PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Hewan​—Karunia dari Allah
    Sedarlah!—2004 | 22 Februari
    • Hewan​—Karunia dari Allah

      PERNAHKAH Anda pergi ke kebun binatang atau sirkus? Apakah Anda ingin sekali memegang atau menyentuh salah satu hewan yang cantik di sana​—mungkin singa yang perkasa atau harimau Siberia yang besar? Anda mungkin takjub sewaktu menyaksikan pawang atau pengurus hewan melakukannya. Sesungguhnya, sekitar 2.000 tahun yang lalu seorang penulis Alkitab mengatakan, ”Setiap jenis binatang buas maupun burung dan binatang melata dan makhluk laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh manusia.”​—Yakobus 3:7.

      Segala jenis hewan senang jika dirawat dan diperhatikan secara pengasih. Sungguh menyenangkan sewaktu melihat mereka berinteraksi dengan manusia yang penuh perhatian yang telah menjinakkan mereka. Penulis Romawi Plinius, yang menulis pada zaman yang kurang lebih sama dengan zaman penulis Alkitab Yakobus, berbicara tentang menjinakkan gajah, singa, harimau, elang, buaya, ular, dan bahkan ikan.

      Sebenarnya, menjinakkan hewan untuk menjadi piaraan sudah dilakukan pada masa jauh sebelumnya lagi. Lama sebelum Yakobus dan Plinius menulis, orang Mesir menjinakkan hewan buas dan menjadikannya hewan piaraan. Dewasa ini, banyak hewan yang ada di kebun binatang ada juga di rumah-rumah di beberapa negeri.

      Interaksi Awal dengan Manusia

      Alkitab, catatan terawal sejarah manusia, melaporkan bahwa manusia pertama, Adam, menamai hewan-hewan. ”Sebutan apa pun yang diberikan manusia itu kepadanya,” kata Alkitab, ”yaitu setiap jiwa yang hidup, itulah yang menjadi namanya. Maka manusia itu menyebutkan nama semua binatang peliharaan dan makhluk terbang di langit dan setiap binatang liar di padang.” (Kejadian 2:19, 20) Tampaknya, Adam mengenal hewan-hewan itu dengan saksama sehingga ia dapat menamai mereka dengan cocok. Tetapi, ia tidak memerlukan perlindungan​—bahkan dari hewan yang buas. Mereka semua berdamai dengannya, dan pastilah Adam senang sekali ditemani hewan-hewan ini!

      Allah menugasi Adam serta istrinya, Hawa, untuk mengurus hewan. Menurut maksud-tujuan Allah sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab, manusia harus ”menundukkan ikan-ikan di laut dan makhluk-makhluk terbang di langit dan binatang-binatang peliharaan dan seluruh bumi dan segala binatang merayap yang merayap di bumi”.​—Kejadian 1:26.

      Hubungan Akrab yang Langgeng

      Apabila manusia menjalankan kekuasaan yang sepatutnya atas hewan, hasilnya bisa sangat menyenangkan. Seekor hewan dapat dianggap sebagai teman yang disayangi, bahkan sebagai bagian dari keluarga. Hal ini pernah terjadi ribuan tahun yang lalu, sebagaimana terlihat dalam kisah Alkitab tentang ”seekor anak domba betina yang kecil” milik seorang pria miskin. Nabi Natan memberi tahu Raja Daud tentang anak domba ini, dan mengatakan tentang sang pria miskin, ”Domba itu makan dari suapnya, dan minum dari cawannya, dan berbaring di dadanya, dan domba itu menjadi seperti seorang anak perempuan baginya.”​—2 Samuel 12:1-3.

      Dewasa ini, banyak orang dapat memahami bagaimana seekor hewan bisa menjadi teman yang disayangi, seperti anggota keluarga. Perhatikan sebuah keluarga yang tinggal di dekat Harare, ibu kota Zimbabwe. Setiap anak di keluarga itu dibelikan seekor anjing sebagai teman. Sewaktu salah seorang anak lelaki, saat itu berusia sekitar delapan tahun, sedang berjalan-jalan dengan anjingnya, tiba-tiba seekor ular besar yang berbisa, disebut mamba, jatuh dari pohon di depan dia. Ular mamba itu menyerang, tetapi secepat kilat, si anjing turun tangan, menyelamatkan nyawa sang anak. Dapatkah Anda bayangkan betapa berharganya anjing itu bagi keluarga tersebut?

      Yang khususnya sangat berharga bagi orang tunarungu adalah anjing yang telah dilatih untuk membantu mereka. Seorang wanita menceritakan, ”Twinkie mendengar bel, dan ia datang lalu menepuk-nepuk kaki saya dan membimbing saya ke pintu depan. Demikian juga, sewaktu Twinkie mendengar bunyi timer pemanggang, ia lari kepada saya, dan saya mengikuti dia. Jika ada alarm karena asap atau kebakaran, Twinkie terlatih untuk menarik perhatian saya dan kemudian bertiarap untuk menunjukkan adanya potensi bahaya.”

      Yang terutama menonjol adalah hubungan yang bernilai antara orang tunanetra dan anjing penuntun mereka. Michael Tucker, seorang pelatih anjing-penuntun sekaligus penulis buku The Eyes That Lead, yakin bahwa anjing penuntun dapat membuka cakrawala baru bagi si tunanetra, memberikan ”kebebasan, kemandirian, mobilitas, dan persahabatan”. Ya, hubungan yang sangat akrab antara anjing demikian dan tuan mereka sering kali menyenangkan untuk dilihat!

      Hal ini juga terjadi pada orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik lain dan yang mempunyai anjing untuk menemani mereka. Seekor anjing milik seorang wanita berkursi roda telah diajar untuk mengangkat telepon dan menjilat perangko surat! Seekor anjing lain mematuhi 120 perintah, bahkan mengambilkan kaleng dan kemasan dari rak supermarket. Pemiliknya yang tunadaksa menggunakan penunjuk laser untuk memberi tahu barang pilihannya, dan si anjing mengambilkannya.

      Hewan piaraan juga berguna bagi para lansia. Seorang dokter hewan mengatakan bahwa hewan piaraan, termasuk anjing, ”memberikan tujuan dan makna sewaktu para lansia sering merasa terasing dari masyarakat”. The Toronto Star melaporkan, ”Hewan pendamping dikaitkan dengan berkurangnya stres, berkurangnya kunjungan dokter, dan bahkan membaiknya tingkat keselamatan setelah serangan jantung.”

      The New Encyclopædia Britannica membuat pengamatan yang menarik ini, ”Mengurus hewan piaraan memberikan kesempatan untuk mengajar anak-anak keterkaitan yang erat antara hak dan tanggung jawab dan juga sesuatu tentang seks. Anak-anak segera mengamati proses kawin, yang diikuti proses-proses lain seperti masa mengandung dan beragam masalah yang terkait dalam melahirkan dan memelihara bayi-bayinya.”

      Pengabdian kepada Hewan Piaraan

      Keloyalan hewan yang luar biasa sesungguhnya menyebabkan beberapa orang lebih sayang kepada hewan piaraannya daripada kepada anggota keluarganya. Dalam kasus-kasus perceraian, hak untuk mengurus hewan piaraan adakalanya diputuskan secara hukum sebagai bagian dari kesepakatan dalam perdebatan tentang hak milik. Dan, ada orang yang mencantumkan nama hewan piaraannya dalam surat wasiat mereka sebagai ahli waris harta kekayaan yang besar.

      Tidak heran, hewan piaraan menjadi bisnis besar dewasa ini! Ada berbagai buku dan majalah yang menyediakan nasihat tentang segala hal yang berkaitan dengan hewan piaraan. Karena tahu bahwa beberapa pemilik hewan piaraan rela menyediakan berbagai kemewahan untuk hewan mereka, para pebisnis menawarkan apa pun yang diinginkan sang pemilik.

      Misalnya, seseorang bisa berkonsultasi dengan para dokter yang sangat berspesialisasi dalam menangani segala macam penyakit hewan piaraan. Ada para psikiater hewan piaraan yang meresepkan obat antidepresi. Selain itu, ada pengacara dan agen asuransi hewan piaraan serta jasa pembersihan dan lembaga pelatihan hewan piaraan. Upacara pemakaman diadakan. Dan, ada penawaran untuk mengklon hewan piaraan​—tentunya dengan bayaran yang sangat tinggi!

      Jelaslah, rasa sayang akan hewan piaraan telah meluas. Dalam buku The Animal Attraction, dr. Jonica Newby menyimpulkan, ”Sewaktu anjing berlari ke arah kita, mengibas-ngibaskan ekornya dan menjilati kita seolah-olah kepulangan kita adalah hal terbaik yang terjadi pada hari itu, rasanya cukup masuk akal apabila itu disebut ’rasa sayang’.” Jadi, dapat dimaklumi jika banyak pemilik tergerak untuk membalas ”rasa sayang” itu.

      Namun, upaya untuk memanusiakan hewan piaraan dapat berdampak merusak. Lagi pula, seekor hewan tidak bisa memenuhi kebutuhan seseorang seperti yang dapat dilakukan manusia. Selain itu, urbanisasi hewan piaraan​—yakni mengadaptasi mereka ke lingkungan kota​—menimbulkan problem bagi beberapa hewan piaraan dan pemilik mereka. Kita akan membahas hal ini di artikel berikut.

  • Hewan Piaraan​—Jagalah Pandangan yang Seimbang terhadapnya
    Sedarlah!—2004 | 22 Februari
    • Hewan Piaraan​—Jagalah Pandangan yang Seimbang terhadapnya

      SEBAGAIMANA disebutkan sebelumnya, manusia ditugasi mengurus bumi beserta semua hewannya. Alkitab mengatakan, ”Segala sesuatu telah [Allah] letakkan di bawah kakinya: kambing-domba dan sapi, semuanya itu, dan juga binatang-binatang di padang terbuka, burung-burung di langit dan ikan-ikan di laut.”​—Mazmur 8:6-8; 115:16.

      Cara manusia menjalankan tanggung jawabnya terhadap hewan memang penting. Firman Allah mengatakan, ”Orang adil-benar memperhatikan jiwa binatang peliharaannya.” (Amsal 12:10) Sesungguhnya, hukum Allah bagi orang Israel berulang kali menekankan perlunya bertimbang rasa terhadap hewan. (Ulangan 22:4, 10; 25:4) Dalam menjalankan tanggung jawab ini, manusia sering menjadikan hewan jinak sebagai piaraan, dan mereka bahkan menjinakkan hewan liar lalu menjadikannya piaraan juga.​—Kejadian 1:24.

      Namun, kita sebaiknya ingat bahwa Alkitab menandaskan perbedaan antara manusia dan hewan. Manusialah, bukan hewan, yang dibuat ’menurut gambar dan rupa Allah’. (Kejadian 1:26) Dan, sementara hewan diciptakan dengan umur yang terbatas, manusia memiliki prospek hidup di bumi selama-lamanya. (Kejadian 3:22, 23; Mazmur 37:29) Yesus Kristus mengatakan bahwa untuk menikmati ”kehidupan abadi”, kita harus memperlihatkan iman dan memperoleh pengetahuan tentang Allah​—hal-hal yang tidak bisa dilakukan hewan. (Yohanes 3:36; 17:3) Selain itu, Alkitab menyamakan orang yang tidak layak dibangkitkan dengan ”binatang-binatang yang tidak bernalar yang dilahirkan untuk ditangkap dan dibinasakan”.​—2 Petrus 2:9-12.

      Diciptakan demi Kebaikan Manusia

      Allah menciptakan hewan demi manusia. Hewan dapat membantu mereka melakukan pekerjaan mereka dan dapat menjadi teman atau piaraan. Hewan juga berfungsi untuk mengagungkan kasih dan hikmat Allah. Pastilah menyenangkan untuk memperhatikan keelokan hewan dan mengetahui lebih banyak tentang sang Pencipta dengan mempelajari hikmat naluriah mereka yang menakjubkan. (Mazmur 104:24; Amsal 30:24-28; Roma 1:20) Salah satu dari banyak contoh tentang hikmat ini terlihat pada dunia serangga. Memang mengagumkan cara lebah saling berkomunikasi dan mengikuti arah sumber makanan​—belum lagi cara mereka membangun sarang yang kompleks.

      Hewan dapat bermanfaat bagi manusia dengan menjadi makanan. Awalnya, Allah hanya menyediakan tumbuhan untuk dimakan manusia. Tetapi, lebih dari 1.600 tahun kemudian​—setelah Air Bah pada zaman Nuh​—Allah mengatakan, ”Segala binatang yang bergerak, yang hidup, dapat menjadi makananmu. Sebagaimana halnya tumbuh-tumbuhan hijau, aku memberikan semuanya kepadamu.” (Kejadian 1:29; 9:3) Jadi, Allah memberi manusia hak untuk memakan hewan. Tampaknya, pemberian hak ini adalah demi kebaikan manusia, meski awalnya Allah tidak menyebutkan daging sebagai bagian dari menu makanan manusia.

      Masalah dengan Hewan Piaraan Dewasa Ini

      Sepanjang sejarah, kelihatannya hewan jarang dipiara di rumah, dan demikianlah halnya sampai sekarang di kebanyakan bagian dunia. Namun, belakangan ini, karena orang-orang telah pindah ke kota dan menjadi kaya, hewan piaraan menjadi umum. Ini telah menciptakan beberapa masalah di negara-negara maju.

      Dari kira-kira 500 juta hewan piaraan di dunia, sekitar 40 persennya, suatu jumlah yang mencengangkan, terdapat di Amerika Serikat. Ada sekitar 59 juta anjing dan 75 juta kucing yang dipiara di sana. Namun, London dan Paris masing-masing punya lebih banyak piaraan per rumah daripada New York City!

      Di Paris beberapa tahun lalu, sekitar 70 skuter yang disebut caninette disewakan untuk memvakum kotoran anjing dari trotoar. Diperkirakan bahwa sekitar 250.000 anjing di Paris menghasilkan 25 ton tinja per hari, kurang dari setengahnya divakum oleh canninette. Setiap tahun, ratusan orang dilaporkan cedera dan diopname setelah terpeleset kotoran anjing.

      Selain itu juga, ada problem kebisingan. Beberapa pemilik anjing mentoleransi perilaku piaraan mereka yang tidak akan pernah mereka toleransi kalau itu dilakukan orang. Menurut The Pet Care Forum, ”para pemilik anjing yang terlalu sering menggonggong tampaknya mengembangkan kesanggupan untuk mengabaikan kebisingan”. Misalnya, ada yang membiarkan saja anjing mereka menggonggong, bahkan sewaktu tingkat kebisingannya sampai menghentikan percakapan penting.

      Di pihak lain, seekor anjing mungkin diam dan tenang selama berada bersama pemiliknya tetapi bisa sangat menjengkelkan bagi para tetangga sewaktu pemiliknya tidak ada. Memang, sang pemilik mungkin menyayangi piaraan mereka meskipun ada berbagai kekurangan itu, tetapi seorang tetangga yang harus bekerja malam atau seorang ibu di rumah sebelah yang sedang berupaya menidurkan bayinya mungkin tidak setoleran itu. Selain itu, hewan yang bosan dapat mengembangkan perilaku destruktif, menjadi bingung dan bahkan agresif.

      Tingkat perkembangbiakan hewan piaraan khususnya menjadi masalah di perkotaan. Diperkirakan bahwa 17 juta anjing dan 30 juta kucing lahir di Amerika Serikat per tahun. Jutaan darinya masuk ke penampungan hewan, dan di sana setiap tahun di negeri itu saja sekitar empat juta hingga enam juta dieutanasia​—dibunuh.

      Mengapa begitu banyak hewan dikirim ke penampungan? Sering kali, karena rasa sayang kepada hewan bersifat tidak langgeng. Anak anjing yang menyenangkan dan anak kucing yang lucu tumbuh menjadi hewan yang lebih besar yang perlu diurus. Namun, tak seorang pun di rumah yang punya waktu atau kesabaran untuk bermain dengan atau melatih piaraan itu. Pengarang dan pakar hewan dr. Jonica Newby mengatakan, ”Kontras dengan kepercayaan populer, pengkajian dari seluruh dunia secara konsisten memperlihatkan bahwa setengah dari anjing yang dimasukkan ke penampungan bukan anjing telantar, tetapi dibawa oleh pemiliknya yang tidak sanggup menghadapi gonggongan, perilaku merusak, atau energi besar piaraan mereka.”

      Sebuah lembar fakta tentang ledakan populasi hewan piaraan menyimpulkan situasinya seperti ini, ”Makhluk hidup telah menjadi barang sekali pakai yang dapat ditimang-timang sewaktu masih lucu tetapi ditelantarkan sewaktu mulai menyusahkan. Ketidakpedulian demikian terhadap kehidupan hewan merembes dan mengikis kebudayaan kita.”

      Faktor Penting untuk Dipertimbangkan

      Kepemilikan hewan piaraan di kota khususnya membutuhkan pertimbangan serius. Piaraan yang aktif membutuhkan gerak badan setiap hari supaya tetap sehat. ”National People and Pets Survey” di Australia menyatakan, ”Berjalan-jalan dan gerak badan merupakan tuntutan fisik sekaligus rangsangan mental bagi anjing. Anjing yang tidak cukup mendapat gerak badan dapat menjadi sulit diatur.” Namun, banyak pemilik terlalu lelah setelah bekerja keras seharian untuk membawa anjing mereka berjalan-jalan guna melepaskan semua energi yang terpendam itu.

      Jadi, siapa saja yang ingin memiara hewan sebaiknya merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah saya akan bisa memberikan perhatian yang sepatutnya kepada piaraan saya? Apakah gaya hidup saya akan membuat piaraan saya tak terurus selama sebagian besar hari? Apakah saya akan punya waktu untuk membawanya berjalan-jalan atau bermain? Jika anjing saya perlu dilatih, apakah saya siap untuk memberikan pelatihan itu atau membawanya ke pusat pelatihan? Apakah memiara hewan akan menyita waktu untuk kegiatan yang lebih penting?

      Faktor lain untuk dipertimbangkan ialah bahwa memiara hewan bisa menghabiskan banyak biaya. Suatu survei terhadap para pemilik hewan menemukan bahwa rata-rata biaya jasa dokter hewan untuk anjing di Amerika Serikat adalah 196 dolar, dan untuk kucing 104 dolar. Itu, tentu saja, belum termasuk makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Selain itu, di beberapa tempat ada biaya pendaftaran.

      Pandangan yang Seimbang Memang Sulit

      Pencipta kita pasti suka jika kita senang dengan hewan ciptaan-Nya dan memperlihatkan perhatian yang pengasih kepada mereka. Kalau begitu, apakah Anda setuju bahwa memperlakukan hewan dengan kejam itu tidak pantas? Namun, sebagai sumber hiburan, umumnya manusia membiarkan hewan, seperti banteng, anjing, dan ayam, disiksa dengan kejam dan diadu sampai mati. Sungguh disayangkan, cara orang memperlakukan hewan tidak selalu disertai keibaan hati yang Allah inginkan.

      Di pihak lain, ada yang perhatiannya kepada piaraan begitu besar sampai-sampai melebihi perhatiannya kepada hal-hal yang bahkan lebih penting. Sesungguhnya, jika kasih sayang kepada hewan tidak dikendalikan oleh sikap masuk akal, nyawa hewan piaraan bahkan dapat tampak lebih penting daripada nyawa manusia. Misalnya, sewaktu terjadi kebakaran di sebuah rumah sakit hewan, beberapa dari pemilik yang berkumpul di luar dilaporkan ”berupaya menerobos barisan pemadam, berteriak-teriak bahwa mereka ingin mati bersama piaraan kesayangan mereka”.

      Menyaksikan piaraan kesayangan mati pastilah merupakan hal yang sangat menyedihkan, bahkan tragis. Namun, bahkan dalam kasus seperti itu, keseimbangan perlu dijaga. Sebagaimana dikomentari sebelumnya, hewan tidak diciptakan menurut gambar Allah, mereka juga tidak dimaksudkan untuk hidup selama-lamanya, seperti manusia. Tentang cara Allah membuat manusia, Alkitab mengatakan, ”Bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.” Tetapi, hal seperti ini tidak pernah dikatakan untuk hewan.​—Pengkhotbah 3:11, Terjemahan Baru.

      Jadi, Alkitab tidak mengatakan bahwa membunuh hewan itu salah—kenyataannya, sekarang hewan merupakan sumber makanan yang umum bagi banyak sekali orang. Namun bagaimana dengan membunuh seekor hewan piaraan​—misalnya yang sakit dan menderita? Pastilah ini merupakan keputusan yang sangat sulit dan menyakitkan! Tetapi, seorang penyayang hewan mungkin menyimpulkan bahwa melakukannya dengan cepat dan tidak menyakitkan lebih baik daripada memberikan perawatan mahal yang hanya memperlama penderitaan hewannya yang setia​—dan mungkin bahkan membebani keuangan keluarga.

      Allah sangat menyayangi manusia ciptaan-Nya; tidakkah kita juga seharusnya memperlihatkan perhatian dan rasa sayang terhadap hewan yang telah Ia percayakan kepada kita untuk dirawat dan diurus? Orang-orang yang memiliki kasih demikian sering kali berminat pada prospek menakjubkan untuk menikmati hewan seperti yang Pencipta kita maksudkan pada awalnya. Artikel penutup dalam seri ini akan membahas aspek tersebut.

  • Hewan​—Kesenangan untuk Selama-lamanya
    Sedarlah!—2004 | 22 Februari
    • Hewan​—Kesenangan untuk Selama-lamanya

      ALANGKAH banyaknya variasi hewan, masing-masing kelihatannya punya sifat dan wataknya sendiri-sendiri! Rasa sayang dan keibaan hati terhadap mereka dapat menjadi faktor yang mendekatkan seseorang kepada Pencipta hewan-hewan tersebut. Hal itu ditunjukkan dalam pengalaman Maria.

      Sekitar tiga tahun lalu, sewaktu Maria tinggal di Lisbon, Portugal, anjing kesayangannya hilang, dan ia mengumumkannya lewat radio. Salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa, yang yakin bahwa ia pernah melihat anjing yang cocok dengan ciri-ciri yang disebutkan, menghubungi Maria. Sewaktu kedua-duanya bertemu, mereka menemukan si anjing, dan sang Saksi mengatakan bahwa karena Maria sangat menyayangi hewan, ia pasti akan senang tinggal dalam dunia baru yang Allah janjikan. Sang Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu manusia akan berdamai dengan semua hewan.

      Maria menerima undangan untuk menghadiri perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa. Apa yang ia dengar dan lihat di sana menggugah minatnya sehingga ia menginginkan pelajaran Alkitab pribadi. Seraya pelajaran itu berlangsung, Maria sangat tergugah oleh apa yang ia pelajari tentang Allah Yehuwa dan janji-Nya berupa kehidupan abadi di bumi dalam suatu dunia baru yang berisi keadilbenaran. (Mazmur 37:29; Yohanes 17:3) Akhirnya, pada tanggal 16 Februari 2002, ia melambangkan pembaktiannya kepada Yehuwa dengan baptisan air.

      Maksud-Tujuan Allah yang Semula

      Seperti Maria, banyak orang telah tergetar oleh bukti bahwa maksud-tujuan Allah yang semula agar manusia hidup selama-lamanya di bumi firdaus dan mengurus semua hewannya pada akhirnya akan digenapi. (Kejadian 1:28) Alkitab mengatakan bahwa Allah ”tidak menciptakan [bumi] dengan percuma” tetapi ”membentuknya untuk didiami”. Jelaslah, manusia dimaksudkan untuk menikmati bumi dan hewannya selama-lamanya.​—Yesaya 45:18.

      Alkitab lebih jauh menandaskan keputusan Allah untuk mewujudkan maksud-tujuan-Nya yang semula, yakni bumi firdaus. Ia menyatakan, ”Aku telah mengatakannya,” dan menambahkan, ”aku juga akan mewujudkannya.” Yehuwa menyatakan lagi, ”Demikianlah firmanku yang keluar dari mulutku. Itu tidak akan kembali padaku tanpa hasil, tetapi pasti akan melaksanakan apa yang kusukai, dan akan berhasil dalam apa yang kusuruhkan kepadanya.”​—Yesaya 46:11; 55:11.

      Jelaslah, maksud-tujuan Allah adalah agar manusia menikmati firdaus di bumi selama-lamanya. Kita dapat memiliki keyakinan mutlak bahwa pada waktunya maksud-tujuan itu akan diwujudkan. Marilah kita periksa sekilas gambaran yang ada dalam Alkitab tentang seperti apa kehidupan dalam dunia baru Allah kelak. Kita akan melihat bahwa, sesungguhnya, semua hewan, jinak maupun liar, akan berdamai dengan satu sama lain dan dengan manusia.​—Yesaya 65:17, 21-25; 2 Petrus 3:13.

      Hewan Piaraan dalam Dunia Baru Allah

      Dalam dunia baru Yehuwa, orang akan dapat mengelus surai seekor singa yang lebat, membelai kulit belang seekor macan, dan, ya, tidur di hutan tanpa takut ada hewan berbahaya. Perhatikan janji Allah ini, ”Aku pasti akan melenyapkan binatang buas yang mencelakakan dari negeri itu, dan mereka [manusia] akan tinggal di padang belantara dengan aman dan tidur di hutan-hutan.”​—Yehezkiel 34:25; Hosea 2:18.

      Ya, pada saat itu hewan liar akan tunduk, bahkan kepada anak kecil! Alkitab mengatakan, ”Serigala akan berdiam sebentar dengan anak domba jantan, dan macan tutul akan berbaring dengan anak kambing, dan anak lembu dan singa muda yang bersurai dan binatang yang gemuk, semua bersama-sama; dan seorang anak kecil akan menjadi pemimpinnya.”

      Tetapi itu belum semuanya! Ayat tersebut melanjutkan, ”Sapi dan beruang akan makan bersama-sama; anak-anak mereka akan berbaring bersama-sama. Bahkan singa akan makan jerami seperti lembu jantan. Anak yang masih menyusu akan bermain-main dekat liang ular kobra; dan anak yang disapih akan meletakkan tangannya pada lubang cahaya dari liang seekor ular berbisa. Mereka tidak akan melakukan apa pun yang membawa celaka atau menimbulkan kerusakan di seluruh gunung kudusku; karena bumi pasti akan dipenuhi dengan pengetahuan akan Yehuwa seperti air menutupi dasar laut.”​—Yesaya 11:6-9.

      Dalam dunia baru Yehuwa, tidak akan ada problem berupa kepadatan penduduk di kota-kota besar dengan lingkungan yang buruk bagi mereka dan piaraan mereka. Memang, sekarang ini pun banyak orang menikmati kebersamaan dengan hewan mereka, dan banyak orang memperlihatkan keseimbangan dalam bersikap terhadapnya dan dalam merawatnya. Namun, coba bayangkan prospek menakjubkan untuk menikmati kebersamaan dengan hewan piaraan selama-lamanya dalam suatu dunia baru yang adil-benar! Memelihara mereka dengan pengasih akan benar-benar menghormati Pencipta Agung semua makhluk hidup.

      Jika Anda belum tahu tentang maksud-tujuan Allah yang menakjubkan​—seperti Maria sang penyayang hewan yang baru mengetahuinya belakangan ini​—kami dengan hangat mengundang Anda untuk menghubungi penerbit majalah ini atau salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa, yang akan dengan senang hati membantu Anda belajar tentang maksud-tujuan tersebut.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan