-
Percayalah kepada Yehuwa!Menara Pengawal—1993 | 15 Desember
-
-
Percayalah kepada Yehuwa!
”Percayalah kepada [Yehuwa] dengan segenap hatimu.”—AMSAL 3:5.
1. Bagaimana Amsal 3:5 membuat seorang pemuda terkesan, dan apa hasil jangka panjangnya?
SEORANG utusan injil senior menulis, ”’PERCAYALAH KEPADA TUHAN DENGAN SEGENAP HATIMU; DAN JANGANLAH BERSANDAR KEPADA PENGERTIANMU SENDIRI.’ Kata-kata dari Alkitab tersebut, yang dibingkai dan digantung pada dinding sebuah rumah yang saya kunjungi, menarik perhatian saya. Selama sisa hari itu, saya merenungkannya. Saya bertanya kepada diri sendiri, apakah saya dapat percaya kepada Allah dengan segenap hati saya?” Saudara tersebut berusia 21 tahun kala itu. Pada usia 90 tahun dan masih melayani dengan setia sebagai seorang penatua di Perth, Australia, ia dapat mengenang kehidupan yang diperkaya oleh manfaat dari kepercayaan segenap hati kepada Yehuwa, termasuk 26 tahun yang penuh ujian dalam merintis ladang utusan injil yang baru di Sailan (sekarang Sri Lanka), Burma (sekarang Myanmar), Malaya, Thailand, India, dan Pakistan.a
2. Amsal 3:5 hendaknya membangun keyakinan apa dalam diri kita?
2 ”Percayalah kepada [Yehuwa] dengan segenap hatimu”—kata-kata dari Amsal 3:5 ini, hendaknya memotivasi kita semua untuk terus membaktikan kehidupan kita dengan segenap hati kepada Yehuwa, sepenuhnya yakin bahwa Ia dapat menguatkan iman kita, bahkan sampai pada taraf mengatasi rintangan-rintangan yang bagaikan gunung. (Matius 17:20) Marilah kita sekarang memeriksa Amsal 3:5 dalam ikatan kalimatnya.
Instruksi yang Kebapakan
3. (a) Anjuran apa ditemukan dalam sembilan pasal pertama dari Amsal? (b) Mengapa kita hendaknya memberikan perhatian saksama kepada Amsal 3:1, 2?
3 Sembilan pasal permulaan dari buku Alkitab Amsal memancarkan instruksi yang kebapakan, nasihat yang bijaksana dari Yehuwa bagi semua yang berharap menikmati keadaan sebagai putra Allah di surga atau ”kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” dalam firdaus di bumi. (Roma 8:18-21, 23) Dalam pasal ini terdapat nasihat bijaksana yang dapat digunakan oleh para orang-tua dalam membesarkan putra-putri mereka. Sungguh luar biasa nasihat Amsal pasal tiga, yang diawali dengan peringatan, ”Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku.” Seraya hari-hari terakhir dari sistem perkara Setan yang jahat menuju kebinasaannya, semoga kita mencurahkan perhatian yang lebih saksama lagi kepada peringatan-peringatan Yehuwa. Jalannya mungkin tampaknya panjang, namun janji kepada semua yang bertekun adalah ”panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu”—kehidupan abadi dalam susunan baru Yehuwa.—Amsal 3:1, 2.
4, 5. (a) Hubungan yang membahagiakan apa dilukiskan di Yohanes 5:19, 20? (b) Bagaimana nasihat di Ulangan 11:18-21 berlaku sampai ke zaman kita?
4 Hubungan yang membahagiakan antara ayah dan anak dapat sangat berharga. Pencipta kita, Allah Yehuwa, mengatur agar demikianlah halnya. Kristus Yesus mengatakan tentang hubungannya sendiri yang akrab dengan Yehuwa, ”Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri.” (Yohanes 5:19, 20) Yehuwa bermaksud agar keakraban demikian hendaknya terwujud antara diri-Nya dan seluruh keluarga-Nya di bumi, sebagaimana antara para ayah jasmani dan anak-anak mereka.
5 Hubungan keluarga yang penuh kepercayaan dianjurkan di Israel purba. Kala itu Yehuwa menasihati para ayah, ”Kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu, supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan [Yehuwa] dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi.” (Ulangan 11:18-21) Firman yang terilham dari Instruktur Agung kita, Allah Yehuwa, dapat benar-benar berperan untuk mengakrabkan hubungan antara Dia dengan orang-tua dan anak-anak mereka, serta dengan semua orang lain yang melayani-Nya dalam sidang Kristen.—Yesaya 30:20, 21.
6. Bagaimana kita dapat memperoleh perkenan Allah dan manusia?
6 Saran bijaksana yang kebapakan bagi umat Allah, tua dan muda, dilanjutkan dalam ayat 3 dan 4 dari Amsal pasal 3, ”Janganlah kiranya kasih dan setia [”kebaikan hati yang penuh kasih sayang dan kebenaran”, NW] meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.” Allah Yehuwa sendiri paling unggul dalam memperlihatkan kebaikan hati yang penuh kasih sayang dan kebenaran. Seperti yang dikatakan Mazmur 25:10, ”segala jalan [Yehuwa] adalah kasih setia [”kebaikan hati yang penuh kasih sayang”, NW] dan kebenaran”. Dalam meniru Yehuwa, kita hendaknya menghargai sifat-sifat ini dan kuasanya yang melindungi, menghargainya seperti yang akan kita lakukan terhadap kalung yang sangat berharga dan mengukirnya tanpa terhapuskan dalam hati kita. Maka, dengan bersungguh-sungguh kita dapat berdoa, ”Engkau, [Yehuwa], . . . kasihMu [”kebaikan hatimu yang penuh kasih sayang”, NW] dan kebenaranMu kiranya menjaga aku selalu!”—Mazmur 40:12.
Suatu Kepercayaan yang Tak Pernah Luntur
7. Dengan cara-cara apa Yehuwa memperlihatkan bahwa Ia dapat dipercaya?
7 Kepercayaan didefinisikan oleh Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary sebagai ”ketergantungan yang pasti atas karakter, kesanggupan, kekuatan, atau kebenaran dari seseorang atau sesuatu”. Karakter Yehuwa dengan teguh terpancang dalam kebaikan hati-Nya yang penuh kasih sayang. Dan kita dapat memiliki keyakinan penuh akan kesanggupan-Nya untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan, karena nama-Nya sendiri, Yehuwa, mengidentifikasikan Dia sebagai Pribadi Agung yang melaksanakan semua maksud-tujuan-Nya. (Keluaran 3:14; 6:1-7) Sebagai Pencipta, Ia adalah Sumber kekuatan dan tenaga dinamis. (Yesaya 40:26, 29, NW) Ia adalah perwujudan dari kebenaran, karena ”Allah tidak mungkin berdusta”. (Ibrani 6:18) Maka, kita dianjurkan untuk menaruh kepercayaan mutlak kepada Yehuwa, Allah kita, Sumber yang agung dari semua kebenaran, yang memiliki kemahakuasaan untuk melindungi hamba-hamba-Nya yang dapat dipercaya dan untuk mewujudkan segala maksud-tujuan-Nya yang agung kepada kesuksesan yang gemilang.—Mazmur 91:1, 2; Yesaya 55:8-11.
8, 9. Mengapa kepercayaan, sungguh disesalkan, sangat kurang dalam dunia ini, dan bagaimana umat Yehuwa berbeda?
8 Dalam dunia yang bobrok di sekeliling kita, kepercayaan sungguh disesalkan sangat kurang. Sebaliknya, kita melihat ketamakan dan korupsi terdapat di mana-mana. Sampul depan dari terbitan majalah World Press Review bulan Mei 1993 dihiasi dengan berita, ”LEDAKAN KORUPSI—Uang Haram Dalam Tatanan Dunia Baru. Masyarakat dan praktek-praktek korup meluas dari Brasil sampai ke Jerman, dari Amerika Serikat sampai ke Argentina, dari Spanyol sampai ke Peru, dari Italia sampai ke Meksiko, dari Vatikan sampai ke Rusia.” Didasarkan atas kebencian, ketamakan, dan ketidakpercayaan, yang disebut sebagai tatanan dunia baru milik manusia tak menuai apa pun bagi umat manusia kecuali kesengsaraan yang terus meningkat.
9 Berbeda dengan bangsa-bangsa politik, Saksi-Saksi Yehuwa berbahagia menjadi ”bangsa, yang Allahnya ialah [Yehuwa]”. Mereka saja yang dapat dengan benar mengatakan, ”Kepada Allah kami percaya.” Mereka masing-masing dapat berseru dengan penuh sukacita, ”Kepada Allah, yang firmanNya kupuji, . . . kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.”—Mazmur 33:12; 56:5, 12.
10. Apa yang telah menguatkan banyak orang Kristen muda untuk memelihara integritas?
10 Di sebuah negeri Asia yang ribuan Saksi muda mengalami pemukulan kejam dan pemenjaraan, kepercayaan kepada Yehuwa memungkinkan mayoritas besar dari antara mereka bertekun. Suatu malam dalam penjara, seorang Saksi muda yang telah mengalami penyiksaan yang mengerikan merasa tidak dapat bertahan lagi. Namun seorang pemuda lain datang dengan diam-diam menembus kegelapan malam. Ia berbisik, ”Jangan menyerah; saya telah berkompromi dan sejak itu pikiran saya tidak pernah tenteram.” Pemuda yang pertama memperbarui tekadnya untuk berdiri teguh. Kita dapat memiliki kepercayaan yang penuh kepada Yehuwa bahwa Ia akan membantu kita mengatasi setiap upaya apa pun dari Setan untuk mengikis integritas kita.—Yeremia 7:3-7; 17:1-8; 38:6-13, 15-17.
11. Bagaimana kita digerakkan untuk percaya kepada Yehuwa?
11 Sebagian dari hukum yang pertama berbunyi, ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu.” (Markus 12:30) Seraya kita merenungkan Firman Allah, kebenaran agung yang kita pelajari menyerap ke dalam hati sehingga kita dimotivasi untuk mengerahkan segenap diri kita dalam dinas kepada Allah kita yang menakjubkan, Tuhan Yang Berdaulat, Yehuwa. Hati yang meluap dengan penghargaan kepada Dia—atas semua yang Ia telah ajarkan kepada kita, telah lakukan bagi kita, dan masih akan lakukan bagi kita—itulah yang menggerakkan kita untuk percaya secara mutlak kepada penyelamatan-Nya.—Yesaya 12:2.
12. Selama bertahun-tahun, bagaimana banyak orang Kristen memperlihatkan kepercayaan mereka kepada Yehuwa?
12 Kepercayaan ini dapat dipupuk selama bertahun-tahun. Seorang Saksi Yehuwa yang rendah hati, yang melayani dengan setia selama lebih dari 50 tahun di kantor pusat Lembaga Menara Pengawal di Brooklyn sejak bulan April 1927, menulis, ”Pada akhir bulan itu saya menerima uang tunjangan sebesar $5.00 (± Rp 10.000,-) yang dilampirkan dalam sebuah amplop dengan kartu yang indah yang mengutip ayat Alkitab di Amsal 3:5, 6 . . . Terdapat banyak alasan kuat untuk percaya kepada Yehuwa, karena di kantor pusat saya segera mulai menghargai bahwa Yehuwa memiliki ’hamba yang setia dan bijaksana’ yang dengan setia mengurus semua kepentingan Kerajaan di bumi ini.—Matius 24:45-47.”b Hati saudara Kristen ini telah ditetapkan, bukan pada kasih akan uang, melainkan pada upaya memperoleh ”harta di sorga yang tidak akan habis”. Demikian pula pada zaman ini, ribuan orang yang melayani di rumah-rumah Betel dari Lembaga Menara Pengawal di seluruh bumi melakukan hal yang sama di bawah suatu ikrar hidup bersahaja. Mereka percaya kepada Yehuwa dalam hal menyediakan kebutuhan sehari-hari mereka.—Lukas 12:29-31, 33, 34.
Bersandar pada Yehuwa
13, 14. (a) Nasihat yang matang hanya bisa diperoleh di mana? (b) Apa yang harus dihindari agar dapat bertekun melewati penganiayaan?
13 Bapa surgawi kita menasihati kita, ”Janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” (Amsal 3:5) Para penasihat dan psikolog duniawi tidak pernah dapat berharap untuk menyaingi hikmat dan pengertian yang Yehuwa pertunjukkan. ”KebijaksanaanNya tak terhingga.” (Mazmur 147:5) Sebaliknya daripada bersandar pada hikmat dari orang-orang yang terkemuka di dunia ini atau pada perasaan-perasaan kita yang terpendam, marilah kita berpaling kepada Yehuwa, Firman-Nya, dan para penatua dalam sidang Kristen untuk memperoleh saran yang matang.—Mazmur 55:23; 1 Korintus 2:5.
14 Hikmat manusia atau kesombongan karena kedudukan tinggi tidak ada gunanya dalam hari pengujian hebat yang segera tiba. (Yesaya 29:14; 1 Korintus 2:14) Di Jepang, selama Perang Dunia II, seorang gembala umat Allah yang cakap namun sombong memilih untuk bersandar pada pengertiannya sendiri. Di bawah tekanan ia menjadi murtad, dan kebanyakan dari kawanan juga menjadi non-aktif di bawah penganiayaan. Seorang saudari Jepang yang loyal, yang dengan tabah bertekun melampaui perlakuan yang kejam dalam sel penjara yang sangat kotor, berkomentar, ”Orang-orang yang tetap setia tidak memiliki kesanggupan khusus dan tidak suka menarik perhatian. Pastilah kita semua harus selalu percaya kepada Yehuwa dengan segenap hati kita.”c
15. Sifat ilahi apa penting jika kita ingin menyenangkan Yehuwa?
15 Percaya kepada Yehuwa, sebaliknya daripada kepada pengertian kita sendiri, mencakup kerendahan hati. Betapa pentingnya sifat ini bagi semua yang ingin menyenangkan Yehuwa! Ya, bahkan Allah kita, meskipun adalah Tuhan Yang Berdaulat di seluruh alam semesta, memperlihatkan kerendahan hati dalam cara Ia berurusan dengan ciptaan-Nya yang cerdas. Kita dapat bersyukur atas hal itu. ’Ia merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi, menegakkan orang yang hina dari dalam debu.’ (Mazmur 113:6, 7) Karena belas kasihan-Nya yang besar, Ia mengampuni kelemahan kita atas dasar pemberian-Nya yang terbesar bagi umat manusia, korban tebusan yang sangat bernilai dari Putra yang dikasihi-Nya, Kristus Yesus. Betapa bersyukur kita hendaknya atas kebaikan hati yang tidak layak diterima ini!
16. Bagaimana para saudara dapat meraih hak-hak istimewa di sidang?
16 Yesus sendiri mengingatkan kita, ”Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Matius 23:12) Dalam kerendahan hati, para saudara yang terbaptis hendaknya berupaya meraih tanggung jawab dalam sidang Kristen. Namun, para pengawas hendaknya memandang pelantikan mereka, bukan sebagai simbol status, melainkan sebagai kesempatan untuk melaksanakan suatu tugas dengan rendah hati, penuh penghargaan, penuh semangat, seperti halnya Yesus, yang berkata, ”BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.”—Yohanes 5:17; 1 Petrus 5:2, 3.
17. Apa yang hendaknya kita semua sadari, dan hal ini membawa kepada kegiatan apa?
17 Semoga kita selalu dengan rendah hati dan sungguh-sungguh menyadari bahwa kita tak lebih daripada debu dalam pandangan Yehuwa. Maka, sungguh melegakan bahwa ”kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih sayang adalah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan dia, dan keadilannya bagi anak cucu”! (Mazmur 103:14, 17, NW) Oleh karena itu kita semua hendaknya menjadi pelajar yang serius dari Firman Allah. Waktu yang digunakan dalam pelajaran pribadi dan pelajaran keluarga, dan dalam perhimpunan sidang, hendaknya termasuk dalam jam-jam kita yang paling berharga setiap minggu. Dengan cara ini kita membina ’pengetahuan tentang Yang Maha Kudus’. Itu adalah ”pengertian”.—Amsal 9:10.
”Dalam Segala Lakumu . . .”
18, 19. Bagaimana kita dapat menerapkan Amsal 3:6 dalam kehidupan kita, dan dengan hasil apa?
18 Dalam mengarahkan kita kepada Yehuwa, Sumber pemahaman ilahi, Amsal 3:6 selanjutnya menyatakan, ”Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Mengakui Yehuwa mencakup tetap dekat kepada-Nya dalam doa. Di mana pun kita mungkin berada dan tidak soal keadaan apa pun yang mungkin muncul, kita dapat berhubungan langsung dengan Dia dalam doa. Seraya kita melaksanakan tugas-tugas kita setiap hari, seraya kita membuat persiapan untuk dinas pengabaran, seraya kita pergi dari rumah ke rumah memberitakan Kerajaan-Nya, kita dapat terus-menerus berdoa memohon agar Ia memberkati kegiatan kita. Maka, kita dapat memiliki hak istimewa dan sukacita yang tak ternilai karena ’berjalan dengan Allah’, yakin bahwa Ia akan ’meluruskan jalan kita’, seperti yang Ia lakukan bagi Henokh dan Nuh yang takut akan Allah, serta orang-orang Israel yang setia, seperti Yosua dan Daniel.—Kejadian 5:22; 6:9; Ulangan 8:6; Yosua 22:5, NW; Daniel 6:24; lihat juga Yakobus 4:8, 10.
19 Sewaktu kita memanjatkan permohonan kita kepada Yehuwa, kita dapat yakin bahwa ’damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus’. (Filipi 4:7) Damai dari Allah ini, yang terpancar dari roman muka yang penuh sukacita, dapat merekomendasi berita kita kepada para penghuni rumah yang kita jumpai selama pekerjaan pengabaran kita. (Kolose 4:5, 6) Hal ini juga dapat menganjurkan orang-orang yang mungkin menderita karena stres atau ketidakadilan yang begitu umum dalam dunia dewasa ini, sebagaimana diperlihatkan dalam kisah berikut.d
20, 21. (a) Selama masa teror Nazi, bagaimana integritas Saksi-Saksi Yehuwa menganjurkan orang lain? (b) Suara Yehuwa hendaknya menggugah kita untuk memiliki tekad apa?
20 Max Liebster, seorang Yahudi jasmani yang seolah-olah melalui mukjizat luput dari pembantaian [Holocaust], melukiskan perjalanannya ke sebuah kamp pembantaian Nazi dengan kata-kata ini, ”Kami disekap dalam gerbong-gerbong kereta yang telah diubah menjadi banyak sel kecil untuk dua orang. Sewaktu dijebloskan ke dalam salah satu sel, saya berhadapan dengan seorang tahanan yang matanya memancarkan ketenangan. Ia berada di sana karena respeknya kepada hukum Allah, memilih penjara dan mungkin kematian daripada menumpahkan darah orang-orang lain. Ia salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa. Anak-anaknya telah direnggut darinya, dan istrinya telah dieksekusi. Ia sedang menunggu untuk dieksekusi pula. Perjalanan 14 hari tersebut membawa jawaban atas doa-doa saya, karena justru dalam perjalanan menuju kematian inilah saya menemukan harapan berupa kehidupan kekal.”
21 Setelah mendekam dalam kamp ”sarang singa” Auschwitz, sebagaimana ia menjulukinya, dan setelah dibaptis, saudara ini menikah dengan salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa yang juga pernah dipenjarakan dan yang ayahnya pernah menderita di kamp konsentrasi di Dachau. Sewaktu ayah dari saudari itu berada di sana, ia mendengar bahwa istri dan putrinya juga ditangkap. Ia melukiskan reaksinya, ”Saya sangat cemas. Kemudian suatu hari ketika saya sedang antre untuk mandi, saya mendengar sebuah suara mengutip Amsal 3:5, 6 . . . Suara itu bergema seolah-olah turun dari surga. Itulah yang saya butuhkan untuk memulihkan keseimbangan saya.” Sebenarnya, suara tadi berasal dari seorang tahanan lain yang mengutip ayat itu, namun peristiwa ini menandaskan bagaimana kuasa Firman Allah dapat berpengaruh atas kita. (Ibrani 4:12) Semoga suara Yehuwa berbicara dengan penuh kuasa kepada kita dewasa ini melalui kata-kata dari ayat tahunan kita untuk tahun 1994, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu”!
[Catatan Kaki]
a Lihat artikel ”Trusting Jehovah With All My Heart”, diceritakan oleh Claude S. Goodman, The Watchtower, 15 Desember 1973, halaman 760-5.
b Lihat artikel ”Determined to Praise Jehovah”, diceritakan oleh Harry Peterson, The Watchtower, 15 Juli 1968, halaman 437-40.
c Lihat artikel ”Jehovah Does Not Forsake His Servants”, diceritakan oleh Matsue Ishii, The Watchtower, 1 Mei 1988, halaman 21-5.
d Lihat juga artikel ”Deliverance! Proving Ourselves Grateful”, diceritakan oleh Max Liebster, The Watchtower, 1 Oktober 1978, halaman 20-4.
-
-
Memupuk Perasaan Takut IlahiMenara Pengawal—1993 | 15 Desember
-
-
Memupuk Perasaan Takut Ilahi
”Takutlah akan [Yehuwa] dan jauhilah kejahatan”.—AMSAL 3:7.
1. Kepada siapakah buku Amsal ditulis?
BUKU Amsal dalam Alkitab kaya akan nasihat rohani. Yehuwa menyediakan buku pedoman ini pada mulanya untuk mengajar bangsa pilihan-Nya, Israel. Dewasa ini, buku tersebut menyediakan kata-kata yang bijaksana bagi bangsa Kristen-Nya yang kudus, ”yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba”.—1 Korintus 10:11; Amsal 1:1-5; 1 Petrus 2:9.
2. Mengapa peringatan di Amsal 3:7 sangat tepat waktu dewasa ini?
2 Membuka Amsal 3:7, kita membaca, ”Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan [Yehuwa] dan jauhilah kejahatan.” Sejak zaman orang-tua kita yang pertama, manakala si Ular membujuk Hawa dengan janji bahwa mereka akan ”tahu tentang yang baik dan yang jahat”, hikmat manusia belaka gagal memenuhi kebutuhan umat manusia. (Kejadian 3:4, 5; 1 Korintus 3:19, 20) Tak pernah sebelumnya dalam sejarah hal ini tampak lebih jelas dibanding pada abad ke-20 ini—”hari-hari terakhir” manakala umat manusia, dengan menuai buah-buah dari paham evolusi yang ateis, ditimpa rasisme, kejahatan, dan segala jenis perbuatan amoral. (2 Timotius 3:1-5, 13; 2 Petrus 3:3, 4) Dunia ini adalah ’dunia baru yang tak tertata’ yang tidak dapat ditanggulangi oleh PBB maupun agama-agama dunia yang terpecah-belah.
3. Perkembangan-perkembangan apa dinubuatkan untuk zaman kita?
3 Firman nubuat Allah memberi tahu kita bahwa roh-roh setan telah mendatangi ”raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa . . . di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon”. (Wahyu 16:14, 16) Segera teror dari Yehuwa akan meliputi raja-raja, atau para penguasa tersebut. Hal itu akan menyerupai ketakutan yang menimpa bangsa Kanaan sewaktu Yosua dan bangsa Israel datang untuk melaksanakan penghakiman atas mereka. (Yosua 2:9-11) Namun dewasa ini, pribadi yang digambarkan oleh Yosua, Kristus Yesus—sang ”Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan”—yang akan ’memukul segala bangsa dan menggembalakan mereka dengan gada besi’ sebagai pernyataan ”kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa”.—Wahyu 19:15, 16.
4, 5. Siapa yang akan mendapat keselamatan, dan mengapa?
4 Siapa yang akan mendapat keselamatan pada saat itu? Mereka yang akan diselamatkan, bukanlah orang-orang yang dicekam perasaan takut, melainkan semua orang yang telah memupuk perasaan takut yang penuh hormat kepada Yehuwa. Sebaliknya daripada menganggap diri bijak, mereka ’menjauhi kejahatan’. Dengan rendah hati, mereka mengisi pikiran dengan apa yang baik, sehingga yang jahat terdesak ke luar dari pikiran mereka. Mereka menghargai respek yang sehat kepada Penguasa Yang Berdaulat Yehuwa, sang ”Hakim segenap bumi”, yang akan segera mengeksekusi setiap orang yang berpaut kepada kejahatan, sebagaimana Ia membinasakan orang-orang Sodom yang bejat. (Kejadian 18:25) Sungguh, bagi umat kepunyaan Allah, ”takut akan [Yehuwa] adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut”.—Amsal 14:27.
5 Pada hari penghakiman ilahi ini, semua yang membaktikan diri mereka sepenuhnya kepada Yehuwa dengan perasaan takut untuk membuat Dia tidak senang, akan menyadari kebenaran yang dinyatakan secara kiasan di Amsal 3:8, ”[Perasaan takut kepada Yehuwa]-lah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.”
Menghormati Yehuwa
6. Apa yang hendaknya memotivasi kita untuk mengindahkan Amsal 3:9?
6 Perasaan takut kita yang penuh penghargaan kepada Yehuwa, disertai kasih yang mendalam kepada-Nya, hendaknya memotivasi kita untuk mengindahkan Amsal 3:9, ”Muliakanlah [Yehuwa] dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu.” Kita tidak dipaksa untuk memuliakan Yehuwa dengan persembahan-persembahan kita. Itu hendaknya bersifat sukarela, seperti yang diperlihatkan sebanyak kira-kira 12 kali dari Keluaran 35:29 sampai Ulangan 23:23 berkenaan korban-korban di Israel purba. Hasil pertama bagi Yehuwa ini hendaknya berupa pemberian-pemberian terbaik yang dapat kita berikan, sebagai pengakuan atas kebaikan dan kebaikan hati yang penuh kasih sayang yang telah kita nikmati dari tangan-Nya. (Mazmur 23:6) Hal-hal tersebut hendaknya mencerminkan tekad kita untuk ’terus mencari dahulu Kerajaan dan keadilbenarannya’. (Matius 6:33, NW) Dan apa manfaat dari memuliakan Yehuwa dengan harta kita? ”Maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya [yang baru, NW].”—Amsal 3:10.
7. Hasil pertama apa hendaknya kita berikan kepada Yehuwa, dan apa yang akan menjadi imbalannya?
7 Cara utama Yehuwa memberkati kita adalah secara rohani. (Maleakhi 3:10) Karena itu, hasil pertama yang kita persembahkan kepada-Nya hendaknya terutama secara rohani. Kita hendaknya menggunakan waktu, energi, dan kekuatan vital kita dalam melakukan kehendak-Nya. Ini selanjutnya akan memelihara kita, sebagaimana halnya kegiatan tersebut menjadi ”makanan” yang menguatkan bagi Yesus. (Yohanes 4:34) Lumbung-lumbung rohani kita akan diisi penuh, dan sukacita kita, yang dilambangkan oleh air buah anggur yang baru, akan meluap. Tambahan pula, seraya kita dengan penuh kepercayaan berdoa memohon makanan jasmani yang cukup setiap hari, kita secara tetap tentu dapat menyumbang dengan murah hati dari sumber materi kita dalam mendukung pekerjaan Kerajaan di seluas dunia. (Matius 6:11) Segala sesuatu yang kita miliki, termasuk harta materi, kita terima dari Bapa surgawi kita yang pengasih. Ia akan melimpahkan berkat-berkat lebih lanjut, selama kita menggunakan harta ini demi kepujian-Nya.—Amsal 11:4; 1 Korintus 4:7.
Teguran Kasih
8, 9. Bagaimana hendaknya kita memandang teguran dan disiplin?
8 Dalam ayat 11 dan 12, Amsal pasal 3 kembali berbicara tentang hubungan yang bahagia antara ayah dan anak yang terdapat dalam keluarga-keluarga yang saleh, dan juga antara Yehuwa dan anak-anak rohani-Nya yang dikasihi di bumi. Kita membaca, ”Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan [Yehuwa], dan janganlah engkau bosan akan peringatan [”teguran”, NW]Nya. Karena [Yehuwa] memberi ajaran [”teguran”, NW] kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.” Orang-orang di dunia ini membenci teguran. Umat Yehuwa hendaknya menyambutnya. Rasul Paulus mengutip kata-kata ini dari Amsal, dengan berkata, ”Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan [”Yehuwa”, NW], dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; karena Tuhan [”Yehuwa”, NW] menghajar orang yang dikasihiNya . . . Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”—Ibrani 12:5, 6, 11.
9 Ya, teguran dan disiplin merupakan bagian penting dari pelatihan kita masing-masing, tidak soal kita menerimanya dari orang-tua, melalui sidang Kristen, atau seraya kita merenungkan Alkitab pada waktu pelajaran pribadi kita. Bagi kita mengindahkan disiplin adalah soal hidup dan mati, sebagaimana dinyatakan juga dalam Amsal 4:1, 13, ”Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan [”disiplin”, NW] seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian. Berpeganglah pada didikan [”disiplin”, NW], janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu.”
Kebahagiaan Terbesar
10, 11. Apa beberapa segi menarik dari kata-kata yang menyenangkan di Amsal 3:13-18?
10 Betapa indah pernyataan-pernyataan yang menyusul, sesungguhnya ’kata-kata kebenaran yang menyenangkan dan jujur’! (Pengkhotbah 12:10) Kata-kata Salomo yang terilham ini melukiskan kebahagiaan sejati. Ini adalah kata-kata yang hendaknya kita goreskan dalam hati kita. Kita membaca,
11 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian [”daya pengamatan”, NW], karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.”—Amsal 3:13-18.
12. Bagaimana hendaknya hikmat dan daya pengamatan mendatangkan manfaat bagi kita?
12 Hikmat—betapa seringnya hal ini disebut dalam buku Amsal, 46 kali seluruhnya! ”Permulaan hikmat adalah takut akan [Yehuwa]”. Ini adalah hikmat ilahi yang praktis berdasarkan pengetahuan tentang Firman Allah yang memungkinkan umat-Nya menempuh haluan yang aman melalui badai berbahaya yang mengamuk dalam dunia Setan. (Amsal 9:10) Daya pengamatan, yang disebutkan 19 kali dalam Amsal, merupakan penunjang penting dari hikmat, yang membantu kita mengalahkan muslihat Setan. Dalam melancarkan siasatnya yang licik, Musuh besar ini memiliki pengalaman selama ribuan tahun. Namun kita memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga daripada sekadar pengalaman sebagai guru—daya pengamatan ilahi, kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah dan untuk memilih haluan benar yang akan ditempuh. Inilah yang Yehuwa ajarkan kepada kita melalui Firman-Nya.—Amsal 2:10-13; Efesus 6:11.
13. Apa yang dapat melindungi kita selama masa-masa ekonomi yang sulit, dan bagaimana caranya?
13 Kekacauan ekonomi dalam dunia dewasa ini merupakan pertanda tentang penggenapan nubuat di Yehezkiel 7:19, ”Perak mereka akan dicampakkan ke luar dan emas mereka akan dianggap cemar. Emas dan peraknya tidak akan dapat menyelamatkan mereka pada hari kemurkaan [Yehuwa].” Segala kekayaan materi di bumi sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan kuasa yang melindungi dari hikmat dan daya pengamatan. Raja Salomo yang bijaksana pada kesempatan lain menyatakan, ”Perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.” (Pengkhotbah 7:12) Sungguh bahagia mereka semua yang kini berjalan dalam jalan-jalan Yehuwa yang menyenangkan dan mereka yang dengan hikmat memilih ”umur panjang”, kehidupan kekal yang merupakan pemberian Allah bagi setiap orang yang mempraktekkan iman akan korban tebusan Yesus!—Amsal 3:16; Yohanes 3:16; 17:3.
Memupuk Hikmat yang Sejati
14. Dengan cara-cara apa Yehuwa telah memperlihatkan hikmat yang patut dicontoh?
14 Adalah tepat bahwa kita, manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, berupaya keras memupuk hikmat dan daya pengamatan, sifat-sifat yang Yehuwa sendiri perlihatkan dalam melaksanakan karya ciptaan-Nya yang menakjubkan. ”Dengan hikmat [Yehuwa] telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian [”daya pengamatan”, NW] ditetapkanNya langit.” (Amsal 3:19, 20) Ia mulai menciptakan makhluk-makhluk hidup, bukan melalui proses evolusi yang penuh misteri dan tak dapat dipahami, melainkan melalui tindakan penciptaan langsung, masing-masing ”menurut jenisnya” (NW) dan untuk tujuan yang bijaksana. (Kejadian 1:25) Ketika akhirnya manusia diciptakan dengan kecerdasan dan kesanggupan yang jauh melebihi apa yang dimiliki binatang, sorak-sorai dari putra-putra malaikat Allah pasti telah bergema berulang kali di surga. (Bandingkan Ayub 38:1, 4, 7.) Kesanggupan Yehuwa untuk mengamati jauh ke masa depan, hikmat-Nya, dan kasih-Nya dengan jelas tampak dalam segala karya-Nya di bumi.—Mazmur 104:24.
15. (a) Mengapa tidak cukup sekadar memupuk hikmat? (b) Amsal 3:25, 26 hendaknya menggugah keyakinan apa dalam diri kita?
15 Kita bukan saja perlu memupuk sifat-sifat Yehuwa berupa hikmat dan daya pengamatan, melainkan juga perlu berpaut erat kepada sifat-sifat tersebut, dengan tidak pernah kendur dalam mempelajari Firman-Nya. Ia menasihati kita, ”Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu, maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu, dan perhiasan bagi lehermu.” (Amsal 3:21, 22) Dengan demikian, kita dapat berjalan dalam keamanan serta kedamaian pikiran, bahkan selama hari ”kebinasaan yang mendadak” (NW) yang datang seperti pencuri yang akan menimpa dunia Setan. (1 Tesalonika 5:2, 3) Selama sengsara besar itu sendiri, ”janganlah takut kepada kekejutan yang tiba-tiba, atau kepada kebinasaan orang fasik, bila itu datang. Karena [Yehuwa]lah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat”.—Amsal 3:23-26.
Kasih untuk Melakukan yang Baik
16. Tindakan apa dituntut dari orang-orang Kristen selain kegairahan dalam pelayanan?
16 Kinilah saatnya untuk memperlihatkan kegairahan dalam memberitakan kabar baik Kerajaan sebagai kesaksian kepada segala bangsa. Namun pekerjaan kesaksian ini harus didukung oleh kegiatan Kristen lain, sebagaimana dilukiskan di Amsal 3:27, 28, ”Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: ’Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,’ sedangkan yang diminta ada padamu.” (Bandingkan Yakobus 2:14-17.) Karena sebagian besar dari dunia ini dicengkeram oleh kemiskinan dan kelaparan, maka kita mendapat panggilan yang mendesak untuk membantu sesama kita, terutama saudara-saudara rohani kita. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa menanggapinya?
17-19. (a) Kebutuhan yang mendesak apa dipenuhi pada tahun 1993, dan dengan tanggapan apa? (b) Apa yang memperlihatkan bahwa saudara-saudara kita yang terkungkung ”keluar dengan kemenangan penuh melalui dia yang mengasihi kita”?
17 Satu contoh misalnya: Selama tahun lalu, sebuah panggilan mendesak untuk meminta bantuan datang dari negeri bekas Yugoslavia. Saudara-saudara di negeri-negeri tetangga memberi tanggapan secara luar biasa. Selama bulan-bulan yang sangat dingin pada musim salju yang lalu, beberapa konvoi bantuan kemanusiaan dapat memasuki daerah perang, membawa masuk publikasi-publikasi terbaru, baju-baju hangat, makanan, dan obat-obatan untuk Saksi-Saksi yang membutuhkannya. Pada suatu peristiwa, saudara-saudara mengajukan permohonan untuk membawa masuk bantuan perbekalan sebanyak 15 ton, namun sewaktu mereka mendapat izin, ternyata izin diberikan untuk 30 ton! Saksi-Saksi Yehuwa di Austria segera mengirimkan tiga truk tambahan. Seluruhnya, 25 ton perbekalan mencapai tujuan yang mereka rencanakan. Betapa senangnya saudara-saudara kita menerima persediaan rohani dan materi yang berlimpah ini!
18 Bagaimana tanggapan dari saudara-saudara yang menerimanya? Pada awal tahun ini, seorang penatua menulis, ”Saudara dan saudari di Sarajevo sehat walafiat, dan yang terpenting, kami masih kuat secara rohani untuk bertahan dalam perang yang gila ini. Keadaannya sangat sulit dalam hal makanan. Semoga Yehuwa memberkati dan memberi imbalan kepada kalian atas upaya yang kalian buat bagi kami. Kalangan berwenang memiliki respek khusus terhadap Saksi-Saksi Yehuwa karena cara hidup mereka yang menjadi teladan dan karena respek mereka terhadap kalangan berwenang. Kami juga bersyukur atas makanan rohani yang kalian berikan kepada kami.”—Bandingkan Mazmur 145:18.
19 Saudara-saudara yang terancam bahaya ini juga telah memperlihatkan penghargaan melalui kegairahan mereka dalam dinas pengabaran. Banyak tetangga datang kepada mereka meminta pengajaran Alkitab di rumah. Di kota Tuzla, yang menerima lima ton bantuan makanan, 40 penyiar masing-masing melaporkan rata-rata 25 jam dinas dalam satu bulan, dengan dukungan yang bagus dari kesembilan perintis di sidang tersebut. Mereka memiliki jumlah hadirin yang bagus sekali yaitu sebanyak 243 orang pada Peringatan kematian Yesus. Saudara-saudara yang kita kasihi ini benar-benar ”keluar dengan kemenangan penuh melalui dia yang mengasihi kita”.—Roma 8:37, NW.
20. ”Penyamarataan” apa terjadi di negeri bekas Uni Soviet?
20 Kemurahan hati yang diperlihatkan dalam konvoi besar bantuan kemanusiaan berupa makanan dan baju hangat yang dikirim ke negeri-negeri bekas Uni Soviet juga telah diimbangi oleh kegairahan saudara-saudara di sana. Misalnya, di Moskow, hadirin Peringatan tahun ini adalah 7.549, dibanding dengan 3.500 pada tahun yang lalu. Selama periode yang sama, jumlah sidang di kota itu bertambah dari 12 menjadi 16. Di seluruh negeri bekas Uni Soviet (tidak termasuk Negara-Negara Baltik), terdapat pertambahan jumlah sidang sebesar 14 persen, dalam jumlah penyiar Kerajaan 25 persen, dan dalam jumlah perintis 74 persen. Sungguh suatu semangat kegairahan dan rela berkorban yang luar biasa! Ini mengingatkan kita pada sikap yang sama di abad pertama sewaktu ada ”penyamarataan” (NW). Orang-orang Kristen yang memiliki harta rohani dan materi memberikan banyak sekali pemberian kepada orang-orang di tempat-tempat yang kurang beruntung, sementara kegairahan orang-orang yang menderita ini membawa sukacita dan anjuran bagi para penyumbang.—2 Korintus 8:14.
Bencilah yang Jahat!
21. Bagaimana orang yang bijak dan yang bebal dikontraskan dalam kata-kata penutup dari Amsal pasal 3?
21 Pasal ketiga dari Amsal selanjutnya menyajikan serangkaian kontras, yang diakhiri dengan nasihat, ”Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satupun dari jalannya, karena orang yang sesat adalah kekejian bagi [Yehuwa], tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. Kutuk [Yehuwa] ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar [”adil-benar”, NW] diberkatiNya. Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihaniNya. Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh.”—Amsal 3:29-35.
22. (a) Bagaimana kita dapat menjaga agar tidak termasuk di antara orang-orang bebal? (b) Apa yang dibenci oleh orang-orang bijak, dan apa yang mereka pupuk, dengan imbalan apa?
22 Bagaimana kita dapat menjaga diri agar tidak termasuk di antara orang-orang bebal? Kita harus belajar membenci apa yang jahat, ya, merasa jijik kepada apa yang Yehuwa benci—segala haluan yang memperdayakan dari dunia yang kejam dan berutang darah ini. (Lihat juga Amsal 6:16-19.) Sebaliknya, kita harus memupuk apa yang baik—kejujuran, keadilbenaran, dan kelembutan hati—sehingga dalam kerendahan hati dan takut akan Yehuwa kita dapat memperoleh ”kekayaan, kehormatan dan kehidupan”. (Amsal 22:4) Ini akan menjadi pahala bagi kita semua yang dengan loyal menerapkan nasihat, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu.”
-