PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ”Dipenuhi dengan Sukacita dan Kuasa Kudus”
    ”Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
    • PASAL 11

      ”Dipenuhi dengan Sukacita dan Kuasa Kudus”

      Teladan Paulus dalam menghadapi orang-orang yang menentang dan tidak menyambut

      Berdasarkan Kisah 13:1-52

      1, 2. Apa yang unik mengenai perjalanan yang akan dilakukan Barnabas dan Saul, dan bagaimana pekerjaan mereka akan turut menggenapi Kisah 1:8?

      INILAH hari yang mendebarkan bagi sidang jemaat Antiokhia. Dari semua nabi dan guru di sana, Barnabas dan Saul telah dipilih oleh kuasa kudus untuk menyampaikan kabar baik ke tempat-tempat yang jauh.a (Kis. 13:1, 2) Memang, beberapa pria yang cakap pernah diutus sebelumnya. Namun, di masa lalu, para utusan injil pergi ke daerah-daerah yang sudah menerima Kekristenan. (Kis. 8:14; 11:22) Kali ini, Barnabas dan Saul—beserta Yohanes Markus, yang akan menjadi pelayan—bakal diutus ke negeri-negeri yang kebanyakan penduduknya belum mendengar kabar baik.

      2 Sekitar 14 tahun sebelumnya, Yesus pernah berkata kepada para pengikutnya, ”Kalian akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian yang paling jauh di bumi.” (Kis. 1:8) Pelantikan Barnabas dan Saul untuk melayani sebagai utusan injil akan mempercepat penggenapan nubuat yang Yesus katakan!b

      Dipisahkan ”untuk Tugas” Itu (Kis. 13:1-12)

      3. Apa yang menyulitkan perjalanan jauh pada abad pertama?

      3 Di zaman sekarang, berkat penemuan seperti mobil dan pesawat, perjalanan jauh dapat ditempuh dalam satu atau dua jam saja. Tidak demikian halnya pada abad pertama M. Kala itu, perjalanan darat terutama ditempuh dengan berjalan kaki, sering kali melintasi medan yang berat. Satu hari perjalanan, yang mungkin hanya sejauh 30 kilometer, sungguh melelahkan!c Maka, meskipun Barnabas dan Saul pastinya sangat antusias untuk memulai tugas mereka, mereka tentu sadar bahwa akan dibutuhkan perjuangan dan kerelaan berkorban.​—Mat. 16:24.

      KONDISI PERJALANAN

      Pada zaman dahulu, perjalanan lewat darat lebih lambat, lebih melelahkan, dan mungkin lebih mahal daripada berlayar. Akan tetapi, satu-satunya cara untuk pergi ke banyak tempat adalah dengan berjalan kaki.

      Seseorang bisa berjalan sejauh kira-kira 30 kilometer sehari. Dia tidak terlindung dari matahari, hujan, panas, dan dingin, juga dari bahaya perampokan. Rasul Paulus mengatakan bahwa dia ”sering bepergian dan sering menghadapi bahaya dari sungai, dari perampok”.​—2 Kor. 11:26.

      Berbagai tempat di seluruh Kekaisaran Romawi dihubungkan dengan jaringan jalan raya berlapis batu. Di sepanjang jalan-jalan itu dapat ditemukan penginapan yang satu sama lainnya berjarak sehari berjalan kaki. Di antaranya terdapat kedai-kedai minum yang menyediakan bahan-bahan pokok. Para penulis dari zaman itu menggambarkan penginapan dan kedai minum sebagai tempat yang jorok, penuh sesak, panas, dan banyak kutu. Tempat-tempat ini dikenal sering didatangi orang-orang yang paling dibenci masyarakat. Pengurus penginapan kerap merampok para musafir dan menyediakan pelacur sebagai salah satu servis yang ditawarkan.

      Tidak diragukan, orang Kristen sebisa mungkin menghindari tempat-tempat seperti itu. Tetapi, sewaktu bepergian di daerah-daerah di mana tidak ada kerabat atau sahabat, mereka tidak punya banyak pilihan.

      4. (a) Apa yang memerintahkan pemilihan Barnabas dan Saul, dan bagaimana rekan-rekan seiman menanggapi pelantikan tersebut? (b) Bagaimana kita bisa mendukung orang-orang yang menerima tugas dalam organisasi Allah?

      4 Tetapi, mengapa kuasa kudus menunjuk Barnabas dan Saul agar mereka dipisahkan ”untuk tugas” itu? (Kis. 13:2) Alkitab tidak mengatakannya. Yang pasti, kuasa kudus memerintahkan pemilihan pria-pria itu. Tidak ada petunjuk bahwa para nabi dan guru di Antiokhia berkeberatan dengan keputusan tersebut. Sebaliknya, mereka mendukung sepenuhnya pelantikan itu. Bayangkan perasaan Barnabas dan Saul sewaktu saudara-saudara rohani mereka, tanpa rasa iri, berpuasa dan berdoa serta ”menaruh tangan di kepala kedua orang itu dan mengutus mereka”. (Kis. 13:3) Kita juga semestinya mendukung orang-orang yang menerima tugas dalam organisasi Allah, termasuk pria-pria yang dilantik sebagai pengawas sidang. Ketimbang iri terhadap orang-orang yang menerima tugas itu, kita hendaknya ”mengasihi dan menghargai mereka karena apa yang mereka kerjakan”.​—1 Tes. 5:13.

      5. Gambarkan apa yang tersangkut dalam memberikan kesaksian di Pulau Siprus.

      5 Setelah berjalan ke Seleukia, pelabuhan dekat Antiokhia, Barnabas dan Saul berlayar ke Pulau Siprus, sejauh kira-kira 200 kilometer.d Sebagai penduduk asli Siprus, Barnabas pasti bersemangat untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang di daerah asalnya. Setibanya di Salamis, kota di pesisir timur pulau itu, kedua pria ini tidak membuang waktu. Segera, ”mereka mulai memberitakan firman Allah di rumah-rumah ibadah orang Yahudi”.e (Kis. 13:5) Barnabas dan Saul menjelajahi Siprus dari ujung ke ujung, kemungkinan besar memberikan kesaksian di kota-kota penting di sepanjang perjalanan. Bergantung pada rute yang mereka tempuh, para utusan injil ini mungkin berjalan sejauh kira-kira 160 kilometer!

      RUMAH IBADAH ORANG YAHUDI

      Rumah ibadah orang Yahudi disebut ”sinagoga”. Secara harfiah, ”sinagoga” berarti ”pengumpulan”. Kata itu memaksudkan himpunan atau kumpulan orang Yahudi dan belakangan mengartikan tempat atau bangunan di mana perhimpunan itu diadakan.

      Konon, rumah-rumah ibadah itu mulai didirikan pada masa 70 tahun pembuangan orang Yahudi di Babilon atau segera setelah itu. Rumah-rumah ibadah itu berfungsi sebagai tempat untuk pengajaran, pembacaan Kitab Suci, dan pemberian nasihat rohani. Pada abad pertama M, setiap kota di Palestina mempunyai rumah ibadah sendiri. Di kota-kota besar bahkan ada lebih dari satu, dan Yerusalem mempunyai banyak rumah ibadah.

      Akan tetapi, setelah pembuangan di Babilon, tidak semua orang Yahudi kembali ke Palestina. Banyak yang mengadakan perjalanan ke luar negeri untuk alasan bisnis. Bahkan sejak abad kelima SM, komunitas Yahudi tersebar di 127 distrik yurisdiksi di Kerajaan Persia. (Est. 1:1; 3:8) Belakangan, masyarakat Yahudi juga berkembang di kota-kota sekeliling Laut Tengah. Orang Yahudi yang terpencar itu belakangan dikenal sebagai masyarakat Diaspora, dan mereka juga mendirikan rumah ibadah di mana pun mereka menetap.

      Di rumah ibadah orang Yahudi, Hukum dibacakan dan dijelaskan setiap Sabat. Pembacaan dilakukan dari panggung, yang dikelilingi tempat duduk pada ketiga sisinya. Setiap pria Yahudi yang saleh boleh berpartisipasi dalam membaca, berkhotbah, dan menasihati.

      6, 7. (a) Siapakah Sergius Paulus, dan mengapa Bar-Yesus berupaya mencegah dia agar tidak beriman pada kabar baik? (b) Bagaimana Saul menangkal tentangan dari Bar-Yesus?

      6 Siprus abad pertama sarat dengan ibadah palsu. Hal ini khususnya nyata sewaktu Barnabas dan Saul tiba di Pafos, di pesisir barat pulau itu. Di sana, mereka bertemu dengan ”Bar-Yesus, yang adalah ahli sihir dan nabi palsu”. Dia ”bekerja untuk Gubernur [atau, ”Prokonsul”, catatan kaki] Sergius Paulus yang sangat cerdas”.f Pada abad pertama, banyak orang Romawi terpelajar—bahkan orang ”yang sangat cerdas”, seperti Sergius Paulus—sering meminta petunjuk ahli sihir atau ahli perbintangan ketika membuat keputusan penting. Meskipun demikian, Sergius Paulus tertarik pada berita Kerajaan dan ”ingin sekali mendengar firman Allah”. Hal itu tidak bisa diterima oleh Bar-Yesus, yang juga dikenal dengan gelar profesionalnya, yakni Elimas, yang berarti ”Ahli Sihir”.​—Kis. 13:6-8.

      7 Bar-Yesus tidak menyukai berita Kerajaan. Ya, satu-satunya cara dia bisa melindungi kedudukannya yang berpengaruh sebagai penasihat Sergius Paulus adalah dengan ”mencegah gubernur itu beriman”. (Kis. 13:8) Tetapi, Saul tidak akan tinggal diam dan membiarkan ahli sihir istana itu mengalihkan perhatian Sergius Paulus. Maka, apa yang Saul lakukan? Catatan itu melaporkan, ”Saul, yang juga disebut Paulus, karena dipenuhi kuasa kudus, menatap dia [Bar-Yesus] baik-baik dan mengatakan, ’Kamu penuh dengan berbagai kecurangan dan kelicikan, kamu anak Iblis, dan kamu musuh dari semua hal yang benar. Kenapa kamu mengubah-ubah jalan Yehuwa yang benar? Lihatlah, tangan Yehuwa melawanmu. Kamu akan menjadi buta dan tidak bisa melihat cahaya matahari selama suatu waktu.’ Saat itu juga, matanya tertutup kabut dan menjadi gelap, dan dia berputar-putar mencari orang untuk menuntunnya.”g Apa hasil mukjizat itu? ”Melihat kejadian itu, gubernur itu menjadi percaya, karena dia kagum pada ajaran Yehuwa.”​—Kis. 13:9-12.

      Dalam sebuah persidangan, seorang saudara membela imannya di hadapan hakim. Di tangannya ada Alkitab yang terbuka.

      Seperti Paulus, kita dengan berani membela kebenaran meski menghadapi tentangan

      8. Bagaimana kita sekarang bisa meniru keberanian Paulus?

      8 Paulus tidak terintimidasi oleh Bar-Yesus. Demikian pula, kita hendaknya tidak ciut hati apabila para penentang berupaya menggoyahkan iman orang-orang yang berminat akan berita Kerajaan. Tentu saja, ucapan kita hendaknya ”selalu menyenangkan, seperti dibumbui dengan garam”. (Kol. 4:6) Pada waktu yang sama, kita tidak mau membahayakan kesejahteraan rohani seorang peminat hanya demi menghindari konflik. Kita pun hendaknya tidak takut untuk menyingkapkan agama palsu, yang terus ”mengubah-ubah jalan Yehuwa yang benar” seperti yang dilakukan Bar-Yesus. (Kis. 13:10) Seperti Paulus, semoga kita berani memberitakan kebenaran dan berupaya menggugah orang-orang yang berhati jujur. Dan, sekalipun dukungan Allah mungkin tidak semencolok dukungan dalam kasus Paulus, kita bisa yakin bahwa Yehuwa akan menggunakan kuasa kudus-Nya untuk menarik orang-orang yang layak ke dalam kebenaran.​—Yoh. 6:44.

      ”Kata-Kata yang Bisa Menguatkan” (Kis. 13:13-43)

      9. Bagaimana Paulus dan Barnabas memberikan teladan bagus bagi para pengemban tanggung jawab di sidang zaman sekarang?

      9 Rupanya, ada suatu perubahan sewaktu pria-pria itu meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga, di pesisir Asia Kecil, sejauh kira-kira 250 kilometer lewat laut. Di Kisah 13:13, kelompok itu disebut sebagai ”Paulus dan rekan-rekannya”. Tampaknya, Paulus kini memimpin kegiatan kelompok itu. Akan tetapi, tidak ada petunjuk bahwa Barnabas merasa iri terhadap Paulus. Sebaliknya, kedua pria itu terus bekerja sama melaksanakan kehendak Allah. Paulus dan Barnabas memberikan teladan yang bagus bagi para pengemban tanggung jawab di sidang zaman sekarang. Alih-alih bersaing mengejar kedudukan yang terkemuka, orang Kristen mengingat perkataan Yesus, ”Kalian semua bersaudara.” Dia menambahkan, ”Siapa pun yang meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa pun yang merendahkan diri akan ditinggikan.”​—Mat. 23:8, 12.

      10. Gambarkan perjalanan dari Perga ke Antiokhia Pisidia.

      10 Setibanya di Perga, Yohanes Markus meninggalkan Paulus dan Barnabas lalu pulang ke Yerusalem. Tidak dijelaskan mengapa dia tiba-tiba pergi. Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan, dari Perga ke Antiokhia di Pisidia, sebuah kota di provinsi Galatia. Ini bukan perjalanan yang mudah, sebab Antiokhia Pisidia berada pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut. Jalur-jalur di pegunungan yang berbahaya itu terkenal rawan perampok. Lebih parah lagi, kemungkinan besar pada saat itu Paulus mengalami beberapa gangguan kesehatan.h

      11, 12. Sewaktu berbicara di rumah ibadah di Antiokhia Pisidia, bagaimana Paulus menggugah minat hadirinnya?

      11 Di Antiokhia Pisidia, Paulus dan Barnabas masuk ke rumah ibadah pada hari Sabat. Catatan itu menceritakan, ”Setelah Taurat dan Tulisan Para Nabi dibacakan kepada hadirin, para ketua rumah ibadah itu mengirim pesan kepada mereka, ’Saudara-saudara, kalau ada kata-kata yang bisa menguatkan hadirin, silakan sampaikan.’” (Kis. 13:15) Paulus pun berdiri untuk berbicara.

      12 Paulus memulai dengan menyapa hadirinnya, ”Saudara-saudara, orang Israel dan orang-orang lain yang takut kepada Allah.” (Kis. 13:16) Hadirin Paulus terdiri dari orang Yahudi dan orang non-Yahudi yang menganut agama Yahudi. Bagaimana Paulus menggugah minat para pendengar itu, yang tidak mengakui bahwa Yesus adalah Mesias? Pertama-tama, Paulus meringkaskan sejarah bangsa Yahudi. Dia menjelaskan bagaimana Yehuwa ”meninggikan mereka sewaktu mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing” dan bagaimana setelah pembebasan mereka, Allah ”sabar terhadap mereka di padang belantara” selama 40 tahun. Paulus juga menceritakan bagaimana orang Israel berhasil menduduki Negeri Perjanjian dan bagaimana Yehuwa ”membagi-bagikan negeri itu sebagai warisan”. (Kis. 13:17-19) Ada yang berpendapat bahwa Paulus bisa jadi mengacu ke ayat-ayat tertentu yang baru saja dibacakan dengan suara keras sebagai bagian dari perayaan Sabat. Jika memang demikian, ini contoh lain lagi bahwa Paulus tahu caranya ”berbuat sebisa-bisanya demi segala macam orang”.​—1 Kor. 9:22.

      13. Bagaimana kita bisa menggugah hati pendengar kita?

      13 Kita juga hendaknya berupaya menggugah minat orang yang kita kabari. Misalnya, dengan mengetahui latar belakang agama seseorang, kita terbantu untuk memilih topik-topik yang khususnya akan menarik baginya. Selain itu, kita bisa mengutip beberapa ayat Alkitab yang mungkin dikenalnya. Meminta orang itu membaca dari Alkitabnya sendiri bisa menjadi cara yang efektif. Carilah cara-cara untuk menggugah hati pendengar Saudara.

      14. (a) Bagaimana Paulus mulai menyampaikan kabar baik tentang Yesus, dan peringatan apa yang dia berikan? (b) Bagaimana tanggapan orang banyak setelah mendengar kata-kata Paulus?

      14 Paulus kemudian membahas bagaimana garis keturunan raja-raja Israel mengarah kepada ”seorang penyelamat, . . . yaitu Yesus”, yang didahului oleh Yohanes Pembaptis. Selanjutnya, Paulus menggambarkan bagaimana Yesus dibunuh dan dibangkitkan dari antara orang mati. (Kis. 13:20-37) ”Jadi saudara-saudara,” kata Paulus, ”saya memberitakan kepada kalian bahwa pengampunan dosa hanya ada melalui dia, dan bahwa melalui dia, semua orang yang percaya bisa dinyatakan tidak bersalah.” Kemudian, sang rasul memberikan peringatan ini kepada para pendengarnya: ”Hati-hati agar apa yang dikatakan dalam Tulisan Para Nabi ini tidak terjadi pada kalian: ’Kalian yang suka menghina, lihatlah itu, jadilah heran, dan lenyaplah, karena Aku sedang melakukan sesuatu pada zaman kalian, yang tidak akan kalian percayai kalaupun itu diceritakan kepada kalian dengan terperinci.’” Tanggapan hadirin yang mendengar kata-kata Paulus sungguh luar biasa. ”Orang-orang memohon kepada mereka untuk membahas hal itu lagi pada Sabat berikutnya,” lapor Alkitab. Selain itu, setelah perhimpunan di rumah ibadah itu bubar, ”banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang menyembah Allah mengikuti Paulus dan Barnabas”.​—Kis. 13:38-43.

