PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g99 22/8 hlm. 26-27
  • Selai Kacang​—Ala Afrika

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Selai Kacang​—Ala Afrika
  • Sedarlah!—1999
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Pembudidayaan Kacang
  • Dari Kacang Menjadi Selai Kacang
  • Kacang yang Sederhana tetapi Populer
    Sedarlah!—2003
  • Daun Singkong−Makanan Sehari-hari bagi Jutaan Orang
    Sedarlah!—1996
  • Mentega
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Mencari Informasi yang Benar
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Umum)—2020
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1999
g99 22/8 hlm. 26-27

Selai Kacang​—Ala Afrika

OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI REPUBLIK AFRIKA TENGAH

DI NEGERI-NEGERI Barat, selai kacang sering kali hanya dianggap sebagai sesuatu yang dioleskan pada roti. Akan tetapi, di beberapa negeri Afrika, selai kacang lebih banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk apa?

Di Afrika tengah, banyak masakan populer yang menggunakan selai kacang. Di sini, seperti di banyak negeri berkembang lainnya, tepung terigu dan maizena​—bahan yang digunakan untuk mengentalkan sup dan saus​—sering kali sulit didapat. Maka, selai kacang biasanya digunakan sebagai pengganti.

Akan tetapi, untuk mendapatkannya tidak semudah membeli selai kacang dalam stoples di toko kelontong. Di toko, selai kacang dijual dengan takaran sendok teh, dan harganya cukup mahal. Maka, banyak wanita Afrika memilih untuk membuatnya sendiri. Bagaimana tugas yang melelahkan ini dikerjakan, cukup menarik untuk disimak. Informasi berikut ini diperoleh dari perbincangan dengan beberapa wanita Afrika.

Pembudidayaan Kacang

Sebenarnya, kacang bukanlah palawija yang sulit perawatannya. Yang paling sulit adalah mempersiapkan tanahnya. Tanah dipersiapkan pada awal musim hujan sewaktu tanah masih kering dan keras. Pada bulan April benih ditabur, dan jika hujan tiba lebih awal, ”kacang” dapat dipanen sebelum akhir Agustus atau awal September.

Sebenarnya, kacang bukanlah sejenis kacang-kacangan tetapi legume​—salah satu anggota keluarga polong-polongan. Kacang tidak tumbuh dari pohon, sebagaimana yang mungkin Anda bayangkan; sebaliknya, tumbuh pada tanaman perdu yang rendah, yang menghasilkan buahnya dengan cara yang unik, yaitu berbuah di dalam tanah. Maka, kacang biasanya dikenal dengan sebutan kacang tanah.

Di Afrika tengah, ladang yang pada umumnya ditanami kacang, luasnya mungkin sekitar 90 kali 50 meter. Beberapa orang menanamnya pada sebidang tanah kecil dekat rumah mereka. Cangkul bergagang pendek dan parang biasanya digunakan untuk menggarap ladang. Hal ini berarti kerja keras! Tanaman itu butuh banyak perhatian, paling tidak pada awal musim tanam. Ladang harus diawasi agar tikus tidak mengambil benih dan memakannya. Kemudian, tanah harus dijaga agar tetap gembur dan bebas dari lalang.

Terutama sewaktu mendekati musim panen, ladang perlu diawasi. Anak-anak biasanya disuruh menjaganya menjelang musim panen. Seorang wanita menceritakan bahwa tetangganya menemukan perdu kacangnya berada di atas sebuah pohon di dekat situ. Rupanya, monyet telah membawanya ke atas dan berpesta pora, sehingga wanita itu dirugikan!

Musim panen biasanya adalah acara keluarga. Semua orang pergi ke ladang untuk membantu. Tanaman dicabut dan dijemur, kemudian kacang dilepaskan dari tanamannya dan dibawa pulang ke desa dalam baskom-baskom yang besar, yang disunggi para pemanen.

Lalu, apa yang dilakukan dengan kacang tersebut? Setelah dicuci bersih, kacang direbus dengan air garam. Sebagian langsung dimakan oleh keluarga, tetapi sebagian besar disimpan untuk diolah di kemudian hari. Kacang dijemur di halaman rumah sampai kering betul. Seseorang harus terus mengawasinya, jangan sampai kambing-kambing yang berkeliaran mencicipinya sebagai camilan.

Setelah dikeringkan, kacang disimpan dalam sebuah lumbung yang terbuat dari anyaman rumput dan tanah liat serta dibangun di atas panggung. Dengan demikian kacang dapat tetap kering, serta aman dari tikus dan anak-anak yang kelaparan selagi Ibu bekerja di ladang.

Dari Kacang Menjadi Selai Kacang

Kacang harus dikuliti sebelum dijadikan selai kacang. Kemudian, disangrai, biasanya menggunakan penggorengan datar yang lebar pada api dari kayu bakar yang disusun di lantai. Kacang akan terasa lebih gurih dan kulit arinya lebih mudah dikelupas. Kacang didinginkan, dan kulit arinya dikelupas. Lalu, penggilingan digunakan untuk menghancurkan kacang sangrai sehingga menjadi selai yang kental. Jika tidak memiliki penggilingan, seorang ibu rumah tangga menaruh kacang pada cobek yang lebar dan menumbuknya menggunakan botol atau batu bundar.

Selai kacang sudah siap untuk digunakan sebagai pengental saus, biasanya untuk masakan yang diolah dalam sebuah belanga dan disajikan bersama singkong, pisang tanduk, atau nasi. Jika ingin tahu rasanya masakan yang dibumbui dengan selai kacang, Anda dapat mencoba membuatnya sendiri.

Anda dapat mengikuti resep yang biasa dan menyiapkan sup yang terdiri dari daging, bawang merah, bawang putih, dan pasta tomat. Masaklah sampai dagingnya empuk, tambahkan bayam yang telah diiris-iris jika suka. Sambil memasaknya, tambahkan sedikit air pada selai kacang untuk membuat saus kental​—kira-kira satu cangkir saus untuk setiap kilogram daging​—dan campurkanlah ke dalam sup tadi. Biarkan sampai kurang lebih sepuluh menit pada api besar agar kacangnya tidak terlalu terasa. Jika Anda merasa kuahnya belum cukup kental, tambahkan selai kacang lagi. Tambahkan garam sesuai selera. Jika Anda suka yang pedas, Anda dapat menambahkan cabe rawit.

Banyak yang mengatakan bahwa masakan seperti itu terasa lezat bila disajikan bersama nasi! Dan, walaupun masakan yang Anda buat tidak seperti aslinya, paling tidak Anda pernah mencoba sendiri menggunakan selai kacang​—ala Afrika!

[Gambar di hlm. 26]

Kacang sedang dipanen, kemudian dibawa pulang untuk dikuliti dan ditumbuk

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan