PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w95 1/4 hlm. 4-8
  • Manfaat Apa yang Dihasilkan dengan Membahas Agama?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Manfaat Apa yang Dihasilkan dengan Membahas Agama?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ’Mendengarkan dan Belajar’
  • Memberi Kesaksian melalui Pembahasan
  • Pembahasan yang Penuh Damai, dan Membangun
  • Pembahasan yang Sangat Produktif
  • Saksi-Saksi Yehuwa
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • Berita yang Harus Kita Umumkan
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
  • ”Injil Harus Diberitakan Dahulu”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1988 (s-44)
  • Apakah Saudara Menghukum Dunia melalui Iman Saudara?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
w95 1/4 hlm. 4-8

Manfaat Apa yang Dihasilkan dengan Membahas Agama?

PARA orang-tua ingin sekali mendengar kata pertama yang diucapkan bayi mereka. Sewaktu mereka mendengar suku kata yang diulang-ulang sambil berdeguk, mungkin ”Mama” atau ”Papa”, hati mereka dipenuhi rasa bahagia. Dengan cepat mereka membagikan kabar tentang hal ini dengan teman maupun tetangga. Komunikasi yang pertama dari sang bayi benar-benar suatu kabar baik yang mendatangkan rasa senang.

Bunyi, penglihatan, dan bau yang diserap oleh pancaindra sang anak menimbulkan tanggapan. Tentu saja, tanggapan berbeda-beda. Namun jika, setelah beberapa waktu, sang bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan ini, sudah sepantasnya orang-tua akan cemas kalau-kalau perkembangan anak mereka terganggu.

Bayi-bayi paling senang memberi tanggapan kepada orang-orang yang mereka kenal. Sewaktu ibu menimang sang bayi, biasanya ia tersenyum lebar. Namun, sentuhan dari seorang sanak saudara yang berkunjung dapat menyebabkan sang bayi menangis, bahkan dengan keras kepala menolak digendong oleh orang tersebut. Banyak sanak saudara yang mengalami hal ini tidak mau menyerah. Seraya sang bayi mulai mengenal mereka dengan lebih baik, mereka senang karena ketidakramahan tidak lagi menghalangi, dan lambat laun sang bayi mulai tersenyum.

Demikian pula, banyak orang dewasa ragu-ragu untuk membahas kepercayaan agama mereka secara terbuka dengan seseorang yang bukan teman lama. Mereka mungkin tidak mengerti mengapa orang yang tidak dikenal ingin bicara tentang masalah pribadi​—agama. Akibatnya adalah bahwa mereka membiarkan timbulnya penghalang di antara mereka dan orang-orang yang berbicara mengenai Pencipta. Mereka bahkan menolak membahas apa yang, bagaimanapun juga, merupakan sifat bawaan dari umat manusia, keinginan untuk beribadat.

Sebenarnya, kita seharusnya berminat untuk belajar mengenai Pencipta kita, dan dengan berbicara kepada orang lain dapat menempatkan kita dalam posisi untuk belajar. Hal itu demikian karena Allah selalu menyediakan diri untuk komunikasi yang terbuka. Mari kita lihat bagaimana.

’Mendengarkan dan Belajar’

Komunikasi Allah yang pertama dengan seorang manusia adalah dengan Adam di taman Eden. Namun, setelah Adam dan Hawa berdosa, mereka lebih suka bersembunyi ketika Allah memanggil mereka, ketika Ia ingin berkomunikasi dengan mereka lebih jauh. (Kejadian 3:​8-13) Akan tetapi Alkitab mencatat perincian mengenai pria dan wanita yang menyambut komunikasi dari Allah.

Allah berkomunikasi dengan Nuh tentang kebinasaan yang akan datang atas dunia yang jahat di zamannya, yang menjadikan Nuh ”seorang pemberita keadilbenaran”. (2 Petrus 2:5) Sebagai juru bicara Allah kepada generasinya, Nuh tidak hanya mempertunjukkan iman dalam cara Allah berurusan dengan manusia namun juga di hadapan umum menyatakan dirinya ada di pihak Allah. Tanggapan apa yang Nuh amati? Sungguh menyedihkan, kebanyakan dari orang-orang sezamannya ”tidak memperhatikan hingga banjir itu datang dan menyapu bersih mereka semua”. (Matius 24:37-39) Tetapi untunglah bagi kita, tujuh anggota dari keluarga Nuh mendengarkan, menaati instruksi Allah, dan selamat dari Air Bah seluas dunia. Dari merekalah semua manusia yang hidup sekarang berasal.

Kemudian, Allah berkomunikasi dengan suatu bangsa secara keseluruhan, Israel purba. Melalui Musa, Allah memberi mereka Sepuluh Perintah dan kira-kira 600 hukum lain yang juga wajib ditaati. Yehuwa mengharapkan bangsa Israel untuk menaati semua hukum itu. Musa memerintahkan bahwa setiap tujuh tahun, selama Perayaan Pondok Daun tahunan, Hukum Allah harus dibacakan dengan suara keras. ”Seluruh bangsa itu berkumpul,” ia menginstruksikan, ”laki-laki, perempuan dan anak-anak, dan orang asing yang diam di dalam tempatmu.” Untuk tujuan apa? ”Supaya mereka mendengarnya dan belajar takut akan [Yehuwa], Allahmu, dan mereka melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini.” Mereka semua mendengarkan dan belajar. Bayangkan betapa senangnya mereka membahas apa yang mereka dengar!​—Ulangan 31:10-12.

Lebih dari lima abad kemudian, Yosafat, raja Yehuda mengorganisasi para pembesar dan orang-orang Lewi dalam suatu kampanye untuk menghidupkan kembali ibadat Yehuwa yang murni. Orang-orang ini mengadakan perjalanan ke kota-kota di Yehuda mengajarkan hukum-hukum Yehuwa kepada penduduk. Dengan membahas hukum-hukum ini di hadapan umum, sang raja mempertunjukkan keberaniannya demi ibadat sejati. Sehubungan dengan rakyatnya, mereka harus mendengarkan dan belajar.​—2 Tawarikh 17:1-6, 9.

Memberi Kesaksian melalui Pembahasan

Allah mengutus Yesus, Putra-Nya sendiri, ke bumi untuk melayani sebagai Juru Bicara-Nya. (Yohanes 1:14) Sewaktu tiga murid menyaksikan transfigurasi Yesus di hadapan mereka, mereka mendengar suara Allah sendiri menyatakan, ”Inilah Putraku, yang dikasihi, yang aku perkenan; dengarkan dia.” (Matius 17:5) Mereka langsung menaatinya.

Demikian pula, Yesus menyuruh rasul-rasulnya memberitakan maksud-tujuan Allah kepada orang-orang lain. Namun ketika tinggal kira-kira enam bulan dari pelayanannya di bumi, Yesus memberi tahu bahwa pekerjaan pengabaran tentang Kerajaan surga begitu luas sehingga lebih banyak murid dibutuhkan. Ia mengajar 70 murid dari antara mereka berkenaan cara membahas Kerajaan Allah dengan orang-orang yang tidak dikenal lalu mengutus mereka untuk menyebarkan berita itu di hadapan umum. (Lukas 10:1, 2, 9) Tidak lama sebelum ia kembali kepada Bapaknya di surga, Yesus mendesak para pengikutnya mengambil inisiatif untuk berbicara kepada orang lain tentang berita ini, bahkan memerintahkan mereka, ”Karena itu pergilah dan jadikanlah murid-murid dari orang-orang segala bangsa, . . . mengajar mereka untuk menjalankan semua perkara yang aku perintahkan kepadamu.” (Matius 28:19, 20) Di seluas dunia, orang-orang Kristen sejati dewasa ini menunaikan penugasan itu dengan membahas kabar baik dari Kerajaan Allah dengan sesama mereka. Pembahasan ini memungkinkan mereka untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran mengenai sang Pencipta, Yehuwa.—Matius 24:14.

Pembahasan yang Penuh Damai, dan Membangun

Dengan cara apa murid-murid Yesus membahas kepercayaan mereka bersama orang-orang lain? Mereka tidak boleh membuat kesal para penentang, mereka juga tidak boleh berbantah-bantah dengan para penentang. Sebaliknya, mereka harus mencari orang-orang yang menyambut kabar baik dan kemudian memperlihatkan bukti Alkitab untuk mendukungnya. Tentu saja, Allah memperhatikan reaksi dari orang-orang yang datang berhubungan dengan murid-murid dari Putra-Nya, tetapi seperti yang dinyatakan Yesus, ”Ia yang menerima kamu menerima aku juga, dan ia yang menerima aku menerima dia juga yang mengutus aku.” (Matius 10:40) Sungguh suatu penolakan yang kasar terhadap Allah sewaktu kebanyakan dari orang-orang sezaman Yesus menolak beritanya!

”Seorang budak dari Tuan tidak perlu berkelahi,” nasihat rasul Kristen, Paulus. Sebaliknya, ia ”perlu lembut terhadap semua, cakap mengajar, tetap menahan dirinya di bawah kejahatan, mengajar dengan lemah lembut mereka yang cenderung tidak setuju; karena Allah mungkin memberi mereka pertobatan yang membimbing kepada pengetahuan yang saksama akan kebenaran”. (2 Timotius 2:24, 25) Cara Paulus memberitakan kabar baik kepada orang-orang di Atena, Yunani, menyediakan teladan yang baik. Ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi di sinagoga mereka. Setiap hari di pasar, ia berbicara kepada ”mereka yang kebetulan ada di sana”. Meskipun tidak diragukan, beberapa orang sekadar suka mendengarkan gagasan baru, Paulus berbicara secara langsung dan dengan cara yang ramah. Ia membahas dengan para pendengarnya tentang berita Allah, yang mendesak mereka untuk bertobat. Reaksi mereka banyak persamaannya dengan reaksi dari orang-orang dewasa ini. ”Beberapa mulai mencemooh, sedangkan yang lain mengatakan, ’Kami masih akan mendengar darimu tentang hal ini lain waktu.’” Paulus tidak memaksa untuk memperpanjang pembicaraan tersebut. Karena telah mengabarkan beritanya, ia ”pergi ke luar dari tengah-tengah mereka”.—Kisah 17:16-34.

Kemudian, Paulus memberi tahu para anggota sidang Kristen di Efesus bahwa ia ’tidak menahan diri untuk memberitahukan perkara-perkara apa pun yang menguntungkan maupun untuk mengajar di hadapan umum dan dari rumah ke rumah’. Lebih jauh, ia telah ’berbicara dengan saksama kepada orang Yahudi maupun kepada orang Yunani tentang pertobatan terhadap Allah dan iman kepada Yesus Kristus’.—Kisah 20:20, 21.

Teladan-teladan yang berdasarkan Alkitab ini menyingkapkan bagaimana hamba-hamba Allah yang setia di zaman Alkitab membahas agama. Maka dewasa ini, Saksi-Saksi Yehuwa dengan taat membahas agama dengan sesama mereka.

Pembahasan yang Sangat Produktif

’Dengarkanlah Firman Allah.’ ’Perhatikan perintah-perintah-Nya.’ Betapa seringnya anjuran demikian ada di dalam Alkitab! Saudara dapat menanggapi perintah-perintah Alkitab ini sewaktu Saksi-Saksi Yehuwa berbicara kepada saudara di lain kesempatan. Perhatikan berita dari Alkitab yang mereka sampaikan kepada saudara. Berita ini bukan bersifat politik namun menjunjung pemerintahan surgawi oleh Allah, yakni Kerajaan-Nya. Inilah sarana Allah untuk menyingkirkan penyebab dari konflik-konflik yang terjadi dewasa ini. (Daniel 2:44) Setelah itu pemerintahan oleh Allah dari surga ini akan mengatur seluruh bumi untuk diubah menjadi suatu firdaus seperti taman Eden.

Seorang mantan detektif polisi sering menolak untuk mendengarkan sewaktu Saksi-Saksi Yehuwa berbicara kepadanya tentang Alkitab. Namun dengan bertambahnya kejahatan yang harus ia hadapi, ia menjadi kecewa dengan kenyataan hidup. Maka ia memberi tahu Saksi berikutnya yang berkunjung bahwa ia akan menyelidiki bukti berkenaan berita Alkitab. Maka pembahasan yang tetap tentu diadakan. Meskipun polisi tersebut pindah tempat tinggal beberapa kali, Saksi-Saksi dengan senang hati mencarinya di setiap lokasi baru untuk melanjutkan pembahasan. Akhirnya pejabat tersebut mengakui, ”Bukti yang saya cari-cari semuanya ada di dalam Alkitab Suci itu sendiri. Jika Saksi-Saksi tersebut tidak gigih untuk menyampaikannya kepada saya, saya pasti masih seperti orang pada umumnya yang bertanya-tanya tentang makna kehidupan. Kenyataannya adalah bahwa saya telah mempelajari kebenaran, dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya untuk mencari orang-orang lain yang mencari Allah seperti halnya saya dulu.”

Para pendengar yang berminat dengan tulus ingin mengetahui lebih banyak. Mereka dengan tepat mengharapkan alasan untuk kepercayaan yang dijelaskan. (1 Petrus 3:15) Sebagaimana halnya anak kecil yang terus-menerus mengajukan pertanyaan kepada orang-tuanya dan mengharapkan tanggapan mereka, demikian pula saudara dengan tepat mengharapkan agar Saksi-Saksi memberikan kepada saudara jawaban yang bermutu. Saudara dapat yakin bahwa mereka dengan senang akan kembali dan membahas lebih jauh berita Alkitab bersama saudara.

Mungkin saudara sudah mengetahui sedikit tentang Alkitab. Saudara mungkin menyadari bahwa apa yang Allah harapkan dari saudara akan menuntut beberapa perubahan dalam cara hidup saudara. Jangan ragu-ragu untuk mengejar perkara-perkara karena takut bahwa persyaratan Allah akan menuntut terlalu banyak pengorbanan di pihak saudara. Itu semua akan membawa kebahagiaan yang sejati. Saudara akan menghargai hal ini seraya saudara membuat kemajuan setahap demi setahap.

Pertama-tama, renungkan siapa Yehuwa itu, apa yang Ia harapkan dari saudara, dan apa yang Ia tawarkan. Mintalah Saksi-Saksi untuk memperlihatkan kepada saudara apa yang dikatakan Alkitab tentang hal ini. Pastikan bahwa apa yang mereka katakan ada di dalam Alkitab saudara sendiri. Dengan mengetahui bahwa Saksi-Saksi bersikap masuk akal sehubungan dengan apa yang mereka perlihatkan sebagai kebenaran tentang agama, tidak diragukan saudara akan ingin menyelidiki lebih banyak perkara baik yang dapat mereka bagikan kepada saudara dari Alkitab.—Amsal 27:17.

Saudara dipersilakan untuk mengamati Saksi-Saksi di tempat perhimpunan setempat mereka, Balai Kerajaan. Di sana saudara akan mendengar pembicaraan yang bermanfaat dari Firman Allah. Saudara akan melihat bagaimana orang-orang yang hadir senang berbicara kepada satu sama lain tentang maksud-tujuan Allah. Biarkan Saksi-Saksi ini membantu saudara untuk mempelajari kebenaran tentang kehendak Allah bagi kita dewasa ini. Tanggapilah undangan Allah untuk berbicara tentang ibadat sejati dan terimalah senyum perkenan-Nya, bahkan kehidupan kekal dalam Firdaus.—Maleakhi 3:16; Yohanes 17:3.

[Gambar di hlm. 5]

Nuh dengan terus terang berbicara tentang maksud-tujuan Allah

[Gambar di hlm. 7]

Seperti yang dilakukan Paulus di Atena purba, Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan kebenaran Alkitab kepada orang-orang lain

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan