PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Apakah Reinkarnasi Merupakan Kunci bagi Misteri Kehidupan?
    Sedarlah!—1994 | 8 Juni
    • Apakah Reinkarnasi Merupakan Kunci bagi Misteri Kehidupan?

      Pernahkah Anda hidup sebelumnya?

      Apakah Anda akan hidup lagi dalam bentuk kehidupan tertentu setelah Anda meninggal?

      Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin mengingatkan Anda akan doktrin reinkarnasi.

      The New Encyclopædia Britannica mendefinisikan ”reinkarnasi” sebagai berikut: ”Suatu kepercayaan akan kelahiran kembali suatu jiwa dalam satu atau lebih wujud berikutnya, yang mungkin berbentuk manusia, binatang, atau, dalam beberapa kasus, tumbuhan.”

      Reinkarnasi memainkan peranan penting dalam agama-agama Timur, khususnya yang berasal dari India, seperti Budhisme, Hinduisme, Jainisme, dan Sikhisme. Di antara para penganut Hindu di India, misalnya, kehidupan dianggap sebagai siklus yang berkesinambungan dari kematian dan kelahiran kembali.

      Akan tetapi, akhir-akhir ini, gagasan reinkarnasi telah memikat banyak orang yang hidup di Dunia Barat, termasuk sejumlah anak muda. Menurut seorang kolumnis yang menulis dalam surat kabar Kanada Sunday Star, alasan mengapa hal ini banyak diminati ”adalah hasil pengaruh yang kuat dari gagasan agama-agama Timur terhadap kebudayaan Barat kita, yang mulai dirasakan pada tahun 1960-an”.

      Alasan lain mengapa reinkarnasi diminati adalah bahwa orang-orang ternama tertentu telah angkat suara dan dengan serius menyatakan bahwa mereka pernah menjalani satu atau beberapa bentuk kehidupan di masa lalu. Juga, radio, TV, majalah, dan media berita lainnya telah memperlihatkan minat akan reinkarnasi, demikian pula dengan berbagai kalangan profesional seperti para dokter dan guru.

      Semua ini telah menimbulkan banyak rasa ingin tahu. Oleh karena itu, menurut beberapa pol, sekitar seperempat masyarakat Kanada dan Amerika Serikat telah menganut beberapa paham reinkarnasi.

      Pernyataan Pengalaman dari Kehidupan Sebelumnya

      Aktris Shirley MacLaine menyatakan dalam suatu wawancara dengan Phyllis Battelle dalam Ladies’ Home Journal bahwa ia telah mengadakan beberapa ”perjalanan” mundur dalam arus waktu. ”Saya ingat banyak hal dalam kehidupan saya sebelumnya​—kadang-kadang saya adalah seorang pria, kadang-kadang seorang wanita,” katanya.

      Dalam buku Coming Back, Dr. Raymond Moody melukiskan eksperimen yang dilakukannya di antara para siswanya dan orang-orang lain. Ia mengatakan bahwa melalui hipnosis ia membawa mereka kembali ke waktu sebelum mereka dilahirkan, dan mereka mengatakan bahwa mereka memiliki memori dari kehidupan yang terdahulu. Salah seorang mengatakan bahwa ia telah hidup sebagai seorang Eskimo di suatu komunitas Eskimo. Yang lainnya menyatakan pernah hidup pada ’zaman batu’, ribuan tahun yang lalu.

      Dr. Moody sendiri menyatakan bahwa ia pernah hidup sembilan kali sebelumnya. Kehidupan ini bervariasi dari kehidupan di atas pohon sebagai sejenis ”versi manusia prasejarah” hingga kehidupan pada zaman Kekaisaran Romawi, manakala, ia mengatakan bahwa ia telah diserang dan dibunuh oleh seekor singa di arena.

      Penggunaan hipnosis untuk membawa orang yang penasaran kembali ke suatu waktu sebelum mereka dilahirkan juga telah digambarkan bermanfaat bagi orang-orang lain. Para dokter telah menggunakannya dalam merawat penderita gangguan emosi. Dinyatakan bahwa rasa takut yang misterius telah diatasi dengan melacak problem tersebut kembali ke beberapa peristiwa dalam kehidupan yang terdahulu. Seberapa absahkah gagasan ini?

      Pengalaman Menjelang Kematian Diceritakan

      Pengalaman menjelang kematian diceritakan oleh beberapa orang yang bertindak mempopulerkan gagasan reinkarnasi. Dalam buku Life After Life, Dr. Moody melaporkan penemuannya tentang pengalaman menjelang kematian dari sekitar 50 orang.

      Meskipun bervariasi, Moody berpendapat bahwa pengalaman mereka membentuk suatu pola. Orang-orang ini merasa seperti telah menjelajahi suatu terowongan yang panjang dan gelap. Mereka merasa seolah-olah terpisah dari tubuh mereka, mengambang dengan bebasnya. Mereka merasa bahwa mereka bergerak dengan cepat menyusuri terowongan menuju suatu cahaya yang sangat cemerlang, dan di ujung terowongan itu, mereka melihat anggota-anggota keluarga yang telah lama meninggal. Akhirnya, mereka tersadar dalam tubuh mereka sendiri. Akan tetapi, tidak semua orang mengalami tahap-tahap ini satu demi satu.

      Dinyatakan bahwa pengalaman ini telah mendatangkan pengaruh positif atas orang-orang yang mengalaminya. Kalau begitu, pengalaman itu seharusnya membantu mereka menghilangkan perasaan takut mati dan seharusnya memberikan mereka keyakinan bahwa hidup ini memiliki arti. Namun, tidak selalu demikian halnya. Banyak orang terus merasa takut mati dan kurang yakin bahwa sebenarnya hidup ini memiliki arti.

      Mereka yang percaya pada reinkarnasi mengatakan bahwa dalam pengalaman demikian, mereka mendapati adanya dukungan terhadap gagasan bahwa jiwa manusia dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan yang berbeda-beda. Namun apakah doktrin tersebut benar-benar dapat dipercaya? Apakah reinkarnasi benar-benar menyediakan kunci bagi misteri kehidupan? Dapatkah kita menemukan jawaban apa pun atas semua pertanyaan berikut ini, Apakah Anda pernah hidup sebelumnya? Apakah Anda akan hidup lagi? Apakah manusia memiliki jiwa yang meninggalkan tubuh setelah kematian? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dibahas dalam artikel-artikel berikut ini.

      [Blurb di hlm. 21]

      Reinkarnasi merupakan hal mendasar dalam agama-agama Timur

      [Gambar di hlm. 21]

      Roda kehidupan menurut agama Hindu

  • Fenomena Reinkarnasi Dijelaskan
    Sedarlah!—1994 | 8 Juni
    • Fenomena Reinkarnasi Dijelaskan

      SALAH satu keberatan terhadap teori reinkarnasi adalah bahwa mayoritas terbesar manusia yang hidup di bumi sama sekali tidak dapat mengingat bahwa mereka pernah hidup sebelumnya. Lagi pula, mereka bahkan tidak pernah berpikir bahwa mereka mungkin pernah hidup sebelumnya.

      Memang benar bahwa kita kadang-kadang memiliki perasaan aneh seperti seakan-akan sudah kenal dengan seseorang yang baru pertama kali kita jumpai. Rumah, kota, atau daerah indah tertentu mungkin tampak tak asing lagi bagi kita, sekalipun kita tahu bahwa inilah kali pertama kita berada di sana. Akan tetapi, hal-hal ini dapat dijelaskan tanpa harus menggunakan teori reinkarnasi.

      Misalnya, tempat-tempat tertentu meskipun letaknya sangat berjauhan mungkin mempunyai kemiripan, jadi sewaktu kita mengunjungi tempat baru itu, kita merasa pernah berada di sana sebelumnya, padahal sebenarnya belum pernah. Banyak rumah, kantor, toko, kota, dan daerah indah tertentu di beberapa bagian dunia mempunyai kesamaan satu sama lain dengan yang terdapat di bagian bumi lainnya. Bahwa itu semua kelihatannya sama dengan apa yang pernah kita lihat sebelumnya bukanlah bukti bahwa kita pernah berada di tempat-tempat itu dalam kehidupan kita sebelumnya. Itu hanya menyerupai tempat-tempat yang tak asing lagi bagi kita.

      Halnya pun demikian dengan orang. Penampilan beberapa orang agak mirip dengan yang lain, bahkan kelihatannya seperti kembar. Seseorang mungkin memiliki tingkah laku yang mengingatkan kita akan seseorang yang masih hidup ataupun seseorang yang sudah meninggal. Namun kita telah mengenal orang-orang ini dalam kehidupan kita sekarang, bukan pada kehidupan kita yang terdahulu. Kemiripan dalam penampilan atau kepribadian tidak mengartikan bahwa orang-orang ini telah kita kenal dalam kehidupan kita sebelumnya. Tidak diragukan kita semua kadang-kadang keliru mengenali orang yang satu dengan yang lain. Namun kedua orang tersebut hidup pada waktu yang bersamaan dengan masa hidup Anda dan bukan pada kehidupan yang terdahulu. Itu tidak ada hubungannya dengan reinkarnasi.

      Pengaruh Hipnosis

      Bahkan pengalaman di bawah pengaruh hipnosis dapat dijelaskan tanpa harus menggunakan teori reinkarnasi. Pikiran alam bawah sadar kita merupakan gudang informasi yang jauh lebih rumit daripada yang mungkin kita bayangkan. Informasi mencapai gudang ini melalui buku, majalah, TV, radio, dan melalui pengalaman dan pengamatan lainnya.

      Banyak dari informasi ini disimpan di sisi tersembunyi tertentu dalam pikiran alam bawah sadar kita karena kita tidak dapat langsung atau segera menggunakannya. Pikiran alam bawah sadar kita seumpama buku-buku perpustakaan yang tidak banyak dicari dan dengan demikian telah disimpan pada rak terpisah.

      Tetapi, di bawah hipnosis, kesadaran akan suatu pokok berubah sehingga memori yang terlupakan dapat muncul ke permukaan. Beberapa orang menafsirkan ini sebagai suatu kehidupan yang terdahulu, namun sebenarnya tidak lain daripada pengalaman kehidupan sekarang yang untuk sementara waktu telah kita lupakan.

      Tetapi, ada beberapa kasus yang mungkin lebih sulit untuk dijelaskan dengan cara wajar. Suatu contoh adalah apabila seseorang mulai berbicara dalam ”bahasa” lain di bawah pengaruh hipnosis. Kadang-kadang bahasanya dapat dimengerti, namun sering kali tidak. Mereka yang percaya kepada reinkarnasi mungkin mengatakan bahwa ini adalah bahasa yang digunakannya dalam kehidupan yang sebelumnya.

      Namun, telah diketahui umum bahwa berbicara dengan apa yang disebut karunia lidah (bahasa roh) juga terjadi sewaktu orang-orang berada dalam kegembiraan yang meluap-luap secara mistik atau secara religius. Mereka yang mengalami hal ini merasa yakin bahwa hal itu tidak ada hubungannya dengan suatu kehidupan yang terdahulu namun mereka sedang dikuasai oleh kekuatan yang tak kelihatan dalam kehidupan sekarang.

      Ada berbagai pendapat sehubungan kekuatan macam apa ini. Dalam suatu deklarasi bersama oleh Fountain Trust dan Church of England Evangelical Council, kekuatan itu dinyatakan sehubungan berbicara dengan karunia lidah, ”Kita juga waspada bahwa fenomena serupa dapat terjadi di bawah pengaruh ilmu gaib/hantu-hantu.” Jadi untuk mengasumsikan bahwa fenomena demikian adalah bukti bahwa kita telah menjalani suatu kehidupan yang terdahulu akan berarti mengambil kesimpulan dini yang keliru.

      Pengalaman Menjelang Kematian

      Kalau begitu, apa itu pengalaman menjelang kematian yang menurut pengakuan orang-orang pernah mereka alami? Hal ini telah ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai bukti bahwa seseorang memiliki jiwa yang tetap hidup setelah tubuh mati. Tetapi pengalaman demikian jauh lebih baik bila dijelaskan dengan beberapa cara yang wajar.

      Dalam majalah sains Prancis, Science & Vie, terbitan bulan Maret 1991, tahap-tahap yang berbeda dari pengalaman menjelang kematian disebut ”prototipe halusinasi yang bersifat universal” yang telah lama diketahui. Pengalaman serupa tidak terbatas kepada orang-orang dalam situasi menjelang kematian. Pengalaman-pengalaman ini dapat juga terjadi sehubungan ”kelelahan, demam, serangan epilepsi, penyalahgunaan obat bius”.

      Pelopor bedah saraf, Wilder Penfield, yang mengoperasi pasien epilepsi di bawah pembiusan lokal, membuat penemuan yang menarik. Ia mendapati bahwa dengan merangsang berbagai bagian yang berbeda dari otak dengan suatu elektroda, ia dapat menyebabkan pasien memiliki perasaan di luar tubuhnya sendiri, berjalan melalui sebuah terowongan, dan berjumpa sanak saudara yang telah meninggal.

      Perincian yang menarik dalam hal ini adalah bahwa anak-anak yang memiliki pengalaman menjelang kematian berjumpa, bukan dengan sanak keluarga yang sudah meninggal, melainkan dengan teman sekolah atau guru​—orang-orang yang masih hidup. Ini menunjukkan bahwa pengalaman demikian memiliki suatu hubungan kebudayaan tertentu. Apa yang dialami tersebut berhubungan dengan kehidupan yang sekarang, bukan dengan sesuatu yang dijumpai setelah kematian.

      Dr. Richard Blacher menulis dalam majalah The Journal of the American Medical Association, ”Sekarat, atau menderita suatu situasi fisik yang parah, adalah suatu proses; kematian adalah suatu keadaan.” Sebagai contoh, Blacher berbicara tentang seseorang yang untuk pertama kali terbang dari Amerika Serikat ke Eropa. ”Penerbangan pesawat tidak [sedang] berada di Eropa,” tulisnya. Wisatawan yang berangkat menuju Eropa, namun pesawatnya berbalik dan kembali beberapa menit setelah lepas landas, tidak dapat cerita banyak kepada orang-orang tentang Eropa, demikian pula orang-orang yang siuman dari keadaan koma tidak dapat bercerita kepada siapa pun tentang kematian.

      Orang-orang yang telah mendekati kematian, dengan kata lain, belum benar-benar mati. Mereka mengalami sesuatu selagi mereka masih hidup. Dan seseorang masih hidup bahkan beberapa detik sebelum kematiannya. Mereka hampir mati tetapi belum mati.

      Bahkan orang yang jantungnya tiba-tiba berhenti sesaat dan yang kemudian tersadar tidak dapat benar-benar mengingat apa pun dari saat-saat mereka tidak sadar sewaktu mereka dapat dikatakan sudah ”meninggal”. Apa yang mereka ingat, kalaupun ada, ialah apa yang terjadi pada saat menjelang interupsi singkat itu, bukan selama interupsi tersebut.

      Pengalaman menjelang kematian yang dipublikasikan itu sebagian besar selalu dinyatakan sebagai hal yang positif, meskipun diketahui bahwa pengalaman negatif juga muncul. Psikoanalis Prancis, Catherine Lemaire, menjelaskan hal ini sebagai berikut, ”Orang-orang yang belum mengalami [keadaan hampir mati] cocok dengan pola yang diajukan oleh IANDS [International Association for Near-Death Studies] tidak berminat menceritakan pengalaman mereka.”

      Tidak Ada Memori

      Kenyataannya adalah bahwa kita tidak memiliki pengalaman hidup selain yang kita jalani sekarang, baik kehidupan sebelum kita lahir maupun setelah kita mati. Oleh karena itu, kita tidak memiliki memori yang absah tentang segala sesuatu selain kehidupan yang benar-benar sedang kita jalani.

      Mereka yang percaya kepada reinkarnasi mengatakan bahwa arti sebenarnya dari dilahirkan kembali adalah untuk mendapatkan kesempatan baru guna memperbaiki keadaan kita. Seandainya kita benar-benar pernah hidup sebelumnya namun kita sudah lupa akan hal itu, lenyapnya memori demikian merupakan suatu kerugian besar. Hanya dengan mengingat kesalahan kita, kita dapat mengambil manfaat darinya.

      Demikian pula, orang-orang yang menjunjung apa yang disebut terapi reinkarnasi merasa bahwa Anda dapat mengatasi problem-problem sekarang secara lebih baik jika, melalui hipnosis, Anda dapat mengingat kehidupan Anda sebelumnya. Teori ini mengatakan bahwa kita lahir kembali agar dapat memperbaiki kehidupan kita yang dulu, namun kita telah lupa seperti apa kehidupan kita yang dulu itu.

      Kehilangan memori dalam kehidupan kita sekarang dianggap suatu kerugian. Pastilah demikian pula dalam hal ini. Menyanggah dengan mengatakan bahwa kelupaan demikian tidak menjadi soal, karena hanya orang-orang baik yang dilahirkan kembali sebagai manusia, bukanlah argumen yang masuk akal pada zaman modern ini manakala kejahatan mendominasi adegan dunia ini, lebih daripada sebelumnya. Jika hanya orang-orang baik saja yang dilahirkan kembali sebagai manusia, dari mana datangnya semua orang jahat ini? Bukankah seharusnya orang jahat semakin sedikit? Kebenarannya adalah: Dalam hal ini tidak seorang pun, apakah ia baik ataupun jahat, pernah bereinkarnasi untuk memulai kehidupan lain sebagai manusia atau makhluk lainnya.

      Akan tetapi, Anda mungkin bertanya, ’Bukankah reinkarnasi adalah ajaran Alkitab?’ Mari kita pertimbangkan pertanyaan ini dalam artikel berikut.

      [Blurb di hlm. 23]

      Pikiran alam bawah sadar kita bagaikan perpustakaan informasi yang telah disimpan namun dapat dikeluarkan lagi belakangan

      [Blurb di hlm. 24]

      ”Kematian adalah suatu keadaan”, bukannya suatu proses.​—Dr. Richard Blacher dalam The Journal of the American Medical Association

  • Apakah Firman Allah Mengajarkan Reinkarnasi?
    Sedarlah!—1994 | 8 Juni
    • Apakah Firman Allah Mengajarkan Reinkarnasi?

      SIAPA PUN yang memeriksa Alkitab dengan harapan menemukan dukungan bagi doktrin reinkarnasi pasti akan kecewa. Tak satu ayat pun mengatakan bahwa manusia pernah hidup sebelumnya. Lagi pula, Anda tidak akan menemukan pernyataan seperti ”reinkarnasi” atau ”perpindahan jiwa” atau ”jiwa yang tidak berkematian” di dalam Alkitab.

      Akan tetapi, beberapa orang yang percaya akan reinkarnasi berupaya menjelaskan kurangnya dukungan Alkitab ini dengan mengatakan bahwa gagasan reinkarnasi begitu umum di zaman purba sehingga penjelasan apa pun akan tampak tidak berguna. Benar, doktrin reinkarnasi sudah sangat tua, namun tidak soal seberapa tua doktrin itu atau seberapa umum atau tidak doktrin itu, pertanyaannya tetap sama, Apakah Alkitab mengajarkan doktrin itu?

      Di 2 Timotius 3:16, 17, (NW), rasul Paulus menulis, ”Segenap tulisan-tulisan kudus diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara, untuk mendisiplin dalam keadilbenaran, agar manusia Allah dapat menjadi cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh untuk setiap pekerjaan yang baik.” Ya, Alkitab adalah Firman yang terilham dari Allah, sarana komunikasi-Nya kepada keluarga manusia. Dan sebagaimana ditulis Paulus, Alkitab memungkinkan para pencari kebenaran yang jujur menjadi ”cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh” untuk menjawab semua pertanyaan penting tentang kehidupan, termasuk pertanyaan tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan.

      Paulus juga menyatakan, ”Kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi​—dan memang sungguh-sungguh demikian​—sebagai firman Allah.” (1 Tesalonika 2:13) Karena Alkitab berisi pikiran-pikiran Allah, bukan pikiran manusia yang tidak sempurna, hendaknya kita tidak terkejut bila mendapati bahwa Alkitab sering kali berbeda dengan pikiran manusia meskipun pikiran manusia ini telah populer selama bertahun-tahun. Namun Anda mungkin bertanya, ’Bukankah Alkitab, dalam berbagai ayat, setidaknya menyiratkan adanya reinkarnasi?’

      Ayat-Ayat yang Disalah Mengerti

      Orang-orang yang percaya kepada reinkarnasi mengatakan bahwa Alkitab menyinggung hal ini di Matius 17:11-13, di sana Yesus menghubungkan Yohanes Pembaptis dengan nabi zaman dahulu, Elia. Ayat ini berbunyi, ”’Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang . . .’ Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.”

      Dengan mengatakan hal ini, apakah Yesus memaksudkan bahwa Yohanes Pembaptis merupakan reinkarnasi dari nabi Elia? Yohanes sendiri tahu bahwa halnya tidak demikian. Pada satu kesempatan ia ditanya, ”Siapakah engkau? Elia?” Yohanes menjawab dengan jelas, ”Bukan!” (Yohanes 1:21) Akan tetapi, telah dinubuatkan bahwa Yohanes akan mendahului Mesias ”dalam roh dan kuasa Elia”. (Lukas 1:17; Maleakhi 4:5, 6) Dengan kata lain, Yohanes Pembaptis adalah ”Elia” dalam arti bahwa ia melakukan pekerjaan yang sebanding dengan pekerjaan Elia.

      Di Yohanes 9:1, 2, kita membaca, ”Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: ’Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?’” Beberapa orang yang percaya akan reinkarnasi mengatakan bahwa karena orang ini lahir buta, dosanya pasti terjadi dalam kehidupan yang terdahulu.

      Namun tidak soal apa pun yang menyebabkan murid-murid mengajukan pertanyaan itu, jawaban Yesus pastilah menjadi faktor yang menentukan. Yesus menyatakan, ”Bukan dia dan bukan juga orang tuanya.” (Yohanes 9:3) Ini bertentangan dengan doktrin reinkarnasi, yang mengimplikasikan bahwa cacat tubuh bergantung pada dosa dari suatu kehidupan yang terdahulu. Pokok bahwa tak seorang pun dapat berbuat dosa sebelum dilahirkan juga dinyatakan oleh Paulus sewaktu ia menulis tentang Esau dan Yakub bahwa ’anak-anak yang belum dilahirkan, belum melakukan yang baik atau yang jahat’.​—Roma 9:11.

      Kebangkitan, Bukan Reinkarnasi

      Sekalipun Alkitab tidak mendukung doktrin reinkarnasi, tak seorang pun perlu merasa kecewa. Berita Alkitab menawarkan sesuatu yang jauh lebih memuaskan dibandingkan gagasan untuk dilahirkan kembali dalam suatu dunia yang penuh dengan penyakit, kesedihan, kepedihan, dan kematian. Dan bukan hanya apa yang ditawarkan Alkitab yang menghibur melainkan kebenaran, Firman Allah sendiri.

      Paulus menyatakan doktrin yang menguatkan hati ini sebagai berikut, ”Aku menaruh pengharapan kepada Allah . . . bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar.” Kata ”kebangkitan” atau bentuk tertentu dari kata ini, muncul lebih dari 50 kali dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, dan Paulus mengatakan hal itu sebagai doktrin dasar iman Kristen.​—Kisah 24:15; Ibrani 6:1, 2.

      Jelaslah, kebangkitan orang mati berarti bahwa kematian itu ada. Tak satu ayat pun dalam Alkitab dapat Anda jadikan petunjuk bahwa manusia memiliki suatu jiwa yang tidak berkematian. Jika manusia memiliki jiwa yang tidak berkematian yang terpisah dari tubuh pada waktu mati dan pergi kepada nasib yang kekal di surga atau neraka atau bereinkarnasi, maka tidak perlu diadakan kebangkitan. Di lain pihak, sekitar seratus ayat Alkitab memperlihatkan bahwa jiwa manusia, bukannya tidak berkematian, melainkan berkematian dan dapat binasa. Alkitab secara konsisten mengatakan mengenai kematian sebagai lawan dari kehidupan, yaitu ketiadaan yang lawannya adalah keberadaan.

      Kematian, atau ketiadaan, merupakan hukuman bagi dosa Adam dan Hawa terhadap Allah. Itu merupakan hukuman, bukan jalan masuk menuju suatu kehidupan yang tidak berkematian di tempat lain. Allah dengan jelas memberitahukan bahwa mereka akan kembali ke tempat asal mereka​—debu di tanah, ”Dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kejadian 3:19) Mereka tidak memiliki jiwa yang tidak berkematian sebelum mereka diciptakan Allah dan ditempatkan di bumi, di taman Eden, dan mereka tidak mempunyai apa-apa setelah mereka mati.

      Kebangkitan dari kematian adalah seperti terjaga dari tidur, atau istirahat. Misalnya, Yesus mengatakan tentang Lazarus yang akan dibangkitkannya, ”Lazarus . . . telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” (Yohanes 11:11) Sehubungan nabi Daniel, kita membaca, ”Engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.”​—Daniel 12:13.

      Kehidupan Kekal di Bumi

      Apa yang akan dinikmati orang-orang yang dibangkitkan dari kematian? Alkitab mengatakan tentang dua jenis kebangkitan​—di surga, dan di bumi. Kebangkitan di bumi akan dinikmati mayoritas terbesar manusia yang pernah hidup dan meninggal. Sangat sedikit yang mendapat kebangkitan di surga, untuk memerintah bersama Kristus dalam Kerajaan surgawi Allah. (Wahyu 14:1-3; 20:4) Kapankah kebangkitan di bumi mulai? Kebangkitan itu mulai setelah sistem yang jahat sekarang dibinasakan Allah dan suatu ”bumi yang baru”, masyarakat manusia adil-benar yang baru, telah menjadi kenyataan.​—2 Petrus 3:13; Amsal 2:​21, 22; Daniel 2:44 .

      Di ”bumi yang baru”, tidak akan ada lagi penyakit atau penderitaan. Bahkan kematian tidak akan ada lagi, melainkan akan digantikan dengan prospek kehidupan kekal. ”[Allah] akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Wahyu 21:4) Juga, pemazmur menubuatkan, ”Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.” (Mazmur 37:29) Demikian pula, Yesus menyatakan, ”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”​—Matius 5:5.

      Bandingkan janji-janji yang agung dari Allah ini dengan doktrin reinkarnasi. Menurut gagasan itu, diasumsikan bahwa Anda akan hidup kembali berulang kali dalam sistem perkara yang ini-ini juga, yang usang dan bejat. Itu berarti Anda akan terus dikelilingi oleh kejahatan, penderitaan, penyakit, dan kematian dalam suatu siklus yang hampir tak berujung. Betapa sia-sianya masa depan seperti itu!

      Dengan demikian, Alkitab menjawab pertanyaan, Pernahkah Anda hidup sebelumnya? dan, Apakah Anda akan hidup lagi? dengan cara seperti ini: Tidak, Anda tidak pernah menjalani bentuk kehidupan apa pun sebelum kehidupan Anda sekarang. Namun halnya mungkin bagi Anda untuk menjadikan kehidupan Anda kekal, ya, kehidupan kekal. Dewasa ini, pada ”hari-hari terakhir” dari sistem perkara-perkara ini, Anda dapat memiliki harapan untuk selamat melampaui akhir dunia ini dan mendapatkan jalan masuk ke dalam dunia baru Allah tanpa mengalami kematian. (2 Timotius 3:1-5; Wahyu 7:9-15) Atau jika Anda meninggal sebelum dunia baru Allah datang, Anda dapat memiliki harapan dibangkitkan kepada kehidupan kekal dalam firdaus di bumi.​—Lukas 23:43.

      Jika Anda menjalankan iman dalam Yesus, tidak soal apa yang akan terjadi, kata-kata Yesus kepada Marta sewaktu saudara laki-lakinya yang bernama Lazarus meninggal akan berlaku juga bagi Anda, ”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya.”​—Yohanes 11:25, 26.

      [Blurb di hlm. 25]

      Adam tidak memiliki jiwa yang tidak berkematian melainkan kembali menjadi debu sewaktu ia mati

      [Gambar di hlm. 26]

      Firman Allah mengajarkan kebangkitan, bukan reinkarnasi

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan