Tetapi dengan bantuan roh kudus Allah, mereka berupaya mengembangkan sifat-sifat pribadi seperti ”kasih, sukacita, kedamaian, panjang sabar, kebaikan hati, kebaikan, iman, kelemahlembutan, pengendalian diri”. (Galatia 5:​22, 23) Ibadat mereka kepada Yehuwa melalui Kristus Yesuslah yang mempersatukan mereka dan menjaga harapan mereka tetap hidup.

      Kami yakin, kunjungan Anda ke tempat-tempat perhimpunan setempat dari Saksi-Saksi Yehuwa akan meyakinkan Anda bahwa Allah akan mengubah bumi ini menjadi suatu firdaus harfiah.

      Lenyap sudah kesusahan dewasa ini. Bahkan ketidaksempurnaan bawaan perlahan-lahan akan lenyap seraya manfaat dari korban tebusan Kristus mulai berlaku atas umat manusia yang taat. Ya, kesehatan dan kebahagiaan yang sempurna dapat Anda peroleh.

      Ada persiapan-persiapan praktis yang dapat membantu Anda menikmati prospek semacam itu. Anda dapat meminta dari Saksi-Saksi Yehuwa buku Pengetahuan yang Membimbing Kepada Kehidupan Abadi.a Dengan buku ini Anda dapat, dalam waktu singkat, mempelajari apa yang Allah tuntut dari Anda sehingga Anda pun dapat menikmati kehidupan dalam suatu firdaus yang tak berkesusahan untuk selama-lamanya.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan