-
Dipandang RendahSedarlah!—2009 | Agustus
-
-
Dipandang Rendah
”Selama tahun pertama di sekolah dasar di Spanyol, saya terus diolok-olok oleh teman-teman sekelas karena saya jauh lebih pendek dibanding mereka. Hampir setiap hari saya menangis sewaktu pulang sekolah.”—Jennifer, putri keluarga imigran Filipina.
”Ketika saya pindah sekolah, teman-teman kulit putih memanggil saya dengan nama-nama hinaan. Saya tahu mereka mau memancing perkelahian. Namun, entah bagaimana saya bisa tetap mengendalikan diri—tetapi saya merasa sakit hati dan ditolak.”—Timothy, orang Afro-Amerika.
”Sewaktu saya berusia tujuh tahun, bentrokan terjadi antara orang Igbo dan Hausa di Nigeria. Saya terpengaruh oleh kebencian itu, dan saya mulai mengolok-olok teman sekelas saya yang adalah orang Hausa, padahal dulunya kami bersahabat.”—John, anggota kelompok etnik Igbo.
”Ketika saya dan rekan utusan injil saya sedang menyampaikan berita Alkitab kepada orang-orang, anak-anak yang dihasut oleh pendeta setempat mulai membuntuti kami dan melempari kami dengan batu. Pendeta itu ingin kami pergi dari kota itu.”—Olga.
PERNAHKAH Anda mengalami penghinaan akibat diskriminasi yang tidak adil, yang cenderung didasarkan atas prasangka? Mungkin penyebabnya adalah warna kulit Anda, agama Anda, status ekonomi Anda, gender Anda, atau bahkan usia Anda. Orang-orang yang sering menjadi korban prasangka acap kali cemas kalau-kalau diperlakukan lebih buruk lagi. Sewaktu berjalan melewati sekelompok orang, memasuki sebuah toko, pindah sekolah, atau menghadiri pertemuan sosial, mereka bisa diliputi perasaan takut.
Selain itu, korban prasangka dan diskriminasi mungkin sulit mendapatkan pekerjaan, atau mereka mungkin menerima perawatan medis kelas dua, pendidikan yang kurang bermutu, dan tidak bisa memperoleh beberapa jenis pelayanan sosial dan hak hukum. Apabila didukung oleh pihak yang berwenang, diskriminasi bisa mengarah ke kejahatan seperti sapu bersih etnik dan genosida. Sebuah contoh dalam Alkitab mengenai upaya genosida terdapat di buku Ester dalam Alkitab. Perhatikan peranan kebencian dan prasangka.—Ester 3:5, 6.
Sikap fanatik dan tidak toleran bisa tetap ada sekalipun hukum melawan diskriminasi telah diberlakukan. Mantan Komisaris Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia berkata, ”Enam puluh tahun setelah diterimanya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia . . . , prinsip persamaan hak dan nondiskriminasi masih jauh dari kenyataan universal.” Hal ini mencemaskan karena imigrasi dan arus pengungsi telah secara signifikan mengubah demografi atau kependudukan banyak negeri.
Maka, apakah masyarakat yang tanpa prasangka hanyalah impian? Atau, dapatkah prasangka dan diskriminasi diatasi? Artikel-artikel berikut akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
-
-
Prasangka dan Diskriminasi—Mengenali AkarnyaSedarlah!—2009 | Agustus
-
-
Prasangka dan Diskriminasi—Mengenali Akarnya
”Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.”—Butir 1, Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia.
MESKIPUN adanya cita-cita yang luhur tersebut, prasangka dan diskriminasi terus merongrong umat manusia. Fakta yang menyedihkan ini tidak saja mencerminkan zaman kita tetapi juga ketidaksempurnaan manusia. (Mazmur 51:5) Namun, situasinya bukannya tanpa harapan. Memang, kita mungkin tidak bisa menghapus diskriminasi yang kita lihat di sekeliling kita, tetapi kita bisa berupaya menyingkirkan prasangka yang mungkin bercokol di dalam diri kita.
Awal yang baik adalah dengan mengakui bahwa semua orang bisa memiliki prasangka. Buku Understanding Prejudice and Discrimination mengatakan, ”Mungkin, kesimpulan paling penting yang diperoleh dari riset tentang prasangka adalah: (1) semua manusia yang sanggup berpikir dan berbicara bisa memendam prasangka, (2) sering kali dibutuhkan upaya dan kesadaran yang sungguh-sungguh untuk meredam prasangka, dan (3) dengan cukup banyak motivasi, hal itu bisa dilakukan.”
Pendidikan digambarkan sebagai ”sarana yang paling ampuh” untuk memerangi prasangka. Pendidikan yang benar antara lain dapat menyingkapkan penyebab utama prasangka, membuat kita bisa memeriksa sikap kita sendiri secara lebih objektif, dan membantu kita untuk menanggapi prasangka dengan bijaksana sewaktu kita menjadi korbannya.
Mengenali Akarnya
Prasangka menyebabkan orang membengkokkan, menyalahtafsirkan, atau bahkan mengabaikan fakta-fakta yang bertentangan dengan pendapat yang sudah mereka miliki sebelumnya. Prasangka bisa jadi berawal dari nilai-nilai keluarga yang tampaknya tidak salah, namun menyesatkan, atau hal itu mungkin ditabur oleh orang-orang yang secara sengaja memajukan pandangan yang menyimpang mengenai ras atau kebudayaan lain. Prasangka juga bisa berkembang karena nasionalisme dan ajaran agama yang tidak benar. Dan, itu bisa saja merupakan produk kebanggaan yang berlebihan. Sewaktu Anda merenungkan pokok-pokok berikut dan prinsip-prinsip penting yang diambil dari Alkitab, tidakkah sebaiknya Anda memeriksa sikap Anda sendiri dan melihat apakah ada perubahan yang perlu dibuat?
Teman Bergaul. Manusia pada dasarnya suka bergaul, dan hal ini baik. Alkitab malah mengatakan bahwa ”orang yang mengasingkan diri akan mencari keinginannya yang mementingkan diri” dan bahkan akan mengabaikan hikmat yang masuk akal. (Amsal 18:1) Namun, kita harus memilih teman bergaul kita dengan bijaksana, karena mereka bisa memberikan pengaruh sangat kuat atas diri kita. Karena itu, orang tua yang bijaksana sangat berminat akan siapa teman bergaul anak mereka. Penelitian memperlihatkan bahwa anak yang baru berusia tiga tahun saja bisa mengembangkan prasangka rasial, yang mereka serap dari sikap, kata-kata, dan gerak-gerik orang lain. Tentu saja, orang tua sendiri harus berupaya sebisa-bisanya untuk menjadi pengaruh yang baik bagi anak-anak kecil mereka, mengingat bahwa pengaruh orang tua biasanya adalah faktor yang paling ampuh untuk membentuk nilai-nilai si anak.
◼ Apa yang Alkitab katakan? ”Ajarlah anak laki-laki [atau perempuan] sejak dini untuk melangkah di jalan yang benar, dan bahkan pada usia lanjut ia tidak akan meninggalkannya.” (Amsal 22:6, The New English Bible) ”Ia yang berjalan dengan orang-orang berhikmat akan menjadi berhikmat, tetapi ia yang berurusan dengan orang-orang bebal akan mengalami kemalangan.” (Amsal 13:20) Apabila Anda punya anak, tanyailah diri Anda, ’Apakah saya mengarahkan anak-anak saya di jalan yang benar dan adil dalam pandangan Allah? Apakah saya bergaul dengan orang-orang yang mempunyai pengaruh yang baik atas diri saya? Apakah saya menjadi pengaruh yang baik atas orang-orang lain?’—Amsal 2:1-9.
Nasionalisme. Sebuah kamus mendefinisikan nasionalisme sebagai ”perasaan kesadaran kebangsaan yang mengunggulkan satu bangsa di atas semua bangsa lain dan terutama menitikberatkan upaya untuk memajukan kebudayaan serta kepentingan sendiri ketimbang kebudayaan serta kepentingan bangsa-bangsa lain”. Ivo Duchacek, seorang profesor ilmu politik, mengatakan dalam bukunya Conflict and Cooperation Among Nations, ”Nasionalisme memecah-belah kemanusiaan menjadi unit-unit yang sama-sama tidak toleran. Akibatnya, orang menganggap kebangsaannya, yaitu sebagai orang Amerika, Rusia, Cina, Mesir, atau Peru, lebih penting daripada kodratnya sebagai manusia.” Seorang mantan sekretaris jenderal PBB menulis, ”Begitu banyak problem yang kita hadapi dewasa ini merupakan akibat, atau hasil, dari sikap yang keliru—beberapa di antaranya telah dianut hampir tanpa sadar. Salah satunya adalah konsep nasionalisme yang picik—’benar atau salah, tetap negaraku’.”
◼ Apa yang Alkitab katakan? ”Karena Allah begitu mengasihi dunia [seluruh umat manusia] ini, ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan, agar setiap orang yang memperlihatkan iman akan dia tidak akan dibinasakan melainkan memperoleh kehidupan abadi.” (Yohanes 3:16) ”Allah tidak berat sebelah, tetapi orang dari bangsa mana pun yang takut kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya.” (Kisah 10:34, 35) Tanyailah diri Anda, ’Jika kasih Allah tidak berat sebelah—menerima orang-orang dari semua bangsa, termasuk saya—tidakkah saya seharusnya berupaya meniru Dia, khususnya jika saya mengaku menghormati Dia?’
Rasialisme. Orang rasialis percaya ”bahwa ras adalah penyebab adanya perbedaan dalam karakter atau kemampuan manusia dan bahwa ras tertentu lebih unggul daripada ras lain”, kata sebuah kamus. Namun, sebagaimana dinyatakan dalam The World Book Encyclopedia, para periset ”tidak menemukan dasar ilmiah apa pun untuk pengakuan tentang keunggulan [rasial] demikian”. Ketidakadilan mencolok yang berkembang karena rasialisme, seperti secara sistematis merampas hak sesama mereka, merupakan bukti yang menyakitkan bahwa rasialisme bertumpu pada kepalsuan dan kekeliruan.
◼ Apa yang Alkitab katakan? ”Kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:32) ”Dari satu orang [Allah] menjadikan setiap bangsa manusia.” (Kisah 17:26) ”Cara Allah melihat tidak seperti cara manusia melihat, karena manusia melihat apa yang tampak di mata; tetapi Yehuwa, ia melihat bagaimana hatinya.” (1 Samuel 16:7) Tanyai diri Anda, ’Apakah saya berupaya memandang semua orang seperti cara Allah memandang? Apakah saya berupaya mengetahui seperti apa sebenarnya orang-orang lain itu—mungkin dari ras atau kebudayaan yang berbeda—dengan mengenal mereka secara pribadi?’ Sewaktu kita mengenal seseorang dengan lebih baik, kita lebih mudah menyingkirkan pandangan umum yang salah.
Agama. Buku The Nature of Prejudice mengatakan, ”Mau tidak mau timbul rasa muak apabila orang menggunakan agama mereka untuk membenarkan [pengejaran yang mementingkan diri] dan kepentingan etniknya sendiri. Saat itulah agama dan prasangka berpadu.” Menurut buku yang sama, yang terutama mengejutkan adalah betapa mudahnya banyak orang yang religius ”tampaknya tergelincir dari sikap saleh menjadi sikap berprasangka”. Bukti yang mendukung kata-kata tersebut dapat dilihat dari gereja-gereja yang eksklusif untuk ras tertentu, kebencian dan kekerasan antarsekte, dan berbagai tindakan teror yang dipicu oleh agama.
◼ Apa yang Alkitab katakan? ”Hikmat yang datang dari atas [dari Allah] adalah . . . suka damai, bersikap masuk akal, . . . tidak membeda-bedakan orang.” (Yakobus 3:17) ”Para penyembah yang benar akan menyembah Bapak dengan roh dan kebenaran [religius].” (Yohanes 4:23) ”Kasihi musuh-musuhmu dan . . . berdoalah bagi orang-orang yang menganiaya kamu.” (Matius 5:44) Tanyai diri Anda, ’Apakah agama saya menggalang kasih yang tulus terhadap semua orang, bahkan terhadap orang-orang yang mungkin ingin menyakiti saya? Apakah pintu-pintu gereja saya terbuka bagi berbagai macam orang, tidak soal kebangsaan, warna kulit, gender, penghasilan, atau status sosial?’
Kesombongan. Dalam bentuk harga diri yang berlebihan atau keangkuhan, kesombongan bisa membuat orang lebih rentan terhadap prasangka. Sebagai contoh, kesombongan bisa membuat orang cenderung menganggap hina atau merasa diri lebih unggul daripada orang yang kurang berpendidikan atau miskin secara materi. Itu juga bisa membuatnya cenderung percaya pada propaganda yang meninggikan bangsa atau kelompok etniknya. Para propagandis yang pintar, seperti diktator Nazi Adolf Hitler, telah dengan sengaja memupuk kebanggaan akan bangsa dan ras untuk menggalang dukungan massa dan untuk mencoreng reputasi orang-orang yang dianggap berbeda atau tidak diinginkan.
◼ Apa yang Alkitab katakan? ”Setiap orang yang berhati sombong memuakkan bagi Yehuwa.” (Amsal 16:5) ”[Jangan] melakukan apa pun karena sifat suka bertengkar atau karena menganggap diri penting, tetapi dengan rendah hati, [anggaplah] orang lain lebih tinggi daripada kamu.” (Filipi 2:3) Tanyai diri Anda, ’Apakah saya secara diam-diam senang mendengarkan sanjungan tentang kelompok ras atau etnik saya sendiri atau komentar yang bersifat menghina tentang kelompok lain? Apakah saya cenderung merasa dengki terhadap orang-orang yang mempunyai bakat-bakat yang tidak saya punyai, atau apakah saya dengan tulus merasa senang dengan kecakapan mereka?’
Ya, untuk alasan baik Alkitab menasihati, ”Lebih daripada semua hal lain yang harus dijaga, jagalah hatimu, karena dari situlah keluar sumber kehidupan.” (Amsal 4:23) Maka, anggaplah hati Anda benar-benar berharga, dan jangan biarkan apa pun merusaknya! Sebaliknya, isilah hati Anda dengan hikmat dari Allah. Hanya dengan cara inilah, ’kesanggupan berpikir dan daya pengamatan akan melindungi Anda, agar Anda terlepas dari jalan yang jahat, dari orang yang mengatakan hal-hal sesat’.—Amsal 2:10-12.
Namun, apa yang bisa Anda lakukan jika Anda menjadi korban prasangka atau diskriminasi? Artikel berikut akan mengulas masalah ini.
[Kutipan di hlm. 6]
Sewaktu kita mengenal seseorang dengan lebih baik, kita lebih mudah menyingkirkan pandangan umum yang salah
-
-
Kasih Menaklukkan PrasangkaSedarlah!—2009 | Agustus
-
-
Kasih Menaklukkan Prasangka
”Untuk pertama kalinya, muncul suatu bentuk komunitas agama dalam sejarah: bukan suatu bangsa yang mengagungkan nasionalisme sebagai agama, melainkan sekelompok orang yang rela, yang mengabaikan perbedaan sosial, ras dan kebangsaan: pria dan wanita datang berkumpul semata-mata sebagai individu, di hadapan allah mereka.”—A History of Christianity, karya Paul Johnson.
SEIRING dengan penyebaran Kekristenan sejati di seluruh Kekaisaran Romawi, orang-orang menyaksikan sesuatu yang mengherankan—suatu keluarga rohani internasional yang telah belajar untuk hidup bersama dalam perdamaian dan persatuan sejati. Rahasia perdamaian ”keluarga” ini adalah kasih yang tulus, yang didasarkan bukan semata-mata atas perasaan, melainkan atas prinsip-prinsip yang diajarkan Allah.
Prinsip-prinsip tersebut dijalankan oleh Yesus Kristus, yang juga menjadi sasaran kebencian dan prasangka yang keji. (1 Petrus 2:21-23) Salah satu alasannya, ia berasal dari Galilea, dan orang Galilea—yang kebanyakan adalah petani dan nelayan—dipandang rendah oleh kaum elite agama Yahudi di Yerusalem. (Yohanes 7:45-52) Selain itu, Yesus adalah guru yang hebat yang dikasihi dan direspek rakyat jelata. Itulah sebabnya, para pemimpin agama menjadi begitu dengki terhadapnya sehingga mereka menyebarkan dusta tentang dia dan bahkan menyusun rencana untuk membunuhnya!—Markus 15:9, 10; Yohanes 9:16, 22; 11:45-53.
Meskipun begitu, Yesus tidak ”membalas kejahatan dengan kejahatan”. (Roma 12:17) Misalnya, ketika seorang Farisi—anggota sekte Yahudi yang menentang Yesus—dengan tulus mengajukan pertanyaan kepadanya, ia memberikan jawaban yang ramah. (Yohanes 3:1-21) Ia bahkan makan bersama orang Farisi, termasuk yang agak berprasangka terhadapnya. Orang Farisi yang mengundangnya tidak mencuci kaki Yesus sebagaimana kebiasaan pada zaman itu. Apakah Yesus tersinggung? Tidak. Ia malah menggunakan kesempatan itu untuk memberikan pelajaran yang bagus tentang keibaan hati dan pengampunan.—Lukas 7:36-50; 11:37.
Yesus Mengasihi Orang yang Dipandang Hina
Salah satu perumpamaan Yesus yang paling terkenal adalah tentang orang Samaria yang baik hati, yang rela berkorban mengurus kebutuhan seorang Yahudi yang dipukuli dan dirampok. (Lukas 10:30-37) Mengapa perbuatan orang Samaria itu begitu luhur? Dalam kehidupan sehari-hari, orang Yahudi dan Samaria saling membenci. Malah, sebutan ”orang Samaria” sering digunakan oleh orang Yahudi sebagai hinaan—kata yang bahkan juga dilontarkan terhadap Yesus. (Yohanes 8:48) Mengingat hal itu, ilustrasi Yesus tersebut sangat jitu untuk menggambarkan kasih yang tidak berat sebelah kepada sesama.
Yesus mendukung kata-katanya melalui teladan, menyembuhkan seorang Samaria yang menderita kusta. (Lukas 17:11-19) Selain itu, ia mengajar orang Samaria lainnya yang menunjukkan penghargaan, bahkan berbicara panjang lebar dengan seorang wanita Samaria—peristiwa yang khususnya menarik. (Yohanes 4:7-30, 39-42) Mengapa? Para rabi Yahudi yang fanatik tidak sudi berbicara kepada wanita mana pun di depan umum—bahkan kerabat dekat—apalagi seorang wanita Samaria!
Namun, bagaimana Allah memandang orang yang mempunyai prasangka tetapi berjuang untuk membuang itu dari hatinya? Sekali lagi, Alkitab memberi kita pemahaman yang melegakan mengenai masalah ini.
Allah Sabar terhadap Kita
Pada abad pertama, banyak orang Kristen Yahudi awalnya dipengaruhi prasangka yang sudah berurat berakar terhadap orang non-Yahudi, yang sejumlah besar di antaranya menjadi orang percaya. Bagaimana Allah Yehuwa menangani problem yang berpotensi memecah-belah ini? Ia dengan sabar mendidik sidang Kristen. (Kisah 15:1-5) Kesabaran tersebut membuahkan hasil baik, karena seperti disebutkan di bagian awal artikel ini, ’perbedaan sosial, ras dan kebangsaan diabaikan’. Alhasil, ”sidang-sidang jemaat terus diteguhkan dalam iman dan jumlahnya makin bertambah dari hari ke hari”.—Kisah 16:5.
Pelajarannya? Jangan menyerah, tetapi teruslah berpaling kepada Allah, yang dengan limpah memberikan hikmat dan kekuatan moral kepada orang-orang yang ”terus meminta dengan iman”. (Yakobus 1:5, 6) Ingatkah Anda kepada Jennifer, Timothy, John, dan Olga yang disebutkan di artikel pertama seri ini? Ketika Jennifer masuk sekolah menengah, ia telah menjadi orang Kristen yang matang dan telah belajar untuk tidak memedulikan kata-kata hinaan yang rasialis dan komentar tentang perawakannya. Tak lama setelah itu, ketika seorang gadis lain menjadi sasaran hinaan oleh teman-teman sekelas, Jennifer membela dia dan menghiburnya.
Apa yang membantu Timothy untuk tetap mengendalikan diri sewaktu teman-teman sekolah menantang dia dengan kata-kata hinaan yang rasialis? Ia mengatakan, ”Aku khawatir kalau-kalau aku akan mendatangkan cela atas nama Allah Yehuwa. Selain itu, aku selalu ingat bahwa kita harus ’terus menaklukkan apa yang jahat dengan apa yang baik’ dan tidak membiarkan apa yang jahat menaklukkan kita.”—Roma 12:21.
John mengatasi prasangkanya terhadap teman sekelasnya dari suku Hausa. ”Ketika remaja,” kenangnya, ”saya berjumpa dengan beberapa siswa Hausa yang menjadi teman saya. Saya mengerjakan proyek bersama salah seorang dari mereka, dan kami cocok sekali. Sekarang, saya berupaya melihat orang sebagai individu, dan bukan sebagai bagian dari ras atau suku tertentu.”
Olga dan rekan utusan injilnya tidak menjadi kecil hati sewaktu ditindas para penentang yang penuh kebencian, tetapi mereka tetap teguh, yakin bahwa ada orang yang akan menghargai berita Alkitab. Dan memang, ada banyak orang yang menghargainya. ”Sekitar lima puluh tahun kemudian,” kata Olga, ”seorang pria mendekati saya dan memberi saya sebuah kantong kecil yang indah. Di dalamnya terdapat batu-batu kecil berukirkan sifat-sifat Kristen seperti kebaikan, kebaikan hati, kasih, dan damai. Lalu, ia memberi tahu saya bahwa ia salah satu anak lelaki yang telah melempari saya dengan batu dan bahwa ia sekarang adalah saudara Kristen saya. Ia dan istrinya kemudian memberi saya dua lusin mawar putih selain kantong berisi batu-batu itu.”
Kala Prasangka dan Diskriminasi Tidak Ada Lagi!
Tak lama lagi, prasangka dan diskriminasi akan lenyap. Bagaimana? Antara lain, bumi akan dipimpin oleh Penguasa tunggal yang telah mempertunjukkan bahwa ia ”tidak akan menghakimi berdasarkan apa yang tampak di matanya saja”—Yesus Kristus. (Yesaya 11:1-5) Selain itu, rakyat Yesus di bumi saat itu akan dengan sempurna mencerminkan sikapnya, karena semuanya akan sudah dididik oleh dia dan Bapaknya, Allah Yehuwa.—Yesaya 11:9.
Pendidikan rohani ini sekarang sedang berlangsung, mempersiapkan umat Allah untuk kehidupan dalam sistem yang sama sekali baru. Maka, tidakkah sebaiknya Anda memanfaatkan program pendidikan cuma-cuma itu dengan mendapat pelajaran Alkitab?a Ya, Allah tidak berat sebelah; adalah kehendak-Nya agar segala macam orang ”diselamatkan dan memperoleh pengetahuan yang saksama tentang kebenaran”.—1 Timotius 2:3, 4.
[Catatan Kaki]
a Jika Anda ingin mendapatkan pelajaran Alkitab secara cuma-cuma pada waktu dan tempat yang cocok, silakan hubungi sidang Saksi-Saksi Yehuwa di daerah Anda atau salah satu kantor cabang yang disebutkan di halaman 5. Atau, hubungi Saksi-Saksi Yehuwa di situs internet www.watchtower.org.
[Kutipan di hlm. 8]
Tak lama lagi, prasangka dan diskriminasi tidak akan menyengsarakan umat manusia
[Kotak/Gambar di hlm. 8, 9]
PRINSIP-PRINSIP ILAHI YANG HARUS DIIKUTI
◼ ”Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan kepada siapa pun. . . . Teruslah taklukkan apa yang jahat dengan apa yang baik.” (Roma 12:17-21) Pelajarannya? Balaslah apa yang buruk dengan apa yang baik. ”Mereka membenci aku tanpa sebab,” kata Yesus Kristus. Namun, ia tidak membalasnya dengan cara yang sama.—Yohanes 15:25.
◼ ”Jangan menganggap diri penting, . . . saling mendengki.” (Galatia 5:26) Kedengkian dan kebanggaan yang tidak patut merugikan secara rohani, sering kali mengarah ke kebencian dan prasangka.—Markus 7:20-23.
◼ ”Segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga harus kamu lakukan kepada mereka.” (Matius 7:12) Tanyai diri Anda, ’Bagaimana saya ingin diperlakukan?’ Perlakukan orang lain dengan cara yang sama, tidak soal usia, warna kulit, bahasa, atau kebudayaan mereka.
◼ ”Bukalah hatimu kepada satu sama lain sebagaimana Kristus telah membuka hatinya kepadamu.” (Roma 15:7, Phillips) Apakah Anda berupaya mengenal orang-orang dari beragam latar belakang dan kebudayaan, khususnya jika mereka adalah sesama hamba Allah?—2 Korintus 6:11.
◼ ”Apabila bapakku sendiri dan ibuku sendiri meninggalkan aku, Yehuwa akan menerima aku.” (Mazmur 27:10) Tidak soal bagaimana orang memperlakukan Anda, Allah tidak pernah akan meninggalkan Anda jika Anda tetap loyal kepada-Nya.
[Gambar di hlm. 7]
Seorang Samaria yang baik hati membantu seorang Yahudi yang dirampok
-