      ”Kami Beralih kepada Bangsa Lain” (Kis. 13:44-52)

      15. Apa yang terjadi pada Sabat berikutnya?

      15 Pada Sabat berikutnya, ”hampir seluruh kota itu” berkumpul untuk mendengarkan Paulus. Beberapa orang Yahudi tidak senang akan hal itu, dan ”mulai menentang kata-kata Paulus sehingga menghina Allah”. Dengan berani, dia dan Barnabas memberi tahu mereka, ”Firman Allah memang perlu disampaikan lebih dulu kepada kalian. Tapi karena kalian menolaknya dan menunjukkan bahwa kalian tidak layak hidup abadi, kami beralih kepada bangsa lain. Yehuwa sudah memerintahkan kami dengan kata-kata, ’Aku telah menjadikan kamu terang bagi bangsa-bangsa, agar kamu membawa keselamatan ke ujung-ujung bumi.’”​—Kis. 13:44-47; Yes. 49:6.

      Para penentang mengusir Paulus dan Barnabas dari Antiokhia di Pisidia.

      ”Paulus dan Barnabas dianiaya . . . Dan murid-murid terus dipenuhi dengan sukacita dan kuasa kudus.”​—Kisah 13:50-52

      16. Bagaimana reaksi orang-orang Yahudi terhadap kata-kata tegas para utusan injil, dan bagaimana Paulus dan Barnabas menanggapi tentangan itu?

      16 Orang-orang non-Yahudi yang mendengarkan bersukacita, dan ”semua yang memiliki sikap yang benar untuk mendapat kehidupan abadi menjadi percaya”. (Kis. 13:48) Firman Yehuwa segera menyebar ke seluruh daerah itu. Reaksi orang-orang Yahudi sangat berbeda. Para utusan injil itu memberi tahu mereka bahwa meskipun firman Allah disampaikan pertama-tama kepada mereka, mereka telah menolak sang Mesias dan karena itu akan menerima hukuman dari Allah. Orang-orang Yahudi menghasut wanita-wanita terhormat serta pria-pria terkemuka di kota itu, ”sehingga Paulus dan Barnabas dianiaya dan diusir ke luar perbatasan wilayah itu”. Bagaimana tanggapan Paulus dan Barnabas? Mereka ”mengebaskan debu dari kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium”. Apakah itu akhir dari Kekristenan di Antiokhia Pisidia? Sama sekali tidak! Para murid yang ditinggalkan ”terus dipenuhi dengan sukacita dan kuasa kudus”.​—Kis. 13:50-52.

      17-19. Dengan cara apa saja kita bisa meniru teladan Paulus dan Barnabas, dan bagaimana hal itu menambah sukacita kita?

      17 Cara orang-orang setia ini menanggapi tentangan memberi kita pelajaran berharga. Kita tidak berhenti mengabar, bahkan sewaktu orang-orang terkemuka di dunia ini berupaya menghalangi pemberitaan kita. Perhatikan juga bahwa sewaktu orang-orang Antiokhia menolak berita mereka, Paulus dan Barnabas ”mengebaskan debu dari kaki mereka”. Ini bukan berarti mereka marah, melainkan menunjukkan bahwa mereka sudah tidak bertanggung jawab lagi atas apa yang akan terjadi. Para utusan injil ini sadar bahwa mereka tidak bisa mengendalikan reaksi orang lain. Yang bisa mereka kendalikan adalah apakah mereka akan terus mengabar. Dan memang, mereka terus mengabar sewaktu melanjutkan perjalanan ke Ikonium!

      18 Bagaimana dengan para murid yang ditinggalkan di Antiokhia? Mereka memang berada di daerah yang menentang pekerjaan mereka. Tetapi, sukacita mereka tidak bergantung pada sambutan yang positif. Yesus mengatakan, ”Yang bahagia adalah orang yang mendengar firman Allah dan menaatinya!” (Luk. 11:28) Dan, memang itulah tekad para murid di Antiokhia Pisidia.

      19 Seperti Paulus dan Barnabas, semoga kita selalu ingat bahwa tanggung jawab kita adalah memberitakan kabar baik. Keputusan untuk menerima atau menolak berita itu sepenuhnya ada di tangan pendengar kita. Jika orang-orang yang kita kabari tampaknya tidak menyambut, kita bisa menarik pelajaran dari murid-murid abad pertama. Dengan menghargai kebenaran dan membiarkan diri kita dibimbing oleh kuasa kudus, kita juga bisa bersukacita, sekalipun menghadapi tentangan.​—Gal. 5:18, 22.

      BARNABAS—”PUTRA PENGHIBURAN”

      Yusuf, penduduk asli Siprus keturunan Lewi, adalah seorang anggota terkemuka dalam sidang masa awal di Yerusalem. Para rasul memberinya nama panggilan lain, yang menggambarkan kepribadiannya—Barnabas, artinya ”Putra Penghiburan”. (Kis. 4:36) Apabila Barnabas melihat ada kebutuhan di antara rekan-rekan seimannya, dia segera memenuhinya.

      Barnabas menyumbangkan dua kantong uang.

      Pada Pentakosta 33 M, ada 3.000 murid baru yang dibaptis. Kemungkinan besar, banyak dari mereka datang ke Yerusalem untuk menghadiri perayaan dan tidak berencana untuk tinggal selama itu di sana. Sidang membutuhkan dana untuk mengurus kebutuhan orang banyak tersebut. Karena itu, Barnabas menjual sebidang tanah dan dengan murah hati membawa uangnya kepada para rasul sebagai sumbangan.​—Kis. 4:32-37.

      Sebagai pengawas Kristen yang matang, Barnabas suka membantu orang lain. Dialah yang membantu Saul dari Tarsus yang baru bertobat sementara semua murid lain takut kepada Saul karena reputasinya sebagai penganiaya. (Kis. 9:26, 27) Barnabas bersikap rendah hati ketika dia dan Petrus diberi nasihat keras oleh Paulus tentang bagaimana sepantasnya hubungan antara orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi. (Gal. 2:9, 11-14) Beberapa contoh ini menunjukkan bahwa Barnabas benar-benar hidup sesuai dengan arti namanya—”Putra Penghiburan”.

      a Lihat kotak ”Barnabas—’Putra Penghiburan’”.

      b Hingga saat itu, sudah ada sidang-sidang sampai sejauh Antiokhia Siria—sekitar 550 kilometer di sebelah utara Yerusalem.

      c Lihat kotak ”Kondisi Perjalanan”.

      d Pada abad pertama, sebuah kapal bisa berlayar sejauh kira-kira 150 kilometer sehari jika anginnya bagus. Dalam kondisi yang tidak mendukung, perjalanan itu membutuhkan waktu yang lebih lama.

      e Lihat kotak ”Rumah Ibadah Orang Yahudi”.

      f Siprus berada di bawah kekuasaan Senat Romawi. Pejabat tertinggi di pulau itu adalah seorang gubernur provinsi yang bergelar prokonsul.

      g Sejak saat itu, Saul disebut sebagai Paulus. Ada yang berpendapat bahwa dia menggunakan nama Romawi itu demi menghormati Sergius Paulus. Akan tetapi, fakta bahwa dia mempertahankan nama Paulus bahkan setelah meninggalkan Siprus menunjukkan alasan lain—bahwa Paulus, sebagai ”rasul yang diutus kepada bangsa-bangsa lain”, memutuskan untuk menggunakan nama Romawinya sejak waktu itu. Mungkin juga dia menggunakan nama Paulus karena pengucapan nama Ibraninya, yakni Saul, dalam bahasa Yunani kedengaran sangat mirip dengan sebuah kata Yunani yang berkonotasi buruk.​—Rm. 11:13.

      h Surat Paulus kepada orang-orang Galatia ditulis beberapa tahun setelahnya. Dalam surat itu, Paulus menulis, ”Karena penyakit saya, saya berkesempatan memberitakan kabar baik kepada kalian untuk pertama kalinya.”​—Gal. 4:13.

  • ”Dipenuhi dengan Sukacita dan Kuasa Kudus”
    ”Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
  • ”Berbicara dengan Berani Karena Wewenang dari Yehuwa”
    ”Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
    • PASAL 12

      ”Berbicara dengan Berani Karena Wewenang dari Yehuwa”

      Paulus dan Barnabas mempertunjukkan kerendahan hati, ketekunan, serta keberanian

      Berdasarkan Kisah 14:1-28

      1, 2. Serangkaian peristiwa apa yang terjadi sewaktu Paulus dan Barnabas berada di Listra?

      LISTRA gempar. Seorang pria yang timpang sejak lahir bisa melompat-lompat senang setelah disembuhkan oleh dua orang yang tidak dikenal. Orang-orang terperangah keheranan, dan seorang imam membawa hiasan bunga untuk dua pria yang disangka sebagai dewa oleh kumpulan orang itu. Sapi-sapi jantan mendengus dan melenguh ketika imam dari Zeus itu bersiap untuk menyembelihnya. Teriakan protes keluar dari mulut Paulus dan Barnabas. Sambil merobek baju, mereka segera mendatangi kumpulan orang itu, dan dengan susah payah barulah mereka dapat menahan kumpulan orang itu agar tidak menyembah mereka.

      2 Kemudian, tibalah orang-orang Yahudi yang menentang dari Antiokhia Pisidia dan Ikonium. Dengan fitnah yang penuh kebencian, mereka meracuni pikiran orang-orang Listra. Kumpulan orang yang tadinya ingin memuja Paulus kini mengepung dia serta melemparinya dengan batu sampai pingsan. Setelah melampiaskan kemarahan, mereka menyeret Paulus yang babak belur itu ke luar gerbang kota, karena dikira sudah mati.

      3. Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas di pasal ini?

      3 Bagaimana sampai insiden dramatis ini terjadi? Apa yang bisa dipelajari oleh para pemberita kabar baik zaman sekarang dari peristiwa-peristiwa seputar Barnabas, Paulus, dan penduduk Listra yang plin-plan itu? Dan, bagaimana para penatua Kristen bisa meniru teladan Barnabas dan Paulus yang dengan setia bertekun dalam pelayanan mereka, ”berbicara dengan berani karena wewenang dari Yehuwa”?​—Kis. 14:3.

      ”Banyak Orang . . . Menjadi Percaya” (Kis. 14:1-7)

      4, 5. Mengapa Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium, dan apa yang terjadi di sana?

      4 Beberapa hari sebelumnya, Paulus dan Barnabas terpaksa pergi dari kota Romawi Antiokhia Pisidia setelah orang-orang Yahudi menentang dan menimbulkan kesulitan bagi mereka. Alih-alih menjadi kecil hati, kedua pria itu ”mengebaskan debu dari kaki mereka” terhadap penduduk kota yang tidak menyambut tersebut. (Kis. 13:50-52; Mat. 10:14) Paulus dan Barnabas pergi dengan damai dan membiarkan para penentang menerima konsekuensinya dari Allah. (Kis. 18:5, 6; 20:26) Kedua utusan injil itu tetap bersukacita dan meneruskan perjalanan pengabaran mereka. Setelah berjalan kira-kira 150 kilometer ke arah tenggara, mereka tiba di dataran tinggi yang subur di antara Pegunungan Taurus dan Pegunungan Sultan.

      5 Mula-mula, Paulus dan Barnabas singgah di Ikonium, kota yang kental kebudayaan Yunaninya dan salah satu yang terpenting di provinsi Galatia.a Di kota ini terdapat masyarakat Yahudi yang berpengaruh dan banyak orang non-Yahudi yang menganut agama Yahudi. Sesuai dengan kebiasaan mereka, Paulus dan Barnabas masuk ke rumah ibadah dan mulai mengabar. (Kis. 13:5, 14) Mereka ”berbicara dengan sangat baik, sehingga banyak orang Yahudi dan Yunani menjadi percaya”.​—Kis. 14:1.

      IKONIUM​—KOTA ORANG FRIGIA

      Ikonium berlokasi di dataran tinggi yang subur dan banyak airnya. Kota itu terletak di persimpangan rute perdagangan penting yang menghubungkan Siria dengan Roma, Yunani, dan provinsi Asia.

      Penduduk Ikonium menyembah Sibele, dewi kesuburan dari Frigia. Selama Yunani berkuasa, penduduk Ikonium mengikuti beberapa ritual ibadah Yunani dan menjadikannya bagian dari ibadah mereka. Ikonium berada di bawah pengaruh Romawi pada tahun 65 SM, dan pada abad pertama M, kota itu menjadi pusat perdagangan dan pertanian yang besar dan makmur. Meskipun Ikonium dihuni oleh masyarakat Yahudi yang berpengaruh, kota itu tampaknya masih kental dengan kebudayaan Yunani. Catatan Kisah bahkan menyebutkan adanya penduduk Yahudi dan ”Yunani”.​—Kis. 14:1.

      Ikonium terletak di perbatasan antara wilayah Likaonia dan Frigia di Galatia. Beberapa penulis zaman dahulu, termasuk Sisero dan Strabo, menyebut Ikonium sebagai kota di Likaonia, dan dari segi geografis, kota itu memang merupakan bagian dari wilayah itu. Tetapi, catatan Kisah membedakan Ikonium dari Likaonia, wilayah yang menggunakan ”bahasa Likaonia”. (Kis. 14:1-6, 11) Karena itu, para kritikus berpendapat bahwa buku Kisah tidak akurat. Namun, pada tahun 1910, arkeolog menemukan inskripsi di kota itu yang menunjukkan bahwa bahasa Frigia-lah yang digunakan di Ikonium selama dua abad setelah kunjungan Paulus dan Barnabas. Oleh karena itu, tepatlah bahwa penulis Kisah membedakan Ikonium dari kota-kota di Likaonia.

      6. Apa yang menjadikan Paulus dan Barnabas guru-guru yang efektif, dan bagaimana kita bisa meniru mereka?

      6 Mengapa cara Paulus dan Barnabas berbicara begitu efektif? Paulus memiliki segudang hikmat Alkitab. Dia dengan terampil merujuk sejarah, nubuat, dan Hukum Musa untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. (Kis. 13:15-31; 26:22, 23) Barnabas memancarkan kepedulian terhadap orang-orang. (Kis. 4:36, 37; 9:27; 11:23, 24) Mereka tidak mengandalkan pengertiannya sendiri tetapi berbicara dengan ”wewenang dari Yehuwa”. Bagaimana Saudara bisa meniru para utusan injil itu dalam kegiatan pengabaran Saudara? Lakukan hal berikut: Kenali Firman Allah sebaik mungkin. Cari ayat-ayat yang kemungkinan besar akan menarik minat pendengar Saudara. Temukan cara-cara praktis untuk menghibur orang-orang yang Saudara kabari. Dan, selalu dasarkan ajaran Saudara pada wewenang Firman Yehuwa, bukan hikmat Saudara sendiri.

      7. (a) Kabar baik menghasilkan reaksi apa? (b) Jika keluarga Saudara terbagi karena Saudara menaati kabar baik, apa yang perlu Saudara ingat?

      7 Akan tetapi, tidak semua orang di Ikonium senang mendengar perkataan Paulus dan Barnabas. Lukas menulis, ”Orang-orang Yahudi yang tidak percaya menghasut orang-orang dari bangsa lain untuk menentang saudara-saudara itu.” Paulus dan Barnabas melihat perlunya untuk tinggal dan membela kabar baik, dan mereka ”menggunakan cukup banyak waktu untuk berbicara dengan berani”. Hasilnya, ”penduduk kota itu terbagi. Ada yang memihak orang Yahudi, dan ada yang memihak para rasul”. (Kis. 14:2-4) Sekarang, kabar baik menghasilkan reaksi serupa. Bagi beberapa orang, kabar baik adalah daya pemersatu; bagi yang lain, sumber perpecahan. (Mat. 10:34-36) Jika keluarga Saudara terbagi karena Saudara menaati kabar baik, ingatlah bahwa tentangan sering kali merupakan reaksi dari desas-desus yang tak berdasar atau fitnah yang terang-terangan. Tingkah laku Saudara yang baik bisa menjadi penawar racun itu dan pada akhirnya mungkin bisa melunakkan hati para penentang.​—1 Ptr. 2:12; 3:1, 2.

      8. Mengapa Paulus dan Barnabas meninggalkan Ikonium, dan apa yang kita pelajari dari teladan mereka?

      8 Selang beberapa waktu, para penentang di Ikonium mengatur rencana untuk melempari Paulus dan Barnabas dengan batu. Setelah diberi tahu tentang hal itu, kedua utusan injil tersebut memutuskan untuk pindah dan memberikan kesaksian ke daerah lain. (Kis. 14:5-7) Para pemberita Kerajaan menggunakan kebijaksanaan serupa. Sewaktu menghadapi serangan verbal, kita berbicara dengan berani. (Flp. 1:7; 1 Ptr. 3:13-15) Tetapi, apabila ada ancaman kekerasan, kita menghindari perbuatan nekat yang malah bisa membahayakan kehidupan kita atau kehidupan rekan seiman kita.​—Ams. 22:3.

      ’Sembahlah Allah yang Hidup’ (Kis. 14:8-19)

      9, 10. Di mana lokasi Listra, dan apa yang kita ketahui tentang penduduknya?

      9 Paulus dan Barnabas pergi ke Listra, sebuah koloni Romawi sekitar 30 kilometer di sebelah barat daya Ikonium. Listra berhubungan erat dengan Antiokhia Pisidia, tetapi berbeda dengan kota itu, tidak ada banyak orang Yahudi di Listra. Meskipun penduduknya kemungkinan besar bisa berbahasa Yunani, bahasa ibu mereka adalah bahasa Likaonia. Barangkali karena tidak ada rumah ibadah orang Yahudi di kota itu, Paulus dan Barnabas mulai mengabar di tempat umum. Sewaktu di Yerusalem, Petrus pernah menyembuhkan orang yang lumpuh sejak lahir. Di Listra, Paulus menyembuhkan seorang pria yang timpang sejak lahir. (Kis. 14:8-10) Karena mukjizat yang Petrus lakukan, sekumpulan besar orang menjadi percaya. (Kis. 3:1-10) Mukjizat yang Paulus lakukan menghasilkan reaksi yang sama sekali berbeda.

      10 Sebagaimana diceritakan di awal pasal ini, sewaktu pria timpang itu bisa melompat dan berjalan, orang-orang Listra yang menyembah para dewa langsung menarik kesimpulan yang salah. Mereka menyebut Barnabas sebagai Zeus, sang dewa utama, dan Paulus sebagai Hermes, putra Zeus dan juru bicara para dewa. (Lihat kotak ”Listra serta Pemujaan Zeus dan Hermes”.) Akan tetapi, Barnabas dan Paulus bertekad memberikan pengertian kepada kumpulan orang itu bahwa mereka berbicara dan bertindak bukan dengan wewenang dewa-dewi melainkan dengan wewenang Yehuwa, satu-satunya Allah yang benar.​—Kis. 14:11-14.

      LISTRA SERTA PEMUJAAN ZEUS DAN HERMES

      Listra terletak di lembah terpencil yang jauh dari jalan-jalan raya utama. Kaisar Agustus menetapkan kota itu sebagai koloni Romawi, dan menamainya Yulia Feliks Gemina Lustra. Garnisun di sana ditugaskan untuk mempertahankan provinsi Galatia dari serangan suku-suku di pegunungan setempat. Maka, kota itu diperintah menurut pengorganisasian sipil khas Romawi, dan para pejabatnya menyandang gelar-gelar berbahasa Latin. Meskipun demikian, Listra tetap mempertahankan ciri khasnya. Kota itu lebih bernuansa Likaonia ketimbang Romawi, dan memang, orang-orang Listra yang disebutkan dalam catatan Kisah berbicara dalam bahasa Likaonia.

      Di antara temuan arkeologis di daerah Listra kuno terdapat inskripsi tentang ”imam-imam Zeus” dan patung Dewa Hermes. Sebuah mezbah yang dibaktikan untuk Zeus dan Hermes juga ditemukan di daerah itu.

      Sebuah legenda yang dicatat oleh penyair Romawi Ovid (43 SM hingga 17 M) membantu kita lebih mengerti catatan Kisah. Menurut Ovid, Yupiter dan Merkurius, versi Romawi dari dewa-dewa Yunani Zeus dan Hermes, berkunjung ke daerah perbukitan Frigia sambil menyamar sebagai manusia biasa. Mereka berupaya bertamu ke seribu rumah, tetapi semua menolak mereka. Hanya sepasang suami istri lansia, namanya Filemon dan Bausis, yang menyambut keduanya ke pondok mereka yang sederhana. Alhasil, Zeus dan Hermes mengubah pondok itu menjadi kuil dari marmer dan emas, mengangkat suami istri lansia itu menjadi imam, dan menghancurkan rumah-rumah yang menolak mereka. ”Jika penduduk Listra mengingat legenda tersebut sewaktu melihat Paulus dan Barnabas menyembuhkan pria timpang itu,” kata The Book of Acts in Its Graeco-Roman Setting, ”tidaklah mengherankan bahwa mereka ingin menyambut kedua pria itu dengan memberikan persembahan.”

      Paulus dan Barnabas menolak saat orang-orang di Listra mau menyembah mereka. Orang-orang memainkan alat musik, memberikan persembahan, serta membungkuk kepada Paulus dan Barnabas.

      ’Tinggalkan hal-hal yang sia-sia ini, dan sembahlah Allah yang hidup, yang menciptakan langit dan bumi.’​—Kisah 14:15

      11-13. (a) Apa yang Paulus dan Barnabas katakan kepada penduduk Listra? (b) Apa hal pertama yang bisa kita pelajari dari pernyataan Paulus dan Barnabas?

      11 Di tengah-tengah kehebohan ini, Paulus dan Barnabas masih berupaya untuk sebaik mungkin menyentuh hati pendengar mereka. Dengan kejadian ini, Lukas mencatat cara yang efektif untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang tidak menyembah Yehuwa. Perhatikan bagaimana Paulus dan Barnabas menggugah hati pendengarnya, ”Kenapa kalian melakukan ini? Kami juga manusia yang punya kelemahan seperti kalian. Kami sedang menyampaikan kabar baik kepada kalian, supaya kalian meninggalkan hal-hal yang sia-sia ini dan menyembah Allah yang hidup, yang menciptakan langit, bumi, laut, dan segala isinya. Di zaman dulu, Dia membiarkan semua bangsa menempuh jalan mereka masing-masing, walaupun Dia tetap bersaksi tentang diri-Nya dengan melakukan apa yang baik, yaitu memberi kalian hujan dan musim panen, serta memuaskan kalian dengan makanan dan menyenangkan hati kalian.”​—Kis. 14:15-17.

      12 Apa yang bisa kita pelajari dari kata-kata yang menggugah pikiran ini? Pertama, Paulus dan Barnabas tidak menganggap diri lebih unggul daripada hadirin mereka. Mereka tidak sok hebat. Sebaliknya, mereka dengan rendah hati mengaku memiliki kelemahan yang sama seperti pendengar mereka. Memang, Paulus dan Barnabas telah menerima kuasa kudus dan dibebaskan dari ajaran palsu. Mereka juga telah dianugerahi harapan untuk memerintah bersama Kristus. Namun, mereka sadar bahwa penduduk Listra bisa menerima karunia-karunia yang sama jika mereka menaati Kristus.

      13 Bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang kita kabari? Apakah kita memandang mereka setara dengan kita? Sewaktu kita membantu orang lain belajar kebenaran dari Firman Allah, apakah kita, seperti Paulus dan Barnabas, tidak mencari-cari sanjungan? Charles Taze Russell, seorang guru hebat yang memelopori pekerjaan pengabaran pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, memberikan teladan dalam hal ini. Dia menulis, ”Kami tidak menginginkan sanjungan, atau penghormatan, bagi diri kami atau tulisan-tulisan kami; kami pun tidak ingin dipanggil Bapak Pendeta atau Rabi.” Sikap Saudara Russell yang rendah hati mencerminkan sikap Paulus dan Barnabas. Demikian pula, tujuan kita mengabar bukan untuk mendatangkan kemuliaan bagi diri kita tetapi untuk membantu orang-orang berpaling kepada ”Allah yang hidup”.

      14-16. Apa hal kedua dan ketiga yang bisa kita pelajari dari kata-kata Paulus dan Barnabas kepada penduduk Listra?

      14 Perhatikan hal kedua yang bisa kita pelajari dari pernyataan itu. Paulus dan Barnabas mudah menyesuaikan diri. Tidak seperti orang Yahudi dan penganut agama Yahudi di Ikonium, penduduk Listra kurang atau tidak memiliki pengetahuan tentang Kitab Suci atau tentang hubungan antara Allah dan bangsa Israel. Namun, para pendengar Paulus dan Barnabas termasuk masyarakat agraris. Listra menikmati iklim yang sedang dan tanah yang subur. Orang-orang itu dapat melihat banyak bukti tentang sifat-sifat Pencipta, yang nyata antara lain dari musim-musim dengan hasil yang limpah. Dan, para utusan injil itu menggunakan titik temu ini dalam upaya mereka untuk bertukar pikiran.​—Rm. 1:19, 20.

      15 Bisakah kita juga berupaya menyesuaikan diri? Meskipun seorang petani mungkin menanam benih yang sama di beberapa bidang ladangnya, metodenya untuk menyiapkan tanah harus berbeda-beda. Ada tanah yang mungkin sudah gembur dan siap ditanami. Yang lain mungkin membutuhkan lebih banyak persiapan. Demikian pula, benih yang kita tanam selalu sama—berita Kerajaan dari Firman Allah. Akan tetapi, jika kita meniru Paulus dan Barnabas, kita akan berupaya memahami situasi dan latar belakang agama orang-orang yang kita kabari. Kemudian, berbekal pengetahuan itu, kita akan menyesuaikan cara kita menyampaikan berita Kerajaan.​—Luk. 8:11, 15.

      16 Ada hal ketiga yang bisa kita pelajari dari kisah seputar Paulus, Barnabas, dan penduduk Listra. Meskipun kita sudah berupaya sebaik mungkin, benih yang kita tanam adakalanya dirampas atau jatuh ke tanah yang berbatu. (Mat. 13:18-21) Jika itu terjadi, jangan berputus asa. Paulus belakangan mengingatkan murid-murid di Roma bahwa ”kita masing-masing [termasuk setiap orang yang membahas Firman Allah bersama kita] akan bertanggung jawab kepada Allah”.​—Rm. 14:12.

      Mereka ”Menyerahkan Para Penatua Itu kepada Yehuwa” (Kis. 14:20-28)

      17. Setelah meninggalkan Derbe, Paulus dan Barnabas pergi ke mana, dan mengapa?

      17 Setelah Paulus diseret ke luar Listra dan dikira mati, para murid mengelilingi dia lalu dia bangkit berdiri dan bermalam di kota itu. Keesokan harinya, Paulus dan Barnabas memulai perjalanan sejauh 100 kilometer menuju Derbe. Bisa kita bayangkan betapa tidak nyamannya Paulus selama perjalanan yang sulit itu, karena beberapa jam sebelumnya dia baru saja dilempari batu. Namun, dia dan Barnabas bertahan, dan setibanya di Derbe, mereka membuat ”cukup banyak orang menjadi murid”. Lalu, bukannya menempuh rute yang lebih pendek untuk pulang ke pangkalan mereka di Antiokhia Siria, ”mereka kembali ke Listra, Ikonium, dan Antiokhia [Pisidia]”. Untuk apa? Untuk menguatkan ”murid-murid agar tetap beriman”. (Kis. 14:20-22) Sungguh luar biasa teladan kedua pria ini! Mereka mendahulukan kepentingan sidang di atas kenyamanan mereka sendiri. Para pengawas keliling dan utusan injil zaman modern telah meniru teladan mereka.

      18. Apa yang tersangkut dalam pelantikan para penatua?

      18 Selain menguatkan para murid dengan kata-kata dan teladan mereka, Paulus dan Barnabas melantik ”para penatua di setiap sidang jemaat”. Meskipun Paulus dan Barnabas melakukan perjalanan utusan injil ini karena ”diutus melalui kuasa kudus”, mereka tetap berdoa dan berpuasa sewaktu mereka ”menyerahkan para penatua itu kepada Yehuwa”. (Kis. 13:1-4; 14:23) Sekarang, sidang mengikuti pola yang sama. Sebelum usulan pelantikan diajukan, badan penatua setempat berdoa dan meninjau apakah seorang saudara memenuhi syarat-syarat Alkitab. (1 Tim. 3:1-10, 12, 13; Tit. 1:5-9; Yak. 3:17, 18; 1 Ptr. 5:2, 3) Lamanya dia menjadi seorang Kristen bukanlah faktor penentu utama. Sebaliknya, tutur kata, tingkah laku, dan reputasi saudara itulah yang membuktikan sejauh mana kuasa kudus bekerja dalam kehidupannya. Yang menentukan apakah dia dapat melayani sebagai gembala kawanan adalah apabila dia memenuhi persyaratan pengawas sebagaimana diuraikan dalam Alkitab. (Gal. 5:22, 23) Pengawas wilayah bertanggung jawab untuk melantik saudara-saudara yang memenuhi syarat.​—Bandingkan 1 Timotius 5:22.

      19. Apa yang harus dipertanggungjawabkan oleh para penatua, dan bagaimana mereka meniru Paulus dan Barnabas?

      19 Para penatua terlantik tahu bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan cara mereka memperlakukan sidang jemaat kepada Allah. (Ibr. 13:17) Seperti Paulus dan Barnabas, para penatua berada di garis depan dalam pekerjaan pengabaran. Mereka menguatkan sesama murid melalui kata-kata mereka. Dan, mereka bersedia mendahulukan kepentingan sidang di atas kenyamanan mereka sendiri.​—Flp. 2:3, 4.

      20. Apa manfaatnya jika kita membaca laporan tentang kesetiaan saudara-saudari kita?

      20 Sewaktu Paulus dan Barnabas akhirnya kembali ke pangkalan utusan injil mereka di Antiokhia Siria, mereka bercerita tentang ”banyak hal yang telah Allah lakukan melalui mereka, dan tentang bagaimana Allah telah membuka jalan bagi bangsa lain untuk beriman”. (Kis. 14:27) Dengan membaca tentang kesetiaan saudara-saudari Kristen kita dan melihat bagaimana Yehuwa memberkati upaya mereka, kita akan termotivasi untuk terus ”berbicara dengan berani karena wewenang dari Yehuwa”.

      a Lihat kotak ”Ikonium—Kota Orang Frigia”.

  • ”Berbicara dengan Berani Karena Wewenang dari Yehuwa”
    ”Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan