-
Yehuwa—Pribadi yang Kuasa-Nya Sangat BesarMenara Pengawal—2000 | 1 Maret
-
-
Yehuwa—Pribadi yang Kuasa-Nya Sangat Besar
”Karena energi dinamisnya yang berlimpah, dan kekuasaannya sangat besar, tidak satu pun dari mereka tidak hadir.”—YESAYA 40:26.
1, 2. (a) Kita semua bergantung pada sumber tenaga fisik apa? (b) Jelaskan mengapa Yehuwa adalah Sumber fundamental semua kekuatan.
KUASA, kekuatan, dan tenaga sering kali kita anggap biasa-biasa saja. Misalnya, jarang terpikirkan oleh kita tentang tenaga listrik yang memberi kita cahaya dan panas, atau tentang betapa mudahnya kita memasang peralatan listrik ke stop kontak. Baru setelah listrik tiba-tiba padam, kita tersadar bahwa tanpa tenaga listrik itu, kota-kota nyaris tidak berfungsi. Kebanyakan listrik yang vital bagi kita secara tidak langsung berasal dari sumber energi bumi yang paling handal—matahari.a Setiap detik, reaktor surya ini menghabiskan lima juta ton bahan bakar nuklir, dan melimpahi bumi dengan energi penunjang kehidupan.
2 Dari mana semua energi surya ini berasal? Siapa yang membangun pembangkit listrik antariksa ini? Allah Yehuwa. Mengenai Dia, Mazmur 74:16 berkata, ”Engkaulah yang mempersiapkan benda penerang, bahkan matahari.” Ya, Yehuwa adalah Sumber fundamental semua kekuatan, sebagaimana Ia adalah Sumber segala bentuk kehidupan. (Mazmur 36:9) Kita hendaknya tidak pernah menganggap kuasa-Nya biasa-biasa saja. Melalui nabi Yesaya, Yehuwa mengingatkan kita untuk melihat benda-benda langit, seperti matahari dan bintang, serta merenungkan bagaimana awal keberadaan mereka. ”Layangkanlah pandanganmu ke tempat tinggi dan lihatlah. Siapa yang menciptakan hal-hal ini? Ini adalah Pribadi yang membawa keluar pasukan mereka menurut jumlahnya, yang semuanya ia panggil dengan namanya. Karena energi dinamisnya yang berlimpah, dan kekuasaannya sangat besar, tidak satu pun dari mereka tidak hadir.”—Yesaya 40:26; Yeremia 32:17.
3. Bagaimana kita mendapat manfaat dari manifestasi kuasa Yehuwa?
3 Karena Yehuwa sangat besar kuasanya, kita dapat yakin bahwa matahari akan terus memberi kita cahaya dan panas yang sangat vital bagi kelangsungan hidup kita. Akan tetapi, kita bergantung pada kuasa Allah bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok kita yang bersifat fisik. Ditebusnya kita dari dosa dan kematian, harapan masa depan kita, dan kepercayaan kita kepada Yehuwa, semuanya memiliki keterkaitan mutlak dengan penerapan kuasa Allah. (Mazmur 28:6-9; Yesaya 50:2) Alkitab memiliki banyak sekali contoh yang membuktikan kuasa Yehuwa untuk mencipta dan menebus, untuk menyelamatkan umat-Nya dan membinasakan musuh-Nya.
Kuasa Allah Dimanifestasikan Melalui Ciptaan
4. (a) Bagaimana Daud tergugah sewaktu mengamati langit di malam hari? (b) Apa yang disingkapkan oleh benda-benda angkasa tentang kuasa ilahi?
4 Rasul Paulus menjelaskan bahwa ’kuasa [Pencipta kita] yang kekal jelas terlihat melalui perkara-perkara yang telah diciptakan’. (Roma 1:20) Berabad-abad sebelumnya, pemazmur Daud, semasa menjadi gembala, pastilah sering memandangi langit di malam hari, menyadari betapa agungnya alam semesta dan betapa perkasa Pembuatnya. Ia menulis, ”Bila aku melihat langitmu, pekerjaan jarimu, bulan dan bintang-bintang yang telah engkau persiapkan, apakah manusia yang berkematian itu sehingga engkau mengingat dia, dan putra manusia sehingga engkau memperhatikan dia?” (Mazmur 8:3, 4) Sekalipun pengetahuannya tentang benda angkasa terbatas, Daud memahami bahwa ia sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan Pencipta dari alam semesta kita yang mahaluas ini. Sekarang, para astronom mengetahui jauh lebih banyak tentang betapa luasnya alam semesta dan kekuatan yang menunjangnya. Misalnya, mereka memberi tahu kita bahwa setiap detik, matahari memancarkan energi yang setara dengan ledakan 100.000 juta megaton TNT.b Hanya sebagian kecil saja energi itu yang mencapai bumi; namun itu pun sudah cukup untuk menunjang semua kehidupan di planet kita. Namun, matahari kita sama sekali bukan bintang terkuat di angkasa. Ada bintang-bintang lain yang setiap detiknya memancarkan energi yang setara dengan energi matahari yang dipancarkan sehari penuh. Maka, bayangkan kuasa yang dimiliki oleh Pribadi yang menciptakan benda-benda angkasa seperti itu! Tidak heran, Elihu berseru, ”Mengenai Yang Mahakuasa, kita belum menemukan apa-apa tentang dia; ia tinggi kekuasaannya.”—Ayub 37:23.
5. Apa bukti kekuatan Yehuwa yang kita temukan dalam pekerjaan-Nya?
5 Jika kita ’menyelidiki pekerjaan Allah’ sebagaimana halnya Daud, kita akan melihat bukti kuasa-Nya di mana-mana—pada angin dan gelombang, guntur dan kilat, sungai yang sangat besar dan gunung yang sangat megah. (Mazmur 111:2; Ayub 26:12-14) Selain itu, sebagaimana Yehuwa mengingatkan Ayub, dunia fauna membuktikan kekuatan-Nya. Antara lain, Behemot, atau kuda nil. Yehuwa memberi tahu Ayub, ”Kekuatannya ada pada pinggulnya . . . Tulang-tulangnya yang kuat seperti tongkat besi tempaan.” (Ayub 40:15-18) Kekuatan yang menakutkan pada lembu jantan liar juga dikenal baik pada zaman Alkitab, dan Daud berdoa agar ia dapat diluputkan dari ”mulut singa, dan dari tanduk lembu-lembu jantan liar”.—Mazmur 22:21; Ayub 39:9-11.
6. Apa yang dilambangkan oleh lembu jantan dalam Alkitab, dan mengapa? (Lihat catatan kaki.)
6 Karena kekuatannya, lembu jantan digunakan dalam Alkitab untuk melambangkan kuasa Yehuwa.c Dalam penglihatan rasul Yohanes tentang takhta Yehuwa, ada empat makhluk hidup dan salah satunya memiliki wajah seperti lembu jantan. (Penyingkapan 4:6, 7) Jelaslah, salah satu dari keempat sifat utama Yehuwa yang digambarkan oleh kerub-kerub ini adalah kuasa. Yang lainnya adalah kasih, hikmat, dan keadilan. Karena kuasa merupakan unsur penting pada kepribadian Allah, pemahaman yang jelas tentang kuasa-Nya dan cara Ia menggunakannya akan mendekatkan kita kepada-Nya serta membantu kita meniru teladan-Nya untuk menggunakan kuasa apa pun yang kita miliki dengan sebaik mungkin.—Efesus 5:1.
”Yehuwa yang Berbala Tentara, Pribadi yang Penuh Kuasa”
7. Mengapa kita dapat yakin bahwa kebaikan akan menang atas kejahatan?
7 Dalam Alkitab, Yehuwa disebut ”Allah Yang Mahakuasa”, suatu gelar yang mengingatkan kita agar tidak pernah menyepelekan kuasa-Nya atau meragukan kesanggupan-Nya untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya secara tuntas. (Kejadian 17:1; Keluaran 6:3) Sistem fasik Setan mungkin tampak sangat kokoh, tetapi di mata Yehuwa, ”bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dari timba; dan mereka dianggap seperti lapisan tipis debu pada timbangan”. (Yesaya 40:15) Berkat kuasa ilahi demikian, pastilah kebaikan akan menang atas kejahatan. Pada saat kefasikan merajalela, kita dapat terhibur, mengetahui bahwa ”Yehuwa yang berbala tentara, Pribadi Yang Penuh Kuasa dari Israel” akan menyingkirkan kejahatan untuk selama-lamanya.—Yesaya 1:24; Mazmur 37:9, 10.
8. Bala tentara surgawi apa yang ada di bawah perintah Yehuwa, dan apa bukti kuasa mereka?
8 Ungkapan ”Yehuwa yang berbala tentara”, yang muncul 285 kali dalam Alkitab, merupakan pengingat lain akan kuasa Allah. ’Bala tentara’ ini memaksudkan sejumlah besar makhluk roh yang siap melaksanakan perintah Yehuwa. (Mazmur 103:20, 21; 148:2) Dalam semalam, satu malaikat saja dapat membantai 185.000 prajurit Asiria yang mengancam Yerusalem. (2 Raja 19:35) Jika kita menyadari kuasa bala tentara surgawi Yehuwa, kita tidak akan mudah digentarkan oleh para penentang. Nabi Elisa sama sekali tidak takut sewaktu dikepung segenap bala tentara yang mencarinya karena, berbeda dari hambanya, ia dapat melihat dengan mata iman sejumlah besar pasukan surgawi yang mendukungnya.—2 Raja 6:15-17.
9. Seperti Yesus, mengapa kita hendaknya memiliki kepercayaan akan perlindungan ilahi?
9 Yesus juga menyadari adanya dukungan malaikat sewaktu menghadapi gerombolan yang bersenjatakan pedang dan pentung di taman Getsemani. Setelah menyuruh Petrus menyarungkan kembali pedangnya, Yesus memberi tahu dia bahwa, jika perlu, Yesus dapat memohon kepada Bapaknya ”lebih dari dua belas legiun malaikat”. (Matius 26:47, 52, 53) Jika kita memiliki penghargaan yang sama terhadap bala tentara surgawi yang siap Yehuwa gunakan, kita juga akan menaruh kepercayaan mutlak akan dukungan ilahi. Rasul Paulus menulis, ”Maka, apa yang akan kita katakan tentang hal-hal ini? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan menentang kita?”—Roma 8:31.
10. Demi kepentingan siapa Yehuwa menggunakan kuasa-Nya?
10 Maka, ada banyak alasan bagi kita untuk percaya akan perlindungan Yehuwa. Ia selalu menggunakan kuasa-Nya secara bermanfaat dan selaras dengan sifat-sifat-Nya yang lain—keadilan, hikmat, dan kasih. (Ayub 37:23; Yeremia 10:12) Sementara orang-orang yang berkuasa sering menginjak-injak orang-orang miskin dan sederhana demi keuntungan pribadi, Yehuwa ”menegakkan orang kecil dari debu” dan memiliki ”kuasa yang berlimpah untuk menyelamatkan”. (Mazmur 113:5-7; Yesaya 63:1) Sebagaimana dipahami Maria, ibu Yesus yang bersahaja dan rendah hati, ”Pribadi yang penuh kuasa” menggunakan kuasa-Nya tanpa mementingkan diri demi kepentingan orang-orang yang takut kepada-Nya, merendahkan orang angkuh dan meninggikan orang rendah.—Lukas 1:46-53.
Yehuwa Menyingkapkan Kuasa-Nya Kepada Hamba-Hamba-Nya
11. Apa bukti kuasa Allah yang disaksikan bangsa Israel pada tahun 1513 SM?
11 Dalam beberapa peristiwa, Yehuwa memanifestasikan keperkasaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Salah satunya adalah di Gunung Sinai pada tahun 1513 SM. Pada tahun itu, bangsa Israel telah melihat bukti yang mengesankan akan kuasa Allah. Sepuluh tulah yang menghancurkan telah menyingkapkan tangan Yehuwa yang kuat dan ketidakberdayaan allah-allah Mesir. Tak lama kemudian, peristiwa mukjizat menyeberangi Laut Merah dan dihancurkannya bala tentara Firaun merupakan bukti berikutnya akan kekuatan ilahi. Tiga bulan kemudian, di kaki Gunung Sinai, Yehuwa mengundang bangsa Israel untuk menjadi ’milik-Nya yang istimewa dari antara semua bangsa lain’. Mereka pun berjanji, ”Semua hal yang Yehuwa katakan, kami bersedia lakukan.” (Keluaran 19:5, 8) Kemudian, Yehuwa memperlihatkan suatu pertunjukan yang jelas akan kuasa-Nya. Disertai guntur dan kilat serta bunyi tiupan tanduk yang keras, Gunung Sinai mengeluarkan asap dan bergetar. Sambil berdiri di kejauhan, bangsa itu sangat ketakutan. Tetapi, Musa memberi tahu mereka bahwa pengalaman ini hendaknya mengajarkan rasa takut yang saleh kepada mereka, rasa takut yang menggerakkan mereka untuk menaati satu-satunya Allah mereka yang mahakuasa dan benar, Yehuwa.—Keluaran 19:16-19; 20:18-20.
12, 13. Situasi-situasi apa yang membuat Elia meninggalkan tugasnya, tetapi bagaimana Yehuwa menguatkan dia?
12 Beberapa abad kemudian, pada zaman Elia, kuasa ilahi kembali dipertunjukkan di Gunung Sinai. Sang nabi telah menyaksikan bagaimana kuasa Allah beraksi. Selama tiga setengah tahun, Allah ”menutup langit” karena kemurtadan bangsa Israel. (2 Tawarikh 7:13) Selama musim kering yang diakibatkannya, Elia diberi makan oleh burung-burung gagak besar di Wadi Kherit, dan belakangan, ia mendapat makanan secara mukjizat dari persediaan tepung dan minyak seorang janda miskin. Yehuwa bahkan memberi Elia kuasa untuk membangkitkan putra janda ini. Akhirnya, dalam ujian Keilahian yang dramatis di Gunung Karmel, api turun dari langit dan membakar habis korban Elia. (1 Raja 17:4-24; 18:36-40) Namun, tak lama kemudian, Elia menjadi takut dan tawar hati sewaktu Izebel mengancam akan membunuhnya. (1 Raja 19:1-4) Ia melarikan diri dari negeri itu, mengira bahwa pekerjaannya sebagai nabi telah berakhir. Untuk menenteramkan dan menguatkan dia, Yehuwa dengan baik hati memberinya pertunjukan kuasa ilahi secara pribadi.
13 Sewaktu Elia bersembunyi di sebuah gua, ia melihat pertunjukan yang membangkitkan rasa takjub, berupa tiga kekuatan yang Yehuwa kendalikan: angin kencang, gempa, dan akhirnya api. Akan tetapi, sewaktu Yehuwa berbicara kepada Elia, Ia melakukannya dengan ”suara yang tenang dan rendah”. Yehuwa menugaskan lebih banyak pekerjaan kepada Elia dan memberi tahu dia bahwa masih ada 7.000 penyembah Yehuwa yang setia di negeri itu. (1 Raja 19:9-18) Jika, seperti Elia, kita sampai merasa tawar hati karena dinas kita kurang membuahkan hasil, kita dapat dengan sungguh-sungguh meminta dari Yehuwa ”kuasa melampaui apa yang normal”—kuasa yang dapat menguatkan kita untuk terus memberitakan kabar baik tanpa henti.—2 Korintus 4:7.
Kuasa Yehuwa Menjamin Penggenapan Janji-Janji-Nya
14. Apa yang disingkapkan oleh nama pribadi Yehuwa, dan bagaimana kuasa-Nya dikaitkan dengan nama-Nya?
14 Kuasa Yehuwa juga berkaitan erat dengan nama-Nya dan pelaksanaan maksud-tujuan-Nya. Nama Yehuwa yang unik, yang berarti ”Dia yang Menjadikan Ada”, menyingkapkan bahwa Dia menjadikan diri-Nya Penggenap janji. Tidak ada hal apa pun atau siapa pun yang dapat mencegah Allah mewujudkan maksud-tujuan-Nya, tidak soal seberapa mustahilnya itu bagi orang-orang yang skeptis. Sebagaimana yang pernah diberitahukan Yesus kepada rasul-rasulnya, ”bagi Allah semua perkara mungkin”.—Matius 19:26.
15. Bagaimana Abraham dan Sara diingatkan bahwa tidak ada hal yang terlalu sulit bagi Yehuwa?
15 Sebagai ilustrasi, Yehuwa pernah menjanjikan kepada Abraham dan Sara bahwa Ia akan menjadikan keturunan mereka suatu bangsa yang besar. Akan tetapi, mereka tidak mempunyai anak selama bertahun-tahun. Mereka berdua sudah sangat tua sewaktu Yehuwa memberi tahu mereka bahwa janji itu akan segera digenapi dan Sara pun tertawa. Sebagai jawaban, sang malaikat berkata, ”Adakah sesuatu yang terlalu sulit bagi Yehuwa?” (Kejadian 12:1-3; 17:4-8; 18:10-14) Empat abad kemudian, sewaktu Musa akhirnya mengumpulkan keturunan Abraham—sekarang sudah menjadi bangsa yang besar—di Dataran Moab, ia mengingatkan mereka bahwa Allah telah menggenapi janji-Nya. Musa berkata, ”Engkau tetap hidup, karena [Yehuwa] mengasihi bapak-bapak leluhurmu sehingga ia memilih benih mereka yang kelak muncul dan membawa engkau keluar dari Mesir di hadapannya dengan kekuatannya yang besar, untuk menghalau dari hadapanmu bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih perkasa daripadamu, untuk membawa engkau masuk ke negeri mereka dan memberikannya kepadamu sebagai milik pusaka seperti pada hari ini.”—Ulangan 4:37, 38.
16. Mengapa orang Saduki sampai melakukan kesalahan dengan menyangkal kebangkitan orang mati?
16 Berabad-abad kemudian, Yesus mengecam orang Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan. Mengapa mereka menolak mempercayai janji Allah bahwa Ia akan menghidupkan kembali orang mati? Yesus memberi tahu mereka, ”Kamu tidak tahu Tulisan-Tulisan Kudus maupun kuasa Allah.” (Matius 22:29) Tulisan-Tulisan Kudus meyakinkan kita bahwa ’semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suara Putra manusia lalu keluar’. (Yohanes 5:27-29) Jika kita tahu apa kata Alkitab tentang kebangkitan, kepercayaan kita terhadap kuasa Allah akan meyakinkan kita bahwa orang mati akan dibangkitkan. Allah ”akan menelan kematian untuk selama-lamanya, . . . karena Yehuwa-lah yang telah mengatakannya”.—Yesaya 25:8.
17. Pada peristiwa apa di masa depan, kepercayaan kepada Yehuwa akan sangat dibutuhkan dengan cara yang istimewa?
17 Dalam waktu dekat, akan tiba masa manakala kita masing-masing perlu percaya kepada kuasa Allah yang menyelamatkan dengan cara yang istimewa. Setan si Iblis akan melancarkan serangan atas umat Allah, yang akan tampak tidak terlindungi. (Yehezkiel 38:14-16) Pada waktu itu, Allah akan memanifestasikan kuasa-Nya yang agung bagi kita, dan setiap orang akan mengetahui bahwa Dialah Yehuwa. (Yehezkiel 38:21-23) Sekaranglah waktunya untuk membangun iman dan kepercayaan kita akan Allah Yang Mahakuasa sehingga kita tidak akan goyah pada masa yang menentukan itu.
18. (a) Manfaat apa saja yang kita peroleh dengan merenungkan kuasa Yehuwa? (b) Pertanyaan apa akan dibahas pada artikel berikut?
18 Tidak diragukan, ada banyak alasan untuk merenungkan kuasa Yehuwa. Seraya kita merenungkan pekerjaan-Nya, kita dengan rendah hati tergerak untuk memuji Pencipta Agung kita dan bersyukur bahwa Ia menggunakan kuasa-Nya dengan sangat bijaksana dan pengasih. Jika kita percaya kepada Yehuwa yang berbala tentara, kita tidak akan pernah gentar. Iman kita akan janji-janji-Nya tidak akan goyah. Namun, ingatlah bahwa kita telah diciptakan menurut gambar Allah. Jadi, kita pun memiliki kuasa—sekalipun terbatas. Bagaimana kita dapat meniru Pencipta kita dalam menggunakan kuasa kita? Hal ini akan dibahas pada artikel berikut.
[Catatan Kaki]
a Menurut pendapat umum, bahan bakar fosil, seperti minyak dan batu bara—sumber energi utama pembangkit listrik—mendapat energinya dari matahari.
b Sebagai kontras, bom nuklir terkuat yang pernah diuji memiliki daya ledak setara dengan 57 megaton TNT.
c Lembu jantan liar yang disebutkan dalam Alkitab kemungkinan besar adalah auroch (Latin urus). Dua ribu tahun yang lalu, satwa ini terdapat di Gaul (kini Prancis), dan Julius Caesar menuliskan gambaran berikut ini tentangnya, ”Urus ini sedikit lebih kecil daripada gajah, tapi dari sifat, warna, dan bentuknya, mereka adalah lembu jantan. Besar kekuatannya, dan cepat larinya; tak ada manusia maupun binatang yang luput bila sudah terlihat olehnya.”
-
-
”Carilah Yehuwa dan Kekuatan-nya”Menara Pengawal—2000 | 1 Maret
-
-
”Carilah Yehuwa dan Kekuatan-nya”
”Mengenai Yehuwa, matanya menjelajahi seluruh bumi untuk memperlihatkan kekuatannya demi kepentingan orang-orang yang sepenuh hati terhadapnya.”—2 TAWARIKH 16:9.
1. Apakah kuasa itu, dan bagaimana manusia telah menggunakannya?
KATA kuasa memiliki beberapa nuansa makna, seperti memiliki kendali, wewenang, atau pengaruh atas orang lain; kesanggupan bertindak atau menghasilkan pengaruh; keperkasaan fisik (kekuatan); atau kekuatan mental atau moral. Sejarah memperlihatkan bahwa manusia tidak menggunakan kuasanya dengan baik. Sewaktu berbicara soal kekuasaan di tangan politisi, sejarawan Lord Acton mengatakan, ”Kekuasaan cenderung menghasilkan orang-orang yang korup dan kekuasaan absolut pasti menghasilkan orang-orang yang korup.” Sejarah modern mencatat berlimpah bukti yang memperlihatkan benarnya kata-kata Lord Acton itu. Abad ke-20 ini memang tak tertandingi dalam hal ”manusia menguasai manusia sehingga ia celaka”. (Pengkhotbah 8:9) Para diktator yang korup terang-terangan menyalahgunakan kekuasaan mereka dan menghabisi nyawa jutaan orang. Memang, jika tidak dikendalikan oleh kasih, hikmat, dan keadilan, kuasa itu berbahaya.
2. Jelaskan bagaimana sifat-sifat ilahi lainnya mempengaruhi cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya.
2 Tidak seperti kebanyakan manusia, Allah selalu menggunakan kuasa-Nya untuk melakukan kebaikan. ”Mengenai Yehuwa, matanya menjelajahi seluruh bumi untuk memperlihatkan kekuatannya demi kepentingan orang-orang yang sepenuh hati terhadapnya.” (2 Tawarikh 16:9) Yehuwa mengarahkan kuasa-Nya secara terkendali. Karena sabar, Allah menahan pelaksanaan eksekusi-Nya terhadap orang fasik supaya mereka berkesempatan untuk bertobat. Kasih menggerakkan Allah untuk membuat matahari bersinar atas semua manusia—yang adil-benar maupun tidak. Pada akhirnya, keadilan akan menggerakkan Dia untuk menggunakan kuasa-Nya yang tak terbatas guna membinasakan pribadi yang mempunyai sarana penyebab kematian, Setan si Iblis.—Matius 5:44, 45; Ibrani 2:14; 2 Petrus 3:9.
3. Mengapa kemahakuasaan Allah merupakan alasan untuk menaruh kepercayaan kita kepada-Nya?
3 Kuasa yang dahsyat dari Bapak surgawi kita merupakan alasan untuk menaruh kepercayaan dan keyakinan kita—baik akan janji-janji-Nya maupun perlindungan-Nya. Sewaktu berada di antara orang tak dikenal, anak kecil akan merasa aman apabila ia menggenggam erat tangan ayahnya, karena ia tahu bahwa ayahnya tidak akan membiarkan celaka apa pun menimpanya. Demikian pula, Bapak surgawi kita, pribadi ”dengan kuasa yang berlimpah untuk menyelamatkan”, akan melindungi kita dari segala macam celaka permanen asalkan kita berjalan bersama-Nya. (Yesaya 63:1; Mikha 6:8) Dan, sebagai Bapak yang baik, Yehuwa selalu menggenapi janji-janji-Nya. Kuasa-Nya yang tak terbatas menjamin bahwa ’firman-Nya pasti akan berhasil dalam apa yang Ia suruhkan kepadanya’.—Yesaya 55:11; Titus 1:2.
4, 5. (a) Apa hasilnya sewaktu Raja Asa bersandar sepenuhnya kepada Yehuwa? (b) Apa yang dapat terjadi jika kita mengandalkan jalan keluar manusia untuk problem-problem kita?
4 Kita harus selalu sadar akan perlindungan Bapak surgawi kita. Mengapa hal itu sangat penting? Karena, mungkin saja kita merasa kewalahan sewaktu menghadapi berbagai keadaan dan lupa di mana sebenarnya perlindungan sejati kita. Ini terlihat dalam kasus Raja Asa, pria yang biasanya bersandar kepada Yehuwa. Selama pemerintahan Asa, bala tentara Etiopia yang berkekuatan sejuta prajurit menyerang Yehuda. Menyadari bahwa musuhnya lebih unggul dalam segi militer, Asa berdoa, ”Oh, Yehuwa, dalam hal menolong, tidaklah menjadi soal bagimu apakah ada banyak orang atau apakah orang-orang tanpa kekuatan. Tolonglah kami, oh, Yehuwa, Allah kami, sebab kepadamulah kami bersandar, dan dengan namamulah kami maju melawan orang banyak ini. Oh, Yehuwa, engkaulah Allah kami. Jangan biarkan manusia yang berkematian mempunyai kekuatan untuk melawan engkau.” (2 Tawarikh 14:11) Yehuwa mengabulkan permohonan Asa dan memberinya kemenangan mutlak.
5 Namun, setelah bertahun-tahun melayani dengan setia, keyakinan Asa akan kuasa Yehuwa yang menyelamatkan mulai goyah. Untuk menghindari ancaman militer dari kerajaan Israel di utara, ia meminta bantuan Siria. (2 Tawarikh 16:1-3) Meskipun dengan menyuap raja Siria, Ben-hadad, ia berhasil menyingkirkan ancaman Israel terhadap Yehuda, perjanjian Asa dengan Siria memperlihatkan tidak adanya kepercayaan kepada Yehuwa. Nabi Hanani mengajukan pertanyaan secara terus terang, ”Bukankah orang Etiopia dan orang Libia merupakan pasukan militer yang sangat besar, dengan kereta dan penunggang kudanya yang sangat banyak; dan karena engkau bersandar kepada Yehuwa, bukankah ia menyerahkan semuanya itu ke tanganmu?” (2 Tawarikh 16:7, 8) Meskipun demikian, Asa menolak teguran ini. (2 Tawarikh 16:9-12) Sewaktu menghadapi problem, janganlah kita mengandalkan jalan keluar manusia. Sebaliknya, marilah kita memperlihatkan kepercayaan kepada Allah, karena bersandar pada kuasa manusia pastilah akan mengecewakan.—Mazmur 146:3-5.
Perolehlah Kuasa dari Yehuwa
6. Mengapa kita hendaknya ’mencari Yehuwa dan kekuatan-Nya’?
6 Yehuwa dapat memberikan kuasa kepada hamba-hamba-Nya sekaligus melindungi mereka. Alkitab mendesak kita untuk ’mencari Yehuwa dan kekuatan-Nya’. (Mazmur 105:4) Mengapa? Karena sewaktu kita melakukan sesuatu dengan kekuatan Allah, kuasa kita akan digunakan demi manfaat orang lain, bukan untuk mencelakakan mereka. Teladan terbaik dalam hal ini adalah Yesus Kristus, yang melakukan banyak mukjizat dengan ”kuasa Yehuwa”. (Lukas 5:17) Yesus bisa saja menggunakan seluruh kesanggupannya untuk mengejar kekayaan, ketenaran, atau bahkan kedudukan sebagai raja yang paling berkuasa. (Lukas 4:5-7) Sebaliknya, ia menggunakan kuasa yang Allah berikan kepadanya untuk melatih dan mengajar, untuk membantu dan menyembuhkan. (Markus 7:37; Yohanes 7:46) Benar-benar teladan yang bagus bagi kita!
7. Sifat penting apa yang kita pupuk apabila kita melakukan sesuatu dengan kekuatan Allah dan bukannya dengan kekuatan sendiri?
7 Selain itu, sewaktu kita melakukan sesuatu dengan ”kekuatan yang Allah sediakan”, ini akan membantu kita tetap rendah hati. (1 Petrus 4:11) Manusia-manusia yang mengupayakan kekuasaan bagi diri sendiri telah menjadi lancang. Salah satu contohnya adalah raja Asiria, Esar-hadon, yang dengan sombong menyatakan, ”Akulah yang berkuasa, bahkan yang paling berkuasa, aku pahlawan, aku luar biasa, aku sangat megah.” Sebagai kontras, Yehuwa ”memilih hal-hal yang lemah dari dunia ini untuk mempermalukan hal-hal yang kuat”. Jadi, jika seorang Kristen sejati bermegah, ia bermegah karena Yehuwa, karena ia tahu bahwa apa yang telah ia lakukan tidak dicapai dengan kekuatannya sendiri. Dengan ”merendahkan diri di bawah tangan Allah yang perkasa”, kita akan benar-benar ditinggikan.—1 Korintus 1:26-31; 1 Petrus 5:6.
8. Apa yang pertama-tama hendaknya kita lakukan untuk menerima kuasa Yehuwa?
8 Bagaimana kita dapat memperoleh kekuatan Allah? Pertama-tama, kita harus memintanya dalam doa. Yesus meyakinkan murid-muridnya bahwa Bapaknya akan memberikan roh kudus kepada orang-orang yang memintanya. (Lukas 11:10-13) Perhatikan bagaimana roh kudus memberikan kuasa kepada murid-murid Kristus sewaktu mereka memilih untuk menaati Allah daripada para pemimpin agama yang menyuruh mereka berhenti memberikan kesaksian tentang Yesus. Sewaktu mereka berdoa meminta bantuan Yehuwa, doa tulus mereka dijawab, dan roh kudus memberi mereka kuasa untuk terus memberitakan kabar baik dengan penuh keberanian.—Kisah 4:19, 20, 29-31, 33.
9. Sebutkan sumber kedua untuk memperoleh kekuatan rohani, dan kutiplah contoh Alkitab untuk memperlihatkan seberapa kuat pengaruhnya.
9 Kedua, kita dapat memperoleh kekuatan rohani dari Alkitab. (Ibrani 4:12) Kuasa Firman Allah tampak jelas pada zaman Raja Yosia. Meskipun raja Yudea ini telah menyingkirkan berhala kafir dari negeri itu, sewaktu Hukum Yehuwa secara tidak terduga ditemukan di bait, ia termotivasi untuk menggiatkan program pembersihan ini.a Setelah Yosia membacakan sendiri Hukum tersebut kepada umat, segenap bangsa itu mengikat perjanjian dengan Yehuwa, dan kampanye kedua yang lebih gencar pun dilancarkan melawan penyembahan berhala. Hasil bagus dari reformasi Yosia adalah bahwa ”selama masa hidupnya, ia tidak menyimpang dan terus mengikuti Yehuwa”.—2 Tawarikh 34:33.
10. Apa cara ketiga untuk memperoleh kekuatan dari Yehuwa, dan mengapa ini sangat penting?
10 Ketiga, kita memperoleh kekuatan dari Yehuwa melalui pergaulan Kristen. Paulus menganjurkan orang-orang Kristen untuk menghadiri perhimpunan secara tetap tentu guna ”menggerakkan kepada kasih dan perbuatan yang baik” serta saling menganjurkan. (Ibrani 10:24, 25) Sewaktu Petrus secara mukjizat dibebaskan dari penjara, ia ingin berada di antara saudara-saudaranya, jadi ia langsung pergi ke rumah ibu Yohanes Markus, tempat ”cukup banyak orang berkumpul dan berdoa”. (Kisah 12:12) Tentu saja, mereka semua bisa tinggal di rumah dan berdoa sendiri-sendiri. Tetapi, mereka memilih untuk berkumpul dan berdoa serta saling menganjurkan pada masa yang sulit itu. Menjelang akhir perjalanan Paulus yang panjang dan berbahaya menuju Roma, ia bertemu beberapa saudara di Puteoli dan belakangan dengan saudara-saudara lain yang menempuh perjalanan untuk menemuinya. Apa reaksinya? ”Ketika Paulus melihat mereka [saudara-saudara yang disebutkan belakangan], ia bersyukur kepada Allah dan menjadi tabah.” (Kisah 28:13-15) Ia dikuatkan sewaktu kembali berada bersama rekan-rekan Kristennya. Kita pun dapat memperoleh kekuatan dari pergaulan dengan rekan-rekan Kristen. Selama kita masih bebas dan dapat bergaul satu sama lain, jangan sampai kita berjalan sendirian di sepanjang jalan sempit yang menuju ke kehidupan.—Amsal 18:1; Matius 7:14.
11. Sebutkan beberapa keadaan yang menuntut ”kuasa melampaui apa yang normal”.
11 Dengan tetap tentu berdoa, mempelajari Firman Allah, dan bergaul bersama rekan-rekan seiman, kita ’terus memperoleh kuasa dalam Tuan dan dalam keperkasaan kekuatannya’. (Efesus 6:10) Tidak diragukan, kita semua membutuhkan ”kuasa dalam Tuan”. Ada yang menderita karena penyakit yang melemahkan, atau dimakan usia, atau kehilangan pasangan hidup. (Mazmur 41:3) Ada juga yang menghadapi tentangan dari teman hidup yang tidak seiman. Orang-tua, khususnya orang-tua tunggal, mungkin merasakan betapa melelahkannya tanggung jawab mengurus keluarga sambil bekerja sepenuh waktu. Orang muda Kristen membutuhkan kekuatan agar teguh menghadapi tekanan dari teman-teman dan menolak narkoba serta perbuatan amoral. Kita semua hendaknya tidak ragu-ragu untuk meminta kepada Yehuwa ”kuasa melampaui apa yang normal” guna menanggulangi tantangan semacam itu.—2 Korintus 4:7.
”Memberikan Kekuatan Kepada Orang yang Lelah”
12. Bagaimana Yehuwa menopang kita dalam pelayanan Kristen?
12 Selain itu, Yehuwa memberikan kekuatan kepada hamba-hamba-Nya sewaktu mereka melaksanakan pelayanan. Kita membaca dalam nubuat Yesaya, ”Ia memberikan kekuatan kepada orang yang lelah; dan ia membuat orang yang tidak memiliki energi dinamis berlimpah dengan keperkasaan. . . . Orang yang berharap kepada Yehuwa akan mendapat kekuatan lagi. Seperti burung elang, mereka akan naik dengan sayapnya. Mereka akan berlari dan tidak menjadi letih; mereka akan berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:29-31) Rasul Paulus secara pribadi menerima kuasa untuk melaksanakan pelayanannya. Alhasil, pelayanannya terlaksana secara efektif. Kepada orang Kristen di Tesalonika ia menulis, ”Kabar baik yang kami beritakan tidak sampai ke tengah-tengah kamu melalui perkataan saja tetapi juga dengan kuasa dan dengan roh kudus.” (1 Tesalonika 1:5) Pengabaran dan pengajarannya memiliki kuasa untuk mendatangkan perubahan besar atas kehidupan orang-orang yang mendengarkan dia.
13. Apa yang menguatkan Yeremia untuk bertekun sekalipun menghadapi tentangan?
13 Sewaktu menghadapi sikap acuh tak acuh di daerah kita—yang mungkin telah kita kerjakan berulang-kali selama bertahun-tahun, namun hanya sedikit yang menanggapi—kita mungkin mulai kehilangan semangat. Yeremia juga merasa tawar hati sewaktu menghadapi tentangan, ejekan, dan sikap apatis. ”Aku tidak akan menyebutkan [Allah] lagi, dan aku tidak akan berbicara lagi atas namanya,” katanya kepada diri sendiri. Tetapi, ia tidak dapat tinggal diam. Beritanya ”ternyata seperti api yang menyala-nyala yang terkurung dalam tulang-tulang[nya]”. (Yeremia 20:9) Apa yang membuatnya kembali bertenaga untuk menghadapi begitu banyak kesengsaraan? ”Yehuwa menyertai aku seperti orang yang sangat perkasa,” kata Yeremia. (Yeremia 20:11) Didorong oleh penghargaan akan pentingnya berita yang ia bawakan dan tugas yang Allah berikan kepadanya, Yeremia menyambut dukungan Yehuwa.
Kuasa untuk Menyakiti dan Kuasa untuk Menyembuhkan
14. (a) Seberapa berkuasakah lidah? (b) Berikan contoh yang memperlihatkan kerusakan gara-gara lidah.
14 Tidak semua kuasa yang kita miliki langsung berasal dari Allah. Misalnya, lidah memiliki kuasa untuk menyakiti dan sekaligus menyembuhkan. ”Kematian dan kehidupan ada dalam kuasa lidah,” Salomo memperingatkan. (Amsal 18:21) Dampak percakapan singkat antara Setan dan Hawa memperlihatkan betapa hebatnya kehancuran yang diakibatkan oleh kata-kata. (Kejadian 3:1-5; Yakobus 3:5) Kita pun dapat menyebabkan banyak kerusakan dengan lidah. Gara-gara komentar yang merendahkan tentang berat badannya, seorang gadis dapat memutuskan untuk menjalani diet ketat, yang dapat menggiringnya kepada anoreksia. Fitnah yang keji dapat merusak persahabatan yang telah lama dibina. Ya, lidah harus dikendalikan.
15. Bagaimana kita dapat menggunakan lidah untuk membina dan menyembuhkan?
15 Akan tetapi, lidah dapat membina dan juga membinasakan. Amsal Alkitab mengatakan, ”Ada orang yang berbicara tanpa dipikir bagaikan dengan tikaman-tikaman pedang, tetapi lidah orang-orang berhikmat adalah penyembuhan.” (Amsal 12:18) Orang-orang Kristen yang berhikmat menggunakan kuasa lidah untuk menghibur orang yang masygul dan berkabung. Kata-kata simpatik dapat membesarkan hati para remaja yang sedang bergelut mengatasi tekanan teman-teman yang bersifat negatif. Lidah yang berpengertian dapat menenteramkan saudara-saudari lanjut usia bahwa mereka masih dibutuhkan dan dikasihi. Kata-kata yang ramah dapat menumbuhkan semangat dalam diri orang sakit. Yang terutama, kita dapat menggunakan lidah kita untuk membagikan berita Kerajaan yang penuh kuasa kepada semua orang yang mau mendengarkan. Kita memiliki kuasa untuk mengumumkan Firman Allah jika kita mencamkannya dalam hati kita. Alkitab berkata, ”Jangan menahan kebaikan dari orang yang berhak atasnya, apabila engkau memiliki kuasa untuk melakukannya.”—Amsal 3:27.
Menggunakan Kuasa Secara Pantas
16, 17. Sewaktu menggunakan wewenang yang Allah berikan, bagaimana penatua, orang-tua, suami, dan istri dapat meniru Yehuwa?
16 Meskipun mahakuasa, Yehuwa memerintah sidang dengan kasih. (1 Yohanes 4:8) Dengan meniru Dia, para pengawas Kristen dapat mengurus kawanan Allah dengan pengasih—menggunakan dan bukannya menyalahgunakan wewenang mereka. Memang, adakalanya para pengawas perlu memberikan ”teguran, peringatan, nasihat”, tetapi ini dilakukan ”dengan segala kepanjangsabaran dan seni mengajar”. (2 Timotius 4:2) Jadi, para penatua senantiasa merenungkan kata-kata yang ditulis rasul Petrus kepada pria-pria yang berwenang dalam sidang, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada dalam pemeliharaanmu, tidak dengan terpaksa, tetapi dengan rela; juga tidak karena mencintai keuntungan yang diperoleh dengan tidak jujur, tetapi dengan penuh semangat; juga tidak seolah-olah memerintah atas mereka yang adalah milik pusaka Allah, tetapi menjadi teladan bagi kawanan itu.”—1 Petrus 5:2, 3; 1 Tesalonika 2:7, 8.
17 Orang-tua dan suami juga memiliki wewenang yang Yehuwa percayakan kepada mereka, dan kuasa ini hendaknya digunakan untuk membantu, memelihara, dan menyayangi. (Efesus 5:22, 28-30; 6:4) Teladan Yesus memperlihatkan bahwa wewenang dapat diterapkan secara efektif dengan cara yang pengasih. Jika disiplin diberikan secara seimbang dan konsisten, anak-anak tidak akan patah semangat. (Kolose 3:21) Perkawinan dikuatkan bila suami Kristen menggunakan kekepalaannya dengan pengasih dan bila istri memiliki respek yang dalam terhadap suami sebagai kepala sebaliknya daripada melangkahi kuasa yang Allah tetapkan untuk mendominasi atau mendapatkan keinginannya.—Efesus 5:28, 33; 1 Petrus 3:7.
18. (a) Bagaimana hendaknya kita meniru teladan Yehuwa dalam mengendalikan kemarahan? (b) Orang-orang yang berwenang hendaknya berupaya menanamkan apa dalam diri orang-orang di bawah pengawasannya?
18 Orang-orang yang berwenang dalam keluarga dan sidang hendaknya sangat berhati-hati untuk mengendalikan kemarahan mereka, karena kemarahan menanamkan rasa takut, bukan kasih. Nabi Nahum berkata, ”Yehuwa lambat marah dan besar kekuatannya.” (Nahum 1:3; Kolose 3:19) Mengendalikan kemarahan menandakan kekuatan, sedangkan melampiaskan kemarahan membuktikan kelemahan. (Amsal 16:32) Dalam keluarga maupun dalam sidang, tujuan kita adalah menanamkan kasih—kasih akan Yehuwa, kasih akan satu sama lain, dan kasih akan prinsip-prinsip yang benar. Kasih adalah ikatan pemersatu yang terkuat dan motivasi terkuat untuk melakukan apa yang benar.—1 Korintus 13:8, 13; Kolose 3:14.
19. Apa jaminan menghibur yang Yehuwa berikan, dan bagaimana hendaknya tanggapan kita?
19 Mengenal Yehuwa berarti mengakui kuasa-Nya. Melalui Yesaya, Yehuwa berkata, ”Tidakkah kautahu atau tidakkah kaudengar? Yehuwa, Pencipta ujung-ujung bumi, adalah Allah sampai waktu yang tidak tertentu. Ia tidak lelah atau menjadi letih.” (Yesaya 40:28) Kuasa Yehuwa tak ada habisnya. Jika kita mengandalkan Dia dan bukan diri sendiri, Ia tidak akan meninggalkan kita. Ia meyakinkan kita, ”Jangan takut, karena aku menyertai engkau. Jangan melihat ke sana kemari, karena akulah Allahmu. Aku akan membentengi engkau. Aku benar-benar akan menolongmu. Aku benar-benar akan terus memegangmu erat-erat dengan tangan kanan keadilbenaranku.” (Yesaya 41:10) Bagaimana kita hendaknya menanggapi perhatian Allah yang pengasih? Seperti Yesus, marilah kita selalu menggunakan semua kuasa yang Yehuwa berikan untuk membantu dan membina. Semoga kita mengendalikan lidah kita sehingga dapat menyembuhkan, bukannya mencelakakan. Dan, semoga kita selalu sadar secara rohani, berdiri teguh dalam iman, dan menjadi perkasa dalam kuasa Pencipta Agung kita, Allah Yehuwa.—1 Korintus 16:13.
[Catatan Kaki]
a Tampaknya, orang Yahudi menemukan salinan asli Hukum Musa, yang telah disimpan dalam bait itu berabad-abad sebelumnya.
-