PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ”Lihat! Inilah Allah Kita!”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Musa menutupi wajahnya di depan semak berduri yang terbakar.

      PASAL 1

      ”Lihat! Inilah Allah Kita!”

      1, 2. (a) Pertanyaan apa saja yang ingin Saudara ajukan kepada Allah? (b) Apa yang Musa tanyakan kepada Allah?

      DAPATKAH Saudara membayangkan bagaimana rasanya bercakap-cakap dengan Allah? Memikirkannya saja sudah menggugah perasaan takjub—Pribadi Yang Mahatinggi di alam semesta berbicara kepada Saudara! Pada awalnya, Saudara ragu, tetapi akhirnya Saudara dapat menjawab. Dia mendengarkan, Dia menanggapi, dan bahkan Dia membuat Saudara merasa leluasa untuk mengajukan pertanyaan apa saja. Nah, apa yang ingin Saudara tanyakan?

      2 Lama berselang, ada seorang pria yang berada dalam situasi yang persis seperti itu. Namanya adalah Musa. Namun, pertanyaan yang dia pilih untuk diajukan kepada Allah bisa jadi mengejutkan Saudara. Dia tidak bertanya tentang dirinya sendiri, masa depannya, atau bahkan keadaan menyedihkan yang dialami umat manusia. Sebaliknya, dia menanyakan nama Allah. Pertanyaan itu mungkin aneh bagi Saudara karena Musa sudah mengetahui nama pribadi Allah. Kalau begitu, pertanyaannya pasti mempunyai makna yang lebih dalam. Sebenarnya, itulah pertanyaan terpenting yang pernah Musa ajukan. Jawabannya memengaruhi kita semua. Jawaban tersebut dapat membantu Saudara mengambil sebuah langkah penting untuk mendekat kepada Allah. Mengapa demikian? Marilah kita tinjau percakapan yang luar biasa tersebut.

      3, 4. Peristiwa apa yang mendahului percakapan Musa dengan Allah, dan apa inti percakapan itu?

      3 Kala itu, Musa berumur 80 tahun. Selama empat dekade, dia telah terpisah jauh dari bangsanya, orang-orang Israel, yang diperbudak di Mesir. Suatu hari, sementara menjaga kambing-domba bapak mertuanya, dia melihat suatu fenomena yang aneh. Sebuah semak berduri terbakar, tetapi semak itu tidak termakan api. Apinya terus menyala, bersinar laksana mercusuar di sisi gunung. Musa mendekat untuk memeriksanya. Betapa terkejutnya dia sewaktu suatu suara berbicara kepadanya dari tengah-tengah api! Kemudian, dengan perantaraan seorang malaikat, Allah dan Musa bercakap-cakap dengan panjang lebar. Dan, sebagaimana yang mungkin Saudara ketahui, di sana Allah menugasi Musa, yang sedang dilanda keraguan, untuk meninggalkan kehidupannya yang damai dan kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan.​—Keluaran 3:1-12.

      4 Pada waktu itu, Musa dapat saja mengajukan pertanyaan apa pun kepada Allah. Namun, perhatikan pertanyaan yang dia pilih, ”Misalnya aku menemui orang Israel dan aku bilang, ’Allah leluhur kalian mengutus aku kepada kalian.’ Kalau mereka tanya, ’Siapa nama-Nya?’ Aku harus jawab apa?”​—Keluaran 3:13.

      5, 6. (a) Pertanyaan Musa mengajar kita tentang kebenaran yang sederhana dan penting apa? (b) Tindakan tercela apa yang telah dilakukan terhadap nama pribadi Allah? (c) Mengapa tindakan Allah berupa penyingkapan nama-Nya kepada umat manusia sangatlah penting?

      5 Pertama-tama, pertanyaan tersebut mengajar kita bahwa Allah mempunyai nama. Kita hendaknya tidak meremehkan kebenaran yang sederhana ini. Namun, banyak orang berbuat demikian. Nama pribadi Allah telah disingkirkan dari banyak sekali terjemahan Alkitab lalu diganti dengan gelar-gelar, seperti ”Tuhan” dan ”Allah”. Inilah salah satu tindakan yang paling menyedihkan dan tercela yang telah dilakukan atas nama agama. Sebenarnya, apa yang pertama-tama Saudara lakukan sewaktu Saudara berkenalan dengan seseorang? Bukankah Saudara akan menanyakan namanya? Demikian pula dengan mengenal Allah. Dia bukanlah suatu makhluk tak bernama, yang jauh dari kita, jauh dari pengetahuan atau pengertian kita. Meski tak dapat dilihat, Dia adalah suatu Pribadi yang benar-benar ada, dan Dia mempunyai nama—Yehuwa.

      6 Selain itu, sewaktu Allah menyingkapkan nama pribadi-Nya, sesuatu yang hebat dan menggetarkan hati akan segera terjadi. Dia mengundang kita untuk mengenal-Nya. Dia menginginkan agar kita menentukan pilihan terbaik yang dapat kita buat dalam hidup ini—mendekat kepada-Nya. Namun, Yehuwa tidak semata-mata memberitahukan nama-Nya kepada kita. Dia juga mengajar kita tentang Pribadi di balik nama itu.

      Makna Nama Allah

      7. (a) Nama Allah biasanya diartikan apa? (b) Apa yang sebenarnya ingin Musa ketahui sewaktu dia bertanya kepada Allah tentang nama-Nya?

      7 Yehuwa memilih nama-Nya sendiri, suatu nama yang kaya makna. ”Yehuwa” biasanya diartikan ”Dia Menyebabkan Menjadi”. Tidak ada pribadi lain yang seperti Dia di alam semesta ini, karena Dia menciptakan segala sesuatu. Dia juga menyebabkan semua kehendak-Nya terlaksana, dan Dia bahkan bisa membuat hamba-hamba-Nya yang tidak sempurna menjadi apa pun yang Dia butuhkan. Gagasan ini sangat menakjubkan. Tetapi, apakah makna nama Allah mengandung nuansa lain? Musa tampaknya ingin tahu lebih banyak soal itu. Seperti Saudara ketahui, Musa sudah tahu bahwa Yehuwa adalah Pencipta, dan dia tahu nama Allah. Nama itu bukan hal baru. Orang telah menggunakannya selama berabad-abad. Tak diragukan lagi, dengan menanyakan nama Allah, Musa bertanya tentang Pribadi yang diwakili oleh nama itu. Musa seolah-olah bertanya, ’Apa yang dapat saya katakan mengenai diri-Mu kepada umat-Mu Israel yang akan membangun iman mereka kepada-Mu dan yang akan meyakinkan mereka bahwa Engkau benar-benar akan membebaskan mereka?’

      8, 9. (a) Bagaimana Yehuwa menjawab pertanyaan Musa, dan bagaimana jawaban-Nya sering disalahterjemahkan? (b) Apa arti pernyataan ”Aku Akan Menjadi Apa Pun yang Aku Inginkan”?

      8 Sebagai jawaban, Yehuwa memberi tahu tentang suatu aspek yang mengagumkan dari kepribadian-Nya, sesuatu yang berkaitan dengan makna dari nama-Nya. Dia berkata kepada Musa, ”Aku Akan Menjadi Apa Pun yang Aku Inginkan.” (Keluaran 3:14) Banyak terjemahan Alkitab untuk ayat ini berbunyi, ”Aku adalah Aku.” Tetapi, berbagai terjemahan yang bagus menunjukkan bahwa Allah bukan saja sedang meneguhkan keberadaan-Nya. Rupanya, Dia juga sedang mengajar Musa—dan juga kita semua—bahwa Dia akan menjadi apa pun yang dibutuhkan untuk mewujudkan janji-janji-Nya. Terjemahan J.B. Rotherham dengan jelas mengalihbahasakan ayat ini menjadi, ”Aku Akan Menjadi apa pun yang Aku sukai.” Seorang pakar bahasa Ibrani Alkitab menjelaskan frasa tersebut demikian, ”Apa pun situasi atau kebutuhannya . . . , Allah akan ’menjadi’ solusi bagi kebutuhan tersebut.”

      9 Apa makna hal itu bagi bangsa Israel? Tidak soal apa rintangan yang mengadang mereka, tidak soal betapa sulitnya dilema yang mungkin mereka hadapi, Yehuwa akan menjadi apa pun yang dibutuhkan untuk membebaskan mereka dari perbudakan dan mengantarkan mereka ke Negeri Perjanjian. Tentulah, nama tersebut menggugah kepercayaan mereka kepada Allah. Nama itu juga dapat memberikan pengaruh yang sama bagi kita sekarang. (Mazmur 9:10) Mengapa?

      10, 11. Bagaimana nama Yehuwa membuat kita memandang Dia sebagai Bapak terbaik dan paling fleksibel yang dapat dibayangkan? Ilustrasikan.

      10 Sebagai ilustrasi: Para orang tua tahu bahwa mereka harus sangat fleksibel dan lentuk dalam merawat anak-anak mereka. Dalam satu hari saja, bisa jadi orang tua harus berperan sebagai perawat, koki, guru, pemberi disiplin, hakim, dan masih banyak lagi. Banyak orang tua merasa kewalahan dengan berbagai macam peran yang diharapkan dari mereka. Mereka memperhatikan bahwa mereka diberi kepercayaan mutlak oleh anak-anak mereka, yang selalu yakin bahwa Papa atau Mama dapat meringankan rasa sakit mereka, menyelesaikan pertikaian, memperbaiki semua mainan yang rusak, dan menjawab pertanyaan apa saja yang tebersit dalam pikiran mereka yang selalu penuh dengan keingintahuan. Beberapa orang tua merasa tidak layak menerima kepercayaan semacam itu dari anak-anak mereka dan terkadang merasa frustrasi karena keterbatasan mereka. Mereka sedih karena merasa kurang cakap dalam menjalankan banyak di antara peran-peran itu.

      11 Yehuwa juga adalah Bapak yang pengasih. Namun, tanpa melangkahi standar-standar-Nya sendiri yang sempurna, tak satu peran pun yang tak dapat Dia jalankan dalam memelihara anak-anak-Nya di bumi dengan sebaik mungkin. Jadi, nama-Nya, Yehuwa, mengundang kita untuk memandang diri-Nya sebagai Bapak terbaik yang dapat dibayangkan. (Yakobus 1:17) Musa dan orang-orang Israel yang setia lainnya tidak butuh waktu lama untuk tahu bahwa Yehuwa bertindak selaras dengan nama-Nya. Mereka menyaksikan dengan takjub bagaimana Dia menjadikan diri-Nya Komandan Militer yang tak terkalahkan, Penguasa semua unsur alam, Pemberi hukum yang tak tertandingi, Hakim, Arsitek, Penyedia makanan dan air, Pemelihara pakaian dan kasut—dan banyak lagi.

      12. Bagaimana sikap Firaun terhadap Yehuwa berbeda dengan sikap Musa?

      12 Jadi, Allah telah memperkenalkan nama pribadi-Nya, Dia telah mengungkapkan hal-hal menakjubkan tentang Pribadi di balik nama itu, dan Dia bahkan telah menunjukkan dengan jelas bahwa apa yang Dia katakan tentang diri-Nya memang benar. Tak diragukan lagi, Allah ingin agar kita mengenal Dia. Bagaimana tanggapan kita? Musa ingin mengenal Allah. Hasrat yang sungguh-sungguh tersebut membentuk haluan kehidupan Musa dan membuatnya menjadi sangat dekat dengan Bapak surgawinya. (Bilangan 12:6-8; Ibrani 11:27) Sayang sekali, hanya segelintir orang pada zaman Musa yang memiliki hasrat yang sama. Sewaktu Musa menyebutkan nama Yehuwa di hadapan Firaun, raja Mesir yang angkuh itu membalas, ”Memangnya Yehuwa itu siapa?” (Keluaran 5:2) Firaun tidak mau mencari tahu lebih banyak tentang Yehuwa. Sebaliknya, dengan sinis dia menganggap Allah Israel sebagai pribadi yang tidak penting dan tidak relevan. Pandangan demikian sangat umum sekarang. Pandangan itu membutakan orang-orang dari satu hal yang terpenting di antara semua kebenaran yang ada—Yehuwa adalah Tuan Yang Mahatinggi.

      Tuan Yang Mahatinggi Yehuwa

      13, 14. (a) Mengapa Yehuwa diberi banyak gelar dalam Alkitab, dan apa beberapa di antaranya? (Lihat kotak halaman 14.) (b) Mengapa hanya Yehuwa yang memenuhi syarat untuk disebut ”Tuan Yang Mahatinggi Yehuwa”?

      13 Yehuwa sangat fleksibel dan lentuk sehingga Dia layak menyandang begitu banyak gelar dalam Alkitab. Gelar-gelar ini tidak menyaingi nama pribadi-Nya; tetapi sebaliknya, gelar-gelar ini mengajar kita lebih banyak lagi mengenai apa yang digambarkan oleh nama tersebut. Sebagai contoh, Dia disebut ”Tuan Yang Mahatinggi Yehuwa”. (2 Samuel 7:22) Gelar yang mulia tersebut, yang muncul ratusan kali dalam Alkitab, memberi tahu kita mengenai kedudukan Yehuwa. Hanya Dia yang berhak menjadi Penguasa atas seluruh alam semesta. Mari kita pertimbangkan alasannya.

      14 Sebagai Pencipta, Yehuwa tidak ada duanya. Wahyu 4:11 mengatakan, ”Yehuwa, Allah kami yang penuh kuasa, Engkau layak dimuliakan dan dihormati, karena Engkau menciptakan segalanya, dan semua itu ada dan diciptakan atas kehendak-Mu.” Kata-kata yang agung ini tidak dapat ditujukan kepada pribadi lain mana pun. Segala sesuatu di alam semesta ini ada karena Yehuwa! Tak diragukan lagi, Yehuwa layak menerima kehormatan, kuasa, dan kemuliaan yang sudah selayaknya Dia peroleh sebagai Tuan Yang Mahatinggi dan Pencipta segala sesuatu.

      15. Mengapa Yehuwa disebut ”Raja Kekekalan”?

      15 Gelar lain yang hanya diperuntukkan bagi Yehuwa adalah ”Raja Kekekalan”. (1 Timotius 1:17, catatan kaki; Wahyu 15:3) Apa artinya ini? Sulit bagi pikiran kita yang terbatas kesanggupannya untuk memahami hal ini, tetapi Yehuwa kekal dari masa lampau hingga ke masa depan. Mazmur 90:2 mengatakan, ”Engkaulah Allah yang abadi.” Jadi, Yehuwa tidak memiliki permulaan; Dia selalu ada. Dia cocok disebut ”Yang Lanjut Usia”—Dia sudah ada dalam kekekalan sebelum siapa pun atau apa pun di alam semesta ini ada! (Daniel 7:9, 13, 22) Siapa yang dengan sah dapat mempertanyakan hak-Nya untuk menjadi Tuan Yang Mahatinggi?

      16, 17. (a) Mengapa kita tidak dapat melihat Yehuwa, dan mengapa hal itu hendaknya tidak mengejutkan kita? (b) Dalam pengertian apa Yehuwa jauh lebih nyata daripada segala sesuatu yang dapat kita lihat atau sentuh?

      16 Namun seperti Firaun, beberapa orang mempertanyakan hak tersebut. Salah satu penyebabnya ialah manusia yang tak sempurna menaruh keyakinan yang berlebihan pada apa yang dapat dilihat oleh mata. Kita tidak dapat melihat Tuan Yang Mahatinggi. Dia pribadi roh, tak terlihat oleh mata manusia. (Yohanes 4:24) Di samping itu, jika seorang manusia darah-daging berhadapan langsung dengan Allah Yehuwa, hal itu akan terbukti fatal. Yehuwa sendiri memberi tahu Musa, ”Kamu tidak bisa melihat muka-Ku, karena tidak ada orang yang bisa hidup setelah melihat Aku.”​—Keluaran 33:20; Yohanes 1:18.

      17 Hal itu hendaknya tidak mengejutkan kita. Musa berkesempatan untuk melihat sebagian kecil saja dari kemuliaan Yehuwa, tampaknya melalui seorang wakil malaikat. Dengan pengaruh apa? ”Muka Musa bercahaya” selama beberapa waktu setelah itu. Bangsa Israel menjadi takut bahkan untuk menatap wajah Musa. (Keluaran 33:21-23; 34:5-7, 29, 30) Kalau begitu, pastilah tidak ada manusia yang sanggup memandang Tuan Yang Mahatinggi dalam segala kemuliaan-Nya! Apakah hal itu berarti bahwa Dia tidak senyata apa pun yang dapat kita lihat dan sentuh? Tidak, kita dengan mudah menerima kenyataan dari banyak hal yang tidak dapat kita lihat—seperti angin, gelombang radio, dan pikiran. Lagi pula, Yehuwa bersifat permanen, tak terpengaruh oleh perjalanan waktu, bahkan selama miliaran tahun yang tak terhitung lamanya! Dalam pengertian itu, Dia jauh lebih nyata daripada segala sesuatu yang dapat kita sentuh atau lihat, karena ciptaan fisik dapat dimakan waktu. (Matius 6:19) Akan tetapi, haruskah kita membayangkan Dia hanya semata-mata sebagai suatu kekuatan abstrak dan tak berwujud atau suatu Penyebab Awal yang samar-samar? Mari kita lihat.

      Allah yang Berkepribadian

      18. Yehezkiel diberi penglihatan apa, dan apa yang dilambangkan oleh keempat wajah ”makhluk hidup” yang berada di dekat Yehuwa?

      18 Meskipun kita tidak dapat melihat Allah, ada sejumlah catatan yang menggetarkan hati di dalam Alkitab yang dapat memberi kita sekilas gambaran tentang surga itu sendiri. Misalnya, pasal pertama buku Yehezkiel. Yehezkiel diberi suatu penglihatan tentang bagian dari organisasi Yehuwa yang ada di surga, yang digambarkan sebagai sebuah kereta surgawi yang sangat besar. Yang khususnya mengesankan adalah uraian tentang makhluk-makhluk roh yang perkasa di sekeliling Yehuwa. (Yehezkiel 1:4-10) ’Makhluk-makhluk hidup’ ini erat kaitannya dengan Yehuwa, dan rupa mereka memberitahukan sesuatu yang penting tentang Allah yang mereka layani. Masing-masing memiliki empat wajah—wajah sapi jantan, singa, elang, dan manusia. Jelaslah, wajah-wajah itu menggambarkan keempat sifat yang menjadi dasar dari kepribadian Yehuwa yang menakjubkan.​—Wahyu 4:6-8, 10.

      19. Sifat apa yang digambarkan oleh (a) wajah sapi jantan? (b) wajah singa? (c) wajah elang? (d) wajah manusia?

      19 Di dalam Alkitab, sapi jantan sering kali melambangkan kuasa, dan hal itu cocok karena hewan ini luar biasa kekuatannya. Di pihak lain, singa sering kali menggambarkan keadilan, karena keadilan sejati menuntut keberanian, sifat singa yang menonjol. Elang terkenal karena penglihatannya yang tajam, objek yang sangat kecil pun dapat dilihatnya dari jarak berkilo-kilo. Jadi, wajah elang dengan tepat menggambarkan hikmat Allah yang berpandangan jauh. Dan wajah manusia? Nah, manusia, yang dibuat menurut gambar Allah, unik dalam kesanggupannya untuk mencerminkan sifat Allah yang dominan—kasih. (Kejadian 1:26) Segi-segi kepribadian Yehuwa ini—kuasa, keadilan, hikmat, dan kasih—sangat sering ditonjolkan di dalam Alkitab sehingga dapat disebut sebagai sifat-sifat Allah yang utama.

      20. Apakah ada alasan untuk khawatir kalau-kalau kepribadian Yehuwa mungkin telah berubah, dan mengapa Saudara menjawab demikian?

      20 Haruskah kita khawatir kalau-kalau Allah berubah setelah ribuan tahun berlalu sejak Dia digambarkan dalam Alkitab? Tidak, kepribadian Allah tidak berubah. Dia memberi tahu kita, ”Akulah Yehuwa; Aku tidak pernah berubah.” (Maleakhi 3:6) Bukannya labil, Yehuwa terbukti sebagai Bapak yang ideal melalui cara Dia menanggapi setiap situasi. Dia mempertunjukkan aspek-aspek kepribadian-Nya yang paling cocok untuk situasi tertentu. Di antara semua sifat tersebut, yang paling menonjol adalah kasih. Sifat ini dimanifestasikan dalam segala hal yang Allah lakukan. Dia menggunakan kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya dengan cara yang pengasih. Malah, Alkitab mengungkapkan sesuatu yang luar biasa sehubungan dengan Allah dan sifat ini. Alkitab mengatakan, ”Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8) Perhatikan bahwa ayat itu tidak mengatakan bahwa Allah memiliki kasih atau bahwa Allah adalah pengasih. Sebaliknya, ayat tersebut mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Kasih, sifat Allah yang paling fundamental, memotivasi Dia dalam segala tindakan-Nya.

      ”Lihat! Inilah Allah Kita!”

      21. Bagaimana perasaan kita setelah mengetahui sifat-sifat Yehuwa dengan lebih baik?

      21 Pernahkah Saudara melihat seorang anak kecil dengan polos dan senang membanggakan ayahnya kepada teman-temannya sambil berkata, ”Itu papaku”? Para penyembah Allah memiliki alasan yang kuat untuk mempunyai perasaan yang sama mengenai Yehuwa. Alkitab menubuatkan suatu saat manakala orang-orang yang setia akan berseru, ”Lihat! Inilah Allah kita!” (Yesaya 25:8, 9) Semakin dalam pemahaman Saudara tentang sifat-sifat Yehuwa, semakin yakinlah Saudara bahwa Saudara memiliki Bapak terbaik yang dapat dibayangkan.

      22, 23. Bagaimana Alkitab menggambarkan Bapak surgawi kita, dan bagaimana kita tahu bahwa Dia menginginkan agar kita dekat dengan Dia?

      22 Bapak ini tidak dingin, acuh tak acuh, atau tertutup—meskipun beberapa penganut agama dan filsuf yang kaku mengajarkan hal itu. Kita sama sekali tidak akan merasa dekat dengan Allah yang dingin, dan Alkitab tidak menggambarkan Bapak surgawi kita dengan cara seperti itu. Sebaliknya, Alkitab menyebut Dia sebagai ”Allah yang bahagia”. (1 Timotius 1:11) Perasaan-Nya bisa keras dan juga bisa lembut. ”Hati-Nya sakit” sewaktu makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang cerdas melanggar pedoman yang Dia sediakan demi kesejahteraan mereka. (Kejadian 6:6; Mazmur 78:41) Namun, sewaktu kita bertindak bijaksana selaras dengan Firman-Nya, kita membuat ’hati-Nya senang’.​—Amsal 27:11.

      23 Bapak kita menginginkan agar kita dekat dengan Dia. Firman-Nya menganjurkan kita untuk ’mencari Dia dengan sungguh-sungguh dan menemukan Dia. Dia sebenarnya tidak jauh dari kita masing-masing’. (Kisah 17:27) Akan tetapi, bagaimana mungkin seorang manusia dapat mendekat kepada Tuan Yang Mahatinggi di alam semesta?

  • Apakah Saudara Benar-Benar Dapat ’Mendekat kepada Allah’?
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang wanita sedang merenungkan apa yang dia baca dari Alkitab.

      PASAL 2

      Apakah Saudara Benar-Benar Dapat ’Mendekat kepada Allah’?

      1, 2. (a) Apa yang mungkin kedengarannya sukar dipercaya oleh banyak orang, tetapi Alkitab meyakinkan kita akan hal apa? (b) Abraham dikaruniai hubungan yang erat apa, dan mengapa?

      BAGAIMANA perasaan Saudara jika Sang Pencipta langit dan bumi berkata mengenai Saudara, ”Ini sahabat saya”? Bagi banyak orang, hal itu mungkin kedengarannya sukar dipercaya. Lagi pula, bagaimana mungkin manusia menjalin persahabatan dengan Allah Yehuwa? Namun, Alkitab meyakinkan kita bahwa kita benar-benar dapat dekat dengan Allah.

      2 Pada zaman dahulu, Abraham adalah seorang pria yang menikmati keakraban semacam itu. Yehuwa menyebut patriark tersebut sebagai ”sahabat-Ku”. (Yesaya 41:8) Ya, Yehuwa menganggap Abraham sebagai sahabat dekat-Nya. Abraham dikaruniai hubungan yang erat tersebut karena dia ”beriman kepada Yehuwa”. (Yakobus 2:23) Demikian pula sekarang, Yehuwa mencari kesempatan untuk bersahabat dengan orang-orang yang melayani Dia dan ”menunjukkan kasih-Nya” kepada mereka. (Ulangan 10:15) Firman-Nya mendesak, ”Mendekatlah kepada Allah, dan Dia akan mendekat kepada kalian.” (Yakobus 4:8) Kata-kata ini mengandung sebuah undangan sekaligus sebuah janji.

      3. Undangan apa yang Yehuwa ulurkan kepada kita, dan janji apa yang berhubungan dengan hal itu?

      3 Yehuwa mengundang kita untuk mendekati-Nya. Dia bersedia dan tidak segan-segan memperkenan kita sebagai sahabat-Nya. Pada waktu yang sama, Dia berjanji bahwa jika kita mengambil langkah-langkah untuk mendekat kepada-Nya, Dia pun akan mengambil tindakan yang sama. Dia akan mendekat kepada kita. Dengan demikian, kita dapat memulai sesuatu yang benar-benar berharga—”berteman akrab” dengan Yehuwa. (Mazmur 25:14) Kata ”berteman akrab” di sini memuat gagasan tentang adanya suatu pembicaraan konfidensial dengan seorang sahabat istimewa.

      4. Bagaimana Saudara melukiskan seorang sahabat akrab, dan bagaimana Yehuwa terbukti menjadi sahabat seperti itu bagi mereka yang mendekat kepada-Nya?

      4 Apakah Saudara memiliki seorang sahabat akrab kepada siapa Saudara dapat mencurahkan isi hati? Sahabat seperti itu adalah seseorang yang memedulikan Saudara. Saudara percaya kepadanya, karena dia telah terbukti setia. Sukacita Saudara bertambah sewaktu Saudara berbagi sukacita dengannya. Beban penderitaan Saudara diperingan sewaktu dia mendengarkan Saudara dengan penuh simpati. Bahkan, sewaktu tampaknya tidak ada seorang pun yang dapat mengerti Saudara, dia dapat. Demikian pula, sewaktu mendekat kepada Allah, Saudara mulai memiliki Sahabat istimewa yang benar-benar menghargai Saudara, yang sangat memedulikan Saudara, dan yang sepenuhnya mengerti Saudara. (Mazmur 103:14; 1 Petrus 5:7) Saudara memercayakan perasaan-perasaan Saudara yang terdalam kepada-Nya karena Saudara tahu bahwa Dia setia terhadap orang-orang yang setia kepada-Nya. (Mazmur 18:25) Akan tetapi, kesempatan istimewa untuk bersahabat dengan Allah dapat kita raih hanya karena Dia telah memungkinkannya.

      Yehuwa Telah Membuka Jalan

      5. Apa yang Yehuwa lakukan untuk memungkinkan kita dekat dengan-Nya?

      5 Tanpa bantuan, kita sebagai pedosa tidak akan pernah dapat dekat dengan Allah. (Mazmur 5:4) Rasul Paulus menulis, ”Tapi, Kristus mati untuk kita sementara kita masih berbuat dosa. Dengan cara itulah Allah menunjukkan bahwa Dia mengasihi kita.” (Roma 5:8) Ya, Yehuwa mengatur agar Yesus ”memberikan nyawanya sebagai tebusan bagi banyak orang”. (Matius 20:28) Iman kita akan korban tebusan tersebut memungkinkan kita dekat dengan Allah. Karena Allah-lah yang ”lebih dulu mengasihi kita”, Dia membubuh dasar bagi kita untuk memulai persahabatan dengan-Nya.​—1 Yohanes 4:19.

      6, 7. (a) Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa bukanlah Allah yang tersembunyi dan misterius? (b) Dengan cara apa saja Yehuwa menyingkapkan diri-Nya?

      6 Yehuwa juga telah mengambil langkah lain: Dia menyingkapkan diri-Nya kepada kita. Dalam setiap persahabatan, keakraban didasarkan atas pengenalan yang saksama akan seseorang serta penghargaan akan sifat-sifat dan keinginannya. Jadi, jika Yehuwa adalah Allah yang tersembunyi dan misterius, kita tidak akan pernah dapat dekat dengan Dia. Namun, Allah sama sekali tidak berniat menyembunyikan diri-Nya, Dia justru ingin agar kita mengenal Dia. (Yesaya 45:19) Lagi pula, apa yang Dia singkapkan mengenai diri-Nya tersedia bagi semua, bahkan bagi orang-orang yang mungkin dianggap rendah menurut standar dunia.​—Matius 11:25.

      Gambar: Beberapa cara Yehuwa menyingkapkan diri-Nya. 1. Sebuah bunga dan kupu-kupu. 2. Matahari terbenam di pantai. 3. Sebuah Alkitab yang terbuka.

      Yehuwa telah menyingkapkan diri-Nya melalui karya ciptaan-Nya dan Firman tertulis-Nya

      7 Bagaimana Yehuwa menyingkapkan diri-Nya kepada kita? Karya ciptaan-Nya menyatakan aspek-aspek tertentu dari kepribadian-Nya—kuasa-Nya yang besar, hikmat-Nya yang dalam, kasih-Nya yang limpah. (Roma 1:20) Namun, Yehuwa tidak hanya menyingkapkan diri-Nya sebatas pada hal-hal yang Dia ciptakan. Sebagai Pribadi yang senantiasa menjadi Komunikator Agung, Dia menyediakan suatu penyingkapan tertulis tentang diri-Nya di dalam Firman-Nya, Alkitab.

      Yehuwa Memberitahukan tentang Diri-Nya Melalui Alkitab

      8. Mengapa dapat dikatakan bahwa Alkitab sendiri merupakan bukti kasih Yehuwa kepada kita?

      8 Alkitab sendiri merupakan bukti kasih Yehuwa kepada kita. Dalam Firman-Nya, Dia menyingkapkan diri-Nya dengan ungkapan yang dapat kita pahami—bukti bahwa Dia tidak hanya mengasihi kita tetapi juga ingin agar kita mengenal dan mengasihi-Nya. Apa yang kita baca dalam buku yang berharga ini memungkinkan kita untuk mendekat kepada-Nya. (Mazmur 1:1-3) Mari kita bahas bagaimana Yehuwa dengan cara yang menghangatkan hati menyingkapkan diri-Nya dalam Firman-Nya.

      9. Apa beberapa contoh pernyataan langsung di dalam Alkitab yang menyebutkan sifat-sifat Allah?

      9 Alkitab berisi banyak pernyataan langsung yang menyebutkan sifat-sifat Allah. Perhatikan beberapa contoh. ”Yehuwa mencintai keadilan.” (Mazmur 37:28) ”Kuasa-Nya luar biasa.” (Ayub 37:23) ”’Aku setia,’ kata Yehuwa.” (Yeremia 3:12) ”Hati-Nya bijaksana.” (Ayub 9:4) Dia adalah ”Allah yang berbelaskasihan dan iba hati, tidak cepat marah dan berlimpah dengan kasih setia dan kebenaran”. (Keluaran 34:6) ”Engkau baik dan siap mengampuni, oh Yehuwa.” (Mazmur 86:5) Dan, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal sebelumnya, ada satu sifat yang paling menonjol: ”Allah adalah kasih”. (1 Yohanes 4:8) Seraya Saudara merenungkan sifat-sifat yang menyenangkan ini, tidakkah Saudara tertarik kepada Allah yang tiada bandingannya ini?

      10, 11. (a) Untuk membantu kita melihat kepribadian-Nya dengan lebih jelas, apa yang Yehuwa sertakan dalam Firman-Nya? (b) Contoh Alkitab mana yang membantu kita membayangkan kuasa Allah beraksi?

      10 Selain memberitahukan sifat-sifat-Nya kepada kita, Yehuwa dengan pengasih menyertakan di dalam Firman-Nya contoh-contoh konkret tentang cara Dia mempertunjukkan sifat-sifat ini melalui tindakan-Nya. Catatan seperti itu memberikan gambaran mental yang hidup sehingga dapat membantu kita melihat berbagai segi kepribadian-Nya dengan lebih jelas, dan selanjutnya, hal itu akan membantu kita mendekat kepada-Nya. Pertimbangkan sebuah contoh.

      Alkitab membantu kita mendekat kepada Yehuwa

      11 Kita akan tergugah sewaktu membaca bahwa Allah punya ’tenaga [atau, kuasa] yang luar biasa’. (Yesaya 40:26) Namun, kita akan lebih tergugah lagi sewaktu membaca bagaimana Dia membebaskan bangsa Israel melewati Laut Merah dan kemudian memelihara bangsa itu selama 40 tahun di padang belantara. Saudara dapat membayangkan bagaimana air yang bergelora terbelah. Saudara dapat membayangkan bangsa itu—seluruhnya kira-kira 3.000.000 orang—berjalan di dasar laut yang kering, air yang membeku berdiri bagaikan tembok-tembok yang kukuh di kedua sisi mereka. (Keluaran 14:21; 15:8) Saudara dapat melihat bukti adanya perlindungan dan pemeliharaan Allah di padang belantara. Air mengalir keluar dari tebing batu. Makanan, yang menyerupai biji putih, terlihat di tanah. (Keluaran 16:31; Bilangan 20:11) Dengan cara-cara ini, Yehuwa menyingkapkan bahwa Dia tidak hanya memiliki kuasa tetapi Dia menggunakan kuasa itu demi kepentingan umat-Nya. Bukankah sangat menenteramkan hati apabila kita tahu bahwa doa-doa kita dipanjatkan kepada Allah yang penuh kuasa, yang menjadi ”tempat kita berlindung dan kekuatan kita, [yang] pertolongan-Nya selalu tersedia di saat kita susah”?​—Mazmur 46:1.

      12. Bagaimana Yehuwa membantu kita ”melihat” Dia dengan istilah-istilah yang dapat kita mengerti?

      12 Yehuwa, yang adalah Roh, bahkan telah melakukan lebih banyak hal lagi untuk membantu kita mengenal-Nya. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan secara visual sehingga tidak dapat melihat alam roh. Jika Allah menggambarkan diri-Nya dengan istilah-istilah roh, hal itu sama seperti Saudara sedang mencoba menjelaskan setiap detail rupa Saudara, seperti warna mata atau bintik-bintik pada wajah, kepada seseorang yang buta sejak lahir. Sebaliknya, Yehuwa dengan baik hati membantu kita ”melihat” Dia dengan istilah-istilah yang dapat kita mengerti. Adakalanya, Dia menggunakan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa simile untuk menyamakan diri-Nya dengan hal-hal yang sudah kita kenal. Bahkan, Dia menggambarkan diri-Nya memiliki beberapa ciri manusia.a

      13. Gambaran mental apa yang diciptakan Yesaya 40:11, dan bagaimana hal itu memengaruhi Saudara?

      13 Perhatikan uraian tentang Yehuwa yang terdapat di Yesaya 40:11: ”Seperti gembala Dia akan mengurus kawanan-Nya. Dengan lengan-Nya, Dia akan mengumpulkan anak domba, dan Dia akan membawa mereka di dada-Nya.” Di sini, Yehuwa diumpamakan dengan seorang gembala yang mengangkat domba-domba dengan ”lengan-Nya”. Perumpamaan ini melukiskan kesanggupan Allah untuk melindungi dan mendukung umat-Nya, bahkan yang lebih lemah. Kita dapat merasa aman berada dalam perlindungan lengan-Nya yang kuat, karena jika kita setia kepada-Nya, Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. (Roma 8:38, 39) Sang Gembala Agung membawa domba-domba-Nya ”di dada-Nya”—sebuah ungkapan yang menunjuk ke lipatan pakaian bagian atas, tempat seorang gembala sewaktu-waktu menggendong seekor domba yang baru lahir. Dengan demikian, kita diyakinkan bahwa Yehuwa sangat mengasihi kita dan merawat kita dengan lembut. Wajarlah jika kita ingin dekat dengan Dia.

      ”Putra Mau Memberi Tahu Dia tentang Bapak”

      14. Mengapa dapat dikatakan bahwa Yehuwa menyediakan penyingkapan yang paling dalam tentang diri-Nya melalui Yesus?

      14 Dalam Firman-Nya, Yehuwa menyediakan penyingkapan yang paling dalam tentang diri-Nya melalui Putra yang dikasihi-Nya, Yesus. Tidak ada seorang pun yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan Allah dengan lebih saksama atau yang dapat menjelaskan Dia secara lebih gamblang daripada Yesus. Selain itu, Putra sulung tersebut sudah hidup bersisi-sisian dengan Bapaknya sebelum makhluk-makhluk roh lain dan jagat raya diciptakan. (Kolose 1:15) Yesus-lah yang paling mengenal Yehuwa. Itu sebabnya dia dapat mengatakan, ”Tidak ada yang mengenal siapa Putra itu selain Bapak, dan tidak ada yang mengenal siapa Bapak itu selain Putra. Orang akan mengenal siapa Bapak itu hanya kalau Putra mau memberi tahu dia tentang Bapak.” (Lukas 10:22) Sewaktu berada di bumi sebagai manusia, Yesus menyingkapkan kepribadian Bapaknya dengan dua cara penting.

      15, 16. Dengan dua cara apa Yesus menyingkapkan kepribadian Bapaknya?

      15 Pertama, ajaran-ajaran Yesus membantu kita mengenal Bapaknya. Yesus menggambarkan Yehuwa dengan istilah-istilah yang menyentuh hati kita. Misalnya, untuk menerangkan bahwa Allah itu berbelaskasihan dan menerima kembali pedosa yang bertobat, Yesus menyamakan Yehuwa dengan seorang ayah pengampun yang sangat tersentuh melihat putranya yang boros pulang sehingga dia berlari dan memeluk putranya serta menciumnya dengan lembut. (Lukas 15:11-24) Yesus juga menggambarkan Yehuwa sebagai Allah yang ’menarik’ orang-orang berhati jujur karena mengasihi mereka secara perorangan. (Yohanes 6:44) Bahkan, Dia tahu seandainya seekor burung pipit mungil jatuh ke tanah. Yesus mengatakan, ”Jangan takut, kalian lebih berharga daripada banyak burung pipit.” (Matius 10:29, 31) Pastilah, kita akan merasa dekat dengan Allah yang penuh perhatian seperti itu.

      16 Kedua, teladan Yesus menunjukkan kepribadian Yehuwa kepada kita. Sedemikian sempurnanya Yesus mencerminkan Bapaknya sehingga dia dapat mengatakan, ”Siapa pun yang sudah melihat aku sudah melihat Bapak juga.” (Yohanes 14:9) Jadi, sewaktu kita membaca catatan Injil tentang Yesus—perasaan yang dia pertunjukkan dan cara dia berurusan dengan orang lain—kita seolah-olah sedang menyaksikan sebuah gambar hidup tentang Bapaknya. Yehuwa tidak dapat menyingkapkan sifat-sifat-Nya kepada kita dengan cara yang lebih jelas lagi. Mengapa?

      17. Ilustrasikanlah apa yang telah Yehuwa lakukan untuk membantu kita memahami diri-Nya.

      17 Sebagai ilustrasi: Bayangkanlah diri Saudara sedang mencoba menjelaskan apa kebaikan hati itu. Saudara mungkin mendefinisikannya dengan kata-kata. Namun, jika Saudara dapat menunjukkan seseorang yang memang sedang berbuat baik dan berkata, ”Itulah satu contoh kebaikan hati”, kata ”kebaikan hati” akan menjadi lebih bermakna dan lebih mudah dimengerti. Yehuwa melakukan hal yang serupa untuk membantu kita memahami seperti apa Dia itu. Selain menggambarkan diri-Nya dengan kata-kata, Dia juga menyediakan Putra-Nya sebagai sebuah contoh hidup bagi kita. Dalam diri Yesus, sifat-sifat Allah beraksi. Melalui catatan Injil yang menjabarkan tentang Yesus, Yehuwa seolah-olah sedang berkata, ”Seperti itulah diri saya.” Bagaimana catatan terilham tersebut menjabarkan Yesus sewaktu dia berada di bumi?

      18. Bagaimana Yesus mempertunjukkan kuasa, keadilan, dan hikmat?

      18 Keempat sifat utama Allah dimanifestasikan dengan sangat baik dalam diri Yesus. Dia memiliki kuasa atas penyakit, kelaparan, bahkan kematian. Namun, berbeda dengan pria-pria egois yang menyalahgunakan kekuasaan mereka, dia tidak pernah menggunakan kuasanya yang bersifat mukjizat demi kepentingannya sendiri atau untuk menyakiti orang lain. (Matius 4:2-4) Dia mencintai keadilan. Hatinya dipenuhi dengan kemarahan yang benar sewaktu melihat para pedagang yang licik mengeksploitasi orang-orang. (Matius 21:12, 13) Dia memperlakukan orang-orang yang miskin dan tertindas dengan tidak berat sebelah, membantu mereka untuk ”segar kembali”. (Matius 11:4, 5, 28-30) Ada hikmat yang tak tertandingi dalam pengajaran Yesus, yang ”lebih daripada Salomo”. (Matius 12:42) Akan tetapi, Yesus tidak pernah memamerkan hikmatnya. Kata-katanya menyentuh hati rakyat jelata, karena pengajarannya jelas, sederhana, dan praktis.

      19, 20. (a) Bagaimana Yesus menjadi teladan kasih yang menonjol? (b) Seraya kita membaca dan merenungkan teladan Yesus, apa yang hendaknya kita camkan?

      19 Yesus adalah teladan kasih yang menonjol. Sepanjang pelayanannya, dia mempertunjukkan kasih dengan segala seginya, termasuk empati dan keibaan hati. Dia tidak dapat melihat penderitaan orang lain tanpa merasa kasihan. Berulang kali, kepekaan terhadap kebutuhan orang lain menggerakkannya untuk bertindak. (Matius 14:14) Meskipun dia menyembuhkan orang sakit dan memberi makan orang lapar, Yesus mempertunjukkan keibaan hati dengan cara yang jauh lebih penting. Dia membantu orang-orang untuk mengenal, menerima, dan mengasihi kebenaran tentang Kerajaan Allah, yang akan membawa berkat-berkat abadi bagi umat manusia. (Markus 6:34; Lukas 4:43) Yang terutama, Yesus menunjukkan kasih yang rela berkorban dengan bersedia menyerahkan nyawanya demi kepentingan orang-orang lain.​—Yohanes 15:13.

      20 Karena itu, tidaklah mengherankan, bukan, jika orang-orang dari segala usia dan latar belakang tertarik kepada pria yang memiliki kehangatan yang lembut dan perasaan yang dalam ini? (Markus 10:13-16) Meskipun demikian, seraya kita membaca dan merenungkan contoh yang hidup dari Yesus, marilah kita selalu mencamkan bahwa dalam diri Putra ini kita melihat cerminan Bapaknya secara jelas.​—Ibrani 1:3.

      Sebuah Alat Bantu Belajar untuk Kita

      21, 22. Apa yang tercakup dalam mencari Yehuwa, dan apa isi alat bantu belajar ini yang dapat membantu kita dalam upaya tersebut?

      21 Dengan menyingkapkan diri-Nya dengan begitu jelas dalam Firman-Nya, Yehuwa menandaskan bahwa Dia menginginkan agar kita dekat dengan Dia. Sementara itu, Dia tidak memaksa kita untuk berupaya memiliki hubungan yang diperkenan dengan-Nya. Terserah kepada kita untuk mencari Yehuwa ”selagi Dia masih bisa ditemui”. (Yesaya 55:6) Mencari Yehuwa mencakup mempelajari sifat-sifat-Nya dan cara Dia bertindak seperti yang disingkapkan di dalam Alkitab. Alat bantu belajar yang sedang Saudara baca sekarang dirancang untuk membantu Saudara dalam upaya tersebut.

      22 Saudara akan melihat bahwa buku ini dibagi menjadi bagian-bagian yang berhubungan dengan keempat sifat utama Yehuwa: kuasa, keadilan, hikmat, dan kasih. Setiap bagian akan diawali dengan suatu tinjauan tentang setiap sifat. Beberapa pasal selanjutnya membahas bagaimana Yehuwa memperlihatkan sifat tersebut dengan berbagai seginya. Setiap bagian juga dilengkapi dengan sebuah pasal yang menunjukkan bagaimana Yesus mencerminkan sifat tersebut, dan juga sebuah pasal yang mengulas bagaimana kita dapat memperlihatkannya dalam kehidupan kita.

      23, 24. (a) Jelaskanlah bagian khusus yang berjudul ”Pertanyaan untuk Direnungkan”. (b) Bagaimana perenungan membantu kita semakin mendekat kepada Allah?

      23 Mulai pasal ini, ada satu bagian khusus yang berjudul ”Pertanyaan untuk Direnungkan”. Sebagai contoh, cobalah lihat kotak di halaman 24. Ayat-ayat dan pertanyaan-pertanyaannya tidak dirancang untuk meninjau kembali isi pasal, tetapi untuk membantu Saudara merenungkan aspek-aspek penting lain dari pokok tersebut. Bagaimana Saudara dapat menggunakan bagian ini dengan efektif? Bukalah setiap ayat yang dikutip dan bacalah dengan teliti. Kemudian, perhatikan pertanyaan yang menyertai setiap kutipan. Pikirkanlah jawabannya secara mendalam. Saudara mungkin dapat melakukan sedikit riset. Tanyailah diri Saudara beberapa pertanyaan tambahan: ’Dari informasi ini, apa yang dapat saya ketahui tentang Yehuwa? Bagaimana hal itu memengaruhi kehidupan saya? Bagaimana saya dapat menggunakannya untuk membantu orang-orang lain?’

      24 Perenungan semacam itu membantu kita semakin mendekat kepada Yehuwa. Mengapa? Alkitab menghubungkan perenungan dengan hati. (Mazmur 19:14) Sewaktu kita dengan penuh penghargaan merenungkan apa yang kita pelajari tentang Allah, informasi tersebut akan meresap ke dalam hati kita, yang memengaruhi pikiran kita, menggugah perasaan kita, dan akhirnya menggerakkan kita untuk bertindak. Kasih kita kepada Allah diperdalam, dan pada waktunya, kasih itu akan menggerakkan kita untuk menyenangkan Dia sebagai Sahabat kita yang paling kita kasihi. (1 Yohanes 5:3) Untuk menjalin hubungan seperti itu, kita harus mencari tahu tentang sifat-sifat dan jalan-jalan Yehuwa. Akan tetapi, pertama-tama marilah kita membahas salah satu aspek kepribadian Yehuwa yang memberi kita alasan yang mendesak untuk mendekat kepada-Nya—kekudusan-Nya.

      a Sebagai contoh, Alkitab berbicara mengenai muka, mata, telinga, lubang hidung, mulut, lengan, dan kaki Allah. (Mazmur 27:8, catatan kaki; 44:3; Yesaya 60:13; 65:5, catatan kaki; Matius 4:4; 1 Petrus 3:12) Ungkapan-ungkapan kiasan seperti itu hendaknya tidak ditafsirkan secara harfiah, seperti halnya referensi yang menyatakan bahwa Yehuwa adalah ”Gunung Batu” atau ”perisai”.​—Ulangan 32:4; Mazmur 84:11.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Mazmur 15:1-5 Apa yang Yehuwa harapkan dari orang-orang yang ingin menjadi sahabat-Nya?

      • Mazmur 34:1-18 Kepada siapa Yehuwa dekat, dan mereka dapat memiliki keyakinan apa kepada-Nya?

      • Mazmur 145:18-21 Apa yang dapat kita lakukan untuk mendekatkan diri kepada Yehuwa?

      • 2 Korintus 6:14–7:1 Apa yang sangat perlu dilakukan jika kita ingin mempertahankan hubungan yang erat dengan Yehuwa?

  • ”Kudus, Kudus, Kuduslah Yehuwa”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Air terjun yang indah dengan pepohonan dan pegunungan di sekitarnya.

      PASAL 3

      ”Kudus, Kudus, Kuduslah Yehuwa”

      1, 2. Penglihatan apa yang diterima Nabi Yesaya, dan apa yang diajarkan penglihatan itu kepada kita tentang Yehuwa?

      YESAYA sangat takjub sewaktu melihat pemandangan di hadapannya—suatu penglihatan dari Allah. Penglihatan itu begitu nyata sehingga Yesaya belakangan menuliskannya seolah-olah dia benar-benar ”melihat Yehuwa” di atas takhta-Nya yang tinggi. Punca jubah Yehuwa terjurai memenuhi bait yang sangat besar di Yerusalem.​—Yesaya 6:1, 2.

      2 Yesaya juga sangat takjub akan apa yang dia dengar—nyanyian yang sedemikian nyaringnya sehingga mengguncangkan seluruh bait bahkan sampai ke fondasi-fondasinya. Nyanyian tersebut dilantunkan para serafim, makhluk-makhluk roh yang berkedudukan sangat tinggi. Nyanyian mereka yang nyaring dan harmonis tersebut mengumandangkan kata-kata yang sederhana tetapi agung ini, ”Kudus, kudus, kuduslah Yehuwa yang berbala tentara. Seluruh bumi penuh dengan kemuliaannya.” (Yesaya 6:3, 4) Dengan menyanyikan kata ”kudus” sebanyak tiga kali, mereka memberikan penandasan khusus pada kata tersebut, dan ini sangat cocok karena Yehuwa kudus pada tingkat yang tertinggi. (Wahyu 4:8) Kekudusan Yehuwa ditandaskan di seluruh Alkitab. Ratusan ayat menghubungkan nama-Nya dengan kata ”kudus” dan ”kekudusan”.

      3. Bagaimana pandangan yang keliru mengenai kekudusan Yehuwa memalingkan banyak orang dari Allah dan bukannya mendekatkan mereka kepada-Nya?

      3 Jadi, jelaslah bahwa salah satu hal utama yang Yehuwa ingin kita pahami mengenai diri-Nya adalah bahwa Dia kudus. Namun, sekarang banyak orang tidak tertarik dengan gagasan tersebut. Beberapa orang dengan keliru menghubungkan kekudusan dengan sikap menganggap diri benar atau sok saleh. Bagi orang yang sedang berjuang melawan perasaan rendah diri, kekudusan Allah mungkin tampak lebih menakutkan ketimbang menarik. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak akan pernah layak mendekat kepada Allah yang kudus ini. Oleh karena itu, banyak orang berpaling dari Allah karena kekudusan-Nya. Hal ini sangat disayangkan karena kekudusan Allah sebenarnya merupakan alasan yang kuat untuk mendekat kepada-Nya. Mengapa? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita bahas apa sebenarnya kekudusan sejati itu.

      Apakah Kekudusan Itu?

      4, 5. (a) Apa yang dimaksud dengan kekudusan, dan apa yang tidak dimaksudkannya? (b) Dalam dua arti penting apa Yehuwa ”terpisah”?

      4 Kenyataan bahwa Allah adalah kudus tidak berarti bahwa Dia sombong, angkuh, atau memandang hina orang lain. Sebaliknya, Dia membenci sifat-sifat itu. (Amsal 16:5; Yakobus 4:6) Jadi, apa arti kata ”kudus” yang sesungguhnya? Dalam bahasa Ibrani Alkitab, kata yang diterjemahkan ”kudus” berasal dari istilah yang berarti ”terpisah”. Dalam ibadah, kata ”kudus” diterapkan pada sesuatu yang dipisahkan dari penggunaan secara umum, atau dianggap suci. Kekudusan juga dengan tandas mengandung gagasan kebersihan dan kemurnian. Bagaimana kata tersebut berlaku bagi Yehuwa? Apakah berarti Dia ”terpisah” dari manusia yang tidak sempurna, sangat jauh dari kita?

      5 Sama sekali tidak. Sebagai ”Yang Kudus Allah Israel”, Yehuwa meyakinkan umat-Nya bahwa Dia berada di antara mereka, meskipun mereka berdosa. (Yesaya 12:6; Hosea 11:9) Jadi, kekudusan-Nya tidaklah menjauhkan Dia dari kita. Kalau begitu, bagaimana Dia ”terpisah”? Dalam dua arti penting. Pertama-tama, Dia terpisah dari semua ciptaan dalam arti bahwa Dia sajalah Yang Mahatinggi. Kemurnian dan kebersihan-Nya mutlak dan abadi. (Mazmur 40:5; 83:18) Kedua, Yehuwa sepenuhnya terpisah dari segala dosa, dan fakta ini melegakan kita. Mengapa?

      6. Mengapa kita dapat merasa lega karena keterpisahan Yehuwa yang mutlak dari dosa?

      6 Kita hidup di suatu dunia tempat kekudusan sejati merupakan hal yang langka. Segala sesuatu yang menyangkut masyarakat manusia yang terasing dari Allah telah tercemar dengan satu atau lain cara, ternoda oleh dosa dan ketidaksempurnaan. Kita semua harus berperang melawan dosa dalam diri kita. Dan, kita semua berada dalam bahaya untuk dikalahkan oleh dosa jika kita lengah. (Roma 7:15-25; 1 Korintus 10:12) Yehuwa tidak berada dalam bahaya seperti itu. Karena sepenuhnya bebas dari dosa, Dia tidak pernah dinodai oleh dosa sekecil apa pun. Hal itu menegaskan kembali penilaian kita tentang Yehuwa sebagai Bapak yang ideal, karena hal tersebut membuat Dia dapat diandalkan sepenuhnya. Tidak seperti banyak ayah manusia yang berdosa, Yehuwa tidak akan pernah menjadi bejat, amoral, atau kejam. Karena kudus, Dia sama sekali tidak mungkin melakukan hal-hal itu. Pada saat-saat tertentu Yehuwa bahkan bersumpah demi kekudusan-Nya sendiri, karena itulah yang membuat sumpah-Nya benar-benar dapat dipercaya. (Amos 4:2) Bukankah fakta itu sangat menenteramkan hati?

      7. Mengapa dapat dikatakan bahwa kekudusan tidak dapat dipisahkan dari pribadi Yehuwa?

      7 Kekudusan tidak dapat dipisahkan dari pribadi Yehuwa. Apa artinya hal itu? Sebagai ilustrasi: Pertimbangkanlah kata ”manusia” dan ”ketidaksempurnaan”. Saudara tidak dapat bercerita tentang manusia tanpa berpikir tentang ketidaksempurnaan. Ketidaksempurnaan menyatu dalam diri kita dan mewarnai setiap tindakan kita. Sekarang, perhatikan kedua kata yang sangat berbeda ini—”Yehuwa” dan ”kudus”. Kekudusan menyatu dalam diri Yehuwa. Segala sesuatu dalam diri-Nya bersih, murni, dan lurus. Kita tidak dapat benar-benar mengenal Yehuwa tanpa menyelami kata yang penuh makna ini—”kudus”.

      ”Yehuwa Itu Kudus”

      8, 9. Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa membantu manusia yang tak sempurna untuk menjadi kudus dalam arti yang relatif?

      8 Karena Yehuwa adalah manifestasi dari kekudusan, Dia layak disebut sebagai sumber segala kekudusan. Dia tidak mementingkan diri, menahan sifat yang berharga ini bagi diri-Nya sendiri; Dia memberikan sifat ini kepada orang lain, dan memberikannya dengan murah hati. Bahkan, sewaktu Allah berbicara kepada Musa melalui seorang malaikat di sebuah semak yang bernyala, tanah di sekelilingnya menjadi kudus karena kaitannya dengan Yehuwa!​—Keluaran 3:5.

      9 Dapatkah manusia yang tak sempurna menjadi kudus dengan bantuan Yehuwa? Ya, dalam arti yang relatif. Allah memberi umat-Nya, Israel, prospek untuk menjadi ”bangsa yang suci”. (Keluaran 19:6) Dia memberkati bangsa itu dengan suatu sistem ibadah yang kudus, bersih, murni. Oleh karena itu, kekudusan merupakan tema yang muncul berulang kali dalam Hukum Musa. Bahkan, imam besar mengenakan sebuah lempeng emas di bagian depan serbannya, sehingga semua orang dapat melihatnya berkilauan dalam terang. Di situ terukir kata-kata, ”Yehuwa itu kudus.” (Keluaran 28:36) Dengan demikian, suatu standar yang tinggi dalam hal kebersihan dan kemurnian membedakan ibadah mereka dan, sesungguhnya, jalan hidup mereka. Yehuwa memberi tahu mereka, ”Kalian harus kudus karena Aku kudus. Akulah Yehuwa Allah kalian.” (Imamat 19:2) Selama orang Israel hidup selaras dengan nasihat Allah sesuai dengan kesanggupan mereka sebagai manusia yang tidak sempurna, mereka kudus dalam arti yang relatif.

      10. Sehubungan dengan kekudusan, kontras apa yang ada antara Israel zaman dahulu dan bangsa-bangsa di sekelilingnya?

      10 Penitikberatan pada kekudusan ini sangat kontras dengan ibadah bangsa-bangsa di sekeliling Israel. Bangsa-bangsa tersebut menyembah allah-allah yang keberadaannya hanyalah suatu kebohongan dan kepalsuan belaka, para allah yang digambarkan bersifat bengis, tamak, dan berganti-ganti pasangan. Mereka tidak kudus dalam semua segi. Beribadah kepada allah-allah semacam itu menjadikan orang tidak kudus. Oleh karena itu, Yehuwa memperingatkan hamba-hamba-Nya untuk memisahkan diri dari bangsa-bangsa itu dan praktek-praktek agama mereka yang tercemar.​—Imamat 18:24-28; 1 Raja 11:1, 2.

      11. Bagaimana kekudusan dari bagian organisasi Yehuwa yang ada di surga nyata pada (a) para malaikat? (b) para serafim? (c) Yesus?

      11 Bahkan dalam keadaannya yang terbaik pun, bangsa pilihan Yehuwa, Israel zaman dahulu, hanya dapat memberikan gambaran yang samar-samar mengenai kekudusan dari bagian organisasi Allah yang ada di surga. Jutaan makhluk roh yang dengan setia melayani Allah disebut sebagai ”malaikat suci-Nya”. (Ulangan 33:2; Yudas 14) Mereka dengan sempurna mencerminkan keindahan yang murni dan cemerlang dari kekudusan Allah. Dan, ingatlah para serafim yang dilihat Yesaya dalam penglihatannya. Isi nyanyian mereka memperlihatkan bahwa makhluk-makhluk roh yang perkasa ini memainkan peranan penting dalam memperkenalkan kekudusan Yehuwa di seluruh alam semesta. Akan tetapi, ada satu makhluk roh yang lebih tinggi dari mereka—Putra tunggal Allah. Yesus adalah cerminan tertinggi dari kekudusan Allah. Sudah sepantasnya jika dia dikenal sebagai ”Yang Kudus dari Allah”.​—Yohanes 6:68, 69.

      Kudus Nama-Nya, Kudus Kuasa-Nya

      12, 13. (a) Mengapa nama Allah dengan tepat dikatakan kudus? (b) Mengapa nama Allah harus dibersihkan dari segala tuduhan?

      12 Bagaimana dengan nama Allah sendiri? Seperti yang kita lihat di Pasal 1, nama itu bukan sekadar gelar atau label. Nama tersebut mencerminkan Allah Yehuwa, mencakup semua sifat-Nya. Oleh karena itu, Alkitab memberi tahu kita bahwa ’nama-Nya suci’. (Yesaya 57:15) Menurut Hukum Musa, mencemari nama Allah dianggap sebagai pelanggaran dengan hukuman mati. (Imamat 24:16) Dan, perhatikan apa yang Yesus sebut sebagai pokok yang paling utama untuk didoakan, ”Bapak kami yang di surga, disucikanlah nama-Mu.” (Matius 6:9) Menyucikan sesuatu berarti memisahkannya sebagai sesuatu yang suci dan menyanjungnya, menjunjungnya sebagai sesuatu yang kudus. Namun, mengapa sesuatu yang pada hakikatnya murni seperti nama Allah masih perlu disucikan?

      13 Nama kudus Allah telah dikecam, dinodai dengan dusta dan fitnah. Di Eden, Setan berdusta mengenai Yehuwa dan menyiratkan bahwa Dia adalah Penguasa yang tidak adil. (Kejadian 3:1-5) Sejak saat itu, Setan—penguasa dunia yang tidak kudus ini—telah memastikan agar dusta mengenai Allah semakin berlipat ganda. (Yohanes 8:44; 12:31; Wahyu 12:9) Agama-agama menggambarkan Allah sebagai pribadi yang sewenang-wenang, dingin, atau kejam. Mereka mengaku memiliki dukungan-Nya dalam perang-perang mereka yang haus darah. Mereka tidak mau mengakui kegiatan penciptaan Allah yang menakjubkan tetapi mengatakan bahwa semuanya terjadi secara kebetulan, atau karena evolusi. Ya, nama Allah telah difitnah dengan kejam. Nama itu harus disucikan; kemuliaannya yang sebenarnya harus dipulihkan. Kita pasti menantikan saatnya Yehuwa membersihkan nama-Nya dari segala tuduhan untuk selamanya. Dia akan melakukan itu melalui Kerajaan yang dipimpin oleh Putra-Nya. Kita senang untuk menjalankan peran apa pun dalam kehendak-Nya yang agung tersebut.

      14. Mengapa kuasa Allah disebut kudus, dan mengapa menghina kuasa kudus merupakan dosa yang sangat serius?

      14 Ada satu lagi yang erat kaitannya dengan Yehuwa, sesuatu yang selalu disebut kudus—tenaga-Nya, atau kuasa-Nya. (Kejadian 1:2) Yehuwa menggunakan tenaga yang tak ada tandingannya ini untuk melaksanakan tujuan-Nya. Semua yang Allah lakukan, Dia jalankan dengan cara yang kudus, murni, dan bersih, sehingga tenaga-Nya dengan tepat dinamakan kuasa kudus. (Lukas 11:13; Roma 1:4) Menghina kuasa kudus, yang berarti bertindak menentang tujuan Yehuwa dengan sengaja, dianggap sebagai dosa yang tak terampuni.​—Markus 3:29.

      Mengapa Kekudusan Yehuwa Menarik Kita Kepada-Nya

      15. Mengapa memiliki rasa takjub, atau rasa takut yang saleh, merupakan reaksi yang tepat terhadap kekudusan Yehuwa, dan apa yang tercakup dalam rasa takjub semacam itu?

      15 Berdasarkan keterangan sebelumnya, tidaklah sulit untuk mengerti mengapa Alkitab menghubungkan kekudusan Allah dengan rasa takjub, atau rasa takut yang saleh, di pihak manusia. Misalnya, Mazmur 99:3 berbunyi, ”Semoga mereka memuji nama-Mu yang agung, karena nama-Mu menakjubkan dan suci.” Rasa takjub ini mencakup rasa hormat yang dalam, bentuk respek yang paling luhur. Sungguh tepat untuk memiliki perasaan demikian karena kekudusan Allah sangatlah jauh mengungguli kita. Kekudusan tersebut bersih cemerlang, mahaindah. Namun, hal itu hendaknya tidak membuat kita menjauhi-Nya. Sebaliknya, pandangan yang tepat sehubungan dengan kekudusan Allah akan lebih mendekatkan kita kepada-Nya. Mengapa?

      16. (a) Bagaimana kekudusan berhubungan dengan kemuliaan, atau keindahan? Berikan sebuah contoh. (b) Bagaimana uraian dalam penglihatan tentang Yehuwa menegaskan kebersihan, kemurnian, dan terang?

      16 Salah satu alasannya adalah Alkitab menghubungkan kekudusan dengan keindahan. Di Yesaya 63:15, surga digambarkan sebagai ’tempat tinggal Allah yang tinggi, mulia [atau, ”indah”, catatan kaki], dan suci’. Kemuliaan dan keindahan selalu menarik perhatian kita. Sebagai contoh, lihatlah gambar di halaman 33. Tidakkah Saudara tertarik kepada pemandangan itu? Apa yang membuatnya begitu menarik? Perhatikan betapa jernih air itu. Bahkan, udaranya pasti bersih karena langitnya biru dan cahayanya tampak berkilau. Sekarang, jika pemandangan yang sama diubah—alirannya tersumbat sampah, pepohonan dan bebatuannya dipenuhi grafiti, udaranya dikotori asap—kita tidak lagi tertarik melihatnya; kita akan menghindarinya. Secara alami, kita menghubungkan keindahan, atau kemuliaan, dengan kebersihan, kemurnian, dan terang. Kata-kata tersebut dapat digunakan untuk melukiskan kekudusan Yehuwa. Tidak mengherankan jika uraian dalam penglihatan tentang Yehuwa memikat kita! Memancarkan cahaya, berkilauan laksana permata, bersinar-sinar bagaikan api atau logam berharga yang paling murni dan paling cemerlang—seperti itulah kemuliaan, atau keindahan, Allah kita yang kudus.​—Yehezkiel 1:25-28; Wahyu 4:2, 3.

      Keindahan menarik perhatian kita, demikian pula dengan kekudusan

      17, 18. (a) Bagaimana Yesaya pada mulanya dipengaruhi oleh penglihatan yang diterimanya? (b) Bagaimana Yehuwa menggunakan salah seorang serafim untuk menghibur Yesaya, dan apa makna tindakan salah seorang serafim tersebut?

      17 Akan tetapi, haruskah kekudusan Allah membuat kita merasa lebih rendah daripada Dia? Tentu saja, jawabannya adalah ya. Bagaimanapun juga, kita memang lebih rendah daripada Yehuwa—dan pernyataan itu sangat tidak memadai untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya, kita jauh lebih rendah. Haruskah pengetahuan tersebut menjauhkan kita dari Dia? Pertimbangkanlah reaksi Yesaya sewaktu mendengar para serafim mengumumkan kekudusan Yehuwa. ”Lalu saya berkata, ’Celakalah aku! Mati aku! Karena aku berdosa dan mulutku najis, dan aku tinggal di antara umat yang mulutnya najis; karena aku sudah melihat Raja, Yehuwa yang berbala tentara!’” (Yesaya 6:5) Ya, kekudusan Yehuwa yang tak terbatas mengingatkan Yesaya akan betapa berdosa dan tak sempurnanya dia. Pada mulanya, pria yang setia tersebut merasa sangat sedih. Namun, Yehuwa tidak membiarkan dia terus seperti itu.

      18 Segera, salah seorang serafim menghibur sang nabi. Bagaimana? Makhluk roh yang perkasa tersebut terbang ke mezbah, mengambil bara dari situ, dan menyentuhkan bara tersebut ke bibir Yesaya. Hal itu mungkin terdengar lebih menyakitkan daripada menghibur. Akan tetapi, ingatlah bahwa hal itu adalah suatu penglihatan yang penuh dengan makna simbolis. Yesaya, seorang Yahudi yang setia, tahu betul bahwa setiap hari korban-korban dipersembahkan di mezbah bait untuk mengadakan pendamaian bagi dosa-dosa. Dan, salah seorang serafim tersebut dengan pengasih mengingatkan sang nabi bahwa meskipun dia memang tak sempurna, atau punya ’mulut yang najis’, dia dapat memperoleh kedudukan yang bersih di hadapan Allah.a Yehuwa bersedia menganggap manusia yang berdosa dan tak sempurna kudus—setidaknya dalam arti relatif.​—Yesaya 6:6, 7.

      19. Meski tak sempurna, mengapa mungkin bagi kita untuk menjadi kudus dalam arti yang relatif?

      19 Hal yang serupa berlaku sekarang. Semua korban yang dipersembahkan di atas mezbah di Yerusalem hanyalah bayangan dari sesuatu yang lebih besar—korban yang sempurna, yang dipersembahkan oleh Yesus Kristus pada tahun 33 M. (Ibrani 9:11-14) Apabila kita sungguh-sungguh bertobat dari dosa-dosa kita, memperbaiki haluan kita yang salah, dan memperlihatkan iman akan korban tersebut, kita akan diampuni. (1 Yohanes 2:2) Kita juga dapat menikmati kedudukan yang bersih di hadapan Allah. Oleh karena itu, Rasul Petrus mengingatkan kita, ”Ada tertulis, ’Kalian harus kudus, karena Aku kudus.’” (1 Petrus 1:16) Perhatikan bahwa Yehuwa tidak mengatakan bahwa kita harus sama kudusnya seperti Dia. Dia tidak pernah mengharapkan sesuatu yang mustahil dari kita. (Mazmur 103:13, 14) Sebaliknya, Yehuwa mengatakan bahwa kita harus kudus karena Dia kudus. ”Sebagai anak-anak yang dikasihi”, kita berupaya meniru Dia sesanggup kita sebagai manusia yang tidak sempurna. (Efesus 5:1) Jadi, mencapai kekudusan merupakan proses yang berkesinambungan. Seraya bertumbuh secara rohani, kita berupaya untuk membuat ”kesucian [atau, kekudusan] kita menjadi semakin sempurna” dari hari ke hari.​—2 Korintus 7:1.

      20. (a) Mengapa penting untuk memahami bahwa kita dapat menjadi bersih di mata Allah kita yang kudus? (b) Bagaimana Yesaya dipengaruhi oleh pengetahuan bahwa dosa-dosanya telah diampuni?

      20 Yehuwa mengasihi apa yang lurus dan murni. Dia membenci dosa. (Habakuk 1:13) Tetapi, Dia tidak membenci kita. Asalkan kita memandang dosa sebagaimana Dia memandangnya—membenci apa yang buruk, mencintai apa yang baik—dan berupaya keras mengikuti jejak kaki Kristus Yesus yang sempurna, Yehuwa mengampuni dosa-dosa kita. (Amos 5:15; 1 Petrus 2:21) Apabila kita memahami bahwa kita dapat menjadi bersih di mata Allah kita yang kudus, pengaruhnya sangat dalam pada diri kita. Ingatlah, kekudusan Yehuwa pertama-tama mengingatkan Yesaya akan kenajisannya sendiri. Dia berseru, ”Celakalah aku!” Namun, setelah dia tahu bahwa dosa-dosanya telah diampuni, sudut pandangannya berubah. Sewaktu Yehuwa meminta seorang relawan untuk menjalankan suatu tugas, Yesaya segera menanggapi, meskipun dia tidak tahu apa yang terlibat di dalamnya. Dia berseru, ”Aku saja! Utuslah aku!”​—Yesaya 6:5-8.

      21. Dasar apa yang kita miliki untuk yakin bahwa kita dapat memupuk sifat kekudusan?

      21 Kita dibuat mirip dengan Allah yang kudus, dikaruniai sifat-sifat moral dan kesanggupan rohani. (Kejadian 1:26) Di dalam diri kita semua terdapat potensi untuk menjadi kudus. Seraya kita terus memupuk kekudusan, Yehuwa senang untuk membantu. Pada waktu yang sama, kita akan semakin dekat dengan Allah kita yang kudus. Selain itu, seraya kita mengulas sifat-sifat Yehuwa di pasal-pasal selanjutnya, kita akan melihat bahwa ada banyak sekali alasan yang sangat kuat untuk mendekat kepada-Nya!

      a Ungkapan ’mulut [atau, ’bibir’, catatan kaki] yang najis’ memang tepat, karena bibir sering kali digunakan secara kiasan dalam Alkitab untuk memaksudkan tutur kata atau bahasa. Sebagian besar dosa yang dilakukan manusia yang tidak sempurna disebabkan oleh cara mereka menggunakan kesanggupan berbicara.​—Amsal 10:19; Yakobus 3:2, 6.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Imamat 19:1-18 Agar tingkah laku kita menjadi kudus, apa beberapa prinsip yang harus kita terapkan?

      • Ulangan 23:9-14 Bagaimana kebersihan pribadi berhubungan dengan kekudusan? Bagaimana hal ini seharusnya memengaruhi pakaian dan dandanan dan rumah kita?

      • Roma 6:12-23; 12:1-3 Seraya berjuang untuk menjadi kudus, bagaimana kita perlu memandang dosa dan pengaruh dunia ini?

      • Ibrani 12:12-17 Bagaimana kita dapat mengejar kesucian, atau kekudusan?

  • ”Yehuwa . . . Besar Kuasa-Nya”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Dari gua, Elia menyaksikan pertunjukkan kuasa Yehuwa. Dia melihat pengaruh dari angin kencang yang dahsyat, gempa, dan api.

      PASAL 4

      ”Yehuwa . . . Besar Kuasa-Nya”

      1, 2. Hal-hal menakjubkan apa yang pernah Elia lihat selama hidupnya, tetapi peristiwa-peristiwa spektakuler apa yang dia saksikan dari gua di Gunung Horeb?

      ELIA pernah melihat hal-hal yang menakjubkan sebelumnya. Dia pernah melihat burung-burung gagak membawakan makanan untuknya dua kali sehari sewaktu dia sedang berada di persembunyian. Dia pernah melihat dua wadah menyediakan tepung dan minyak selama suatu masa kelaparan yang panjang dan kedua wadah itu tidak pernah kosong. Dia bahkan pernah melihat api turun dari langit sebagai jawaban atas doanya. (1 Raja, pasal 17, 18) Namun, Elia belum pernah melihat sesuatu yang sedemikian menakjubkan seperti yang berikut ini.

      2 Sewaktu sedang mendekam di dekat mulut sebuah gua di Gunung Horeb, dia menyaksikan serangkaian peristiwa spektakuler. Pertama-tama, ada angin. Angin tersebut pastilah menggemuruh, menimbulkan suara yang memekakkan telinga, karena angin tersebut amat dahsyat sampai-sampai membelah gunung-gunung dan menghancurkan tebing-tebing. Kemudian terjadilah gempa bumi, yang menyebabkan terlepasnya kekuatan yang luar biasa besar yang tersimpan dalam kerak bumi. Setelah itu, datanglah api. Seraya api itu menyapu kawasan tersebut, agaknya Elia bisa merasakan embusan angin panasnya yang menyengat.​—1 Raja 19:8-12.

      3. Elia menyaksikan bukti tentang sifat ilahi yang mana, dan di mana kita dapat melihat bukti akan sifat yang sama?

      3 Beragam peristiwa yang Elia saksikan itu memiliki satu persamaan—semuanya adalah pertunjukan kuasa yang besar dari Allah Yehuwa. Tentu saja, kita tidak perlu melihat mukjizat untuk memahami bahwa Allah memiliki sifat tersebut. Sifat itu mudah terlihat. Alkitab memberi tahu kita bahwa ciptaan membuktikan ”kuasa-Nya yang kekal dan kedudukan-Nya sebagai Allah”. (Roma 1:20) Cobalah pikirkan kilat yang menyilaukan dan badai guntur yang menggelegar, jeram yang luar biasa indahnya dari sebuah air terjun yang sangat besar, langit berbintang yang tak terhingga luasnya! Tidakkah Saudara melihat kuasa Allah dalam semua ciptaan itu? Namun, sekarang hanya segelintir orang yang benar-benar mengakui kuasa Allah. Bahkan, lebih sedikit lagi orang yang memiliki pandangan yang tepat mengenainya. Akan tetapi, pemahaman tentang sifat ilahi ini memberi kita banyak alasan untuk mendekat kepada Yehuwa. Pada bagian ini, kita akan secara terperinci mempelajari kuasa Yehuwa yang tiada bandingannya.

      ”Yehuwa sedang lewat”

      Sifat Yehuwa yang Sangat Penting

      4, 5. (a) Apa yang Alkitab sebutkan tentang nama Yehuwa? (b) Mengapa cocok jika Yehuwa memilih sapi jantan untuk melambangkan kuasa-Nya?

      4 Yehuwa itu tidak tertandingi dalam hal kuasa. Yeremia 10:6 mengatakan, ”Tidak ada yang seperti Engkau, oh Yehuwa. Engkau agung, dan nama-Mu agung dan penuh kuasa.” Perhatikan bahwa dalam ayat itu, nama Yehuwa disebut agung dan penuh kuasa. Ingatlah, nama itu tampaknya berarti ”Dia Menyebabkan Menjadi”. Apa yang membuat Yehuwa dapat menciptakan apa pun yang Dia sukai dan menjadi apa pun yang Dia inginkan? Kuasa-Nya. Ya, kesanggupan Yehuwa untuk bertindak, untuk melaksanakan kehendak-Nya, tidaklah terbatas. Kuasa semacam itu adalah salah satu sifat-Nya yang sangat penting.

      5 Karena kita tidak akan pernah dapat memahami segenap lingkup kuasa-Nya, Yehuwa menggunakan ilustrasi untuk membantu kita. Seperti yang telah kita lihat, Dia menggunakan sapi jantan untuk melambangkan kuasa-Nya. (Yehezkiel 1:4-10) Pilihan itu memang cocok, karena sapi jantan yang dijinakkan pun merupakan hewan yang sangat besar dan sangat kuat. Orang-orang di Palestina pada zaman Alkitab sangat jarang, kalau pun pernah, berhadapan dengan hewan yang lebih kuat. Tetapi, mereka mengenal satu jenis sapi yang lebih menakutkan—sapi jantan liar, atau lembu asali (Bos primigenius), yang belakangan punah. (Ayub 39:9-12) Penguasa Romawi, Julius Caesar, pernah menyatakan bahwa ukuran sapi ini hampir sebesar gajah. ”Besar kekuatannya,” tulisnya, ”dan tinggi kecepatannya.” Bayangkan betapa kecil dan lemah rasanya apabila Saudara berdiri di samping makhluk seperti itu!

      6. Mengapa hanya Yehuwa yang disebut ”Yang Mahakuasa”?

      6 Demikian pula, manusia sangat kecil dan tak berdaya dibandingkan dengan Allah kuasa, Yehuwa. Bagi-Nya, bangsa-bangsa yang perkasa pun hanyalah bagaikan lapisan tipis debu pada timbangan. (Yesaya 40:15) Tidak seperti makhluk mana pun, Yehuwa memiliki kuasa yang tak terbatas, karena hanya Dialah yang disebut ”Yang Mahakuasa”.a (Wahyu 15:3) Yehuwa punya ’kekuatan yang sangat besar dan tenaga yang luar biasa’. (Yesaya 40:26) Dia adalah Sumber kuasa yang selalu berlimpah dan tiada habisnya. Dia tidak bergantung pada sumber luar mana pun untuk mendapatkan energi, karena ”kekuatan berasal dari Allah”. (Mazmur 62:11) Akan tetapi, melalui sarana apa Yehuwa mengerahkan kuasa-Nya?

      Bagaimana Yehuwa Mengerahkan Kuasa-Nya

      7. Apakah kuasa kudus Yehuwa itu, dan apa yang dimaksudkan oleh kata-kata dalam bahasa aslinya yang digunakan Alkitab?

      7 Kuasa kudus tercurah dari Yehuwa dalam jumlah yang tak terbatas. Kuasa kudus adalah kuasa Allah yang beraksi. Malah, di Kejadian 1:2, Alkitab menyebutnya sebagai ”tenaga Allah”. Kata Ibrani dan Yunani asli yang diterjemahkan ”kuasa” dapat, dalam konteks yang berbeda, diterjemahkan menjadi ”angin”, ”napas”, dan ”embusan”. Menurut para leksikograf, kata-kata dalam bahasa asli tersebut memaksudkan suatu tenaga tak kelihatan yang sedang beraksi. Seperti angin, kuasa Allah tak dapat dilihat oleh mata kita, tetapi pengaruhnya nyata dan kelihatan.

      8. Di dalam Alkitab, kuasa Allah secara kiasan disebut apa, dan mengapa perbandingan ini tepat?

      8 Keserbagunaan kuasa kudus Allah tiada habisnya. Yehuwa dapat menggunakannya untuk melaksanakan apa pun yang ada dalam benak-Nya. Karena itu, dengan tepat kuasa Allah secara kiasan disebut di dalam Alkitab sebagai ”jari”, ”tangan yang kuat”, atau ”lengan yang penuh kuasa”. (Lukas 11:20, catatan kaki; Ulangan 5:15; Mazmur 8:3) Sebagaimana manusia dapat menggunakan tangannya untuk melakukan berbagai macam pekerjaan yang menuntut tingkat kekuatan atau keterampilan yang berbeda-beda, Allah dapat menggunakan kuasa-Nya untuk melaksanakan semua tujuan-Nya—seperti menciptakan atom yang sangat kecil atau membelah Laut Merah atau memungkinkan orang Kristen abad pertama berbicara dalam bahasa-bahasa asing.

      9. Seberapa besarkah kuasa Yehuwa untuk memerintah?

      9 Yehuwa juga mengerahkan kuasa-Nya melalui wewenang-Nya sebagai Penguasa Universal. Dapatkah Saudara membayangkan diri Saudara memiliki berjuta-juta rakyat yang cerdas dan kompeten serta sangat antusias dalam melaksanakan perintah Saudara? Yehuwa memiliki kuasa memerintah semacam itu. Dia memiliki manusia sebagai hamba-hamba-Nya, yang di dalam Alkitab sering kali disamakan dengan pasukan. (Mazmur 68:11; 110:3) Akan tetapi, manusia adalah makhluk yang lemah jika dibandingkan dengan malaikat. Sewaktu pasukan tentara Asiria menyerang umat Allah, satu malaikat membunuh 185.000 tentara dalam satu malam! (2 Raja 19:35) Malaikat-malaikat Allah memang perkasa.​—Mazmur 103:19, 20.

      10. (a) Mengapa Yang Mahakuasa disebut Yehuwa yang berbala tentara? (b) Siapakah yang paling perkasa di antara semua ciptaan Yehuwa?

      10 Berapakah jumlah malaikat? Sewaktu mendapat penglihatan tentang surga, Nabi Daniel melihat lebih dari 100 juta makhluk roh di hadapan takhta Yehuwa, tetapi tidak ada petunjuk bahwa dia melihat semua malaikat yang Yehuwa ciptakan. (Daniel 7:10) Jadi, mungkin jumlah malaikat ada ratusan juta. Itulah sebabnya, Allah disebut sebagai Yehuwa yang berbala tentara. Gelar ini menggambarkan kedudukan-Nya yang penuh kuasa sebagai Komandan pasukan malaikat perkasa yang amat besar dan terorganisasi. Di atas semua makhluk roh itu, Dia menempatkan seorang pengawas, yaitu Putra yang dikasihi-Nya, ”ciptaan yang pertama”. (Kolose 1:15) Sebagai pemimpin malaikat—kepala atas semua malaikat, serafim, dan kerub—Yesus-lah yang paling perkasa di antara semua ciptaan Yehuwa.

      11, 12. (a) Dengan cara apa saja firman Allah mengerahkan kuasa? (b) Bagaimana Yesus memberikan kesaksian tentang jangkauan kuasa Yehuwa?

      11 Yehuwa memiliki sarana lain untuk mengerahkan kuasa-Nya. Ibrani 4:12 mengatakan, ”Firman Allah itu hidup dan penuh kuasa.” Pernahkah Saudara mengamati kuasa yang luar biasa dari firman Allah, atau berita yang diilhami kuasa kudus, yang sekarang tersimpan di dalam Alkitab? Kuasa itu dapat menguatkan, membangun iman, dan membantu kita membuat perubahan yang menyeluruh dalam diri kita. Rasul Paulus memperingatkan rekan-rekan seimannya terhadap orang-orang yang menempuh gaya hidup yang sangat tidak bermoral. Kemudian, dia menambahkan, ”Dulu, di antara kalian ada yang seperti itu.” (1 Korintus 6:9-11) Ya, ”firman Allah” telah mengerahkan kuasanya atas mereka dan membantu mereka berubah.

      12 Kuasa Yehuwa sangatlah besar dan sarana yang Dia gunakan untuk mengerahkannya sangat efektif sehingga tak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi-Nya. Yesus berkata, ”Bagi Allah tidak ada yang mustahil.” (Matius 19:26) Apa saja yang Yehuwa lakukan dengan kuasa-Nya?

      Allah Menggunakan Kuasa-Nya untuk Tujuan Tertentu

      13, 14. (a) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa Yehuwa bukanlah sumber kuasa yang tidak berkepribadian? (b) Dengan cara apa saja Yehuwa menggunakan kuasa-Nya?

      13 Kuasa Yehuwa adalah sesuatu yang jauh lebih besar daripada tenaga jasmani; dan Yehuwa bukanlah suatu tenaga yang tidak berkepribadian, bukan semata-mata suatu sumber kuasa. Dia adalah suatu pribadi yang memegang kendali penuh atas kuasa-Nya sendiri. Akan tetapi, apa yang menggerakkan Dia untuk menggunakannya?

      14 Seperti yang akan kita lihat, Allah menggunakan kuasa untuk menciptakan, membinasakan, melindungi, memulihkan—singkatnya, untuk melakukan apa saja yang mendukung tujuan-Nya yang sempurna. (Yesaya 46:10) Dalam hal-hal tertentu, Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk menyingkapkan aspek-aspek penting dari kepribadian dan standar-standar-Nya. Yang terutama adalah Dia mengarahkan kuasa-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya—menyucikan nama-Nya yang kudus melalui Kerajaan Mesias dan menunjukkan bahwa cara Dia memerintah adalah yang terbaik. Tidak ada yang dapat menggagalkan tujuan tersebut.

      15. Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk tujuan apa sehubungan dengan hamba-hamba-Nya, dan bagaimana hal ini dipertunjukkan dalam kasus Elia?

      15 Yehuwa juga menggunakan kuasa-Nya untuk memberikan manfaat kepada kita secara perorangan. Perhatikan apa yang dikatakan 2 Tawarikh 16:9, ”Mata Yehuwa menjelajahi seluruh bumi, karena Dia ingin menunjukkan kekuatan-Nya demi orang-orang yang sepenuh hati terhadap Dia.” Pengalaman Elia, seperti yang disebutkan di awal, adalah salah satu contoh. Mengapa Yehuwa mempertunjukkan kepadanya kuasa ilahi yang dahsyat tersebut? Nah, Ratu Izebel yang fasik telah bersumpah untuk mengeksekusi Elia. Sang nabi melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Dia merasa sendirian, ketakutan, dan kecil hati—seolah-olah semua jerih payahnya sia-sia. Untuk menghibur pria yang sedang khawatir ini, Yehuwa dengan cara yang hidup mengingatkan Elia akan kuasa ilahi. Angin, gempa bumi, dan api menunjukkan bahwa Pribadi yang paling berkuasa di alam semesta menyertai Elia. Apa yang perlu dia takutkan dari Izebel jika Allah Yang Mahakuasa berada di pihaknya?​—1 Raja 19:1-12.b

      16. Mengapa kita dapat terhibur dengan merenungkan kuasa Yehuwa yang besar?

      16 Meskipun sekarang bukan waktu bagi-Nya lagi untuk mempertunjukkan mukjizat, Yehuwa tidak berubah sejak zaman Elia. (1 Korintus 13:8) Sampai saat ini, Dia masih antusias untuk menggunakan kuasa-Nya demi orang-orang yang mengasihi Dia. Memang, Dia berdiam di alam roh yang mulia, tetapi Dia tidak jauh dari kita. Kuasa-Nya tak terbatas, maka jarak bukanlah penghalang. Sebaliknya, ”Yehuwa dekat dengan semua yang berseru kepada-Nya”. (Mazmur 145:18) Suatu kali, ketika Nabi Daniel memohon bantuan Yehuwa, seorang malaikat muncul di hadapannya bahkan sebelum dia selesai berdoa! (Daniel 9:20-23) Tak ada yang dapat menghalangi Yehuwa untuk membantu dan menguatkan orang-orang yang Dia kasihi.​—Mazmur 118:6.

      Apakah Kuasa Allah Membuat-Nya Tak Terhampiri?

      17. Dalam arti apa kuasa Yehuwa menimbulkan rasa takut dalam diri kita, tetapi rasa takut jenis apa yang tidak ditimbulkannya?

      17 Haruskah kuasa Allah membuat kita takut kepada-Nya? Kita harus menjawab ya dan tidak. Ya, karena sifat ini memberi kita alasan kuat untuk memiliki rasa takut yang saleh, rasa takjub dan respek yang dalam seperti yang kita bahas secara singkat di pasal sebelumnya. Alkitab memberi tahu kita bahwa rasa takut seperti itu adalah ”awal kebijaksanaan”. (Mazmur 111:10) Akan tetapi, kita juga menjawab tidak, karena kuasa Allah tidak memberi kita alasan apa pun untuk memiliki kengerian yang hebat terhadap-Nya atau menahan diri untuk mendekati-Nya.

      18. (a) Mengapa banyak orang tidak memercayai orang yang berkuasa? (b) Bagaimana kita tahu bahwa kuasa Yehuwa tidak dapat menjadikan-Nya korup?

      18 ”Kekuasaan cenderung menghasilkan orang-orang yang korup; kekuasaan absolut pasti menghasilkan orang-orang yang korup.” Demikian tulis bangsawan Inggris Lord Acton pada tahun 1887. Pernyataannya sering disebutkan kembali, mungkin karena banyak orang melihatnya sebagai suatu kebenaran yang tak dapat disangkal. Manusia yang tak sempurna sering kali menyalahgunakan kuasa, seperti yang berulang kali diteguhkan sejarah. (Pengkhotbah 4:1; 8:9) Karena alasan ini, banyak orang tidak memercayai orang yang berkuasa dan menjauhi mereka. Nah, Yehuwa memiliki kuasa yang mutlak. Apakah kuasa-Nya telah menjadikan Yehuwa korup? Tentu saja tidak! Seperti yang telah kita lihat, Dia kudus, sama sekali tidak dapat menjadi korup. Yehuwa berbeda dengan pria dan wanita tak sempurna yang memiliki kekuasaan dalam dunia yang korup ini. Dia tidak pernah dan tidak akan pernah menyalahgunakan kuasa-Nya.

      19, 20. (a) Yehuwa selalu menggunakan kuasa-Nya dengan cara yang selaras dengan sifat-sifat lain apa, dan mengapa hal ini menenteramkan hati kita? (b) Bagaimana Saudara dapat mengilustrasikan pengendalian diri Yehuwa, dan mengapa hal ini menarik bagi Saudara?

      19 Ingatlah, sifat Yehuwa bukan hanya kuasa. Kita masih akan mempelajari keadilan, hikmat, dan kasih-Nya. Namun, kita hendaknya tidak berasumsi bahwa sifat-sifat Yehuwa diperlihatkan dengan cara yang kaku dan mekanis, seolah-olah setiap kali Dia hanya dapat memperlihatkan satu sifat. Sebaliknya, di pasal-pasal selanjutnya kita akan melihat bahwa Yehuwa selalu menggunakan kuasa-Nya selaras dengan keadilan, hikmat, dan kasih-Nya. Cobalah renungkan sifat lain yang Allah miliki, satu sifat yang jarang dimiliki para penguasa dunia—pengendalian diri.

      20 Bayangkanlah Saudara bertemu dengan seorang pria yang berperawakan sangat besar dan berkuasa sehingga Saudara merasa gentar terhadapnya. Akan tetapi, belakangan Saudara memperhatikan bahwa dia tampaknya lembut. Dia selalu siap dan antusias menggunakan kuasanya untuk membantu dan melindungi orang-orang, khususnya yang lemah dan tak berdaya. Dia tidak pernah menyalahgunakan kekuatannya. Saudara melihat bahwa meski dia difitnah tanpa sebab, sikapnya tetap kukuh tetapi tenang, bermartabat, bahkan baik hati. Saudara bertanya-tanya apakah Saudara sanggup memperlihatkan kelembutan dan pengendalian diri seperti itu, khususnya seandainya Saudara sekuat dia! Seraya Saudara mengenal pria seperti itu, bukankah Saudara akan mulai merasa dekat dengannya? Kita memiliki alasan yang jauh lebih kuat untuk mendekat kepada Yehuwa, Allah Yang Mahakuasa. Pertimbangkanlah kalimat lengkap yang menjadi dasar judul pasal ini, ”Yehuwa tidak cepat marah dan besar kuasa-Nya.” (Nahum 1:3) Yehuwa tidak gegabah dalam menggunakan kuasa-Nya terhadap orang-orang, sekalipun mereka fasik. Dia berwatak lemah lembut dan baik hati. Dia terbukti ”tidak cepat marah” meski diperhadapkan pada banyak provokasi.​—Mazmur 78:37-41.

      21. Mengapa Yehuwa tidak memaksa orang untuk melakukan kehendak-Nya, dan pelajaran apa yang kita dapat dari hal ini sehubungan dengan diri-Nya?

      21 Pertimbangkanlah pengendalian diri Yehuwa dari sudut lain. Seandainya Saudara memiliki kuasa yang tak terbatas, apakah Saudara berpikir bahwa kadang-kadang Saudara mungkin akan tergoda untuk membuat orang lain menuruti keinginan Saudara? Yehuwa, dengan segala kuasa-Nya, tidak memaksa orang untuk melayani-Nya. Meskipun melayani Allah adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kehidupan abadi, Yehuwa tidak memaksa kita untuk melakukan pelayanan seperti itu. Sebaliknya, dengan baik hati Dia meningkatkan martabat tiap-tiap individu dengan kebebasan memilih. Dia memberikan pengingat sehubungan dengan konsekuensi pilihan yang buruk dan memberitahukan manfaat pilihan yang baik. Namun, pilihan itu sendiri, Dia serahkan kepada kita. (Ulangan 30:19, 20) Yehuwa sama sekali tidak tertarik pada pelayanan yang dilakukan karena terpaksa atau karena rasa takut yang tidak wajar terhadap kuasa-Nya yang dahsyat. Dia mencari orang-orang yang akan melayani Dia dengan rela, karena kasih.​—2 Korintus 9:7.

      22, 23. (a) Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa senang memberikan kuasa kepada orang lain? (b) Apa yang akan kita bahas di pasal selanjutnya?

      22 Mari kita lihat alasan terakhir mengapa kita tidak perlu hidup dalam ketakutan terhadap Allah Yang Mahakuasa. Manusia yang berkuasa cenderung takut membagikan kuasanya kepada orang lain. Akan tetapi, Yehuwa senang memberikan kuasa kepada para penyembah-Nya yang setia. Dia mendelegasikan wewenang yang cukup besar kepada pribadi lain, misalnya kepada Putra-Nya. (Matius 28:18) Yehuwa juga memberikan kuasa kepada hamba-hamba-Nya dengan cara lain. Alkitab menjelaskan, ”Yehuwa, Engkau begitu besar, hebat, agung, mulia, dan terhormat, karena segala sesuatu di surga dan di bumi adalah milik-Mu. . . . Kuasa dan kehebatan ada di tangan-Mu. Tangan-Mu sanggup memberikan kebesaran dan kekuatan kepada semua.”​—1 Tawarikh 29:11, 12.

      23 Ya, Yehuwa akan senang memberi Saudara kekuatan. Bahkan, Dia membagikan ”kesanggupan . . . yang begitu luar biasa” kepada mereka yang mau melayani Dia. (2 Korintus 4:7) Tidakkah Saudara merasa tertarik kepada Allah yang dinamis dan yang menggunakan kuasa-Nya dengan cara yang baik hati dan berprinsip ini? Di pasal selanjutnya, kita akan menyoroti cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan.

      a Kata Yunani yang diterjemahkan ”Mahakuasa” secara harfiah berarti ”Penguasa atas Segala Sesuatu; Pribadi yang Memiliki Segala Kuasa”.

      b Alkitab mengatakan bahwa ”Yehuwa tidak ada dalam angin itu . . . , gempa itu . . . , api itu”. Tidak seperti para penyembah dewa-dewa alam yang bersifat mitos, hamba-hamba Yehuwa tidak mencari Dia di balik kekuatan-kekuatan alam. Dia terlalu agung untuk berada di dalam apa pun yang Dia ciptakan.​—1 Raja 8:27.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • 2 Tawarikh 16:7-13 Bagaimana contoh Raja Asa memperlihatkan betapa serius akibatnya jika seseorang tidak memercayai kuasa Yehuwa?

      • Mazmur 89:6-18 Apa pengaruh kuasa Yehuwa terhadap para penyembah-Nya?

      • Yesaya 40:10-31 Bagaimana kuasa Yehuwa dilukiskan di sini, seberapa ekstensifkah itu, dan bagaimana kuasa itu dapat memberikan manfaat kepada kita secara pribadi?

      • Wahyu 11:16-18 Yehuwa berjanji akan menggunakan kuasa-Nya untuk melakukan apa di masa depan, dan mengapa hal ini menenteramkan hati orang Kristen sejati?

  • Kuasa untuk Menciptakan—”Pembuat Langit dan Bumi”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Matahari terbit menyinari ladang gandum.

      PASAL 5

      Kuasa untuk Menciptakan​—”Pembuat Langit dan Bumi”

      1, 2. Bagaimana matahari mempertunjukkan kuasa Yehuwa untuk menciptakan?

      PERNAHKAH Saudara berdiang di api unggun pada malam yang dingin? Mungkin Saudara akan menjulurkan tangan pada jarak yang tepat dari nyala api untuk menikmati kehangatan yang dipancarkannya. Jika Saudara berdiri terlalu dekat, Saudara akan kepanasan. Jika Saudara mundur terlalu jauh, udara malam yang dingin mulai merasuk dan Saudara akan kedinginan.

      2 Pada siang hari, ada ”api” yang menghangatkan kulit kita. ”Api” tersebut berpijar dari jarak sekitar 150 juta kilometer!a Betapa besar tenaga yang matahari miliki sehingga Saudara dapat merasakan kehangatannya dari jarak sejauh itu! Namun, bumi mengorbit tanur termonuklir yang menakjubkan tersebut pada jarak yang tepat. Jika terlalu dekat, air di bumi akan menguap; jika terlalu jauh, semuanya itu akan membeku. Kedua ekstrem ini bisa menyebabkan planet kita mati. Selain sangat penting bagi kehidupan di bumi, cahaya matahari bersih, efisien, dan bahkan menyenangkan.​—Pengkhotbah 11:7.

      3. Matahari memberi kesaksian tentang kebenaran penting apa?

      3 Namun, kebanyakan orang menyepelekan matahari, sekalipun kehidupan mereka bergantung padanya. Itu sebabnya, mereka gagal memahami apa yang dapat diajarkan matahari kepada kita. Alkitab berkata mengenai Yehuwa, ”Engkaulah yang membuat terang dan matahari.” (Mazmur 74:16) Ya, matahari mendatangkan hormat bagi Yehuwa, ”Pembuat langit dan bumi”. (Mazmur 19:1; 146:6) Matahari hanyalah salah satu dari tak terhitung banyaknya benda-benda langit yang mengajar kita tentang kuasa Yehuwa yang luar biasa untuk menciptakan. Mari kita memeriksa lebih dekat beberapa di antaranya dan kemudian mengarahkan perhatian kita kepada bumi serta kehidupan yang berkembang subur di atasnya.

      Yehuwa ”membuat terang dan matahari”

      ”Pandanglah Langit dan Lihatlah”

      4, 5. Seberapa hebat dan besarkah matahari itu, tetapi bagaimana perbandingannya dengan bintang-bintang yang lain?

      4 Seperti yang mungkin telah Saudara ketahui, matahari kita adalah sebuah bintang. Matahari tampak lebih besar daripada bintang-bintang yang kita lihat di malam hari karena, jika dibandingkan dengan bintang-bintang itu, jaraknya cukup dekat. Seberapa hebatkah tenaga matahari? Suhu pada inti matahari mencapai kira-kira 15.000.000 derajat Celsius. Seandainya Saudara dapat mengambil inti matahari seukuran kepala jarum pentol saja dan menaruhnya di bumi, Saudara tidak dapat berdiri dengan aman hingga jarak sejauh 140 kilometer dari sumber panas sekecil itu! Setiap detik, matahari mengeluarkan energi yang sebanding dengan ledakan ratusan juta bom nuklir.

      5 Sedemikian besarnya matahari sehingga dapat memuat lebih dari 1.300.000 planet seukuran bumi di dalamnya. Apakah matahari adalah bintang yang luar biasa besarnya? Tidak, para astronom menyebutnya bintang kerdil kuning. Rasul Paulus menulis bahwa ”setiap bintang punya kemuliaan masing-masing”. (1 Korintus 15:41) Dia belum tahu betapa benarnya kata-kata terilham tersebut. Ada bintang yang sedemikian besarnya sehingga jika diletakkan tepat pada posisi matahari sekarang, bumi kita akan termuat di dalamnya. Ada juga bintang raksasa lain yang jika diletakkan pada posisi yang sama akan membentang hingga ke planet Saturnus—padahal planet tersebut sangat jauh dari bumi sehingga jika kita pergi ke sana dengan pesawat ruang angkasa, yang 40 kali lebih cepat daripada peluru yang ditembakkan dari sebuah senjata api yang dahsyat, dibutuhkan waktu empat tahun untuk mencapainya!

      6. Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa jumlah bintang terlalu banyak dari sudut pandang manusia?

      6 Bahkan, yang lebih menakjubkan daripada ukuran bintang-bintang adalah jumlah bintang itu sendiri. Alkitab memperlihatkan bahwa bintang-bintang hampir tak terhitung, sama susahnya seperti menghitung ”pasir di laut”. (Yeremia 33:22) Pernyataan itu menyiratkan bahwa jumlah bintang jauh lebih banyak daripada yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebenarnya, jika seorang penulis Alkitab, seperti Yeremia, memandang ke langit malam dan mencoba menghitung bintang-bintang yang tampak, hanya sekitar tiga ribu saja yang dapat dihitungnya, karena hanya sebanyak itulah yang bisa terdeteksi oleh mata telanjang pada malam yang cerah. Jumlah sebanyak itu dapat disamakan dengan banyaknya partikel dalam segenggam pasir saja. Akan tetapi, pada kenyataannya jumlah bintang luar biasa banyaknya, seperti pasir di laut.b Siapa yang dapat menghitungnya?

      Berbagai bintang dan galaksi yang menakjubkan.

      ”Semuanya Dia panggil dengan nama masing-masing”

      7. Apa pendapat para astronom tentang jumlah bintang di galaksi Bima Sakti dan jumlah galaksi di alam semesta?

      7 Yesaya 40:26 menjawab, ”Pandanglah langit dan lihatlah. Siapa yang menciptakan semua ini? Dia adalah Allah yang menyuruh pasukan mereka keluar, sesuai dengan jumlahnya; semuanya Dia panggil dengan nama masing-masing.” Mazmur 147:4 mengatakan, ”Dia menghitung jumlah bintang.” Berapa ”jumlah bintang”? Ini bukanlah pertanyaan yang sederhana. Para astronom memperkirakan bahwa dalam galaksi Bima Sakti saja terdapat lebih dari 100 miliar bintang.c Beberapa dari mereka mengatakan bahwa jumlahnya jauh lebih banyak. Namun, galaksi kita hanyalah salah satu dari sekian banyak galaksi, dan banyak di antaranya bahkan memiliki lebih banyak bintang. Ada berapa banyak galaksi di alam semesta ini? Para astronom memperkirakan bahwa jumlahnya ada ratusan miliar, bahkan triliunan. Kelihatannya sampai saat ini, jumlah galaksi saja tak dapat manusia tentukan, apalagi berapa tepatnya jumlah miliaran bintang yang termuat di dalamnya. Namun, Yehuwa mengetahui jumlahnya. Dia bahkan menamai setiap bintang!

      8. (a) Bagaimana Saudara akan menjelaskan ukuran galaksi Bima Sakti? (b) Dengan sarana apa Yehuwa mengatur pergerakan benda-benda angkasa?

      8 Rasa takjub kita akan bertambah apabila kita merenungkan ukuran galaksi. Galaksi Bima Sakti diperkirakan membentang sepanjang 100.000 tahun cahaya. Bayangkan berkas cahaya yang melesat dengan kecepatan 300.000 kilometer per detik. Berkas cahaya tersebut memerlukan waktu 100.000 tahun untuk melintasi galaksi kita! Dan, beberapa galaksi ukurannya berkali-kali lebih besar daripada galaksi kita. Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa membentangkan ”langit” seolah-olah seperti selembar kain. (Mazmur 104:2) Dia juga mengatur pergerakan benda-benda ini. Dari titik debu angkasa yang paling kecil hingga galaksi yang paling besar, semuanya bergerak mengikuti hukum-hukum fisika yang telah dirumuskan dan dioperasikan oleh Allah. (Ayub 38:31-33) Itu sebabnya, para ilmuwan menyamakan pergerakan benda-benda angkasa yang tepat ini dengan sebuah tarian balet yang rumit! Kalau begitu, pikirkanlah Pribadi yang menciptakan semuanya ini. Tidakkah Saudara akan diliputi perasaan kagum akan Allah yang memiliki kuasa yang luar biasa untuk menciptakan?

      ”Pembuat Bumi dengan Kuasa-Nya”

      9, 10. Bagaimana kuasa Yehuwa nyata sehubungan dengan posisi tata surya kita, Jupiter, bumi, dan bulan?

      9 Kuasa Yehuwa untuk menciptakan nyata pada rumah kita, bumi. Dengan sangat hati-hati, Dia menempatkan bumi di alam semesta yang mahaluas ini. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa bisa jadi banyak galaksi terbukti tidak ramah untuk planet yang berisi kehidupan seperti bumi kita. Sebagian besar galaksi Bima Sakti kita kelihatannya tidak dirancang untuk menunjang kehidupan. Pusat galaksi penuh dengan bintang. Di sana, radiasinya tinggi dan tak jarang bintang-bintang nyaris bertabrakan. Bagian terluar galaksi kekurangan banyak unsur yang penting untuk kehidupan. Dengan sangat ideal, tata surya kita terletak di antara kedua ekstrem tersebut.

      10 Bumi mendapat manfaat dari suatu pelindung yang jauh letaknya, tetapi berukuran raksasa—planet Jupiter. Ukurannya lebih dari seribu kali ukuran Bumi dan mengeluarkan pengaruh gravitasi yang sangat hebat. Hasilnya? Jupiter menangkap atau membelokkan objek yang bergerak cepat di angkasa. Para ilmuwan memperkirakan bahwa seandainya tidak ada Jupiter, hujan proyektil pejal akan menggempur bumi 10.000 kali lebih hebat daripada sekarang. Selain itu, lebih dekat ke planet kita, bumi mendapat manfaat dari satelit yang menakjubkan—bulan. Bukan sekadar sebagai benda yang indah dan ”lampu di malam hari”, bulan menjaga posisi bumi pada kemiringannya yang tetap dan konstan. Kemiringan tersebut membuat bumi memiliki musim-musim yang tetap dan dapat diramalkan—manfaat yang tepat waktu bagi kehidupan di sini.

      11. Bagaimana atmosfer bumi dirancang sebagai perisai pelindung?

      11 Kuasa Yehuwa untuk menciptakan terlihat jelas pada setiap segi rancang bangun bumi. Coba perhatikan atmosfer, yang berfungsi sebagai perisai pelindung. Matahari memancarkan sinar yang menyehatkan dan mematikan. Sewaktu menembus lapisan atas atmosfer bumi, sinar-sinar yang berbahaya menyebabkan oksigen biasa berubah menjadi ozon. Selanjutnya, lapisan ozon yang dihasilkan menyerap sebagian besar sinar tersebut. Sebenarnya, planet kita dirancang dengan payung pelindungnya sendiri!

      12. Bagaimana siklus air atmosferis memberikan gambaran tentang kuasa Yehuwa untuk mencipta?

      12 Hal itu hanyalah salah satu aspek dari atmosfer kita, campuran yang kompleks dari berbagai gas yang sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup yang tinggal pada atau di dekat permukaan bumi. Salah satu keajaiban atmosfer adalah siklus air. Setiap tahun, matahari mengangkat 400.000 kilometer kubik air dari laut dan samudra melalui proses penguapan. Air tersebut membentuk awan, yang disebarkan ke mana-mana oleh angin atmosferis. Setelah disaring dan dimurnikan, air itu jatuh sebagai hujan, salju, dan es untuk mengisi kembali persediaan air. Halnya tepat seperti yang dikatakan Pengkhotbah 1:7, ”Sungai-sungai mengalir ke laut, tapi laut tak juga penuh. Ke tempat asalnya aliran sungai, ke sanalah dia kembali untuk mengalir lagi.” Hanya Yehuwa yang dapat menciptakan siklus semacam itu.

      13. Apa bukti kuasa Sang Pencipta yang dapat kita lihat dari tumbuh-tumbuhan dan tanah di bumi?

      13 Di mana ada kehidupan, di situ ada bukti kuasa Sang Pencipta. Dari pohon kayu merah (redwood) yang perkasa, yang tingginya melampaui gedung berlantai 30, hingga tanaman mikroskopis yang berkembang biak di lautan dan menyediakan sebagian besar oksigen yang kita hirup, kuasa Yehuwa untuk menciptakan terlihat jelas. Tanah pun penuh dengan makhluk hidup—cacing, fungi, dan mikroba, semuanya bekerja sama secara kompleks untuk membantu pertumbuhan tanaman. Tepatlah jika Alkitab mengatakan bahwa tanah memiliki kekuatan, atau kuasa.​—Kejadian 4:12, catatan kaki.

      14. Kekuatan apa yang tersimpan dalam sebuah atom yang sangat kecil?

      14 Tak diragukan, Yehuwa adalah ”Pembuat bumi dengan kuasa-Nya”. (Yeremia 10:12) Kuasa Allah terlihat jelas bahkan pada karya ciptaan-Nya yang terkecil. Sebagai contoh, jika jutaan atom dijejerkan, panjangnya tidak akan setebal satu helai rambut manusia. Dan, meski sebuah atom diperbesar hingga setinggi gedung 14 lantai, nukleusnya hanya akan berukuran sebesar butiran garam yang berada di lantai tujuh. Namun, nukleus yang sangat kecil tersebut adalah sumber tenaga dahsyat yang dilepaskan dalam suatu ledakan nuklir!

      ”Semua yang Bernapas”

      15. Dengan membicarakan berbagai hewan liar, apa yang Yehuwa ajarkan kepada Ayub?

      15 Berlimpahnya jenis satwa di bumi merupakan bukti nyata lain dari kuasa Yehuwa untuk menciptakan. Mazmur 148 menuliskan sederetan ciptaan yang memuji Yehuwa, dan ayat 10 menyertakan ”binatang liar dan semua ternak”. Untuk menunjukkan mengapa manusia hendaknya menghormati Sang Pencipta, Yehuwa pernah berbicara kepada Ayub mengenai hewan-hewan seperti singa, zebra, sapi jantan liar, Behemot (atau, kuda nil), dan Lewiatan (tampaknya buaya). Tujuannya? Apabila manusia mengagumi hewan-hewan yang perkasa, menakutkan, dan liar tersebut, bukankah mereka seharusnya lebih mengagumi Pencipta binatang-binatang itu?​—Ayub, pasal 38-41.

      16. Apa yang Saudara kagumi dari beberapa burung yang Yehuwa ciptakan?

      16 Mazmur 148:10 juga menyebutkan ”semua burung”. Coba bayangkan variasinya! Yehuwa memberi tahu Ayub mengenai burung unta, yang ”menertawakan kuda dan penunggangnya”. Memang, burung yang tingginya dua setengah meter ini tidak dapat terbang, tetapi burung ini mampu berlari secepat 65 kilometer per jam, dengan langkah kaki sepanjang empat setengah meter sekali ayun! (Ayub 39:13, 18) Lain lagi dengan albatros, yang sebagian besar masa hidupnya dihabiskan dengan melayang di atas lautan. Burung ini merupakan penerbang luncur alami dengan rentang sayap sekitar tiga meter. Burung ini dapat terus membubung selama berjam-jam tanpa mengepakkan sayapnya. Sebagai kontras, dengan panjang hanya lima sentimeter, kolibri lebah merupakan burung terkecil di dunia. Burung ini dapat mengepak-ngepakkan sayapnya hingga 80 kali per detik! Burung kolibri, yang berkilau laksana permata mungil yang bersayap, dapat terbang di tempat seperti halnya helikopter dan bahkan dapat terbang mundur.

      17. Seberapa besarkah paus biru itu, dan kesimpulan apa yang sudah sewajarnya kita capai setelah merenungkan hewan-hewan ciptaan Yehuwa?

      17 Mazmur 148:7 mengatakan bahwa ”binatang laut” pun memuji Yehuwa. Coba perhatikan hewan yang dipercayai banyak orang sebagai hewan terbesar yang pernah hidup di planet ini, paus biru. Binatang yang hidup di ”air yang dalam” ini dapat mencapai panjang 30 meter atau lebih. Beratnya bisa sama dengan berat 30 gajah dewasa. Lidahnya saja bisa seberat satu ekor gajah. Jantungnya seukuran sebuah mobil kecil. Organ yang sangat besar ini hanya berdetak 9 kali per menit—kontras dengan jantung kolibri yang bisa berdetak kira-kira 1.200 kali per menit. Setidaknya ada satu pembuluh darah paus biru yang sangat besar sehingga seorang anak kecil dapat merangkak di dalamnya. Pastilah, hati kita akan tergerak untuk menggemakan seruan yang mengakhiri buku Mazmur, ”Biarlah semua yang bernapas memuji Yah.”​—Mazmur 150:6.

      Belajar dari Kuasa Yehuwa untuk Menciptakan

      18, 19. Seberapa beragamkah makhluk hidup yang Yehuwa ciptakan di bumi ini, dan apa yang diajarkan ciptaan kepada kita tentang hak-Nya untuk memerintah?

      18 Pelajaran apa yang kita peroleh dari cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan? Kita terpesona oleh keanekaragaman ciptaan. Seorang pemazmur berseru, ”Hasil karya-Mu sungguh banyak, oh Yehuwa! . . . Bumi penuh dengan apa yang Kaubuat.” (Mazmur 104:24) Betapa benarnya kata-kata tersebut! Para biolog telah mengklasifikasikan lebih dari satu juta spesies makhluk hidup di bumi; tetapi, beberapa berpendapat bahwa masih ada jutaan spesies lainnya. Seorang seniman mungkin sewaktu-waktu merasa kehabisan kreativitas. Sebaliknya, kreativitas Yehuwa—kuasa-Nya untuk merancang dan menciptakan beragam hal baru—jelas tidak ada habisnya.

      19 Cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan mengajar kita tentang hak-Nya untuk memerintah. Kata ”Pencipta” memisahkan Yehuwa dari segala hal lain di alam semesta, yang semuanya merupakan ”ciptaan”. Bahkan, Putra Yehuwa satu-satunya yang diperanakkan, yang menjadi ”pekerja ahli” selama penciptaan, tidak pernah disebut Pencipta atau rekan Pencipta di dalam Alkitab. (Amsal 8:30; Matius 19:4) Dia adalah ”ciptaan yang pertama”. (Kolose 1:15) Kedudukan Yehuwa sebagai Pencipta dengan sendirinya memberi-Nya hak untuk secara eksklusif menjalankan kekuasaan tertinggi atas seluruh alam semesta.​—Roma 1:20; Wahyu 4:11.

      20. Dalam pengertian apa Yehuwa beristirahat sejak Dia menyelesaikan penciptaan di bumi?

      20 Apakah Yehuwa telah berhenti menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan? Memang, setelah Yehuwa selesai menciptakan pada hari keenam penciptaan, Alkitab mengatakan bahwa ”pada hari ketujuh Dia mulai beristirahat dari semua yang Dia kerjakan”. (Kejadian 2:2) Rasul Paulus memperlihatkan bahwa ”hari” ketujuh ini lamanya ribuan tahun, karena hari tersebut masih berlangsung pada zamannya. (Ibrani 4:3-6) Tetapi, apakah dengan ”beristirahat” berarti Yehuwa berhenti bekerja sama sekali? Tidak, Yehuwa tidak pernah berhenti bekerja. (Mazmur 92:4; Yohanes 5:17) Kalau begitu, pernyataan bahwa Allah beristirahat hanya menunjukkan bahwa Dia menghentikan pekerjaan-Nya untuk menciptakan hal-hal fisik yang berkaitan dengan bumi. Akan tetapi, pekerjaan-Nya untuk memenuhi tujuan-Nya tetap berlangsung tanpa henti. Pekerjaan tersebut meliputi pengilhaman Alkitab. Bahkan, pekerjaan-Nya termasuk menghasilkan ”ciptaan yang baru”, yang akan didiskusikan di pasal 19.​—2 Korintus 5:17.

      21. Bagaimana kuasa Yehuwa untuk menciptakan akan memengaruhi umat manusia yang setia sepanjang kekekalan?

      21 Akhirnya, sewaktu hari istirahat-Nya berakhir, Yehuwa dapat mengumumkan bahwa semua pekerjaan-Nya di bumi itu ”sangat baik”, seperti yang Dia lakukan dahulu pada akhir keenam hari penciptaan. (Kejadian 1:31) Cara yang selanjutnya Dia pilih untuk menggunakan kuasa-Nya yang tak terbatas dalam menciptakan tetap bisa terlihat. Apa pun yang terjadi, kita dapat yakin bahwa kita akan terus terpesona oleh cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan. Sepanjang kekekalan, kita akan belajar lebih banyak lagi tentang Yehuwa melalui ciptaan-Nya. (Pengkhotbah 3:11) Semakin banyak yang kita pelajari tentang Dia, semakin dalam rasa hormat kita kepada-Nya—dan semakin dekatlah kita dengan Pencipta Agung kita.

      a Untuk dapat membayangkan jarak yang luar biasa jauhnya tersebut, coba pikirkan hal ini: Jika Saudara menempuh jarak tersebut dengan mobil—bahkan dengan kecepatan 160 kilometer per jam, selama 24 jam sehari—perlu waktu lebih dari seratus tahun!

      b Ada yang berpendapat bahwa orang-orang di zaman Alkitab pasti telah menggunakan teleskop primitif. Kalau tidak, menurut pandangan tersebut, dengan cara apa lagi orang-orang pada masa itu bisa tahu bahwa jumlah bintang terlalu banyak, tak dapat dihitung, dari sudut pandang manusia? Spekulasi yang tak berdasar demikian mengabaikan Yehuwa, Sang Pengarang Alkitab.​—2 Timotius 3:16.

      c Coba pikirkan lamanya waktu yang Saudara perlukan untuk sekadar menghitung 100 miliar bintang. Jika Saudara mampu menghitung satu bintang baru setiap detik—dan terus melakukannya selama 24 jam per hari—Saudara memerlukan waktu 3.171 tahun!

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Mazmur 8:3-9 Bagaimana ciptaan Yehuwa mengajarkan kerendahan hati?

      • Mazmur 19:1-6 Kuasa Yehuwa untuk menciptakan menggerakkan kita untuk melakukan apa, dan mengapa?

      • Matius 6:25-34 Bagaimana renungan atas kuasa Yehuwa untuk menciptakan membantu memerangi kekhawatiran dan menetapkan prioritas yang tepat dalam kehidupan?

      • Kisah 17:22-31 Bagaimana cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan mengajar kita bahwa penyembahan berhala itu salah dan Allah tidak jauh dari kita masing-masing?

  • Kuasa untuk Membinasakan—”Yehuwa Itu Pejuang yang Perkasa”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Firaun dan pasukan Mesir tenggelam di Laut Merah.

      PASAL 6

      Kuasa untuk Membinasakan—”Yehuwa Itu Pejuang yang Perkasa”

      1-3. (a) Ancaman apa yang dihadapi orang Israel di tangan orang Mesir? (b) Bagaimana Yehuwa berperang demi umat-Nya?

      ORANG ISRAEL terjebak—terjepit di antara tebing gunung yang sangat sulit dilalui dan laut yang tak terseberangi. Bala tentara Mesir, mesin pembunuh yang sangat kejam, sedang memburu mereka dan sangat bernafsu untuk memusnahkan mereka.a Namun, Musa mendesak umat Allah untuk tidak berputus asa. ”Yehuwa sendiri yang akan berperang untuk kalian,” dia meyakinkan mereka.​—Keluaran 14:14.

      2 Meskipun demikian, tampaknya Musa berseru kepada Yehuwa, dan Allah menjawab, ”Kenapa kamu terus minta tolong kepada-Ku? . . . Angkat tongkatmu dan arahkan ke laut, dan belah laut itu.” (Keluaran 14:15, 16) Bayangkanlah peristiwa yang bakal terjadi. Pada saat itu juga, Yehuwa memberikan perintah kepada malaikat-Nya, dan tiang awan berpindah ke bagian belakang orang Israel, bisa jadi membentang bagaikan dinding dan memblokir jalur penyerangan orang Mesir. (Keluaran 14:19, 20; Mazmur 105:39) Musa mengarahkan tangannya. Didorong oleh angin yang bertiup kencang, terbelahlah laut itu. Lalu, entah bagaimana air itu seperti membeku dan berdiri tegak bagaikan dinding, membuka jalan yang cukup lebar untuk dilewati seluruh bangsa itu!​—Keluaran 14:21; 15:8.

      3 Sewaktu melihat pertunjukan keperkasaan tersebut, Firaun seharusnya memerintahkan bala tentaranya untuk mundur. Sebaliknya, Firaun yang angkuh itu memerintahkan mereka untuk menyerang. (Keluaran 14:23) Tanpa pikir panjang, orang Mesir mengejar bangsa Israel ke dasar laut, tetapi penyerangan mereka segera berubah menjadi kekacauan karena roda-roda kereta mereka mulai terlepas. Segera setelah orang Israel berada di seberang dengan aman, Yehuwa memerintahkan Musa, ”Arahkan tongkatmu ke laut. Airnya akan kembali dan menutupi orang Mesir bersama kereta perang dan pasukan berkuda mereka.” Dinding air tersebut runtuh, mengubur Firaun dan pasukannya!​—Keluaran 14:24-28; Mazmur 136:15.

      4. (a) Di Laut Merah, Yehuwa terbukti menjadi apa? (b) Bisa jadi, apa tanggapan beberapa orang jika Yehuwa digambarkan seperti itu?

      4 Pembebasan bangsa Israel di Laut Merah merupakan peristiwa penting selama Allah berurusan dengan umat manusia. Di sana, Yehuwa membuktikan diri-Nya sebagai ”pejuang yang perkasa”. (Keluaran 15:3) Akan tetapi, apa tanggapan Saudara jika Yehuwa digambarkan seperti itu? Sejujurnya, perang membawa banyak penderitaan dan kesengsaraan bagi umat manusia. Apakah penggunaan kuasa Allah untuk membinasakan lebih tampak sebagai penghalang daripada pendorong bagi Saudara untuk mendekat kepada-Nya?

      Di Laut Merah, Yehuwa terbukti sebagai ”pejuang yang perkasa”

      Peperangan Ilahi Versus Konflik Manusia

      5, 6. (a) Mengapa tepat jika Allah disebut ”Yehuwa yang berbala tentara”? (b) Bagaimana peperangan ilahi berbeda dengan peperangan manusia?

      5 Sekitar dua ratus enam puluh kali di Kitab-Kitab Ibrani dan dua kali di Kitab-Kitab Yunani Kristen, Allah diberi gelar ”Yehuwa yang berbala tentara”. (1 Samuel 1:11) Sebagai Penguasa Yang Mahatinggi, Yehuwa memimpin suatu bala tentara malaikat yang sangat besar. (Yosua 5:13-15; 1 Raja 22:19) Bala tentara ini memiliki potensi membinasakan yang luar biasa. (Yesaya 37:36) Pembinasaan oleh manusia bukanlah hal yang menyenangkan untuk dipikirkan. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa peperangan Allah tidaklah sama dengan konflik manusia yang picik. Para pemimpin militer dan politik mungkin berupaya mengaitkan motif-motif luhur dengan agresi mereka. Namun, perang manusia selalu berkaitan dengan keserakahan dan sifat mementingkan diri.

      6 Sebaliknya, Yehuwa tidak dikendalikan oleh emosi yang membabi buta. Ulangan 32:4 menyatakan, ”Gunung Batu, sempurna tindakan-Nya, semua jalan-Nya adil. Allah yang setia, yang selalu adil; Dia benar dan lurus hati.” Firman Allah mengutuk kemurkaan, kekejaman, dan kekerasan yang tak terkendali. (Kejadian 49:7; Mazmur 11:5) Jadi, Yehuwa tidak pernah bertindak tanpa alasan. Dia menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan dengan cara yang terkendali dan sebagai jalan keluar terakhir. Hal itu sesuai dengan apa yang Dia nyatakan melalui Yehezkiel, nabi-Nya, ”Tuan Yang Mahatinggi Yehuwa berkata, ’Apa Aku senang kalau orang jahat mati? Bukankah Aku lebih senang kalau dia berbalik dari tingkah lakunya dan tetap hidup?’”—Yehezkiel 18:23.

      7, 8. (a) Apa kesimpulan Ayub yang keliru mengenai penderitaannya? (b) Bagaimana Elihu mengoreksi penalaran Ayub sehubungan dengan hal itu? (c) Hikmah apa yang kita dapatkan dari pengalaman Ayub?

      7 Kalau begitu, mengapa Yehuwa menggunakan kuasa untuk membinasakan? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita mungkin mengingat Ayub, pria yang benar. Setan mengajukan tantangan apakah Ayub—sebenarnya, setiap manusia—akan mempertahankan integritasnya di bawah cobaan. Yehuwa menjawab tantangan tersebut dengan mengizinkan Setan menguji integritas Ayub. Akibatnya, Ayub menderita penyakit dan kehilangan kekayaan serta anak-anaknya. (Ayub 1:1–2:8) Karena tidak mengetahui sengketa yang terkait, dengan keliru Ayub menyimpulkan bahwa penderitaannya adalah hukuman yang tidak adil dari Allah. Ayub bertanya kepada Allah mengapa Dia ’mengincarnya’ dan menganggapnya sebagai ”musuh”.​—Ayub 7:20; 13:24.

      8 Seorang pria muda bernama Elihu menyingkapkan kekeliruan penalaran Ayub dengan mengatakan, ”Apa kamu begitu yakin bahwa kamu benar, sampai kamu berkata, ’Aku lebih benar daripada Allah’?” (Ayub 35:2) Ya, sungguh tidak bijaksana untuk berpikir bahwa kita lebih tahu daripada Allah atau mengira bahwa Dia telah bertindak dengan tidak adil. ”Tidak mungkin Allah yang benar bertindak jahat, dan mustahil Yang Mahakuasa berbuat salah!” kata Elihu. Kemudian, dia mengatakan, ”Sangat mustahil bagi kita untuk memahami Yang Mahakuasa. Kuasa-Nya luar biasa. Apa yang Dia lakukan selalu adil dan benar.” (Ayub 34:10; 36:22, 23; 37:23) Kita dapat yakin bahwa sewaktu berperang, Allah memiliki alasan yang sah untuk melakukannya. Dengan mencamkan hal itu, marilah kita selidiki mengapa Allah kedamaian kadang-kadang berperan sebagai pejuang.​—1 Korintus 14:33.

      Mengapa Allah Kedamaian Harus Berperang

      9. Mengapa Allah kekudusan berperang?

      9 Setelah memuji Allah sebagai ”pejuang yang perkasa”, Musa menyatakan, ”Oh Yehuwa, mana ada allah yang seperti Engkau? Siapa yang seperti Engkau, Yang Mahakudus?” (Keluaran 15:11) Dengan nada serupa, Nabi Habakuk menulis, ”Mata-Mu terlalu murni untuk melihat yang jahat, dan Engkau tidak tahan melihat kejahatan.” (Habakuk 1:13) Meskipun Yehuwa adalah Allah kasih, Dia pun adalah Allah kekudusan, kebenaran, dan keadilan. Adakalanya, sifat-sifat tersebut membuat Dia harus menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan. (Yesaya 59:15-19; Lukas 18:7) Jadi, Allah tidak menodai kekudusan-Nya sewaktu Dia berperang. Sebaliknya, Dia berperang karena Dia kudus.​—Keluaran 39:30.

      10. Hanya dengan cara apa permusuhan yang dinubuatkan di Kejadian 3:15 dapat dituntaskan, dan apa manfaatnya bagi umat manusia yang benar?

      10 Pikirkanlah situasi yang timbul ketika pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa, memberontak terhadap Allah. (Kejadian 3:1-6) Seandainya saat itu Dia menoleransi kesalahan mereka, Yehuwa pasti merongrong kedudukan-Nya sendiri sebagai Penguasa Universal. Sebagai Allah yang adil, Dia berkewajiban untuk menghukum mati mereka berdua. (Roma 6:23) Dalam nubuat Alkitab yang pertama, Dia menubuatkan bahwa akan ada permusuhan antara hamba-hamba-Nya dan para pengikut ”ular” atau Setan. (Wahyu 12:9; Kejadian 3:15) Akhirnya, permusuhan ini hanya bisa dituntaskan dengan dihancurkannya Setan. (Roma 16:20) Namun, penghakiman tersebut akan mendatangkan berkat-berkat gemilang bagi umat manusia yang benar, membersihkan bumi dari pengaruh Setan dan membuka jalan ke suatu firdaus seluas dunia. (Matius 19:28) Sebelum hal-hal itu terjadi, orang-orang yang berpihak kepada Setan akan terus-menerus melancarkan ancaman terhadap kesejahteraan jasmani dan rohani umat Allah. Kadang-kadang, Yehuwa harus turun tangan.

      Allah Bertindak untuk Menyingkirkan Kefasikan

      11. Mengapa Allah merasa berkewajiban untuk mendatangkan air bah global?

      11 Air Bah pada zaman Nuh merupakan salah satu contoh bagaimana Allah turun tangan. Kejadian 6:11, 12 berkata, ”Tapi dalam pandangan Allah yang benar, bumi sudah rusak dan penuh kekerasan. Allah memandang bumi, dan bumi telah rusak, semua orang sudah rusak perbuatannya.” Apakah Allah akan membiarkan orang fasik memunahkan moralitas yang masih tersisa di bumi? Tidak. Yehuwa merasa berkewajiban untuk mendatangkan air bah global guna membersihkan bumi dari orang-orang yang cenderung melakukan kekerasan dan perbuatan amoral.

      12. (a) Apa yang Yehuwa nubuatkan berkenaan dengan keturunan Abraham? (b) Mengapa orang Amori harus dibasmi?

      12 Halnya serupa dengan penghakiman Allah terhadap orang Kanaan. Yehuwa menyingkapkan bahwa dari Abraham akan datang suatu keturunan yang melaluinya semua keluarga di bumi akan memperoleh berkat. Selaras dengan tujuan tersebut, Allah menetapkan bahwa keturunan Abraham akan diberi tanah Kanaan, suatu negeri yang penduduknya disebut orang Amori. Bagaimana Allah dapat dibenarkan dalam hal mengusir secara paksa orang-orang ini dari negeri mereka? Yehuwa menubuatkan bahwa pengusiran tersebut tidak akan terjadi dalam waktu kira-kira 400 tahun—sampai ”kesalahan orang Amori” telah ”mencapai puncaknya”.b (Kejadian 12:1-3; 13:14, 15; 15:13, 16; 22:18) Selama jangka waktu tersebut, orang Amori semakin lama semakin terperosok ke dalam kebejatan moral. Kanaan menjadi negeri tempat penyembahan berhala, pertumpahan darah, dan praktek seksual yang bobrok. (Keluaran 23:24; 34:12, 13; Bilangan 33:52) Penduduk negeri itu bahkan membunuh anak-anak dalam api pengorbanan. Dapatkah Allah yang kudus membiarkan umat-Nya tidak terlindung dari kefasikan semacam itu? Tidak! Dia menyatakan, ”Negeri mereka najis, dan Aku akan menghukum penduduknya karena mereka bersalah. Negeri itu akan memuntahkan mereka.” (Imamat 18:21-25) Akan tetapi, Yehuwa tidak membunuh orang-orang tersebut tanpa pandang bulu. Orang Kanaan yang memiliki kecenderungan yang benar, seperti Rahab dan orang-orang Gibeon, diluputkan.​—Yosua 6:25; 9:3-27.

      Berperang Demi Nama-Nya

      13, 14. (a) Mengapa Yehuwa berkewajiban untuk menyucikan nama-Nya? (b) Bagaimana Yehuwa membersihkan nama-Nya dari celaan?

      13 Karena Yehuwa kudus, nama-Nya pun kudus. (Imamat 22:32) Yesus mengajar murid-muridnya untuk berdoa, ”Disucikanlah nama-Mu.” (Matius 6:9) Pemberontakan di Eden mencemari nama Allah, mempertanyakan reputasi Allah dan cara Dia memerintah. Yehuwa tidak akan pernah dapat memaafkan fitnah dan pemberontakan demikian. Dia berkewajiban untuk membersihkan nama-Nya dari celaan.​—Yesaya 48:11.

      14 Pertimbangkan kembali orang Israel. Selama mereka menjadi budak di Mesir, janji Allah kepada Abraham bahwa melalui keturunannya, semua keluarga di bumi akan memperoleh berkat seolah-olah tidak ada artinya. Tetapi, dengan membebaskan mereka dan meneguhkan mereka sebagai suatu bangsa, Yehuwa membersihkan nama-Nya dari celaan. Itu sebabnya, dalam doanya, Nabi Daniel mengatakan, ”Oh Yehuwa Allah kami, yang membawa umat-Mu keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan yang membuat nama-Mu terkenal.”​—Daniel 9:15.

      15. Mengapa Yehuwa membebaskan orang Yahudi dari penawanan di Babilon?

      15 Sungguh menarik bahwa Daniel berdoa seperti itu sewaktu orang Yahudi membutuhkan Yehuwa untuk bertindak sekali lagi demi nama-Nya. Orang Yahudi yang tidak taat berada dalam penawanan, kali ini di Babilon. Ibu kota mereka sendiri, Yerusalem, tinggal puing-puing. Daniel tahu bahwa pengembalian orang Yahudi ke negeri asal mereka akan mengagungkan nama Yehuwa. Oleh karena itu, Daniel berdoa, ”Oh Yehuwa, ampunilah. Oh Yehuwa, perhatikanlah dan bertindaklah! Oh Allahku, demi kepentingan-Mu sendiri, janganlah menunda, karena kota-Mu dan umat-Mu ini menyandang nama-Mu.”​—Daniel 9:18, 19.

      Berperang Demi Umat-Nya

      16. Jelaskan mengapa keinginan Yehuwa untuk membela nama-Nya tidak berarti bahwa Dia tidak berperasaan dan mementingkan diri.

      16 Apakah keinginan Yehuwa untuk membela nama-Nya berarti bahwa Dia tidak berperasaan dan mementingkan diri? Tidak, karena dengan bertindak selaras dengan kekudusan-Nya dan kasih-Nya akan keadilan, Dia melindungi umat-Nya. Pertimbangkanlah Kejadian pasal 14. Di sana kita membaca tentang empat raja yang mengadakan penyerangan dan menculik keponakan Abraham, yaitu Lot, beserta keluarga Lot. Dengan bantuan Allah, Abraham memperoleh kemenangan yang luar biasa atas pasukan yang jauh lebih kuat! Kemungkinan besar, kemenangan ini merupakan catatan pertama dalam ”buku Perang Yehuwa”, agaknya sebuah buku yang juga mencatat beberapa peristiwa militer yang tidak dicatat di dalam Alkitab. (Bilangan 21:14) Masih ada kemenangan-kemenangan lain yang akan segera menyusul.

      17. Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa berperang demi orang Israel setelah mereka memasuki negeri Kanaan? Berikan contoh.

      17 Tidak lama sebelum orang Israel memasuki negeri Kanaan, Musa meyakinkan mereka, ”Yehuwa Allah kalian akan ada di depan kalian. Dia akan berperang untuk kalian, sama seperti yang Dia lakukan di Mesir di depan mata kalian.” (Ulangan 1:30; 20:1) Dimulai dengan penerus Musa, Yosua, dan terus berlanjut sampai pada masa Hakim-Hakim dan pemerintahan raja-raja Yehuda yang setia, Yehuwa memang berperang demi umat-Nya, memberi mereka kemenangan yang dramatis atas musuh-musuh mereka.​—Yosua 10:1-14; Hakim 4:12-17; 2 Samuel 5:17-21.

      18. (a) Mengapa kita dapat bersyukur bahwa Yehuwa belum berubah? (b) Apa yang akan terjadi sewaktu permusuhan yang digambarkan di Kejadian 3:15 mencapai klimaksnya?

      18 Yehuwa belum berubah; demikian pula tujuan-Nya untuk membuat planet ini menjadi suatu firdaus yang penuh damai. (Kejadian 1:27, 28) Allah masih membenci kefasikan. Pada waktu yang sama, Dia sangat mengasihi umat-Nya dan akan segera bertindak demi mereka. (Mazmur 11:7) Sebenarnya, permusuhan yang digambarkan di Kejadian 3:15 diharapkan akan mencapai titik balik yang dramatis dan sengit dalam waktu dekat ini. Untuk menyucikan nama-Nya dan melindungi umat-Nya, sekali lagi Yehuwa akan menjadi ”pejuang yang perkasa”!​—Zakharia 14:3; Wahyu 16:14, 16.

      19. (a) Ilustrasikan mengapa digunakannya kuasa Allah untuk membinasakan dapat mendekatkan kita kepada-Nya. (b) Kerelaan Allah untuk berperang hendaknya memiliki pengaruh apa atas diri kita?

      19 Pikirkan ilustrasi berikut ini: Andaikan keluarga seorang pria diserang oleh seekor binatang ganas dan pria ini berkelahi dengan binatang yang beringas tersebut dan membunuhnya. Apakah Saudara menduga bahwa istri dan anak-anaknya akan mengutuk tindakannya itu? Sebaliknya, Saudara tentu menduga bahwa mereka akan terharu melihat kasihnya yang tidak mementingkan diri terhadap mereka. Demikian pula, kita hendaknya tidak mengutuk cara Allah menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan. Kerelaan-Nya untuk berperang demi melindungi kita hendaknya memperbesar kasih kita kepada-Nya. Penghargaan kita terhadap kuasa-Nya yang tak terbatas juga hendaknya semakin dalam. Dengan demikian, kita dapat ”melakukan pelayanan suci untuk-Nya dengan cara yang menyenangkan Dia, dengan rasa takut dan hormat”.​—Ibrani 12:28.

      Mendekatlah kepada ”Pejuang yang Perkasa”

      20. Sewaktu membaca catatan Alkitab mengenai peperangan ilahi yang mungkin tidak sepenuhnya dimengerti, bagaimana hendaknya tanggapan kita, dan mengapa?

      20 Tentu saja, Alkitab tidak memberikan penjelasan yang terperinci untuk setiap keputusan Yehuwa sehubungan dengan peperangan ilahi. Namun, kita dapat selalu yakin akan hal ini: Yehuwa tidak pernah menggunakan kuasa untuk membinasakan dengan cara yang tidak adil, sewenang-wenang, atau kejam. Sering kali, mempertimbangkan konteks suatu catatan Alkitab atau beberapa informasi mengenai latar belakangnya dapat membantu kita memandang berbagai hal dari sudut pandang yang tepat. (Amsal 18:13) Bahkan, sewaktu kita tidak memperoleh semua perinciannya, hanya dengan belajar lebih banyak mengenai Yehuwa dan merenungkan sifat-sifat-Nya yang agung, kita dapat dibantu untuk menyingkirkan semua keraguan yang mungkin timbul. Apabila kita melakukannya, kita akan menyadari bahwa kita memiliki alasan yang sangat kuat untuk memercayai Allah kita, Yehuwa.​—Ayub 34:12.

      21. Meski kadang-kadang Dia menjadi ”pejuang yang perkasa”, pada dasarnya bagaimana Yehuwa itu?

      21 Meski Yehuwa menjadi ”pejuang yang perkasa” sewaktu situasinya menuntut, tidak berarti Dia pada dasarnya suka berperang. Dalam penglihatan Yehezkiel tentang kereta surgawi, Yehuwa digambarkan sedang bersiap-siap untuk berperang melawan musuh-musuh-Nya. Namun, Yehezkiel melihat Allah dikelilingi pelangi—lambang kedamaian. (Kejadian 9:13; Yehezkiel 1:28; Wahyu 4:3) Jelaslah, Yehuwa itu tenang dan suka damai. ”Allah adalah kasih,” tulis Rasul Yohanes. (1 Yohanes 4:8) Semua sifat Yehuwa berada dalam keseimbangan yang sempurna. Itulah sebabnya, sungguh besar kehormatan yang kita miliki untuk dapat mendekat kepada Allah yang perkasa tetapi pengasih ini!

      a Menurut sejarawan Yahudi, Yosefus, orang-orang Ibrani ”dikejar oleh 600 kereta dengan 50.000 penunggang kuda serta pasukan infanteri yang bersenjata lengkap, yang berjumlah 200.000 orang”.​—Jewish Antiquities, II, 324 [xv, 3].

      b Tampaknya, istilah ”Amori” yang digunakan di sini mencakup semua bangsa Kanaan.​—Ulangan 1:6-8, 19-21, 27; Yosua 24:15, 18.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • 2 Raja 6:8-17 Bagaimana peran Allah sebagai ”Yehuwa yang berbala tentara” terbukti membesarkan hati kita selama masa kesesakan?

      • Yehezkiel 33:10-20 Sebelum Yehuwa menggunakan kuasa untuk membinasakan, kesempatan apa yang dengan penuh belas kasihan Dia ulurkan kepada mereka yang melanggar hukum-Nya?

      • 2 Tesalonika 1:6-10 Bagaimana pembinasaan orang-orang fasik yang akan segera terjadi membawa kelegaan bagi hamba-hamba Allah yang setia?

      • 2 Petrus 2:4-13 Apa yang mendorong Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan, dan apa hikmahnya bagi seluruh umat manusia?

  • Kuasa untuk Melindungi—”Allah Adalah Tempat Kita Berlindung”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang gembala menggendong seekor anak domba di dadanya.

      PASAL 7

      Kuasa untuk Melindungi​—”Allah Adalah Tempat Kita Berlindung”

      1, 2. Bahaya apa yang mengancam orang Israel sewaktu mereka memasuki kawasan Sinai pada tahun 1513 SM, dan bagaimana Yehuwa menenteramkan hati mereka?

      ORANG ISRAEL berada dalam bahaya sewaktu mereka memasuki kawasan Sinai pada awal tahun 1513 SM. Suatu perjalanan yang menakutkan menanti mereka, perjalanan melalui ”padang gurun yang luas dan dahsyat, yang banyak ular berbisa dan kalajengkingnya”. (Ulangan 8:15, Bahasa Indonesia Masa Kini-LAI) Mereka juga menghadapi ancaman serangan bangsa-bangsa yang kejam. Yehuwa telah membawa umat-Nya ke dalam situasi tersebut. Sebagai Allah mereka, sanggupkah Dia melindungi mereka?

      2 Kata-kata Yehuwa sangatlah menenteramkan hati, ”Kalian sudah lihat sendiri apa yang Aku lakukan kepada orang Mesir, supaya Aku bisa membawa kalian kepada-Ku, seperti burung elang membawa anak-anaknya di sayapnya.” (Keluaran 19:4) Yehuwa mengingatkan umat-Nya bahwa Dia telah melepaskan mereka dari tangan orang Mesir, seolah-olah menggunakan burung elang, untuk membawa mereka ke tempat yang aman. Namun, ada alasan-alasan lain mengapa sayap burung elang dengan tepat menggambarkan perlindungan ilahi.

      3. Mengapa sayap burung elang dengan tepat menggambarkan perlindungan ilahi?

      3 Burung elang menggunakan sayapnya yang lebar dan kuat tidak hanya untuk membubung di udara. Sewaktu hari panas terik, seekor induk elang akan melengkungkan sayapnya—yang dapat direntangkan sepanjang lebih dari dua meter—untuk membentuk payung pelindung, yang menaungi anak-anaknya yang belum bisa terbang dari sengatan sinar matahari. Pada kesempatan lain, dia menyelubungkan sayapnya pada anak-anaknya guna melindungi mereka dari angin dingin. Seperti elang menjaga anak-anaknya, Yehuwa juga menaungi dan melindungi bangsa Israel yang masih muda. Di padang belantara, umat-Nya akan selalu menemukan perlindungan dalam naungan sayap yang perkasa asalkan mereka tetap setia. (Ulangan 32:9-11; Mazmur 36:7) Tetapi, dapatkah kita mengharapkan perlindungan Allah sekarang?

      Janji tentang Perlindungan Ilahi

      4, 5. Mengapa kita dapat menaruh kepercayaan yang mutlak kepada janji Allah tentang perlindungan?

      4 Yehuwa tentu sanggup melindungi hamba-hamba-Nya. Dia adalah ”Allah Yang Mahakuasa”—sebuah gelar yang menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa yang tak tertandingi. (Kejadian 17:1) Bagaikan arus yang tak terbendung, kuasa yang Yehuwa kerahkan tak dapat dihalangi. Karena Dia sanggup melakukan apa pun yang diarahkan oleh kehendak-Nya, kita mungkin bertanya, ’Apakah Yehuwa berkehendak menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi umat-Nya?’

      5 Jawabannya, secara singkat, adalah ya! Yehuwa meyakinkan kita bahwa Dia akan melindungi umat-Nya. ”Allah adalah tempat kita berlindung dan kekuatan kita, pertolongan-Nya selalu tersedia di saat kita susah,” kata Mazmur 46:1. Karena Allah ”tidak bisa berbohong”, kita dapat menaruh kepercayaan mutlak kepada janji-Nya tentang perlindungan. (Titus 1:2) Mari kita perhatikan beberapa gambaran yang jelas yang Yehuwa gunakan untuk melukiskan perhatian-Nya yang bersifat melindungi.

      6, 7. (a) Gembala pada zaman Alkitab memberikan perlindungan macam apa kepada dombanya? (b) Bagaimana Alkitab menggambarkan hasrat Yehuwa yang sepenuh hati untuk melindungi dan memperhatikan domba-Nya?

      6 Yehuwa adalah Gembala kita, dan ”kita adalah umat-Nya dan domba yang Dia gembalakan”. (Mazmur 23:1; 100:3) Hanya sedikit hewan yang sama tidak berdayanya seperti domba peliharaan. Gembala pada zaman Alkitab harus berani melindungi dombanya dari singa, serigala, dan beruang, dan juga dari pencuri. (1 Samuel 17:34, 35; Yohanes 10:12, 13) Namun, ada saat-saat manakala dia harus memperlihatkan kelembutan sewaktu melindungi domba. Sewaktu seekor domba melahirkan di tempat yang jauh dari kandangnya, gembala yang penuh perhatian akan menjaga sang induk yang masih lemah kemudian mengambil anaknya yang tak berdaya dan membawanya ke kandang.

      Seorang gembala menggendong seekor anak domba di dadanya.

      ”Dia akan membawa mereka di dada-Nya”

      7 Dengan menyamakan diri-Nya dengan seorang gembala, Yehuwa meyakinkan kita akan hasrat-Nya yang sepenuh hati untuk melindungi kita. (Yehezkiel 34:11-16) Ingatlah uraian tentang Yehuwa yang terdapat dalam Yesaya 40:11, yang dibahas di Pasal 2 buku ini, ”Seperti gembala Dia akan mengurus kawanan-Nya. Dengan lengan-Nya, Dia akan mengumpulkan anak domba, dan Dia akan membawa mereka di dada-Nya.” Bagaimana seekor anak domba yang mungil sampai berada di ’dada’ sang gembala—lipatan pakaiannya bagian atas? Si anak domba mungkin mendekati sang gembala, bahkan menyenggol-nyenggol kaki sang gembala dengan lembut. Akan tetapi, sang gembalalah yang harus membungkuk, mengangkatnya, dan dengan lembut menaruhnya dalam perlindungan dadanya. Sungguh suatu gambaran yang lembut tentang kerelaan Gembala Agung kita untuk menaungi dan melindungi kita!

      8. (a) Janji Allah tentang perlindungan diulurkan kepada siapa, dan bagaimana hal ini diperlihatkan dalam Amsal 18:10? (b) Mencari perlindungan dalam nama Allah mencakup apa saja?

      8 Janji Allah tentang perlindungan ada syaratnya—janji tersebut bisa diterima hanya oleh orang-orang yang mendekat kepada-Nya. Amsal 18:10 menyatakan, ”Nama Yehuwa adalah menara yang kuat. Ke sanalah orang benar berlari dan dilindungi.” Pada zaman Alkitab, menara kadang-kadang dibangun di padang belantara sebagai tempat perlindungan yang aman. Tetapi, untuk mendapatkan keamanan, orang yang berada dalam bahayalah yang harus lari ke menara semacam itu. Demikian pula halnya dengan mencari perlindungan dalam nama Allah. Dibutuhkan lebih dari sekadar mengulangi nama Allah; nama ilahi itu sendiri bukanlah mantra. Sebaliknya, kita harus mengenal dan mengandalkan Penyandang nama itu dan hidup selaras dengan standar-standar-Nya yang benar. Yehuwa sungguh baik karena meyakinkan kita bahwa apabila kita berpaling kepada-Nya dengan iman, Dia akan menjadi menara perlindungan bagi kita!

      ’Allah Kami Sanggup Menyelamatkan Kami’

      9. Apa buktinya bahwa Yehuwa tidak sekadar menjanjikan perlindungan?

      9 Yehuwa tidak sekadar menjanjikan perlindungan. Pada zaman Alkitab, Dia mempertunjukkan kesanggupan-Nya untuk melindungi umat-Nya dengan cara yang menakjubkan. Sepanjang sejarah Israel, ’tangan’ Yehuwa yang perkasa sering kali membuat musuh-musuh yang tangguh berada di bawah kendali-Nya. (Keluaran 7:4) Akan tetapi, Yehuwa juga menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi demi kepentingan perorangan.

      10, 11. Contoh-contoh mana dalam Alkitab yang menunjukkan cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi demi kepentingan perorangan?

      10 Sewaktu tiga pemuda Ibrani—yang dikenal sebagai Syadrakh, Mesyakh, dan Abednego—menolak untuk sujud kepada patung emas Raja Nebukhadnezar, raja yang murka tersebut mengancam akan melemparkan mereka ke dalam tanur api yang luar biasa panas. ”Dewa mana yang bisa menyelamatkan kalian dari tangan saya?” tantang Nebukhadnezar, raja yang paling berkuasa di bumi kala itu. (Daniel 3:15) Ketiga pemuda tersebut memiliki keyakinan penuh akan kuasa Allah mereka untuk melindungi mereka, tetapi mereka tidak dengan lancang memastikan bahwa Dia akan melakukannya. Oleh karena itu, mereka menjawab, ’Kalau memang harus, Allah yang kami sembah sanggup menyelamatkan kami.’ (Daniel 3:17) Kenyataannya, meski dipanaskan tujuh kali lebih panas daripada biasanya, tanur api tersebut tidak ada apa-apanya bagi Allah mereka yang mahakuasa. Dia melindungi mereka, dan sang raja dipaksa untuk mengaku, ”Tidak ada allah lain yang bisa memberi keselamatan seperti Allah mereka.”​—Daniel 3:29.

      11 Yehuwa juga memberikan suatu pertunjukan yang benar-benar menakjubkan tentang kuasa-Nya untuk melindungi sewaktu Dia memindahkan kehidupan Putra tunggal-Nya ke dalam rahim seorang perawan Yahudi, Maria. Seorang malaikat memberi tahu Maria bahwa dia akan ”hamil dan melahirkan anak laki-laki”. Malaikat tersebut menjelaskan, ”Kuasa kudus akan datang ke atasmu, dan kuasa Yang Mahatinggi akan menaungimu.” (Lukas 1:31, 35) Tampaknya, tidak pernah sebelumnya Putra Allah berada dalam situasi serawan ini. Akankah dosa dan ketidaksempurnaan sang ibu jasmani mencemari embrionya? Dapatkah Setan melukai atau membunuh sang Putra sebelum Dia dilahirkan? Mustahil! Yehuwa seolah-olah membentuk suatu dinding pelindung di sekeliling Maria sehingga, sejak dia mengandung, tidak ada apa pun—apakah itu ketidaksempurnaan, kuasa yang mencelakakan, manusia yang keji, atau roh jahat mana pun—yang dapat merusak embrio yang sedang bertumbuh tersebut. Yehuwa terus melindungi Yesus selama masa mudanya. (Matius 2:1-15) Sampai waktu yang Allah tetapkan, Putra yang dikasihi-Nya tidak dapat dicelakai.

      12. Pada zaman Alkitab, mengapa Yehuwa melindungi individu-individu tertentu dengan cara yang menakjubkan?

      12 Mengapa Yehuwa melindungi individu-individu tertentu dengan cara yang menakjubkan demikian? Dalam banyak kasus, Yehuwa melindungi individu-individu demi melindungi sesuatu yang jauh lebih penting: penggenapan tujuan-Nya. Sebagai contoh, keselamatan Yesus yang masih bayi sangat penting bagi penggenapan tujuan Allah, yang akhirnya akan mendatangkan manfaat bagi seluruh umat manusia. Sejumlah besar catatan mengenai pertunjukan kuasa untuk melindungi telah menjadi bagian dari ayat-ayat yang terilham, yang ”ditulis untuk mengajar kita. Ayat-ayat itu membuat kita bertekun dan terhibur sehingga kita memiliki harapan”. (Roma 15:4) Ya, contoh-contoh tersebut menguatkan iman kita akan Allah yang mahakuasa. Tetapi, perlindungan apa yang dapat kita harapkan dari Allah sekarang?

      Apa yang Tidak Tercakup dalam Perlindungan Ilahi

      13. Apakah Yehuwa wajib melakukan mukjizat demi kepentingan kita? Jelaskan.

      13 Janji tentang perlindungan ilahi tidak berarti bahwa Yehuwa wajib melakukan mukjizat demi kepentingan kita. Tidak, Allah kita tidak memberikan jaminan bahwa kita akan menikmati kehidupan yang bebas problem dalam sistem tua ini. Banyak hamba Yehuwa yang setia menghadapi kesengsaraan yang hebat, termasuk kemiskinan, perang, penyakit, dan kematian. Yesus dengan jelas memberi tahu murid-muridnya bahwa secara perorangan mereka mungkin akan dibunuh karena iman mereka. Itu sebabnya, Yesus menekankan perlunya bertekun sampai ke akhir. (Matius 24:9, 13) Seandainya Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk melakukan pembebasan yang bersifat mukjizat dalam semua kasus, Setan pasti akan mencela Yehuwa dan mempertanyakan ketulusan pengabdian kita kepada Allah kita.​—Ayub 1:9, 10.

      14. Contoh apa saja yang memperlihatkan bahwa Yehuwa tidak selalu melindungi semua hamba-Nya dengan cara yang sama?

      14 Bahkan pada zaman Alkitab, Yehuwa tidak menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi guna menjaga setiap hamba-Nya dari kematian dini. Sebagai contoh, Rasul Yakobus dieksekusi oleh Herodes kira-kira pada tahun 44 M; tetapi tidak lama kemudian, Petrus diselamatkan ”dari tangan Herodes”. (Kisah 12:1-11) Dan Yohanes, saudara Yakobus, hidup lebih lama daripada Petrus dan Yakobus. Jelaslah, kita tidak dapat mengharapkan Allah kita melindungi semua hamba-Nya dengan cara yang sama. Lagi pula, ”waktu dan kejadian yang tidak terduga” memengaruhi kita semua. (Pengkhotbah 9:11) Kalau begitu, bagaimana Yehuwa melindungi kita sekarang?

      Yehuwa Memberikan Perlindungan Jasmani

      15, 16. (a) Apa buktinya bahwa Yehuwa telah memberikan perlindungan jasmani kepada para penyembah-Nya sebagai suatu kelompok? (b) Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan melindungi hamba-hamba-Nya sekarang dan pada ”kesengsaraan besar”?

      15 Pertama-tama, pertimbangkan soal perlindungan jasmani. Sebagai penyembah Yehuwa, kita sebagai suatu kelompok dapat mengharapkan perlindungan semacam itu. Kalau tidak, kita akan menjadi mangsa empuk Setan. Pikirkanlah hal ini: Setan, si ”penguasa dunia ini”, sangat berhasrat untuk memusnahkan ibadah sejati. (Yohanes 12:31; Wahyu 12:17) Beberapa pemerintah yang paling berkuasa di bumi telah melarang pekerjaan pengabaran kita dan berusaha melenyapkan kita sama sekali. Namun, umat Yehuwa tetap kukuh dan terus mengabar tanpa mengendur! Mengapa bangsa-bangsa yang perkasa tidak mampu menghentikan kegiatan sekelompok orang Kristen yang relatif kecil dan tampak tak berdaya ini? Karena Yehuwa telah menaungi kita dengan sayap-Nya yang kuat!​—Mazmur 17:7, 8.

      16 Bagaimana dengan perlindungan jasmani pada ”kesengsaraan besar” yang akan datang? Kita tidak perlu takut akan pelaksanaan penghakiman oleh Allah. Bagaimanapun juga, ”Yehuwa tahu caranya melepaskan orang yang mengabdi kepada-Nya dari cobaan, serta caranya menahan orang-orang jahat untuk dimusnahkan pada hari penghakiman”. (Wahyu 7:14; 2 Petrus 2:9) Sementara itu, kita dapat selalu yakin akan dua hal. Pertama, Yehuwa tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya yang setia disingkirkan sama sekali dari permukaan bumi. Kedua, Dia akan mengupahi para pemelihara integritas dengan kehidupan abadi dalam dunia baru-Nya yang adil—jika perlu, melalui kebangkitan. Bagi mereka yang telah meninggal, tiada tempat yang lebih aman selain di dalam ingatan Allah.​—Yohanes 5:28, 29.

      17. Bagaimana Yehuwa menjaga kita melalui Firman-Nya?

      17 Sekarang pun, Yehuwa menjaga kita melalui ”firman”-Nya yang hidup, yang memiliki kuasa untuk memotivasi orang-orang untuk memulihkan kondisi hati dan memperbaiki kehidupan mereka. (Ibrani 4:12) Dengan menerapkan prinsip-prinsip Firman Allah, dalam beberapa hal kita dapat dilindungi dari bahaya jasmani. ”Aku, Yehuwa, . . . mengajarmu demi kebaikanmu,” kata Yesaya 48:17. Tak diragukan lagi, hidup selaras dengan Firman Allah dapat meningkatkan kesehatan kita dan memperpanjang kehidupan kita. Misalnya, karena menerapkan nasihat Alkitab untuk menjauhkan diri dari perbuatan cabul dan untuk membersihkan diri dari pencemaran, kita menghindari praktek-praktek najis dan kebiasaan-kebiasaan yang mencelakakan yang menghancurkan kehidupan banyak orang yang tidak saleh. (Kisah 15:29; 2 Korintus 7:1) Betapa bersyukurnya kita atas perlindungan dari Firman Allah!

      Yehuwa Melindungi Kita Secara Rohani

      18. Perlindungan secara rohani apa yang Yehuwa berikan kepada kita?

      18 Yang terpenting, Yehuwa memberikan perlindungan rohani. Allah kita yang pengasih melindungi kita dari bahaya rohani dengan memperlengkapi kita dengan apa yang dibutuhkan untuk bertekun menanggung cobaan dan untuk menjaga hubungan kita dengan-Nya. Oleh karena itu, Yehuwa bertindak untuk memelihara hidup kita, bukan hanya untuk beberapa tahun yang singkat melainkan untuk selama-lamanya. Perhatikan beberapa persediaan Allah yang dapat melindungi kita secara rohani.

      19. Bagaimana kuasa kudus Yehuwa membuat kita sanggup mengatasi cobaan apa pun yang mungkin kita hadapi?

      19 Yehuwa adalah ”Pendengar doa”. (Mazmur 65:2) Sewaktu tekanan hidup tampaknya tak tertanggulangi, mencurahkan isi hati kepada-Nya dapat memberi kita banyak kelegaan. (Filipi 4:6, 7) Dia mungkin tidak menyingkirkan cobaan-cobaan kita secara mukjizat, tetapi sebagai tanggapan atas doa kita yang sepenuh hati, Dia dapat memberi kita hikmat untuk menghadapinya. (Yakobus 1:5, 6) Lebih dari itu, Yehuwa memberikan kuasa kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya. (Lukas 11:13) Kuasa kudus yang perkasa tersebut dapat membuat kita sanggup mengatasi cobaan atau problem apa pun yang mungkin kita hadapi. Itu juga dapat memberikan ’kesanggupan yang begitu luar biasa’ kepada kita untuk bertekun sampai Yehuwa menyingkirkan semua problem yang menyakitkan dalam dunia baru yang sudah sangat dekat.​—2 Korintus 4:7.

      20. Bagaimana kuasa Yehuwa untuk melindungi dinyatakan melalui rekan-rekan seiman kita?

      20 Kadang kala, kuasa Yehuwa untuk melindungi dinyatakan melalui rekan-rekan seiman kita. Yehuwa telah menarik umat-Nya untuk bergabung dengan ”saudara seiman” di seluas dunia. (1 Petrus 2:17; Yohanes 6:44) Di tengah kehangatan persaudaraan tersebut, kita melihat kesaksian hidup akan kuasa kudus Allah yang memengaruhi orang-orang secara menyeluruh. Kuasa itu menghasilkan buahnya dalam diri kita—sifat-sifat yang menarik dan berharga termasuk kasih, kebaikan hati, dan kebaikan. (Galatia 5:22, 23) Oleh karena itu, sewaktu kita berada dalam kesusahan dan seorang rekan seiman tergerak untuk memberikan nasihat yang berguna atau membagikan kata-kata anjuran yang amat dibutuhkan, kita dapat berterima kasih kepada Yehuwa atas bukti perhatian-Nya yang bersifat melindungi tersebut.

      21. (a) Makanan rohani yang tepat waktu apa yang Yehuwa berikan melalui ”budak yang setia dan bijaksana”? (b) Bagaimana Saudara secara pribadi mendapat manfaat dari persediaan Yehuwa yang melindungi kita secara rohani?

      21 Yehuwa menyediakan hal lain untuk melindungi kita: makanan rohani yang tepat waktu. Untuk membantu kita mendapat kekuatan dari Firman-Nya, Yehuwa telah menugasi ”budak yang setia dan bijaksana” untuk menyalurkan makanan rohani. Budak yang setia tersebut menggunakan publikasi tercetak, termasuk jurnal Menara Pengawal dan Sadarlah!, serta situs web jw.org, perhimpunan, pertemuan wilayah, dan pertemuan regional untuk memberi kita ”makanan pada waktu yang tepat”—apa yang kita butuhkan, pada waktu kita membutuhkannya. (Matius 24:45) Pernahkah Saudara mendengar sesuatu di sebuah perhimpunan Kristen—dalam sebuah komentar, sebuah khotbah, atau bahkan dalam sebuah doa—yang memberikan kekuatan dan anjuran yang sangat cocok dengan kebutuhan Saudara? Pernahkah hidup Saudara dipengaruhi oleh artikel tertentu yang diterbitkan dalam salah satu jurnal kita? Ingatlah, Yehuwa menyediakan semuanya itu untuk melindungi kita secara rohani.

      22. Yehuwa selalu menggunakan kuasa-Nya untuk apa? Mengapa bisa dibilang bahwa Yehuwa menggunakan kuasa-Nya demi kepentingan kita?

      22 Jelaslah, Yehuwa adalah perisai ”bagi semua yang berlindung kepada-Nya”. (Mazmur 18:30) Kita tahu bahwa Dia tidak menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi kita dari semua malapetaka sekarang. Akan tetapi, untuk memastikan penggenapan tujuan-Nya, Dia memang selalu menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi. Dalam jangka panjang, Dia melakukannya demi kepentingan hamba-hamba-Nya. Apabila kita mendekat kepada-Nya dan tetap dalam kasih-Nya, Yehuwa akan memberi kita kehidupan sempurna yang kekal. Dengan mencamkan prospek tersebut, kita benar-benar dapat memandang penderitaan apa pun dalam sistem ini sebagai sesuatu yang ”sementara dan ringan”.​—2 Korintus 4:17.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Mazmur 23:1-6 Sebagai Gembala Agung, bagaimana Yehuwa melindungi dan memelihara umat-Nya yang seperti domba?

      • Mazmur 91:1-16 Bagaimana Yehuwa melindungi kita dari malapetaka rohani, dan apa yang harus kita lakukan untuk menikmati perlindungan-Nya?

      • Daniel 6:16-22, 25-27 Bagaimana Yehuwa mengajar seorang raja di zaman dahulu mengenai kuasa-Nya untuk melindungi, dan apa yang dapat kita pelajari dari contoh ini?

      • Matius 10:16-22, 28-31 Tentangan apa yang dapat kita antisipasi, tetapi mengapa kita tidak perlu takut kepada para penentang?

  • Kuasa untuk Memulihkan—Yehuwa ”Membuat Semuanya Jadi Baru”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang janda bahagia memeluk putranya yang dihidupkan kembali.

      PASAL 8

      Kuasa untuk Memulihkan​—Yehuwa ”Membuat Semuanya Jadi Baru”

      1, 2. Sekarang, keluarga manusia merasa susah karena kehilangan apa, dan bagaimana hal-hal itu memengaruhi kita?

      SEORANG anak kecil menangis tersedu-sedu karena mainan kesayangannya hilang atau rusak. Suara tangisnya memilukan! Namun, pernahkah Saudara melihat betapa berseri-serinya wajah seorang anak sewaktu papa atau mamanya menemukan miliknya yang hilang? Bagi orang tua, menemukan mainan tersebut atau bahkan memperbaikinya merupakan perkara yang enteng. Tetapi, bagi sang anak hal itu membuatnya sangat bahagia dan takjub. Apa yang kelihatannya akan hilang atau rusak untuk selama-lamanya telah kembali seperti semula!

      2 Yehuwa, Bapak terbesar kita, memiliki kuasa untuk memulihkan apa yang menurut pandangan anak-anak-Nya di bumi sudah benar-benar hilang. Tentu saja, kita tidak sekadar membicarakan mainan. Pada masa yang ”sulit dihadapi” ini, kita harus kehilangan berbagai hal yang jauh lebih serius. (2 Timotius 3:1-5) Banyak hal yang dianggap berharga oleh orang-orang—rumah, harta, pekerjaan, bahkan kesehatan—tampaknya selalu terancam. Kita mungkin juga merasa cemas sewaktu memperhatikan perusakan lingkungan dan kehilangan yang diakibatkannya, dengan punahnya banyak spesies makhluk hidup. Akan tetapi, tidak ada pukulan yang lebih hebat daripada kematian seseorang yang kita kasihi. Perasaan kehilangan dan ketidakberdayaan bisa jadi tak tertanggungkan.​—2 Samuel 18:33.

      3. Prospek menghibur apa yang dicatat di Kisah 3:21, dan melalui sarana apa Yehuwa akan mewujudkannya?

      3 Oleh karena itu, betapa terhiburnya kita apabila mempelajari kuasa Yehuwa untuk memulihkan! Seperti yang akan kita lihat, apa yang Allah dapat dan akan pulihkan bagi anak-anak-Nya di bumi memiliki jangkauan yang luar biasa. Malah, Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa ingin ”segala sesuatu dipulihkan”. (Kisah 3:21) Untuk mencapai hal itu, Yehuwa akan menggunakan Kerajaan yang diperintah oleh Putra-Nya, Yesus Kristus. Bukti-bukti menunjukkan bahwa Kerajaan tersebut mulai memerintah di surga pada tahun 1914.a (Matius 24:3-14) Apa yang akan dipulihkan? Marilah kita bahas beberapa kegiatan pemulihan yang luar biasa yang Yehuwa lakukan. Salah satunya sudah bisa kita lihat dan rasakan. Yang lainnya akan terjadi dalam skala besar di masa depan.

      Pemulihan Ibadah yang Murni

      4, 5. Apa yang dialami umat Allah pada tahun 607 SM, dan harapan apa yang Yehuwa berikan kepada mereka?

      4 Satu hal yang Yehuwa telah pulihkan adalah ibadah yang murni. Agar dapat memahami apa yang dimaksud, marilah kita periksa sejenak sejarah kerajaan Yehuda. Dengan melakukannya, kita akan memperoleh pemahaman yang menggetarkan tentang bagaimana Yehuwa telah menggunakan kuasa-Nya untuk memulihkan.​—Roma 15:4.

      5 Coba bayangkan bagaimana perasaan orang Yahudi yang setia ketika Yerusalem dibinasakan pada tahun 607 SM. Kota mereka yang tercinta dihancurkan, tembok-temboknya diruntuhkan. Bahkan yang lebih buruk lagi, bait megah yang dibangun oleh Salomo, satu-satunya pusat ibadah yang murni kepada Yehuwa di seluruh bumi, tinggal puing-puing. (Mazmur 79:1) Mereka yang selamat dibawa ke pembuangan di Babilon, sehingga tanah air mereka yang ditinggalkan menjadi tempat yang telantar dan tempat binatang-binatang buas berkeliaran. (Yeremia 9:11) Dari sudut pandang manusia, semua kelihatannya sudah hilang. (Mazmur 137:1) Tetapi Yehuwa, yang telah lama menubuatkan pembinasaan ini, memberikan harapan bahwa masa pemulihan menanti mereka.

      6-8. (a) Tema apa yang selalu diulangi dalam tulisan para nabi Ibrani, dan bagaimana nubuat-nubuat tersebut pertama kali digenapi? (b) Pada zaman modern, bagaimana umat Allah mengalami penggenapan banyak nubuat tentang pemulihan?

      6 Sebenarnya, pemulihan merupakan tema yang selalu diulangi dalam tulisan para nabi Ibrani.b Melalui mereka, Yehuwa menjanjikan suatu negeri yang dipulihkan dan dihuni kembali, subur, dilindungi dari binatang buas dan serangan musuh. Dia melukiskan negeri mereka yang dipulihkan itu seperti suatu firdaus! (Yesaya 65:25; Yehezkiel 34:25; 36:35) Yang terutama ialah ibadah yang murni akan diteguhkan kembali, dan bait akan dibangun kembali. (Mikha 4:1-5) Nubuat-nubuat tersebut memberikan harapan kepada orang Yahudi buangan, membantu mereka bertekun menanggung penawanan selama 70 tahun di Babilon.

      7 Akhirnya, masa pemulihan pun tiba. Setelah dibebaskan dari Babilon, orang Yahudi kembali ke Yerusalem dan membangun kembali bait Yehuwa di sana. (Ezra 1:1, 2) Asalkan mereka berpaut pada ibadah yang murni, Yehuwa memberkati mereka dan membuat negeri mereka subur dan makmur. Dia melindungi mereka dari musuh dan binatang buas yang telah mengambil alih negeri mereka selama puluhan tahun. Pastilah, mereka sangat bersukacita atas kuasa Yehuwa untuk memulihkan! Tetapi, peristiwa-peristiwa tersebut hanyalah penggenapan yang awal dan terbatas atas nubuat tentang pemulihan. Penggenapan yang lebih besar akan terjadi ”di hari-hari terakhir”, pada zaman kita, sewaktu ditakhtakannya Ahli Waris Raja Daud yang telah lama dijanjikan.​—Yesaya 2:2-4; 9:6, 7.

      8 Tidak lama setelah ditakhtakan di Kerajaan surga pada tahun 1914, Yesus mengarahkan perhatiannya kepada kebutuhan rohani umat Allah yang setia di bumi. Sebagaimana Kores, sang penakluk dari Persia, membebaskan sisa orang Yahudi dari Babilon pada tahun 537 SM, Yesus membebaskan sisa orang Yahudi rohani—pengikut jejak kakinya—dari pengaruh ”Babilon Besar”, imperium agama palsu sedunia. (Wahyu 18:1-5; Roma 2:29) Sejak tahun 1919, ibadah yang murni telah dipulihkan ke tempat yang sepatutnya dalam kehidupan orang Kristen sejati. (Maleakhi 3:1-5) Sejak saat itu, umat Yehuwa selalu beribadah kepada-Nya di bait rohani-Nya yang telah dibersihkan—penyelenggaraan Allah untuk ibadah yang murni. Mengapa hal itu penting bagi kita sekarang?

      Pemulihan Rohani—Mengapa Penting

      9. Setelah era kerasulan, apa yang telah dilakukan oleh gereja-gereja yang mengaku Kristen terhadap ibadah kepada Allah, tetapi apa yang telah Yehuwa lakukan di zaman kita?

      9 Pertimbangkanlah sudut pandang historisnya. Orang Kristen abad pertama menikmati banyak berkat rohani. Namun, Yesus dan rasul-rasulnya menubuatkan bahwa ibadah yang sejati akan dirusak dan lenyap. (Matius 13:24-30; Kisah 20:29, 30) Setelah era kerasulan, tampillah gereja-gereja yang mengaku Kristen. Para pemimpin agamanya mengadopsi ajaran-ajaran dan praktek-praktek yang tidak berdasarkan Alkitab. Mereka juga membuat upaya pendekatan kepada Allah menjadi sesuatu yang hampir mustahil karena mereka menggambarkan Dia sebagai Tritunggal yang tak terpahami, dan mereka mengajar orang-orang untuk membuat pengakuan kepada imam-imam serta untuk berdoa kepada Maria dan berbagai ”santo”, bukannya kepada Yehuwa. Sekarang, setelah penyimpangan itu terjadi berabad-abad lamanya, apa yang telah Yehuwa lakukan? Di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan kepalsuan agama dan dikotori praktek-praktek yang tidak saleh, Dia turun tangan dan memulihkan ibadah yang murni! Tanpa melebih-lebihkan, kita dapat mengatakan bahwa pemulihan ini merupakan salah satu perkembangan terpenting di zaman modern.

      10, 11. (a) Dua aspek apa yang tercakup dalam firdaus rohani, dan bagaimana pengaruhnya terhadap Saudara? (b) Yehuwa telah mengumpulkan orang-orang macam apa ke dalam firdaus rohani, dan kesempatan istimewa apa yang akan mereka dapatkan?

      10 Oleh karena itu, sekarang orang Kristen sejati menikmati suatu firdaus rohani yang terus berkembang dan semakin indah. Apa yang tercakup dalam firdaus ini? Yang terutama, ada dua aspek. Aspek pertama adalah ibadah yang murni kepada Allah yang benar, Yehuwa. Dia telah memberkati kita dengan cara ibadah yang bebas dari dusta dan penyimpangan. Dia telah memberkati kita dengan makanan rohani. Makanan rohani tersebut memungkinkan kita untuk belajar mengenai Bapak surgawi kita, untuk menyenangkan Dia, dan untuk mendekat kepada-Nya. (Yohanes 4:24) Aspek kedua dari firdaus rohani berkaitan dengan orang-orang. Seperti yang dinubuatkan Yesaya, ”di hari-hari terakhir”, Yehuwa mengajar para penyembah-Nya jalan perdamaian. Dia telah meniadakan peperangan di antara kita. Walaupun kita tidak sempurna, Dia membantu kita mengenakan ”kepribadian baru”. Dia memberkati upaya-upaya kita dengan memberikan kuasa kudus-Nya, yang menghasilkan buah yang indah dalam diri kita. (Efesus 4:22-24; Galatia 5:22, 23) Apabila Saudara bertindak selaras dengan kuasa kudus-Nya, Saudara benar-benar menjadi bagian dari firdaus rohani.

      11 Ke dalam firdaus rohani ini, Yehuwa mengumpulkan tipe orang-orang yang Dia kasihi—mereka yang mengasihi Dia, yang mengasihi perdamaian, dan yang ”sadar bahwa mereka punya kebutuhan rohani”. (Matius 5:3) Mereka adalah orang-orang yang akan mendapat kesempatan istimewa untuk menyaksikan pemulihan yang bahkan lebih spektakuler—yaitu pemulihan umat manusia dan segenap bumi.

      ”Lihatlah, Aku Membuat Semuanya Jadi Baru”

      12, 13. (a) Mengapa nubuat tentang pemulihan masih harus digenapi dengan cara lain? (b) Apa tujuan Yehuwa bagi bumi sebagaimana yang dinyatakan di Eden, dan mengapa hal ini memberi kita harapan untuk masa depan?

      12 Banyak nubuat tentang pemulihan bukan hanya memaksudkan pemulihan rohani. Yesaya, misalnya, menulis tentang suatu masa manakala orang yang sakit, yang timpang, yang buta, dan yang tuli akan disembuhkan dan bahkan kematian akan ditelan untuk selamanya. (Yesaya 25:8; 35:1-7) Janji-janji tersebut tidak digenapi secara harfiah di Israel zaman dahulu. Dan, meskipun kita telah melihat penggenapan rohani janji-janji ini di zaman kita, ada dasar yang kuat untuk percaya bahwa di masa depan, akan ada penggenapan secara harfiah dan lengkap. Bagaimana kita tahu?

      13 Dulu di Eden, Yehuwa menjelaskan tujuan-Nya bagi bumi: Bumi akan didiami oleh keluarga manusia yang bahagia, sehat, dan bersatu. Pria dan wanita harus memelihara bumi dan semua makhluk yang ada di atasnya, untuk mengubah seluruh planet ini menjadi suatu firdaus. (Kejadian 1:28) Hal tersebut sangat jauh berbeda dengan keadaan sekarang ini. Akan tetapi, kita dapat yakin bahwa tujuan Yehuwa tidak akan pernah gagal. (Yesaya 55:10, 11) Yesus, sebagai Raja yang dilantik Yehuwa, akan mewujudkan Firdaus seluas dunia.​—Lukas 23:43.

      14, 15. (a) Bagaimana Yehuwa akan membuat ”semuanya jadi baru”? (b) Seperti apa kehidupan di Firdaus kelak, dan aspek mana yang paling menarik bagi Saudara?

      14 Bayangkan Saudara melihat seluruh bumi diubah menjadi Firdaus! Berkenaan dengan masa itu, Yehuwa berkata, ”Lihatlah, Aku membuat semuanya jadi baru.” (Wahyu 21:5) Pikirkanlah apa artinya hal itu kelak. Sewaktu Yehuwa selesai menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan sistem tua yang fasik ini, yang akan tertinggal adalah ”langit baru dan bumi baru”. Artinya, suatu pemerintahan baru akan memerintah dari surga atas suatu masyarakat bumi baru yang terdiri dari orang-orang yang mengasihi Yehuwa dan yang melakukan kehendak-Nya. (2 Petrus 3:13) Setan, bersama roh-roh jahat, akan dinonaktifkan secara paksa. (Wahyu 20:3) Untuk pertama kalinya selama ribuan tahun, umat manusia akan dibebaskan dari pengaruh yang bejat, penuh kebencian, dan negatif tersebut. Tidak diragukan lagi, rasanya akan benar-benar lega.

      15 Akhirnya, kita akan dapat mengurus planet yang indah ini sesuai dengan tugas yang semula diberikan kepada manusia. Bumi memiliki kesanggupan alami untuk memulihkan diri. Danau dan sungai yang tercemar dapat membersihkan dirinya sendiri jika sumber pencemarannya disingkirkan; lanskap yang diporak-porandakan perang akan kembali seperti sediakala jika peperangan berhenti. Betapa senangnya nanti bekerja secara harmonis dengan bumi, membantu mengubahnya menjadi suatu taman yang indah, Eden seluas dunia yang berisi tak terhitung banyaknya ragam tanaman dan hewan! Bukannya melenyapkan spesies hewan dan tumbuhan dengan sewenang-wenang, manusia akan menikmati perdamaian dengan semua ciptaan di bumi. Anak-anak pun tidak perlu takut kepada binatang buas.​—Yesaya 9:6, 7; 11:1-9.

      16. Di Firdaus, pemulihan apa yang akan memengaruhi setiap individu yang setia?

      16 Kita juga akan mengalami pemulihan pada tingkat perorangan. Setelah Armagedon, orang-orang yang selamat akan melihat penyembuhan yang bersifat mukjizat dalam skala global. Seperti yang pernah dilakukannya sewaktu berada di bumi, Yesus akan menggunakan kuasa yang Allah berikan untuk memulihkan penglihatan bagi yang buta, pendengaran bagi yang tuli, tubuh yang sehat bagi yang lumpuh dan lemah. (Matius 15:30) Orang yang sudah berumur akan sangat bergembira karena kekuatan, kesehatan, dan tenaga muda yang diperbarui. (Ayub 33:25) Kerut-kerut akan lenyap, tangan dan kaki akan diluruskan, dan otot-otot akan lentur dengan kekuatan yang diperbarui. Seluruh umat manusia yang setia akan merasakan bahwa pengaruh dosa dan ketidaksempurnaan berangsur-angsur berkurang dan akhirnya lenyap. Betapa bersyukurnya kita kepada Allah Yehuwa kelak atas kuasa-Nya yang luar biasa untuk memulihkan! Sekarang, marilah kita fokuskan perhatian kepada satu aspek istimewa yang menghangatkan hati dari masa pemulihan yang menggetarkan ini.

      Mengembalikan Kehidupan kepada Orang Mati

      17, 18. (a) Mengapa Yesus menegur orang Saduki dengan keras? (b) Keadaan apa yang membuat Elia meminta Yehuwa melakukan kebangkitan?

      17 Pada abad pertama M, beberapa pemimpin agama, yang disebut orang Saduki, tidak memercayai kebangkitan. Yesus memberi mereka teguran keras dengan mengatakan, ”Kalian keliru, karena kalian tidak mengerti Kitab Suci ataupun kuasa Allah.” (Matius 22:29) Ya, Kitab Suci menyingkapkan bahwa Yehuwa memiliki kuasa untuk memulihkan. Dengan cara bagaimana?

      18 Bayangkan apa yang terjadi pada zaman Elia. Seorang janda membopong tubuh anak tunggalnya yang terkulai lemas. Anak laki-laki itu sudah meninggal. Nabi Elia, yang pernah menjadi tamu sang janda selama beberapa waktu, pasti sangat terkejut. Sebelumnya, dia telah menyelamatkan anak itu dari kelaparan. Elia bisa jadi sudah akrab dengan sobat ciliknya itu. Sang ibu sangat remuk hatinya. Anak itu merupakan satu-satunya orang yang masih hidup yang bisa membangkitkan kenangan akan almarhum suaminya. Dia mungkin juga berharap bahwa putranyalah yang akan merawat dia di hari tuanya. Karena putus asa, sang janda merasa takut kalau-kalau dia sedang dihukum karena kesalahan masa lalunya. Elia tidak ingin melihat tragedi ini menjadi lebih buruk lagi. Dengan lembut, dia mengambil mayat anak itu dari dekapan ibunya, membawanya ke kamar tempat dia tinggal, dan memohon kepada Allah Yehuwa untuk memulihkan kehidupan anak tersebut.​—1 Raja 17:8-21.

      19, 20. (a) Bagaimana Abraham menunjukkan bahwa dia beriman akan kuasa Yehuwa untuk memulihkan, dan apa dasar imannya itu? (b) Bagaimana Yehuwa mengupahi iman Elia?

      19 Elia bukanlah orang pertama yang percaya akan kebangkitan. Berabad-abad sebelumnya, Abraham juga percaya bahwa Yehuwa memiliki kuasa untuk memulihkan—dan dia memiliki alasan kuat untuk memercayai hal itu. Ketika Abraham berusia 100 tahun dan Sara 90 tahun, Yehuwa memulihkan kemampuan reproduksi mereka yang telah mati, secara mukjizat memungkinkan Sara melahirkan seorang anak lelaki. (Kejadian 17:17; 21:2, 3) Belakangan, sewaktu anak tersebut telah dewasa, Yehuwa meminta Abraham untuk mengorbankan putranya. Abraham menunjukkan iman, berpikir bahwa Yehuwa dapat menghidupkan kembali Ishak yang dia kasihi. (Ibrani 11:17-19) Iman yang sangat kuat tersebut dapat membantu kita mengerti mengapa Abraham, sebelum naik ke gunung untuk mempersembahkan putranya, meyakinkan hamba-hambanya bahwa dia dan Ishak akan kembali bersama-sama.​—Kejadian 22:5.

      Seorang janda bahagia memeluk putranya yang dihidupkan kembali. Nabi Elia memperhatikan mereka.

      ”Lihat, anakmu hidup”!

      20 Yehuwa meluputkan Ishak, maka pada waktu itu kebangkitan tidak dibutuhkan. Namun, dalam kasus Elia, putra sang janda sudah meninggal—tetapi tidak untuk waktu yang lama. Yehuwa mengupahi iman sang nabi dengan membangkitkan anak itu! Kemudian, Elia menyerahkan anak laki-laki tersebut kepada ibunya, dengan mengucapkan kata-kata yang tak terlupakan ini, ”Lihat, anakmu hidup”!​—1 Raja 17:22-24.

      21, 22. (a) Apa tujuan dicatatnya kisah mengenai kebangkitan dalam Alkitab? (b) Seberapa ekstensifkah kebangkitan di Firdaus kelak, dan siapa yang akan melaksanakannya?

      21 Dengan demikian, untuk pertama kalinya dalam catatan Alkitab, kita melihat Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk memulihkan kehidupan manusia. Belakangan, Yehuwa juga memberikan kuasa kepada Elisa, Yesus, Paulus, dan Petrus untuk mengembalikan kehidupan kepada orang mati. Tentu saja, orang-orang yang dibangkitkan tersebut akhirnya mati lagi. Meskipun demikian, catatan-catatan Alkitab seperti itu memberi kita suatu gambaran pendahuluan yang menakjubkan tentang prospek di masa depan.

      22 Di Firdaus, Yesus akan memenuhi peranannya sebagai ”kebangkitan dan kehidupan”. (Yohanes 11:25) Dia akan membangkitkan jutaan orang yang tak terhitung banyaknya, memberi mereka kesempatan untuk hidup kekal di Firdaus bumi. (Yohanes 5:28, 29) Bayangkanlah reuninya, seraya sahabat dan kerabat terkasih, yang telah lama dipisahkan oleh kematian, berpelukan dengan penuh keriangan dan sukacita! Seluruh umat manusia akan memuji Yehuwa karena kuasa-Nya untuk memulihkan.

      23. Apa yang terbesar di antara semua pertunjukan kuasa Yehuwa, dan bagaimana hal itu menjamin harapan kita akan masa depan?

      23 Yehuwa telah menyediakan jaminan yang kuat bahwa harapan tersebut pasti. Yang terbesar dari semua pertunjukan kuasa-Nya adalah Dia membangkitkan Putra-Nya, Yesus, sebagai makhluk roh yang perkasa, menjadikan dia sebagai pribadi kedua setelah Yehuwa. Yesus yang telah dibangkitkan menemui ratusan saksi mata. (1 Korintus 15:5, 6) Bagi orang-orang yang skeptis pun, bukti tersebut sudah lebih dari cukup. Yehuwa memiliki kuasa untuk memulihkan kehidupan.

      24. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan membangkitkan orang mati, dan harapan apa yang hendaknya kita masing-masing ingat?

      24 Yehuwa tidak hanya memiliki kuasa untuk mengembalikan kehidupan kepada orang mati tetapi Dia juga memiliki hasrat untuk melakukannya. Ayub, pria yang setia, diilhami untuk mengatakan bahwa sesungguhnya Yehuwa rindu untuk menghidupkan kembali orang mati. (Ayub 14:15) Tidakkah Saudara tertarik kepada Allah kita, yang sangat antusias menggunakan kuasa-Nya tersebut dengan cara yang begitu pengasih? Namun, ingatlah, kebangkitan hanyalah salah satu aspek dari pekerjaan pemulihan agung yang Yehuwa lakukan di masa depan. Seraya Saudara semakin akrab dengan-Nya, ingatlah selalu akan harapan gemilang bahwa Saudara dapat berada di sana untuk melihat Yehuwa ”membuat semuanya jadi baru”.​—Wahyu 21:5.

      a ”Waktunya segala sesuatu dipulihkan” dimulai ketika Kerajaan Mesias didirikan dengan seorang ahli waris Raja Daud yang setia sebagai rajanya. Yehuwa telah berjanji kepada Daud bahwa seorang ahli warisnya akan memerintah selama-lamanya. (Mazmur 89:35-37) Tetapi, setelah Babilon membinasakan Yerusalem pada tahun 607 SM, tidak ada manusia keturunan Daud yang duduk di takhta Allah. Yesus, yang dilahirkan di bumi sebagai ahli waris Daud, menjadi Raja yang telah lama dijanjikan tersebut sewaktu dia ditakhtakan di surga.

      b Sebagai contoh, Musa, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Mikha, dan Zefanya mengembangkan tema ini.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • 2 Raja 5:1-15 Karena mengembangkan kerendahan hati, bagaimana seorang pria di zaman Alkitab mendapat manfaat dari kuasa Yehuwa untuk memulihkan?

      • Ayub 14:12-15 Keyakinan apa yang Ayub miliki, dan bagaimana ayat-ayat ini bisa memengaruhi harapan kita sendiri akan masa depan?

      • Mazmur 126:1-6 Sekarang, bagaimana perasaan orang Kristen tentang pemulihan ibadah murni dan peran mereka di dalamnya?

      • Roma 4:16-25 Mengapa penting untuk beriman kepada kuasa Yehuwa untuk memulihkan?

  • ’Kristus Adalah Bukti Kuasa Allah’
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yesus di Laut Galilea di tengah badai pada malam hari.

      PASAL 9

      ’Kristus Adalah Bukti Kuasa Allah’

      1-3. (a) Pengalaman yang sangat menakutkan apa dialami murid-murid di Laut Galilea, dan apa yang Yesus lakukan? (b) Mengapa tepat kalau Rasul Paulus mengatakan bahwa ’Kristus adalah bukti kuasa Allah’?

      MURID-MURID ketakutan. Mereka sedang menyeberangi Laut Galilea sewaktu badai tiba-tiba menerpa mereka. Mereka pasti pernah melihat badai di danau ini sebelumnya—lagi pula, beberapa dari pria-pria itu adalah nelayan yang berpengalaman.a (Matius 4:18, 19) Tetapi, ini adalah ”badai yang sangat besar” dan segera membuat laut tersebut menjadi sangat ganas. Dengan kalang kabut, pria-pria itu berusaha mengendalikan perahu, tetapi badainya terlalu dahsyat. Gelombang yang tinggi ”terus menghantam perahu”, yang mulai penuh dengan air. Walaupun ada kegemparan ini, Yesus tidur lelap di bagian belakang perahu, kelelahan setelah seharian mengajar banyak orang. Khawatir akan keselamatan mereka, murid-murid membangunkan dia dan memohon, ”Tuan, tolong! Kita hampir mati!”​—Markus 4:35-38; Matius 8:23-25.

      2 Yesus tidak takut. Dengan kepercayaan penuh, dia membentak angin dan laut itu, ”Diam! Tenang!” Segera, angin dan laut pun taat—badai yang dahsyat itu berhenti, gelombang-gelombangnya mereda, dan ”keadaannya menjadi tenang sekali”. Kemudian, murid-murid menjadi sangat takut. ”Siapa sebenarnya orang ini?” mereka saling berbisik. Ya, manusia macam apa yang dapat membentak angin dan laut seperti memarahi anak yang sukar dikendalikan?​—Markus 4:39-41; Matius 8:26, 27.

      3 Tetapi, Yesus bukanlah manusia biasa. Kuasa Yehuwa dipertunjukkan demi dia dan melalui dia dengan cara-cara yang luar biasa. Rasul Paulus yang diilhami dapat dengan tepat mengatakan, ’Kristus adalah bukti kuasa Allah.’ (1 Korintus 1:24) Bagaimana kuasa Allah dipertunjukkan dalam diri Yesus? Dan, cara Yesus menggunakan kuasanya dapat memberikan pengaruh apa atas kehidupan kita?

      Kuasa Putra Tunggal Allah

      4, 5. (a) Yehuwa mendelegasikan kuasa dan wewenang apa kepada Putra tunggal-Nya? (b) Bagaimana Putra ini diperlengkapi untuk melaksanakan tujuan Bapaknya berkenaan dengan penciptaan?

      4 Pertimbangkanlah kuasa yang Yesus miliki selama eksistensi pramanusianya. Yehuwa menggunakan ”kuasa-Nya yang kekal” sewaktu Dia menciptakan Putra tunggal-Nya, yang belakangan dikenal sebagai Yesus Kristus. (Roma 1:20; Kolose 1:15) Setelah itu, Yehuwa mendelegasikan kuasa dan wewenang yang hebat kepada Putra ini, menugasi dia untuk melaksanakan tujuan-Nya berkenaan dengan penciptaan. Sehubungan dengan sang Putra, Alkitab mengatakan, ”Segala sesuatu menjadi ada melalui dia, dan tidak satu pun menjadi ada tanpa melalui dia.”​—Yohanes 1:3.

      5 Kita sulit memahami besarnya tugas tersebut. Bayangkan kuasa yang dibutuhkan untuk menciptakan jutaan malaikat perkasa, alam semesta dengan miliaran galaksinya, dan bumi dengan variasi kehidupannya yang berlimpah. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Putra tunggal Allah diberi tenaga yang paling hebat di alam semesta—kuasa kudus Allah. Putra ini mendapatkan kesenangan yang besar dengan menjadi Pekerja Ahli, yang Yehuwa gunakan untuk menciptakan semua hal lain.​—Amsal 8:22-31.

      6. Setelah kematiannya di bumi dan kebangkitannya, Yesus diberi kuasa dan wewenang apa?

      6 Dapatkah Putra tunggal Allah menerima kuasa dan wewenang yang bahkan lebih banyak lagi? Setelah kematiannya di bumi dan kebangkitannya, Yesus mengatakan, ”Seluruh kekuasaan di surga dan di bumi telah diberikan kepadaku.” (Matius 28:18) Ya, Yesus telah diberi kesanggupan dan hak untuk menjalankan kuasa secara universal. Sebagai ”Raja atas segala raja dan Tuan atas segala tuan”, dia telah diberi wewenang untuk ”melenyapkan semua pemerintahan, kekuasaan, dan kekuatan”—yang kelihatan dan tak kelihatan—yang menentang Bapaknya. (Wahyu 19:16; 1 Korintus 15:24-26) ”Tidak ada yang Allah biarkan tidak tunduk” kepada Yesus—kecuali Yehuwa sendiri.​—Ibrani 2:8; 1 Korintus 15:27.

      7. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yesus tidak akan pernah menyalahgunakan kuasa yang Yehuwa berikan kepadanya?

      7 Perlukah kita khawatir kalau-kalau Yesus akan menyalahgunakan kekuasaannya? Sama sekali tidak! Yesus sangat mengasihi Bapaknya dan tidak akan melakukan apa pun yang tidak menyenangkan Dia. (Yohanes 8:29; 14:31) Yesus tahu betul bahwa Yehuwa tidak pernah menyalahgunakan kemahakuasaan-Nya. Yesus telah mengamati sendiri bahwa Yehuwa mencari kesempatan untuk ”menunjukkan kekuatan-Nya demi orang-orang yang sepenuh hati terhadap Dia”. (2 Tawarikh 16:9) Terlebih lagi, Yesus memiliki kasih seperti yang dimiliki Bapaknya terhadap umat manusia, maka kita dapat yakin bahwa Yesus akan selalu menggunakan kuasanya untuk kebaikan. (Yohanes 13:1) Yesus telah memiliki reputasi yang tanpa cacat dalam hal ini. Mari kita bahas kuasa yang dia miliki sewaktu berada di bumi dan bagaimana dia tergerak untuk menggunakannya.

      ’Mengatakan Hal-Hal yang Penuh Kuasa’

      8. Setelah dilantik, Yesus diberi kuasa untuk melakukan apa, dan bagaimana dia menggunakan kuasanya?

      8 Tampaknya, Yesus tidak membuat mukjizat sewaktu dia masih seorang anak muda di Nazaret. Namun, hal itu berubah setelah dia dibaptis pada tahun 29 M, kira-kira sewaktu dia berusia 30 tahun. (Lukas 3:21-23) Alkitab memberi tahu kita, ”Allah melantiknya dengan kuasa kudus dan memberinya kuasa, dan dia berkeliling di negeri itu sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua yang dikuasai Iblis.” (Kisah 10:38) ”Berbuat baik”—bukankah ini bukti bahwa Yesus menggunakan kuasanya dengan benar? Setelah dilantik, dia terbukti sebagai ”nabi yang melakukan dan mengatakan hal-hal penuh kuasa”.​—Lukas 24:19.

      9-11. (a) Banyak pengajaran Yesus diberikan di mana, dan tantangan apa yang dia hadapi? (b) Mengapa kumpulan orang terpukau oleh cara Yesus mengajar?

      9 Dengan cara bagaimana perkataan Yesus penuh kuasa? Dia sering kali mengajar di tempat terbuka—di tepi danau dan lereng bukit, dan juga di jalan-jalan serta di pasar-pasar. (Markus 6:53-56; Lukas 5:1-3; 13:26) Pendengarnya dapat pergi begitu saja jika kata-katanya tidak menarik perhatian mereka. Pada masa sebelum ada buku-buku tercetak, pendengar yang penuh penghargaan harus menyimpan kata-katanya dalam pikiran dan hati mereka. Jadi, pengajaran Yesus haruslah benar-benar menarik, jelas dimengerti, dan mudah diingat. Namun, tantangan itu tidak menjadi masalah bagi Yesus. Misalnya, perhatikan Khotbahnya di Gunung.

      10 Suatu pagi pada tahun 31 M, sekumpulan orang berkumpul di lereng gunung dekat Laut Galilea. Beberapa datang dari Yudea dan Yerusalem, 100 sampai 110 kilometer jauhnya. Yang lain-lain datang dari daerah pesisir Tirus dan Sidon, di sebelah utara. Banyak orang sakit mendekat kepada Yesus untuk menyentuhnya, dan dia menyembuhkan mereka semua. Sewaktu tidak ada lagi satu orang pun yang sakit parah di antara mereka, dia mulai mengajar. (Lukas 6:17-19) Ketika dia selesai berbicara beberapa saat kemudian, mereka takjub akan apa yang telah mereka dengar. Mengapa?

      11 Bertahun-tahun kemudian, salah seorang pendengar khotbah tersebut menulis, ”Kumpulan orang itu kagum dengan cara dia mengajar, karena dia mengajar sebagai orang yang berwenang.” (Matius 7:28, 29) Yesus berbicara dengan kuasa yang dapat mereka rasakan. Dia berbicara mewakili Allah dan meneguhkan pengajarannya dengan wewenang dari Firman Allah. (Yohanes 7:16) Pernyataan Yesus jelas, anjurannya bersifat persuasif, dan argumennya tak dapat disangkal. Kata-katanya langsung kena pada inti permasalahannya dan juga pada lubuk hati para pendengarnya. Dia mengajar mereka caranya menemukan kebahagiaan, caranya berdoa, caranya mencari Kerajaan Allah, dan caranya membangun masa depan yang pasti. (Matius 5:3–7:27) Kata-katanya menggugah hati orang-orang yang lapar akan kebenaran dan keadilan. Mereka ini rela ”menyangkal” diri sendiri dan meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti dia. (Matius 16:24; Lukas 5:10, 11) Benar-benar suatu kesaksian akan kuasa perkataan Yesus!

      ’Melakukan Hal-Hal yang Penuh Kuasa’

      12, 13. Dalam arti apa Yesus ’melakukan hal-hal yang penuh kuasa’, dan bagaimanakah keanekaragaman mukjizatnya?

      12 Yesus juga ’melakukan hal-hal yang penuh kuasa’. (Lukas 24:19) Injil melaporkan lebih dari 30 mukjizat spesifik yang dia lakukan—semuanya dengan ’kuasa Yehuwa’.b (Lukas 5:17) Mukjizat Yesus memengaruhi kehidupan ribuan orang. Pikirkan dua mukjizat saja—memberi makan 5.000 pria dan belakangan 4.000 pria. Kalau wanita dan anak-anak juga dihitung, jumlah orang yang Yesus beri makan kemungkinan besar sekitar 10.000!​—Matius 14:13-21; 15:32-38.

      13 Mukjizat Yesus sangat beraneka ragam. Dia memiliki wewenang atas roh-roh jahat, mengusir mereka dengan mudahnya. (Lukas 9:37-43) Dia memiliki kuasa atas unsur-unsur fisika, mengubah air menjadi anggur. (Yohanes 2:1-11) Bayangkan betapa takjubnya murid-murid Yesus waktu ”mereka melihat Yesus berjalan di atas laut”. (Yohanes 6:18, 19) Dia berkuasa atas penyakit, menyembuhkan orang yang punya keterbatasan fisik, penyakit kronis, dan penyakit yang memautkan. (Markus 3:1-5; Yohanes 4:46-54) Dia melakukan penyembuhan-penyembuhan tersebut dengan berbagai cara. Beberapa orang disembuhkan dari jarak jauh, sedangkan yang lain-lain merasakan sentuhan Yesus. (Matius 8:2, 3, 5-13) Beberapa orang disembuhkan dalam sekejap, yang lain-lain secara bertahap.​—Markus 8:22-25; Lukas 8:43, 44.

      ”Mereka melihat Yesus berjalan di atas laut”

      14. Di bawah keadaan apa Yesus mempertunjukkan bahwa dia memiliki kuasa untuk membalikkan kematian?

      14 Yang paling mencolok adalah Yesus memiliki kuasa untuk membalikkan kematian. Dalam tiga peristiwa yang dicatat, dia membangkitkan orang mati, mengembalikan seorang anak perempuan yang berusia 12 tahun kepada orang tuanya, seorang anak tunggal kepada ibunya yang menjanda, dan seorang saudara yang dikasihi kepada saudara-saudara perempuannya. (Lukas 7:11-15; 8:49-56; Yohanes 11:38-44) Tidak ada keadaan yang terlalu sulit. Dia membangkitkan gadis berusia 12 tahun dari ranjangnya segera setelah gadis itu mati. Dia membangkitkan putra sang janda dari usungannya, pastilah pada hari anak itu meninggal. Dan, dia membangkitkan Lazarus dari makamnya setelah Lazarus meninggal selama empat hari.

      Menggunakan Kuasa dengan Tidak Mementingkan Diri, Bertanggung Jawab, dan Bertimbang Rasa

      15, 16. Apa buktinya bahwa Yesus tidak mementingkan diri dalam menggunakan kuasanya?

      15 Seandainya kuasa Yesus diberikan kepada penguasa yang tidak sempurna, dapatkah Saudara membayangkan kemungkinan penyalahgunaan kuasa tersebut? Tetapi, Yesus tidak berdosa. (1 Petrus 2:22) Dia tidak mau dicemari oleh semangat mementingkan diri, ambisi, dan keserakahan yang mendorong manusia tak sempurna menggunakan kuasa mereka untuk menyakiti orang lain.

      16 Yesus menggunakan kuasanya dengan tidak mementingkan diri, tidak pernah menggunakannya demi keuntungan pribadi. Ketika lapar, dia tidak mau mengubah batu menjadi roti bagi dirinya sendiri. (Matius 4:1-4) Terbatasnya harta yang dia miliki adalah bukti bahwa dia tidak mengambil keuntungan secara materi dari penggunaan kuasanya. (Matius 8:20) Ada bukti lebih jauh bahwa perbuatan-perbuatannya yang penuh kuasa muncul dari motif yang tidak mementingkan diri. Sewaktu melakukan mukjizat, dia melakukannya dengan membuat pengorbanan pribadi. Sewaktu dia menyembuhkan orang sakit, kuasa keluar dari dirinya. Dia sadar akan kuasa yang mengalir ke luar ini, meski hanya untuk satu penyembuhan saja. (Markus 5:25-34) Namun, dia membiarkan kumpulan orang menyentuh dia, dan mereka disembuhkan. (Lukas 6:19) Benar-benar suatu semangat yang tidak mementingkan diri!

      17. Bagaimana Yesus memperlihatkan bahwa dia menggunakan kuasanya secara bertanggung jawab?

      17 Yesus bertanggung jawab dalam menggunakan kuasanya. Dia tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan penuh kuasa hanya untuk pamer atau unjuk kehebatan yang tak bertujuan. (Matius 4:5-7) Dia tidak mau melakukan tanda-tanda untuk sekadar memuaskan keingintahuan Herodes yang salah motif. (Lukas 23:8, 9) Daripada menggembar-gemborkan kuasanya, Yesus sering kali menginstruksikan orang-orang yang dia sembuhkan untuk tidak memberi tahu siapa pun. (Markus 5:43; 7:36) Dia tidak ingin orang menarik kesimpulan mengenai dirinya berdasarkan laporan-laporan yang sensasional.​—Matius 12:15-19.

      18-20. (a) Apa yang memengaruhi cara Yesus menggunakan kuasanya? (b) Bagaimana perasaan Saudara mengenai cara Yesus menyembuhkan seorang pria tuli?

      18 Pria yang penuh kuasa ini, Yesus, sangat berbeda dengan para penguasa yang menggunakan kuasanya dengan sikap masa bodoh akan kebutuhan dan penderitaan orang lain. Yesus peduli terhadap orang. Melihat orang yang menderita saja sudah membuat hatinya sangat tersentuh sehingga dia terdorong untuk meringankan penderitaan mereka. (Matius 14:14) Dia bertimbang rasa terhadap perasaan dan kebutuhan mereka, dan keprihatinan yang lembut ini memengaruhi cara dia menggunakan kuasanya. Contoh yang menggugah hati terdapat di Markus 7:31-37.

      19 Pada peristiwa ini, kumpulan besar orang menemukan Yesus dan membawa kepadanya banyak orang sakit, dan dia menyembuhkan mereka semua. (Matius 15:29, 30) Namun, Yesus memilih seorang pria dan memberinya perhatian khusus. Pria itu tuli dan hampir tidak dapat berbicara. Mungkin, Yesus bisa merasakan kegugupan atau rasa malu pria ini. Dengan penuh timbang rasa, Yesus membawa pria itu menyendiri—jauh dari banyak orang—ke suatu tempat yang sunyi. Kemudian, Yesus memberikan beberapa isyarat untuk memberi tahu pria itu apa yang hendak dia lakukan. Dia ”memasukkan jarinya ke telinga orang itu, dan setelah meludah, dia menyentuh lidah orang itu”.c (Markus 7:33) Kemudian, Yesus melihat ke langit dan menarik napas dalam-dalam. Tindakan tersebut menyampaikan pesan kepada pria itu, ’Apa yang hendak kulakukan kepadamu adalah berkat kuasa dari Allah.’ Akhirnya, Yesus berkata, ”Terbukalah.” (Markus 7:34) Saat itu juga, pendengaran pria tersebut pulih, dan dia mampu berbicara dengan normal.

      20 Betapa menyentuh hati untuk merenungkan bahwa bahkan sewaktu menggunakan kuasanya yang diberikan oleh Allah untuk menyembuhkan orang yang menderita, Yesus memperlihatkan perhatian yang simpatik terhadap perasaan mereka! Tidakkah sangat menenteramkan hati untuk mengetahui bahwa Yehuwa telah menaruh Kerajaan-Nya di tangan Penguasa yang penuh perhatian dan bertimbang rasa seperti itu?

      Gambaran dari Perkara-Perkara yang Akan Datang

      21, 22. (a) Apa yang digambarkan oleh mukjizat-mukjizat Yesus? (b) Karena Yesus memiliki kendali atas kekuatan-kekuatan alam, apa yang dapat kita harapkan di bawah pemerintahan Kerajaannya?

      21 Perbuatan-perbuatan penuh kuasa yang Yesus lakukan di bumi hanyalah gambaran pendahuluan dari berkat-berkat yang bahkan lebih besar yang akan datang di bawah pemerintahan Kerajaannya. Dalam dunia baru Allah, Yesus sekali lagi akan melakukan mukjizat—tetapi dalam skala global! Coba pikirkan beberapa prospek yang menggetarkan hati yang terbentang di masa depan.

      22 Yesus akan memulihkan ekologi bumi kepada keseimbangannya yang sempurna. Ingatlah bahwa dia mempertunjukkan kendali atas kekuatan-kekuatan alam dengan meredakan suatu badai angin. Kalau begitu, di bawah pemerintahan Kerajaan Kristus, pastilah umat manusia tidak perlu takut akan bahaya topan, gempa bumi, letusan gunung berapi, atau bencana alam lainnya. Karena Yesus adalah Pekerja Ahli, yang Yehuwa gunakan untuk menciptakan bumi dan segala kehidupan di atasnya, dia sepenuhnya tahu seluk-beluk bumi ini. Dia tahu bagaimana menggunakan sumber daya bumi dengan benar. Di bawah pemerintahannya, seluruh bumi ini akan diubah menjadi Firdaus.​—Lukas 23:43.

      23. Sebagai Raja, bagaimana Yesus akan memuaskan kebutuhan umat manusia?

      23 Bagaimana dengan kebutuhan umat manusia? Kesanggupan Yesus untuk memberi makan ribuan orang dengan limpah, hanya dengan persediaan yang sangat terbatas, meyakinkan kita bahwa pemerintahannya akan mendatangkan kemerdekaan dari kelaparan. Ya, berlimpahnya makanan yang didistribusikan secara merata akan mengakhiri kelaparan untuk selama-lamanya. (Mazmur 72:16) Kuasanya atas penyakit menunjukkan bahwa orang yang sakit, buta, tuli, buntung, dan lumpuh akan disembuhkan—secara tuntas dan permanen. (Yesaya 33:24; 35:5, 6) Kesanggupannya untuk membangkitkan orang mati meyakinkan kita bahwa keperkasaannya sebagai Raja surgawi mencakup kuasa untuk membangkitkan jutaan orang yang tak terhitung banyaknya yang diingat Bapaknya dengan senang hati.​—Yohanes 5:28, 29.

      24. Seraya kita merenungkan kuasa Yesus, apa yang hendaknya kita camkan, dan mengapa?

      24 Seraya kita merenungkan kuasa Yesus, marilah kita camkan bahwa sang Putra ini meniru Bapaknya dengan sempurna. (Yohanes 14:9) Oleh karena itu, cara Yesus menggunakan kuasa memberi kita gambaran yang jelas tentang bagaimana Yehuwa menggunakan kuasa. Misalnya, pikirkanlah kelembutan yang Yesus perlihatkan sewaktu menyembuhkan seorang penderita kusta. Tergerak oleh rasa kasihan, Yesus menyentuh pria itu dan berkata, ”Saya mau!” (Markus 1:40-42) Melalui catatan-catatan seperti itu, Yehuwa seolah-olah berkata, ’Begitulah caranya Aku menggunakan kuasa-Ku!’ Tidakkah Saudara tergerak untuk memuji Allah kita yang mahakuasa dan mengucap syukur bahwa Dia menggunakan kuasa-Nya dengan cara yang sedemikian pengasih?

      a Badai yang tiba-tiba datang merupakan hal yang lazim di Laut Galilea. Karena laut itu terletak cukup rendah (kira-kira 200 meter di bawah permukaan laut), udaranya jauh lebih hangat daripada di daerah sekelilingnya, dan hal ini mengakibatkan gangguan atmosferis. Angin kencang sering bertiup dari Gunung Hermon, yang terletak di utara, turun ke Lembah Yordan. Cuaca yang tenang pada suatu saat dapat mendadak berubah menjadi badai yang dahsyat.

      b Sebagai tambahan, kadang-kadang Injil mengelompokkan banyak mukjizat ke dalam suatu uraian tunggal yang bersifat umum. Misalnya, sekali peristiwa ”seluruh penduduk kota” datang untuk melihat dia, dan dia menyembuhkan ”banyak” orang sakit.​—Markus 1:32-34.

      c Meludah adalah suatu cara atau tanda penyembuhan yang diterima oleh orang Yahudi maupun yang bukan Yahudi, dan penggunaan air liur dalam pengobatan dilaporkan dalam tulisan-tulisan para rabi. Bisa jadi, Yesus meludah hanya untuk menyampaikan pesan kepada pria itu bahwa dia akan segera disembuhkan. Bagaimanapun, Yesus tidak menggunakan air liurnya sebagai obat alami.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Yesaya 11:1-5 Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa dia ”menjadi perkasa”? Dan karena itu, keyakinan apa yang dapat kita miliki akan pemerintahannya?

      • Markus 2:1-12 Penyembuhan secara mukjizat yang Yesus lakukan menunjukkan bahwa dia telah dikaruniai wewenang apa?

      • Yohanes 6:25-27 Meski Yesus secara mukjizat memuaskan kebutuhan jasmani orang-orang, apa tujuan utama pelayanannya?

      • Yohanes 12:37-43 Mengapa beberapa orang yang menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus tidak beriman kepadanya, dan apa yang dapat kita pelajari dari hal ini?

  • ”Tirulah Allah” dalam Menggunakan Kuasa Saudara
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Dua orang Saksi Yehuwa sedang mengabar kepada seorang wanita di depan rumahnya.

      PASAL 10

      ”Tirulah Allah” dalam Menggunakan Kuasa Saudara

      1. Kepada jerat laten apa manusia yang tak sempurna mudah menyerah?

      ”TIADA kekuasaan tanpa intaian jerat yang tersamar.” Kata-kata seorang penyair pada abad ke-19 tersebut menarik perhatian kita kepada suatu bahaya laten: penyalahgunaan kuasa. Sayang sekali, manusia yang tak sempurna sangat mudah menyerah kepada jerat ini. Ya, sepanjang sejarah ”manusia menguasai manusia sehingga merugikan diri sendiri”. (Pengkhotbah 8:9) Penggunaan kuasa tanpa kasih telah menimbulkan penderitaan manusia yang tak terlukiskan.

      2, 3. (a) Apa yang mengagumkan dari cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya? (b) Apa yang mungkin tercakup dalam kuasa kita, dan bagaimana hendaknya kita menggunakan semua kuasa tersebut?

      2 Jika demikian halnya, tidakkah mengagumkan bahwa Allah Yehuwa, yang memiliki kuasa yang tak terbatas, tidak pernah menyalahgunakan kuasa tersebut? Seperti yang kita ketahui dari pasal-pasal sebelumnya, Dia selalu menggunakan kuasa-Nya—apakah itu untuk mencipta, membinasakan, melindungi, atau memulihkan—selaras dengan tujuan-Nya yang pengasih. Sewaktu merenungkan caranya Dia mengerahkan kuasa-Nya, kita tergugah untuk mendekat kepada-Nya. Selanjutnya, hal itu dapat memotivasi kita untuk ’meniru Allah’ dalam menggunakan kuasa kita sendiri. (Efesus 5:1) Tetapi, kuasa apa yang kita, manusia yang lemah ini, miliki?

      3 Ingatlah bahwa manusia diciptakan ’mirip dengan Allah’ dan punya kesamaan dengan-Nya. (Kejadian 1:26, 27) Oleh karena itu, kita juga memiliki kuasa—setidaknya hingga taraf tertentu. Kuasa kita mungkin mencakup kemampuan untuk mencapai sesuatu, untuk bekerja; kemilikan kendali atau wewenang atas orang lain; kesanggupan untuk memengaruhi orang lain, khususnya mereka yang mengasihi kita; kekuatan fisik (keperkasaan); atau sumber daya materi. Mengenai Yehuwa, sang pemazmur berkata, ”Engkaulah sumber kehidupan.” (Mazmur 36:9) Oleh karena itu, secara langsung maupun tidak, Allah adalah Sumber dari semua kuasa kita yang sah. Dengan demikian, kita ingin menggunakannya dengan cara-cara yang menyenangkan Dia. Bagaimana kita dapat melakukannya?

      Kasih Adalah Kuncinya

      4, 5. (a) Apa kunci untuk menggunakan kuasa dengan benar, dan bagaimana teladan Allah sendiri mempertunjukkan hal ini? (b) Bagaimana kasih akan membantu kita menggunakan kuasa kita dengan benar?

      4 Kunci untuk menggunakan kuasa dengan benar adalah kasih. Bukankah teladan Allah sendiri yang mempertunjukkannya? Ingatlah kembali pembahasan mengenai empat sifat Allah yang utama—kuasa, keadilan, hikmat, dan kasih—di Pasal 1. Dari keempat sifat tersebut, manakah yang paling dominan? Kasih. ”Allah adalah kasih,” kata 1 Yohanes 4:8. Ya, Yehuwa sangat identik dengan kasih; kasih memengaruhi semua hal yang Dia lakukan. Jadi, setiap pertunjukan kuasa-Nya dimotivasi oleh kasih dan pada dasarnya demi kebaikan mereka yang mengasihi Dia.

      5 Kasih juga akan membantu kita menggunakan kuasa dengan benar. Alkitab memberi tahu kita bahwa kasih itu ”baik hati” dan ”tidak mementingkan diri”. (1 Korintus 13:4, 5) Oleh karena itu, kasih tidak akan mengizinkan kita berlaku kasar atau kejam terhadap orang-orang yang sampai taraf tertentu ada di bawah wewenang kita. Sebaliknya, kita akan memperlakukan orang lain secara bermartabat dan lebih mengutamakan kepentingan dan perasaan mereka.​—Filipi 2:3, 4.

      6, 7. (a) Apa takut kepada Allah itu, dan mengapa sifat ini akan membantu kita menghindari penyalahgunaan kuasa? (b) Ilustrasikanlah hubungan antara takut untuk tidak menyenangkan Allah dan kasih akan Allah.

      6 Kasih berhubungan dengan sifat lain yang dapat membantu kita menghindari penyalahgunaan kuasa: takut kepada Allah. Apa pentingnya sifat ini? ”Karena takut kepada Yehuwa, orang menjauhi yang jahat,” kata Amsal 16:6 (catatan kaki). Penyalahgunaan kuasa pastilah termasuk haluan jahat yang harus kita jauhi. Takut kepada Allah akan mencegah kita memperlakukan orang-orang yang ada di bawah kuasa kita dengan buruk. Mengapa? Salah satu alasannya, kita tahu bahwa kita bertanggung jawab kepada Allah atas cara kita memperlakukan orang-orang tersebut. (Nehemia 5:1-7, 15) Namun, takut kepada Allah mencakup lebih dari itu. Istilah dalam bahasa aslinya untuk kata ”takut” sering kali memaksudkan hormat yang dalam dan rasa takjub kepada Allah. Oleh karena itu, Alkitab menghubungkan takut dengan kasih akan Allah. (Ulangan 10:12, 13, catatan kaki) Rasa takjub yang penuh hormat ini mencakup takut yang sehat untuk tidak menyenangkan Allah—tidak hanya karena kita takut akan konsekuensinya tetapi karena kita benar-benar mengasihi Dia.

      7 Untuk mengilustrasikannya: Pikirkan tentang hubungan yang sehat antara seorang anak kecil dan ayahnya. Anak itu merasakan kepedulian ayahnya yang pengasih dan hangat terhadapnya. Tetapi, anak tersebut juga sadar akan apa yang dituntut ayahnya dari dirinya, dan dia tahu bahwa ayahnya akan mendisiplin dia jika dia nakal. Sang anak tidaklah hidup dengan penuh ketakutan terhadap ayahnya. Sebaliknya, dia amat mengasihi ayahnya. Anak tersebut senang melakukan apa yang akan mendatangkan senyum ayahnya. Demikian pula halnya dengan takut kepada Allah. Karena kita mengasihi Yehuwa, Bapak surgawi kita, kita takut melakukan apa pun yang akan membuat ”hati-Nya sakit”. (Kejadian 6:6) Sebaliknya, kita sangat berhasrat untuk membuat hati-Nya senang. (Amsal 27:11) Itulah sebabnya, kita ingin menggunakan kuasa kita dengan benar. Mari kita cermati cara untuk melakukannya.

      Di Dalam Keluarga

      8. (a) Wewenang apa yang dimiliki para suami dalam keluarga, dan bagaimana hendaknya wewenang itu dijalankan? (b) Bagaimana seorang suami dapat menunjukkan bahwa dia memberikan perhatian kepada istrinya, atau menghargainya?

      8 Pertama-tama, pertimbangkan lingkungan keluarga. ”Suami adalah kepala istrinya,” kata Efesus 5:23. Bagaimana hendaknya suami menjalankan wewenang dari Allah ini? Alkitab memberi tahu para suami untuk tinggal bersama istri mereka ”dengan penuh pengertian” dan ’memberikan perhatian kepada wanita itu seperti kepada benda yang lebih lemah’. (1 Petrus 3:7) Kata benda Yunani yang diterjemahkan ”perhatian” berarti ”harga, nilai, . . . respek”. Bentuk-bentuk kata ini diterjemahkan menjadi ”hadiah” dan ”berharga”. (Kisah 28:10; 1 Petrus 2:7) Seorang suami yang memberikan perhatian kepada istrinya, atau menghargainya, tidak akan pernah menyerangnya secara fisik; juga tidak akan pernah merendahkan atau meremehkannya, membuatnya merasa tidak berharga. Sebaliknya, dia mengakui nilai istrinya dan memperlakukannya dengan respek. Dia memperlihatkan hal itu melalui kata-kata dan tindakannya—secara pribadi maupun di hadapan umum—bahwa istrinya berharga di matanya. (Amsal 31:28) Suami semacam itu bukan hanya memperoleh kasih dan respek istrinya, melainkan yang lebih penting lagi menyenangkan Allah.

      Sepasang suami istri sedang berjalan sambil berpegangan tangan.

      Suami dan istri menggunakan kuasa mereka secara benar dengan saling mengasihi dan merespek

      9. (a) Para istri memiliki kuasa apa dalam keluarga? (b) Apa yang dapat membantu seorang istri menggunakan kesanggupannya guna mendukung suaminya, dan dengan hasil apa?

      9 Para istri juga memiliki kuasa sampai taraf tertentu di dalam keluarga. Alkitab berbicara mengenai para wanita saleh yang, tanpa melangkahi kekepalaan yang patut, mengambil inisiatif untuk memengaruhi suami mereka dengan cara yang membina atau membantu suaminya menghindari kekeliruan dalam mengambil keputusan. (Kejadian 21:9-12; 27:46–28:2) Seorang istri mungkin memiliki pikiran yang lebih cemerlang daripada suaminya, atau dia mungkin memiliki kesanggupan-kesanggupan lain yang tidak dimiliki suaminya. Namun, dia harus ”benar-benar menghormati” suaminya dan ”tunduk” kepadanya ”seperti kepada Tuan Yesus”. (Efesus 5:22, 33) Dengan memikirkan tujuannya, yaitu untuk menyenangkan Allah, seorang istri dapat lebih mudah menggunakan kesanggupannya guna mendukung suaminya dan bukannya meremehkan atau mencoba mendominasi dia. ”Wanita yang benar-benar bijaksana” semacam itu bekerja erat dengan suaminya untuk membangun keluarga. Dengan demikian, dia mempertahankan perdamaian dengan Allah.​—Amsal 14:1.

      10. (a) Wewenang apa yang Allah telah karuniakan kepada orang tua? (b) Apa arti kata ”didikan”, dan bagaimana hal itu hendaknya dijalankan? (Lihat juga catatan kaki.)

      10 Para orang tua juga memiliki wewenang yang dikaruniakan Allah kepada mereka. Alkitab menasihati, ”Para ayah, jangan buat anak-anak kalian kesal. Sebaliknya, besarkan mereka dengan didikan dan nasihat Yehuwa.” (Efesus 6:4) Di dalam Alkitab, kata ”didikan” dapat berarti ”asuhan, pelatihan, pengajaran”. Anak-anak membutuhkan didikan; mereka menjadi bahagia dan sukses apabila ada pedoman, batasan, dan larangan yang jelas. Alkitab menghubungkan didikan, atau pengajaran, semacam itu dengan kasih. (Amsal 13:24) Oleh karena itu, ”tongkat didikan” hendaknya tidak pernah disalahgunakan—secara emosi ataupun secara fisik.a (Amsal 22:15; 29:15) Didikan yang kaku atau kasar dan tanpa perasaan kasih merupakan penyalahgunaan wewenang orang tua dan dapat meremukkan semangat seorang anak. (Kolose 3:21) Sebaliknya, didikan seimbang yang dijalankan dengan sepatutnya membuat anak-anak tahu bahwa orang tua mereka mengasihi mereka dan peduli akan bagaimana jadinya mereka kelak.

      11. Bagaimana anak-anak dapat menggunakan kuasa mereka dengan benar?

      11 Bagaimana dengan anak-anak? Bagaimana mereka dapat menggunakan kuasa atau kekuatan mereka dengan benar? ”Kebanggaan anak muda adalah kekuatannya,” kata Amsal 20:29. Pastilah, tiada cara yang lebih baik bagi kaum muda untuk menggunakan kekuatan dan energi mereka selain melayani ’Pencipta kita yang Agung’. (Pengkhotbah 12:1) Anak muda hendaknya ingat bahwa tindakan mereka dapat memengaruhi perasaan orang tua mereka. (Amsal 23:24, 25) Apabila anak-anak menaati orang tua mereka yang takut akan Allah dan berpegang pada haluan yang benar, mereka membuat hati orang tua mereka bersukacita. (Efesus 6:1) Tingkah laku semacam itu ”menyenangkan Tuan”.​—Kolose 3:20.

      Di Dalam Sidang

      12, 13. (a) Pandangan apa yang hendaknya dimiliki para penatua berkenaan dengan wewenang mereka di dalam sidang? (b) Ilustrasikan mengapa para penatua hendaknya memperlakukan kawanan dengan kelembutan.

      12 Yehuwa telah menyediakan para pengawas untuk memimpin di dalam sidang Kristen. (Ibrani 13:17) Pria-pria yang memenuhi syarat ini hendaknya menggunakan wewenang yang Allah berikan kepada mereka untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan dan untuk meningkatkan kesejahteraan rohani kawanan. Apakah kedudukan mereka membuat para penatua berhak untuk memerintah atas rekan-rekan seimannya? Sama sekali tidak! Para penatua perlu memiliki pandangan yang seimbang dan sadar diri tentang peranan mereka di dalam sidang. (1 Petrus 5:2, 3) Alkitab memberi tahu para pengawas untuk ”menggembalakan sidang jemaat Allah, yang Dia beli dengan darah Putra-Nya sendiri”. (Kisah 20:28) Di dalam nasihat ini terkandung alasan yang kuat untuk memperlakukan setiap anggota kawanan dengan kelembutan.

      13 Kita dapat mengilustrasikannya seperti ini. Seorang sahabat dekat meminta Saudara menjaga milik kesayangannya. Saudara tahu bahwa sahabat Saudara itu membeli barang tersebut dengan harga tinggi. Tidakkah Saudara akan memperlakukannya dengan lembut dan sangat hati-hati? Demikian pula, Allah telah memercayakan kepada para penatua tanggung jawab untuk menjaga milik-Nya yang benar-benar bernilai: sidang, yang anggota-anggotanya disamakan dengan domba. (Yohanes 21:16, 17) Domba-domba Yehuwa berharga bagi-Nya—malah, sedemikian berharganya sampai-sampai Dia membeli mereka dengan darah yang berharga dari Putra tunggal-Nya, Yesus Kristus. Yehuwa telah membeli domba-domba-Nya dengan harga yang paling mahal. Para penatua yang rendah hati mencamkan hal itu dan memperlakukan domba-domba Yehuwa dengan sepatutnya.

      ”Lidah Punya Kuasa”

      14. Kuasa apa yang dimiliki lidah?

      14 ”Lidah punya kuasa atas hidup dan mati,” kata Alkitab. (Amsal 18:21) Memang, lidah dapat menimbulkan banyak kerusakan. Siapa di antara kita yang belum pernah merasakan sengat dari komentar yang tidak dipikir atau bahkan yang meremehkan? Tetapi, lidah juga memiliki kuasa untuk memperbaiki. ”Lidah orang berhikmat menyembuhkan,” kata Amsal 12:18. Ya, kata-kata yang positif dan sehat dapat menjadi seperti minyak balsam yang menyembuhkan dan menyejukkan hati. Pertimbangkan beberapa contoh.

      15, 16. Dengan cara-cara apa kita dapat menggunakan lidah untuk menganjurkan orang lain?

      15 ”Berikan kata-kata yang menghibur kepada orang yang tertekan,” desak 1 Tesalonika 5:14. Ya, hamba-hamba Yehuwa yang setia pun kadang-kadang harus berjuang melawan depresi. Bagaimana kita dapat menolong orang-orang tersebut? Berikanlah pujian yang spesifik dan tulus untuk membantu mereka melihat nilai diri mereka sendiri di mata Yehuwa. Sampaikanlah kepada mereka kata-kata yang penuh kuasa dari ayat-ayat Alkitab yang menunjukkan bahwa Yehuwa benar-benar memedulikan dan mengasihi mereka yang ”hancur hatinya” dan ”patah semangat”. (Mazmur 34:18) Apabila kita menggunakan kuasa lidah kita untuk menghibur orang lain, kita menunjukkan bahwa kita meniru Allah kita yang beriba hati, yang ”membesarkan hati orang yang putus asa”.​—2 Korintus 7:6, Bahasa Indonesia Masa Kini-LAI.

      16 Kita juga dapat menggunakan kuasa lidah kita untuk memberikan dukungan moril yang amat dibutuhkan orang lain. Apakah seorang rekan seiman kehilangan orang yang dia kasihi dalam kematian? Kata-kata simpatik yang menyatakan keprihatinan dan kepedulian kita dapat menghibur hati yang berduka. Apakah seorang saudara atau saudari yang lanjut usia merasa tidak berguna? Lidah yang bertimbang rasa dapat menenteramkan orang yang lanjut usia bahwa mereka berarti dan berharga. Apakah seseorang sedang berjuang melawan suatu penyakit kronis? Kata-kata yang penuh kebaikan hati yang disampaikan lewat telepon, lewat tulisan, atau secara pribadi dapat memberikan manfaat yang besar dalam membangkitkan semangat seseorang yang sedang sakit. Alangkah senangnya Pencipta kita jika kita menggunakan kuasa bertutur kata untuk mengucapkan perkataan yang ”baik untuk menguatkan”!​—Efesus 4:29.

      17. Dengan cara penting apa kita dapat menggunakan lidah kita demi manfaat orang lain, dan mengapa kita hendaknya melakukannya?

      17 Tidak ada cara yang lebih penting untuk menggunakan kuasa lidah selain menggunakannya untuk membagikan kabar baik Kerajaan Allah kepada orang lain. ”Jangan menahan kebaikan dari orang yang membutuhkannya kalau kamu sanggup menolongnya,” kata Amsal 3:27. Kita berutang kepada orang-orang lain untuk membagikan kepada mereka kabar baik yang menyelamatkan kehidupan. Tidaklah benar jika kita menahan-nahan berita mendesak yang dengan begitu murah hati dikaruniakan Yehuwa kepada kita. (1 Korintus 9:16, 22) Namun, sejauh mana Yehuwa mengharapkan kita ambil bagian dalam pekerjaan ini?

      Membagikan kabar baik—cara yang sangat bagus untuk menggunakan kuasa kita

      Melayani Yehuwa dengan ’Seluruh Kekuatan’ Kita

      18. Apa yang Yehuwa harapkan dari kita?

      18 Kasih kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk ambil bagian sepenuhnya dalam pelayanan Kristen. Apa yang Yehuwa harapkan dari kita sehubungan dengan hal ini? Sesuatu yang kita semua, tidak soal bagaimana situasi kehidupan kita, dapat berikan, ”Apa pun yang kalian lakukan, lakukan itu dengan sepenuh jiwa seperti untuk Yehuwa, dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23) Sewaktu menyatakan perintah terbesar, Yesus berkata, ”Kasihilah Yehuwa Allahmu dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, seluruh pikiran, dan seluruh kekuatanmu.” (Markus 12:30) Ya, Yehuwa mengharapkan agar kita masing-masing mengasihi dan melayani Dia dengan sepenuh jiwa.

      19, 20. (a) Karena jiwa mencakup hati, pikiran, dan kekuatan, mengapa kesanggupan-kesanggupan itu disebutkan di Markus 12:30? (b) Apa artinya melayani Yehuwa dengan sepenuh jiwa?

      19 Apa artinya melayani Allah dengan sepenuh jiwa? Jiwa berarti manusia seutuhnya, dengan segenap kesanggupan fisik dan mentalnya. Karena jiwa mencakup hati, pikiran, dan kekuatan, mengapa kesanggupan-kesanggupan itu disebutkan di Markus 12:30? Pertimbangkan sebuah ilustrasi. Pada zaman Alkitab, seseorang mungkin menjual dirinya (jiwanya) ke dalam perbudakan. Namun, bisa jadi budak tersebut tidak sepenuh hati melayani majikannya; bisa jadi dia tidak menggunakan kekuatannya atau kesanggupan mentalnya dengan sepenuhnya untuk mendukung kepentingan majikannya. (Kolose 3:22) Oleh karena itu, Yesus tampaknya menyebutkan kesanggupan-kesanggupan itu untuk menandaskan agar kita tidak menahan-nahan apa pun dalam pelayanan kita kepada Allah. Melayani Allah dengan sepenuh jiwa berarti memberikan diri kita, menggunakan kekuatan dan energi kita sepenuh mungkin dalam melayani Dia.

      20 Apakah melayani dengan sepenuh jiwa berarti bahwa kita semua harus menggunakan jumlah waktu dan energi yang sama dalam pelayanan? Hal itu mustahil karena keadaan dan kesanggupan tiap-tiap orang berbeda. Sebagai contoh, seorang anak muda yang memiliki kesehatan dan stamina fisik yang prima dapat menggunakan lebih banyak waktu dalam pengabaran dibanding seseorang yang kekuatannya digerogoti usia lanjut. Seorang lajang yang bebas dari kewajiban keluarga dapat berbuat lebih banyak daripada seseorang yang harus mengurus keluarga. Jika kita memiliki kekuatan dan keadaan yang memungkinkan kita untuk berbuat lebih banyak dalam pelayanan, alangkah bersyukurnya kita! Tentu saja, kita tidak akan pernah ingin memiliki semangat yang kritis, membandingkan diri kita dengan orang lain sehubungan dengan hal ini. (Roma 14:10-12) Sebaliknya, kita ingin menggunakan kuasa atau kekuatan kita untuk membesarkan hati orang lain.

      21. Apa cara terbaik dan terpenting dalam menggunakan kuasa kita?

      21 Yehuwa telah memberikan teladan yang sempurna dalam menggunakan kuasa-Nya dengan benar. Kita ingin meniru Dia dengan kesanggupan terbaik kita sebagai manusia yang tak sempurna. Kita dapat menggunakan kuasa kita secara benar dengan memperlakukan secara bermartabat orang-orang yang sampai taraf tertentu ada di bawah wewenang kita. Selain itu, kita ingin sepenuh jiwa dalam menunaikan pekerjaan pengabaran yang menyelamatkan kehidupan yang telah Yehuwa tugaskan kepada kita untuk dilaksanakan. (Roma 10:13, 14) Ingatlah, Yehuwa senang apabila Saudara—jiwa Saudara—memberikan yang terbaik. Tidakkah hati Saudara menggerakkan Saudara untuk berbuat sebisa-bisanya dalam melayani Allah yang sedemikian berpengertian dan pengasih? Tidak ada cara yang lebih baik atau lebih penting dalam menggunakan kuasa Saudara.

      a Pada zaman Alkitab, kata Ibrani untuk ”tongkat” berarti sebatang kayu atau tongkat seperti yang digunakan gembala untuk menuntun dombanya. (Mazmur 23:4) Demikian pula, ”tongkat” wewenang orang tua mengisyaratkan bimbingan yang pengasih, bukan hukuman yang kasar atau brutal.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Amsal 3:9, 10 ’Barang-barang berharga’ apa yang kita miliki, dan bagaimana itu dapat digunakan untuk menghormati Yehuwa?

      • Pengkhotbah 9:5-10 Mengapa Saudara hendaknya menggunakan kekuatan Saudara sekarang dengan cara yang diperkenan Allah?

      • Kisah 8:9-24 Penyalahgunaan kuasa apa yang diuraikan di sini, dan bagaimana caranya agar kita tidak menyerah kepada perbuatan salah semacam itu?

      • Kisah 20:29-38 Dari teladan Paulus, apa yang dapat dipelajari para pengemban tanggung jawab di sidang?

  • ”Semua Jalan-Nya Adil”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yusuf ada di penjara bersama beberapa tahanan lain. Tangan dan kaki Yusuf terikat.

      PASAL 11

      ”Semua Jalan-Nya Adil”

      1, 2. (a) Apa saja perlakuan yang benar-benar tidak adil yang Yusuf alami? (b) Bagaimana Yehuwa membereskan ketidakadilan tersebut?

      BENAR-BENAR tidak adil. Pemuda tampan ini tidak melakukan kejahatan apa pun, tetapi dia dikurung di sebuah penjara bawah tanah, dengan keliru dituduh melakukan percobaan pemerkosaan. Namun, pemenjaraan ini bukanlah kali pertama dia mengalami ketidakadilan. Beberapa tahun sebelumnya, sewaktu berusia 17 tahun, pemuda ini, Yusuf, dikhianati saudara-saudaranya sendiri, yang hampir membunuh dia. Kemudian, dia dijual sebagai budak di sebuah negeri asing. Di sana dia menolak godaan istri majikannya. Wanita yang ditolak mentah-mentah tersebut merancang tuduhan palsu, dan begitulah ceritanya sampai dia berada di dalam tahanan. Sungguh menyedihkan, kelihatannya tak seorang pun yang dapat memohonkan belas kasihan bagi Yusuf.

      2 Akan tetapi, Allah yang ”mencintai apa yang benar, juga keadilan” memperhatikannya. (Mazmur 33:5) Yehuwa bertindak untuk membereskan ketidakadilan tersebut, memanuver peristiwa-peristiwa sehingga Yusuf akhirnya dibebaskan. Lebih dari itu, Yusuf—pria yang dicampakkan ke dalam penjara—kemudian ditempatkan pada kedudukan dengan tanggung jawab yang besar dan kehormatan yang luar biasa. (Kejadian 40:15; 41:41-43; Mazmur 105:17, 18) Pada akhirnya, Yusuf dinyatakan bebas murni, dan dia menggunakan kedudukan tinggi tersebut untuk menjalankan tujuan Allah.​—Kejadian 45:5-8.

      Yusuf menderita secara tidak adil dalam penjara

      3. Mengapa tidaklah mengejutkan jika kita semua ingin diperlakukan dengan cara yang adil?

      3 Kisah seperti itu menyentuh hati kita, bukan? Siapa di antara kita yang belum pernah melihat atau menjadi korban ketidakadilan? Ya, kita semua sangat ingin diperlakukan dengan cara yang adil dan tidak berat sebelah. Hal itu tidaklah mengejutkan, karena Yehuwa mengaruniai kita sifat-sifat yang mencerminkan kepribadian-Nya sendiri, dan keadilan adalah salah satu sifat utama-Nya. (Kejadian 1:27) Untuk mengenal Yehuwa dengan baik, kita perlu memahami rasa keadilan-Nya. Dengan demikian, kita akan semakin menghargai jalan-jalan-Nya yang menakjubkan dan tergerak untuk mendekat kepada-Nya.

      Apakah Keadilan Itu?

      4. Dari sudut pandang manusia, bagaimana keadilan sering kali dipahami?

      4 Dari sudut pandang manusia, keadilan sering kali dipahami semata-mata sebagai penerapan peraturan hukum secara adil. Buku Right and Reason—Ethics in Theory and Practice mengatakan bahwa ”keadilan berhubungan dengan hukum, kewajiban, hak, dan tugas, dan menjatuhkan vonis berdasarkan persamaan hak atau perlakuan yang pantas diterima seseorang”. Akan tetapi, keadilan Yehuwa tidak hanya menyangkut penerapan peraturan secara mekanis sekadar karena tugas atau kewajiban.

      5, 6. (a) Apa arti kata-kata dalam bahasa asli yang diterjemahkan ”keadilan”? (b) Apa artinya Allah adalah adil?

      5 Luas dan dalamnya keadilan Yehuwa dapat dipahami secara lebih baik dengan mempertimbangkan kata-kata dalam bahasa asli yang digunakan dalam Alkitab. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, ada tiga kata utama yang digunakan. Kata yang paling sering diterjemahkan ”keadilan” juga dapat diterjemahkan menjadi ”apa yang benar”. (Kejadian 18:19) Dua kata lainnya biasa diterjemahkan ”kebenaran”. Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata yang diterjemahkan ”kebenaran” didefinisikan sebagai ”sifat benar atau adil”. Kalau begitu, pada dasarnya kebenaran dan keadilan sangat berkaitan.​—Amos 5:24.

      6 Jadi, sewaktu mengatakan bahwa Allah adalah adil, Alkitab memberi tahu kita bahwa Dia melakukan apa yang benar dan adil dan bahwa Dia melakukannya dengan sangat konsisten, tanpa sikap berat sebelah. (Roma 2:11) Sungguh tidak masuk akal kalau Dia bertindak sebaliknya. Elihu yang setia menyatakan, ”Tidak mungkin Allah yang benar bertindak jahat, dan mustahil Yang Mahakuasa berbuat salah!” (Ayub 34:10) Memang, Yehuwa tidak mungkin bertindak dengan tidak adil. Mengapa? Karena dua alasan penting.

      7, 8. (a) Mengapa Yehuwa tidak dapat bertindak dengan tidak adil? (b) Apa yang menggerakkan Yehuwa untuk bersikap benar, atau adil, sewaktu berurusan dengan pribadi lain?

      7 Pertama, Dia kudus. Seperti yang kita ketahui dari Pasal 3, Yehuwa sepenuhnya murni dan lurus hati. Oleh karena itu, Dia tidak dapat bertindak dengan tidak benar, atau tidak adil. Coba pikirkan apa artinya hal itu. Kekudusan Bapak surgawi kita memberi kita alasan kuat untuk percaya bahwa Dia tidak akan pernah memperlakukan anak-anak-Nya dengan buruk. Yesus memiliki kepercayaan semacam itu. Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, dia berdoa, ”Bapak yang kudus, jagalah mereka [murid-murid] demi nama-Mu.” (Yohanes 17:11) ”Bapak yang kudus”—dalam Kitab Suci, bentuk sapaan tersebut hanya ditujukan kepada Yehuwa. Hal itu sangatlah tepat, karena tidak ada bapak manusia yang setara dengan-Nya dalam hal kekudusan. Yesus memiliki kepercayaan penuh bahwa murid-muridnya akan aman dalam tangan Bapaknya, pribadi yang benar-benar murni dan bersih serta sama sekali terpisah dari semua dosa.​—Matius 23:9.

      8 Kedua, kasih yang tidak mementingkan diri tidak dapat dipisahkan dari kepribadian Allah. Kasih demikian menggerakkan Dia untuk bersikap benar, atau adil, dalam berurusan dengan pribadi-pribadi lain. Namun, ketidakadilan dengan berbagai bentuknya—termasuk rasialisme, diskriminasi, dan sikap berat sebelah—sering kali muncul dari ketamakan dan egoisme, sifat-sifat yang bertolak belakang dengan kasih. Sehubungan dengan Allah kasih ini, Alkitab meyakinkan kita, ”Yehuwa itu benar; Dia menyukai perbuatan yang benar.” (Mazmur 11:7) Yehuwa berkata mengenai diri-Nya, ”Aku, Yehuwa, mencintai keadilan.” (Yesaya 61:8) Tidakkah kita terhibur karena tahu bahwa Allah kita senang melakukan apa yang benar, atau adil?​—Yeremia 9:24.

      Belas Kasihan dan Keadilan Yehuwa yang Sempurna

      9-11. (a) Apa hubungan antara keadilan Yehuwa dan belas kasihan-Nya? (b) Bagaimana keadilan Yehuwa dan juga belas kasihan-Nya nyata dalam cara Dia berurusan dengan manusia yang berdosa?

      9 Keadilan Yehuwa, seperti halnya setiap segi lain dari kepribadian-Nya yang tiada duanya, sempurna, yaitu tidak kurang dalam segi apa pun. Sewaktu memuji Yehuwa, Musa menulis, ”Gunung Batu, sempurna tindakan-Nya, semua jalan-Nya adil. Allah yang setia, yang selalu adil; Dia benar dan lurus hati.” (Ulangan 32:3, 4) Setiap pernyataan keadilan Yehuwa tanpa cacat—tidak pernah terlalu lunak, tidak pernah terlalu keras.

      10 Keadilan Yehuwa berhubungan erat dengan belas kasihan-Nya. Mazmur 116:5 berkata, ”Yehuwa itu iba hati dan benar [”adil”, Terjemahan Baru-LAI]; Allah kita berbelaskasihan.” Ya, Yehuwa adil dan berbelaskasihan. Kedua sifat itu tidaklah bertentangan. Dia mempertunjukkan belas kasihan bukan untuk melunakkan keadilan-Nya, seolah-olah jika Dia tidak mempertunjukkannya, keadilan-Nya akan terlampau keras. Sebaliknya, Dia sering mempertunjukkan kedua sifat tersebut pada waktu yang sama, bahkan pada tindakan yang sama. Perhatikan sebuah contoh.

      11 Semua manusia mewarisi dosa dan karena itu pantas menerima hukuman dosa—kematian. (Roma 5:12) Tetapi, Yehuwa tidak senang melihat kematian para pedosa. Dia adalah ”Allah yang siap mengampuni, beriba hati, berbelaskasihan”. (Nehemia 9:17) Namun, karena kudus, Dia tidak dapat membiarkan tindakan yang salah. Kalau begitu, bagaimana Dia dapat menunjukkan belas kasihan kepada umat manusia yang mewarisi dosa? Jawabannya terdapat dalam salah satu kebenaran Firman Allah yang paling berharga: penyelenggaraan Yehuwa berupa suatu tebusan bagi keselamatan umat manusia. Kita akan belajar lebih banyak mengenai penyelenggaraan yang pengasih ini di Pasal 14. Penyelenggaraan tersebut sepenuhnya adil dan sekaligus sangat menonjol dalam belas kasihan. Melalui penyelenggaraan itu, Yehuwa dapat mempertunjukkan belas kasihan yang lembut terhadap para pedosa yang bertobat seraya mempertahankan standar keadilan-Nya yang sempurna.​—Roma 3:21-26.

      Keadilan Yehuwa Menghangatkan Hati

      12, 13. (a) Mengapa keadilan Yehuwa mendekatkan kita kepada-Nya? (b) Kesimpulan apa yang Daud capai sehubungan dengan keadilan Yehuwa, dan bagaimana hal itu dapat menghibur kita?

      12 Keadilan Yehuwa bukanlah suatu sifat yang dingin yang menjauhkan kita dari-Nya, melainkan suatu sifat yang menarik yang mendekatkan kita kepada-Nya. Alkitab dengan jelas menggambarkan sifat iba hati dari keadilan, atau kebenaran, Yehuwa. Marilah kita perhatikan beberapa cara yang menghangatkan hati yang Yehuwa gunakan dalam menjalankan keadilan-Nya.

      13 Keadilan Yehuwa yang sempurna menggerakkan Dia untuk menunjukkan kesetiaan kepada hamba-hamba-Nya. Melalui pengalamannya sendiri, sang pemazmur Daud memahami dan menghargai segi ini dari keadilan Yehuwa. Dari pengalamannya itu dan dari pemelajarannya tentang jalan-jalan Allah, kesimpulan apa yang Daud capai? Dia menyatakan, ”Yehuwa mencintai keadilan, dan Dia tidak akan meninggalkan hamba-hamba-Nya yang setia. Mereka akan selalu dijaga.” (Mazmur 37:28) Sungguh suatu jaminan yang menghibur! Allah kita tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang setia kepada-Nya barang sedetik pun. Oleh karena itu, kita dapat mengandalkan kedekatan-Nya dan pemeliharaan-Nya yang pengasih. Keadilan-Nya adalah jaminannya!​—Amsal 2:7, 8.

      14. Bagaimana kepedulian Yehuwa terhadap orang yang kurang beruntung nyata dalam Hukum yang Dia berikan kepada Israel?

      14 Keadilan ilahi cepat tanggap akan kebutuhan orang yang menderita. Kepedulian Yehuwa terhadap orang yang kurang beruntung nyata dalam Hukum yang Dia berikan kepada Israel. Sebagai contoh, Hukum mengadakan penyelenggaraan khusus guna memastikan agar para yatim piatu dan janda terpelihara. (Ulangan 24:17-21) Menyadari keluarga-keluarga tersebut bisa jadi susah hidupnya, Yehuwa sendiri menjadi Hakim dan Pelindung mereka yang pengasih, Pribadi yang ”memberikan keadilan bagi anak yatim dan janda”.a (Ulangan 10:18; Mazmur 68:5) Yehuwa memperingatkan orang Israel bahwa jika mereka menyusahkan wanita dan anak-anak yang tak berdaya, Dia pasti akan mendengar keluhan orang-orang tersebut. Dia menyatakan, ”Aku akan sangat marah.” (Keluaran 22:22-24) Meskipun kemarahan bukan salah satu sifat dominan Yehuwa, tindak ketidakadilan yang disengaja dapat membangkitkan kemarahan-Nya yang benar, khususnya jika korbannya adalah orang-orang kecil dan tak berdaya.​—Mazmur 103:6.

      15, 16. Apa bukti yang benar-benar menakjubkan akan sifat Yehuwa yang tidak berat sebelah?

      15 Yehuwa juga meyakinkan kita bahwa Dia ”tidak berat sebelah kepada siapa pun dan tidak menerima suap”. (Ulangan 10:17) Berbeda dengan banyak manusia yang memiliki kuasa atau pengaruh, Yehuwa tidak terpengaruh oleh kekayaan materi atau penampilan. Dia sepenuhnya bebas dari prasangka atau favoritisme. Pikirkanlah bukti yang sangat menakjubkan berkenaan dengan sifat Yehuwa yang tidak berat sebelah. Kesempatan untuk menjadi penyembah-Nya yang sejati, dengan prospek kehidupan tanpa akhir, tidaklah dibatasi untuk segelintir orang elite. Sebaliknya, ”semua orang dari bangsa mana pun yang takut kepada-Nya dan melakukan apa yang benar diterima oleh-Nya”. (Kisah 10:34, 35) Prospek yang menakjubkan ini terbuka bagi semua orang tidak soal status sosial mereka, warna kulit mereka, atau negeri tempat mereka tinggal. Bukankah itu penerapan terbaik keadilan sejati?

      16 Ada aspek lain dari keadilan Yehuwa yang sempurna yang layak kita pertimbangkan dan respek: cara Dia berurusan dengan para pelanggar standar-standar-Nya yang benar.

      Tidak Bebas dari Hukuman

      17. Jelaskan alasannya ketidakadilan dalam dunia ini tidak dapat menimbulkan keraguan terhadap keadilan Yehuwa.

      17 Ada yang mungkin bertanya-tanya, ’Karena Yehuwa tidak menyetujui perbuatan salah, bagaimana kita dapat menjelaskan maraknya penderitaan yang tidak adil dan praktek-praktek bejat dalam dunia ini?’ Ketidakadilan semacam itu tidak dapat menimbulkan keraguan terhadap keadilan Yehuwa. Banyak ketidakadilan yang terjadi dalam dunia yang fasik ini merupakan konsekuensi dosa yang diwarisi umat manusia dari Adam. Dalam dunia tempat umat manusia memilih haluan mereka sendiri yang berdosa, ketidakadilan merajalela—tetapi tidak akan lama.​—Ulangan 32:5.

      18, 19. Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa tidak akan selamanya menoleransi mereka yang sengaja melanggar hukum-hukum-Nya yang benar?

      18 Walaupun memperlihatkan belas kasihan yang besar terhadap mereka yang dengan tulus mendekat kepada-Nya, Yehuwa tidak akan selamanya menoleransi keadaan yang mendatangkan cela ke atas nama-Nya yang kudus. (Mazmur 74:10, 22, 23) Allah keadilan tidak dapat dipermainkan; Dia tidak akan melindungi orang-orang yang dengan sengaja berbuat dosa dari hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka. Yehuwa adalah ”Allah yang berbelaskasihan dan iba hati, tidak cepat marah dan berlimpah dengan kasih setia dan kebenaran, . . . tapi Dia tidak akan membebaskan orang jahat dari hukuman”. (Keluaran 34:6, 7) Selaras dengan kata-kata di atas, Yehuwa kadang-kadang merasa perlu untuk melaksanakan penghakiman ke atas mereka yang dengan sengaja melanggar hukum-hukum-Nya yang benar.

      19 Perhatikan, misalnya, cara Allah berurusan dengan Israel zaman dahulu. Setelah menetap di Negeri Perjanjian pun, orang Israel berulang kali jatuh kepada ketidaksetiaan. Meskipun haluan mereka yang bejat ’menyakiti hati’ Yehuwa, Dia tidak langsung mencampakkan mereka. (Mazmur 78:38-41) Sebaliknya, dengan penuh belas kasihan Dia mengulurkan kesempatan kepada mereka untuk mengubah haluan mereka. Dia memohon, ”Kematian orang jahat tidak membuat-Ku senang. Aku senang kalau orang jahat mengubah tingkah lakunya dan tetap hidup. Orang Israel, berbaliklah, berbaliklah dari tingkah laku kalian yang jahat. Kenapa kalian harus mati?” (Yehezkiel 33:11) Karena memandang kehidupan sebagai sesuatu yang berharga, Yehuwa berulang kali mengutus para nabi-Nya agar orang Israel dapat berbalik dari jalan mereka yang jahat. Tetapi, secara keseluruhan, bangsa yang keras hati tersebut menolak untuk mendengarkan dan bertobat. Akhirnya, demi nama-Nya yang kudus dan semua makna yang terkandung dalam nama-Nya, Yehuwa menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka.​—Nehemia 9:26-30.

      20. (a) Apa yang dapat kita pelajari tentang Yehuwa dari cara Dia berurusan dengan Israel? (b) Mengapa sungguh tepat jika singa dikaitkan dengan kehadiran dan takhta Allah?

      20 Cara Yehuwa berurusan dengan Israel mengajar kita banyak hal mengenai Dia. Kita belajar bahwa mata-Nya yang bisa melihat segala sesuatu memperhatikan perbuatan yang tidak adil dan bahwa Dia sangat terpengaruh oleh apa yang dilihat-Nya. (Amsal 15:3) Juga, sangatlah menenteramkan hati untuk tahu bahwa Dia mencari kesempatan untuk memperlihatkan belas kasihan jika ada dasar untuk itu. Lagi pula, kita belajar bahwa keadilan-Nya tidak pernah dilaksanakan secara tergesa-gesa. Karena kesabaran Yehuwa, banyak orang dengan salah menyimpulkan bahwa Dia tidak akan pernah melaksanakan penghakiman atas orang fasik. Namun, kesimpulan tersebut sangat keliru, karena cara Allah berurusan dengan Israel juga mengajar kita bahwa kesabaran ilahi ada batasnya. Yehuwa tegas demi kebenaran. Tidak seperti manusia, yang sering kali menciut dalam menjalankan keadilan, Dia tidak pernah kehilangan keberanian dalam menegakkan apa yang benar. Sungguh tepat jika singa yang melambangkan keadilan yang tak kenal gentar dikaitkan dengan kehadiran dan takhta Allah.b (Yehezkiel 1:10; Wahyu 4:7) Oleh karena itu, kita dapat yakin bahwa Dia akan memenuhi janji-Nya untuk mengenyahkan ketidakadilan dari bumi ini. Ya, cara Dia menghakimi dapat disimpulkan sebagai berikut: tegas jika perlu, berbelaskasihan jika mungkin.​—2 Petrus 3:9.

      Mendekat kepada Allah Keadilan

      21. Sewaktu merenungkan cara Yehuwa menjalankan keadilan, bagaimana hendaknya kita membayangkan Dia, dan mengapa?

      21 Sewaktu merenungkan cara Yehuwa menjalankan keadilan, kita hendaknya tidak membayangkan Dia sebagai seorang hakim yang dingin dan kaku yang hanya berminat menjatuhkan vonis ke atas para pelaku kesalahan. Sebaliknya, kita hendaknya membayangkan Dia sebagai seorang Bapak yang pengasih tetapi tegas yang selalu menggunakan cara terbaik dalam berurusan dengan anak-anak-Nya. Sebagai Bapak yang adil, atau benar, Yehuwa menyeimbangkan ketegasan untuk apa yang benar dengan keibaan hati yang lembut terhadap anak-anak-Nya di bumi, yang membutuhkan bantuan dan pengampunan-Nya.​—Mazmur 103:10, 13.

      22. Dengan bimbingan keadilan-Nya, Yehuwa memungkinkan kita memiliki prospek apa, dan mengapa Dia menggunakan cara ini dalam berurusan dengan kita?

      22 Betapa bersyukurnya kita karena keadilan ilahi mencakup lebih dari sekadar menjatuhkan vonis ke atas para pelaku kesalahan! Dengan bimbingan keadilan-Nya, Yehuwa memungkinkan kita memiliki prospek yang benar-benar menggetarkan—kehidupan yang sempurna dan tanpa akhir di dunia, yang di dalamnya ”semua orang akan selalu melakukan apa yang benar”. (2 Petrus 3:13) Allah kita menggunakan cara ini untuk berurusan dengan kita karena keadilan-Nya memotivasi Dia untuk mencari cara agar dapat menyelamatkan kita dan bukannya menghukum kita. Ya, pengertian yang lebih baik tentang ruang lingkup keadilan Yehuwa akan mendekatkan kita kepada-Nya! Di pasal-pasal selanjutnya, kita akan mencermati bagaimana Yehuwa mempertunjukkan sifat yang sangat bagus ini.

      a Istilah ”anak yatim” menunjukkan bahwa Yehuwa tidak hanya sangat peduli kepada anak lelaki yatim, tapi juga kepada anak perempuan yatim. Yehuwa menyertakan di dalam Hukum sebuah catatan mengenai keputusan hukum yang memastikan warisan bagi putri-putri yatim Zelofehad. Keputusan tersebut menjadi suatu preseden, dengan demikian menjunjung hak anak perempuan yatim.​—Bilangan 27:1-8.

      b Menarik sekali, Yehuwa menyamakan diri-Nya dengan seekor singa sewaktu melaksanakan penghakiman atas Israel yang tidak setia.​—Yeremia 25:38; Hosea 5:14.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Yeremia 18:1-11 Bagaimana Yehuwa mengajar Yeremia bahwa Dia tidak terburu-buru dalam menjatuhkan hukuman?

      • Habakuk 1:1-4, 13; 2:2-4 Bagaimana Yehuwa meyakinkan Habakuk bahwa Dia tidak akan selamanya menoleransi ketidakadilan?

      • Zakharia 7:8-14 Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap orang yang menginjak-injak hak orang lain?

      • Roma 2:3-11 Atas dasar apa Yehuwa menghakimi individu-individu dan juga bangsa-bangsa?

  • ”Apakah Allah Tidak Adil?”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Lot dan kedua putrinya tiba di Zoar dengan selamat. Di belakang mereka, terlihat Sodom dan Gomora yang sedang dihujani api dan belerang.

      PASAL 12

      ”Apakah Allah Tidak Adil?”

      1. Bagaimana kita bisa terpengaruh oleh contoh-contoh ketidakadilan?

      SIMPANAN seumur hidup seorang janda yang lanjut usia terkuras karena penipuan. Seorang bayi yang tak berdaya ditelantarkan oleh ibu yang tak berperasaan. Seorang pria dipenjarakan karena kejahatan yang tidak pernah dia lakukan. Bagaimana reaksi Saudara terhadap peristiwa-peristiwa tersebut? Kemungkinan besar, semua peristiwa itu meresahkan Saudara, dan hal itu tidaklah mengherankan. Kita sebagai manusia memiliki kepekaan yang kuat untuk membedakan yang benar dan yang salah. Sewaktu ketidakadilan terjadi, kita sangat marah. Kita menginginkan korbannya mendapat ganti rugi dan si pelanggar dihukum. Jika hal itu tidak terjadi, kita mungkin bertanya-tanya, ’Apakah Allah melihat apa yang terjadi? Mengapa Dia tidak bertindak?’

      2. Bagaimana reaksi Habakuk terhadap ketidakadilan, dan mengapa Yehuwa tidak mengecam dia atas hal itu?

      2 Sepanjang sejarah, hamba-hamba Yehuwa yang setia telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan serupa. Misalnya, Nabi Habakuk berdoa kepada Allah, ”Mengapa engkau menyebabkan aku menyaksikan ketidakadilan yang mengerikan? Mengapa engkau membiarkan kekerasan, pelanggaran hukum, kejahatan, dan kekejaman merajalela di mana-mana?” (Habakuk 1:3, Contemporary English Version) Yehuwa tidak mengecam Habakuk karena permintaannya yang terus terang untuk mendapat kejelasan, sebab Dia-lah pribadi yang menanamkan konsep keadilan ke dalam diri manusia. Ya, Yehuwa telah mengaruniai kita sejumlah kecil rasa keadilan-Nya yang amat dalam.

      Yehuwa Membenci Ketidakadilan

      3. Mengapa dapat dikatakan bahwa Yehuwa lebih tahu tentang ketidakadilan daripada kita?

      3 Yehuwa bukannya kurang peka akan ketidakadilan. Dia melihat apa yang sedang terjadi. Sehubungan dengan zaman Nuh, Alkitab memberi tahu kita, ”Yehuwa melihat bahwa kejahatan di bumi sangat parah. Pikiran dan keinginan hati manusia selalu jahat.” (Kejadian 6:5) Perhatikan hal-hal yang tersangkut dalam pernyataan tersebut. Sering kali, persepsi kita berkenaan dengan ketidakadilan hanya berdasarkan beberapa peristiwa, baik yang kita dengar maupun yang kita alami sendiri. Sebaliknya, Yehuwa mengetahui ketidakadilan dalam skala global. Dia melihat semuanya! Lebih dari itu, Dia dapat mengetahui kecenderungan hati—cara berpikir yang bejat di balik tindakan yang tidak adil.​—Yeremia 17:10.

      4, 5. (a) Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa peduli terhadap mereka yang telah diperlakukan dengan tidak adil? (b) Bagaimana Yehuwa sendiri mengalami ketidakadilan?

      4 Namun, Yehuwa tidak sekadar memperhatikan ketidakadilan. Dia juga peduli terhadap mereka yang menjadi korbannya. Sewaktu umat-Nya diperlakukan dengan kejam oleh bangsa-bangsa musuh, Yehuwa bersusah hati ”mendengar mereka menjerit ketika ditindas dan dianiaya”. (Hakim 2:18) Mungkin Saudara pernah mengamati bahwa semakin sering orang-orang melihat ketidakadilan, semakin tumpul perasaan mereka terhadap hal itu. Tidak demikian halnya dengan Yehuwa! Selama kira-kira 6.000 tahun, Dia telah melihat seluruh lingkup ketidakadilan, tetapi kebencian-Nya akan ketidakadilan tidak pernah goyah. Sebaliknya, Alkitab meyakinkan kita bahwa hal-hal seperti ”lidah yang berdusta”, ”tangan yang membunuh orang tak bersalah”, dan ”saksi palsu yang selalu berdusta” adalah hal-hal yang memuakkan bagi-Nya.​—Amsal 6:16-19.

      5 Juga, pertimbangkan kritikan pedas Yehuwa terhadap para pemimpin yang tidak adil di Israel. ”Tidakkah kalian seharusnya tahu apa yang adil?” Dia mengilhami nabi-Nya untuk bertanya kepada mereka. Setelah menguraikan penyalahgunaan kekuasaan mereka dengan bahasa yang hidup, Yehuwa menubuatkan kesudahan pria-pria yang bejat itu, ”Mereka akan meminta tolong kepada Yehuwa, tapi Dia tidak akan menjawab mereka. Pada waktu itu Dia akan membuang muka, karena perbuatan mereka jahat.” (Mikha 3:1-4) Betapa muaknya Yehuwa terhadap ketidakadilan! Ya, Dia sendiri sudah mengalaminya! Selama ribuan tahun, Setan mencela Dia secara tidak adil. (Amsal 27:11) Selain itu, Yehuwa mengalami tindak ketidakadilan yang paling menyedihkan sewaktu Putra-Nya, yang ”tidak berbuat dosa”, dieksekusi sebagai seorang penjahat. (1 Petrus 2:22; Yesaya 53:9) Jelaslah, Yehuwa bukannya kurang peka ataupun bersikap masa bodoh terhadap keadaan orang yang menderita ketidakadilan.

      6. Bisa jadi, bagaimana reaksi kita jika diperhadapkan dengan ketidakadilan, dan mengapa?

      6 Meskipun demikian, sewaktu kita mengamati ketidakadilan—atau sewaktu kita sendiri menjadi korban dari perlakuan yang tidak adil—wajarlah jika kita bereaksi keras. Kita dibuat mirip dengan Allah, dan ketidakadilan benar-benar bertolak belakang dengan semua hal yang Yehuwa cerminkan. (Kejadian 1:27) Kalau begitu, mengapa Allah membiarkan ketidakadilan?

      Sebuah Sengketa Besar

      7. Uraikan bagaimana nama Yehuwa difitnah dan cara Dia memerintah dipertanyakan.

      7 Kita bisa mengetahui alasan Allah membiarkan ketidakadilan dengan mempelajari sebuah sengketa besar yang muncul di Taman Eden. Seperti yang telah kita lihat, Sang Pencipta mempunyai hak untuk memerintah atas seluruh bumi dan semua yang tinggal di dalamnya. (Mazmur 24:1; Wahyu 4:11) Akan tetapi, pada awal sejarah manusia, nama Yehuwa difitnah dan cara Dia memerintah dipertanyakan. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Yehuwa memerintahkan manusia pertama, Adam, untuk tidak makan dari pohon tertentu di taman yang adalah rumah Firdausnya. Dan, jika dia tidak taat? ”Kamu pasti akan mati,” kata Allah kepadanya. (Kejadian 2:17) Perintah Allah tidak menyusahkan Adam maupun istrinya, Hawa. Meskipun demikian, Setan meyakinkan Hawa bahwa Allah terlalu mengekang. Bagaimana jika Hawa memakan buah pohon itu? Setan segera memberi tahu Hawa, ”Kalian pasti tidak akan mati. Sebenarnya Allah tahu bahwa kalau kalian makan buah itu, hari itu juga mata kalian akan terbuka dan kalian akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”​—Kejadian 3:1-5.

      8. (a) Apa yang tersirat dalam pernyataan Setan kepada Hawa? (b) Sehubungan dengan nama Allah dan cara-Nya memerintah, apa yang Setan gugat?

      8 Melalui pernyataan tersebut, Setan tidak hanya menyiratkan bahwa Yehuwa telah menahan suatu informasi penting bagi Hawa tetapi juga bahwa Dia telah berdusta kepadanya. Setan membuat Hawa meragukan Pribadi seperti apa Yehuwa itu. Dengan begitu, Setan menghina nama Yehuwa dan mempertanyakan cara Yehuwa memerintah. Setan berhati-hati untuk tidak mempertanyakan fakta bahwa Allah adalah Penguasa atas segala sesuatu. Tetapi, dia menggugat keabsahan dan kelayakan dari hal itu. Dengan kata lain, dia berkukuh bahwa Yehuwa tidak memerintah dengan cara yang benar dan demi kepentingan terbaik makhluk-makhluk yang berada di bawah wewenang-Nya.

      9. (a) Bagi Adam dan Hawa, apa konsekuensi ketidaktaatan mereka, dan pertanyaan-pertanyaan penting apa yang ditimbulkannya? (b) Mengapa Yehuwa tidak membinasakan saja para pemberontak tersebut?

      9 Belakangan, Adam dan Hawa tidak menaati Yehuwa dengan makan buah dari pohon terlarang itu. Ketidaktaatan mereka, membuat mereka layak mendapat hukuman mati, seperti yang telah Allah tetapkan. Dusta Setan menimbulkan beberapa pertanyaan penting. Apakah Yehuwa benar-benar berhak memerintah umat manusia, atau apakah sebaiknya manusia memerintah dirinya sendiri? Apakah Yehuwa memerintah dengan sebaik mungkin? Yehuwa dapat menggunakan kuasa-Nya yang sangat besar untuk membinasakan para pemberontak tersebut seketika itu juga. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang muncul tidak berhubungan dengan kuasa Allah, tapi berhubungan dengan nama Allah, yang mencakup cara Dia memerintah. Jadi, membinasakan Adam, Hawa, dan Setan tidak akan membuktikan bahwa Allah memerintah dengan cara yang benar. Sebaliknya, hal itu bisa jadi akan membuat pemerintahan-Nya semakin dipertanyakan. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah manusia dapat berhasil memerintah diri sendiri, lepas dari Allah, adalah dengan membiarkan waktu berlalu.

      10. Apa yang disingkapkan oleh sejarah sehubungan dengan pemerintahan manusia?

      10 Apa yang disingkapkan oleh berlalunya waktu? Milenium berganti milenium, orang-orang telah bereksperimen dengan banyak bentuk pemerintahan, termasuk autokrasi, demokrasi, sosialisme, dan komunisme. Hasil akhir dari semuanya itu diringkaskan dalam komentar Alkitab yang terus terang ini, ”Manusia menguasai manusia sehingga merugikan diri sendiri.” (Pengkhotbah 8:9) Sungguh beralasan apabila Nabi Yeremia berkata, ”Oh Yehuwa, aku tahu benar bahwa manusia tidak berkuasa menentukan jalan hidupnya sendiri. Manusia bahkan tidak berkuasa mengarahkan langkahnya.”​—Yeremia 10:23.

      11. Mengapa Yehuwa membiarkan umat manusia mengalami penderitaan?

      11 Sejak awal mula, Yehuwa sudah tahu bahwa keinginan manusia untuk merdeka, atau memerintah diri sendiri, akan menghasilkan banyak penderitaan. Kalau begitu, apakah Dia tidak adil karena mengizinkan situasi yang tak terelakkan ini berlangsung terus? Sama sekali tidak! Sebagai ilustrasi: Seumpama Saudara memiliki seorang anak dan dia harus dioperasi untuk mengobati suatu penyakit yang mengancam kehidupannya. Saudara sadar bahwa operasi tersebut akan membuat anak Saudara menderita sampai taraf tertentu, dan hal itu amat memedihkan hati Saudara. Pada waktu yang sama, Saudara tahu bahwa prosedur tersebut memungkinkan anak Saudara menikmati kesehatan yang lebih baik dalam hidupnya di kemudian hari. Demikian pula, Allah tahu—dan bahkan menubuatkan—bahwa izin yang Dia berikan kepada manusia untuk memerintah akan membawa kepedihan hati dan penderitaan sampai taraf tertentu. (Kejadian 3:16-19) Tetapi, Dia juga tahu bahwa kelegaan yang langgeng dan penuh arti dimungkinkan hanya jika Dia membiarkan seluruh umat manusia melihat sendiri hasil-hasil buruk dari pemberontakan. Dengan cara ini, sengketa tersebut dapat diselesaikan secara permanen, untuk selama-lamanya.

      Sengketa Integritas Manusia

      12. Seperti yang digambarkan dalam kasus Ayub, tuduhan apa yang Setan lontarkan terhadap manusia?

      12 Ada aspek lain lagi dari masalah ini. Sewaktu menggugat keabsahan pemerintahan Allah dan cara Dia menjalankan pemerintahan-Nya itu, Setan tidak hanya memfitnah nama Yehuwa dan hak-Nya untuk memerintah. Dia juga memfitnah hamba-hamba Allah sehubungan dengan integritas mereka. Sebagai contoh, perhatikan apa yang Setan katakan kepada Yehuwa sehubungan dengan Ayub, pria yang benar, ”Bukankah selama ini Engkau melindungi dia, keluarganya, dan semua miliknya? Pekerjaannya juga Engkau berkati, dan ternaknya terus bertambah. Sekarang, coba ulurkan tangan-Mu dan ambil semua yang dia miliki. Dia pasti mengutuki Engkau di depan muka-Mu.”​—Ayub 1:10, 11.

      13. Apa yang Setan siratkan melalui tuduhannya sehubungan dengan Ayub, dan bagaimana hal itu melibatkan seluruh umat manusia?

      13 Setan berargumen bahwa Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi agar dapat membeli pengabdian Ayub. Alhasil, argumen Setan tersebut menyiratkan bahwa integritas Ayub hanyalah kemunafikan belaka, bahwa dia menyembah Allah hanya karena pamrih. Setan berkeras bahwa jika Ayub tidak mendapat berkat Allah, pria itu akan mengutuk Penciptanya. Setan tahu bahwa Ayub terkenal sebagai seorang pria yang ”lurus hati, berintegritas, takut kepada [Allah], dan menjauhi apa yang buruk”.a Jadi, seandainya Setan dapat mematahkan integritas Ayub, apa lagi yang dapat dikatakan sehubungan dengan manusia lainnya? Dengan demikian, Setan benar-benar mempertanyakan kesetiaan semua orang yang ingin melayani Allah. Sesungguhnya, untuk memperlebar masalahnya, Setan mengatakan kepada Yehuwa, ”Orang akan menyerahkan apa pun yang dia miliki demi mempertahankan nyawanya.”​—Ayub 1:8; 2:4.

      14. Apa yang ditunjukkan oleh sejarah sehubungan dengan tuduhan Setan terhadap manusia?

      14 Sejarah telah menunjukkan bahwa banyak orang, seperti halnya Ayub, tetap setia kepada Yehuwa meskipun menghadapi pencobaan—bertentangan dengan pernyataan Setan. Mereka telah membuat hati Yehuwa gembira dengan haluan hidup mereka yang setia, dan hal itu menyediakan jawaban bagi Yehuwa atas celaan Setan yang membual bahwa manusia akan berhenti melayani Allah apabila mengalami kesukaran. (Ibrani 11:4-38) Ya, orang yang berhati jujur menolak untuk menyangkal Allah. Malah, sewaktu dibingungkan dengan keadaan-keadaan yang paling menyusahkan hati, mereka semakin bersandar pada Yehuwa agar memberi mereka kekuatan untuk bertekun.​—2 Korintus 4:7-10.

      15. Pertanyaan apa yang mungkin timbul sehubungan dengan penghakiman oleh Allah di masa lalu dan di masa depan?

      15 Namun, keadilan yang Yehuwa jalankan tidak hanya berkaitan dengan sengketa tentang hak-Nya untuk memerintah dan sengketa integritas manusia. Alkitab memberi kita catatan tentang penghakiman oleh Yehuwa sehubungan dengan individu-individu dan bahkan bangsa-bangsa secara keseluruhan. Alkitab juga berisi nubuat-nubuat mengenai penghakiman yang akan Dia laksanakan di masa depan. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa telah dan akan menghakimi dengan adil?

      Mengapa Keadilan Yehuwa Unggul

      Lot dan kedua putrinya tiba di Zoar dengan selamat. Di belakang mereka, terlihat Sodom dan Gomora yang sedang dihujani api dan belerang serta istri Lot yang sudah menjadi tiang garam.

      Yehuwa tidak akan pernah ”melenyapkan orang benar bersama orang jahat”

      16, 17. Contoh apa saja yang menunjukkan bahwa manusia memiliki sudut pandangan yang terbatas sehubungan dengan keadilan sejati?

      16 Mengenai Yehuwa, dengan tepat dapat dikatakan, ”Semua jalan-Nya adil.” (Ulangan 32:4) Tak seorang pun di antara kita dapat membuat pernyataan seperti itu mengenai diri kita sendiri, karena sudut pandangan kita yang terbatas terlalu sering mengaburkan persepsi kita tentang apa yang benar. Misalnya, pertimbangkan Abraham. Dia mengajukan permohonan kepada Yehuwa sehubungan dengan pembinasaan Sodom—meski kefasikan merajalela di sana. Dia bertanya kepada Yehuwa, ”Apa betul Engkau akan melenyapkan orang benar bersama orang jahat?” (Kejadian 18:23-33) Tentu saja, jawabannya adalah tidak. Setelah Lot yang benar dan putri-putrinya tiba dengan selamat di kota Zoar barulah Yehuwa ”menurunkan hujan api dan belerang ke atas Sodom”. (Kejadian 19:22-24) Sebaliknya, Yunus menjadi ”sangat marah” sewaktu Allah mengulurkan belas kasihan kepada orang-orang Niniwe. Karena telah mengumumkan pembinasaan mereka sebelumnya, Yunus mungkin baru puas apabila melihat mereka dimusnahkan—tidak soal pertobatan mereka yang sepenuh hati.​—Yunus 3:10–4:1.

      17 Yehuwa meyakinkan Abraham bahwa Dia menjalankan keadilan bukan hanya untuk membinasakan orang fasik melainkan juga untuk menyelamatkan orang benar. Di pihak lain, Yunus harus belajar bahwa Yehuwa itu berbelaskasihan. Jika orang fasik mengubah haluan mereka, Dia ”siap mengampuni”. (Mazmur 86:5) Berbeda dengan beberapa orang yang merasa kedudukannya terancam, Yehuwa tidak menjalankan penghukuman hanya untuk unjuk kekuasaan, juga Dia tidak menahan keibaan hati-Nya hanya karena takut akan dianggap lemah. Keinginan-Nya adalah memperlihatkan belas kasihan, kapan pun ada dasar untuk itu.​—Yesaya 55:7; Yehezkiel 18:23.

      18. Tunjukkan dari Alkitab bahwa Yehuwa tidak bertindak berdasarkan perasaan belaka.

      18 Akan tetapi, Yehuwa tidak semata-mata dibutakan oleh perasaan. Ketika umat-Nya terlibat dalam penyembahan berhala, Yehuwa dengan tegas menyatakan, ”Aku akan menghakimi kamu sesuai dengan tingkah lakumu dan menghukum kamu atas semua perbuatanmu yang memuakkan. Mata-Ku tidak akan kasihan kepadamu, dan Aku tidak akan iba hati. Aku akan membalasmu sesuai dengan tingkah lakumu.” (Yehezkiel 7:3, 4) Jadi, sewaktu manusia berkeras pada haluan mereka, Yehuwa menghakimi dengan setimpal. Tetapi, penghakiman-Nya berdasarkan bukti yang kuat. Karena itu, sewaktu keluhan keras mengenai Sodom dan Gomora sampai ke telinga-Nya, Yehuwa menyatakan, ”Aku akan turun untuk mencari tahu apakah perbuatan mereka memang seperti keluhan yang Aku dengar.” (Kejadian 18:20, 21) Betapa bersyukurnya kita bahwa Yehuwa berbeda dengan banyak orang yang terburu-buru mengambil kesimpulan sebelum mendengar semua faktanya! Sesungguhnya, Yehuwa itu sama seperti yang digambarkan Alkitab, ”Allah yang setia, yang selalu adil”.​—Ulangan 32:4.

      Yakinlah akan Keadilan Yehuwa

      19. Apa yang dapat kita lakukan jika kita memiliki pertanyaan yang membingungkan tentang cara Yehuwa menjalankan keadilan?

      19 Alkitab tidak menjawab setiap pertanyaan sehubungan dengan tindakan Yehuwa di masa lalu; juga tidak menyediakan setiap perincian tentang bagaimana Yehuwa akan melaksanakan penghakiman sehubungan dengan individu-individu dan kelompok-kelompok di masa depan. Sewaktu kita dibingungkan oleh catatan atau nubuat Alkitab yang kekurangan perincian semacam itu, kita dapat menunjukkan kesetiaan yang sama seperti Nabi Mikha, yang menulis, ”Saya akan sabar menunggu Allah keselamatan saya.”​—Mikha 7:7.

      20, 21. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan selalu melakukan apa yang benar?

      20 Kita dapat yakin bahwa dalam setiap situasi, Yehuwa akan melakukan apa yang benar. Bahkan, sewaktu ketidakadilan kelihatannya diabaikan oleh manusia, Yehuwa berjanji, ”Akulah yang berhak membalas; kejahatan mereka akan Kubalas.” (Roma 12:19) Apabila kita memperlihatkan sikap menanti, kita akan memiliki keyakinan yang teguh seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus, ”Apakah Allah tidak adil? Tidak mungkin begitu!”​—Roma 9:14.

      21 Sementara itu, kita hidup pada ’keadaan yang sulit dihadapi dan berbahaya’. (2 Timotius 3:1) Ketidakadilan dan ”penindasan” telah mengakibatkan banyak penganiayaan yang kejam. (Pengkhotbah 4:1) Akan tetapi, Yehuwa belum berubah. Dia masih membenci ketidakadilan, dan Dia sangat memedulikan mereka yang menjadi korbannya. Jika kita tetap setia kepada Yehuwa dan pemerintahan-Nya, Dia akan memberi kita kekuatan untuk bertekun hingga waktu yang ditetapkan ketika Dia akan membereskan semua ketidakadilan di bawah pemerintahan Kerajaan-Nya.​—1 Petrus 5:6, 7.

      a Mengenai Ayub, Yehuwa berkata, ”Tidak ada yang seperti dia di bumi.” (Ayub 1:8) Kemungkinan besar, Ayub hidup pada masa setelah kematian Yusuf dan sebelum Musa menjadi pemimpin Israel yang terlantik. Jadi, dapatlah dikatakan bahwa pada waktu itu tidak ada seorang pun yang memiliki integritas seperti Ayub.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Ulangan 10:17-19 Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa tidak berat sebelah dalam segala urusan-Nya?

      • Ayub 34:1-12 Apabila Saudara diperhadapkan dengan ketidakadilan, bagaimana kata-kata Elihu menguatkan keyakinan Saudara akan keadilan Allah?

      • Mazmur 1:1-6 Mengapa sangat menenteramkan hati untuk tahu bahwa Yehuwa menimbang dengan teliti tindakan-tindakan orang benar dan orang fasik?

      • Maleakhi 2:13-16 Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakadilan yang dilakukan kepada para wanita yang diceraikan suaminya tanpa dasar yang tepat?

  • ”Hukum Yehuwa Itu Sempurna”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Musa membawa dua lempeng batu bertuliskan Sepuluh Perintah.

      PASAL 13

      ”Hukum Yehuwa Itu Sempurna”

      1, 2. Mengapa banyak orang kurang menghargai hukum, tetapi bagaimana kita dapat memperkembangkan penghargaan akan hukum-hukum Allah?

      ”HUKUM bagaikan lubang yang tak berdasar, yang . . . melahap apa saja.” Pernyataan tersebut tercantum dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1712. Pengarangnya mengutuk suatu sistem hukum yang kadang-kadang membuat perkara hukum berlarut-larut di pengadilan selama bertahun-tahun, membangkrutkan para pencari keadilan. Di banyak negeri, sistem hukum dan peradilan begitu rumit, begitu sarat dengan ketidakadilan, prasangka, dan ketidakkonsistenan, sehingga hukum dihina di mana-mana.

      2 Sebagai kontras, perhatikan kata-kata ini yang ditulis sekitar 2.700 tahun yang lalu, ”Aku sungguh mencintai hukum-Mu!” (Mazmur 119:97) Mengapa sang pemazmur bisa memiliki perasaan demikian terhadap hukum? Karena hukum yang dia puji, bukan berasal dari pemerintah duniawi mana pun, melainkan dari Allah Yehuwa. Seraya mempelajari hukum-hukum Yehuwa, perasaan Saudara akan semakin sama dengan perasaan sang pemazmur. Melalui pemelajaran semacam itu, Saudara akan memahami pikiran Sang Penggagas Hukum Terbesar di alam semesta.

      Pemberi Hukum Tertinggi

      3, 4. Dengan cara apa saja Yehuwa telah terbukti sebagai Pemberi Hukum?

      3 ”Hanya ada satu Pemberi Hukum dan Hakim,” Alkitab memberi tahu kita. (Yakobus 4:12) Ya, Yehuwa adalah satu-satunya Pemberi Hukum yang sejati. Bahkan, pergerakan benda-benda angkasa dikendalikan oleh ”hukum-hukum langit” buatan-Nya. (Ayub 38:33, The New Jerusalem Bible) Berlaksa-laksa malaikat kudus Yehuwa juga dikendalikan oleh hukum ilahi, karena mereka diorganisasi ke dalam golongan-golongan tertentu dan melayani di bawah perintah Yehuwa sebagai pelayan-pelayan-Nya.​—Mazmur 104:4; Ibrani 1:7, 14.

      4 Yehuwa juga telah memberikan hukum-hukum kepada manusia. Kita masing-masing memiliki hati nurani, cerminan dari rasa keadilan Yehuwa. Sebagai suatu jenis hukum internal, hati nurani dapat membantu kita membedakan yang benar dari yang salah. (Roma 2:14) Orang tua kita yang pertama dikaruniai hati nurani yang sempurna, maka mereka hanya membutuhkan sedikit hukum. (Kejadian 2:15-17) Akan tetapi, manusia yang tak sempurna membutuhkan lebih banyak hukum sebagai penuntun dalam melakukan kehendak Allah. Para patriark seperti Nuh, Abraham, dan Yakub menerima hukum-hukum dari Allah Yehuwa dan menyampaikannya kepada keluarga mereka. (Kejadian 6:22; 9:3-6; 18:19; 26:4, 5) Yehuwa menjadi Pemberi Hukum dengan cara yang tidak pernah Dia lakukan sebelumnya ketika Dia memberikan sebuah kaidah Hukum kepada bangsa Israel melalui Musa. Kaidah hukum ini memberi kita pemahaman yang luas mengenai rasa keadilan Yehuwa.

      Hukum Musa—Suatu Rangkuman

      5. Apakah Hukum Musa merupakan seperangkat hukum yang rumit dan kompleks, dan mengapa Saudara menjawab demikian?

      5 Tampaknya, banyak orang berpikir bahwa Hukum Musa adalah seperangkat hukum yang rumit dan kompleks. Konsep tersebut sama sekali tidak benar. Seluruh kaidahnya memuat lebih dari 600 hukum. Hal itu mungkin kelihatannya sangat banyak, tetapi coba pikirkan: Pada akhir abad ke-20, hukum federal Amerika Serikat memenuhi lebih dari 150.000 halaman buku-buku hukum. Setiap dua tahun, kira-kira 600 hukum ditambahkan! Jadi, bicara soal jumlah, hukum manusia yang menggunung jauh lebih banyak daripada Hukum Musa. Namun, Hukum Allah mengatur orang Israel dalam bidang-bidang kehidupan yang bahkan tak tersentuh oleh hukum modern. Pertimbangkan tinjauan berikut.

      6, 7. (a) Apa perbedaan antara Hukum Musa dan kaidah hukum lainnya, dan apa perintah terbesar dalam Hukum tersebut? (b) Bagaimana orang Israel dapat menunjukkan bahwa mereka tunduk kepada pemerintahan Yehuwa?

      6 Hukum menjunjung Yehuwa sebagai Penguasa. Jadi, Hukum Musa jauh lebih unggul daripada kaidah hukum mana pun. Yang terbesar dari hukumnya adalah ini, ”Israel, dengarkanlah: Yehuwa itu Allah kita, Yehuwa itu esa. Kasihilah Yehuwa Allah kalian dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, dan seluruh kekuatan kalian.” Bagaimana umat Allah memperlihatkan kasih kepada-Nya? Mereka melayani Dia, tunduk kepada pemerintahan-Nya.​—Ulangan 6:4, 5; 11:13.

      7 Setiap orang Israel menunjukkan bahwa dia tunduk kepada pemerintahan Yehuwa dengan merespek dan menaati orang-orang yang diserahi wewenang atas dirinya. Para orang tua, pemimpin, hakim, imam, dan akhirnya raja, semuanya mewakili wewenang ilahi. Yehuwa memandang pemberontakan apa pun terhadap orang-orang yang berwenang tersebut sebagai pemberontakan terhadap diri-Nya. Di pihak lain, orang-orang yang berwenang tersebut berisiko terkena murka Allah jika mereka berlaku tidak adil atau bersikap pongah sewaktu berurusan dengan umat-Nya. (Keluaran 20:12; 22:28; Ulangan 1:16, 17; 17:8-20; 19:16, 17) Oleh karena itu, kedua belah pihak bertanggung jawab untuk menjunjung hak Allah untuk memerintah.

      8. Bagaimana Hukum menjunjung standar Yehuwa sehubungan dengan kekudusan?

      8 Hukum menjunjung standar Yehuwa sehubungan dengan kekudusan. Kata Ibrani yang biasanya diterjemahkan menjadi ”kudus” atau ”kekudusan” muncul lebih dari 280 kali dalam Hukum Musa. Hukum tersebut membantu umat Allah untuk membedakan apa yang bersih dan tidak bersih, murni dan tidak murni, dengan mencantumkan sekitar 70 hal yang bisa menyebabkan seorang Israel menjadi najis. Hukum-hukum itu juga menyinggung soal kebersihan fisik, pola makan, dan bahkan pembuangan kotoran. Hukum-hukum tersebut memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesehatan.a Namun, hukum-hukum itu memiliki tujuan yang lebih luhur—yaitu agar orang Israel tetap menyenangkan Yehuwa, terpisah dari praktek-praktek berdosa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekeliling mereka yang bejat. Perhatikan sebuah contoh.

      9, 10. Perjanjian Hukum menyertakan ketetapan apa saja sehubungan dengan hubungan seks dan persalinan, dan apa saja manfaat hukum-hukum tersebut?

      9 Ketetapan-ketetapan dalam perjanjian Hukum menyatakan bahwa hubungan seks—bahkan di kalangan orang yang sudah menikah—dan persalinan menyebabkan adanya suatu periode kenajisan. (Imamat 12:2-4; 15:16-18) Ketetapan-ketetapan tersebut tidaklah merendahkan pemberian-pemberian Allah yang suci ini. (Kejadian 1:28; 2:18-25) Sebaliknya, hukum-hukum tersebut menjunjung kekudusan Yehuwa, menjaga para penyembah-Nya agar bebas dari pencemaran. Patut diperhatikan bahwa bangsa-bangsa di sekeliling Israel cenderung mencampuradukkan ibadah dengan ritus-ritus seks dan kesuburan. Pelacuran pria dan wanita menjadi bagian dari agama orang Kanaan. Hal tersebut mengakibatkan dan menyebarkan kemerosotan dalam bentuk yang terburuk. Sebaliknya, Hukum membuat ibadah kepada Yehuwa sepenuhnya terpisah dari perkara-perkara seksual.b Ada juga manfaat-manfaat lain.

      10 Hukum-hukum tersebut berfungsi untuk mengajarkan sebuah kebenaran yang sangat penting.c Ingatlah, bagaimana noda dosa Adam diteruskan dari generasi ke generasi? Bukankah melalui hubungan seks dan persalinan? (Roma 5:12) Ya, Hukum Allah mengingatkan umat-Nya kepada kenyataan dosa yang selalu ada. Sesungguhnya, kita semua dilahirkan dalam dosa. (Mazmur 51:5) Kita membutuhkan pengampunan dan penebusan agar dapat mendekat kepada Allah kita yang kudus.

      11, 12. (a) Hukum menjunjung prinsip keadilan yang sangat penting apa? (b) Perlindungan terhadap penyimpangan keadilan apa yang tercakup dalam Hukum?

      11 Hukum menjunjung keadilan Yehuwa yang sempurna. Hukum Musa menjunjung prinsip kesepadanan, atau keseimbangan, dalam soal-soal keadilan. Sebagai contoh, Hukum menyatakan, ”Nyawa harus diganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.” (Ulangan 19:21) Dengan demikian, dalam kasus-kasus kriminal, hukuman harus setimpal dengan kejahatan. Aspek keadilan ilahi ini menjadi jiwa Hukum tersebut dan bagi zaman sekarang merupakan aspek penting untuk memahami korban tebusan Kristus Yesus, seperti yang akan ditunjukkan di Pasal 14.​—1 Timotius 2:5, 6.

      12 Hukum juga mencakup perlindungan terhadap penyimpangan keadilan. Sebagai contoh, dituntut setidak-tidaknya dua orang saksi agar dapat meneguhkan keabsahan suatu tuduhan. Bagi kesaksian palsu, ada hukuman yang berat. (Ulangan 19:15, 18, 19) Korupsi dan suap juga dilarang keras. (Keluaran 23:8; Ulangan 27:25) Bahkan, dalam kegiatan bisnis mereka, umat Allah harus menjunjung standar keadilan Yehuwa yang luhur. (Imamat 19:35, 36; Ulangan 23:19, 20) Kaidah hukum yang mulia dan adil tersebut merupakan berkat besar bagi orang Israel!

      Hukum yang Menekankan Belas Kasihan dan Perlakuan yang Adil dalam Perkara Hukum

      13, 14. Bagaimana Hukum menjunjung perlakuan yang adil terhadap pencuri dan korbannya?

      13 Apakah Hukum Musa merupakan sekumpulan peraturan yang kaku dan tak berbelaskasihan? Sama sekali tidak! Raja Daud diilhami untuk menulis, ”Hukum Yehuwa itu sempurna.” (Mazmur 19:7) Sebagaimana yang dia ketahui dengan baik, Hukum menjunjung belas kasihan dan perlakuan yang adil. Dengan cara bagaimana?

      14 Sekarang, di beberapa negeri, hukum tampak lebih lunak dan memihak kepada para penjahat daripada menunjukkan kepedulian kepada para korbannya. Sebagai contoh, si pencuri mungkin menghabiskan waktu di penjara. Sementara itu, si korban tetap kehilangan barang-barangnya yang dicuri, dan masih harus membayar pajak yang nantinya digunakan untuk mengakomodasi dan memberi makan penjahat tersebut. Di Israel zaman dahulu, tidak ada penjara seperti yang kita kenal sekarang. Ada batasan yang ketat sehubungan dengan kerasnya hukuman. (Ulangan 25:1-3) Seorang pencuri harus memberi ganti rugi kepada sang korban atas apa yang telah dicuri. Selain itu, si pencuri harus memberikan bayaran tambahan. Berapa banyak? Jumlahnya bervariasi. Tampaknya, para hakim diberi keleluasaan untuk menimbang sejumlah faktor, seperti pertobatan si pedosa. Hal tersebut membantu kita mengerti mengapa ganti rugi yang dituntut dari seorang pencuri berdasarkan Imamat 6:1-7 jauh lebih murah daripada yang dinyatakan dalam Keluaran 22:7.

      15. Bagaimana Hukum menjamin belas kasihan dan keadilan bagi seseorang yang secara tidak sengaja melakukan pembunuhan?

      15 Hukum dengan berbelaskasihan mengakui bahwa tidak semua kesalahan dilakukan dengan sengaja. Misalnya, sewaktu seorang pria secara tidak sengaja membunuh seseorang, dia tidak harus membayar nyawa ganti nyawa apabila dia mengambil tindakan yang tepat dengan lari ke salah satu kota perlindungan yang tersebar di seluruh Israel. Setelah para hakim yang cakap memeriksa kasusnya, dia harus tetap tinggal di kota perlindungan sampai sang imam besar meninggal. Setelah itu, dia bebas tinggal di mana pun dia suka. Dengan demikian, dia mendapat manfaat dari belas kasihan ilahi. Pada waktu yang sama, hukum itu menandaskan betapa besar nilai kehidupan manusia itu.​—Bilangan 15:30, 31; 35:12-25.

      16. Bagaimana Hukum melindungi beberapa hak pribadi?

      16 Hukum melindungi hak-hak pribadi. Perhatikan caranya hukum melindungi orang yang berutang. Hukum melarang seorang pemberi utang masuk ke rumah orang yang berutang untuk mengambil dengan paksa barang yang digunakan sebagai jaminan pinjaman. Sebaliknya, si pemberi utang harus tetap tinggal di luar dan membiarkan orang yang berutang menyerahkan jaminan tersebut kepadanya. Dengan demikian, rumah orang tersebut tetap terhormat. Jika si pemberi utang mengambil pakaian luar orang yang berutang sebagai jaminan, dia harus mengembalikannya pada waktu senja, karena orang yang berutang tersebut kemungkinan besar memerlukannya untuk menghangatkan dirinya pada malam hari.​—Ulangan 24:10-14.

      17, 18. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peperangan, bagaimana orang Israel berbeda dengan bangsa-bangsa lain, dan mengapa?

      17 Peperangan pun diatur oleh Hukum. Umat Allah berperang, bukan semata-mata guna memuaskan nafsu untuk berkuasa atau menaklukkan, melainkan untuk bertindak sebagai wakil Allah dalam ”Perang Yehuwa”. (Bilangan 21:14) Dalam banyak kasus, orang Israel pertama-tama harus menawarkan syarat-syarat untuk menyerah. Jika sebuah kota menolak tawaran tersebut, barulah orang Israel dapat mengepungnya—tetapi, menurut peraturan Allah. Tidak seperti banyak prajurit sepanjang sejarah, pria-pria dalam bala tentara Israel tidak diperbolehkan memerkosa wanita atau melakukan pembantaian yang sewenang-wenang. Mereka bahkan harus menghargai lingkungan, tidak menebang pohon buah-buahan musuh mereka.d Bala tentara bangsa lain tidak memiliki pembatasan semacam itu.​—Ulangan 20:10-15, 19, 20; 21:10-13.

      18 Apakah Saudara bergidik sewaktu mendengar bahwa di beberapa negeri, anak-anak pun dilatih untuk menjadi tentara? Di Israel zaman dahulu, tidak ada pria yang berusia di bawah 20 tahun yang direkrut untuk menjadi tentara. (Bilangan 1:2, 3) Bahkan seorang pria dewasa dibebastugaskan jika dia ditimpa rasa takut yang berlebihan. Seorang pria yang baru menikah dibebastugaskan selama setahun penuh sehingga sebelum memulai tugas yang berbahaya ini, dia bisa melihat kelahiran seorang ahli warisnya. Dengan cara ini, Hukum menjelaskan, sang suami yang masih muda dapat ”tinggal di rumah dan membahagiakan istrinya”.​—Ulangan 20:5, 6, 8; 24:5.

      19. Apa yang tercakup dalam Hukum untuk melindungi para wanita, anak-anak, keluarga, janda, dan anak yatim?

      19 Hukum juga melindungi para wanita, anak-anak, dan keluarga, serta memperhatikan mereka. Hukum memerintahkan para orang tua untuk terus-menerus memberikan perhatian dan pengajaran tentang hal-hal rohani kepada anak-anak mereka. (Ulangan 6:6, 7) Hukum melarangkan semua bentuk inses, dengan ancaman hukuman mati. (Imamat, pasal 18) Hukum juga melarangkan perzinaan, yang begitu sering memecah belah keluarga dan menghancurkan keamanan dan martabat keluarga. Para janda dan anak yatim diperhatikan dalam Hukum, dan Hukum menggunakan pernyataan-pernyataan yang paling keras untuk melarangkan perlakuan buruk terhadap mereka.​—Keluaran 20:14; 22:22-24.

      20, 21. (a) Mengapa Hukum Musa memperbolehkan poligami di antara orang Israel? (b) Sehubungan dengan perceraian, mengapa Hukum berbeda dengan standar yang belakangan Yesus pulihkan?

      20 Akan tetapi, sehubungan dengan hal ini, beberapa orang mungkin bertanya-tanya, ’Mengapa Hukum memperbolehkan poligami?’ (Ulangan 21:15-17) Kita perlu mempertimbangkan hukum-hukum yang mengatur hal ini dalam konteks zaman itu. Mereka yang menilai Hukum Musa dari sudut pandang zaman dan kebudayaan modern pasti akan menyalahartikannya. (Amsal 18:13) Standar-standar Yehuwa, yang dahulu ditetapkan di Eden, membuat pernikahan menjadi suatu ikatan yang langgeng antara satu suami dan satu istri. (Kejadian 2:18, 20-24) Akan tetapi, pada waktu Yehuwa memberikan Hukum kepada bangsa Israel, praktek-praktek seperti poligami telah berurat berakar selama berabad-abad. Yehuwa tahu betul bahwa umat-Nya yang ”keras kepala” akan sering gagal menaati perintah-perintah yang bahkan paling mendasar, seperti perintah yang melarangkan penyembahan berhala. (Keluaran 32:9) Oleh karena itu, dengan bijaksana dia tidak memilih zaman itu sebagai waktu untuk mereformasi semua praktek mereka yang berhubungan dengan perkawinan. Namun, ingatlah bahwa Yehuwa tidak menyelenggarakan poligami. Dia menggunakan Hukum Musa untuk menertibkan poligami di antara umat-Nya dan untuk mencegah perlakuan sewenang-wenang akibat praktek tersebut.

      21 Demikian pula, Hukum Musa memperbolehkan seorang pria menceraikan istrinya berdasarkan alasan-alasan serius yang cukup banyak ragamnya. (Ulangan 24:1-4) Yesus menyebut hal ini sebagai kelonggaran yang Allah buat bagi orang-orang Yahudi ”karena [mereka] keras kepala”. Tetapi, kelonggaran tersebut hanya bersifat sementara. Bagi para pengikutnya, Yesus memulihkan standar-standar Yehuwa yang semula untuk perkawinan.​—Matius 19:8.

      Hukum yang Menjunjung Kasih

      22. Dengan cara apa saja Hukum Musa menganjurkan kasih, dan kepada siapa saja?

      22 Dapatkah Saudara membayangkan suatu sistem hukum zaman modern yang menganjurkan kasih? Hukum Musa menjunjung kasih di atas segala hal lain. Buktinya, dalam buku Ulangan saja, kata yang biasanya diterjemahkan menjadi ”kasih” muncul lebih dari 20 kali dalam berbagai bentuk. ”Kasihilah sesama kalian seperti diri kalian sendiri” adalah perintah terbesar kedua dari seluruh Hukum. (Imamat 19:18; Matius 22:37-40) Umat Allah harus menunjukkan kasih seperti itu tidak hanya di kalangan mereka tetapi juga kepada penduduk asing yang berdiam di tengah-tengah mereka, mengingat bahwa orang Israel juga pernah menjadi penduduk asing. Mereka harus menunjukkan kasih kepada orang-orang yang miskin dan menderita, membantu mereka secara materi dan tidak mengambil keuntungan dari penderitaan mereka. Orang Israel bahkan diperintahkan untuk memperlakukan binatang beban dengan baik hati dan timbang rasa.​—Keluaran 23:6; Imamat 19:14, 33, 34; Ulangan 22:4, 10; 24:17, 18.

      23. Penulis Mazmur 119 tergerak untuk melakukan apa, dan apa yang dapat menjadi tekad kita?

      23 Bangsa lain mana yang diberkati dengan kaidah hukum semacam itu? Tidaklah mengherankan jika sang pemazmur menulis, ”Aku sungguh mencintai hukum-Mu!” Namun, kasihnya bukanlah perasaan semata. Kasih tersebut menggerakkan dia untuk bertindak, karena dia berjuang keras untuk menaati hukum itu dan untuk hidup selaras dengannya. Kemudian, dia melanjutkan, ”Aku memikirkannya sepanjang hari.” (Mazmur 119:11, 97) Ya, dia secara teratur menggunakan waktu untuk mempelajari hukum-hukum Yehuwa. Tak diragukan lagi, seraya melakukannya, kasihnya akan hukum-hukum tersebut bertambah. Pada waktu yang sama, kasihnya akan Sang Pemberi Hukum, Allah Yehuwa, juga bertumbuh. Seraya Saudara terus mempelajari hukum-hukum ilahi, semoga Saudara juga semakin dekat kepada Yehuwa, Sang Pemberi Hukum yang Agung dan Allah keadilan.

      a Misalnya, hukum yang menuntut agar kotoran manusia dikubur, orang sakit dikarantina, dan seseorang yang menyentuh mayat membasuh diri, berabad-abad lebih maju dibandingkan dengan pengetahuan pada masa itu.​—Imamat 13:4-8; Bilangan 19:11-13, 17-19; Ulangan 23:13, 14.

      b Kuil-kuil orang Kanaan memiliki ruangan-ruangan yang dikhususkan untuk kegiatan seksual sedangkan Hukum Musa menyatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan najis bahkan tidak boleh masuk ke dalam bait. Jadi, karena hubungan seks menyebabkan adanya suatu periode kenajisan, tak seorang pun dapat dengan sah menjadikan seks sebagai bagian dari ibadah di rumah Yehuwa.

      c Pengajaran adalah tujuan utama Hukum. Malah, Encyclopaedia Judaica mengomentari bahwa kata Ibrani untuk ”hukum”, toh·rahʹ, berarti ”instruksi”.

      d Hukum dengan lugas mengatakan, ”Pohon bukan manusia, jadi tidak harus diserang.” (Ulangan 20:19) Filo, seorang pakar Yahudi pada abad pertama, menyorot hukum ini dan menjelaskan bahwa Allah menganggap ”tidak adil jika kemarahan terhadap manusia harus dilampiaskan kepada benda-benda yang tidak bersalah atas kejahatan apa pun”.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Imamat 19:9, 10; Ulangan 24:19 Bagaimana perasaan Saudara terhadap Allah yang membuat hukum-hukum tersebut?

      • Mazmur 19:7-14 Bagaimana perasaan Daud terhadap ”hukum Yehuwa”, dan seberapa berhargakah hendaknya hukum-hukum Allah bagi kita?

      • Mikha 6:6-8 Bagaimana ayat-ayat ini membantu kita mengerti bahwa tidaklah tepat apabila hukum-hukum Yehuwa dianggap membebani?

      • Matius 23:23-39 Bagaimana orang Farisi menunjukkan bahwa mereka gagal memahami semangat Hukum, dan bagaimana hal itu menjadi contoh peringatan bagi kita?

  • Yehuwa Menyediakan ”Tebusan bagi Banyak Orang”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yesus berdiri di depan sebuah timbangan.

      PASAL 14

      Yehuwa Menyediakan ”Tebusan bagi Banyak Orang”

      1, 2. Bagaimana Alkitab melukiskan keadaan umat manusia, dan apa jalan keluar satu-satunya?

      ”SEMUA ciptaan sama-sama merintih dan merasa sakit.” (Roma 8:22) Melalui kata-kata tersebut, Rasul Paulus melukiskan keadaan menyedihkan yang kita alami. Dari sudut pandangan manusia, kelihatannya tidak ada jalan keluar dari penderitaan, dosa, dan kematian. Tetapi, Yehuwa tidak memiliki keterbatasan manusia. (Bilangan 23:19) Allah keadilan memberi kita jalan keluar dari penderitaan. Jalan keluar itu disebut tebusan.

      2 Tebusan adalah pemberian Yehuwa yang terbesar bagi umat manusia. Tebusan memungkinkan pembebasan kita dari dosa dan kematian. (Efesus 1:7) Penyelenggaraan tersebut merupakan dasar bagi harapan kehidupan abadi, apakah itu di surga atau di bumi firdaus. (Lukas 23:43; Yohanes 3:16; 1 Petrus 1:4) Namun, apa sebenarnya tebusan itu? Bagaimana tebusan mengajar kita tentang keadilan Yehuwa yang tertinggi?

      Timbulnya Kebutuhan akan Tebusan

      3. (a) Mengapa tebusan dibutuhkan? (b) Mengapa Allah tidak dapat melunakkan saja hukuman mati atas keturunan Adam?

      3 Tebusan dibutuhkan karena adanya dosa Adam. Dengan tidak menaati Allah, Adam mewariskan penyakit, dukacita, penderitaan, dan kematian kepada keturunannya. (Kejadian 2:17; Roma 8:20) Allah tidak dapat menyerah kepada perasaan dan melunakkan saja hukuman mati. Berbuat demikian berarti mengabaikan hukum-Nya sendiri, ”Dosa memberikan upah berupa kematian.” (Roma 6:23) Jika Yehuwa tidak memberlakukan standar-standar keadilan-Nya sendiri, kekacauan dan pelanggaran hukum akan terjadi secara universal!

      4, 5. (a) Bagaimana Setan memfitnah Allah, dan mengapa Yehuwa berkewajiban untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut? (b) Apa yang Setan tuduhkan terhadap hamba-hamba Yehuwa yang setia?

      4 Seperti yang kita lihat di Pasal 12, pemberontakan di Eden menimbulkan sengketa-sengketa yang lebih besar lagi. Setan mencoreng nama baik Allah. Pada dasarnya, dia menuduh Yehuwa sebagai pendusta dan diktator kejam yang merampas kebebasan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. (Kejadian 3:1-5) Karena seolah-olah telah berhasil merintangi tujuan Allah untuk memenuhi bumi ini dengan umat manusia yang benar, Setan juga mengecap bahwa Allah telah gagal. (Kejadian 1:28; Yesaya 55:10, 11) Seandainya Yehuwa membiarkan tantangan-tantangan ini tetap tak terjawab, kemungkinan besar banyak dari makhluk ciptaan-Nya yang cerdas akan kehilangan banyak kepercayaan kepada kepemimpinan-Nya.

      5 Setan juga memfitnah hamba-hamba Yehuwa yang setia, menuduh bahwa mereka melayani Dia hanya karena motif-motif yang mementingkan diri dan bahwa jika berada di bawah tekanan, tak seorang pun akan tetap setia kepada Allah. (Ayub 1:9-11) Sengketa-sengketa ini jauh lebih penting daripada kesulitan yang dialami umat manusia. Karena itu, sudah sepantasnya Yehuwa merasa berkewajiban untuk menjawab tuduhan dan fitnahan Setan. Namun, bagaimana Allah dapat menyelesaikan sengketa-sengketa tersebut dan sekaligus menyelamatkan umat manusia?

      Tebusan—Pengganti yang Senilai

      6. Apa beberapa kata yang digunakan di dalam Alkitab untuk melukiskan sarana yang Allah gunakan untuk menyelamatkan umat manusia?

      6 Solusi yang Yehuwa ambil sangat menonjolkan belas kasihan dan sepenuhnya adil—pemecahan yang tidak pernah dapat dibuat oleh manusia mana pun. Namun, solusi itu sederhana sekaligus brilian. Solusi tersebut memiliki beragam sebutan, yaitu suatu pembelian, pendamaian, penebusan, dan pengampunan. (Mazmur 49:8; Daniel 9:24; Galatia 3:13; Kolose 1:20; Ibrani 2:17) Akan tetapi, kata yang mungkin paling tepat untuk melukiskan masalahnya adalah kata yang Yesus sendiri gunakan. Dia mengatakan, ”Putra manusia datang, bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani dan memberikan nyawanya sebagai tebusan [Yunani, lyʹtron] bagi banyak orang.”​—Matius 20:28.

      7, 8. (a) Apa arti kata ”tebusan” dalam Kitab Suci? (b) Bagaimana tebusan berkaitan dengan sesuatu yang senilai?

      7 Apakah tebusan itu? Kata Yunani yang digunakan di sini berasal dari kata kerja yang berarti ”melepaskan, membebaskan”. Kata ini digunakan untuk menggambarkan uang yang dibayarkan sebagai penukar guna membebaskan tawanan perang. Kalau begitu, pada dasarnya tebusan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dibayarkan untuk membeli kembali sesuatu. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata untuk ”tebusan” (koʹfer) berasal dari sebuah kata kerja yang berarti ”menutupi”. Sebagai contoh, Allah memberi tahu Nuh bahwa dia harus ’melapisi’ (Ibrani, ”menutupi”) bahtera dengan ter. (Kejadian 6:14) Hal ini membantu kita mengerti bahwa tebusan juga berarti menutupi dosa.

      8 Yang menarik ialah Theological Dictionary of the New Testament menyatakan bahwa kata ini (koʹfer) ”selalu mengindikasikan adanya sesuatu yang senilai”, atau sesuatu yang sepadan. Karena itu, agar dapat menebus, atau menutupi, dosa, harga yang dibayarkan haruslah sepenuhnya sepadan dengan, atau benar-benar menutupi, kerusakan yang disebabkan oleh dosa. Oleh karena itu, Hukum Allah kepada orang Israel menyatakan, ”Nyawa harus diganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.”​—Ulangan 19:21.

      9. Mengapa orang-orang yang setia mempersembahkan korban-korban binatang, dan bagaimana Yehuwa memandang korban-korban semacam itu?

      9 Orang-orang yang setia sejak Habel dan seterusnya, mempersembahkan korban-korban binatang kepada Allah. Dengan melakukan hal itu, mereka mempertunjukkan bahwa mereka sadar akan dosa dan akan kebutuhan untuk ditebus, dan mereka memperlihatkan iman akan janji Allah untuk mengadakan pembebasan melalui ’keturunan’-Nya. (Kejadian 3:15; 4:1-4; Imamat 17:11; Ibrani 11:4) Yehuwa senang dengan korban-korban tersebut dan memberi para penyembah ini kedudukan yang baik di hadapan-Nya. Meskipun demikian, persembahan-persembahan binatang ini, yang terbaik pun, hanyalah gambaran semata. Binatang tidak dapat benar-benar menutupi dosa manusia, karena binatang lebih rendah daripada manusia. (Mazmur 8:4-8) Oleh karena itu, Alkitab mengatakan, ”Darah sapi jantan dan darah kambing tidak mungkin bisa menghapus dosa.” (Ibrani 10:1-4) Korban-korban tersebut hanyalah gambaran, atau lambang, korban tebusan sebenarnya yang akan datang.

      ”Tebusan yang Sebanding”

      10. (a) Sang penebus dosa harus sepadan dengan siapa, dan mengapa? (b) Mengapa hanya satu korban manusia yang diperlukan?

      10 ”Semuanya mati karena Adam,” kata Rasul Paulus. (1 Korintus 15:22) Jadi, tebusan haruslah melibatkan kematian seseorang yang persis sama dengan Adam—seorang manusia sempurna. (Roma 5:14) Tak ada makhluk lain yang dapat menyeimbangkan neraca keadilan. Hanya seorang manusia sempurna, seseorang yang tidak berada di bawah hukuman mati akibat dosa Adam, yang dapat memberikan ”tebusan yang sebanding untuk semua orang”—tebusan yang benar-benar sepadan dengan Adam. (1 Timotius 2:6) Untuk menyediakan tebusan yang sepadan bagi setiap keturunan Adam, jutaan manusia yang tak terhitung banyaknya tidak perlu dikorbankan. Rasul Paulus menjelaskan, ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang [Adam], dan kematian masuk melalui dosa.” (Roma 5:12) Dan, ”seperti kematian ada karena satu orang”, Allah menyelenggarakan penebusan bagi umat manusia melalui ”satu orang”. (1 Korintus 15:21) Bagaimana caranya?

      ”Tebusan yang sebanding untuk semua orang”

      11. (a) Bagaimana sang penebus akan ”merasakan kematian demi semua orang”? (b) Mengapa Adam dan Hawa tidak mungkin mendapat manfaat dari tebusan? (Lihat catatan kaki.)

      11 Yehuwa mengatur agar ada seorang manusia sempurna yang dengan rela mau mengorbankan kehidupannya. Menurut Roma 6:23, ”dosa memberikan upah berupa kematian”. Dalam mengorbankan kehidupannya, sang penebus akan ”merasakan kematian demi semua orang”. Dengan kata lain, dia akan membayar upah untuk dosa Adam. (Ibrani 2:9; 2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:24) Pembayaran tersebut akan menghasilkan dampak hukum yang menyeluruh. Dengan membatalkan hukuman mati atas keturunan Adam yang taat, tebusan tersebut akan menyingkirkan kuasa dosa yang merusak, langsung dari sumbernya.a—Roma 5:16.

      12. Ilustrasikanlah bagaimana membayar utang satu orang bisa membawa manfaat bagi banyak orang.

      12 Sebagai ilustrasi: Bayangkanlah diri Saudara tinggal di sebuah kota yang sebagian besar penduduknya bekerja di sebuah pabrik besar. Saudara dan tetangga-tetangga Saudara yang bekerja di sana mendapat upah yang bagus sehingga bisa menikmati kehidupan yang nyaman. Keadaan tersebut terus berlangsung sampai suatu hari pabrik itu ditutup. Alasannya? Sang manajer pabrik melakukan korupsi, yang mengakibatkan bisnis tersebut gulung tikar. Karena tiba-tiba kehilangan pekerjaan, Saudara dan tetangga-tetangga Saudara tidak dapat membayar tagihan-tagihan. Teman hidup, anak-anak, dan para kreditor menderita akibat korupsi satu pria tersebut. Apakah ada jalan keluarnya? Ya! Seorang dermawan yang kaya raya memutuskan untuk turun tangan. Dia menyadari besarnya nilai perusahaan tersebut. Dia juga berempati terhadap karyawannya yang banyak serta keluarga mereka. Jadi, dia mengatur agar utang perusahaan itu dilunasi dan pabrik itu dibuka kembali. Pembatalan utang itu mendatangkan kelegaan bagi para karyawan tersebut dan keluarga mereka serta para kreditor. Dengan cara serupa, pembatalan utang Adam membawa manfaat bagi jutaan orang yang tak terhitung banyaknya.

      Siapa yang Menyediakan Tebusan?

      13, 14. (a) Bagaimana Yehuwa menyediakan tebusan bagi umat manusia? (b) Kepada siapa tebusan dibayarkan, dan mengapa pembayaran semacam itu perlu?

      13 Hanya Yehuwa yang dapat menyediakan ”Anak Domba . . . yang menghapus dosa dunia”. (Yohanes 1:29) Tetapi, Allah tidak mengutus sembarang malaikat untuk menyelamatkan umat manusia. Malah, Dia mengutus pribadi yang dapat memberikan jawaban yang tuntas dan pasti atas tuduhan Setan terhadap hamba-hamba Yehuwa. Ya, Yehuwa membuat pengorbanan terbesar dengan mengutus Putra tunggal-Nya, ”yang khususnya Dia senangi”. (Amsal 8:30) Dengan rela, Putra Allah ”melepaskan segala yang dia miliki” di surga. (Filipi 2:7) Secara mukjizat, Yehuwa memindahkan kehidupan Putra sulung surgawi-Nya ke dalam rahim seorang perawan Yahudi bernama Maria. (Lukas 1:27, 35) Sebagai seorang manusia, dia akan dinamai Yesus. Namun, dalam pengertian hukum, dia dapat disebut Adam kedua, karena dia benar-benar sepadan dengan Adam. (1 Korintus 15:45, 47) Oleh karena itu, Yesus dapat mempersembahkan dirinya sebagai korban untuk menebus umat manusia yang berdosa.

      14 Kepada siapa tebusan akan dibayarkan? Secara spesifik, Mazmur 49:7 mengatakan bahwa tebusan dibayarkan ”kepada Allah”. Akan tetapi, bukankah Yehuwa sendiri yang sejak semula menyelenggarakan tebusan? Ya, tetapi hal itu tidak mengurangi nilai tebusan sehingga menjadi suatu pertukaran kosong yang bersifat mekanis belaka—seperti mengeluarkan uang dari satu kantong dan menaruhnya ke kantong lain. Perlu dipahami bahwa tebusan adalah, bukan pertukaran yang bersifat fisik, melainkan suatu transaksi hukum. Dengan menyediakan pembayaran tebusan, meski harganya teramat mahal bagi diri-Nya, Yehuwa menegaskan keterpautan-Nya yang tak tergoyahkan terhadap keadilan-Nya yang sempurna.​—Kejadian 22:7, 8, 11-13; Ibrani 11:17; Yakobus 1:17.

      15. Mengapa Yesus perlu menderita dan mati?

      15 Pada musim semi tahun 33 M, Yesus Kristus dengan rela mengalami cobaan hebat yang mengarah kepada pembayaran tebusan itu. Dia membiarkan dirinya ditangkap atas dasar tuduhan palsu, dinyatakan bersalah, dan akhirnya dipakukan pada sebuah tiang eksekusi. Apakah Yesus benar-benar perlu menderita sehebat itu? Ya, karena sengketa integritas hamba-hamba Allah harus diselesaikan. Menarik sekali, Allah tidak membiarkan Yesus yang masih kanak-kanak dibunuh oleh Herodes. (Matius 2:13-18) Namun, ketika sudah dewasa, Yesus sanggup menahan serangan habis-habisan dari Setan dengan memahami sepenuhnya sengketa-sengketa yang terlibat.b Dengan tetap ”setia, tidak bersalah, tidak tercemar, terpisah dari orang berdosa” meskipun menerima perlakuan yang mengerikan, Yesus membuktikan secara tuntas dan dramatis bahwa Yehuwa memang memiliki hamba-hamba yang tetap setia di bawah ujian. (Ibrani 7:26) Jadi, tidaklah mengherankan bahwa sesaat sebelum kematiannya, Yesus memekikkan seruan kemenangan, ”Sudah selesai!”​—Yohanes 19:30.

      Menyelesaikan Pekerjaan Penebusannya

      16, 17. (a) Bagaimana Yesus melanjutkan pekerjaan penebusannya? (b) Mengapa Yesus perlu ”menghadap Allah bagi kita”?

      16 Yesus masih harus menyelesaikan pekerjaan penebusannya. Pada hari ketiga setelah kematian Yesus, Yehuwa membangkitkan dia dari antara orang mati. (Kisah 3:15; 10:40) Melalui tindakan yang sangat penting ini, Yehuwa tidak hanya mengupahi Putra-Nya atas dinasnya yang setia tetapi juga memberinya kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan penebusannya sebagai Imam Besar Allah. (Roma 1:4; 1 Korintus 15:3-8) Rasul Paulus menjelaskan, ”Ketika Kristus datang sebagai imam besar . . . , dia masuk ke tempat kudus, bukan dengan darah kambing atau darah sapi jantan muda, tapi dengan darahnya sendiri, sekali untuk selamanya, dan mendapatkan pembebasan yang abadi bagi kita. Kristus tidak masuk ke tempat kudus buatan tangan, yang adalah tiruan dari yang sebenarnya, tapi dia masuk ke surga itu sendiri, sehingga dia sekarang menghadap Allah bagi kita.”​—Ibrani 9:11, 12, 24.

      17 Kristus tidak dapat membawa darah harfiahnya ke surga. (1 Korintus 15:50) Sebaliknya, dia membawa apa yang dilambangkan oleh darah itu: nilai legal kehidupan manusianya yang sempurna yang dikorbankan. Kemudian, di hadapan pribadi Allah, dia secara resmi mempersembahkan nilai kehidupan tersebut sebagai tebusan untuk penukar bagi umat manusia yang berdosa. Apakah Yehuwa menerima korban tersebut? Ya, dan hal ini menjadi nyata pada Pentakosta tahun 33 M, ketika kuasa kudus dicurahkan ke atas sekitar 120 murid di Yerusalem. (Kisah 2:1-4) Meski sangat menggetarkan, peristiwa itu barulah awal dari manfaat-manfaat menakjubkan yang dihasilkan oleh tebusan.

      Manfaat Tebusan

      18, 19. (a) Dua kelompok orang mana yang mendapat manfaat dari pendamaian yang dimungkinkan oleh darah Kristus? (b) Bagi mereka yang tergabung dalam ”kumpulan besar”, apa beberapa manfaat tebusan di masa sekarang maupun di masa depan?

      18 Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus menjelaskan bahwa Allah menganggap baik untuk mendamaikan segala hal lain dengan diri-Nya melalui Kristus dengan mengadakan perdamaian melalui darah yang Yesus curahkan di tiang siksaan. Paulus juga menjelaskan bahwa pendamaian ini melibatkan dua kelompok orang, yaitu ”yang di surga” dan ”yang di bumi”. (Kolose 1:19, 20; Efesus 1:10) Kelompok pertama terdiri dari 144.000 orang Kristen yang diberi harapan untuk melayani sebagai imam surgawi dan memerintah sebagai raja atas bumi bersama Kristus Yesus. (Wahyu 5:9, 10; 7:4; 14:1-3) Melalui mereka, manfaat-manfaat tebusan akan secara bertahap diberikan kepada umat manusia yang taat selama periode seribu tahun.​—1 Korintus 15:24-26; Wahyu 20:6; 21:3, 4.

      19 Kelompok ”yang di bumi” adalah orang-orang yang akan menikmati kehidupan yang sempurna di Firdaus bumi. Wahyu 7:9-17 menggambarkan mereka sebagai ”suatu kumpulan besar” yang akan selamat melewati ”kesengsaraan besar” yang akan datang. Namun, mereka tidak harus menunggu sampai saat itu untuk dapat menikmati manfaat-manfaat tebusan. Mereka sudah ”mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dengan darah Anak Domba”. Karena menjalankan iman akan tebusan, sekarang pun mereka menerima manfaat-manfaat rohani dari persediaan yang pengasih tersebut. Mereka telah dinyatakan benar sebagai sahabat-sahabat Allah! (Yakobus 2:23) Sebagai hasil pengorbanan Yesus, mereka bisa ”mendekati takhta Allah, yang menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa, dan berdoa dengan leluasa”. (Ibrani 4:14-16) Sewaktu berbuat salah, mereka menerima pengampunan yang sejati. (Efesus 1:7) Meski tak sempurna, mereka menikmati hati nurani yang bersih. (Ibrani 9:9; 10:22; 1 Petrus 3:21) Dengan demikian, didamaikan dengan Allah bukanlah suatu perkembangan yang masih harus ditunggu, melainkan suatu kenyataan yang sudah ada sekarang! (2 Korintus 5:19, 20) Selama periode seribu tahun itu, secara bertahap mereka akan ”dibebaskan dari perbudakan dosa dan kematian” dan akhirnya akan ”memiliki kemerdekaan yang mulia seperti yang dimiliki anak-anak Allah”.​—Roma 8:21.

      20. Bagaimana perenungan tentang tebusan dapat memengaruhi Saudara secara pribadi?

      20 ”Syukur kepada Allah . . . melalui Yesus Kristus” atas penyelenggaraan tebusan! (Roma 7:25) Tebusan, sederhana prinsipnya, tetapi cukup mendalam untuk membuat kita takjub. (Roma 11:33) Dan, jika kita merenungkannya dengan penuh penghargaan, tebusan akan menyentuh hati kita, membuat kita semakin dekat kepada Allah keadilan. Seperti sang pemazmur, kita memiliki alasan kuat untuk memuji Yehuwa sebagai Allah yang ”mencintai apa yang benar, juga keadilan”.​—Mazmur 33:5.

      a Adam dan Hawa tidak mungkin mendapat manfaat dari tebusan. Sehubungan dengan orang yang membunuh dengan sengaja, Hukum Musa menetapkan prinsip ini, ”Jangan terima tebusan untuk nyawa seorang pembunuh yang pantas mati.” (Bilangan 35:31) Jelaslah, Adam dan Hawa pantas mati karena mereka melawan Allah dengan sengaja dan secara sadar. Dengan demikian, mereka melepaskan prospek kehidupan abadi mereka.

      b Agar dapat mengimbangi dosa Adam, Yesus harus mati, bukan sebagai anak kecil yang sempurna, melainkan sebagai pria yang sempurna. Ingatlah, Adam berbuat dosa dengan sengaja, melakukan hal itu dengan mengetahui sepenuhnya keseriusan dan konsekuensi perbuatannya itu. Jadi, untuk menjadi ”Adam yang terakhir” dan menutupi dosa tersebut, Yesus harus membuat pilihan yang matang dan terinformasi guna mempertahankan integritasnya kepada Yehuwa. (1 Korintus 15:45, 47) Dengan demikian, seluruh haluan kehidupan Yesus yang setia—termasuk kematiannya sebagai korban—menjadi ”satu tindakan yang benar”.​—Roma 5:18, 19.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Bilangan 3:39-51 Mengapa tebusan perlu benar-benar senilai?

      • Mazmur 49:7, 8 Mengapa kita berutang kepada Allah yang telah menyediakan tebusan?

      • Yesaya 43:25 Bagaimana ayat ini membantu kita mengerti bahwa keselamatan manusia bukanlah alasan utama Yehuwa menyediakan tebusan?

      • 1 Korintus 6:20 Tebusan hendaknya memiliki pengaruh apa atas tingkah laku dan gaya hidup kita?

  • Yesus ”Menegakkan Keadilan di Bumi”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yesus menjungkirbalikkan meja yang digunakan para penukar uang dan memerintahkan mereka untuk keluar dari bait.

      PASAL 15

      Yesus ”Menegakkan Keadilan di Bumi”

      1, 2. Pada peristiwa apa Yesus menjadi marah, dan mengapa?

      YESUS kelihatan marah—dan dengan alasan yang kuat. Saudara bisa jadi sulit membayangkan dia dalam keadaan seperti itu, karena dia adalah pria yang lembut hati. (Matius 21:5) Tentu saja, dia tetap terkendali sepenuhnya karena kemarahannya benar.a Tetapi, apa yang telah membuat pria yang cinta damai ini begitu marah? Suatu perkara yang benar-benar tidak adil.

      2 Bait di Yerusalem sangat Yesus kasihi. Di seluruh dunia, bait itu adalah satu-satunya tempat suci yang dibaktikan untuk ibadah kepada Bapak surgawinya. Orang Yahudi dari berbagai negeri mengadakan perjalanan yang sangat jauh untuk beribadah di sana. Bahkan, hamba Allah yang bukan orang Yahudi pun datang, ke halaman bait yang dikhususkan bagi mereka. Namun, pada awal pelayanannya, Yesus memasuki wilayah bait dan disuguhi suatu pemandangan yang mengejutkan. Astaga, tempat itu lebih cocok disebut pasar daripada rumah ibadah! Tempat itu penuh dengan pedagang dan penukar uang. Tetapi, di mana letak ketidakadilannya? Bagi mereka ini, bait Allah hanyalah tempat untuk memanfaatkan orang-orang—bahkan, merampok mereka. Mengapa demikian?​—Yohanes 2:14.

      3, 4. Pemerasan yang tamak apa terjadi di rumah Yehuwa, dan tindakan apa yang Yesus ambil untuk membereskan masalah itu?

      3 Para pemimpin agama telah menetapkan bahwa hanya satu jenis uang logam khusus yang dapat digunakan untuk membayar pajak bait. Para pengunjung harus menukar uang mereka guna mendapatkan uang logam tersebut. Jadi, para penukar uang menempatkan meja-meja mereka tepat di dalam bait dan memasang tarif bagi setiap transaksi. Usaha penjualan binatang juga amat menguntungkan. Para pengunjung yang ingin mempersembahkan korban dapat membeli binatang dari pedagang mana pun di kota, tetapi para petugas bait akan serta-merta menolak persembahan mereka karena menganggapnya tidak pantas. Akan tetapi, persembahan yang dibeli di tempat itu, di wilayah bait, sudah pasti akan diterima. Karena orang-orang tersebut sepenuhnya berada dalam kekuasaan mereka, kadang-kadang para pedagang mematok harga yang sangat tinggi.b Praktek itu lebih buruk daripada perdagangan yang bejat. Praktek itu sama saja dengan perampokan!

      4 Yesus tidak dapat menoleransi ketidakadilan semacam itu. Tempat itu adalah rumah Bapaknya sendiri! Dia membuat sebuah cambuk dari tali dan mengusir kawanan sapi dan domba ke luar bait. Kemudian, dia melangkah ke arah para penukar uang dan menjungkirbalikkan meja-meja mereka. Bayangkan uang-uang logam itu semuanya jatuh berhamburan di lantai marmer! Dengan tegas, dia memerintahkan para penjual merpati, ”Singkirkan semua ini dari sini!” (Yohanes 2:15, 16) Tampaknya, tak seorang pun berani menentang pria yang berani ini.

      ”Singkirkan semua ini dari sini!”

      Bagaimana Bapak, Begitu Pula Anak

      5-7. (a) Bagaimana eksistensi pramanusia Yesus memengaruhi rasa keadilannya, dan hikmah apa yang dapat kita peroleh dengan mempelajari teladannya? (b) Bagaimana Yesus berurusan dengan ketidakadilan yang diakibatkan oleh Setan, dan apa yang akan dia lakukan di masa depan dalam hal ini?

      5 Tentu saja, para pedagang itu kembali. Sekitar tiga tahun kemudian, Yesus kembali berurusan dengan ketidakadilan yang sama, kali ini dia mengutip kata-kata Yehuwa sendiri yang mengutuk orang-orang yang membuat rumah-Nya menjadi ”gua perampok”. (Yeremia 7:11; Matius 21:13) Ya, sewaktu melihat pemerasan yang tamak terhadap orang-orang dan pencemaran bait Allah, Yesus memiliki perasaan yang sama dengan Bapaknya. Dan, hal itu tidaklah mengherankan! Selama jutaan tahun yang tak terhitung banyaknya, Yesus telah diajar oleh Bapak surgawinya. Hasilnya, rasa keadilan Yehuwa meresap dalam diri Yesus. Dia menjadi contoh hidup dari sebuah peribahasa Inggris: ”Like father, like son” (Bagaimana bapak, begitu pula anak). Jadi, jika kita ingin memperoleh gambaran yang jelas mengenai sifat keadilan Yehuwa, cara terbaik adalah memikirkan dalam-dalam teladan Yesus Kristus.​—Yohanes 14:9, 10.

      6 Putra tunggal Yehuwa hadir sewaktu Setan secara tidak adil menyebut Allah Yehuwa sebagai pendusta dan mempertanyakan cara Allah memerintah. Benar-benar fitnah! Sang Putra juga mendengar tantangan Setan selanjutnya bahwa tak seorang pun akan melayani Yehuwa tanpa pamrih, bermotifkan kasih. Tuduhan-tuduhan palsu tersebut tentu saja menyakiti hati sang Putra yang benar. Pastilah dia sangat tergetar sewaktu tahu bahwa dia akan memainkan peranan kunci dalam meluruskan masalah-masalah tersebut! (2 Korintus 1:20) Bagaimana dia akan melakukannya?

      7 Seperti yang kita pelajari di Pasal 14, Yesus Kristus memberikan jawaban yang tuntas dan menentukan terhadap tuduhan Setan yang mempertanyakan integritas makhluk-makhluk ciptaan Yehuwa. Dengan demikian, Yesus meletakkan dasar untuk membersihkan nama Allah yang suci, yaitu Yehuwa, dari semua celaan, termasuk tuduhan bahwa Yehuwa tidak bisa memerintah dengan benar. Sebagai Wakil Utama Yehuwa, Yesus akan mewujudkan keadilan ilahi di seluruh alam semesta. (Kisah 5:31) Haluan hidupnya di bumi juga mencerminkan keadilan ilahi. Sehubungan dengan dia, Yehuwa berkata, ”Aku akan memberi dia kuasa kudus-Ku, dan dia akan menunjukkan artinya keadilan kepada bangsa-bangsa.” (Matius 12:18) Bagaimana Yesus menggenapi kata-kata itu?

      Yesus Memperjelas ”Artinya Keadilan”

      8-10. (a) Bagaimana tradisi lisan para pemimpin agama Yahudi menganjurkan agar orang-orang non-Yahudi dan kaum wanita dipandang hina? (b) Bagaimana hukum lisan mengubah hukum Sabat Yehuwa menjadi suatu beban?

      8 Yesus mengasihi Hukum Yehuwa dan hidup selaras dengannya. Namun, para pemimpin agama di zamannya memutarbalikkan dan menyalahterapkan Hukum tersebut. Yesus berkata kepada mereka, ”Sungguh celaka kalian, ahli Taurat dan orang Farisi, orang-orang munafik! . . . Kalian mengabaikan hal-hal yang lebih penting dalam Taurat, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.” (Matius 23:23) Tak diragukan lagi, para pengajar Hukum Allah tersebut tidak memperjelas ”artinya keadilan”. Sebaliknya, mereka mengaburkan keadilan ilahi. Dengan cara bagaimana? Perhatikanlah beberapa contoh.

      9 Yehuwa memerintahkan umat-Nya untuk menjaga diri tetap terpisah dari bangsa-bangsa di sekeliling mereka yang tidak menyembah Dia. (1 Raja 11:1, 2) Akan tetapi, beberapa pemimpin agama yang fanatik menganjurkan orang-orang untuk memandang hina semua orang non-Yahudi. Bahkan, Misnah menyertakan peraturan ini, ”Ternak tidak boleh ditinggalkan di tempat penginapan orang yang bukan Yahudi karena mereka diduga akan melakukan hubungan kelamin dengan binatang.” Prasangka terhadap semua orang non-Yahudi tersebut tidak adil dan sangat bertentangan dengan semangat Hukum Musa. (Imamat 19:34) Peraturan buatan manusia lainnya merendahkan kaum wanita. Hukum lisan mengatakan bahwa seorang istri haruslah berjalan di belakang, bukan di samping, suaminya. Seorang pria dilarang berbicara dengan seorang wanita di depan umum, bahkan dengan istrinya sendiri. Seperti budak, wanita tidak diperbolehkan memberikan kesaksian di pengadilan. Bahkan, ada sebuah doa resmi yang di dalamnya kaum pria bersyukur kepada Allah bahwa mereka bukan wanita.

      10 Para pemimpin agama mengubur Hukum Allah di bawah tumpukan aturan dan kaidah buatan manusia. Hukum Sabat, misalnya, hanya melarang seseorang bekerja pada hari Sabat, mengkhususkan hari itu untuk ibadah, penyegaran secara rohani, dan istirahat. Tetapi, orang Farisi membuat hukum itu menjadi beban. Mereka beranggapan bahwa merekalah yang berhak menentukan apa sebenarnya ”bekerja” itu. Ada 39 kegiatan yang mereka golongkan sebagai bekerja, seperti menuai atau berburu. Kategori-kategori tersebut menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tiada habisnya. Seandainya seseorang membunuh seekor kutu pada hari Sabat, apakah dia dianggap berburu? Seandainya sambil berjalan dia memetik segenggam biji-bijian untuk dimakan, apakah dia dianggap menuai? Seandainya dia menyembuhkan orang sakit, apakah dia dianggap bekerja? Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditanggapi dengan sederetan peraturan yang kaku dan terperinci.

      11, 12. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa dia menentang tradisi orang Farisi yang tidak berdasarkan Alkitab?

      11 Di tengah iklim demikian, bagaimana Yesus membantu orang memahami apa keadilan itu? Dalam pengajarannya dan dalam cara hidupnya, dia bersikap berani terhadap para pemimpin agama tersebut. Pertama-tama, perhatikan beberapa ajarannya. Dia terang-terangan mengutuk mereka atas peraturan buatan manusia yang tak terhitung banyaknya dengan mengatakan, ”Kalian membuat firman Allah tidak berlaku karena tradisi yang kalian teruskan.”​—Markus 7:13.

      12 Dengan penuh kuasa, Yesus mengajarkan bahwa orang Farisi telah salah kaprah sehubungan dengan hukum Sabat—bahwa sesungguhnya mereka telah gagal memahami seluruh tujuan hukum tersebut. Dia menjelaskan bahwa sang Mesias adalah ”Tuan atas Sabat” dan karena itu berhak untuk menyembuhkan orang pada hari Sabat. (Matius 12:8) Guna menekankan gagasan tersebut, dia mengadakan penyembuhan mukjizat secara terbuka pada hari Sabat. (Lukas 6:7-10) Penyembuhan tersebut merupakan gambaran pendahuluan dari penyembuhan yang akan dia lakukan di seluas bumi selama Pemerintahan Seribu Tahunnya. Masa itu sendiri akan menjadi Sabat terbesar, manakala semua umat manusia yang setia akhirnya akan beristirahat dari kerja keras selama berabad-abad di bawah beban dosa dan kematian.

      13. Hukum apa yang diberlakukan sebagai hasil pelayanan Kristus di bumi, dan bagaimana hukum tersebut berbeda dengan pendahulunya?

      13 Yesus juga memperjelas apa keadilan itu melalui sebuah hukum baru, yaitu ”hukum Kristus”, yang diberlakukan setelah dia menyelesaikan pelayanannya di bumi. (Galatia 6:2) Berbeda dengan pendahulunya, Hukum Musa, hukum baru ini sebagian besar bergantung, bukan pada serangkaian perintah tertulis, melainkan pada prinsip. Namun, hukum tersebut juga mencakup perintah-perintah langsung. Yesus menyebut salah satunya sebagai ”perintah baru”. Yesus mengajar semua pengikutnya untuk mengasihi satu sama lain sebagaimana dia telah mengasihi mereka. (Yohanes 13:34, 35) Ya, kasih yang rela berkorban harus menjadi ciri khas semua orang yang hidup di bawah ”hukum Kristus”.

      Teladan Keadilan yang Hidup

      14, 15. Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa dia menyadari batas wewenangnya sendiri, dan mengapa hal itu menenteramkan hati kita?

      14 Yesus bukan sekadar mengajarkan kasih. Dia menjalankan ”hukum Kristus”. Hukum tersebut nyata dalam haluan hidupnya. Perhatikan tiga cara yang melaluinya teladan Yesus memperjelas artinya keadilan.

      15 Pertama, Yesus berhati-hati sekali agar tidak sampai melakukan ketidakadilan. Saudara mungkin pernah memperhatikan bahwa banyak ketidakadilan terjadi apabila manusia yang tak sempurna menjadi angkuh dan melangkahi batas-batas wewenang mereka yang patut. Yesus tidak seperti itu. Sekali peristiwa, seorang pria mendekati Yesus dan berkata, ”Guru, suruh kakak laki-laki saya berbagi warisan dengan saya.” Tanggapan Yesus? ”Siapa yang melantik saya untuk menjadi hakim atau perantara bagi kalian?” (Lukas 12:13, 14) Bukankah hal itu sangat mengagumkan? Kecerdasan Yesus, pertimbangannya, dan bahkan tingkat wewenang yang diberikan Allah kepadanya melebihi wewenang siapa pun di bumi ini; tetapi, dia menolak terlibat dalam urusan ini, karena dia tidak diberi wewenang khusus untuk melakukannya. Yesus selalu menunjukkan sikap sadar diri seperti itu, bahkan selama bermilenium-milenium eksistensi pramanusianya. (Yudas 9) Fakta bahwa Yesus dengan rendah hati mengandalkan Yehuwa untuk menentukan apa keadilan itu menyingkapkan banyak hal mengenai Yesus.

      16, 17. (a) Bagaimana Yesus mempertunjukkan keadilan dalam memberitakan kabar baik Kerajaan Allah? (b) Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa rasa keadilannya berbelaskasihan?

      16 Kedua, Yesus mempertunjukkan keadilan melalui cara dia mengabarkan kabar baik tentang Kerajaan Allah. Dia tidak berat sebelah. Malah, dia dengan sungguh-sungguh berupaya menjangkau segala macam orang, tidak soal kaya atau miskin. Sebaliknya, orang Farisi meremehkan orang miskin dan rakyat jelata serta memberi mereka julukan yang merendahkan yaitu ʽam-ha·ʼaʹrets, atau ”orang-orang dusun”. Yesus dengan berani meluruskan ketidakadilan tersebut. Sewaktu dia mengajarkan kabar baik kepada orang-orang—atau, melakukan hal-hal yang berhubungan dengan kabar baik itu, sewaktu dia makan bersama orang-orang, memberi mereka makanan, menyembuhkan mereka, atau bahkan membangkitkan mereka—dia menjunjung keadilan dari Allah yang ingin menjangkau ”segala macam orang”.c—1 Timotius 2:4.

      17 Ketiga, rasa keadilan Yesus sepenuhnya berbelaskasihan. Dia berupaya keras untuk membantu orang-orang berdosa. (Matius 9:11-13) Dengan senang hati, dia membantu orang-orang yang tak berdaya untuk melindungi diri mereka sendiri. Misalnya, Yesus tidak ikut-ikutan dengan para pemimpin agama dalam memperkembangkan ketidakpercayaan terhadap semua orang yang bukan Yahudi. Dia dengan penuh belas kasihan membantu dan mengajar beberapa dari orang-orang ini, meski misi utamanya adalah kepada orang-orang Yahudi. Dia bersedia melakukan penyembuhan secara mukjizat bagi seorang perwira Romawi, dengan mengatakan, ”Belum pernah saya bertemu siapa pun di Israel yang imannya sebesar ini.”​—Matius 8:5-13.

      18, 19. (a) Dengan cara apa saja Yesus meninggikan martabat wanita? (b) Bagaimana teladan Yesus membantu kita mengerti hubungan antara keberanian dan keadilan?

      18 Demikian pula, Yesus tidak mendukung pandangan yang umum mengenai wanita. Sebaliknya, dia dengan berani melakukan apa yang adil. Wanita Samaria dianggap senajis orang yang bukan Yahudi. Namun, tanpa ragu Yesus mengabar kepada seorang wanita Samaria di sumur Sikhar. Malah, kepada wanita inilah Yesus pertama kali mengidentifikasi dirinya sebagai Mesias yang dijanjikan. (Yohanes 4:6, 25, 26) Orang Farisi mengatakan bahwa kaum wanita hendaknya tidak diajari Hukum Allah, tetapi Yesus menggunakan banyak waktu dan tenaga untuk mengajar kaum wanita. (Lukas 10:38-42) Dan, meskipun tradisi menganggap kaum wanita tidak dapat dipercaya untuk memberikan kesaksian yang andal, Yesus mengangkat martabat beberapa wanita dengan memberi mereka kesempatan istimewa untuk menjadi orang-orang pertama yang melihat dia setelah kebangkitannya. Dia bahkan menyuruh mereka untuk pergi memberi tahu murid-murid prianya mengenai peristiwa yang mahapenting ini!​—Matius 28:1-10.

      19 Ya, Yesus memperjelas kepada bangsa-bangsa artinya keadilan. Dalam banyak kasus, dia melakukannya dengan risiko yang sangat besar bagi dirinya sendiri. Teladan Yesus membantu kita mengerti bahwa menjunjung keadilan sejati menuntut keberanian. Sungguh tepat jika dia disebut ”Singa dari suku Yehuda”. (Wahyu 5:5) Ingatlah, singa adalah lambang keadilan yang berani. Namun, di masa depan yang dekat ini Yesus akan melaksanakan keadilan dalam skala yang lebih besar lagi. Dalam arti sepenuhnya, dia akan menegakkan ”keadilan di bumi”.​—Yesaya 42:4.

      Sang Mesias ”Menegakkan Keadilan di Bumi”

      20, 21. Pada zaman kita, bagaimana sang Raja memajukan keadilan di seluruh bumi dan di dalam sidang Kristen?

      20 Sejak menjadi Raja pada tahun 1914, Yesus telah memajukan keadilan di bumi. Dengan cara bagaimana? Dia mensponsori penggenapan nubuatnya yang dicatat di Matius 24:14. Para pengikut Yesus di bumi telah mengajarkan kebenaran tentang Kerajaan Yehuwa kepada orang-orang di semua negeri. Seperti Yesus, mereka mengabar dengan cara yang adil dan tidak berat sebelah, berupaya untuk memberi setiap orang—tua atau muda, kaya atau miskin, pria atau wanita—kesempatan untuk mengenal Yehuwa, Allah keadilan.

      21 Yesus juga memajukan keadilan di dalam sidang Kristen, yang atasnya dia menjadi Kepala. Seperti yang telah dinubuatkan, dia menyediakan ”pemberian berupa manusia”, para penatua Kristen yang setia yang ambil pimpinan di dalam sidang. (Efesus 4:8-12) Dalam menggembalakan kawanan Allah yang berharga, pria-pria tersebut mengikuti teladan Yesus Kristus dalam memajukan keadilan. Mereka selalu mencamkan bahwa Yesus ingin agar domba-dombanya diperlakukan dengan adil—tidak soal kedudukan, keunggulan, atau keadaan materi.

      22. Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakadilan yang merajalela di dunia sekarang ini, dan sehubungan dengan hal itu, Dia telah melantik Putra-Nya untuk melakukan apa?

      22 Namun, dalam waktu dekat ini Yesus akan menegakkan keadilan di bumi dengan cara yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Ketidakadilan merajalela dalam dunia yang bejat ini. Setiap anak yang mati kelaparan jelas-jelas adalah korban ketidakadilan, khususnya jika kita mengingat jumlah uang dan waktu yang dihambur-hamburkan untuk memproduksi senjata perang dan memuaskan keinginan mementingkan diri para pencari kesenangan. Jutaan kematian yang tidak perlu setiap tahun hanyalah salah satu dari banyak bentuk ketidakadilan, praktek-praktek yang membangkitkan kemarahan Yehuwa yang benar. Dia telah melantik Putra-Nya untuk mengadakan perang yang adil terhadap segenap sistem fasik ini guna mengakhiri semua ketidakadilan secara permanen.​—Wahyu 16:14, 16; 19:11-15.

      23. Setelah Armagedon, bagaimana Kristus akan memajukan keadilan sepanjang kekekalan?

      23 Akan tetapi, keadilan Yehuwa bukan sekadar menuntut pembinasaan orang fasik. Dia juga telah melantik Putra-Nya untuk memerintah sebagai ”Pemimpin Perdamaian”. Setelah perang Armagedon, pemerintahan Yesus akan mewujudkan perdamaian di seluruh bumi dan akan ”ditopang keadilan”. (Yesaya 9:6, 7) Setelah itu, dengan senang hati Yesus akan mengakhiri semua ketidakadilan yang sudah menimbulkan begitu banyak kesengsaraan dan penderitaan di dunia. Sepanjang kekekalan, dia akan menjunjung keadilan Yehuwa yang sempurna dengan setia. Jadi, sungguh penting bagi kita untuk berupaya meniru keadilan Yehuwa sekarang. Marilah kita lihat bagaimana kita dapat melakukannya.

      a Dalam mempertunjukkan kemarahan yang benar, Yesus seperti Yehuwa, yang ”siap menunjukkan kemurkaan-Nya” terhadap semua kefasikan. (Nahum 1:2) Misalnya, setelah Yehuwa memberi tahu umat-Nya yang suka melawan bahwa mereka telah membuat rumah-Nya menjadi ”gua perampok”, Dia berkata, ”Aku akan mencurahkan kemarahan dan amarah-Ku ke atas tempat ini.”​—Yeremia 7:11, 20.

      b Menurut Misnah, beberapa tahun kemudian timbul suatu aksi protes terhadap tingginya harga merpati yang dijual di bait. Harganya langsung diturunkan sebanyak kira-kira 99 persen! Pihak mana yang paling diuntungkan dari perdagangan yang menggiurkan ini? Beberapa sejarawan berpendapat bahwa pasar-pasar di bait dimiliki oleh rumah tangga Imam Besar Hanas, menjadi sumber sebagian besar kekayaan yang sangat banyak milik keluarga imam tersebut.​—Yohanes 18:13.

      c Orang Farisi beranggapan bahwa orang-orang kecil tersebut, yang tidak mahir dalam hukum, adalah orang-orang yang ”terkutuk”. (Yohanes 7:49) Mereka mengatakan bahwa seseorang hendaknya tidak mengajar orang-orang seperti itu, dan juga tidak berbisnis, makan, ataupun berdoa dengan mereka. Menikahkan seorang anak perempuan dengan salah satu dari mereka dianggap lebih buruk daripada menyerahkan sang gadis kepada binatang liar. Mereka beranggapan bahwa harapan kebangkitan tertutup bagi orang-orang kecil tersebut.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Mazmur 45:1-7 Mengapa kita dapat yakin bahwa sang Raja akan memajukan keadilan yang sempurna?

      • Matius 12:19-21 Menurut nubuat, bagaimana sang Mesias akan memperlakukan orang-orang kecil?

      • Matius 18:21-35 Bagaimana Yesus mengajarkan bahwa keadilan yang sejati itu berbelaskasihan?

      • Markus 5:25-34 Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa keadilan ilahi mempertimbangkan keadaan pribadi seseorang?

  • ”Bertindak Adil” dalam Berjalan dengan Allah
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Dua penatua mengunjungi seorang saudari dan kedua anaknya di rumah mereka. Sang saudari sedang berbicara, dan dua penatua itu mendengarkan dia baik-baik.

      PASAL 16

      ”Bertindak Adil” dalam Berjalan dengan Allah

      1-3. (a) Mengapa kita berutang budi kepada Yehuwa? (b) Apa balasan yang diminta oleh Penyelamat kita yang pengasih?

      BAYANGKANLAH diri Saudara terperangkap dalam sebuah kapal yang sedang tenggelam. Tepat ketika Saudara sedang berpikir bahwa sudah tidak ada harapan lagi, seorang penyelamat tiba dan menarik Saudara ke tempat yang aman. Alangkah leganya Saudara seraya sang penyelamat membawa Saudara menjauh dari bahaya dan berkata, ”Anda aman sekarang”! Tidakkah Saudara akan merasa berutang budi kepada orang tersebut? Dalam pengertian yang sesungguhnya, Saudara berutang kehidupan kepadanya.

      2 Dalam beberapa hal, ilustrasi di atas melukiskan apa yang telah Yehuwa lakukan bagi kita. Tentu saja, kita berutang budi kepada-Nya. Ya, Dia telah menyediakan tebusan, yang memungkinkan kita dibebaskan dari cengkeraman dosa dan kematian. Kita merasa aman karena tahu bahwa asalkan kita memperlihatkan iman akan korban yang berharga tersebut, dosa-dosa kita diampuni, dan masa depan kekal kita terjamin. (1 Yohanes 1:7; 4:9) Seperti yang kita ketahui dari Pasal 14, tebusan adalah pernyataan kasih dan keadilan Yehuwa yang terbesar. Bagaimana hendaknya tanggapan kita?

      3 Kita patut memikirkan balasan yang diminta oleh Penyelamat kita yang pengasih. Melalui Nabi Mikha, Yehuwa berkata, ”Manusia, Dia telah memberitahumu apa yang baik. Apa yang Yehuwa minta darimu? Dia hanya memintamu untuk bertindak adil, menunjukkan kasih dengan baik hati dan setia, dan berjalan dengan sadar diri bersama Allahmu!” (Mikha 6:8) Perhatikan, salah satu hal yang Yehuwa minta sebagai balasan dari kita adalah ”bertindak adil”. Bagaimana caranya?

      Mengejar ’Kebenaran yang Sejati’

      4. Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa mengharapkan kita untuk hidup selaras dengan standar-standar-Nya yang adil dan benar?

      4 Yehuwa mengharapkan kita untuk hidup selaras dengan standar-standar-Nya tentang yang benar dan yang salah. Karena standar-standar-Nya adil dan benar, kita mengejar keadilan dan kebenaran apabila kita menyelaraskan diri dengan standar-standar tersebut. ”Belajarlah berbuat baik, tegakkan keadilan,” kata Yesaya 1:17. Firman Allah menasihati kita untuk ”lakukan apa yang benar”. (Zefanya 2:3) Firman Allah juga mendesak kita untuk ”mengenakan kepribadian baru, yang dibuat menurut kehendak Allah, yang sesuai dengan kebenaran . . . yang sejati”. (Efesus 4:24) Kebenaran yang sejati—keadilan yang sejati—menjauhi kekerasan, kenajisan, dan perbuatan cabul, karena hal-hal tersebut mencemari apa yang kudus.​—Mazmur 11:5; Efesus 5:3-5.

      5, 6. (a) Mengapa menyelaraskan diri dengan standar-standar Yehuwa bukanlah beban bagi kita? (b) Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa melakukan hal-hal yang benar adalah proses yang berkesinambungan?

      5 Apakah menyelaraskan diri dengan standar-standar Yehuwa yang benar merupakan beban bagi kita? Tidak. Tuntutan Yehuwa bukanlah beban bagi hati yang sangat tertarik kepada-Nya. Karena mengasihi Allah kita dan seluruh kepribadian-Nya, kita ingin hidup dengan cara yang menyenangkan Dia. (1 Yohanes 5:3) Ingatlah bahwa Yehuwa ”menyukai perbuatan yang benar”. (Mazmur 11:7) Jika kita memang sungguh-sungguh ingin meniru keadilan Yehuwa, atau kebenaran-Nya, kita harus mengasihi apa yang Dia kasihi dan membenci apa yang Dia benci.​—Mazmur 97:10.

      6 Tidaklah mudah bagi manusia yang tak sempurna untuk melakukan hal-hal yang benar. Kita harus menanggalkan kepribadian lama dengan praktek-prakteknya yang berdosa dan mengenakan kepribadian baru. Alkitab mengatakan bahwa kepribadian baru ”akan diperbarui” melalui pengetahuan yang saksama. (Kolose 3:9, 10) Frasa ”akan diperbarui” di bahasa aslinya mengindikasikan bahwa mengenakan kepribadian baru merupakan suatu proses yang berkesinambungan, proses yang menuntut upaya yang sungguh-sungguh. Tidak soal seberapa kerasnya kita mencoba melakukan apa yang benar, adakalanya sifat bawaan kita yang berdosa membuat kita tersandung dalam cara berpikir, perkataan, atau perbuatan.​—Roma 7:14-20; Yakobus 3:2.

      7. Bagaimana hendaknya kita memandang kegagalan dalam upaya kita untuk melakukan hal-hal yang benar?

      7 Bagaimana hendaknya kita memandang kegagalan dalam upaya kita untuk melakukan hal-hal yang benar? Tentu saja, kita tidak ingin meremehkan seriusnya dosa. Pada waktu yang sama, kita jangan sekali-kali menyerah, merasa bahwa kelemahan kita membuat kita tidak pantas melayani Yehuwa. Allah kita yang murah hati telah membuat penyelenggaraan untuk memulihkan orang yang sungguh-sungguh bertobat sehingga diperkenan oleh-Nya. Perhatikan kata-kata Rasul Yohanes yang menghangatkan hati ini, ”Saya menulis tentang semua ini supaya kalian tidak berbuat dosa.” Tetapi kemudian, secara realistis dia menambahkan, ”Tapi kalau ada yang berbuat dosa [karena mewarisi ketidaksempurnaan], kita punya penolong yang ada bersama Bapak, yaitu Yesus Kristus.” (1 Yohanes 2:1) Ya, karena Yehuwa telah menyediakan korban tebusan Yesus, kita dapat diterima untuk melayani Dia sekalipun kita memiliki sifat bawaan yang berdosa. Bukankah hal itu menggerakkan kita untuk ingin melakukan yang terbaik demi menyenangkan Yehuwa?

      Kabar Baik dan Keadilan Ilahi

      8, 9. Bagaimana pemberitaan kabar baik mempertunjukkan keadilan Yehuwa?

      8 Kita dapat menjalankan keadilan—bahkan, meniru keadilan ilahi—dengan ambil bagian sepenuhnya dalam pemberitaan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada orang lain. Apa hubungan antara keadilan Yehuwa dan kabar baik?

      9 Yehuwa tidak akan mengakhiri sistem fasik ini tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu. Dalam nubuatnya mengenai hal-hal yang akan terjadi pada zaman akhir, Yesus berkata, ”Kabar baik harus diberitakan dulu kepada semua bangsa.” (Markus 13:10; Matius 24:3) Digunakannya kata ”dulu” menyiratkan bahwa peristiwa-peristiwa lain akan mengikuti pekerjaan pemberitaan seluas dunia. Peristiwa-peristiwa itu termasuk kesengsaraan besar yang dinubuatkan, yang akan berarti pembinasaan atas orang fasik dan dipersiapkannya jalan bagi terwujudnya dunia baru yang benar. (Matius 24:14, 21, 22) Tentulah, tak seorang pun dapat dengan tepat menuduh Yehuwa tidak adil terhadap orang fasik. Dengan memberikan peringatan, Dia memberikan banyak kesempatan kepada orang-orang seperti itu untuk mengubah haluan mereka dan dengan demikian luput dari pembinasaan tersebut.​—Yunus 3:1-10.

      10, 11. Bagaimana keikutsertaan kita dalam pemberitaan kabar baik mencerminkan keadilan ilahi?

      10 Bagaimana pemberitaan kabar baik yang kita lakukan mencerminkan keadilan ilahi? Pertama-tama, kita memang harus melakukan sebisa-bisanya untuk membantu orang lain memperoleh keselamatan. Pikirkan kembali ilustrasi tentang penyelamatan dari kapal yang sedang tenggelam. Setelah aman dalam perahu penyelamat, pastilah Saudara ingin membantu orang-orang lain yang masih di dalam air. Demikian pula, kita memiliki kewajiban terhadap orang-orang yang masih berjuang di dalam ”perairan” dunia yang fasik ini. Memang, banyak yang menolak berita kita. Namun, selama Yehuwa masih bersabar, kita bertanggung jawab memberi mereka kesempatan untuk ”bertobat” dan dengan demikian layak untuk diselamatkan.​—2 Petrus 3:9.

      11 Dengan memberitakan kabar baik kepada siapa saja yang kita temui, kita mempertunjukkan keadilan dengan cara penting lainnya: Kita menunjukkan sikap tidak berat sebelah. Ingatlah bahwa ”Allah tidak berat sebelah. Semua orang dari bangsa mana pun yang takut kepada-Nya dan melakukan apa yang benar diterima oleh-Nya”. (Kisah 10:34, 35) Jika kita ingin meniru keadilan-Nya, kita tidak boleh berprasangka terhadap orang-orang. Sebaliknya, kita hendaknya membagikan kabar baik kepada orang lain tidak soal ras, status sosial, atau keadaan finansial mereka. Dengan demikian, kita memberikan kesempatan kepada semua orang yang mau mendengarkan berita kita untuk mengetahui dan menanggapi kabar baik.​—Roma 10:11-13.

      Cara Kita Memperlakukan Orang Lain

      12, 13. (a) Mengapa kita hendaknya tidak terburu-buru menghakimi orang lain? (b) Apa makna nasihat Yesus untuk ’berhenti menghakimi’ dan ’berhenti mengecam’? (Lihat juga catatan kaki.)

      12 Kita juga dapat menjalankan keadilan dengan memperlakukan orang lain sebagaimana Yehuwa memperlakukan kita. Sangatlah mudah untuk menghakimi orang lain, mengkritik kesalahan mereka dan mempertanyakan motif mereka. Namun, siapa di antara kita yang menginginkan Yehuwa meneliti motif dan kelemahan kita dengan cermat dan dengan cara yang tidak berbelaskasihan? Bukan begitu cara Yehuwa berurusan dengan kita. Sang pemazmur menyatakan, ”Kalau kesalahanlah yang Engkau perhatikan, oh Yah, siapa yang bisa tahan, oh Yehuwa?” (Mazmur 130:3) Tidakkah kita bersyukur bahwa Allah kita yang adil dan berbelaskasihan memilih untuk tidak terus-menerus memperhatikan kesalahan kita? (Mazmur 103:8-10) Kalau begitu, bagaimana hendaknya kita memperlakukan orang lain?

      13 Jika kita memahami sifat belas kasihan dari keadilan Allah, kita tidak akan terburu-buru menghakimi orang lain dalam urusan-urusan yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan kita atau yang kurang penting. Dalam Khotbahnya di Gunung, Yesus memperingatkan, ”Berhentilah menghakimi supaya kalian tidak dihakimi.” (Matius 7:1) Menurut catatan Lukas, Yesus menambahkan, ”Berhentilah mengecam, dan kalian tidak akan dikecam.”a (Lukas 6:37) Yesus memperlihatkan bahwa dia sadar akan kecenderungan manusia yang tak sempurna untuk bersikap menghakimi. Jika ada di antara pendengarnya yang terbiasa menghakimi orang lain dengan kasar, orang itu harus menghentikan kebiasaannya.

      Seorang saudari sedang mengabar kepada seorang pria lansia yang memiliki keterbatasan fisik dan seorang gadis kecil.

      Kita mempertunjukkan keadilan ilahi sewaktu kita tanpa berat sebelah membagikan kabar baik kepada orang lain

      14. Untuk alasan apa saja kita harus ’berhenti menghakimi’ orang lain?

      14 Mengapa kita harus ’berhenti menghakimi’ orang lain? Karena, wewenang kita terbatas. Yakobus, sang murid, mengingatkan kita, ”Hanya ada satu Pemberi Hukum dan Hakim”—Yehuwa. Jadi, dengan terus terang Yakobus bertanya, ”Siapakah kalian sehingga kalian menghakimi sesama kalian?” (Yakobus 4:12; Roma 14:1-4) Lagi pula, sifat bawaan kita yang berdosa dapat dengan mudah membuat penghakiman kita menjadi tidak adil. Banyak sikap dan motif—termasuk prasangka, harga diri yang terluka, kecemburuan, dan menganggap diri benar—dapat mengacaukan cara pandang kita terhadap sesama manusia. Kita memiliki keterbatasan-keterbatasan lain, dan merenungkan semua itu hendaknya mencegah kita sehingga tidak terburu-buru mencari kesalahan dalam diri orang lain. Kita tidak dapat membaca hati; kita juga tidak tahu semua keadaan pribadi orang lain. Kalau begitu, siapakah kita ini sehingga dapat menuduhkan motif yang salah kepada rekan-rekan seiman atau mengkritik upaya mereka dalam dinas kepada Allah? Alangkah jauh lebih baik untuk meniru Yehuwa dengan mencari hal-hal baik dalam diri saudara-saudari kita ketimbang menyoroti kesalahan-kesalahan mereka!

      15. Kata-kata dan perlakuan apa yang tidak diperbolehkan di kalangan penyembah Allah, dan mengapa?

      15 Bagaimana dengan anggota keluarga kita? Sungguh menyedihkan, dalam dunia ini beberapa penghakiman yang paling keras justru dijatuhkan di tempat yang seharusnya menjadi perlindungan yang penuh damai—rumah. Kita sudah biasa mendengar tentang para suami, istri, atau orang tua yang kasar yang ”menghukum” anggota keluarga mereka dengan serangan penganiayaan secara lisan atau fisik yang tiada henti. Tetapi, perkataan yang keji, sarkasme yang sinis, dan perlakuan yang kasar tidak diperbolehkan di kalangan penyembah Allah. (Efesus 4:29, 31; 5:33; 6:4) Nasihat Yesus untuk ’berhenti menghakimi’ dan ’berhenti mengecam’ tetap berlaku sewaktu kita berada di rumah. Ingatlah bahwa menjalankan keadilan mencakup memperlakukan orang lain sebagaimana Yehuwa memperlakukan kita. Dan, Allah kita tidak pernah memperlakukan kita dengan kasar atau kejam. Sebaliknya, Dia ”penuh kasih sayang” terhadap mereka yang mengasihi-Nya. (Yakobus 5:11) Benar-benar teladan yang luar biasa untuk kita tiru!

      Para Penatua Melayani ”Demi Keadilan”

      16, 17. (a) Apa yang Yehuwa harapkan dari para penatua? (b) Apa yang harus dilakukan jika seorang pedosa gagal memperlihatkan pertobatan yang tulus, dan mengapa?

      16 Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjalankan keadilan, tetapi para penatua dalam sidang Kristenlah yang khususnya memiliki tanggung jawab dalam hal ini. Perhatikan uraian yang bersifat nubuat mengenai para ”pemimpin”, atau para penatua, yang dicatat oleh Yesaya, ”Seorang raja akan memerintah demi kebenaran, dan para pemimpin akan berkuasa demi keadilan.” (Yesaya 32:1) Ya, Yehuwa mengharapkan para penatua melayani selaras dengan keadilan. Bagaimana mereka dapat melakukannya?

      17 Pria-pria yang memenuhi syarat secara rohani ini tahu persis bahwa keadilan, atau kebenaran, mengharuskan sidang dijaga tetap bersih. Adakalanya, para penatua berkewajiban untuk mengadili kasus-kasus pelanggaran serius. Sewaktu melakukannya, mereka mengingat bahwa keadilan ilahi berupaya mengulurkan belas kasihan jika memungkinkan. Oleh karena itu, mereka berupaya membimbing si pedosa untuk bertobat. Tetapi, bagaimana jika si pedosa gagal memperlihatkan pertobatan yang tulus kendati upaya telah dikerahkan untuk membantunya? Dengan keadilan yang sempurna, Firman Yehuwa memerintahkan agar langkah tegas diambil, ”Singkirkan orang yang berbuat buruk itu dari antara kalian.” Hal itu berarti mengusir dia dari sidang. (1 Korintus 5:11-13; 2 Yohanes 9-11) Para penatua sangat sedih seandainya harus mengambil tindakan seperti itu, tetapi mereka sadar bahwa hal itu perlu demi melindungi kebersihan moral dan rohani sidang. Sekalipun demikian, mereka berharap bahwa suatu hari kelak si pedosa akan sadar dan kembali ke sidang.​—Lukas 15:17, 18.

      18. Apa yang diingat para penatua sewaktu memberikan nasihat yang berdasarkan Alkitab kepada orang lain?

      18 Melayani selaras dengan keadilan juga mencakup memberikan nasihat yang berdasarkan Alkitab jika perlu. Tentu saja, para penatua tidak mencari-cari kesalahan orang lain. Mereka juga tidak memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan koreksi. Tetapi, seorang rekan seiman bisa saja ”salah langkah dan belum menyadarinya”. Dengan mengingat bahwa keadilan ilahi tidak kejam dan bukannya tanpa perasaan, para penatua akan tergerak untuk ”dengan lembut membawa dia kembali ke jalan yang benar”. (Galatia 6:1) Oleh karena itu, para penatua tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar atau memarahi seseorang yang berbuat salah. Sebaliknya, nasihat yang diberikan dengan pengasih membesarkan hati orang yang menerimanya. Bahkan sewaktu memberikan teguran yang terus terang—dengan gamblang menguraikan konsekuensi dari suatu haluan yang tidak bijaksana—para penatua ingat bahwa rekan seiman yang berbuat salah adalah domba dalam kawanan Yehuwa.b (Lukas 15:7) Jika nasihat atau teguran jelas-jelas dimotivasi oleh dan diberikan karena kasih, kemungkinan besar orang yang berbuat salah itu dapat disesuaikan kembali.

      19. Para penatua harus membuat keputusan macam apa, dan keputusan seperti itu hendaknya didasarkan atas apa?

      19 Para penatua sering kali harus membuat keputusan yang memengaruhi rekan-rekan seimannya. Misalnya, para penatua secara berkala mengadakan rapat untuk membahas apakah saudara-saudara lain di dalam sidang memenuhi syarat untuk direkomendasikan sebagai penatua atau hamba pelayanan. Para penatua mengetahui pentingnya bersikap tidak berat sebelah. Mereka membiarkan persyaratan Allah untuk pelantikan seperti itu membimbing mereka dalam membuat keputusan, tidak bersandar pada perasaan pribadi semata. Dengan demikian, mereka bertindak ”tanpa prasangka atau sikap berat sebelah”.​—1 Timotius 5:21.

      20, 21. (a) Para penatua berupaya keras untuk menjadi apa, dan mengapa? (b) Apa yang dapat dilakukan para penatua untuk membantu ”orang yang tertekan”?

      20 Para penatua juga menjalankan keadilan ilahi dengan cara-cara lain. Setelah menubuatkan bahwa para penatua akan melayani ”demi keadilan”, Yesaya melanjutkan, ”Masing-masing akan menjadi seperti tempat persembunyian dari angin, seperti tempat berlindung dari hujan badai, seperti aliran air di tanah yang kering, seperti naungan tebing besar di tanah yang gersang.” (Yesaya 32:1, 2) Dengan demikian, para penatua berupaya keras untuk menjadi sumber penghiburan dan penyegaran bagi rekan seiman mereka.

      21 Sekarang, dengan banyaknya problem yang cenderung mengecilkan hati, banyak yang membutuhkan dukungan moril. Para penatua, apa yang dapat kalian lakukan untuk membantu ”orang yang tertekan”? (1 Tesalonika 5:14) Dengarkanlah mereka dengan empati. (Yakobus 1:19) Mungkin mereka perlu menceritakan kekhawatiran dalam hati mereka kepada seseorang yang mereka percayai. (Amsal 12:25) Yakinkan mereka bahwa mereka diinginkan, dihargai, dan dikasihi—ya, oleh Yehuwa dan juga oleh saudara-saudari mereka. (1 Petrus 1:22; 5:6, 7) Selain itu, Saudara dapat berdoa bersama mereka dan mendoakan mereka. Mendengar seorang penatua memanjatkan doa yang sepenuh hati demi kepentingan mereka dapat menjadi hal yang paling menghibur. (Yakobus 5:14, 15) Upaya Saudara yang pengasih untuk membantu orang-orang yang tertekan tidak akan luput dari perhatian Allah keadilan.

      Para penatua mencerminkan keadilan Yehuwa sewaktu mereka membesarkan hati orang yang berkecil hati

      22. Dengan cara apa saja kita dapat meniru keadilan Yehuwa, dan dengan hasil apa?

      22 Ya, kita semakin mendekat kepada Yehuwa dengan meniru keadilan-Nya! Sewaktu kita menjunjung standar-standar-Nya yang benar, sewaktu kita membagikan kabar baik yang menyelamatkan kehidupan kepada orang lain, dan sewaktu kita memilih untuk memusatkan perhatian kepada hal-hal baik dalam diri orang lain ketimbang mencari-cari kesalahan mereka, kita mempertunjukkan keadilan ilahi. Para penatua, ketika kalian melindungi kebersihan sidang, ketika kalian memberikan nasihat yang membina yang berdasarkan Alkitab, ketika kalian membuat keputusan yang tidak berat sebelah, dan ketika kalian membesarkan hati mereka yang berkecil hati, kalian mencerminkan keadilan ilahi. Pastilah hati Yehuwa sangat senang sewaktu memandang ke bawah dari surga dan melihat umat-Nya berupaya sedapat mungkin untuk ”bertindak adil” dalam berjalan dengan Allah mereka!

      a Beberapa terjemahan mengatakan ”jangan menghakimi” dan ”jangan menghukum”. Terjemahan-terjemahan tersebut menyiratkan makna ”jangan mulai menghakimi” dan ”jangan mulai menghukum”. Akan tetapi, di sini para penulis Alkitab menggunakan kalimat perintah negatif dalam bentuk waktu sekarang (sedang berlangsung). Jadi, tindakan yang digambarkan adalah tindakan yang sekarang terjadi tetapi harus dihentikan.

      b Di 2 Timotius 4:2, Alkitab mengatakan bahwa para penatua kadang-kadang harus memberikan ”teguran, peringatan, dan nasihat”. Kata Yunani yang diterjemahkan ”nasihat” (pa·ra·ka·leʹo) dapat berarti ”membesarkan hati”. Kata Yunani yang berkaitan, pa·raʹkle·tos, bisa memaksudkan pengacara dalam sebuah kasus hukum. Jadi, bahkan ketika memberikan teguran keras, para penatua hendaknya menjadi penolong bagi mereka yang membutuhkan bantuan rohani.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Ulangan 1:16, 17 Apa yang Yehuwa tuntut dari para hakim di Israel, dan apa yang dapat dipelajari oleh para penatua dari hal ini?

      • Yeremia 22:13-17 Yehuwa memperingatkan tentang praktek-praktek yang tidak adil apa, dan apa yang kita perlukan supaya bisa meniru keadilan-Nya?

      • Matius 7:2-5 Mengapa kita hendaknya tidak terburu-buru mencari kesalahan rekan seiman kita?

      • Yakobus 2:1-9 Bagaimana Yehuwa memandang tindakan pilih kasih, dan bagaimana kita dapat menerapkan nasihat ini sewaktu berurusan dengan orang lain?

  • ’Betapa Luar Biasanya Hikmat Allah!’
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Sekawanan angsa yang terbang.

      PASAL 17

      ’Betapa Luar Biasanya Hikmat Allah!’

      1, 2. Apa tujuan Yehuwa sehubungan dengan hari ketujuh, dan bagaimana hikmat ilahi diuji pada awal hari tersebut?

      RUSAK! Manusia, mahakarya hari keenam penciptaan, tiba-tiba terpuruk dari keadaannya yang sangat mulia ke dalam kehinaan yang tiada taranya. Yehuwa menyatakan bahwa ”semua yang Dia buat”, termasuk manusia, ”sangat baik”. (Kejadian 1:31) Namun, pada awal hari ketujuh, Adam dan Hawa memilih untuk mengikuti Setan ke dalam pemberontakan. Mereka jatuh ke dalam dosa, ketidaksempurnaan, dan kematian.

      2 Tujuan Yehuwa sehubungan dengan hari ketujuh seolah-olah sudah tersimpangkan tanpa harapan. Hari itu, seperti keenam hari sebelumnya, lamanya tentu ribuan tahun. Yehuwa telah menyatakannya sebagai hari yang suci, dan pada hari itulah seluruh bumi akhirnya akan dibuat menjadi suatu firdaus yang dipenuhi dengan keluarga manusia yang sempurna. (Kejadian 1:28; 2:3) Namun, setelah pemberontakan yang membawa malapetaka itu terjadi, bagaimana hal tersebut bisa terwujud? Apa yang akan Allah lakukan? Inilah ujian yang dramatis bagi hikmat Yehuwa—mungkin ujian yang terbesar.

      3, 4. (a) Mengapa tanggapan Yehuwa terhadap pemberontakan di Eden merupakan contoh yang membangkitkan rasa takjub akan hikmat-Nya? (b) Seraya kita mempelajari hikmat Yehuwa, kerendahan hati hendaknya menggerakkan kita untuk mengingat kebenaran apa?

      3 Yehuwa segera bertindak. Dia menjatuhkan hukuman kepada para pemberontak di Eden, dan pada waktu yang sama, Dia memberikan sekilas gambaran tentang sesuatu yang luar biasa: rencana-Nya untuk mengatasi kesusahan yang baru saja mulai. (Kejadian 3:15) Rencana Yehuwa yang berwawasan ke depan dimulai dari Eden hingga sepanjang ribuan tahun sejarah manusia dan seterusnya, jauh ke masa depan. Rencana tersebut kelihatannya sederhana tetapi sangat luhur dan sangat sarat makna sehingga seorang pembaca Alkitab dapat menggunakan seluruh masa hidupnya yang produktif untuk mempelajari dan merenungkannya. Selain itu, rencana Yehuwa pasti akan sukses. Hal itu akan mengakhiri semua kefasikan, dosa, dan kematian. Itu juga akan membawa umat manusia yang setia kepada kesempurnaan. Semuanya itu akan terjadi sebelum hari ketujuh berakhir, sehingga, apa pun yang terjadi, Yehuwa pasti akan memenuhi tujuan-Nya bagi bumi dan umat manusia sesuai dengan jadwal!

      4 Hikmat demikian menggugah perasaan takjub, bukan? Rasul Paulus tergerak untuk menulis, ’Betapa luar biasanya hikmat Allah!’ (Roma 11:33) Seraya kita berupaya mempelajari berbagai aspek sifat ilahi ini, kerendahan hati hendaknya menggerakkan kita untuk mengingat kebenaran yang vital ini—bahwa, dengan upaya terbaik pun, kita hanya dapat mengorek permukaan hikmat Yehuwa yang sangat dalam. (Ayub 26:14) Pertama-tama, marilah kita definisikan sifat yang membangkitkan rasa takjub ini.

      Apa Hikmat Ilahi Itu?

      5, 6. Apa hubungan antara pengetahuan dan hikmat, dan seberapa luaskah pengetahuan Yehuwa?

      5 Hikmat tidak sama dengan pengetahuan. Komputer dapat menyimpan begitu banyak pengetahuan, tetapi sulit dibayangkan jika mesin tersebut dikatakan berhikmat. Meskipun demikian, pengetahuan dan hikmat berkaitan. (Amsal 10:14) Sebagai contoh, jika Saudara membutuhkan nasihat yang berhikmat tentang mengobati problem kesehatan yang serius, apakah Saudara akan berkonsultasi dengan seseorang yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan atau yang tidak tahu apa-apa tentang ilmu kedokteran? Tentu tidak! Jadi, pengetahuan yang saksama sangat penting bagi hikmat yang sejati.

      6 Yehuwa memiliki perbendaharaan pengetahuan yang tak terhingga. Sebagai ”Raja segala zaman”, Dia sajalah yang telah hidup selama-lamanya. (Wahyu 15:3) Dan, selama kurun waktu yang tak terhitung panjangnya itu, segala sesuatu telah Dia ketahui. Alkitab mengatakan, ”Tidak ada ciptaan yang tersembunyi dari Dia. Sebaliknya, segala sesuatu terbuka dan terlihat jelas di hadapan Dia, yang kepada-Nya kita harus bertanggung jawab.” (Ibrani 4:13; Amsal 15:3) Sebagai Pencipta, Yehuwa mengerti sepenuhnya apa yang telah Dia buat, dan Dia telah mengamati semua kegiatan manusia sejak permulaan. Dia menyelidiki setiap hati manusia, tak satu pun yang terlewat. (1 Tawarikh 28:9) Karena menciptakan kita sebagai insan-insan yang bebas memilih, Dia senang sewaktu melihat kita membuat pilihan yang bijaksana dalam kehidupan. Sebagai ”Pendengar doa”, Dia mendengarkan begitu banyak pernyataan setiap waktu! (Mazmur 65:2) Dan, tentu saja, Yehuwa memiliki daya ingat yang sempurna.

      7, 8. Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan pengertian, pemahaman, dan hikmat?

      7 Yehuwa tidak hanya memiliki pengetahuan. Dia juga melihat bagaimana fakta-fakta berkaitan dan memahami gambaran keseluruhan yang dihasilkan oleh banyak sekali perincian. Dia mengevaluasi dan menghakimi, membedakan antara hal-hal yang baik dan yang jahat, yang penting dan yang sepele. Selain itu, Dia melihat apa yang ada di balik penampilan lahiriah dan meneliti hati dengan cermat. (1 Samuel 16:7) Oleh karena itu, Yehuwa memiliki pengertian dan pemahaman, sifat-sifat yang lebih unggul daripada pengetahuan. Namun, hikmat masih lebih unggul daripada semuanya itu.

      8 Hikmat menggabungkan pengetahuan, pemahaman, dan pengertian untuk mencapai hasil yang diharapkan. Malah, beberapa kata dalam bahasa asli Alkitab yang diterjemahkan ”hikmat” secara harfiah berarti ”pekerjaan yang efektif” atau ”hikmat yang praktis”. Jadi, hikmat Yehuwa bukan hanya teori. Hikmat tersebut praktis dan membawa hasil. Dengan memanfaatkan pengetahuan-Nya yang luas dan pengertian-Nya yang dalam, Yehuwa selalu membuat keputusan yang terbaik, melaksanakannya melalui tindakan terbaik yang terpikirkan. Itulah hikmat yang sejati! Yehuwa mempertunjukkan kebenaran pernyataan Yesus ini, ”Hikmat seseorang nyata dari perbuatannya.” (Matius 11:19) Pekerjaan Yehuwa di seluruh alam semesta memberikan kesaksian yang sangat kuat tentang hikmat-Nya.

      Bukti Hikmat Ilahi

      9, 10. (a) Hikmat macam apa yang Yehuwa pertunjukkan, dan bagaimana Dia memperlihatkannya? (b) Bagaimana sebuah sel memberikan bukti tentang hikmat Yehuwa?

      9 Pernahkah Saudara mengagumi kreativitas seorang perajin dalam membuat barang-barang yang indah dan benar-benar berguna? Kreativitas semacam itu adalah satu jenis hikmat yang mengesankan. (Keluaran 31:1-3) Yehuwa sendiri adalah Sumber dan Pemilik teragung hikmat semacam itu. Raja Daud berkata mengenai Yehuwa, ”Aku memuji-Mu karena aku dibuat dengan hebat dan mengagumkan. Pekerjaan-pekerjaan-Mu menakjubkan, aku benar-benar mengetahuinya.” (Mazmur 139:14) Ya, semakin banyak kita mempelajari tubuh manusia, semakin besar rasa takjub kita akan hikmat Yehuwa.

      10 Sebagai ilustrasi: Saudara berawal dari sebuah sel tunggal—sebuah sel telur ibu Saudara, dibuahi oleh sebuah sperma ayah Saudara. Tak lama kemudian, sel tersebut mulai membelah diri. Saudara, produk akhirnya, terbentuk dari sekitar 100 triliun sel. Sel-sel tersebut sangat mungil. Sekitar 10.000 sel berukuran rata-rata akan menjadi sebesar sebuah kepala jarum pentol. Namun, tiap-tiap sel adalah ciptaan yang memiliki tingkat kerumitan yang luar biasa. Sebuah sel jauh lebih rumit daripada mesin atau pabrik mana pun buatan manusia. Para ilmuwan mengatakan bahwa sebuah sel bagaikan kota bertembok—yang memiliki pintu masuk dan pintu keluar yang terkontrol, sistem transportasi, jaringan komunikasi, pembangkit tenaga listrik, pabrik, fasilitas pembuangan dan daur ulang limbah, sistem pertahanan, dan bahkan semacam pusat pemerintahan dalam nukleusnya. Selain itu, sebuah sel dapat membuat duplikat dirinya secara lengkap dalam beberapa jam saja!

      11, 12. (a) Apa yang menyebabkan sel-sel sebuah embrio yang sedang bertumbuh memiliki fungsi yang berbeda-beda, dan bagaimana hal itu selaras dengan Mazmur 139:16? (b) Bagaimana otak manusia menunjukkan bahwa kita ’dibuat dengan mengagumkan’?

      11 Tentu saja, tidak semua sel sama. Seraya sel-sel sebuah embrio terus membelah diri, sel-sel tersebut menjalankan fungsi-fungsi yang sangat berbeda. Beberapa akan menjadi sel-sel saraf; yang lain-lain sel-sel tulang, otot, darah, atau mata. Semua perbedaan tersebut diprogram ke dalam ”perpustakaan” cetak biru genetis sel, yaitu ADN. Sungguh menarik, Daud tergugah untuk berkata kepada Yehuwa, ”Mata-Mu melihat bahkan saat aku masih janin; semua bagiannya tertulis di buku-Mu.”​—Mazmur 139:16.

      12 Beberapa bagian tubuh luar biasa rumitnya. Sebagai contoh, perhatikan otak manusia. Ada yang menyebutnya sebagai benda paling rumit yang pernah ditemukan di alam semesta. Di dalam otak terdapat sekitar 100 miliar sel saraf—mungkin sebanyak jumlah bintang dalam galaksi kita. Tiap-tiap sel tersebut bercabang-cabang menjadi ribuan sambungan dengan sel-sel lain. Para ilmuwan mengatakan bahwa otak manusia dapat menampung semua informasi yang terdapat di semua perpustakaan dunia dan, sesungguhnya, memiliki kapasitas penyimpanan yang tak terhingga. Kendati sudah puluhan tahun mempelajari organ tubuh yang ’dibuat dengan mengagumkan’ itu, para ilmuwan mengakui bahwa bisa jadi mereka tidak akan pernah dapat mengerti sepenuhnya cara kerjanya.

      13, 14. (a) Bagaimana semut dan makhluk-makhluk lain menunjukkan bahwa mereka ”sangat bijaksana”, dan apa yang dapat kita pelajari dari hal itu sehubungan dengan Pencipta mereka? (b) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa ciptaan-ciptaan tersebut seperti halnya jaring laba-laba dibuat ”dengan hikmat”?

      13 Akan tetapi, manusia hanyalah salah satu contoh hikmat Yehuwa dalam menciptakan. Mazmur 104:24 berkata, ”Hasil karya-Mu sungguh banyak, oh Yehuwa! Semuanya Kaubuat dengan hikmat. Bumi penuh dengan apa yang Kaubuat.” Hikmat Yehuwa terlihat dalam setiap ciptaan di sekeliling kita. Semut, misalnya, ”sangat bijaksana”. (Amsal 30:24) Ya, koloni semut diorganisasi dengan sangat baik. Beberapa koloni semut mengurus, menampung, dan mengambil makanan dari serangga yang disebut kutu daun, seolah-olah serangga itu adalah ternak mereka. Semut-semut lain bertindak sebagai petani, yang mengurus dan menggarap ”tanaman” fungi. Banyak makhluk lainnya telah diprogram untuk melakukan hal-hal yang menakjubkan berdasarkan naluri. Seekor lalat rumah memiliki kebolehan aerobatik yang tidak dapat ditiru oleh kapal terbang paling mutakhir buatan manusia. Burung-burung yang bermigrasi dapat menentukan arah dengan bantuan bintang-bintang, arah medan magnet bumi, atau sejenis peta internal. Para biolog menggunakan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari perilaku cerdas yang telah terprogram dalam makhluk-makhluk itu. Pastilah, hikmat Allah, Sang Pemrogram, sangat luar biasa!

      14 Para ilmuwan telah banyak belajar dari hikmat Yehuwa dalam menciptakan. Bahkan, ada suatu bidang rekayasa, disebut biomimetika, yang berupaya meniru rancangan yang ditemukan di alam. Misalnya, Saudara mungkin mengagumi keindahan sebuah jaring laba-laba. Namun, seorang insinyur akan memandangnya sebagai suatu keajaiban rancangan. Beberapa untaian yang tampaknya ringkih ternyata secara proporsional lebih kuat daripada baja, lebih tangguh daripada serat pada rompi antipeluru. Tepatnya, seberapa kuatkah itu? Bayangkan sebuah jaring laba-laba diperbesar hingga seukuran jala yang digunakan pada perahu nelayan. Jaring seperti itu dapat menangkap sebuah pesawat penumpang yang tengah terbang! Ya, Yehuwa telah membuat semuanya itu ”dengan hikmat”.

      Gambar tentang ciptaan Yehuwa yang menunjukkan hikmat-Nya: 1. Jaring laba-laba. 2. Semut yang terorganisasi membawa potongan daun. 3. Sekawanan angsa yang terbang.

      Siapa yang memprogram makhluk-makhluk di bumi sehingga menjadi ”sangat bijaksana”?

      Hikmat di Luar Bumi

      15, 16. (a) Langit berbintang memberikan bukti apa tentang hikmat Yehuwa? (b) Bagaimana kedudukan Yehuwa sebagai Komandan Tertinggi atas para malaikat yang sangat besar jumlahnya memberikan kesaksian tentang hikmat Sang Administrator?

      15 Hikmat Yehuwa nyata pada hasil karya-Nya di seluruh alam semesta. Bintang-bintang, yang telah kita bahas secara panjang lebar di Pasal 5, tidak terserak begitu saja di seluruh angkasa luar. Berkat hikmat ”hukum-hukum langit” Yehuwa, dengan indahnya langit telah diorganisasi ke dalam galaksi-galaksi yang teratur yang, selanjutnya, dikelompokkan ke dalam gugusan-gugusan yang, selanjutnya, membentuk adigugusan-adigugusan. (Ayub 38:33, The New Jerusalem Bible) Tidak heran jika Yehuwa menyebut benda-benda angkasa tersebut sebagai sebuah ”pasukan”! (Yesaya 40:26) Namun, ada pasukan lain yang mempertunjukkan hikmat Yehuwa dengan cara yang bahkan lebih gamblang lagi.

      16 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 4, Allah menyandang gelar ”Yehuwa yang berbala tentara” karena kedudukan-Nya sebagai Komandan Tertinggi sebuah pasukan yang sangat besar yang terdiri dari beratus-ratus juta makhluk roh. Hal itu adalah bukti kuasa Yehuwa. Namun, bagaimana hikmat-Nya tersangkut dalam hal ini? Coba pikir: Yehuwa dan Yesus tidak pernah menganggur. (Yohanes 5:17) Jadi, masuk akal jika para malaikat yang melayani Yang Mahatinggi juga selalu sibuk. Dan ingatlah, mereka lebih tinggi daripada manusia, supercerdas dan superkuat. (Ibrani 1:7; 2:7) Namun, Yehuwa membuat semua malaikat itu tetap sibuk, dengan bersukacita mereka turut serta dalam menunaikan pekerjaan—”melaksanakan firman-Nya” dan ”melakukan kehendak-Nya”—selama miliaran tahun. (Mazmur 103:20, 21) Sungguh menakjubkan hikmat yang dimiliki oleh Sang Administrator!

      Yehuwa Adalah ”Satu-satunya yang Berhikmat”

      17, 18. Mengapa Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa adalah ”satu-satunya yang berhikmat”, dan mengapa hendaknya hikmat-Nya membuat kita diliputi perasaan takjub?

      17 Melihat bukti-bukti seperti itu, apakah mengherankan jika Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa memiliki hikmat yang tertinggi? Misalnya, Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa adalah ”satu-satunya yang berhikmat”. (Roma 16:27) Yehuwa-lah satu-satunya pribadi yang memiliki hikmat dalam arti yang mutlak. Dialah Sumber segala hikmat yang sejati. (Amsal 2:6) Itulah sebabnya, Yesus, meskipun dia adalah ciptaan Yehuwa yang paling berhikmat, tidak bersandar pada hikmatnya sendiri tetapi berbicara sesuai dengan petunjuk Bapaknya.​—Yohanes 12:48-50.

      18 Perhatikan bagaimana Rasul Paulus mengungkapkan keunikan hikmat Yehuwa, ”Betapa luar biasanya berkat, hikmat, dan pengetahuan Allah! Keputusan-Nya tidak bisa kita pahami sepenuhnya, dan jalan-jalan-Nya tidak bisa kita mengerti sepenuhnya!” (Roma 11:33) Kata-kata Paulus memperlihatkan emosi yang kuat—dalam hal ini, rasa takjub yang amat dalam. Kata Yunani yang dia pilih untuk ’luar biasa’ erat kaitannya dengan kata untuk ”lubang yang sangat dalam”. Oleh karena itu, kata-katanya menimbulkan gambaran mental yang hidup. Sewaktu kita merenungkan hikmat Yehuwa, halnya seolah-olah kita sedang menatap suatu lubang yang tak berdasar, suatu tempat yang teramat dalam dan teramat luas sehingga kita bahkan tidak akan pernah dapat memahami seberapa besar lubang itu, apalagi menjelajahinya atau memetakannya secara terperinci. (Mazmur 92:5) Dengan demikian, bukankah kita tidak ada artinya jika dibandingkan dengan Allah?

      19, 20. (a) Mengapa elang cocok untuk melambangkan hikmat ilahi? (b) Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kesanggupan-Nya untuk melihat ke masa depan?

      19 Yehuwa adalah ”satu-satunya yang berhikmat” dalam pengertian lain: Hanya Dialah yang sanggup melihat ke masa depan. Ingatlah, Yehuwa menggunakan elang yang dapat melihat jarak jauh untuk melambangkan hikmat ilahi. Seekor elang emas mungkin beratnya hanya lima kilogram, tetapi matanya lebih besar daripada mata orang dewasa. Penglihatan elang luar biasa tajam sehingga memungkinkan burung tersebut menemukan mangsa yang mungil dari ketinggian ratusan meter, bahkan mungkin dari jarak berkilo-kilo! Yehuwa sendiri pernah berkata mengenai elang, ”Matanya memandang ke kejauhan.” (Ayub 39:29) Dalam pengertian yang sama, Yehuwa dapat memandang ”ke kejauhan” dalam arus waktu—masa depan!

      20 Alkitab sarat dengan bukti akan benarnya hal itu. Alkitab berisi ratusan nubuat atau sejarah yang ditulis jauh di muka. Hasil akhir berbagai perang, bangkit dan jatuhnya kuasa-kuasa dunia, dan bahkan strategi pertempuran para komandan militer tertentu semuanya dinubuatkan di dalam Alkitab—dalam beberapa kasus, ratusan tahun di muka.​—Yesaya 44:25–45:4; Daniel 8:2-8, 20-22.

      21, 22. (a) Mengapa tidak ada dasar untuk menyimpulkan bahwa Yehuwa telah mengetahui sebelumnya semua pilihan yang akan Saudara buat dalam kehidupan? Ilustrasikan. (b) Bagaimana kita tahu bahwa hikmat Yehuwa tidak dingin atau tanpa perasaan?

      21 Akan tetapi, apakah hal itu berarti bahwa Allah telah mengetahui sebelumnya pilihan-pilihan yang akan Saudara buat dalam kehidupan? Mereka yang mengajarkan doktrin takdir berkeras bahwa jawabannya adalah ya. Akan tetapi, konsep tersebut sebenarnya merendahkan hikmat Yehuwa, karena hal itu menyiratkan bahwa Dia tidak dapat mengendalikan kesanggupan-Nya untuk melihat ke masa depan. Sebagai ilustrasi: Seandainya Saudara memiliki suara merdu yang tak tertandingi, apakah dengan begitu Saudara tidak punya pilihan lain selain menyanyi sepanjang waktu? Konsep tersebut tidak masuk akal! Demikian pula, Yehuwa memiliki kesanggupan untuk mengetahui masa depan jauh di muka, tetapi Dia tidak menggunakannya sepanjang waktu. Seandainya Dia melakukannya, kebebasan berkehendak kita, suatu pemberian berharga yang tidak akan pernah Yehuwa tarik kembali, bisa jadi akan dilanggar.​—Ulangan 30:19, 20.

      22 Yang lebih buruk lagi ialah konsep takdir menyiratkan bahwa hikmat Yehuwa itu dingin, tanpa kasih, tanpa perasaan, atau tanpa keibaan hati. Namun, pendapat tersebut sama sekali tidak benar! Alkitab mengajarkan bahwa Yehuwa itu ”hati-Nya bijaksana”. (Ayub 9:4) Bukan berarti Dia memiliki hati aksara, tetapi Alkitab sering kali menggunakan kata itu sehubungan dengan batin, yang mencakup motivasi dan perasaan, seperti kasih. Jadi, hikmat Yehuwa, sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain, dikendalikan oleh kasih.​—1 Yohanes 4:8.

      23. Keunggulan hikmat Yehuwa hendaknya menggerakkan kita untuk melakukan apa?

      23 Tentu saja, hikmat Yehuwa dapat diandalkan sepenuhnya. Hikmat-Nya jauh lebih unggul daripada hikmat kita sendiri sehingga Firman Allah dengan pengasih mendesak kita, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan sepenuh hatimu, dan jangan andalkan pengertianmu sendiri. Dalam semua jalanmu, perhatikanlah Dia, dan Dia akan membuat jalan-jalanmu lurus.” (Amsal 3:5, 6) Sekarang, marilah kita gali hikmat Yehuwa sehingga kita dapat mendekat kepada Allah kita yang mahabijaksana.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Ayub 28:11-28 Seberapa bernilaikah hikmat ilahi itu, dan hal baik apa yang dapat dihasilkan dari perenungan mengenai pokok tersebut?

      • Mazmur 104:1-25 Bagaimana hikmat Yehuwa nyata dalam penciptaan, dan perasaan apa yang ditimbulkannya dalam diri Saudara?

      • Amsal 3:19-26 Jika kita merenungkan hikmat Yehuwa dan menerapkannya, bisa jadi apa pengaruhnya terhadap kehidupan kita dari hari ke hari?

      • Daniel 2:19-28 Mengapa Yehuwa disebut sebagai Pengungkap rahasia, dan bagaimana hendaknya kita menanggapi hikmat yang berkaitan dengan nubuat yang terdapat dalam Firman-Nya?

  • Hikmat dalam ”Kata-Kata Allah”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang penulis Alkitab sedang menulis di sebuah gulungan.

      PASAL 18

      Hikmat dalam ”Kata-Kata Allah”

      1, 2. ”Surat” apa yang telah Yehuwa tulis kepada kita, dan mengapa?

      INGATKAH Saudara kapan terakhir kali menerima surat dari seseorang yang Saudara kasihi yang tinggal di tempat yang jauh? Tidak banyak hal yang memberi kita kebahagiaan sebesar yang kita peroleh karena menerima sepucuk surat yang tulus dari seseorang yang kita sayangi. Kita sangat senang mendengar tentang keadaannya, pengalaman-pengalamannya, dan rencana-rencananya. Komunikasi semacam itu membuat orang-orang yang saling mengasihi menjadi lebih dekat, meskipun secara fisik mereka berjauhan.

      2 Kalau begitu, apa yang dapat lebih membahagiakan kita daripada menerima pesan tertulis dari Allah yang kita kasihi? Dalam pengertian tertentu, Yehuwa telah menulis sepucuk ”surat”—Firman-Nya, Alkitab—kepada kita. Di dalamnya, Dia memberi tahu kita siapa diri-Nya, apa yang telah Dia lakukan, apa yang akan Dia lakukan, dan masih banyak lagi. Yehuwa memberi kita Firman-Nya karena Dia ingin kita dekat dengan-Nya. Allah kita yang mahabijaksana memilih cara yang paling baik untuk berkomunikasi dengan kita. Ada hikmat yang tak tertandingi di balik penulisan Alkitab dan dalam isinya.

      Mengapa Firman yang Tertulis?

      3. Dengan cara apa Yehuwa menyampaikan Hukum kepada Musa?

      3 Ada yang mungkin bertanya-tanya, ’Mengapa Yehuwa tidak menggunakan metode yang lebih dramatis—katakanlah, suara dari surga—untuk berkomunikasi dengan manusia?’ Sebenarnya, Yehuwa kadang-kadang memang berbicara dari surga dengan perantaraan malaikat-malaikat-Nya. Misalnya, sewaktu Dia memberikan Hukum kepada Israel. (Galatia 3:19) Suara dari surga membangkitkan rasa takut dan hormat—sedemikian hebatnya sampai-sampai orang Israel yang ketakutan tersebut meminta Yehuwa agar tidak berbicara kepada mereka dengan cara itu tetapi berkomunikasi melalui Musa. (Keluaran 20:18-20) Karena itulah, Hukum, yang memuat sekitar 600 ketetapan, disampaikan kepada Musa secara lisan, kata demi kata.

      4. Jelaskan mengapa penyampaian secara lisan bukanlah metode yang dapat diandalkan dalam menyampaikan hukum-hukum Allah.

      4 Akan tetapi, bagaimana jika Hukum tersebut tidak pernah dituangkan ke dalam tulisan? Apakah Musa akan sanggup mengingat dengan tepat kaidah yang terperinci itu kata demi kata dan menyampaikannya kepada segenap bangsa itu tanpa keliru? Bagaimana dengan generasi-generasi selanjutnya? Apakah mereka harus mengandalkan pernyataan lisan saja? Cara seperti itu bukanlah metode yang dapat diandalkan dalam menyampaikan hukum-hukum Allah. Bayangkan apa yang akan terjadi jika Saudara harus menyampaikan sebuah cerita kepada sederetan panjang orang dengan mengatakannya kepada orang pertama yang kemudian meneruskannya ke orang berikutnya sampai ke orang terakhir dalam deretan itu. Apa yang didengar oleh orang terakhir dalam deretan itu kemungkinan besar akan sangat berbeda dengan cerita aslinya. Perkataan Hukum Allah tidak berada dalam bahaya seperti itu.

      5, 6. Apa yang Yehuwa instruksikan kepada Musa untuk dilakukan berkenaan dengan firman-Nya, dan mengapa memiliki Firman Yehuwa dalam bentuk tulisan merupakan berkat bagi kita?

      5 Dengan bijaksana, Yehuwa memilih untuk menuangkan firman-Nya ke dalam tulisan. Dia menginstruksikan Musa, ”Tuliskan semua perkataan ini, karena berdasarkan kata-kata inilah Aku membuat perjanjian denganmu dan Israel.” (Keluaran 34:27) Dengan demikian, dimulailah era penulisan Alkitab, pada tahun 1513 SM. Selama lebih dari 1.610 tahun setelahnya, Yehuwa ”berbicara . . . dalam berbagai kesempatan dan dengan berbagai cara” kepada sekitar 40 orang penulis yang kemudian menuliskan Alkitab. (Ibrani 1:1) Seraya waktu berjalan, para penyalin yang setia bekerja dengan sangat teliti untuk menghasilkan salinan-salinan yang akurat demi pelestarian Kitab Suci.​—Ezra 7:6; Mazmur 45:1.

      6 Yehuwa benar-benar memberkati kita dengan berkomunikasi secara tertulis. Pernahkah Saudara menerima sepucuk surat yang sangat berarti bagi Saudara—mungkin karena isinya memberikan penghiburan yang dibutuhkan—sehingga Saudara menyimpannya dan membacanya berulang kali? Demikian pula dengan ”surat” Yehuwa kepada kita. Karena Yehuwa menuangkan firman-Nya ke dalam tulisan, kita dapat membacanya secara teratur dan merenungkan apa yang dikatakannya. (Mazmur 1:2) Kita bisa mendapatkan penghiburan dari Firman Allah kapan pun kita membutuhkannya.​—Roma 15:4.

      Mengapa Penulisnya Manusia?

      7. Bagaimana hikmat Yehuwa nyata dengan digunakannya manusia sebagai penulis?

      7 Dengan hikmat-Nya, Yehuwa menggunakan manusia untuk menuliskan Firman-Nya. Coba pertimbangkan hal ini: Seandainya Yehuwa menggunakan malaikat untuk menulis Alkitab, apakah Alkitab akan memiliki daya tarik yang sama? Memang, para malaikat dapat menggambarkan Yehuwa dari sudut pandang mereka yang mulia, menyatakan pengabdian mereka kepada Yehuwa, dan memberikan laporan tentang manusia yang menjadi hamba-hamba Allah yang setia. Namun, apakah kita akan benar-benar sanggup memahami sudut pandangan makhluk-makhluk roh yang sempurna, yang pengetahuannya, pengalamannya, dan kekuatannya jauh melebihi kita?​—Ibrani 2:6, 7.

      8. Bagaimana para penulis Alkitab diperbolehkan menggunakan kesanggupan mental mereka sendiri? (Lihat juga catatan kaki.)

      8 Dengan menggunakan manusia sebagai penulis, Yehuwa memberikan apa yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita—suatu catatan yang ”berasal dari Allah” tetapi tetap memiliki unsur-unsur manusiawi. (2 Timotius 3:16) Bagaimana Yehuwa mencapainya? Sering kali, Yehuwa tampaknya memperbolehkan para penulis tersebut untuk menggunakan kesanggupan mental mereka sendiri dalam memilih ”kata-kata yang menyenangkan” dan menulis ”kata-kata kebenaran yang tepat”. (Pengkhotbah 12:10, 11) Hal itu membantu kita mengerti mengapa gaya penulisan Alkitab bervariasi; tulisan-tulisan tersebut mencerminkan latar belakang dan kepribadian tiap-tiap penulis.a Namun, ”apa yang disampaikan [mereka] berasal dari Allah, karena mereka digerakkan oleh kuasa kudus”. (2 Petrus 1:21) Oleh karena itu, hasil akhirnya benar-benar merupakan ”kata-kata Allah”.​—1 Tesalonika 2:13.

      ”Seluruh isi Kitab Suci berasal dari Allah”

      9, 10. Mengapa digunakannya para penulis manusia menambah kehangatan dan daya tarik Alkitab?

      9 Karena manusia digunakan sebagai penulisnya, Alkitab memiliki kehangatan dan daya tarik yang luar biasa. Para penulisnya adalah pria-pria yang mempunyai perasaan seperti kita. Karena tidak sempurna, mereka mengalami pencobaan dan tekanan yang sama dengan kita. Dalam beberapa kasus, kuasa kudus Yehuwa mengilhami mereka untuk menuliskan perasaan dan perjuangan mereka sendiri. (2 Korintus 12:7-10) Jadi, mereka menulis dengan kata ganti orang pertama, kata-kata yang tidak dapat dinyatakan oleh malaikat mana pun.

      10 Sebagai contoh, perhatikan Raja Daud dari Israel. Setelah melakukan beberapa dosa serius, Daud menggubah sebuah mazmur yang di dalamnya dia mencurahkan isi hatinya, memohon ampun kepada Allah. Dia menulis, ”Bersihkanlah aku dari dosaku. Sebab aku menyadari pelanggaranku, dan aku teringat-ingat akan dosaku. Aku penuh kesalahan sewaktu dilahirkan, dan berdosa sejak aku dikandung ibuku. Jangan buang aku dari hadapan-Mu; jangan ambil kuasa kudus-Mu dariku. Korban yang Allah senangi adalah hati yang hancur; hati yang pedih dan hancur, oh Allah, tidak akan Engkau tolak.” (Mazmur 51:2, 3, 5, 11, 17) Bukankah Saudara dapat merasakan tekanan batin sang penulis? Siapa selain manusia tak sempurna yang dapat mengungkapkan perasaan yang sepenuh hati demikian?

      Mengapa Sebuah Buku tentang Orang-Orang?

      11. Kisah-kisah nyata apa tertulis dalam Alkitab ”untuk mengajar kita”?

      11 Ada hal lain lagi yang turut menambah daya tarik Alkitab. Secara umum, Alkitab adalah sebuah buku tentang orang-orang—orang yang benar-benar ada—yang melayani Allah dan yang tidak. Kita membaca mengenai pengalaman, kesukaran, dan sukacita mereka. Kita melihat hasil pilihan mereka dalam kehidupan. Kisah-kisah tersebut ditulis ”untuk mengajar kita”. (Roma 15:4) Melalui kisah-kisah nyata tersebut, Yehuwa mengajar dengan cara yang menyentuh hati kita. Perhatikan beberapa contoh.

      12. Dengan cara bagaimana catatan Alkitab tentang manusia yang tidak setia membantu kita?

      12 Alkitab bercerita tentang manusia yang tidak setia, bahkan yang fasik, dan apa yang menimpa mereka. Dalam catatan-catatan tersebut, sifat-sifat yang tidak benar tercermin dalam tindakan sehingga kita lebih mudah mengerti. Misalnya, sehubungan dengan menentang ketidakloyalan, apakah ada perintah yang lebih ampuh daripada contoh hidup sifat ini dalam diri Yudas sewaktu dia menjalankan rencananya untuk mengkhianati Yesus? (Matius 26:14-16, 46-50; 27:3-10) Catatan seperti itu menyentuh hati kita dengan lebih efektif, membantu kita mengenali dan membuang tabiat yang sangat buruk.

      13. Dengan cara apa Alkitab membantu kita memahami sifat-sifat yang menarik?

      13 Alkitab juga menceritakan banyak hamba Allah yang setia. Kita membaca tentang pengabdian dan keloyalan mereka. Kita melihat contoh-contoh nyata berkenaan dengan sifat-sifat yang perlu kita pupuk agar dapat mendekat kepada Allah. Sebagai contoh, iman. Alkitab mendefinisikan iman dan memberi tahu kita betapa pentingnya sifat itu jika kita ingin menyenangkan Allah. (Ibrani 11:1, 6) Namun, Alkitab juga berisi contoh-contoh hidup mengenai menjalankan iman. Pikirkanlah iman yang Abraham tunjukkan sewaktu dia berupaya mempersembahkan Ishak. (Kejadian, pasal 22; Ibrani 11:17-19) Melalui catatan seperti itu, kata ”iman” menjadi lebih bermakna dan lebih mudah dipahami. Alangkah bijaksananya Yehuwa yang tidak hanya menasihati kita untuk memupuk sifat-sifat yang benar tetapi juga memberikan banyak contoh tentang bagaimana sifat-sifat itu diperlihatkan!

      14, 15. Apa yang Alkitab ceritakan kepada kita tentang seorang wanita yang datang ke bait, dan apa yang kita pelajari tentang Yehuwa dari kisah ini?

      14 Kisah-kisah nyata yang terdapat dalam Alkitab sering kali mengajarkan sesuatu kepada kita tentang pribadi macam apa Yehuwa itu. Perhatikanlah apa yang kita baca tentang seorang wanita yang Yesus amati di bait. Sambil duduk di dekat tempat sumbangan, Yesus mengamati orang-orang yang menjatuhkan sumbangan mereka. Banyak orang kaya datang, memberi ”dari kelebihan harta mereka”. Tetapi, tatapan Yesus terfokus pada seorang janda miskin. Pemberiannya terdiri atas ”dua uang logam yang nilainya sangat kecil”.b Itu adalah uangnya yang terakhir. Yesus, yang dengan sempurna mencerminkan pikiran Yehuwa dalam segala hal, mengatakan, ”Janda miskin ini memasukkan lebih banyak daripada semua orang lain yang memasukkan uang ke kotak sumbangan.” Menurut kata-kata itu, sang janda memasukkan lebih banyak daripada total pemberian orang-orang lainnya.​—Markus 12:41-44; Lukas 21:1-4; Yohanes 8:28.

      15 Tidakkah sangat penting artinya bahwa dari sekian banyak orang yang datang ke bait pada hari itu, janda inilah yang dipilih dan disebutkan di dalam Alkitab? Melalui contoh ini, Yehuwa mengajar kita bahwa Dia adalah Allah yang penuh penghargaan. Dia senang menerima pemberian kita yang sepenuh jiwa, tidak soal bagaimana perbandingannya dengan apa yang orang lain dapat berikan. Yehuwa pasti tahu bahwa inilah cara terbaik untuk mengajarkan kebenaran yang menghangatkan hati ini kepada kita!

      Apa yang Tidak Dicatat dalam Alkitab

      16, 17. Bagaimana hikmat Yehuwa terlihat bahkan pada apa yang Dia pilih untuk tidak dicatat dalam Firman-Nya?

      16 Sewaktu Saudara menulis surat kepada seseorang yang dikasihi, ada begitu banyak hal yang tidak dapat Saudara tuliskan. Jadi, Saudara dengan bijaksana memilih apa yang akan ditulis. Demikian pula, Yehuwa memilih untuk menyebutkan individu atau peristiwa tertentu dalam Firman-Nya. Namun, dalam catatan-catatan yang deskriptif itu, Alkitab tidak selalu menjabarkan semua perinciannya. (Yohanes 21:25) Misalnya, sewaktu Alkitab menceritakan penghakiman oleh Allah, informasi yang diberikan bisa jadi tidak menjawab semua pertanyaan kita. Hikmat Yehuwa terlihat bahkan pada apa yang Dia pilih untuk tidak dicatat dalam Firman-Nya. Bagaimana mungkin?

      17 Cara Alkitab ditulis berguna untuk menguji apa yang ada dalam hati kita. Ibrani 4:12 berkata, ”Firman [atau, pesan] Allah itu hidup dan penuh kuasa, lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun, bisa menusuk sampai memisahkan jiwa dan roh . . . dan bisa mengenali pikiran dan niat hati.” Pesan Alkitab menusuk jauh ke dalam, menyingkapkan cara berpikir dan motif-motif kita yang sesungguhnya. Mereka yang membacanya dengan hati yang kritis sering kali tersandung oleh catatan-catatan yang tidak berisi cukup informasi untuk memuaskan diri mereka. Orang-orang demikian bisa jadi bahkan mempertanyakan apakah Yehuwa benar-benar pengasih, berhikmat, dan adil.

      18, 19. (a) Mengapa kita hendaknya tidak terganggu jika catatan tertentu dalam Alkitab menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat segera kita temukan jawabannya? (b) Apa yang dibutuhkan untuk memahami Firman Allah, dan bagaimana hal itu membuktikan besarnya hikmat Yehuwa?

      18 Sebaliknya, sewaktu mempelajari Alkitab dengan saksama dan dengan hati yang tulus, kita belajar mengenai Yehuwa dalam konteks gambaran Alkitab secara keseluruhan tentang diri-Nya. Oleh karena itu, kita tidak akan terganggu jika catatan tertentu menimbulkan beberapa pertanyaan yang tidak dapat segera kita temukan jawabannya. Sebagai ilustrasi: Sewaktu menyatukan sebuah teka-teki gambar yang besar, kita mungkin pada awalnya tidak dapat menemukan potongan tertentu atau kita tidak dapat melihat bagaimana potongan tertentu cocok untuk digabungkan dengan potongan lainnya. Namun, potongan-potongan yang telah kita susun mungkin sudah cukup untuk membuat kita mengerti seperti apa gambar lengkapnya. Demikian pula, sewaktu kita mempelajari Alkitab, sedikit demi sedikit kita mengetahui seperti apa Allah Yehuwa itu, dan gambaran yang jelas pun muncul. Kalaupun pada awalnya kita tidak dapat memahami catatan tertentu atau tidak dapat melihat bagaimana catatan itu cocok dengan kepribadian Allah, pelajaran Alkitab kita telah lebih dari cukup mengajar kita tentang Yehuwa sehingga kita dapat melihat bahwa Dia pasti adalah Allah yang pengasih dan adil.

      19 Jadi, untuk memahami Firman Allah, kita harus membaca dan mempelajarinya dengan hati yang tulus dan pikiran yang terbuka. Bukankah hal itu membuktikan besarnya hikmat yang Yehuwa miliki? Manusia yang cerdas dapat menulis buku yang hanya dapat dipahami oleh ”orang yang berhikmat dan cerdas”. Tetapi, untuk mengarang sebuah buku yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki motivasi hati yang benar—itu butuh hikmat Allah!​—Matius 11:25.

      Buku yang Berisi Hikmat

      20. Mengapa hanya Yehuwa yang dapat memberi tahu kita cara terbaik untuk menjalani hidup, dan apa yang terdapat dalam Alkitab yang bisa membantu kita?

      20 Dalam Firman-Nya, Yehuwa memberi tahu kita cara terbaik untuk menjalani hidup. Sebagai Pencipta kita, Dia mengetahui kebutuhan kita lebih baik daripada kita sendiri. Dan, kebutuhan dasar manusia—termasuk hasrat untuk mendapatkan kasih sayang, untuk berbahagia, dan untuk menyukseskan suatu hubungan—tetap sama. Alkitab sarat dengan hikmat yang dapat membantu kita menempuh kehidupan yang penuh arti. (Amsal 2:7) Tiap bagian dari alat bantu pengajaran ini berisi sebuah pasal yang menunjukkan bagaimana kita dapat menerapkan nasihat Alkitab yang bijaksana, tetapi di pasal ini, marilah kita perhatikan satu contoh saja.

      21-23. Nasihat bijaksana apa yang dapat membantu kita untuk tidak memendam kemarahan dan kekesalan?

      21 Pernahkah Saudara memperhatikan bahwa orang-orang yang menyimpan dendam dan yang memendam kekesalan sering kali pada akhirnya menyakiti diri mereka sendiri? Kekesalan adalah beban yang sangat berat untuk dipikul dalam kehidupan. Jika kita memupuknya, perasaan itu akan menggerogoti pikiran kita, merampas kedamaian kita, dan memadamkan sukacita kita. Penelitian ilmiah memperkirakan bahwa memendam kemarahan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan banyak penyakit kronis lainnya. Lama sebelum penelitian ilmiah semacam itu dilakukan, Alkitab dengan bijaksana berkata, ”Jauhi kemarahan dan tinggalkan panas hati.” (Mazmur 37:8) Namun, bagaimana kita dapat melakukannya?

      22 Firman Allah memberikan nasihat yang bijaksana ini, ”Pemahaman seseorang pasti membuatnya tidak cepat marah, dan dia akan dipuji kalau mengabaikan kesalahan.” (Amsal 19:11) Pemahaman adalah kesanggupan untuk melihat apa yang ada di balik permukaan, untuk melihat apa yang ada di balik penampilan luar. Pemahaman memupuk pengertian, karena pemahaman dapat membantu kita mengerti mengapa orang lain berbicara atau bertindak dengan cara tertentu. Dengan berupaya memahami motif-motifnya, perasaannya, dan keadaannya yang sebenarnya, kita terbantu untuk menyingkirkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif terhadap orang tersebut.

      23 Alkitab berisi sebuah nasihat lebih jauh ini, ”Tetap bersabar satu sama lain dan saling memaafkan dengan tulus.” (Kolose 3:13) Pernyataan ”tetap bersabar satu sama lain” menganjurkan kita untuk sabar terhadap orang lain, menoleransi tabiat yang mungkin menjengkelkan kita. Kesabaran demikian dapat membantu kita untuk tidak memupuk kekesalan-kekesalan kecil. ”Memaafkan” mengandung gagasan membiarkan sakit hati berlalu. Allah kita yang bijaksana tahu bahwa kita perlu mengampuni orang lain jika ada dasar yang tepat untuk melakukannya. Hal itu tidak hanya demi manfaat mereka tetapi juga demi kedamaian pikiran dan hati kita sendiri. (Lukas 17:3, 4) Sungguh luar biasa hikmat yang terdapat dalam Firman Allah!

      24. Apa hasilnya jika kita menyelaraskan kehidupan kita dengan hikmat ilahi?

      24 Karena tergerak oleh kasih-Nya yang berlimpah, Yehuwa ingin berkomunikasi dengan kita. Dia memilih cara yang terbaik—sepucuk ”surat” yang ditulis oleh manusia-manusia di bawah bimbingan kuasa kudus. Hasilnya, hikmat Yehuwa tertuang ke dalam halaman-halaman surat tersebut. Hikmat ini ”sungguh dapat dipercaya”. (Mazmur 93:5) Seraya menyelaraskan kehidupan kita dengan hikmat itu dan seraya membagikannya kepada orang lain, kita dengan sendirinya akan dekat dengan Allah kita yang mahabijaksana. Di pasal berikut, kita akan membahas contoh lainnya yang menonjol sehubungan dengan hikmat Yehuwa yang berpandangan jauh: kesanggupan-Nya untuk menubuatkan masa depan dan untuk menggenapi tujuan-Nya.

      a Sebagai contoh, Daud, yang sebelumnya adalah seorang gembala, menggunakan contoh-contoh yang diambil dari kehidupan seorang gembala. (Mazmur 23) Matius, yang dulunya adalah seorang pemungut pajak, membuat banyak sekali referensi yang berhubungan dengan angka dan nilai uang. (Matius 17:27; 26:15; 27:3) Lukas, yang adalah seorang dokter, menggunakan kata-kata yang menunjukkan latar belakang medisnya.​—Lukas 4:38; 14:2; 16:20.

      b Uang logam ini masing-masing bernilai satu lepton, uang logam Yahudi yang paling kecil dalam peredaran saat itu. Dua lepton sama dengan 1/64 upah sehari. Dua uang logam ini bahkan tidak cukup untuk membeli seekor burung pipit, burung termurah yang dijadikan makanan oleh orang miskin.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Amsal 2:1-6 Upaya apa yang dibutuhkan untuk memperoleh hikmat yang terdapat dalam Firman Allah?

      • Amsal 2:10-22 Apa saja manfaatnya jika kita menyelaraskan kehidupan kita dengan nasihat yang bijaksana dari Alkitab?

      • Roma 7:15-25 Bagaimana ayat-ayat ini memberikan gambaran tentang betapa berhikmatnya menggunakan manusia untuk menulis Firman Allah?

      • 1 Korintus 10:6-12 Hikmah apa yang dapat kita peroleh dari contoh peringatan Alkitab sehubungan dengan Israel?

  • ”Hikmat Allah, yang Tersembunyi dalam Suatu Rahasia Suci”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Abraham menatap langit yang penuh bintang.

      PASAL 19

      ”Hikmat Allah, yang Tersembunyi dalam Suatu Rahasia Suci”

      1, 2. ”Rahasia suci” apa yang hendaknya menarik minat kita, dan mengapa?

      RAHASIA! Karena rahasia membangkitkan rasa ingin tahu, memikat, dan membingungkan, manusia sering kali sulit untuk menyimpannya. Akan tetapi, Alkitab mengatakan, ”Allah dimuliakan karena merahasiakan suatu masalah.” (Amsal 25:2) Ya, sebagai Penguasa yang Berdaulat dan Pencipta, Yehuwa berhak merahasiakan beberapa hal dari umat manusia sampai waktu yang Dia tentukan untuk menyingkapkannya tiba.

      2 Akan tetapi, ada sebuah rahasia yang memikat dan membangkitkan rasa ingin tahu yang telah Yehuwa singkapkan dalam Firman-Nya. Rahasia itu disebut ”rahasia suci tentang kehendak [Allah]”. (Efesus 1:9) Mempelajarinya bukan hanya dapat memuaskan keingintahuan Saudara. Pengetahuan akan rahasia ini dapat membimbing kepada keselamatan dan dapat memberi Saudara sekilas pandang mengenai hikmat Yehuwa yang tidak terduga dalamnya.

      Disingkapkan Secara Progresif

      3, 4. Bagaimana nubuat yang dicatat di Kejadian 3:15 memberikan harapan, dan apa misteri, atau ”rahasia suci”, yang terkandung di dalamnya?

      3 Sewaktu Adam dan Hawa berdosa, tujuan Yehuwa untuk mewujudkan suatu firdaus di bumi yang dihuni oleh manusia yang sempurna seolah-olah berhasil digagalkan. Namun, Allah segera menangani masalah tersebut. Dia berkata, ”Aku akan membuat kamu dan wanita itu bermusuhan, begitu juga keturunanmu dan keturunannya. Dia akan menghancurkan kepalamu, dan kamu akan melukai tumitnya.”​—Kejadian 3:15.

      4 Kata-kata tersebut penuh teka-teki dan misterius. Siapa gerangan wanita itu? Siapakah si ular? Siapakah ’keturunan’ yang akan menghancurkan kepala si ular? Adam dan Hawa hanya bisa menebak. Akan tetapi, firman Allah memberikan harapan kepada semua keturunan yang setia dari pasangan yang tidak setia tersebut. Kebenaran akan berkemenangan. Tujuan Yehuwa akan menjadi kenyataan. Tetapi, bagaimana? Oh, itu suatu misteri! Alkitab menyebutnya sebagai ”hikmat Allah, yang tersembunyi dalam suatu rahasia suci”.​—1 Korintus 2:7.

      5. Ilustrasikan alasan Yehuwa menyingkapkan rahasia-Nya secara progresif.

      5 Sebagai ”Pengungkap rahasia”, Yehuwa akhirnya akan menyingkapkan perincian yang relevan dengan penggenapan rahasia tersebut. (Daniel 2:28) Namun, Dia akan melakukannya secara bertahap, secara progresif. Sebagai ilustrasi, kita mungkin membayangkan bagaimana tanggapan seorang ayah yang pengasih sewaktu putranya yang masih kecil bertanya, ”Pa, bagaimana sih aku bisa lahir?” Seorang ayah yang bijaksana hanya akan memberikan sejumlah informasi yang dapat dipahami sang bocah. Seraya anak itu bertambah besar, sang ayah akan memberi tahu dia lebih banyak hal. Dengan cara yang sama, Yehuwa menentukan kapan umat-Nya siap mendapatkan penyingkapan tentang kehendak dan tujuan-Nya.​—Amsal 4:18; Daniel 12:4.

      6. (a) Apa tujuan sebuah perjanjian, atau kontrak? (b) Mengapa merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa Yehuwa mau memprakarsai perjanjian-perjanjian dengan manusia?

      6 Bagaimana Yehuwa membuat penyingkapan seperti itu? Dia menggunakan serangkaian perjanjian, atau kontrak, untuk menyingkapkan banyak hal. Kemungkinan besar, Saudara pernah terikat kontrak tertentu—barangkali untuk membeli sebuah rumah atau untuk meminjam atau meminjamkan uang. Kontrak tersebut memberikan jaminan hukum bahwa syarat-syarat yang telah disepakati akan dipenuhi. Namun, mengapa Yehuwa perlu membuat perjanjian, atau kontrak, resmi dengan manusia? Firman-Nya pasti merupakan jaminan yang memadai untuk janji-janji-Nya. Hal itu memang benar, tetapi bahkan dalam beberapa kesempatan, Allah dengan baik hati telah mendukung perkataan-Nya dengan sejumlah kontrak hukum. Kesepakatan-kesepakatan yang bersifat mengikat tersebut memberi kita, manusia yang tak sempurna, dasar yang lebih kuat lagi untuk memercayai janji-janji Yehuwa.​—Ibrani 6:16-18.

      Perjanjian dengan Abraham

      7, 8. (a) Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan Abraham, yang memancarkan terang apa bagi rahasia suci? (b) Bagaimana Yehuwa secara progresif mempersempit garis keturunan yang mengarah kepada keturunan yang dijanjikan?

      7 Lebih dari dua ribu tahun setelah manusia diusir dari Firdaus, Yehuwa berkata kepada hamba-Nya yang setia Abraham, ”Aku pasti akan membuat keturunanmu sangat banyak, sebanyak bintang di langit . . . Melalui keturunanmu, semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena kamu sudah mendengarkan kata-kata-Ku.” (Kejadian 22:17, 18) Perkataan tersebut bukan sekadar janji; Yehuwa merumuskannya dalam bentuk perjanjian hukum dan mendukungnya dengan sumpah-Nya yang tak akan Dia ingkari. (Kejadian 17:1, 2; Ibrani 6:13-15) Sungguh luar biasa fakta bahwa Tuan Yang Mahatinggi benar-benar mengadakan kontrak untuk memberkati umat manusia!

      ”Aku . . . akan membuat keturunanmu sangat banyak, sebanyak bintang di langit”

      8 Perjanjian Abraham menyingkapkan bahwa keturunan yang dijanjikan tersebut akan datang sebagai manusia, karena dia akan berasal dari keturunan Abraham. Namun, siapakah dia? Pada waktunya, Yehuwa menyingkapkan bahwa di antara putra-putra Abraham, Ishak-lah yang akan menjadi nenek moyang keturunan tersebut. Di antara kedua putra Ishak, Yakub-lah yang dipilih. (Kejadian 21:12; 28:13, 14) Belakangan, Yakub mengucapkan kata-kata nubuat ini kepada salah seorang dari ke-12 putranya, ”Tongkat kerajaan tidak akan diambil dari Yehuda, ataupun tongkat kekuasaan dari antara kakinya, sampai Syilo [atau, ”Dia yang Memiliki”, catatan kaki] datang, dan kepadanya bangsa-bangsa akan taat.” (Kejadian 49:10) Dengan demikian, tersingkaplah bahwa keturunan tersebut akan menjadi seorang raja, keturunan Yehuda!

      Perjanjian dengan Israel

      9, 10. (a) Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan bangsa Israel, dan perlindungan macam apa yang disediakan oleh perjanjian tersebut? (b) Bagaimana Hukum mempertunjukkan bahwa umat manusia membutuhkan tebusan?

      9 Pada tahun 1513 SM, Yehuwa membuat suatu penyelenggaraan yang mempersiapkan jalan bagi penyingkapan lebih lanjut berkenaan dengan rahasia suci. Dia mengikat perjanjian dengan keturunan Abraham, bangsa Israel. Meskipun sekarang tidak berlaku lagi, perjanjian Hukum Musa tersebut merupakan bagian penting dalam tujuan Yehuwa untuk menghasilkan keturunan yang dijanjikan. Mengapa demikian? Perhatikan tiga cara berikut ini. Pertama-tama, Hukum tersebut bagaikan tembok pelindung. (Efesus 2:14) Ketetapan-ketetapannya yang adil dan benar berfungsi sebagai pemisah antara orang Yahudi dan yang bukan Yahudi. Dengan demikian, Hukum membantu melindungi garis keturunan yang mengarah kepada keturunan yang dijanjikan. Syukur yang sebesar-besarnya atas perlindungan semacam itu, bangsa Israel masih ada ketika tiba waktu yang Allah tentukan bagi sang Mesias untuk dilahirkan dari suku Yehuda.

      10 Kedua, Hukum benar-benar mempertunjukkan bahwa umat manusia membutuhkan tebusan. Karena sempurna, Hukum tersebut memperlihatkan ketidaksanggupan manusia yang berdosa untuk berpaut erat padanya. Oleh karena itu, Hukum ”menunjukkan adanya pelanggaran, dan berlaku sampai keturunan yang menerima janji itu datang”. (Galatia 3:19) Melalui korban-korban binatang, Hukum memberikan pendamaian dosa yang sifatnya sementara. Namun, seperti yang Paulus tulis, karena ”darah sapi jantan dan darah kambing tidak mungkin bisa menghapus dosa”, korban-korban tersebut hanyalah gambaran pendahuluan untuk korban tebusan Kristus. (Ibrani 10:1-4) Jadi, bagi orang Yahudi yang setia, perjanjian tersebut menjadi ’pembimbing yang menuntun kepada Kristus’.​—Galatia 3:24.

      11. Perjanjian Hukum mengulurkan prospek yang gemilang apa kepada Israel, tetapi mengapa bangsa tersebut secara keseluruhan kehilangan prospek tersebut?

      11 Ketiga, perjanjian tersebut mengulurkan suatu prospek yang gemilang kepada bangsa Israel. Yehuwa memberi tahu mereka bahwa jika mereka terbukti setia terhadap perjanjian tersebut, mereka akan menjadi ”kerajaan yang dipimpin para imam dan menjadi bangsa yang suci”. (Keluaran 19:5, 6) Pada akhirnya, anggota-anggota pertama kerajaan imam surgawi berasal dari Israel jasmani. Akan tetapi, secara keseluruhan, Israel memberontak terhadap perjanjian Hukum, menolak Mesias, dan kehilangan prospek tersebut. Jadi, siapa yang akan melengkapi kerajaan imam? Dan, apa kaitan bangsa yang diberkati tersebut dengan keturunan yang dijanjikan? Aspek-aspek rahasia suci tersebut akan disingkapkan pada waktu yang Allah tentukan.

      Perjanjian Kerajaan Daud

      12. Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan Daud, dan terang apa yang dipancarkannya berkenaan dengan rahasia suci Allah?

      12 Pada abad ke-11 SM, Yehuwa memancarkan terang lebih lanjut berkenaan dengan rahasia suci sewaktu Dia mengadakan perjanjian lain. Dia berjanji kepada Raja Daud yang setia, ”Aku akan mengangkat keturunanmu, . . . dan Aku akan membuat kerajaannya kokoh. . . . Aku akan membuat takhta kerajaannya kokoh selamanya.” (2 Samuel 7:12, 13; Mazmur 89:3) Jadi, silsilah keturunan yang dijanjikan telah dipersempit pada keturunan Daud. Tetapi, dapatkah seorang manusia biasa memerintah selamanya? (Mazmur 89:20, 29, 34-36) Dan, dapatkah raja manusia tersebut menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kematian?

      13, 14. (a) Menurut Mazmur 110, apa yang Yehuwa janjikan kepada Raja yang diurapi-Nya? (b) Penyingkapan lebih lanjut apa sehubungan dengan keturunan yang akan datang diberikan melalui nabi-nabi Yehuwa?

      13 Di bawah ilham, Daud menulis, ”Yehuwa berkata kepada Tuanku, ’Duduklah di sebelah kanan-Ku sampai Aku menjadikan musuh-musuhmu tumpuan kakimu.’ Yehuwa telah bersumpah, dan Dia tidak akan berubah pikiran, ’Kamu adalah imam selamanya seperti Melkhizedek!’” (Mazmur 110:1, 4) Kata-kata Daud ditujukan secara langsung kepada keturunan yang dijanjikan, atau Mesias. (Kisah 2:35, 36) Raja ini akan memerintah, bukan dari Yerusalem, melainkan dari surga di ’sebelah kanan’ Yehuwa. Dengan demikian, dia diberi wewenang, tidak hanya atas negeri Israel, tetapi atas seluruh bumi. (Mazmur 2:6-8) Di sini, ada aspek lain yang tersingkap. Perhatikan bahwa Yehuwa mengucapkan suatu sumpah yang khidmat bahwa sang Mesias akan menjadi seorang ”imam . . . seperti Melkhizedek”. Seperti halnya Melkhizedek, yang melayani sebagai raja-imam pada zaman Abraham, keturunan yang akan datang tersebut diangkat langsung oleh Allah untuk melayani sebagai Raja dan Imam!​—Kejadian 14:17-20.

      14 Selama bertahun-tahun, Yehuwa menggunakan nabi-nabi-Nya untuk menyingkapkan rahasia suci-Nya lebih lanjut. Yesaya, misalnya, menyingkapkan bahwa sang keturunan akan mengalami kematian sebagai korban. (Yesaya 53:3-12) Mikha menubuatkan tempat kelahiran Mesias. (Mikha 5:2) Daniel bahkan menubuatkan kapan tepatnya keturunan tersebut akan tampil dan mati.​—Daniel 9:24-27.

      Rahasia Suci Tersingkap!

      15, 16. (a) Bagaimana Putra Yehuwa bisa sampai ”dilahirkan seorang wanita”? (b) Apa yang Yesus warisi dari kedua orang tua jasmaninya, dan kapan dia datang sebagai keturunan yang dijanjikan?

      15 Bagaimana penggenapan nubuat-nubuat tersebut tetap menjadi misteri sampai sang keturunan akhirnya muncul. Galatia 4:4 berkata, ”Setelah jangka waktu yang ditetapkan itu berakhir, Allah mengutus Putra-Nya, yang dilahirkan seorang wanita.” Pada tahun 2 SM, seorang malaikat memberi tahu seorang perawan Yahudi bernama Maria, ”Kamu akan hamil dan melahirkan anak laki-laki. Kamu harus menamai dia Yesus. Dia akan menjadi penting dan akan disebut Putra dari Yang Mahatinggi. Allah Yehuwa akan memberinya takhta Daud, leluhurnya . . . Kuasa kudus akan datang ke atasmu, dan kuasa Yang Mahatinggi akan menaungimu. Karena itu, anak yang akan lahir itu akan disebut kudus, Putra Allah.”​—Lukas 1:31, 32, 35.

      16 Belakangan, Yehuwa memindahkan kehidupan Putra-Nya dari surga ke rahim Maria, sehingga sang Putra dilahirkan seorang wanita. Maria adalah wanita yang tidak sempurna. Namun, Yesus tidak mewarisi ketidaksempurnaan darinya, karena dia adalah ”Putra Allah”. Pada waktu yang sama, sebagai keturunan Daud, kedua orang tua jasmani Yesus memberinya hak sebagai seorang ahli waris Daud, baik secara alami maupun secara hukum. (Kisah 13:22, 23) Ketika Yesus dibaptis pada tahun 29 M, Yehuwa mengurapi dia dengan kuasa kudus dan berkata, ”Inilah Putra-Ku, yang Kukasihi.” (Matius 3:16, 17) Akhirnya, keturunan itu datang! (Galatia 3:16) Tibalah waktunya untuk menyingkapkan lebih banyak hal tentang rahasia suci.​—2 Timotius 1:10.

      17. Bagaimana terang dipancarkan sehubungan dengan makna Kejadian 3:15?

      17 Selama pelayanannya, Yesus mengidentifikasi ular yang disebutkan di Kejadian 3:15 sebagai Setan dan keturunan ular sebagai para pengikut Setan. (Matius 23:33; Yohanes 8:44) Belakangan, tersingkaplah bagaimana mereka semua akan diremukkan untuk selama-lamanya. (Wahyu 20:1-3, 10, 15) Dan, sang wanita diidentifikasi sebagai ”Yerusalem yang di atas”, atau istri Allah—yaitu bagian organisasi Yehuwa yang ada di surga, yang terdiri atas makhluk-makhluk roh.a—Galatia 4:26; Wahyu 12:1-6.

      Perjanjian Baru

      18. Apa tujuan ”perjanjian baru”?

      18 Barangkali penyingkapan yang paling dramatis adalah yang terjadi pada malam sebelum kematian Yesus, ketika dia memberi tahu murid-muridnya yang setia tentang ”perjanjian baru”. (Lukas 22:20) Seperti pendahulunya, perjanjian Hukum Musa, perjanjian baru ini akan menghasilkan suatu ”kerajaan yang dipimpin para imam”. (Keluaran 19:6; 1 Petrus 2:9) Akan tetapi, perjanjian itu akan menghasilkan, bukan suatu bangsa jasmani, melainkan bangsa rohani, yaitu ”Israel milik Allah”, yang hanya terdiri dari para pengikut Kristus yang terurap dan setia. (Galatia 6:16) Pihak-pihak dalam perjanjian baru tersebut akan turut serta dengan Yesus dalam memberkati umat manusia!

      19. (a) Mengapa perjanjian baru bisa menghasilkan suatu ”kerajaan yang dipimpin para imam”? (b) Mengapa orang-orang Kristen terurap disebut ”ciptaan yang baru”, dan berapa orang yang akan melayani di surga bersama Kristus?

      19 Akan tetapi, mengapa perjanjian baru bisa menghasilkan suatu ”kerajaan yang dipimpin para imam” untuk memberkati umat manusia? Karena, ketimbang menghukum murid-murid Kristus sebagai pedosa, perjanjian itu memungkinkan pengampunan atas dosa-dosa mereka melalui korban Yesus. (Yeremia 31:31-34) Segera setelah mereka memperoleh kedudukan yang bersih di hadapan-Nya, Yehuwa mengangkat mereka menjadi anggota keluarga surgawi-Nya dan mengurapi mereka dengan kuasa kudus. (Roma 8:15-17; 2 Korintus 1:21) Dengan demikian, mereka ”dilahirkan lagi agar . . . memiliki harapan yang teguh”, yang ”disimpan di surga”. (1 Petrus 1:3, 4) Karena status yang ditinggikan tersebut sama sekali baru bagi umat manusia, orang-orang Kristen yang dilantik kuasa kudus disebut ”ciptaan yang baru”. (2 Korintus 5:17) Alkitab menyingkapkan bahwa 144.000 orang akhirnya akan bersama-sama memerintah dari surga atas umat manusia yang sudah ditebus.​—Wahyu 5:9, 10; 14:1-4.

      20. (a) Sehubungan dengan rahasia suci, penyingkapan apa yang dibuat pada tahun 36 M? (b) Siapa yang akan menikmati berkat-berkat yang dijanjikan kepada Abraham?

      20 Bersama Yesus, kaum terurap tersebut menjadi ”keturunan Abraham”.b (Galatia 3:29) Mereka yang pertama kali dipilih adalah orang Yahudi jasmani. Namun, pada tahun 36 M, aspek lain dari rahasia suci disingkapkan: Orang yang bukan Yahudi juga akan mendapat bagian dalam harapan surgawi. (Roma 9:6-8; 11:25, 26; Efesus 3:5, 6) Apakah orang-orang Kristen terurap adalah satu-satunya kelompok yang akan menikmati berkat-berkat yang dijanjikan kepada Abraham? Tidak, karena korban Yesus memberikan manfaat bagi seluruh dunia. (1 Yohanes 2:2) Pada akhirnya, Yehuwa menyingkapkan bahwa suatu ”kumpulan besar” yang tak terhitung banyaknya akan selamat melampaui akhir sistem Setan. (Wahyu 7:9, 14) Selain itu, sejumlah besar orang akan dibangkitkan dari kematian dengan prospek hidup selama-lamanya di Firdaus!​—Lukas 23:43; Yohanes 5:28, 29; Wahyu 20:11-15; 21:3, 4.

      Hikmat Allah dan Rahasia Suci

      21, 22. Bagaimana rahasia suci Yehuwa mempertunjukkan hikmat-Nya?

      21 Rahasia suci merupakan bukti yang mengagumkan akan ”hikmat Allah yang terlihat dalam berbagai hal”. (Efesus 3:8-10) Sungguh luar biasa hikmat yang Yehuwa perlihatkan dalam merumuskan rahasia ini, kemudian dalam menyingkapkannya dengan sangat bertahap! Dia dengan bijaksana mempertimbangkan keterbatasan manusia, membiarkan mereka memperlihatkan kondisi hati mereka yang sebenarnya.​—Mazmur 103:14.

      22 Yehuwa juga menunjukkan hikmat yang tiada bandingnya dalam memilih Yesus sebagai Raja. Putra Yehuwa lebih dapat dipercaya daripada makhluk lain mana pun di alam semesta. Dengan hidup sebagai seorang manusia darah dan daging, Yesus mengalami berbagai macam kesengsaraan. Dia mengetahui sepenuhnya problem-problem manusia. (Ibrani 5:7-9) Dan, bagaimana dengan rekan-rekan penguasa Yesus? Sepanjang sejarah, pria maupun wanita—yang dipilih dari segala ras, bahasa, dan latar belakang—telah diurapi. Pastilah, tidak ada problem yang belum dihadapi dan diatasi oleh mereka masing-masing. (Efesus 4:22-24) Hidup di bawah pemerintahan para raja-imam yang berbelaskasihan tersebut akan menyenangkan!

      23. Kehormatan apa yang dimiliki orang Kristen sehubungan dengan rahasia suci Yehuwa?

      23 Rasul Paulus menulis, ”Rahasia suci yang disembunyikan dari dunia di masa lalu dan dari generasi-generasi sebelumnya . . . sudah disingkapkan kepada orang-orang suci-Nya.” (Kolose 1:26) Ya, orang-orang kudus Yehuwa yang terurap telah banyak memahami rahasia suci, dan mereka membagikan pengetahuan tersebut kepada jutaan orang. Benar-benar kehormatan bagi kita semua! Yehuwa telah ”memberi tahu kita rahasia suci tentang kehendak-Nya”. (Efesus 1:9) Marilah kita membagikan rahasia yang menakjubkan ini kepada orang-orang lain, sekaligus membantu mereka meneliti hikmat Allah Yehuwa yang tidak terduga dalamnya!

      a ”Rahasia suci tentang pengabdian kepada Allah” juga tersingkap dalam diri Yesus. (1 Timotius 3:16) Sudah sekian lama ada suatu rahasia, suatu misteri, tentang apakah ada pribadi yang dapat mempertahankan integritas yang sempurna kepada Yehuwa. Yesus menyingkapkan jawabannya. Dia mempertahankan integritas di bawah setiap ujian yang Setan timpakan kepadanya.​—Matius 4:1-11; 27:26-50.

      b Yesus juga membuat ”perjanjian . . . untuk memerintah di suatu kerajaan” dengan kelompok yang sama. (Lukas 22:29, 30) Pada dasarnya, Yesus mengadakan kontrak dengan ”kawanan kecil” ini agar mereka memerintah bersama dia di surga sebagai bagian sekunder keturunan Abraham.​—Lukas 12:32.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Yohanes 16:7-12 Bagaimana Yesus meniru Bapaknya dalam menyingkapkan kebenaran secara bertahap?

      • 1 Korintus 2:6-16 Mengapa banyak orang tidak dapat memahami rahasia suci Yehuwa, dan bagaimana kita dapat mengerti rahasia itu?

      • Efesus 3:10 Kehormatan apa yang sekarang dimiliki orang Kristen sehubungan dengan rahasia suci Allah?

      • Ibrani 11:8-10 Bagaimana rahasia suci menopang iman orang-orang zaman dahulu, meski perinciannya tidak dimengerti?

  • ”Hati-Nya Bijaksana”—Tetapi Dia Rendah Hati
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang ayah duduk sejajar dengan anak laki-lakinya sambil menatapnya dengan penuh kasih sayang.

      PASAL 20

      ”Hati-Nya Bijaksana”​—Tetapi Dia Rendah Hati

      1-3. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa itu rendah hati?

      SEORANG ayah ingin memberikan pelajaran penting kepada anaknya yang masih kecil. Dia ingin sekali menyentuh hati anaknya. Pendekatan apa yang seharusnya dia gunakan? Haruskah dia berdiri tegak mengintimidasi anak itu dan menggunakan bahasa yang kasar? Atau, haruskah dia membungkuk hingga sejajar dengan sang anak lalu berbicara dengan cara yang lembut dan menyenangkan? Seorang ayah yang bijaksana dan rendah hati pasti akan memilih pendekatan yang lembut.

      2 Ayah macam apakah Yehuwa itu—sombong atau rendah hati, kasar atau lembut? Yehuwa itu mahatahu dan mahabijaksana. Namun, pernahkah Saudara memperhatikan bahwa pengetahuan dan kecerdasan tidak secara otomatis membuat orang menjadi rendah hati? Sebagaimana Alkitab katakan, ”pengetahuan bisa membuat orang menjadi sombong”. (1 Korintus 3:19; 8:1) Tetapi Yehuwa, yang ”hati-Nya bijaksana”, juga rendah hati. (Ayub 9:4) Bukan karena Yehuwa rendah kedudukannya atau kurang kemuliaannya, melainkan karena Dia tidak memiliki kesombongan. Mengapa demikian?

      3 Yehuwa itu kudus. Jadi kesombongan, suatu sifat yang menajiskan, tidak ada dalam diri-Nya. (Markus 7:20-22) Selanjutnya, perhatikan apa yang Nabi Yeremia katakan kepada Yehuwa, ”Engkau pasti ingat dan membungkuk untuk menolongku.”a (Ratapan 3:20) Bayangkan! Yehuwa, Tuan Yang Mahatinggi di alam semesta, bersedia ”membungkuk”, atau merendahkan diri agar sejajar dengan posisi Yeremia, supaya dapat memberikan perhatian khusus kepada manusia yang tidak sempurna tersebut. (Mazmur 113:7) Ya, Yehuwa itu rendah hati. Namun, apa yang tercakup dalam kerendahan hati ilahi? Bagaimana sifat itu berhubungan dengan hikmat? Dan, mengapa hal itu penting bagi kita?

      Bagaimana Yehuwa Terbukti Rendah Hati

      4, 5. (a) Apa kerendahan hati itu, bagaimana sifat ini diperlihatkan, dan mengapa sifat ini hendaknya tidak disalahartikan sebagai kelemahan atau sifat pengecut? (b) Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kerendahan hati sewaktu berurusan dengan Daud, dan seberapa pentingkah kerendahan hati Yehuwa bagi kita?

      4 Rendah hati berarti tidak arogan dan tidak sombong. Kerendahan hati adalah suatu sifat batin dan bisa terlihat dari berbagai perangai seperti kelembutan, kesabaran, dan sikap masuk akal. (Galatia 5:22, 23) Namun, sifat-sifat ilahi tersebut hendaknya jangan disalahartikan sebagai suatu kelemahan atau sifat pengecut. Sifat-sifat ilahi tersebut bukannya tidak sejalan dengan kemarahan Yehuwa yang benar atau penggunaan kuasa-Nya untuk membinasakan. Sebaliknya, melalui kerendahan hati dan kelembutan-Nya, Yehuwa mempertunjukkan kekuatan-Nya yang sangat besar, kuasa-Nya untuk mengendalikan diri-Nya dengan sempurna. (Yesaya 42:14) Bagaimana kerendahan hati berhubungan dengan hikmat? Sebuah karya referensi yang mengulas Alkitab mengomentari, ”Kerendahan hati akhirnya didefinisikan . . . dalam hubungannya dengan sifat tidak mementingkan diri dan merupakan dasar yang sangat penting bagi segala hikmat.” Jadi, hikmat yang sejati tidak dapat dipisahkan dari kerendahan hati. Bagaimana kerendahan hati Yehuwa membawa manfaat bagi kita?

      Seorang ayah yang bijaksana memperlakukan anak-anaknya dengan rendah hati dan lembut

      5 Raja Daud bernyanyi bagi Yehuwa, ”Engkau memberiku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku, dan kerendahan hati-Mu membuatku mulia.” (Mazmur 18:35) Yehuwa seolah-olah membungkuk agar dapat berurusan dengan manusia yang tak sempurna tersebut, melindungi dan memeliharanya dari hari ke hari. Daud sadar bahwa jika dia ingin mendapatkan keselamatan—dan bahkan, pada akhirnya, memperoleh kebesaran sebagai seorang raja—hal itu akan terjadi hanya karena Yehuwa rela merendahkan diri-Nya dengan cara demikian. Ya, siapa di antara kita yang akan memiliki harapan keselamatan jika Yehuwa tidak rendah hati, rela membungkuk agar dapat berurusan dengan kita sebagai Bapak yang lembut dan pengasih?

      6, 7. (a) Mengapa Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Yehuwa itu sadar diri? (b) Apa hubungan antara kelembutan dan hikmat, dan siapa yang memberikan teladan terbesar berkenaan dengan hal ini?

      6 Penting untuk diperhatikan bahwa ada perbedaan antara rendah hati dan sadar diri. Sadar diri adalah suatu sifat bagus yang perlu dipupuk oleh manusia yang setia. Sebagaimana kerendahan hati, sifat ini berhubungan dengan hikmat. Misalnya, Amsal 11:2 berkata, ”Hikmat ada pada orang yang sadar diri.” Akan tetapi, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Yehuwa itu sadar diri. Mengapa? Kata sadar diri, seperti yang digunakan dalam Alkitab, menyiratkan kesadaran yang patut akan keterbatasan seseorang. Yang Mahakuasa tidak memiliki keterbatasan apa pun kecuali keterbatasan yang Dia sendiri berlakukan ke atas diri-Nya demi standar-standar-Nya yang adil dan benar. (Markus 10:27; Titus 1:2) Lagi pula, sebagai Yang Mahatinggi, Dia bukan bawahan siapa pun. Jadi, konsep sadar diri memang tidak cocok untuk Yehuwa.

      7 Akan tetapi, Yehuwa itu rendah hati dan lembut. Dia mengajar hamba-hamba-Nya bahwa kelembutan sangat penting bagi hikmat yang sejati. Firman-Nya berbicara mengenai ”kelembutan yang berasal dari hikmat”.b (Yakobus 3:13) Perhatikan teladan Yehuwa sehubungan dengan hal ini.

      Yehuwa dengan Rendah Hati Mendelegasikan dan Mendengarkan

      8-10. (a) Mengapa fakta bahwa Yehuwa memperlihatkan kerelaan untuk mendelegasikan dan mendengarkan sangatlah mengagumkan? (b) Bagaimana Yang Mahakuasa menunjukkan kerendahan hati sewaktu berurusan dengan para malaikat-Nya?

      8 Ada bukti yang menghangatkan hati tentang kerendahan hati Yehuwa dalam hal kerelaan-Nya untuk mendelegasikan tanggung jawab dan mendengarkan. Fakta bahwa Dia memang demikian sangatlah mengagumkan; Yehuwa tidak memerlukan bantuan atau nasihat apa pun. (Yesaya 40:13, 14; Roma 11:34, 35) Meskipun demikian, Alkitab berulang kali menunjukkan kepada kita bahwa Yehuwa merendahkan diri-Nya dengan cara-cara seperti itu.

      9 Sebagai contoh, perhatikan suatu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan Abraham. Abraham dikunjungi tiga orang tamu, salah satunya dia sapa sebagai ”Yehuwa”. Tamu-tamu tersebut sebenarnya adalah malaikat, tetapi salah seorang dari mereka datang dan bertindak atas nama Yehuwa. Sewaktu malaikat tersebut berbicara dan bertindak, sebenarnya Yehuwa sendirilah yang berbicara dan bertindak. Dengan cara ini, Yehuwa memberi tahu Abraham bahwa Dia telah mendengar ”banyak keluhan tentang Sodom dan Gomora”. Yehuwa menyatakan, ”Aku akan turun untuk mencari tahu apakah perbuatan mereka memang seperti keluhan yang Aku dengar atau tidak.” (Kejadian 18:3, 20, 21) Tentu saja, pesan dari Yehuwa tersebut tidak berarti bahwa Yang Mahakuasa akan ”turun” secara pribadi. Sebaliknya, Dia sekali lagi mengutus malaikat untuk mewakili diri-Nya. (Kejadian 19:1) Mengapa? Apakah Yehuwa, yang mampu melihat segala sesuatu, tidak dapat ”mencari tahu” sendiri keadaan wilayah itu yang sebenarnya? Tentu saja Dia dapat. Meskipun demikian, dengan rendah hati Yehuwa menugasi para malaikat tersebut untuk menyelidiki keadaan serta mengunjungi Lot dan keluarganya di Sodom.

      10 Selain itu, Yehuwa mendengarkan. Dia pernah meminta para malaikat-Nya untuk menyampaikan saran tentang berbagai cara untuk menjatuhkan Raja Ahab yang fasik dari kedudukannya. Yehuwa sebenarnya tidak memerlukan bantuan demikian. Namun, Dia menerima saran dari salah satu malaikat dan menugasi dia untuk bertindak sesuai dengan sarannya itu. (1 Raja 22:19-22) Tidakkah itu rendah hati?

      11, 12. Bagaimana Abraham dapat memahami kerendahan hati Yehuwa?

      11 Yehuwa bahkan bersedia mendengarkan manusia yang tak sempurna yang ingin menyatakan keprihatinan mereka. Sebagai contoh, sewaktu Yehuwa pertama kali memberi tahu Abraham tentang niat-Nya untuk membinasakan Sodom dan Gomora, pria yang setia tersebut merasa heran. ”Mustahil Engkau seperti itu,” kata Abraham, kemudian menambahkan, ”Mana mungkin Hakim seluruh bumi berbuat tidak adil?” Dia bertanya apakah Yehuwa akan meluputkan kota-kota itu jika 50 orang benar dapat ditemukan di sana. Yehuwa meyakinkan Abraham bahwa Dia akan meluputkannya. Tetapi, Abraham bertanya lagi, mengurangi jumlahnya menjadi 45 orang, kemudian 40 orang, dan seterusnya. Walaupun Yehuwa memberikan jaminan, Abraham terus bertanya sampai jumlahnya tinggal sepuluh. Barangkali, Abraham belum sepenuhnya memahami betapa berbelaskasihannya Yehuwa itu. Bagaimanapun, Yehuwa dengan sabar dan rendah hati membiarkan Abraham, sahabat dan hamba-Nya itu, menyatakan keprihatinannya dengan cara ini.​—Kejadian 18:23-33.

      12 Berapa banyak manusia yang supercerdas dan terpelajar yang dengan sedemikian sabarnya mau mendengarkan seseorang yang kecerdasannya sangat jauh di bawah dia?c Seperti itulah kerendahan hati Allah kita. Dalam percakapan yang sama, Abraham juga melihat bahwa Yehuwa itu ”tidak cepat marah”. (Keluaran 34:6) Barangkali, karena sadar bahwa dia tidak berhak mempertanyakan perbuatan-perbuatan Yang Mahatinggi, Abraham dua kali memohon dengan sangat, ”Yehuwa, tolong jangan marah.” (Kejadian 18:30, 32) Tentu saja, Yehuwa tidak berbuat seperti itu. Dia benar-benar memiliki ”kelembutan yang berasal dari hikmat”.

      Yehuwa Itu Masuk Akal

      13. Apa arti ungkapan ”masuk akal” seperti yang digunakan dalam Alkitab, dan mengapa ungkapan itu dengan tepat menggambarkan Yehuwa?

      13 Kerendahan hati Yehuwa terlihat dalam sifat bagus lainnya—masuk akal. Sungguh menyedihkan, manusia yang tidak sempurna kurang memiliki sifat tersebut. Yehuwa tidak hanya bersedia mendengarkan makhluk-makhluk-Nya yang cerdas, tetapi Dia juga bersedia mengalah apabila tidak ada hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip-Nya yang adil dan benar. Seperti yang digunakan di dalam Alkitab, ungkapan ”masuk akal” secara harfiah berarti ”mengalah”. Sifat ini juga merupakan ciri khas hikmat ilahi. Yakobus 3:17 berkata, ’Hikmat dari atas membuat seseorang bersikap masuk akal.’ Dalam pengertian apa Yehuwa yang mahabijaksana bersifat masuk akal? Yaitu, Dia mudah menyesuaikan diri. Ingatlah, nama-Nya mengajar kita bahwa Yehuwa menjadi apa pun yang diperlukan guna memenuhi tujuan-Nya. (Keluaran 3:14) Bukankah hal itu menyiratkan semangat untuk menyesuaikan diri dan bersifat masuk akal?

      14, 15. Sehubungan dengan bagian organisasi Yehuwa yang ada di surga, apa yang dapat kita pelajari dari penglihatan Yehezkiel tentang kereta surgawi Yehuwa, dan bagaimana organisasi tersebut berbeda dengan organisasi duniawi?

      14 Ada bagian Alkitab yang patut mendapat perhatian karena membantu kita untuk mulai memahami sifat mudah menyesuaikan diri yang Yehuwa miliki. Nabi Yehezkiel diberi penglihatan tentang bagian organisasi Yehuwa yang ada di surga, yang terdiri atas makhluk-makhluk roh. Dia melihat sebuah kereta yang ukurannya menakjubkan, ”kendaraan” milik Yehuwa yang senantiasa berada di bawah kendali-Nya. Yang paling menarik adalah cara kendaraan itu bergerak. Roda-roda raksasanya memiliki empat sisi dan penuh dengan mata, sehingga roda-roda tersebut dapat melihat ke segala penjuru dan dapat mengubah haluan seketika itu juga, tanpa berhenti atau berbelok. Dan, kereta raksasa ini tidak perlu merayap seperti kendaraan berat buatan manusia. Kereta ini dapat melaju secepat kilat, bahkan berbelok dengan sudut 90 derajat! (Yehezkiel 1:1, 14-28) Ya, organisasi Yehuwa, seperti halnya Penguasa yang mahakuasa yang mengendalikannya, sangat mudah menyesuaikan diri dan tanggap terhadap berbagai situasi dan kebutuhan yang terus berubah yang harus dipenuhinya.

      15 Manusia hanya dapat mencoba meniru sikap menyesuaikan diri yang sempurna tersebut. Namun, manusia dan organisasinya lebih sering kaku ketimbang menyesuaikan diri, lebih sering tidak masuk akal ketimbang lentuk. Sebagai ilustrasi: sebuah kapal supertanker atau sebuah kereta barang mungkin mengagumkan dalam hal ukuran dan tenaganya. Tetapi, apakah ada di antara keduanya yang dapat menanggapi perubahan keadaan yang mendadak? Jika sebuah penghalang jatuh melintang di atas rel di depan sebuah kereta barang, memutar haluan adalah hal yang mustahil. Berhenti mendadak juga tidak gampang. Setelah direm, kereta barang yang berat masih bergerak sejauh hampir dua kilometer sebelum akhirnya berhenti! Demikian pula, kapal supertanker masih bergerak sejauh delapan kilometer setelah mesinnya dimatikan. Bahkan jika mesinnya disetel untuk mundur, tanker tersebut masih akan terus maju sejauh tiga kilometer! Demikian pula dengan organisasi manusia yang cenderung kaku dan tidak masuk akal. Karena angkuh, manusia sering kali menolak untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan keadaan yang berubah. Kekakuan semacam itu telah menyebabkan bangkrutnya perusahaan dan bahkan tumbangnya pemerintahan. (Amsal 16:18) Betapa berbahagianya kita karena Yehuwa maupun organisasi-Nya tidak seperti itu!

      Cara Yehuwa Mempertunjukkan Sikap Masuk Akal

      16. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan sikap masuk akal dalam memperlakukan Lot sebelum pembinasaan Sodom dan Gomora?

      16 Perhatikan kembali pembinasaan Sodom dan Gomora. Lot dan keluarganya menerima instruksi yang tegas dari malaikat Yehuwa, ”Larilah ke daerah pegunungan.” Akan tetapi, Lot berkeberatan. ”Jangan suruh aku ke sana, Yehuwa!” pintanya. Karena yakin bahwa dia akan mati jika dia harus lari ke pegunungan, Lot memohon agar dia dan keluarganya diperbolehkan lari ke kota Zoar yang letaknya tidak jauh dari situ. Sesungguhnya, Yehuwa berniat membinasakan kota tersebut. Selain itu, ketakutan Lot tidaklah beralasan. Yehuwa tentu dapat memelihara kehidupan Lot di pegunungan! Meskipun demikian, Yehuwa mengalah kepada permohonan Lot dan meluputkan Zoar. ”Baik, aku akan mengabulkan permintaanmu. Aku tidak akan menghancurkan kota yang kamu sebutkan itu,” kata malaikat itu kepada Lot. (Kejadian 19:17-22) Tidakkah Yehuwa menunjukkan sikap masuk akal dalam hal ini?

      17, 18. Sewaktu berurusan dengan orang Niniwe, bagaimana Yehuwa menunjukkan bahwa Dia masuk akal?

      17 Yehuwa juga menanggapi pertobatan yang sepenuh hati, selalu berbelaskasihan dan melakukan apa yang benar. Perhatikan apa yang terjadi ketika Nabi Yunus diutus ke kota Niniwe yang fasik dan penuh kekerasan. Ketika Yunus menjelajahi jalan-jalan Niniwe, berita terilham yang dia serukan cukup sederhana: Empat puluh hari lagi kota yang perkasa itu akan dibinasakan. Akan tetapi, keadaan berubah drastis. Orang Niniwe bertobat!​—Yunus, pasal 3.

      18 Kita dapat belajar sesuatu dari membandingkan reaksi Yehuwa dengan reaksi Yunus terhadap perubahan situasi tersebut. Dalam hal ini, Yehuwa menyesuaikan diri, menyebabkan diri-Nya menjadi Pengampun dosa bukannya ”pejuang yang perkasa”.d (Keluaran 15:3) Yunus, sebaliknya, tidak lentuk dan sangat tidak berbelaskasihan. Bukannya meniru sikap masuk akal Yehuwa, reaksinya lebih mirip dengan kereta barang atau kapal supertanker yang disebutkan sebelumnya. Dia telah menyerukan malapetaka, maka malapetakalah yang harus terjadi! Namun, dengan penuh kesabaran, Yehuwa memberi nabi yang tidak sabaran itu suatu pelajaran yang tak terlupakan sehubungan dengan sikap masuk akal dan belas kasihan.​—Yunus, pasal 4.

      Seorang saudara muda dengan senang hati membantu seorang saudara lansia dalam pengabaran.

      Yehuwa masuk akal dan memahami keterbatasan kita

      19. (a) Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa bersikap masuk akal berkenaan dengan apa yang Dia harapkan dari kita? (b) Bagaimana Amsal 19:17 menunjukkan bahwa Yehuwa adalah Majikan yang ”baik dan penuh pengertian” serta sangat rendah hati?

      19 Akhirnya, Yehuwa bersikap masuk akal berkenaan dengan apa yang Dia harapkan dari kita. Raja Daud berkata, ”Dia tahu betul bagaimana kita dibentuk, Dia ingat bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:14) Yehuwa memahami keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita lebih baik daripada kita sendiri. Dia tidak pernah mengharapkan dari kita lebih banyak daripada yang dapat kita lakukan. Alkitab mengontraskan majikan manusia yang ”baik dan penuh pengertian” dengan majikan yang ”sulit disenangkan”. (1 Petrus 2:18) Majikan macam apakah Yehuwa itu? Perhatikan apa yang Amsal 19:17 katakan, ”Orang yang berbuat baik kepada orang kecil memberikan pinjaman kepada Yehuwa.” Jelaslah, hanya majikan yang baik dan masuk akal yang akan memperhatikan setiap tindakan kebaikan hati yang ditunjukkan terhadap orang-orang kecil. Lebih dari itu, ayat tersebut memperlihatkan bahwa, sesungguhnya, Sang Pencipta alam semesta menganggap diri-Nya sebagai pribadi yang berutang kepada manusia yang memperlihatkan perbuatan belas kasihan demikian! Inilah pernyataan kerendahan hati yang paling besar.

      20. Apa jaminannya bahwa Yehuwa akan mendengarkan doa-doa kita dan menanggapinya?

      20 Sekarang, Yehuwa masih selembut dan semasuk akal itu dalam memperlakukan hamba-hamba-Nya. Apabila kita berdoa dengan iman, Dia mendengarkan. Dan, meskipun Dia tidak mengutus malaikat untuk berbicara kepada kita, kita hendaknya tidak menyimpulkan bahwa doa-doa kita tidak dijawab oleh-Nya. Ingatlah, sewaktu Rasul Paulus meminta rekan-rekan seimannya untuk ’terus berdoa’ agar dia dibebaskan dari penjara, dia menambahkan, ”Supaya saya bisa segera kembali kepada kalian.” (Ibrani 13:18, 19) Jadi, doa-doa kita bisa jadi menggerakkan Yehuwa untuk melakukan apa yang mungkin tidak akan Dia lakukan jika kita tidak memintanya!​—Yakobus 5:16.

      21. Kita hendaknya tidak pernah menarik kesimpulan apa berkenaan dengan kerendahan hati Yehuwa, tetapi sebaliknya, apa yang hendaknya kita hargai dari diri-Nya?

      21 Tentu saja, tak satu pun dari manifestasi kerendahan hati Yehuwa ini—kelembutan-Nya, kesediaan-Nya untuk mendengar, kesabaran-Nya, dan sikap masuk akal-Nya—yang menyiratkan bahwa Yehuwa mengkompromikan prinsip-prinsip-Nya yang adil dan benar. Para pemimpin agama yang mengaku Kristen mungkin berpikir bahwa mereka telah bersikap masuk akal sewaktu mereka menggelitik telinga kawanan mereka dengan mengencerkan standar-standar moral Yehuwa. (2 Timotius 4:3) Namun, kecenderungan manusia untuk berkompromi demi kenyamanan sesaat sama sekali tidak ada kaitannya dengan sikap masuk akal ilahi. Yehuwa itu kudus; Dia tidak akan pernah mencemari standar-standar-Nya yang benar. (Imamat 11:44) Jadi, marilah kita mengasihi sikap masuk akal Yehuwa ini karena sikap tersebut merupakan bukti kerendahan hati-Nya. Tidakkah Saudara tergetar sewaktu membayangkan bahwa Allah Yehuwa, Pribadi yang paling berhikmat di alam semesta, juga sangat rendah hati? Sungguh menyenangkan untuk mendekat kepada Allah yang dahsyat tetapi lembut, sabar, dan masuk akal ini!

      a Para penulis zaman dahulu, atau Soferim, melakukan perubahan sehingga ayat itu mengatakan bahwa Yeremia-lah, bukan Yehuwa, yang membungkuk. Tampaknya, mereka berpikir bahwa tidaklah pantas jika Allah dikatakan menunjukkan kerendahan hati seperti itu. Akibatnya, banyak terjemahan kehilangan tujuan dari ayat yang bagus ini. Akan tetapi, The New English Bible secara akurat menuliskan apa yang Yeremia katakan kepada Allah, ”Ingatlah, oh, ingatlah, dan membungkuklah kepadaku.”

      b Terjemahan-terjemahan lain berbunyi ”hikmat yang lahir dari kelemahlembutan” dan ”kelembutan yang adalah ciri khas hikmat”.

      c Sungguh menarik, Alkitab mengontraskan kesabaran dengan kesombongan. (Pengkhotbah 7:8) Kesabaran Yehuwa memberikan bukti lebih jauh berkenaan dengan kerendahan hati-Nya.​—2 Petrus 3:9.

      d Di Mazmur 86:5, Yehuwa dikatakan ”baik dan siap mengampuni”. Sewaktu mazmur tersebut dialihbahasakan ke bahasa Yunani, ungkapan ”siap mengampuni” diterjemahkan menjadi e·pi·ei·kesʹ, atau ”masuk akal”.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Keluaran 32:9-14 Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kerendahan hati sewaktu menanggapi permohonan Musa demi Israel?

      • Hakim 6:36-40 Bagaimana Yehuwa memperlihatkan kesabaran dan sikap masuk akal dalam mengabulkan permintaan Gideon?

      • Mazmur 113:1-9 Bagaimana Yehuwa terbukti rendah hati dalam memperlakukan manusia?

      • Lukas 1:46-55 Maria percaya bahwa Yehuwa memiliki pandangan apa terhadap orang-orang kecil dan rendah hati? Bagaimana pandangan-Nya bisa jadi memengaruhi kita?

  • Yesus Menyingkapkan ”Hikmat Allah”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yesus mengajar banyak orang.

      PASAL 21

      Yesus Menyingkapkan ”Hikmat Allah”

      1-3. Bagaimana tanggapan bekas tetangga-tetangga Yesus terhadap pengajarannya, dan apa yang gagal mereka pahami tentang dia?

      PARA pendengar terpana. Yesus yang masih muda berdiri di hadapan mereka di sinagoga dan mengajar. Dia tidak asing lagi bagi mereka—dia dibesarkan di kota mereka, dan selama bertahun-tahun bekerja di tengah-tengah mereka sebagai tukang kayu. Bisa jadi, beberapa dari mereka tinggal di rumah yang Yesus ikut bangun, atau mungkin mengolah tanah dengan bajak dan kuk buatan Yesus.a Tetapi, bagaimana tanggapan mereka terhadap pengajaran bekas tukang kayu tersebut?

      2 Sebagian besar pendengar heran, dan bertanya, ”Dari mana dia mendapat hikmat seperti ini?” Namun, mereka juga berkata, ”Bukankah dia tukang kayu itu, anak dari Maria?” (Matius 13:54-58; Markus 6:1-3) Sayang sekali, bekas tetangga-tetangga Yesus berpikir, ’Si tukang kayu ini berasal dari sini sama seperti kita.’ Meski ada hikmat dalam perkataannya, mereka menolak dia. Sedikit pun tidak terpikirkan oleh mereka bahwa hikmat yang dia bagikan bukanlah hikmatnya sendiri.

      3 Jadi, dari mana Yesus memperoleh hikmat tersebut? ”Yang saya ajarkan bukan ajaran saya sendiri,” katanya, ”tapi ajaran Dia yang mengutus saya.” (Yohanes 7:16) Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus ”menjadi bukti hikmat Allah bagi kita”. (1 Korintus 1:30) Hikmat Yehuwa disingkapkan melalui Putra-Nya, Yesus. Ya, demikianlah halnya sehingga Yesus dapat mengatakan, ”Saya dan Bapak adalah satu.” (Yohanes 10:30) Mari kita cermati tiga bidang yang di dalamnya Yesus memperlihatkan ”hikmat Allah”.

      Apa yang Dia Ajarkan

      4. (a) Apa tema berita Yesus, dan mengapa hal itu sangat penting? (b) Mengapa nasihat Yesus selalu praktis dan memberikan manfaat terbaik kepada para pendengarnya?

      4 Pertama-tama, perhatikan apa yang Yesus ajarkan. Tema beritanya adalah ”kabar baik tentang Kerajaan”. (Lukas 4:43) Hal itu sangat penting mengingat peran yang akan dijalankan oleh Kerajaan tersebut dalam menyucikan nama Yehuwa—termasuk membuktikan bahwa Dia berhak untuk memerintah—dan mendatangkan berkat-berkat yang langgeng bagi umat manusia. Melalui pengajarannya, Yesus juga memberikan nasihat yang bijaksana berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Dia terbukti sebagai ”Penasihat yang Hebat” yang dinubuatkan. (Yesaya 9:6) Ya, bagaimana mungkin nasihatnya tidak menakjubkan? Dia memiliki pengetahuan yang sangat dalam tentang Firman dan kehendak Allah, pengertian yang tajam tentang sifat bawaan manusia, dan kasih yang dalam terhadap umat manusia. Karena itu, nasihatnya selalu praktis dan memberikan manfaat terbaik kepada para pendengarnya. Yesus mengucapkan ’kata-kata yang menghasilkan kehidupan abadi’. Ya, jika diikuti, nasihatnya membimbing kepada keselamatan.​—Yohanes 6:68.

      5. Apa beberapa topik yang Yesus ulas dalam Khotbah di Gunung?

      5 Khotbah di Gunung adalah contoh yang menonjol tentang hikmat yang tiada bandingnya yang terdapat dalam ajaran-ajaran Yesus. Khotbah ini, seperti yang dicatat di Matius 5:3–7:27, tampaknya dapat disampaikan hanya dalam waktu 20 menit. Akan tetapi, nasihatnya tak terbatas oleh waktu—sampai sekarang nasihatnya masih serelevan ketika pertama kali disampaikan. Yesus mengulas berbagai macam topik, termasuk cara memperbaiki hubungan dengan orang lain (5:23-26, 38-42; 7:1-5, 12), cara menjaga diri tetap bersih secara moral (5:27-32), dan cara menjalani kehidupan yang bermakna (6:19-24; 7:24-27). Namun, Yesus bukan hanya memberi tahu para pendengarnya apa haluan hikmat itu; dia menunjukkannya dengan menjelaskan, bertukar pikiran, dan menyajikan bukti.

      6-8. (a) Alasan kuat apa saja yang Yesus berikan untuk menghindari kekhawatiran? (b) Apa yang menunjukkan bahwa nasihat Yesus mencerminkan hikmat yang datang dari atas?

      6 Sebagai contoh, perhatikan nasihat bijaksana yang Yesus berikan berkenaan dengan cara mengatasi kekhawatiran akan hal-hal materi, seperti yang dinyatakan di Matius pasal 6. ”Jangan lagi khawatir soal kehidupan kalian, tentang apa yang akan kalian makan atau apa yang akan kalian minum, ataupun soal tubuh kalian, tentang apa yang akan kalian pakai,” Yesus menasihati kita. (Ayat 25) Makanan dan pakaian adalah kebutuhan dasar, maka wajarlah jika kita prihatin akan pemenuhan kebutuhan tersebut. Namun, Yesus memberi tahu kita untuk ’jangan lagi mengkhawatirkan’ semuanya itu.b Mengapa?

      7 Dengarkanlah seraya Yesus memberikan penjelasan yang meyakinkan. Karena Yehuwa telah memberi kita kehidupan dan tubuh, bukankah Dia dapat menyediakan makanan untuk memelihara kehidupan itu dan pakaian untuk mendandani tubuh itu? (Ayat 25) Jika makanan bagi burung-burung saja Allah sediakan dan bunga-bunga Dia dandani dengan indahnya, terlebih lagi Dia akan memelihara manusia yang menyembah-Nya! (Ayat 26, 28-30) Ya, kekhawatiran yang berlebihan tidak ada gunanya. Kekhawatiran tidak dapat memperpanjang hidup kita sedikit pun.c (Ayat 27) Bagaimana kita dapat menghindari kekhawatiran? Yesus menasihati kita: Teruslah prioritaskan ibadah kepada Allah dalam kehidupan. Mereka yang menerapkannya dapat yakin bahwa semua kebutuhan sehari-hari ”akan diberikan” kepada mereka oleh Bapak surgawi mereka. (Ayat 33) Akhirnya, Yesus memberikan saran yang paling praktis—jalanilah hidup sehari demi sehari. Mengapa kekhawatiran hari ini harus ditambah dengan kekhawatiran hari esok? (Ayat 34) Lagi pula, mengapa terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang mungkin tidak akan pernah terjadi? Dengan menerapkan nasihat yang bijaksana demikian, kita dapat terhindar dari banyak dukacita dalam dunia yang penuh tekanan ini.

      8 Jelaslah, nasihat yang Yesus berikan masih berguna untuk sekarang, sama seperti sewaktu itu diberikan hampir 2.000 tahun yang lalu. Bukankah ini merupakan bukti hikmat yang datang dari atas? Nasihat yang terbaik pun dari para penasihat manusia cenderung menjadi ketinggalan zaman dan dalam waktu singkat direvisi atau diganti. Akan tetapi, ajaran Yesus tak lekang dimakan waktu. Hal ini hendaknya tidak mengejutkan kita, karena Penasihat yang Menakjubkan ini mengucapkan ”kata-kata Allah”.​—Yohanes 3:34.

      Cara Dia Mengajar

      9. Apa komentar beberapa prajurit tentang pengajaran Yesus, dan mengapa hal itu tidaklah dibesar-besarkan?

      9 Bidang kedua yang di dalamnya Yesus mencerminkan hikmat Allah adalah cara dia mengajar. Sekali peristiwa, beberapa prajurit yang diutus untuk menahan dia pulang dengan tangan hampa, dan mengatakan, ”Belum pernah ada orang yang berbicara seperti itu.” (Yohanes 7:45, 46) Komentar tersebut tidaklah dibesar-besarkan. Dari semua manusia yang pernah hidup, Yesus, yang berasal ”dari atas”, memiliki perbendaharaan pengetahuan dan pengalaman terbesar untuk ditimba. (Yohanes 8:23) Dia benar-benar mengajar dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh manusia lain mana pun. Perhatikan dua metode saja yang digunakan oleh Guru yang bijaksana ini.

      ”Kumpulan orang itu kagum dengan cara dia mengajar”

      10, 11. (a) Mengapa kita pasti kagum akan cara Yesus menggunakan perumpamaan? (b) Apakah parabel itu, dan contoh apa yang memperlihatkan mengapa parabel Yesus sangat efektif untuk mengajar?

      10 Penggunaan perumpamaan secara efektif. Kita diberi tahu bahwa ”Yesus berbicara . . . kepada kumpulan orang di situ dengan perumpamaan. Malah, dia tidak akan berbicara kepada mereka tanpa perumpamaan”. (Matius 13:34) Kita pasti kagum akan kesanggupannya yang tiada duanya untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran yang dalam melalui kegiatan sehari-hari. Petani menabur benih, wanita mempersiapkan roti untuk dipanggang, anak-anak bermain di pasar, nelayan menarik jala, gembala mencari domba yang hilang—semuanya merupakan kegiatan yang sudah berulang kali dilihat oleh para pendengarnya. Apabila kebenaran-kebenaran penting dihubungkan dengan hal-hal yang dikenal baik, kebenaran-kebenaran tersebut akan segera terpatri dalam pikiran dan hati.​—Matius 11:16-19; 13:3-8, 33, 47-50; 18:12-14.

      11 Yesus sering menggunakan parabel, yaitu cerita pendek yang darinya kebenaran-kebenaran moral atau rohani dapat ditimba. Karena cerita lebih mudah dipahami dan diingat daripada gagasan abstrak, parabel membantu melestarikan ajaran Yesus. Dalam banyak parabel, Yesus melukiskan Bapaknya dengan ungkapan-ungkapan yang jelas dan tak mudah dilupakan. Misalnya, siapa yang tidak dapat menangkap makna parabel tentang anak yang hilang—bahwa jika seseorang yang tersesat menunjukkan pertobatan yang tulus, Yehuwa akan merasa kasihan dan dengan lembut menerimanya kembali?​—Lukas 15:11-32.

      12. (a) Bagaimana Yesus menggunakan pertanyaan dalam pengajarannya? (b) Bagaimana Yesus membungkam orang-orang yang mempertanyakan wewenangnya?

      12 Penggunaan pertanyaan dengan terampil. Yesus menggunakan pertanyaan agar para pendengarnya dapat menarik kesimpulan mereka sendiri, memeriksa motif mereka, atau membuat keputusan. (Matius 12:24-30; 17:24-27; 22:41-46) Sewaktu para pemimpin agama mempertanyakan apakah wewenangnya itu pemberian Allah, Yesus menjawab, ”Baptisan Yohanes itu dari surga atau dari manusia?” Terkejut oleh pertanyaan tersebut, mereka pun mulai berdiskusi, ”Kalau kita bilang, ’Dari surga,’ dia akan bilang, ’Lalu kenapa kalian tidak percaya kepada dia?’ Tapi apa kita berani bilang, ’Dari manusia’?” Tapi, ”mereka takut kepada orang-orang, karena semua orang itu percaya bahwa Yohanes benar-benar seorang nabi”. Akhirnya, mereka menjawab, ”Kami tidak tahu.” (Markus 11:27-33; Matius 21:23-27) Dengan pertanyaan yang sederhana, Yesus membungkam mereka dan menyingkapkan kelicikan hati mereka.

      13-15. Bagaimana parabel tentang orang Samaria yang baik hati mencerminkan hikmat Yesus?

      13 Yesus kadang-kadang memadukan metode-metode dengan menyisipkan pertanyaan yang menggugah pikiran ke dalam perumpamaannya. Ketika seorang ahli hukum Yahudi bertanya kepada Yesus tentang apa yang dituntut untuk memperoleh kehidupan abadi, Yesus mengacu kepada Hukum Musa, yang memerintahkan agar mengasihi Allah dan sesama. Karena ingin membuktikan dirinya benar, pria tersebut bertanya, ”Sesama saya itu sebenarnya siapa?” Yesus menjawab dengan menuturkan sebuah cerita. Seorang pria Yahudi sedang mengadakan perjalanan seorang diri sewaktu diserang oleh para perampok, yang meninggalkan dia dalam keadaan setengah mati. Kemudian, lewatlah dua orang Yahudi, pertama seorang imam lalu seorang Lewi. Kedua-duanya mengabaikan dia. Tetapi kemudian, seorang Samaria tiba di tempat itu. Tergerak oleh rasa kasihan, dia dengan lembut merawat luka-luka sang korban dan dengan pengasih membawanya ke tempat yang aman di sebuah penginapan, tempat pria tersebut dapat memulihkan diri. Sebagai penutup ceritanya, Yesus bertanya kepada orang yang meminta petunjuk kepadanya itu, ”Siapa dari tiga orang ini yang bertindak sebagai sesama bagi orang yang jatuh ke tangan perampok itu?” Pria itu mau tak mau harus menjawab, ”Orang yang menunjukkan belas kasihan kepadanya.”​—Lukas 10:25-37.

      14 Bagaimana parabel tersebut mencerminkan hikmat Yesus? Pada zaman Yesus, orang Yahudi hanya menerapkan kata ”sesama” kepada orang-orang yang menjaga tradisi mereka—tentu saja bukan kepada orang Samaria. (Yohanes 4:9) Seandainya dalam cerita yang Yesus tuturkan itu korbannya adalah orang Samaria dan penolongnya adalah orang Yahudi, apakah itu akan menghapus prasangka? Yesus dengan bijaksana merancang cerita tersebut sedemikian rupa sehingga seorang Samaria dengan lembut merawat seorang Yahudi. Selain itu, perhatikan pertanyaan yang Yesus ajukan di pengujung cerita itu. Dia mengubah fokus kata ”sesama”. Sebenarnya, sang ahli hukum bertanya, ’Siapa yang sepantasnya saya kasihi sebagai sesama?’ Tetapi, Yesus bertanya, ”Siapa dari tiga orang ini yang bertindak sebagai sesama?” Yesus tidak berfokus pada orang yang menerima kebaikan hati, yaitu sang korban, tetapi pada orang yang menunjukkan kebaikan hati, yaitu orang Samaria. Sesama yang sejati mengambil inisiatif untuk menunjukkan kasih kepada orang lain tanpa memandang latar belakang etniknya. Tidak ada metode lain yang lebih efektif yang dapat Yesus gunakan untuk menyampaikan gagasannya.

      15 Apakah mengherankan jika orang-orang kagum oleh ’cara Yesus mengajar’ dan tertarik kepadanya? (Matius 7:28, 29) Sekali peristiwa, ”ada banyak orang yang berkumpul” dan tetap tinggal di dekatnya selama tiga hari, bahkan pergi tanpa membawa makanan!​—Markus 8:1, 2.

      Jalan Hidupnya

      16. Bagaimana Yesus memberikan ”bukti yang nyata” bahwa dia dikendalikan oleh hikmat ilahi?

      16 Bidang ketiga yang di dalamnya Yesus mencerminkan hikmat Yehuwa adalah cara hidupnya. Hikmat itu praktis; hikmat mendatangkan hasil yang diinginkan. ”Siapa di antara kamu yang berhikmat?” tanya Yakobus, sang murid. Kemudian, dia menjawab pertanyaannya sendiri, demikian, ”Biarlah tingkah lakunya yang benar menjadi bukti yang nyata akan hal itu.” (Yakobus 3:13, The New English Bible) Cara Yesus bertingkah laku menjadi ”bukti yang nyata” bahwa dia dikendalikan oleh hikmat ilahi. Marilah kita perhatikan bagaimana dia mempertunjukkan pertimbangan yang baik, dalam jalan hidupnya maupun dalam berurusan dengan orang lain.

      17. Apa yang menunjukkan bahwa Yesus memiliki keseimbangan yang sempurna dalam hidupnya?

      17 Pernahkah Saudara memperhatikan bahwa orang yang tidak memiliki pertimbangan yang baik sering menjadi ekstrem? Ya, diperlukan hikmat untuk bersikap seimbang. Karena menggunakan hikmat ilahi, Yesus memiliki keseimbangan yang sempurna. Di atas segalanya, dia menaruh hal-hal rohani di tempat pertama dalam hidupnya. Dia sangat giat dalam pekerjaan pemberitaan kabar baik. ”Karena untuk itulah aku datang,” katanya. (Markus 1:38) Tentu saja, harta materi bukanlah hal terpenting baginya; tampaknya, harta materinya sangatlah sedikit. (Matius 8:20) Akan tetapi, dia bukanlah orang yang berpantang kesenangan. Seperti Bapaknya, ”Allah yang bahagia”, Yesus adalah orang yang bersukacita, dan dia membuat orang lain semakin bersukacita. (1 Timotius 1:11; 6:15) Sewaktu dia menghadiri sebuah pesta pernikahan—peristiwa yang biasanya ditandai dengan musik, nyanyian, dan kegembiraan—keberadaannya di sana bukan untuk meredupkan suasana. Ketika persediaan air anggur habis, dia mengubah air menjadi anggur yang bermutu, minuman yang ”membuat hati manusia gembira”. (Mazmur 104:15; Yohanes 2:1-11) Yesus menerima banyak undangan makan, dan dia sering kali menggunakan kesempatan-kesempatan demikian untuk mengajar.​—Lukas 10:38-42; 14:1-6.

      18. Bagaimana Yesus memperlihatkan pertimbangan yang sempurna sewaktu berurusan dengan murid-muridnya?

      18 Yesus memperlihatkan pertimbangan yang sempurna sewaktu berurusan dengan orang lain. Pemahamannya tentang perangai manusia membuat dia memiliki pandangan yang jelas sehubungan dengan murid-muridnya. Dia tahu betul bahwa mereka tidak sempurna. Namun, dia mengamati sifat-sifat baik mereka. Dia melihat potensi orang-orang yang telah Yehuwa tarik ini. (Yohanes 6:44) Meskipun mereka memiliki kelemahan, Yesus menunjukkan kesediaannya untuk memercayai mereka. Dia mempertunjukkan kepercayaan tersebut dengan mendelegasikan tanggung jawab yang besar kepada murid-muridnya. Dia menugasi mereka untuk memberitakan kabar baik, dan dia yakin akan kesanggupan mereka untuk memenuhi tugas tersebut. (Matius 28:19, 20) Buku Kisah membuktikan bahwa mereka dengan setia menjalankan pekerjaan yang dia tugaskan kepada mereka. (Kisah 2:41, 42; 4:33; 5:27-32) Dengan demikian, jelaslah bahwa Yesus berlaku bijaksana dengan memercayai mereka.

      19. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang ”lembut hati dan rendah hati”?

      19 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 20, Alkitab menghubungkan kerendahan hati dan kelembutan dengan hikmat. Tentu saja, Yehuwa adalah teladan terbaik dalam hal ini. Tetapi, bagaimana dengan Yesus? Sungguh menghangatkan hati melihat kerendahan hati yang Yesus tunjukkan sewaktu berurusan dengan murid-muridnya. Sebagai manusia yang sempurna, dia lebih unggul daripada mereka. Namun, dia tidak memandang rendah murid-muridnya. Dia juga tidak pernah berupaya membuat mereka merasa lebih rendah atau tidak cakap. Sebaliknya, dia bertimbang rasa terhadap keterbatasan mereka dan bersabar terhadap kelemahan mereka. (Markus 14:34-38; Yohanes 16:12) Tidakkah luar biasa jika anak-anak kecil pun merasa nyaman bersama Yesus? Pastilah, mereka tertarik kepadanya karena mereka merasa bahwa dia adalah pribadi yang ”lembut hati dan rendah hati”.​—Matius 11:29; Markus 10:13-16.

      20. Bagaimana Yesus mempertunjukkan sikap masuk akal dalam berurusan dengan seorang wanita yang putrinya kerasukan roh jahat?

      20 Yesus juga menunjukkan kerendahan hati ilahi dengan cara penting lainnya. Dia masuk akal, atau lentuk, apabila belas kasihan menuntut hal itu. Misalnya, ingatlah sewaktu seorang wanita yang bukan Yahudi memohon kepada dia untuk menyembuhkan putrinya yang dirasuki roh jahat dengan hebat. Dengan tiga cara, Yesus pada mulanya menunjukkan bahwa dia tidak akan menolong wanita itu—pertama, dengan tidak menjawab dia; kedua, dengan berterus terang bahwa dia diutus hanya kepada orang Yahudi; dan ketiga, dengan memberikan perumpamaan yang secara halus menyatakan hal yang sama. Akan tetapi, wanita itu berkeras, yang merupakan bukti iman yang luar biasa. Dengan mempertimbangkan keadaan yang merupakan perkecualian tersebut, bagaimana tanggapan Yesus? Dia melakukan apa yang sebelumnya dia katakan tidak akan dia lakukan. Dia menyembuhkan putri wanita itu. (Matius 15:21-28) Kerendahan hati yang luar biasa, bukan? Dan ingatlah, kerendahan hati adalah dasar hikmat yang sejati.

      21. Mengapa kita hendaknya berupaya meniru kepribadian, tutur kata, dan cara hidup Yesus?

      21 Betapa bersyukurnya kita bahwa Injil menyingkapkan perkataan dan tindakan tokoh yang paling berhikmat sepanjang masa! Kita hendaknya ingat bahwa Yesus adalah cerminan sempurna Bapaknya. Dengan meniru kepribadian, tutur kata, dan cara hidup Yesus, kita akan memupuk hikmat yang datang dari atas. Pada pasal berikut, kita akan melihat bagaimana kita dapat membuat hikmat ilahi bekerja dalam kehidupan kita.

      a Pada zaman Alkitab, seorang tukang kayu ikut membangun rumah, membuat perabot, dan alat pertanian. Justin Martyr, yang hidup pada abad kedua M, menulis tentang Yesus, ”Sewaktu berada di antara manusia, kesehariannya ialah bekerja sebagai tukang kayu, membuat bajak dan kuk.”

      b Kata kerja Yunani yang diterjemahkan ”khawatir” berarti ”pikiran yang tersimpangkan”. Seperti yang digunakan di Matius 6:25, kata itu memaksudkan rasa takut yang penuh kekhawatiran yang membuat pikiran tersimpangkan atau terbagi, yang merampas sukacita dari kehidupan seseorang.

      c Malah, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kekhawatiran yang berlebihan dan stres dapat membuat kita rentan terhadap penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dan banyak gangguan kesehatan lainnya yang dapat mempersingkat hidup.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Amsal 8:22-31 Bagaimana uraian tentang personifikasi hikmat cocok dengan apa yang Alkitab katakan mengenai Putra sulung Yehuwa?

      • Matius 13:10-15 Bagaimana perumpamaan Yesus efektif dalam menyingkapkan sikap hati para pendengarnya?

      • Yohanes 1:9-18 Mengapa Yesus sanggup menyingkapkan hikmat Allah?

      • Yohanes 13:2-5, 12-17 Bagaimana Yesus menggunakan contoh praktis, dan dengan demikian, apa yang dia ajarkan kepada para rasulnya?

  • Apakah ”Hikmat dari Atas” Bekerja dalam Kehidupan Saudara?
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang saudari sedang mempelajari Alkitab dan buku-buku berdasarkan Alkitab.

      PASAL 22

      Apakah ”Hikmat dari Atas” Bekerja dalam Kehidupan Saudara?

      1-3. (a) Bagaimana Salomo mempertunjukkan hikmat yang luar biasa dalam menangani perbantahan dua orang ibu? (b) Yehuwa berjanji untuk memberikan apa kepada kita, dan pertanyaan apa saja yang muncul?

      INI adalah kasus yang sulit—dua wanita memperebutkan seorang bayi. Keduanya tinggal serumah, dan keduanya melahirkan seorang putra, hanya selisih beberapa hari. Salah satu bayi meninggal, dan sekarang, masing-masing mengaku sebagai ibu dari bayi yang masih hidup.a Tidak ada saksi lain dalam peristiwa itu. Tampaknya, kasus tersebut sudah diperiksa di pengadilan yang lebih rendah tetapi tidak terselesaikan. Akhirnya, perbantahan tersebut dibawa ke hadapan Salomo, raja Israel. Sanggupkah dia menyingkapkan kebenaran?

      2 Setelah beberapa waktu mendengarkan perbantahan mereka, Salomo meminta sebuah pedang. Kemudian, dengan raut muka bersungguh-sungguh, dia memerintahkan agar anak itu dibelah, dan masing-masing wanita mendapat setengah bagian. Seketika itu juga, ibu yang asli memohon kepada sang raja untuk memberikan bayi itu—anaknya yang tersayang—kepada wanita lainnya. Tetapi, wanita lainnya itu tetap berkeras agar anak tersebut dibelah. Kini, Salomo tahu yang sebenarnya. Dia mempunyai pengetahuan tentang keibaan hati yang lembut seorang ibu terhadap anak kandungnya, dan dia menggunakan pengetahuan tersebut untuk membereskan perbantahan itu. Bayangkan betapa leganya sang ibu ketika Salomo menyerahkan sang bayi kepadanya dan berkata, ”Dialah ibunya.”​—1 Raja 3:16-27.

      3 Hikmat yang luar biasa, bukan? Sewaktu orang-orang mendengar bagaimana Salomo menyelesaikan kasus tersebut, mereka sangat kagum, sebab ”mereka melihat bahwa Allah memberi dia hikmat”. Ya, hikmat Salomo adalah pemberian Allah. Yehuwa telah memberinya ”hati yang bijaksana dan penuh pemahaman”. (1 Raja 3:12, 28) Tetapi, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga dapat menerima hikmat ilahi? Ya, karena di bawah ilham, Salomo menulis, ”Yehuwa-lah yang memberikan hikmat.” (Amsal 2:6) Yehuwa berjanji untuk memberikan hikmat—kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, pengertian, dan pemahaman dengan baik—kepada mereka yang berupaya mencarinya dengan tulus. Bagaimana kita bisa mendapatkan hikmat yang datang dari atas? Dan, bagaimana kita dapat membuatnya bekerja dalam kehidupan kita?

      ”Dapatkan Hikmat”—Bagaimana Caranya?

      4-7. Apa empat tuntutan untuk mendapatkan hikmat?

      4 Haruskah kita memiliki kecerdasan yang luar biasa atau pendidikan yang tinggi agar dapat memperoleh hikmat ilahi? Tidak. Yehuwa bersedia membagikan hikmat-Nya kepada kita tidak soal latar belakang dan pendidikan kita. (1 Korintus 1:26-29) Namun, kita harus mengambil inisiatif, karena Alkitab mendesak kita untuk ’mendapatkan hikmat’. (Amsal 4:7) Bagaimana kita dapat melakukannya?

      5 Pertama-tama, kita perlu takut kepada Allah. ”Rasa takut kepada Yehuwa adalah awal dari kebijaksanaan [”langkah pertama menuju hikmat”, The New English Bible],” kata Amsal 9:10 (catatan kaki). Takut kepada Allah adalah fondasi hikmat yang sejati. Mengapa? Ingatlah, hikmat berkaitan dengan kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan dengan berhasil. Takut kepada Allah berarti, bukan meringkuk di hadapan-Nya karena perasaan ngeri, melainkan membungkuk di hadapan-Nya karena perasaan hormat, respek, dan percaya. Rasa takut demikian adalah takut yang sehat dan sangat memotivasi. Rasa takut tersebut menggerakkan kita untuk menyelaraskan kehidupan kita dengan pengetahuan tentang kehendak dan jalan-jalan Allah. Tidak ada lagi haluan yang lebih berhikmat yang dapat kita tempuh karena standar-standar Yehuwa selalu menghasilkan manfaat terbaik bagi mereka yang mematuhinya.

      6 Kedua, kita harus rendah hati dan sadar diri. Hikmat ilahi tidak akan ada tanpa kerendahan hati dan sikap sadar diri. (Amsal 11:2) Mengapa demikian? Apabila kita rendah hati dan sadar diri, kita mau mengakui bahwa kita tidak tahu segala-galanya, bahwa pendapat kita tidak selalu benar, dan bahwa kita perlu mengetahui pikiran Yehuwa berkenaan dengan berbagai hal. Yehuwa ”menentang orang sombong”, tetapi Dia senang memberikan hikmat kepada mereka yang rendah hati.​—Yakobus 4:6.

      7 Hal ketiga yang sangat penting adalah mempelajari Firman Allah yang tertulis. Hikmat Yehuwa disingkapkan dalam Firman-Nya. Untuk mendapatkan hikmat tersebut, kita harus mengerahkan upaya untuk menggalinya. (Amsal 2:1-5) Tuntutan keempat adalah doa. Jika kita dengan tulus meminta hikmat kepada Allah, Dia akan memberikannya dengan limpah. (Yakobus 1:5) Doa-doa kita untuk meminta bantuan kuasa kudus-Nya tidak akan dibiarkan tak terjawab. Dan, kuasa kudus-Nya memungkinkan kita menemukan harta dalam Firman-Nya yang dapat membantu kita memecahkan berbagai masalah, menghindari bahaya, dan membuat keputusan yang bijaksana.​—Lukas 11:13.

      Untuk memperoleh hikmat ilahi, kita harus mengerahkan upaya untuk menggalinya

      8. Jika kita benar-benar telah mendapatkan hikmat ilahi, bagaimana hal itu akan nyata?

      8 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 17, hikmat Yehuwa itu praktis. Jadi, jika kita benar-benar telah mendapatkan hikmat ilahi, hal itu akan nyata dari cara kita bertingkah laku. Yakobus, sang murid, melukiskan buah-buah hikmat ilahi sewaktu menulis, ”Hikmat dari atas pertama-tama membuat seseorang murni, lalu suka damai, bersikap masuk akal, penurut, penuh belas kasihan, banyak berbuat baik, tidak berat sebelah, dan tidak munafik.” (Yakobus 3:17) Seraya membahas tiap-tiap aspek hikmat ilahi tersebut, kita dapat bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah hikmat yang datang dari atas bekerja dalam kehidupan saya?’

      ”Murni, Lalu Suka Damai”

      9. Apa artinya murni, dan mengapa tepat jika kemurnian berada di urutan pertama sifat-sifat hikmat?

      9 ”Pertama-tama . . . murni.” Murni berarti tidak tercemar, tidak hanya di luar tetapi juga di dalam. Alkitab mengaitkan hikmat dengan hati, tetapi hikmat surgawi tidak dapat masuk ke dalam hati yang dicemari pikiran, hasrat, dan motif yang fasik. (Amsal 2:10; Matius 15:19, 20) Akan tetapi, jika hati kita murni—yaitu, dalam batas kesanggupan manusia yang tidak sempurna—kita akan ’menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik’. (Mazmur 37:27; Amsal 3:7) Tidakkah tepat jika kemurnian berada di urutan pertama sifat-sifat hikmat? Lagi pula, jika kita tidak bersih secara moral dan rohani, bagaimana kita dapat benar-benar mencerminkan sifat-sifat lain dari hikmat yang datang dari atas?

      10, 11. (a) Mengapa penting bagi kita untuk suka damai? (b) Jika Saudara merasa telah menyakiti hati rekan seiman, bagaimana Saudara dapat membuktikan diri sebagai pembawa damai? (Lihat juga catatan kaki.)

      10 ”Lalu suka damai.” Hikmat surgawi menggerakkan kita untuk mengejar damai, yang adalah salah satu bagian dari buah kuasa kudus Allah. (Galatia 5:22) Kita berupaya keras untuk tidak memutuskan ”ikatan perdamaian” yang mempersatukan umat Yehuwa. (Efesus 4:3) Jika perdamaian terganggu, kita juga berupaya melakukan yang terbaik untuk memulihkannya. Mengapa hal itu penting? Alkitab berkata, ”Teruslah . . . hidup damai. Dengan begitu, Allah yang penuh kasih dan penuh kedamaian akan menyertai kalian.” (2 Korintus 13:11) Jadi, selama kita terus hidup dengan damai, Allah kedamaian akan menyertai kita. Perlakuan kita kepada rekan seiman berpengaruh langsung terhadap hubungan kita dengan Yehuwa. Bagaimana kita dapat membuktikan diri sebagai pembawa damai? Perhatikan sebuah contoh.

      11 Apa yang hendaknya Saudara lakukan jika Saudara merasa telah menyakiti hati rekan seiman? Yesus berkata, ”Maka kalau kamu membawa pemberian ke mezbah, dan di sana kamu ingat bahwa saudaramu sedang kesal terhadapmu, tinggalkan pemberianmu di sana di depan mezbah, lalu pergilah berdamai dulu dengan saudaramu itu, baru kembali dan persembahkan pemberianmu.” (Matius 5:23, 24) Saudara dapat menerapkan nasihat itu dengan mengambil inisiatif untuk menemui saudara tersebut. Dengan tujuan apa? Untuk ”berdamai” dengannya.b Untuk mencapai tujuan tersebut, Saudara mungkin perlu mengakui, bukannya menyangkal, rasa sakit hatinya. Jika Saudara mendekatinya dengan tujuan memulihkan perdamaian dan mempertahankan sikap tersebut, kemungkinan besar kesalahpahaman dapat dijernihkan, permintaan maaf yang sepatutnya diajukan, dan pengampunan diulurkan. Apabila Saudara berinisiatif untuk berdamai, Saudara menunjukkan bahwa Saudara dibimbing oleh hikmat ilahi.

      ”Bersikap Masuk Akal, Penurut”

      12, 13. (a) Apa arti kata yang dialihbahasakan menjadi ”masuk akal” di Yakobus 3:17? (b) Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa kita adalah orang yang masuk akal?

      12 ”Bersikap masuk akal.” Apa artinya bersikap masuk akal? Menurut para pakar, kata Yunani asli yang dialihbahasakan menjadi ”masuk akal” di Yakobus 3:17 sulit diterjemahkan. Kata tersebut memiliki makna ”mengalah”. Para penerjemah telah menggunakan berbagai istilah seperti ”manis lakunya”, ”peramah”, dan ”bertimbang rasa”. Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa aspek hikmat yang datang dari atas ini bekerja dalam diri kita?

      13 ”Tunjukkan sikap masuk akal kalian kepada semua orang,” kata Filipi 4:5. Terjemahan lain berbunyi, ”Milikilah reputasi sebagai orang yang masuk akal.” (The New Testament in Modern English, oleh J.B. Phillips) Perhatikanlah bahwa masalahnya bukan bagaimana kita memandang diri kita sendiri; masalahnya terletak pada bagaimana orang lain memandang kita, bagaimana kita dikenal. Seseorang yang masuk akal tidak selalu berkukuh pada kata-kata dalam hukum atau pada keinginannya sendiri. Sebaliknya, dia bersedia mendengarkan orang-orang lain dan, jika perlu, mengalah pada keinginan mereka. Dia juga lembut, tidak kasar atau keras, dalam berurusan dengan orang lain. Meskipun sangat penting bagi semua orang Kristen, sifat itu khususnya penting bagi mereka yang melayani sebagai penatua. Kelembutan merupakan sifat yang menarik, membuat para penatua mudah didekati. (1 Tesalonika 2:7, 8) Kita sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya memiliki reputasi sebagai orang yang bertimbang rasa, suka mengalah, dan lembut?’

      14. Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa kita ”penurut”?

      14 ”Penurut.” Kata Yunani yang dialihbahasakan menjadi ”penurut” tidak muncul di ayat lain mana pun dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Menurut seorang pakar, kata itu ”sering kali digunakan dalam hubungannya dengan disiplin militer”. Kata itu mencakup gagasan ”mudah diyakinkan” dan ”tunduk”. Seseorang yang dibimbing oleh hikmat yang datang dari atas siap untuk tunduk kepada apa yang Alkitab katakan. Dia tidak dikenal sebagai orang yang, setelah membuat suatu keputusan, menolak untuk dipengaruhi oleh fakta apa pun yang bertentangan dengan dia. Sebaliknya, dia segera berubah sewaktu diperhadapkan dengan bukti-bukti Alkitab yang jelas bahwa dia mengambil pendirian yang salah atau telah mengambil kesimpulan yang keliru. Apakah demikian cara Saudara dikenal oleh orang lain?

      ”Penuh Belas Kasihan, Banyak Berbuat Baik”

      15. Apakah belas kasihan itu, dan mengapa tepat jika ”belas kasihan” dan ”banyak berbuat baik” disebutkan bersama-sama dalam Yakobus 3:17?

      15 ”Penuh belas kasihan, banyak berbuat baik.”c Belas kasihan merupakan bagian penting dari hikmat yang datang dari atas, karena hikmat tersebut dikatakan ”penuh belas kasihan”. Perhatikan bahwa ”belas kasihan” dan ”banyak berbuat baik” disebutkan bersama-sama. Hal itu sangatlah tepat, karena di dalam Alkitab, belas kasihan sering kali memaksudkan suatu perhatian yang aktif terhadap orang lain, keibaan hati yang menghasilkan tuaian yang melimpah berupa perbuatan-perbuatan baik. Sebuah karya referensi mendefinisikan belas kasihan sebagai ”suatu perasaan dukacita atas keadaan buruk yang menimpa seseorang dan mencoba berbuat sesuatu berkenaan dengan hal itu”. Jadi, hikmat ilahi tidak bersifat dingin, tak berperasaan, atau teoretis belaka. Sebaliknya, hikmat ilahi itu hangat, penuh perasaan, dan peka. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang penuh belas kasihan?

      16, 17. (a) Selain kasih akan Allah, apa lagi yang memotivasi kita untuk ambil bagian dalam pekerjaan pemberitaan, dan mengapa? (b) Dengan cara-cara apa kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang penuh belas kasihan?

      16 Tentu saja, salah satu cara penting adalah dengan membagikan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada orang lain. Apa yang memotivasi kita untuk melakukan pekerjaan tersebut? Yang terutama adalah kasih akan Allah. Tetapi, kita juga dimotivasi oleh belas kasihan, atau keibaan hati kepada orang lain. (Matius 22:37-39) Sekarang, banyak orang ”ditindas dan telantar seperti domba-domba tanpa gembala”. (Matius 9:36) Mereka telah diabaikan dan dibutakan secara rohani oleh para gembala agama yang palsu. Akibatnya, mereka tidak mengetahui bimbingan yang bijaksana yang terdapat dalam Firman Allah atau berkat-berkat yang akan segera didatangkan ke atas bumi oleh Kerajaan Allah. Oleh karena itu, sewaktu memikirkan kebutuhan rohani orang-orang yang ada di sekeliling kita, keibaan hati kita yang tulus menggerakkan kita untuk berbuat semampu kita dalam memberitahukan tujuan Yehuwa yang pengasih kepada mereka.

      Sepasang suami istri dan dua anak mereka membawa makanan dan peralatan perbaikan rumah untuk membantu seorang saudari lansia.

      Sewaktu menunjukkan belas kasihan, atau keibaan hati, kepada orang lain, kita mencerminkan ”hikmat dari atas”

      17 Dengan cara-cara lain apa kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang penuh belas kasihan? Ingatlah perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang menemukan seorang pejalan yang tergeletak di pinggir jalan karena dirampok dan dipukuli. Tergerak oleh keibaan hati, orang Samaria tersebut ”menunjukkan belas kasihan”, membalut luka-luka sang korban dan merawatnya. (Lukas 10:29-37) Tidakkah perumpamaan itu memberikan gambaran bahwa belas kasihan mencakup memberikan bantuan praktis kepada mereka yang sedang membutuhkan? Alkitab memberi tahu kita agar ”berbuat baik kepada semua orang, terutama kepada saudara seiman kita”. (Galatia 6:10) Pikirkan beberapa peluang. Seorang rekan seiman yang lebih tua mungkin butuh tumpangan ke dan dari perhimpunan. Seorang janda di sidang mungkin butuh bantuan untuk memperbaiki rumahnya. (Yakobus 1:27) Seseorang yang tawar hati mungkin butuh ”kata-kata yang baik” untuk membangkitkan semangatnya. (Amsal 12:25) Sewaktu menunjukkan belas kasihan dengan cara-cara demikian, kita membuktikan bahwa hikmat yang datang dari atas bekerja dalam diri kita.

      ”Tidak Berat Sebelah, . . . Tidak Munafik”

      18. Jika dibimbing oleh hikmat dari atas, kita harus berupaya untuk mencabut apa dari hati kita, dan mengapa?

      18 ”Tidak berat sebelah.” Hikmat ilahi mengalahkan prasangka ras dan kebanggaan nasional. Jika kita dibimbing oleh hikmat semacam itu, kita berupaya mencabut dari hati kita kecenderungan apa pun untuk memperlihatkan sikap pilih kasih. (Yakobus 2:9) Kita tidak memberikan perlakuan istimewa kepada orang lain berdasarkan latar belakang pendidikan, keadaan finansial, atau tanggung jawab mereka di sidang; kita juga tidak memandang rendah rekan seiman mana pun, tidak soal seberapa rendah mereka kelihatannya. Jika Yehuwa telah menjadikan orang-orang itu sebagai penerima kasih-Nya, tentu kita hendaknya menganggap mereka layak menerima kasih kita.

      19, 20. (a) Apa latar belakang kata Yunani untuk ”orang munafik”? (b) Bagaimana cara kita menunjukkan ”kasih sayang persaudaraan yang tidak munafik”, dan mengapa hal itu penting?

      19 ”Tidak munafik.” Kata Yunani untuk ”orang munafik” dapat memaksudkan ”seorang aktor yang memainkan suatu peran”. Pada zaman dahulu, aktor Yunani dan Romawi mengenakan topeng besar sewaktu berpentas. Oleh karena itu, kata Yunani untuk ”orang munafik” kemudian diterapkan pada seseorang yang berpura-pura, atau seseorang yang penuh kepalsuan. Aspek hikmat ilahi tersebut hendaknya bukan hanya memengaruhi cara kita memperlakukan rekan seiman, melainkan juga perasaan kita terhadap mereka.

      20 Rasul Petrus menyatakan bahwa kalau kita ”menaati kebenaran”, itu akan menghasilkan ”kasih sayang persaudaraan yang tidak munafik”. (1 Petrus 1:22) Ya, kasih sayang kita terhadap saudara-saudara kita hendaknya tidak untuk pamer. Kita tidak mengenakan topeng atau berakting agar dapat mengelabui orang lain. Kasih sayang kita hendaknya murni, tulus. Dengan bertindak demikian, kita akan memperoleh kepercayaan dari rekan-rekan seiman kita, karena mereka akan tahu bahwa kita berlaku apa adanya. Ketulusan semacam itu membuka jalan bagi hubungan yang terbuka dan jujur di antara orang Kristen dan membantu menciptakan suasana saling percaya di dalam sidang.

      ”Jagalah Hikmat”

      21, 22. (a) Bagaimana Salomo gagal menjaga hikmat? (b) Bagaimana kita dapat menjaga hikmat, dan bagaimana kita akan mendapat manfaat dengan melakukannya?

      21 Hikmat ilahi merupakan pemberian Yehuwa, sesuatu yang harus kita jaga. Salomo berkata, ”Anakku, . . . jagalah hikmat dan kemampuan berpikirmu.” (Amsal 3:21) Sayang sekali, Salomo sendiri gagal melaksanakannya. Dia tetap berhikmat selama dia memelihara hati yang taat. Namun, pada akhirnya istri-istri asingnya yang banyak jumlahnya menyimpangkan hatinya dari ibadah yang murni kepada Yehuwa. (1 Raja 11:1-8) Kesudahan Salomo memberikan gambaran bahwa pengetahuan akan kecil nilainya jika kita tidak menggunakannya dengan tepat.

      22 Bagaimana kita dapat menjaga hikmat yang praktis? Kita tidak hanya harus teratur membaca Alkitab dan publikasi-publikasi berdasarkan Alkitab yang disediakan ”budak yang setia dan bijaksana”, tetapi kita juga harus berupaya menerapkan apa yang kita pelajari. (Matius 24:45) Kita memiliki alasan kuat untuk menerapkan hikmat ilahi. Penerapan hikmat tersebut berarti jalan hidup yang lebih baik sekarang. Hal itu memungkinkan kita untuk ”menggenggam kehidupan yang sebenarnya”—kehidupan dalam dunia baru Allah. (1 Timotius 6:19) Dan, yang terpenting ialah memupuk hikmat yang datang dari atas membuat kita semakin dekat kepada Sumber segala hikmat, Allah Yehuwa.

      a Menurut 1 Raja 3:16, kedua wanita tersebut adalah pelacur. Pemahaman Alkitab menyatakan, ”Wanita-wanita itu bisa jadi berkebangsaan Yahudi, atau kemungkinan besar keturunan asing, dan mereka disebut pelacur bukan dalam makna komersial, melainkan karena mereka telah melakukan percabulan.”​—Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

      b Kata Yunani yang dialihbahasakan ”berdamai” bisa berarti ”mengubah permusuhan menjadi persahabatan; rukun lagi; kembali memiliki hubungan yang baik atau harmonis”. Jadi, tujuan Saudara adalah untuk menghasilkan perubahan, untuk menyingkirkan, jika mungkin, perasaan tidak enak dari hati seseorang yang disakiti.​—Roma 12:18.

      c Terjemahan lain mengalihbahasakan kata-kata ini menjadi ”penuh dengan keibaan hati dan perbuatan-perbuatan yang baik”.​—A Translation in the Language of the People, oleh Charles B. Williams.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Ulangan 4:4-6 Bagaimana kita membuktikan diri berhikmat?

      • Mazmur 119:97-105 Apa manfaatnya jika kita dengan rajin mempelajari dan menerapkan Firman Allah?

      • Amsal 4:10-13, 20-27 Mengapa kita membutuhkan hikmat Yehuwa?

      • Yakobus 3:1-16 Bagaimana mereka yang dipercayakan sebagai pengawas di sidang dapat menunjukkan bahwa mereka berhikmat dan berpengertian?

  • ”Allah Lebih Dulu Mengasihi Kita”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yesus sedang sekarat di sebuah tiang.

      PASAL 23

      ”Allah Lebih Dulu Mengasihi Kita”

      1-3. Apa beberapa faktor yang membuat kematian Yesus berbeda dengan kematian lainnya yang terjadi dalam sejarah?

      PADA suatu hari di musim semi hampir 2.000 tahun yang lalu, seorang pria yang tidak bersalah diadili, dinyatakan bersalah atas kejahatan yang tidak pernah dilakukannya, dan kemudian disiksa sampai mati. Peristiwa tersebut bukanlah eksekusi yang kejam dan tidak adil yang pertama kali terjadi dalam sejarah; dan, sayang sekali, juga bukan yang terakhir. Namun, kematian tersebut berbeda dengan kematian lainnya.

      2 Seraya pria tersebut menjalani saat-saat terakhirnya yang penuh penderitaan, langit sendiri memberikan tanda akan pentingnya peristiwa tersebut. Meski peristiwa itu berlangsung pada tengah hari, kegelapan tiba-tiba menyelimuti negeri. Seperti yang dilukiskan oleh seorang sejarawan, ”matahari tidak bersinar”. (Lukas 23:44, 45) Kemudian, tepat sebelum pria tersebut mengembuskan napasnya yang terakhir, dia mengucapkan kata-kata yang tak terlupakan ini, ”Sudah selesai!” Ya, dengan menyerahkan kehidupannya, dia melaksanakan sesuatu yang menakjubkan. Pengorbanannya merupakan tindakan kasih terbesar yang pernah dilakukan oleh manusia.​—Yohanes 15:13; 19:30.

      3 Tentu saja, pria itu adalah Yesus Kristus. Penderitaan dan kematiannya pada hari yang kelam itu, 14 Nisan 33 M, diketahui banyak orang. Akan tetapi, ada suatu fakta penting yang sering kali terabaikan. Meskipun Yesus sangat menderita, ada pribadi lain yang bahkan lebih menderita. Sebenarnya, pada hari itu ada pribadi lain yang membuat pengorbanan yang bahkan lebih besar lagi—tindakan kasih terbesar yang pernah dilakukan di alam semesta. Tindakan apakah itu? Jawabannya menjadi pengantar yang tepat bagi pokok bahasan yang paling penting: kasih Yehuwa.

      Tindakan Kasih Terbesar

      4. Bagaimana seorang perwira Romawi akhirnya mengerti bahwa Yesus bukan manusia biasa, dan apa yang perwira itu simpulkan?

      4 Senturion Romawi yang mengawasi eksekusi terhadap Yesus terkesima menyaksikan kegelapan yang mendahului kematian Yesus dan gempa bumi hebat yang terjadi setelahnya. ”Dia pasti Putra Allah,” katanya. (Matius 27:54) Jelaslah, Yesus bukan manusia biasa. Perwira tersebut memiliki andil dalam mengeksekusi Putra tunggal dari Allah Yang Mahatinggi! Sebenarnya, seberapa berhargakah Putra ini di mata Bapaknya?

      5. Bagaimana rentang waktu yang sangat panjang yang Yehuwa dan Putra-Nya nikmati bersama-sama di surga dapat diilustrasikan?

      5 Alkitab menyebut Yesus sebagai ”ciptaan yang pertama”. (Kolose 1:15) Coba pikirkan—Putra Yehuwa sudah ada lebih dahulu daripada alam semesta. Kalau begitu, sudah berapa lama Bapak dan Putra tersebut bersama-sama? Beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa alam semesta ini berusia 13 miliar tahun. Dapatkah Saudara membayangkan waktu yang panjang tersebut? Untuk membantu orang memahami usia alam semesta seperti yang diperkirakan oleh para ilmuwan, sebuah planetarium memampang suatu garis waktu yang panjangnya 110 meter. Seraya para pengunjung berjalan mengikuti arah garis tersebut, tiap langkah mereka mewakili kira-kira 75 juta tahun kehidupan alam semesta. Di akhir garis tersebut, seluruh sejarah umat manusia diwakili oleh satu tanda setebal sehelai rambut manusia! Namun, kalaupun perkiraan tersebut tepat, panjang seluruh garis waktu itu tidak cukup untuk mewakili jangka hidup Putra Yehuwa! Apa yang dia lakukan selama rentang waktu yang sangat panjang tersebut?

      6. (a) Apa yang Putra Yehuwa lakukan selama eksistensi pramanusianya? (b) Ikatan macam apa yang terjalin antara Yehuwa dan Putra-Nya?

      6 Sang Putra dengan senang melayani sebagai ”pekerja ahli” Bapaknya. (Amsal 8:30) Alkitab berkata, ”Tidak satu pun menjadi ada tanpa melalui [sang Putra].” (Yohanes 1:3) Jadi, Yehuwa dan Putra-Nya bekerja bersama-sama untuk menjadikan hal-hal lain. Masa-masa yang mereka nikmati bersama sungguh menggetarkan dan membahagiakan! Nah, banyak yang akan setuju bahwa kasih antara orang tua dan anak luar biasa kuatnya. Dan, kasih ”adalah ikatan pemersatu yang sempurna”. (Kolose 3:14) Jadi, siapa di antara kita yang dapat mulai memahami kekuatan sebuah ikatan yang telah terbina selama rentang waktu yang luar biasa panjang seperti itu? Jelaslah, Allah Yehuwa dan Putra-Nya dipersatukan oleh ikatan kasih terkuat yang pernah terjalin.

      7. Sewaktu Yesus dibaptis, bagaimana Yehuwa menyatakan perasaan-Nya terhadap Putra-Nya?

      7 Meskipun demikian, Sang Bapak mengutus Putra-Nya ke bumi untuk dilahirkan sebagai bayi manusia. Dengan melakukannya, berarti selama beberapa dekade Yehuwa harus rela kehilangan pergaulan yang akrab di surga dengan Putra yang Dia kasihi. Dari surga, Dia dengan penuh minat memperhatikan Yesus bertumbuh menjadi seorang manusia sempurna. Kira-kira pada usia 30 tahun, Yesus dibaptis. Kita tidak perlu menebak bagaimana perasaan Yehuwa terhadapnya. Sang Bapak berbicara secara pribadi dari surga, ”Inilah Putra-Ku, yang Kukasihi. Aku berkenan kepadanya.” (Matius 3:17) Karena melihat Yesus dengan setia melakukan semua yang telah dinubuatkan, semua yang diminta dari dia, Bapaknya pasti sangat senang!​—Yohanes 5:36; 17:4.

      8, 9. (a) Kejadian apa saja yang menimpa Yesus pada tanggal 14 Nisan 33 M, dan bagaimana hal itu memengaruhi Bapak surgawinya? (b) Mengapa Yehuwa membiarkan Putra-Nya menderita dan mati?

      8 Namun, bagaimana perasaan Yehuwa pada tanggal 14 Nisan 33 M? Bagaimana perasaan-Nya ketika Yesus dikhianati dan kemudian ditangkap oleh segerombolan orang di malam hari? Ketika Yesus ditinggalkan oleh sahabat-sahabatnya dan diadili secara ilegal? Ketika dia dicemooh, diludahi, dan ditinju? Ketika dia dicambuk sampai punggungnya tercabik-cabik? Ketika tangan dan kakinya dipakukan ke tiang kayu dan dibiarkan tergantung di sana seraya dicerca oleh orang-orang? Bagaimana perasaan Sang Bapak ketika Putra yang Dia kasihi berseru kepada-Nya di tengah pergulatannya menghadapi penderitaan yang hebat? Bagaimana perasaan Yehuwa ketika Yesus mengembuskan napasnya yang terakhir, dan ketika untuk pertama kalinya sejak awal penciptaan, Putra yang dikasihi-Nya tiada?​—Matius 26:14-16, 46, 47, 56, 59, 67; 27:38-44, 46; Yohanes 19:1.

      9 Kita tidak bisa berkata apa-apa. Karena Yehuwa memiliki perasaan, kepedihan hati yang Dia rasakan atas kematian Putra-Nya tak terlukiskan oleh kata-kata kita. Apa yang dapat dilukiskan adalah motif Yehuwa membiarkan hal itu terjadi. Mengapa Sang Bapak membiarkan perasaan demikian menimpa diri-Nya? Yehuwa menyingkapkan sesuatu yang menakjubkan kepada kita di Yohanes 3:16—sebuah ayat Alkitab yang sangat penting sehingga dijuluki miniatur Injil. Ayat itu berbunyi, ”Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Dia memberikan Putra tunggal-Nya, supaya setiap orang yang beriman kepadanya tidak dibinasakan tapi mendapat kehidupan abadi.” Jadi, motif Yehuwa adalah ini: kasih. Pemberian Yehuwa—diutusnya Putra-Nya untuk menderita dan mati bagi kita—adalah tindakan kasih terbesar yang pernah dilakukan.

      ”Allah . . . memberikan Putra tunggal-Nya”

      Kasih Ilahi Didefinisikan

      10. Manusia memiliki kebutuhan apa, dan apa yang telah terjadi dengan makna kata ”kasih”?

      10 Apa arti kata ”kasih”? Kasih dilukiskan sebagai kebutuhan terbesar umat manusia. Sejak lahir sampai ke liang kubur, manusia berupaya keras untuk memperoleh kasih, bertumbuh sejahtera dalam kehangatan kasih, bahkan merana dan mati karena kekurangan kasih. Meskipun demikian, di luar dugaan ternyata kasih sulit didefinisikan. Tentu saja, manusia banyak berbicara tentang kasih. Buku-buku, lagu-lagu, dan puisi-puisi mengenai kasih terus mengalir. Hasilnya tidak selalu memperjelas makna kasih. Malah, kata itu telah dipergunakan secara berlebihan sehingga makna yang sesungguhnya makin sulit dipahami.

      11, 12. (a) Di mana kita dapat belajar banyak sekali tentang kasih, dan mengapa di situ? (b) Jenis kasih apa saja yang disebutkan secara spesifik dalam bahasa Yunani kuno, dan kata apa untuk ”kasih” yang paling sering digunakan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen? (Lihat juga catatan kaki.) (c) Dalam Alkitab, kata a·gaʹpe biasanya memaksudkan apa?

      11 Akan tetapi, Alkitab mengajarkan kasih dengan cara yang jelas. Vine’s Expository Dictionary of New Testament Words mengomentari, ”Kasih hanya dapat diketahui dari tindakan yang dihasilkannya.” Catatan Alkitab tentang tindakan-tindakan Yehuwa mengajar kita banyak sekali tentang kasih-Nya—kasih sayang-Nya yang penuh kebajikan terhadap makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Misalnya, apa yang dapat lebih banyak menyingkapkan sifat ini selain tindakan kasih Yehuwa yang terbesar yang diuraikan sebelumnya? Pada pasal-pasal selanjutnya, kita akan melihat banyak contoh lain berkenaan dengan perwujudan kasih Yehuwa. Selain itu, kita dapat memperoleh pemahaman dari kata-kata asli untuk ”kasih” yang digunakan dalam Alkitab. Dalam bahasa Yunani kuno, ada empat kata yang digunakan untuk ”kasih”.a Dari keempat kata itu, kata yang paling sering digunakan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen adalah a·gaʹpe. Sebuah kamus Alkitab menyebut kata ini sebagai ”kata yang paling kuat yang terbayangkan untuk kasih”. Mengapa?

      12 Seperti yang digunakan dalam Alkitab, a·gaʹpe biasanya memaksudkan kasih yang dibimbing oleh prinsip. Jadi, kasih tersebut bukan sekadar tanggapan emosional terhadap orang lain. Kasih tersebut lebih luas jangkauannya, pada dasarnya lebih dipikirkan dan dilakukan secara sadar. Yang terutama ialah orang yang punya kasih Kristen seperti ini benar-benar tidak mementingkan diri. Misalnya, periksalah kembali Yohanes 3:16. Apa ”dunia” yang begitu dikasihi Allah sehingga Dia memberikan Putra tunggal-Nya? Itu adalah dunia umat manusia yang dapat ditebus. Dunia itu mencakup banyak orang yang menempuh haluan hidup yang berdosa. Apakah Yehuwa mengasihi individu-individu tersebut sebagai sahabat pribadi, seperti Dia mengasihi Abraham yang setia? (Yakobus 2:23) Tidak, tetapi Yehuwa dengan pengasih mengulurkan kebaikan kepada semua orang, sekalipun diri-Nya harus membuat pengorbanan yang sangat besar. Dia ingin semua orang bertobat dan mengubah cara hidup mereka. (2 Petrus 3:9) Banyak yang bertindak sesuai dengan keinginan-Nya itu. Dengan senang hati, Dia menerima orang-orang tersebut sebagai sahabat-sahabat-Nya.

      13, 14. Apa yang menunjukkan bahwa kasih Kristen sering kali mencakup kasih sayang yang hangat?

      13 Namun, ada yang memiliki gagasan keliru mengenai kata a·gaʹpe dalam Alkitab. Mereka berpikir bahwa kasih jenis ini dingin dan bersifat intelektual. Yang sebenarnya adalah kasih Kristen ini sering kali mencakup kasih sayang yang bersifat pribadi dan hangat. Sebagai contoh, sewaktu Yohanes menulis, ”Bapak mengasihi Putra”, dia menggunakan suatu bentuk kata a·gaʹpe. Apakah kasih tersebut tidak memiliki kasih sayang yang hangat? Perhatikan bahwa Yesus mengatakan, ”Bapak menyayangi Putra”, menggunakan suatu bentuk kata fi·leʹo. (Yohanes 3:35; 5:20) Kasih Yehuwa sering kali mencakup kasih sayang yang lembut. Akan tetapi, kasih-Nya tidak pernah didominasi oleh perasaan semata. Kasih tersebut selalu dibimbing oleh prinsip-prinsip-Nya yang bijaksana dan adil.

      14 Seperti yang telah kita lihat, semua sifat Yehuwa luhur, sempurna, dan menarik. Namun, kasih adalah yang paling menarik di antara semuanya. Tidak ada yang menarik kita sedemikian kuatnya kepada Yehuwa. Syukurlah, kasih juga adalah sifat-Nya yang dominan. Bagaimana kita tahu?

      ”Allah Adalah Kasih”

      15. Alkitab membuat pernyataan apa sehubungan dengan sifat kasih Yehuwa, dan bagaimana pernyataan tersebut unik? (Lihat juga catatan kaki.)

      15 Alkitab mengatakan sesuatu tentang kasih, sesuatu yang tidak pernah dikatakannya untuk sifat-sifat utama Yehuwa lainnya. Kitab Suci tidak mengatakan bahwa Allah adalah kuasa atau Allah adalah keadilan atau bahkan Allah adalah hikmat. Dia memiliki sifat-sifat tersebut, Dia adalah Sumbernya yang tertinggi, dan Dia tidak tertandingi dalam hal ketiga sifat tersebut. Namun, sesuatu yang lebih dalam dikatakan oleh Alkitab untuk sifat yang keempat, ”Allah adalah kasih.”b (1 Yohanes 4:8) Apa arti pernyataan itu?

      16-18. (a) Mengapa Alkitab mengatakan bahwa ”Allah adalah kasih”? (b) Di antara semua ciptaan di bumi ini, mengapa manusia adalah lambang yang cocok untuk sifat kasih Yehuwa?

      16 ”Allah adalah kasih” bukanlah suatu persamaan yang sederhana, seolah-olah mengatakan, ”Allah sama dengan kasih”. Kita tidak patut membalik pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa ”kasih adalah Allah”. Yehuwa sama sekali bukan suatu sifat yang abstrak. Dia adalah Pribadi yang memiliki berbagai macam perasaan dan karakteristik lain di samping kasih. Namun, kasih tak dapat dipisahkan dari diri Yehuwa. Itu sebabnya, sehubungan dengan ayat tersebut, sebuah karya referensi berkata, ”Jati diri atau kodrat Allah adalah kasih.” Secara umum, kita mungkin dapat berpikir seperti ini: kuasa Yehuwa memungkinkan Dia untuk bertindak. Keadilan dan hikmat-Nya membimbing cara Dia bertindak. Namun, kasih Yehuwa memotivasi Dia untuk bertindak. Dan, kasih-Nya selalu menyertai sifat-sifat-Nya yang lain.

      17 Yehuwa sering kali disebut sebagai personifikasi kasih. Oleh karena itu, jika kita ingin belajar tentang kasih yang berprinsip, kita harus belajar tentang Yehuwa. Tentu saja, kita juga melihat sifat yang indah ini dalam diri manusia. Tetapi, mengapa sifat ini ada dalam diri manusia? Pada waktu penciptaan, Yehuwa mengucapkan perkataan ini, tentu kepada Putra-Nya, ”Mari kita membuat manusia yang mirip dengan kita, yang punya kesamaan dengan kita.” (Kejadian 1:26) Di antara semua ciptaan di bumi ini, hanya pria dan wanita yang dapat memilih untuk mengasihi dan dengan demikian meniru Bapak surgawi mereka. Ingatlah bahwa Yehuwa menggunakan berbagai makhluk untuk melambangkan sifat-sifat-Nya yang utama. Namun, Yehuwa memilih makhluk yang paling mulia di bumi, yaitu manusia, sebagai lambang sifat-Nya yang dominan, kasih.​—Yehezkiel 1:10.

      18 Jika kita mengasihi dengan cara yang tidak mementingkan diri dan berprinsip, kita mencerminkan sifat Yehuwa yang dominan. Halnya tepat seperti yang ditulis Rasul Yohanes, ”Kita mengasihi karena Allah lebih dulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19) Tetapi, dengan cara apa saja Yehuwa pertama-tama mengasihi kita?

      Yehuwa Mengambil Inisiatif

      19. Mengapa dapat dikatakan bahwa kasih memainkan peranan kunci dalam pekerjaan Yehuwa untuk menciptakan?

      19 Kasih bukanlah sesuatu yang baru. Ingatlah, apa yang menggerakkan Yehuwa untuk mulai menciptakan? Bukan karena Dia kesepian dan butuh persahabatan. Yehuwa adalah pribadi yang lengkap dan mandiri, tidak kekurangan sesuatu pun sehingga pribadi lain tidak perlu memberikan sesuatu. Tetapi, kasih-Nya, suatu sifat yang aktif, secara alami menggerakkan Dia untuk ingin berbagi sukacita kehidupan dengan makhluk-makhluk cerdas yang dapat menghargai pemberian tersebut. ”Ciptaan Allah yang pertama” adalah Putra tunggal-Nya. (Wahyu 3:14) Yehuwa kemudian menggunakan Pekerja Ahli ini untuk menjadikan hal-hal lain, dimulai dengan para malaikat. (Ayub 38:4, 7; Kolose 1:16) Diberkati dengan kemerdekaan, kecerdasan, dan perasaan, makhluk-makhluk roh yang perkasa tersebut memiliki kesempatan untuk menjalin ikatan yang pengasih—dengan satu sama lain dan, yang terutama, dengan Allah Yehuwa. (2 Korintus 3:17) Dengan demikian, mereka mengasihi karena mereka lebih dahulu dikasihi.

      20, 21. Bukti apa yang Adam dan Hawa lihat bahwa Yehuwa mengasihi mereka, tetapi bagaimana tanggapan mereka?

      20 Halnya sama dengan umat manusia. Sejak awal, Adam dan Hawa dapat dikatakan bermandikan kasih. Ke mana pun mereka melayangkan pandang di rumah Firdaus mereka di Eden, mereka dapat melihat bukti kasih Bapak mereka. Perhatikan apa yang Alkitab katakan, ”Allah Yehuwa membuat sebuah taman di Eden, ke arah timur, dan di sana Dia menaruh manusia yang Dia ciptakan itu.” (Kejadian 2:8) Pernahkah Saudara berada di kebun atau taman yang benar-benar indah? Apa yang paling menyenangkan Saudara? Berkas-berkas sinar yang menembus dedaunan di tempat yang tenang dan teduh? Hamparan luas bunga berwarna-warni yang memukau? Suara anak sungai yang bergemercik, burung-burung yang bernyanyi, dan serangga-serangga yang berdengung? Bagaimana dengan harumnya pepohonan, buah-buahan, dan bunga-bungaan? Bagaimana pun keadaannya, sekarang tidak ada taman yang dapat disejajarkan dengan Taman Eden. Mengapa?

      21 Taman tersebut dibuat oleh Yehuwa sendiri! Pastilah, keindahan taman itu tak terlukiskan. Setiap pohon yang menyenangkan karena keindahannya atau karena buah-buahnya yang lezat tumbuh di sana. Taman itu banyak airnya, luas, dan hidup karena adanya beragam hewan yang memesona. Adam dan Hawa memiliki segala yang dibutuhkan untuk membuat hidup mereka bahagia dan lengkap, termasuk pekerjaan yang memuaskan dan persahabatan yang sempurna. Yehuwa terlebih dahulu mengasihi mereka, dan mereka memiliki alasan yang kuat untuk menanggapinya dengan cara yang sama. Tetapi, mereka tidak melakukannya. Bukannya dengan penuh kasih menaati Bapak surgawi mereka, mereka dengan mementingkan diri memberontak terhadap-Nya.​—Kejadian, pasal 2.

      22. Bagaimana tanggapan Yehuwa terhadap pemberontakan di Eden membuktikan bahwa kasih setia-Nya?

      22 Betapa menyakitkannya hal itu bagi Yehuwa! Akan tetapi, apakah pemberontakan tersebut menawarkan hati-Nya yang pengasih? Tidak! ”Kasih setia-Nya bertahan selamanya.” (Mazmur 136:1) Oleh karena itu, Dia segera membuat berbagai penyelenggaraan yang pengasih guna menebus keturunan Adam dan Hawa mana pun yang memiliki kecenderungan yang benar. Seperti yang telah kita lihat, penyelenggaraan tersebut termasuk korban tebusan Putra-Nya yang tercinta, yang menuntut pengorbanan yang luar biasa dari Sang Bapak.​—1 Yohanes 4:10.

      23. Apa salah satu alasannya Yehuwa adalah ”Allah yang bahagia”, dan pertanyaan yang sangat penting apa yang akan disoroti di pasal berikut?

      23 Ya, sejak awal Yehuwa telah mengambil inisiatif untuk menunjukkan kasih kepada umat manusia. Dengan tak terhitung banyaknya cara, ”Allah lebih dulu mengasihi kita”. Kasih memajukan keharmonisan dan sukacita, maka tidaklah mengherankan jika Yehuwa digambarkan sebagai ”Allah yang bahagia”. (1 Timotius 1:11) Akan tetapi, sebuah pertanyaan penting muncul. Apakah Yehuwa benar-benar mengasihi kita secara individu? Pasal berikut akan menyoroti hal itu.

      a Kata kerja fi·leʹo, yang berarti ”memiliki kasih sayang bagi, sangat mencintai, atau menyukai (seperti yang mungkin dirasakan seseorang terhadap teman dekat atau saudara)”, sering digunakan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Salah satu bentuk kata stor·geʹ, atau kasih kekeluargaan yang dekat, digunakan di 2 Timotius 3:3 untuk menunjukkan bahwa kasih semacam itu akan sangat berkurang pada hari-hari terakhir. Eʹros, atau kasih romantis antarlawan jenis, tidak digunakan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, meskipun jenis kasih tersebut dibahas dalam Alkitab.​—Amsal 5:15-20.

      b Pernyataan Alkitab lainnya memiliki struktur yang serupa. Sebagai contoh, ”Allah itu sumber terang” dan ”Allah . . . bagaikan api yang memusnahkan”. (1 Yohanes 1:5; Ibrani 12:29) Tetapi, pernyataan-pernyataan tersebut haruslah dipahami sebagai metafora, karena menyamakan Yehuwa dengan hal-hal fisik. Yehuwa itu seperti terang, karena Dia kudus dan lurus hati. Tidak ada ”kegelapan”, atau kenajisan, pada diri-Nya. Dan, Dia dapat disamakan dengan api karena Dia menggunakan kuasa untuk membinasakan.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Mazmur 63:1-11 Seberapa bernilaikah kasih Yehuwa bagi kita, dan kasih tersebut membina keyakinan apa dalam diri kita?

      • Hosea 11:1-4; 14:4-8 Dengan cara apa saja Yehuwa menunjukkan kasih kebapakan kepada Israel (atau Efraim), meski mereka memiliki riwayat ketidaktaatan macam apa?

      • Matius 5:43-48 Bagaimana Yehuwa menunjukkan kasih kebapakan kepada umat manusia secara keseluruhan?

      • Yohanes 17:15-26 Bagaimana doa Yesus demi para pengikutnya meyakinkan kita akan kasih Yehuwa kepada kita?

  • Tidak Ada yang Dapat ”Memisahkan Kita dari Kasih Allah”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang wanita yang sedang sedih meneteskan air mata.

      PASAL 24

      Tidak Ada yang Dapat ”Memisahkan Kita dari Kasih Allah”

      1. Perasaan negatif apa yang menyusahkan banyak orang, termasuk beberapa orang Kristen sejati?

      APAKAH Allah Yehuwa mengasihi Saudara secara pribadi? Beberapa orang setuju bahwa Allah mengasihi umat manusia secara umum, seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 3:16. Tetapi, pada dasarnya mereka merasa, ’Allah tidak akan pernah dapat mengasihi saya secara pribadi.’ Orang Kristen sejati pun kadang-kadang bisa memiliki keraguan sehubungan dengan hal itu. Karena kecil hati, seorang pria berkata, ”Saya sulit sekali percaya bahwa Allah peduli terhadap diri saya.” Apakah keraguan yang sama adakalanya menyusahkan Saudara?

      2, 3. Siapa yang menginginkan kita untuk percaya bahwa di mata Yehuwa kita tidak berharga atau tidak dapat dikasihi, dan bagaimana kita dapat memerangi gagasan itu?

      2 Setan ingin sekali membuat kita percaya bahwa Allah Yehuwa tidak mengasihi ataupun menghargai kita. Memang, Setan sering kali memikat orang dengan membangkitkan kesombongan dan keangkuhan mereka. (2 Korintus 11:3) Tetapi, dia juga senang menghancurkan harga diri orang yang tak berdaya. (Yohanes 7:47-49; 8:13, 44) Dia melakukan hal itu khususnya pada ”hari-hari terakhir” yang sulit dihadapi ini. Banyak orang sekarang dibesarkan dalam keluarga-keluarga yang ”tidak punya kasih sayang”. Yang lain-lain harus terus-menerus menghadapi orang yang garang, mementingkan diri, dan keras kepala. (2 Timotius 3:1-5) Orang-orang yang bertahun-tahun mendapat perlakuan yang menyakitkan, menghadapi rasialisme, atau kebencian, bisa jadi merasa yakin bahwa mereka tidak berharga atau tidak dapat dikasihi.

      3 Jika Saudara menyadari adanya perasaan-perasaan negatif demikian dalam diri Saudara, jangan putus asa. Banyak di antara kita adakalanya secara tidak masuk akal bersikap keras terhadap diri sendiri. Tetapi ingatlah, Firman Allah dirancang untuk ”memperbaiki segala sesuatu” dan untuk ”menghancurkan apa pun yang dibentengi dengan kokoh”. (2 Timotius 3:16; 2 Korintus 10:4) Alkitab mengatakan, ”Kita akan meyakinkan hati kita bahwa Allah mengasihi kita, kalaupun hati kita membuat kita merasa bersalah dalam hal apa pun, karena Allah lebih besar daripada hati kita dan tahu segala sesuatu.” (1 Yohanes 3:19, 20) Mari kita bahas empat cara Firman Allah membantu kita ”meyakinkan hati kita” akan kasih Yehuwa.

      Yehuwa Menghargai Saudara

      4, 5. Bagaimana perumpamaan Yesus tentang burung pipit menunjukkan bahwa kita bernilai di mata Yehuwa?

      4 Pertama, Alkitab secara langsung mengajarkan bahwa Allah memandang berharga setiap hamba-Nya. Sebagai contoh, Yesus berkata, ”Dua burung pipit hanya dijual seharga satu uang logam kecil, kan? Tapi tidak satu pun dari mereka jatuh ke tanah tanpa diketahui Bapak kalian. Dia bahkan tahu jumlah rambut di kepala kalian. Jadi jangan takut, kalian lebih berharga daripada banyak burung pipit.” (Matius 10:29-31) Perhatikan apa makna kata-kata tersebut bagi para pendengar Yesus pada abad pertama.

      Seekor burung pipit sedang memberi makan anaknya.

      ”Kalian lebih berharga daripada banyak burung pipit”

      5 Kita mungkin bertanya-tanya mengapa orang-orang pada waktu itu membeli burung pipit. Nah, pada zaman Yesus, pipit adalah burung termurah yang dijual sebagai bahan makanan. Perhatikan bahwa dengan satu uang logam bernilai kecil, seorang pembeli mendapat dua burung pipit. Tetapi, Yesus belakangan mengatakan bahwa jika seseorang siap membelanjakan dua uang logam, dia mendapat, tidak hanya empat, tetapi lima ekor. Burung ekstra ditambahkan seolah-olah tidak bernilai sama sekali. Mungkin, makhluk-makhluk tersebut tidak berharga di mata manusia, tetapi bagaimana pandangan Sang Pencipta? Kata Yesus, ”Tidak satu pun dari mereka [bahkan seekor yang ditambahkan] dilupakan Allah.” (Lukas 12:6, 7) Sekarang, kita mulai mengerti apa yang Yesus maksudkan. Jika seekor burung pipit saja sangat Yehuwa hargai, betapa terlebih berharga lagi seorang manusia! Seperti yang Yesus jelaskan, Yehuwa mengetahui setiap perincian mengenai diri kita. Ya, bahkan rambut di kepala kita terhitung oleh-Nya!

      6. Mengapa kita yakin bahwa Yesus bersikap realistis sewaktu berbicara soal terhitungnya rambut kepala kita?

      6 Rambut kita terhitung? Mungkin, ada yang beranggapan bahwa Yesus tidak realistis dalam hal ini. Namun, coba pikirkan tentang harapan kebangkitan. Yehuwa pasti harus sangat mengenal kita agar dapat menciptakan kita kembali! Dia begitu menghargai kita sehingga Dia mengingat setiap perincian, termasuk kode genetis kita serta semua kenangan dan pengalaman kita selama bertahun-tahun.a Jika dibandingkan dengan hal itu, menghitung rambut kita—yang rata-rata tumbuh sebanyak 100.000 helai pada tiap kepala—merupakan soal sepele.

      Apa yang Yehuwa Lihat dalam Diri Kita?

      7, 8. (a) Apa beberapa sifat yang Yehuwa ingin temukan seraya Dia menyelidiki hati manusia? (b) Apa beberapa pekerjaan yang kita lakukan yang Yehuwa hargai?

      7 Kedua, Alkitab mengajar kita tentang apa yang Yehuwa hargai dalam diri hamba-hamba-Nya. Sederhana saja, Dia menyukai sifat-sifat baik kita dan upaya-upaya yang kita kerahkan. Raja Daud memberi tahu Salomo, putranya, ”Yehuwa menyelidiki hati dan memahami setiap niat dan pikiran.” (1 Tawarikh 28:9) Seraya Allah menyelidiki miliaran hati manusia dalam dunia yang penuh kekerasan dan kebencian ini, alangkah senangnya Dia apabila menemukan hati yang mengasihi perdamaian, kebenaran, dan keadilan! Apa yang terjadi jika Allah menemukan hati yang sarat dengan kasih kepada-Nya, yang berupaya belajar tentang-Nya dan membagikan pengetahuan demikian kepada orang lain? Yehuwa memberi tahu kita bahwa Dia memperhatikan mereka yang memperkenalkan diri-Nya kepada orang-orang lain. Bahkan, Dia memiliki sebuah ”buku peringatan” bagi semua orang ”yang takut kepada Yehuwa dan memikirkan nama-Nya”. (Maleakhi 3:16) Sifat-sifat demikian berharga bagi-Nya.

      8 Apa beberapa pekerjaan baik yang Yehuwa hargai? Tentu saja, upaya-upaya kita untuk meniru Putra-Nya, Yesus Kristus. (1 Petrus 2:21) Salah satu pekerjaan yang penting yang Allah hargai adalah penyebarluasan kabar baik tentang Kerajaan-Nya. Di Roma 10:15 (catatan kaki), kita membaca, ”Betapa indahnya kaki orang-orang yang datang memberitakan kabar baik!” Secara wajar, kita mungkin tidak berpikir bahwa kaki kita yang biasa-biasa saja ini indah. Tetapi, kaki di sini menggambarkan upaya hamba-hamba Yehuwa dalam memberitakan kabar baik. Semua upaya demikian kelihatan indah dan berharga di mata-Nya.​—Matius 24:14; 28:19, 20.

      9, 10. (a) Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa menghargai ketekunan kita dalam menghadapi berbagai kesukaran? (b) Yehuwa tidak pernah memiliki pandangan negatif apa terhadap hamba-hamba-Nya yang setia?

      9 Yehuwa juga menghargai ketekunan kita. (Matius 24:13) Ingatlah, Setan ingin Saudara berpaling dari Yehuwa. Hari yang Saudara jalani dengan tetap setia kepada Yehuwa merupakan hari ketika Saudara membantu memberikan jawaban kepada hinaan Setan. (Amsal 27:11) Kadang-kadang, ketekunan bukanlah hal yang mudah. Problem kesehatan, kesulitan keuangan, tekanan emosi, dan kendala-kendala lain bisa membuat setiap hari menjadi cobaan. Harapan yang tertunda juga terbukti dapat mengecilkan hati. (Amsal 13:12) Ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan seperti itu bahkan lebih berharga lagi bagi Yehuwa. Itulah sebabnya, Raja Daud meminta Yehuwa untuk menyimpan air matanya dalam sebuah ’kirbat’, dan dengan yakin menambahkan, ”Bukankah semuanya tertulis di buku-Mu?” (Mazmur 56:8) Ya, Yehuwa menyimpan dan mengingat semua air mata dan penderitaan kita seraya kita mempertahankan kesetiaan kepada-Nya. Air mata dan penderitaan itu juga berharga di mata-Nya.

      Yehuwa menghargai ketekunan kita dalam menghadapi pencobaan

      10 Nah sekarang, hati yang suka mempersalahkan diri mungkin menolak bukti bahwa kita berharga di mata Allah. Hati kita mungkin tak henti-hentinya membisiki kita, ’Tetapi ada begitu banyak orang lain yang lebih patut diteladani daripada saya. Yehuwa pasti sangat kecewa apabila Dia membandingkan saya dengan mereka!’ Yehuwa tidak suka membanding-bandingkan; cara berpikir-Nya juga tidak kaku atau keras. (Galatia 6:4) Dia membaca hati kita dengan saksama dan menghargai hal-hal baik yang ada di dalamnya—bahkan dalam kadar yang kecil.

      Yehuwa Memisahkan yang Baik dari yang Jahat

      11. Apa yang dapat kita pelajari tentang Yehuwa dari cara Dia menangani kasus Abiya?

      11 Ketiga, seraya Yehuwa menyelidiki kita, Dia dengan teliti mencari dan memisahkan hal-hal yang baik. Misalnya, sewaktu menyatakan bahwa seluruh dinasti Raja Yeroboam yang murtad harus dieksekusi, Yehuwa memerintahkan agar salah satu putra raja, Abiya, dikuburkan dengan layak. Mengapa? ”Yehuwa lihat . . . sesuatu yang baik dalam hatinya.” (1 Raja 14:1, 10-13) Yehuwa seolah-olah mengayak hati pria muda tersebut dan menemukan ”sesuatu yang baik” di sana. Betapa pun kecilnya atau tidak berartinya kebaikan yang Dia temukan, Yehuwa menganggapnya berharga untuk dicatat dalam Firman-Nya. Bahkan, Dia mengupahinya, memperlihatkan belas kasihan yang sepatutnya kepada salah seorang anggota keluarga murtad tersebut.

      12, 13. (a) Bagaimana kasus Raja Yehosyafat menunjukkan bahwa Yehuwa mencari hal-hal baik yang ada dalam diri kita bahkan ketika kita berbuat dosa? (b) Sehubungan dengan perbuatan dan sifat baik kita, bagaimana Yehuwa bertindak sebagai Orang Tua yang pengasih?

      12 Contoh yang bahkan lebih menonjol lagi adalah sehubungan dengan Raja Yehosyafat yang baik. Sewaktu sang raja melakukan suatu tindakan yang bodoh, seorang nabi Yehuwa memberi tahu dia, ”Karena itulah Yehuwa marah kepadamu.” Benar-benar serius! Tetapi, pesan Yehuwa tidak berhenti sampai di situ saja. Pesannya berlanjut, ”Tapi, Allah melihat hal-hal baik dalam dirimu.” (2 Tawarikh 19:1-3) Jadi, kemarahan Yehuwa yang benar tidak membutakan Dia terhadap hal-hal baik yang ada dalam diri Yehosyafat. Betapa berbedanya dengan manusia yang tak sempurna! Apabila kesal kepada orang lain, kita cenderung menjadi buta terhadap hal-hal baik yang ada dalam diri mereka. Dan, ketika kita berbuat dosa, perasaan kecewa, malu, dan bersalah membutakan kita terhadap hal-hal baik yang ada dalam diri kita. Namun, ingatlah bahwa jika kita bertobat dari dosa-dosa kita dan berjuang keras untuk tidak mengulanginya, Yehuwa mengampuni kita.

      13 Seraya Yehuwa menyelidiki Saudara, Dia membuang dosa-dosa tersebut, sangat mirip dengan cara seorang pendulang emas membuang kerikil-kerikil yang tidak berharga. Bagaimana dengan sifat dan perbuatan baik Saudara? Ya, itu semua adalah ”butir-butir” yang Dia simpan! Pernahkah Saudara memperhatikan bagaimana orang tua yang pengasih menyimpan gambar-gambar atau tugas-tugas sekolah anak-anaknya, kadang-kadang sampai puluhan tahun setelah anak-anak mereka melupakannya? Yehuwa adalah Orang Tua yang paling pengasih. Selama kita tetap setia kepada-Nya, Dia tidak pernah melupakan perbuatan dan sifat baik kita. Malah, melupakan hal-hal itu Dia pandang sebagai sesuatu yang tidak adil, dan Dia tidak pernah tidak adil. (Ibrani 6:10) Dia juga menyelidiki kita dengan cara lain.

      14, 15. (a) Mengapa ketidaksempurnaan kita tidak pernah membutakan Yehuwa terhadap hal baik yang ada dalam diri kita? Ilustrasikan. (b) Apa yang akan Yehuwa lakukan dengan hal baik yang Dia temukan dalam diri kita, dan bagaimana Dia memandang umat-Nya yang setia?

      14 Yehuwa melihat apa yang ada di balik ketidaksempurnaan kita dan mengamati potensi diri kita. Sebagai ilustrasi: Para pencinta karya seni akan melakukan apa saja untuk memperbaiki lukisan atau karya seni lain yang rusak berat. Misalnya, sewaktu seseorang dengan senapan merusak gambar karya Leonardo da Vinci senilai kira-kira 30 juta dolar AS di National Gallery London, Inggris, tidak seorang pun mengusulkan untuk membuang gambar yang sudah rusak tersebut. Pekerjaan untuk memperbaiki mahakarya yang sudah berusia hampir 500 tahun itu segera dimulai. Mengapa? Karena gambar itu sangat berharga di mata para pencinta seni. Tidakkah Saudara lebih berharga daripada sebuah gambar yang dibuat dengan kapur dan arang? Di mata Allah tentu Saudara lebih berharga—tidak soal seberapa rusaknya Saudara karena mewarisi ketidaksempurnaan. (Mazmur 72:12-14) Allah Yehuwa, Sang Pencipta ahli keluarga manusia, akan melakukan perbaikan apa pun yang dibutuhkan agar semua orang yang menyambut pemeliharaan-Nya yang pengasih dapat dipulihkan kepada kesempurnaan.​—Kisah 3:21; Roma 8:20-22.

      15 Ya, Yehuwa melihat hal baik yang mungkin tidak kita lihat dalam diri kita. Dan, seraya kita melayani-Nya, Dia akan membuat hal yang baik itu berkembang hingga akhirnya kita menjadi sempurna. Tidak soal bagaimana dunia Setan telah memperlakukan kita, Yehuwa memandang hamba-hamba-Nya yang setia sebagai orang-orang yang berharga.​—Hagai 2:7.

      Yehuwa dengan Aktif Mempertunjukkan Kasih-Nya

      16. Apa bukti terbesar kasih Yehuwa kepada kita, dan bagaimana kita tahu bahwa pemberian itu bermanfaat bagi kita secara pribadi?

      16 Keempat, Yehuwa melakukan banyak hal untuk membuktikan kasih-Nya kepada kita. Tentu saja, korban tebusan Kristus merupakan jawaban yang paling ampuh terhadap dusta Setan bahwa kita tidak berharga atau tidak dapat dikasihi. Jangan pernah lupa bahwa kematian yang penuh penderitaan yang Yesus alami di tiang siksaan dan bahkan penderitaan yang lebih besar yang Yehuwa alami seraya menyaksikan Putra yang Dia kasihi meninggal, adalah bukti kasih mereka kepada kita. Sayang sekali, banyak orang sulit percaya bahwa pemberian itu dapat diperuntukkan bagi mereka secara pribadi. Mereka merasa tidak layak. Namun, ingatlah bahwa Rasul Paulus pernah menjadi penganiaya para pengikut Kristus. Meski begitu, dia menulis, ”Putra Allah, . . . mengasihi saya dan mengorbankan dirinya bagi saya.”​—Galatia 1:13; 2:20.

      17. Dengan sarana apa Yehuwa menarik kita kepada diri-Nya dan kepada Putra-Nya?

      17 Yehuwa membuktikan kasih-Nya kepada kita dengan membantu kita secara pribadi agar dapat menikmati manfaat-manfaat korban Kristus. Yesus berkata, ”Tidak seorang pun bisa datang kepada saya kecuali dia ditarik oleh Bapak yang mengutus saya.” (Yohanes 6:44) Ya, secara pribadi Yehuwa menarik kita kepada Putra-Nya dan kepada harapan hidup kekal. Bagaimana? Melalui pekerjaan pengabaran yang menjangkau kita secara perorangan, dan melalui kuasa kudus-Nya, yang Yehuwa gunakan untuk membantu kita memahami dan menerapkan kebenaran-kebenaran rohani meskipun adanya keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita. Dengan demikian, Yehuwa dapat berkata mengenai kita seperti Dia berkata mengenai Israel, ”Kasih-Ku kepadamu adalah kasih yang abadi. Karena kasih itulah Aku setia kepadamu dan menarikmu kepada-Ku.”​—Yeremia 31:3.

      18, 19. (a) Cara yang paling akrab apa yang Yehuwa gunakan untuk mempertunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan apa yang menunjukkan bahwa Dia secara pribadi sangat peduli akan hal itu? (b) Bagaimana Firman Allah meyakinkan kita bahwa Yehuwa adalah pendengar yang berempati?

      18 Barangkali, melalui doalah kita merasakan kasih Yehuwa dengan cara yang paling akrab. Alkitab mengundang kita semua untuk ’berdoa terus’ kepada Allah. (1 Tesalonika 5:17) Dia mendengarkan. Dia bahkan disebut sebagai ”Pendengar doa”. (Mazmur 65:2) Dia tidak mendelegasikan jabatan ini kepada pribadi lain mana pun, bahkan tidak kepada Putra-Nya sendiri. Coba bayangkan: Sang Pencipta alam semesta mendesak kita untuk mendekati-Nya dalam doa, dengan kebebasan berbicara. Dan, pendengar macam apakah Dia? Dingin, masa bodoh, tidak peduli? Sama sekali tidak.

      19 Yehuwa berempati. Apakah empati itu? Seorang Kristen lanjut usia yang setia berkata, ”Empati adalah kepedihan-mu di hati-ku.” Apakah Yehuwa benar-benar terpengaruh oleh kepedihan kita? Sehubungan dengan penderitaan umat-Nya, Israel, kita membaca, ”Saat mereka susah, Dia pun merasa susah.” (Yesaya 63:9) Yehuwa tidak sekadar melihat kesusahan mereka; Dia menyelami perasaan bangsa itu. Seberapa dalam perasaan-Nya diilustrasikan oleh kata-kata Yehuwa sendiri kepada hamba-hamba-Nya, ”Siapa pun yang menyentuh kalian berarti menyentuh biji mata-Ku.”b (Zakharia 2:8) Pastilah sangat menyakitkan! Ya, Yehuwa merasakan apa yang kita rasakan. Jika kita terluka, Dia juga terluka.

      20. Pemikiran yang tidak seimbang apa yang harus kita hindari jika kita ingin menaati nasihat yang terdapat di Roma 12:3?

      20 Tak satu pun orang Kristen yang seimbang yang akan menggunakan bukti kasih dan penghargaan Allah tersebut sebagai dalih untuk menjadi sombong atau menganggap diri penting. Rasul Paulus menulis, ”Karena kebaikan hati Allah yang luar biasa kepada saya, saya memberi tahu kalian semua agar tidak menilai diri kalian lebih tinggi daripada yang sebenarnya, tapi menilai diri kalian apa adanya, sesuai dengan iman yang Allah berikan kepada kalian masing-masing.” (Roma 12:3) Terjemahan lain untuk ayat ini berbunyi, ”Saya menasihati Saudara-saudara semuanya: Janganlah merasa diri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Hendaklah kalian menilai keadaan dirimu dengan rendah hati.” (Bahasa Indonesia Masa Kini-LAI) Jadi, seraya kita merasakan sepenuhnya kehangatan kasih Bapak surgawi kita, marilah kita berpikiran sehat dan mengingat bahwa kita sebenarnya tidak berhak ataupun layak memperoleh kasih Allah.​—Lukas 17:10.

      21. Apa saja dusta Setan yang harus terus-menerus kita lawan, dan dengan kebenaran ilahi mana kita dapat terus meyakinkan hati kita?

      21 Marilah kita semua mengerahkan segenap kekuatan kita untuk menampik semua dusta Setan, termasuk dusta bahwa kita tidak berharga atau tidak dapat dikasihi. Seandainya pengalaman hidup telah mengajar Saudara untuk memandang diri Saudara sebagai penghalang yang terlalu sulit untuk diatasi bahkan oleh kasih Allah yang sangat besar, atau perbuatan baik Saudara terlalu kecil untuk diperhatikan bahkan oleh mata-Nya yang maha melihat, atau dosa Saudara terlalu besar untuk ditutupi bahkan oleh kematian Putra-Nya yang berharga, dustalah yang telah diajarkan kepada Saudara. Tampiklah semua dusta itu dengan segenap hati Saudara! Marilah kita terus-menerus meyakinkan hati kita akan kebenaran yang dinyatakan dalam kata-kata Paulus yang terilham ini, ”Saya yakin bahwa kematian atau kehidupan, malaikat atau pemerintah, hal-hal yang ada sekarang atau yang ada nanti, atau kuasa, atau hal-hal yang ada di atas atau di bawah, atau ciptaan mana pun, tidak akan bisa memisahkan kita dari kasih Allah, yang nyata melalui Kristus Yesus Tuan kita.”​—Roma 8:38, 39.

      a Alkitab berulang kali menghubungkan harapan kebangkitan dengan ingatan Yehuwa. Ayub, pria yang setia, berkata kepada Yehuwa, ”Oh, . . . seandainya saja Engkau menetapkan batas waktu bagiku dan mengingat aku!” (Ayub 14:13) Yesus berbicara tentang kebangkitan ”semua orang yang di dalam makam peringatan”. Hal itu tepat karena Yehuwa mengingat dengan sempurna orang-orang mati yang ingin Dia bangkitkan.​—Yohanes 5:28, 29, catatan kaki.

      b Beberapa terjemahan ayat ini menyiratkan bahwa yang menyentuh umat Allah sebenarnya menyentuh matanya sendiri atau mata Israel, bukan mata Allah. Kesalahan tersebut dibuat oleh beberapa penulis yang menganggap ayat ini tidak sopan dan, oleh karena itu, mereka mengubahnya. Upaya mereka yang salah arah ini mengaburkan intensitas empati pribadi Yehuwa.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Mazmur 139:1-24 Bagaimana kata-kata Raja Daud yang terilham menunjukkan bahwa Yehuwa sangat berminat kepada kita secara perorangan?

      • Yesaya 43:3, 4, 10-13 Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap mereka yang melayani sebagai Saksi-Saksi-Nya, dan bagaimana perasaan-Nya dinyatakan dalam tindakan?

      • Roma 5:6-8 Mengapa kita dapat yakin bahwa keadaan kita yang berdosa tidak menghalangi kasih Yehuwa untuk mencapai dan memberi manfaat kepada kita?

      • Yudas 17-25 Bagaimana kita dapat tetap berada dalam kasih Allah, dan pengaruh apa saja yang menghalangi kita untuk melakukannya?

  • ”Keibaan Hati Allah Kita”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang wanita menatap dengan penuh kasih sayang.

      PASAL 25

      ”Keibaan Hati Allah Kita”

      1, 2. (a) Bagaimana tanggapan alami seorang ibu terhadap tangisan bayinya? (b) Perasaan apa yang bahkan lebih kuat daripada keibaan hati seorang ibu?

      PADA tengah malam, seorang bayi menangis. Sang ibu langsung terbangun. Tidurnya tidak lagi senyenyak biasanya—tidak lagi, sejak bayinya lahir. Dia telah belajar membedakan jenis-jenis tangisan bayinya. Karena itu, sering kali dia dapat mengetahui apakah bayinya perlu diberi makan, ditimang, atau diberi perawatan lainnya. Tetapi, tidak soal apa yang menyebabkan sang bayi menangis, sang ibu menanggapinya. Kasihnya membuat dia tidak dapat mengabaikan kebutuhan anaknya.

      2 Keibaan hati yang dirasakan seorang ibu terhadap anak kandungnya merupakan salah satu perasaan yang paling lembut yang dikenal manusia. Akan tetapi, ada suatu perasaan yang jauh lebih kuat—keibaan hati dari Allah kita, Yehuwa. Dengan membahas sifat yang luhur ini, kita dapat menjadi lebih dekat kepada Yehuwa. Jadi, marilah kita membahas apa keibaan hati itu dan bagaimana Allah kita memperlihatkannya.

      Apakah Keibaan Hati Itu?

      3. Apa arti kata kerja Ibrani yang diterjemahkan ”mengasihani”?

      3 Di dalam Alkitab, keibaan hati dan belas kasihan berkaitan erat. Sejumlah kata Ibrani dan Yunani mengandung makna keibaan hati. Sebagai contoh, perhatikan kata kerja Ibrani ra·khamʹ, yang sering kali diterjemahkan ”mengasihani”. Sebuah karya referensi menjelaskan bahwa kata kerja ra·khamʹ ”menyatakan rasa iba hati yang dalam dan lembut, seperti yang timbul karena melihat kelemahan atau penderitaan orang-orang yang kita sayangi atau yang membutuhkan bantuan kita”. Kata Ibrani tersebut, yang Yehuwa terapkan pada diri-Nya sendiri, berkaitan dengan kata untuk ”rahim” dan dapat digambarkan sebagai ”keibaan hati seorang ibu”.a—Keluaran 33:19; Yeremia 33:26.

      Seorang ibu sedang menggendong bayinya di dadanya.

      ”Bisakah seorang ibu melupakan . . . anak kandungnya?”

      4, 5. Bagaimana Alkitab menggunakan perasaan seorang ibu terhadap bayinya untuk mengajar kita tentang keibaan hati Yehuwa?

      4 Alkitab menggunakan perasaan seorang ibu terhadap bayinya untuk mengajarkan kepada kita makna keibaan hati Yehuwa. Di Yesaya 49:15, kita membaca, ”Bisakah seorang ibu melupakan anaknya yang masih menyusu atau tidak sayang [ra·khamʹ] kepada anak kandungnya? Kalaupun dia lupa, Aku tidak akan pernah melupakanmu.” Gambaran yang menyentuh hati tersebut menandaskan betapa dalamnya keibaan hati Yehuwa terhadap umat-Nya. Mengapa demikian?

      5 Sulit untuk membayangkan bahwa seorang ibu lupa memelihara dan merawat anaknya yang masih menyusu. Bukankah seorang bayi tidak berdaya; bayi butuh perhatian dan kasih sayang ibunya siang dan malam? Akan tetapi, sungguh menyedihkan bahwa kita sering mendengar tentang ibu-ibu yang mengabaikan bayinya, terutama pada ’keadaan yang sulit dihadapi’ ini yang bercirikan kurangnya ”kasih sayang”. (2 Timotius 3:1, 3) Tetapi, kata Yehuwa, ”Aku tidak akan pernah melupakanmu.” Keibaan hati Yehuwa terhadap hamba-hamba-Nya tidak pernah luntur. Keibaan tersebut jauh lebih kuat daripada perasaan alami yang paling lembut yang dapat kita bayangkan—keibaan hati alami seorang ibu terhadap bayinya. Tidaklah mengejutkan jika seorang komentator berkata begini sehubungan dengan Yesaya 49:15, ”Pernyataan ini merupakan salah satu pernyataan yang paling kuat mengenai kasih Allah, bahkan bisa jadi yang paling kuat yang dicatat dalam Perjanjian Lama.”

      6. Dengan cara bagaimana banyak manusia yang tidak sempurna memandang keibaan hati, tetapi akan hal apa Yehuwa meyakinkan kita?

      6 Apakah keibaan hati merupakan tanda kelemahan? Banyak manusia yang tidak sempurna berpandangan seperti itu. Misalnya, filsuf Romawi Seneka, seorang cendekiawan terkemuka di Roma yang hidup sezaman dengan Yesus, mengajarkan bahwa ”rasa kasihan adalah suatu kelemahan pikiran”. Seneka adalah seorang pendukung aliran Stoa, suatu filsafat yang menekankan ketenangan yang tanpa perasaan. Orang berhikmat bisa menolong orang yang menderita, kata Seneka, tetapi dia tidak boleh membiarkan dirinya merasa kasihan, karena perasaan tersebut bisa merenggut ketenteramannya. Pandangan hidup yang berpusat pada diri sendiri tersebut tidak memberikan tempat bagi keibaan hati yang tulus. Tetapi, Yehuwa sama sekali bukan seperti itu! Dalam Firman-Nya, Yehuwa meyakinkan kita bahwa Dia ”penuh keibaan hati dan belas kasihan”. (Yakobus 5:11, catatan kaki) Seperti yang akan kita lihat, keibaan hati bukanlah kelemahan melainkan suatu sifat yang kuat dan vital. Mari kita cermati bagaimana Yehuwa, seperti orang tua yang pengasih, memperlihatkannya.

      Kala Yehuwa Menunjukkan Keibaan Hati kepada Suatu Bangsa

      7, 8. Bagaimana orang Israel menderita di Mesir kuno, dan bagaimana Yehuwa menanggapi penderitaan mereka?

      7 Keibaan hati Yehuwa jelas terlihat dari cara Dia memperlakukan bangsa Israel. Pada akhir abad ke-16 SM, jutaan orang Israel diperbudak di Mesir kuno, tempat mereka ditindas dengan kejam. Orang Israel ”dibuat sengsara dan disuruh kerja berat. Mereka disuruh mengaduk semen dan membuat batu bata [dan] melakukan berbagai pekerjaan budak”. (Keluaran 1:11, 14) Di tengah-tengah penderitaan, orang Israel berseru kepada Yehuwa meminta bantuan. Bagaimana Allah yang memiliki keibaan hati menanggapinya?

      8 Hati Yehuwa tersentuh. Dia berfirman, ”Aku sudah lihat bagaimana umat-Ku ditindas di Mesir, dan Aku sudah dengar mereka minta tolong karena mereka disuruh kerja paksa. Aku tahu betul penderitaan mereka.” (Keluaran 3:7) Yehuwa tidak mungkin melihat penderitaan umat-Nya atau mendengar jeritan mereka tanpa merasa iba kepada mereka. Seperti yang kita ketahui dari Pasal 24 buku ini, Yehuwa adalah Allah yang berempati. Dan, empati—kesanggupan untuk merasakan penderitaan orang lain—berkaitan erat dengan keibaan hati. Tetapi, Yehuwa tidak hanya merasa iba kepada umat-Nya; Dia tergerak untuk bertindak demi mereka. Yesaya 63:9 berkata, ”Karena kasih dan keibaan hati-Nya, Dia menebus mereka.” Dengan ”tangan yang kuat”, Yehuwa membebaskan orang Israel dari Mesir. (Ulangan 4:34) Setelah itu, Dia secara mukjizat menyediakan makanan bagi mereka dan mengantar mereka ke suatu negeri yang subur milik mereka sendiri.

      9, 10. (a) Mengapa Yehuwa berulang kali membebaskan orang Israel setelah mereka menetap di Negeri Perjanjian? (b) Pada zaman Yefta, Yehuwa membebaskan orang Israel dari penindasan bangsa mana, dan apa yang menggerakkan Dia untuk melakukannya?

      9 Keibaan hati Yehuwa tidak sampai di situ saja. Sewaktu menetap di Negeri Perjanjian, Israel berulang kali tergelincir ke dalam ketidaksetiaan, dan akibatnya menderita. Namun, biasanya bangsa itu kemudian sadar dan berseru kepada Yehuwa. Dia berulang-ulang membebaskan mereka. Mengapa? ”Karena Dia merasa kasihan terhadap umat-Nya.”​—2 Tawarikh 36:15; Hakim 2:11-16.

      10 Perhatikan apa yang terjadi pada zaman Yefta. Karena orang Israel telah berpaling untuk menyembah allah-allah palsu, Yehuwa membiarkan mereka ditindas orang Ammon selama 18 tahun. Akhirnya, orang Israel bertobat. Alkitab memberi tahu kita, ”Mereka membuang patung allah-allah lain dari antara mereka dan melayani Yehuwa, sehingga Dia tidak tahan melihat penderitaan Israel.”b (Hakim 10:6-16) Segera setelah umat-Nya memperlihatkan pertobatan yang tulus, Yehuwa tidak tahan lagi melihat mereka menderita. Oleh karena itu, Allah yang memiliki keibaan hati memberi Yefta kuasa untuk membebaskan orang Israel dari tangan musuh-musuh mereka.​—Hakim 11:30-33.

      11. Dari cara Yehuwa memperlakukan orang Israel, apa yang kita pelajari tentang keibaan hati?

      11 Dari cara Yehuwa memperlakukan bangsa Israel, apa yang dapat kita pelajari tentang keibaan hati? Yaitu, kita melihat bahwa sifat itu bukan sekadar mengetahui dan bersimpati terhadap kesengsaraan yang orang lain alami. Ingatlah contoh tentang seorang ibu yang menanggapi tangisan bayinya karena tergerak oleh keibaan hati. Demikian pula, Yehuwa tidak menutup telinga terhadap jeritan umat-Nya. Keibaan hati-Nya menggerakkan Dia untuk membebaskan mereka dari penderitaan. Selain itu, cara Yehuwa memperlakukan orang Israel mengajar kita bahwa keibaan hati sama sekali bukan kelemahan, karena sifat yang lembut ini menggerakkan Dia untuk mengambil tindakan yang keras dan tegas demi umat-Nya. Namun, apakah Yehuwa memperlihatkan keibaan hati hanya kepada hamba-hamba-Nya sebagai suatu kelompok?

      Keibaan Hati Yehuwa terhadap Orang-perorangan

      12. Bagaimana Hukum mencerminkan keibaan hati Yehuwa terhadap orang-perorangan?

      12 Hukum yang Allah berikan kepada bangsa Israel menunjukkan keibaan hati-Nya terhadap orang-perorangan. Misalnya, perhatikan kepedulian-Nya terhadap orang miskin. Yehuwa tahu bahwa keadaan tak terduga, yang bisa saja muncul, dapat menjerumuskan seorang Israel ke dalam kemiskinan. Bagaimana seharusnya perlakuan terhadap orang miskin? Dengan tegas, Yehuwa memerintahkan orang Israel, ”Jangan keras hati ataupun pelit kepadanya. Kalian harus bermurah hati kepadanya, dan jangan memberi dengan berat hati. Itulah yang akan membuat Yehuwa Allah kalian memberkati semua perbuatan dan upaya kalian.” (Ulangan 15:7, 10) Yehuwa lebih jauh memerintahkan orang Israel untuk tidak memanen bagian pinggir ladang sampai habis atau memungut apa pun yang tersisa. Apa yang tertinggal tersebut adalah untuk orang-orang yang kurang beruntung. (Imamat 23:22; Rut 2:2-7) Sewaktu bangsa itu menjalankan undang-undang yang bertimbang rasa terhadap orang-orang miskin yang ada di antara mereka, setiap orang yang berkekurangan di Israel tidak perlu meminta-minta makanan. Tidakkah hal itu mencerminkan keibaan hati Yehuwa?

      13, 14. (a) Bagaimana kata-kata Daud meyakinkan kita bahwa Yehuwa sangat memperhatikan kita secara perorangan? (b) Bagaimana kita dapat mengilustrasikan kedekatan Yehuwa dengan orang yang ”hancur hatinya” atau ”patah semangat”?

      13 Demikian pula sekarang, Allah kita yang pengasih sangat memperhatikan kita secara perorangan. Kita dapat yakin bahwa Dia benar-benar mengetahui penderitaan apa pun yang kita alami. Sang pemazmur Daud menulis, ”Mata Yehuwa memperhatikan orang benar, dan telinga-Nya mendengarkan teriakan mereka minta tolong. Yehuwa dekat dengan orang yang hancur hatinya; Dia menyelamatkan orang yang patah semangat.” (Mazmur 34:15, 18) Sehubungan dengan orang-orang yang dilukiskan dalam ayat-ayat tersebut, seorang komentator Alkitab mengatakan, ”Mereka adalah orang-orang yang patah hati dan sangat menyesal, yaitu, yang direndahkan oleh dosa, dan kehilangan harga diri; mereka rendah di mata mereka sendiri, dan tidak memiliki keyakinan akan martabat dirinya sendiri.” Orang-orang demikian mungkin merasa bahwa Yehuwa itu jauh sekali dan bahwa mereka terlalu tidak berarti untuk Dia perhatikan. Tetapi, sesungguhnya tidak demikian. Kata-kata Daud meyakinkan kita bahwa Yehuwa tidak meninggalkan mereka yang ”rendah di mata mereka sendiri”. Allah kita yang beriba hati tahu bahwa pada saat-saat seperti itu, kita membutuhkan Dia lebih daripada sebelumnya, dan Dia berada dekat dengan kita.

      14 Perhatikan pengalaman berikut. Seorang ibu yang tinggal di Amerika Serikat melarikan putranya yang berusia dua tahun ke rumah sakit karena menderita krup (radang akut selaput lendir pangkal tenggorok) yang parah. Setelah memeriksa bocah itu, para dokter memberi tahu sang ibu bahwa malam itu anaknya harus diopname. Di manakah sang ibu malam itu? Di sebuah kursi di kamar rumah sakit, tepat di samping ranjang anaknya! Putranya sedang sakit, dan dia harus berada di dekatnya. Pastilah, kita dapat berharap lebih banyak dari Bapak surgawi kita yang pengasih! Ingatlah, kita diciptakan mirip dengan-Nya. (Kejadian 1:26) Kata-kata Mazmur 34:18 yang menyentuh hati memberi tahu kita bahwa ketika ’hati kita hancur’ atau ketika kita ”patah semangat”, Yehuwa, seperti Bapak yang pengasih, berada ”dekat” dengan kita—selalu beriba hati dan siap membantu.

      15. Dengan cara apa saja Yehuwa membantu kita secara perorangan?

      15 Kalau begitu, bagaimana Yehuwa membantu kita secara perorangan? Tentu saja, Dia tidak menyingkirkan penyebab penderitaan kita. Namun, Yehuwa telah membuat persediaan yang limpah bagi mereka yang berseru meminta tolong kepada-Nya. Firman-Nya, Alkitab, memberikan nasihat praktis yang dapat menghasilkan perubahan. Di dalam sidang, Yehuwa menyediakan para pengawas yang memenuhi syarat secara rohani, yang berupaya mencerminkan keibaan hati-Nya sewaktu membantu rekan-rekan seiman mereka. (Yakobus 5:14, 15) Sebagai ”Pendengar doa”, Dia memberikan ”kuasa kudus kepada orang yang meminta kepada-Nya”. (Mazmur 65:2; Lukas 11:13) Kuasa tersebut dapat memberi kita ”kesanggupan . . . yang begitu luar biasa” agar kita dapat bertekun sampai Kerajaan Allah menyingkirkan semua problem yang menekan. (2 Korintus 4:7) Tidakkah kita bersyukur atas persediaan-persediaan tersebut? Jangan sampai kita lupa bahwa itu semua adalah pernyataan keibaan hati Yehuwa.

      16. Apa contoh terbesar keibaan hati Yehuwa, dan bagaimana hal itu memengaruhi kita secara perorangan?

      16 Tentu saja, contoh terbesar keibaan hati Yehuwa adalah diberikannya Pribadi yang paling Dia kasihi untuk menjadi tebusan bagi kita. Hal itu merupakan pengorbanan yang pengasih di pihak Yehuwa, dan hal itu membuka jalan bagi keselamatan kita. Ingatlah, persediaan tebusan berlaku bagi kita secara perorangan. Oleh karena itu, tepatlah jika Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, menubuatkan bahwa persediaan ini mengagungkan ”keibaan hati Allah kita”.​—Lukas 1:78.

      Kala Yehuwa Menahan Keibaan Hati

      17-19. (a) Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa keibaan hati Yehuwa itu bukannya tanpa batas? (b) Apa yang membuat keibaan hati Yehuwa terhadap umat-Nya mencapai ambang batas?

      17 Apakah kita harus membayangkan bahwa keibaan hati Yehuwa itu tidak mempunyai batas? Sebaliknya, Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa sudah sepantasnyalah bagi Yehuwa untuk menahan belas kasihan, atau keibaan hati, dari orang-orang yang menentang jalan-jalan-Nya yang benar. (Ibrani 10:28) Untuk memahami mengapa Dia berbuat begitu, ingatlah kembali contoh bangsa Israel.

      18 Meskipun Dia berulang kali membebaskan orang Israel dari musuh-musuh mereka, akhirnya keibaan hati Yehuwa mencapai batasnya. Bangsa yang keras kepala tersebut mempraktekkan penyembahan berhala, bahkan membawa berhala-berhala mereka yang menjijikkan ke dalam bait Yehuwa! (Yehezkiel 5:11; 8:17, 18) Lebih jauh, kita diberi tahu, ”Mereka terus mengejek para utusan Allah yang benar, meremehkan kata-kata-Nya, dan menghina nabi-nabi-Nya, sehingga kemarahan Yehuwa menimpa umat-Nya, sampai mereka tidak bisa dipulihkan lagi.” (2 Tawarikh 36:16) Orang Israel mencapai suatu titik di mana tidak ada lagi dasar yang benar untuk keibaan hati, dan mereka membangkitkan kemarahan Yehuwa yang benar. Apa akibatnya?

      19 Yehuwa tidak bisa lagi beriba hati terhadap umat-Nya. Dia menyatakan, ”Aku tidak akan iba hati atau sedih atau kasihan. Aku akan memusnahkan mereka, dan tidak ada yang bisa menghentikan-Ku.” (Yeremia 13:14) Oleh karena itu, Yerusalem dan baitnya dibinasakan, dan orang Israel dibawa ke Babilon sebagai tawanan. Betapa tragisnya jika manusia yang berdosa memberontak sedemikian parahnya sampai-sampai mencapai ambang batas keibaan hati ilahi!​—Ratapan 2:21.

      20, 21. (a) Apa yang akan terjadi jika keibaan hati ilahi mencapai batasnya pada zaman kita? (b) Apa pemberian yang menunjukkan keibaan hati Yehuwa yang akan kita bahas di pasal selanjutnya?

      20 Bagaimana dengan sekarang? Yehuwa belum berubah. Didorong oleh keibaan hati, Dia menugasi Saksi-Saksi-Nya untuk memberitakan ”kabar baik tentang Kerajaan” di seluruh bumi yang berpenduduk. (Matius 24:14) Ketika orang-orang yang berhati jujur menanggapi, Yehuwa membantu mereka memahami berita Kerajaan. (Kisah 16:14) Tetapi, pekerjaan ini tidak akan berlangsung untuk selama-lamanya. Yehuwa tidak dapat dikatakan beriba hati seandainya Dia membiarkan dunia yang fasik ini, dengan segala kesengsaraan dan penderitaannya, terus ada selamanya. Jika keibaan hati ilahi mencapai batasnya, Yehuwa akan melaksanakan penghakiman atas sistem ini. Sekalipun demikian, Dia akan bertindak berdasarkan keibaan hati—keibaan hati bagi ’nama-Nya yang suci’ dan bagi hamba-hamba-Nya yang setia. (Yehezkiel 36:20-23) Yehuwa akan menyingkirkan kefasikan dan mendatangkan suatu dunia baru yang adil dan benar. Sehubungan dengan orang fasik, Yehuwa menyatakan, ”Mata-Ku tidak akan kasihan, dan Aku tidak akan iba hati. Aku akan membuat mereka merasakan akibat tingkah laku mereka.”​—Yehezkiel 9:10.

      21 Sebelum saat itu tiba, Yehuwa beriba hati terhadap orang-orang, bahkan terhadap mereka yang menghadapi kebinasaan. Manusia berdosa yang bertobat dengan sungguh-sungguh dapat menikmati manfaat dari salah satu pemberian yang paling menunjukkan keibaan hati Yehuwa—pengampunan. Di pasal selanjutnya, kita akan membahas beberapa ungkapan indah yang terdapat dalam Alkitab yang menunjukkan tuntasnya pengampunan Yehuwa.

      a Namun, sungguh menarik bahwa di Mazmur 103:13, kata kerja Ibrani ra·khamʹ berarti belas kasihan, atau keibaan hati, yang diperlihatkan seorang ayah kepada anak-anaknya.

      b Ungkapan ”Dia tidak tahan” secara harfiah berarti ”jiwanya dipersingkat; kesabarannya habis”. The New English Bible berbunyi, ”Dia tidak tahan lebih lama lagi melihat malapetaka yang dialami Israel.” Tanakh—A New Translation of the Holy Scriptures mengalihbahasakannya menjadi, ”Dia tidak tahan melihat kesengsaraan Israel.”

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Yeremia 31:20 Perasaan lembut apa yang Yehuwa miliki terhadap umat-Nya, dan hal itu membuat Saudara memiliki perasaan apa terhadap-Nya?

      • Yoel 2:12-14, 17-19 Umat Yehuwa perlu melakukan apa agar keibaan hati ditunjukkan kepada mereka, dan apa yang kita pelajari dari hal ini?

      • Yunus 4:1-11 Bagaimana Yehuwa memberi Yunus pelajaran tentang pentingnya keibaan hati?

      • Ibrani 10:26-31 Mengapa kita tidak boleh menyalahgunakan belas kasihan, atau keibaan hati, Yehuwa?

  • Allah yang ”Siap Mengampuni”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Seorang pria sedang berdoa.

      PASAL 26

      Allah yang ”Siap Mengampuni”

      1-3. (a) Beban berat apa yang ditanggung oleh pemazmur Daud, dan bagaimana dia menemukan penghiburan bagi hatinya yang gundah? (b) Jika kita berbuat dosa, beban apa yang mungkin harus kita tanggung sebagai akibatnya, tetapi sehubungan dengan hal apa Yehuwa meyakinkan kita?

      ”KESALAHAN-KESALAHANKU membanjiri aku,” tulis pemazmur Daud. ”Seperti beban berat yang tak sanggup kutanggung. Aku mati rasa dan benar-benar remuk.” (Mazmur 38:4, 8) Daud mengetahui betapa beratnya beban hati nurani yang bersalah. Tetapi, dia menemukan penghiburan bagi hatinya yang gundah. Dia mengerti bahwa meskipun Yehuwa membenci dosa, Dia tidak membenci si pedosa jika orang tersebut benar-benar bertobat dan meninggalkan haluannya yang berdosa. Dengan kepercayaan penuh akan kesediaan Yehuwa untuk mengulurkan belas kasihan kepada orang-orang yang bertobat, Daud berkata, ”Engkau . . . siap mengampuni, oh Yehuwa.”​—Mazmur 86:5.

      2 Jika berbuat dosa, kita juga mungkin menanggung beban yang mengimpit berupa hati nurani yang tersiksa. Penyesalan yang mendalam ini bermanfaat. Perasaan demikian dapat menggerakkan kita untuk mengambil langkah-langkah positif guna mengoreksi kesalahan kita. Akan tetapi, ada bahaya dikuasai oleh perasaan bersalah. Hati kita yang suka mempersalahkan diri mungkin berkukuh bahwa Yehuwa tidak akan mengampuni kita, tidak soal seberapa dalam pertobatan kita. Jika kita ”terlalu sedih”, Setan dapat berupaya membuat kita menyerah, merasa bahwa Yehuwa memandang kita sebagai orang yang tidak berharga, tidak pantas melayani Dia.​—2 Korintus 2:5-11.

      3 Apakah memang demikian pandangan Yehuwa? Sama sekali bukan! Pengampunan adalah salah satu faset kasih Yehuwa yang besar. Dalam Firman-Nya, Dia meyakinkan kita bahwa jika kita memperlihatkan pertobatan yang tulus dan sepenuh hati, Dia bersedia mengampuni. (Amsal 28:13) Agar pengampunan Yehuwa tidak pernah kelihatan mustahil untuk kita peroleh, mari kita bahas mengapa dan bagaimana Dia mengampuni.

      Mengapa Yehuwa ”Siap Mengampuni”

      4. Apa yang Yehuwa ingat sehubungan dengan sifat bawaan kita, dan bagaimana hal itu memengaruhi cara Dia memperlakukan kita?

      4 Yehuwa mengetahui keterbatasan kita. ”Dia tahu betul bagaimana kita dibentuk, Dia ingat bahwa kita ini debu,” kata Mazmur 103:14. Dia tidak lupa bahwa kita ini adalah makhluk dari debu, memiliki kelemahan akibat ketidaksempurnaan. Pernyataan bahwa Dia tahu ”bagaimana kita dibentuk” mengingatkan kita bahwa Alkitab menyamakan Yehuwa dengan seorang perajin tanah liat dan kita dengan wadah tanah liat yang Dia bentuk. (Yeremia 18:2-6) Sang Perajin Tanah Liat Agung menyesuaikan cara Dia memperlakukan kita menurut kelemahan sifat bawaan kita yang berdosa dan menurut gagal tidaknya kita menanggapi bimbingan-Nya.

      5. Bagaimana buku Roma menggambarkan cengkeraman dosa yang sangat kuat?

      5 Yehuwa memahami betapa berkuasanya dosa. Firman-Nya menggambarkan dosa sebagai kekuatan perkasa yang mencekal manusia dalam cengkeraman mautnya. Sebenarnya, seberapa kuatkah cengkeraman dosa? Di buku Roma, Rasul Paulus menjelaskan: Kita ”dikuasai dosa”, seperti para prajurit berada di bawah komandan mereka (Roma 3:9); dosa telah ”berkuasa” atas manusia bagaikan raja (Roma 5:21); dosa ada di ”dalam diri” kita (Roma 7:17, 20); ”hukum”-nya senantiasa bekerja dalam diri kita, pada dasarnya mencoba mengendalikan haluan kita. (Roma 7:23, 25) Sungguh kuat cengkeraman dosa atas daging kita yang tidak sempurna ini!​—Roma 7:21, 24.

      6, 7. (a) Bagaimana Yehuwa memandang orang yang mencari belas kasihan-Nya dengan hati yang penuh penyesalan? (b) Mengapa kita hendaknya tidak menyalahgunakan belas kasihan Allah?

      6 Oleh karena itu, Yehuwa tahu bahwa ketaatan yang sempurna mustahil bagi kita, tidak soal seberapa sungguh-sungguh kita ingin memberikan hal itu kepada-Nya. Dia dengan pengasih meyakinkan kita bahwa apabila kita mencari belas kasihan-Nya dengan hati yang penuh penyesalan, Dia akan mengulurkan pengampunan. Mazmur 51:17 mengatakan, ”Korban yang Allah senangi adalah hati yang hancur; hati yang pedih dan hancur, oh Allah, tidak akan Engkau tolak.” Yehuwa tidak akan pernah menampik, atau menolak, hati yang ”pedih dan hancur” oleh beban perasaan bersalah.

      7 Namun, apakah ini berarti bahwa kita dapat menyalahgunakan belas kasihan Allah, menggunakan sifat bawaan kita yang berdosa sebagai dalih untuk berbuat dosa? Tentu saja tidak! Yehuwa tidak semata-mata mengikuti perasaan. Belas kasihan-Nya mempunyai batas. Dia sama sekali tidak akan mengampuni orang yang berkeras mempraktekkan dosa dengan sengaja, tanpa sedikit pun menunjukkan pertobatan. (Ibrani 10:26) Sebaliknya, sewaktu Dia melihat hati yang penuh penyesalan, Dia siap mengampuni. Sekarang, mari kita perhatikan beberapa ungkapan ekspresif yang digunakan dalam Alkitab untuk melukiskan faset yang menakjubkan dari kasih Yehuwa ini.

      Seberapa Tuntaskah Yehuwa Mengampuni?

      8. Sewaktu mengampuni dosa-dosa kita, Yehuwa seolah-olah melakukan apa, dan hal itu memberi kita keyakinan apa?

      8 Daud yang bertobat berkata, ”Akhirnya aku mengakui dosaku kepada-Mu; aku tidak menutupi kesalahanku. . . . Dan Engkau mengampuni kesalahan dan dosaku.” (Mazmur 32:5) Kata ”mengampuni” adalah terjemahan sebuah kata Ibrani yang pada dasarnya berarti ”mengangkat” atau ”memikul”. Penggunaannya di sini berarti menyingkirkan ”perasaan bersalah, kelaliman, dan pelanggaran”. Jadi, Yehuwa seolah-olah mengangkat dosa-dosa Daud dan membawa semuanya itu pergi. Hal itu pasti meringankan perasaan bersalah yang Daud tanggung. (Mazmur 32:3) Kita pun dapat memiliki keyakinan penuh akan Allah yang menyingkirkan dosa orang-orang yang mencari pengampunan-Nya berdasarkan iman mereka akan korban tebusan Yesus.​—Matius 20:28.

      9. Seberapa jauh dari kita Yehuwa meletakkan dosa-dosa kita?

      9 Daud menggunakan ungkapan yang hidup lainnya untuk menggambarkan pengampunan Yehuwa, ”Sejauh matahari terbit dari matahari terbenam, sejauh itulah pelanggaran kita Dia jauhkan dari kita.” (Mazmur 103:12) Matahari terbit dari timur dan terbenam di barat. Seberapa jauhkah timur dari barat? Dalam arti tertentu, timur selalu berada pada jarak yang paling jauh dari barat; kedua titik tersebut tidak akan pernah bertemu. Seorang pakar mengomentari bahwa ungkapan tersebut berarti ”sejauh mungkin; sejauh yang dapat kita bayangkan”. Kata-kata Daud yang terilham memberi tahu kita bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Dia meletakkan dosa-dosa kita sejauh mungkin dari kita, sejauh yang dapat kita bayangkan.

      Pegunungan yang tertutup salju.

      ”Dosa-dosa kalian . . . akan dibuat seputih salju”

      10. Sewaktu Yehuwa mengampuni dosa-dosa kita, mengapa kita hendaknya tidak merasa bahwa noda dosa-dosa itu akan terus melekat pada diri kita sepanjang sisa hidup kita?

      10 Pernahkah Saudara mencoba menghilangkan noda dari pakaian yang berwarna cerah? Barangkali, meski Saudara sudah berusaha mati-matian, noda itu tetap ada. Perhatikan bagaimana Yehuwa menggambarkan kesanggupan-Nya untuk mengampuni, ”Walau dosa-dosa kalian semerah darah, itu akan dibuat seputih salju; walau itu semerah kain kirmizi, itu akan dibuat seputih wol.” (Yesaya 1:18, catatan kaki) ’Merah darah’ berarti warna merah cerah.a ’Merah kirmizi’ adalah salah satu warna gelap pada bahan yang diwarnai. (Nahum 2:3, catatan kaki) Dengan upaya sendiri, kita tidak akan pernah dapat menghilangkan noda dosa. Tetapi, Yehuwa dapat membuat dosa yang seperti warna merah darah dan kirmizi menjadi putih seperti salju atau wol yang tidak diwarnai. Sewaktu Yehuwa mengampuni dosa-dosa kita, kita tidak perlu takut kalau-kalau noda dosa-dosa itu akan terus melekat pada diri kita sepanjang sisa hidup kita.

      11. Dalam arti apa Yehuwa melemparkan dosa-dosa kita ke belakang-Nya?

      11 Dalam nyanyian syukur yang menggugah hati yang digubahnya setelah luput dari penyakit yang mematikan, Hizkia berkata kepada Yehuwa, ”Engkau telah melemparkan semua dosaku ke belakang-Mu.” (Yesaya 38:17) Di ayat itu, Yehuwa digambarkan seolah-olah mengambil dosa-dosa si pelaku kesalahan yang bertobat dan melemparkan semuanya itu ke belakang-Nya sehingga Dia tidak melihat ataupun memperhatikannya lagi. Menurut sebuah sumber, gagasannya mungkin dapat dinyatakan seperti ini, ”Engkau telah membuat seolah-olah semua dosaku tidak pernah terjadi.” Tidakkah hal itu menenteramkan hati?

      12. Bagaimana Nabi Mikha memperlihatkan bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Dia menyingkirkan dosa-dosa kita secara permanen?

      12 Dalam sebuah janji mengenai pemulihan, Nabi Mikha menyatakan keyakinannya bahwa Yehuwa akan mengampuni umat-Nya yang bertobat, ”Adakah Allah yang seperti Engkau, . . . mengabaikan pelanggaran orang-orang yang tersisa dari bangsa milik-Nya? . . . Engkau akan melemparkan semua dosa mereka ke laut yang dalam.” (Mikha 7:18, 19) Bayangkan apa makna kata-kata tersebut bagi mereka yang hidup pada zaman Alkitab. Apakah ada peluang untuk menemukan sesuatu yang telah dicampakkan ”ke laut yang dalam”? Jadi, kata-kata Mikha memperlihatkan bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Dia menyingkirkan dosa-dosa kita secara permanen.

      13. Apa arti kata-kata Yesus: ”Ampunilah dosa [atau, ”utang”] kami”?

      13 Yesus menggunakan hubungan antara pemberi utang dan orang yang berutang untuk menggambarkan pengampunan Yehuwa. Yesus mendesak kita untuk berdoa, ”Ampunilah dosa [atau, ”utang”] kami.” (Matius 6:12, juga catatan kaki) Jadi, Yesus menyamakan dosa dengan utang. (Lukas 11:4, catatan kaki) Sewaktu berbuat dosa, kita menjadi ”orang yang berutang” kepada Yehuwa. Sehubungan dengan arti kata kerja Yunani yang diterjemahkan ’mengampuni’, sebuah karya referensi mengatakan, ”Merelakan, melepaskan, suatu utang, dengan tidak menuntutnya.” Dengan kata lain, sewaktu Yehuwa mengampuni, Dia membatalkan utang yang seharusnya dibebankan kepada kita. Dengan demikian, para pedosa yang bertobat dapat terhibur. Yehuwa tidak akan pernah menuntut pembayaran untuk utang yang telah Dia batalkan!​—Mazmur 32:1, 2.

      14. Frasa ”dosa-dosa kalian dihapus” menimbulkan gambaran mental apa?

      14 Pengampunan Yehuwa lebih jauh dilukiskan di Kisah 3:19, ”Jadi bertobatlah, dan berbaliklah agar dosa-dosa kalian dihapus.” Kata terakhir dalam ayat itu merupakan terjemahan sebuah kata kerja Yunani yang dapat berarti ”menyingkirkan, . . . membatalkan atau memusnahkan”. Menurut beberapa pakar, ungkapan kiasan yang digunakan adalah ungkapan untuk menghapus tulisan tangan. Bagaimana mungkin? Tinta yang umum digunakan pada zaman dahulu terbuat dari campuran bahan-bahan seperti arang, getah, dan air. Segera setelah menggunakan tinta semacam itu, seseorang dapat mengambil spons basah dan menghapus tulisannya. Di sini terkandung gambaran yang bagus sehubungan dengan belas kasihan Yehuwa. Sewaktu Dia mengampuni dosa-dosa kita, halnya seolah-olah Dia mengambil spons dan menghapusnya.

      15. Apa yang Yehuwa inginkan untuk kita ketahui tentang Dia?

      15 Sewaktu kita merenungkan beragam ungkapan tersebut, tidakkah jelas bahwa Yehuwa menginginkan kita mengetahui bahwa Dia benar-benar siap mengampuni dosa-dosa kita asalkan Dia melihat pertobatan kita yang tulus? Kita tidak perlu takut kalau-kalau di kemudian hari Dia akan mengungkit-ungkit dosa-dosa kita. Hal tersebut diperlihatkan oleh fakta lain yang Alkitab singkapkan berkenaan dengan belas kasihan Yehuwa yang besar: Ketika Dia mengampuni, Dia melupakan.

      Yehuwa ingin kita tahu bahwa Dia ”siap mengampuni”

      ”Dosa Mereka Tidak Akan Kuingat Lagi”

      16, 17. Sewaktu mengatakan bahwa Yehuwa melupakan dosa-dosa kita, apa yang Alkitab maksudkan, dan mengapa Saudara menjawab demikian?

      16 Sehubungan dengan mereka yang berada dalam perjanjian baru, Yehuwa berjanji, ”Kesalahan mereka akan Kuampuni dan dosa mereka tidak akan Kuingat lagi.” (Yeremia 31:34) Apakah ini berarti bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Dia tidak bisa lagi mengingat dosa-dosa kita? Itu tidak mungkin. Alkitab memberi tahu kita tentang dosa banyak orang yang Yehuwa ampuni, termasuk Daud. (2 Samuel 11:1-17; 12:13) Yehuwa tentu masih ingat akan kekeliruan yang mereka perbuat. Catatan tentang dosa serta pertobatan mereka dan pengampunan oleh Allah, telah dilestarikan demi manfaat kita. (Roma 15:4) Kalau begitu, apa yang Alkitab maksudkan sewaktu mengatakan bahwa Yehuwa tidak ’mengingat’ dosa orang-orang yang Dia ampuni?

      17 Kata kerja Ibrani yang diterjemahkan menjadi ”tidak akan Kuingat lagi” menyiratkan lebih dari sekadar mengenang masa lalu. Theological Wordbook of the Old Testament mengomentari bahwa kata ini mencakup ”makna tambahan mengambil tindakan yang setimpal”. Jadi, dalam arti ini, ’mengingat’ dosa mencakup mengambil tindakan terhadap para pedosa. (Hosea 9:9) Akan tetapi, sewaktu Allah mengatakan ”dosa mereka tidak akan Kuingat lagi”, Dia meyakinkan kita bahwa sekali Dia mengampuni para pedosa yang bertobat, di kemudian hari Dia tidak akan mengambil tindakan terhadap mereka karena dosa-dosa tersebut. (Yehezkiel 18:21, 22) Dengan demikian, Yehuwa melupakan dalam arti Dia tidak akan mengungkit-ungkit dosa-dosa kita dengan maksud terus-menerus mendakwa atau menghukum kita. Tidakkah kita terhibur karena tahu bahwa Allah kita mengampuni dan melupakan?

      Bagaimana dengan Konsekuensinya?

      18. Mengapa pengampunan tidak berarti bahwa seorang pedosa yang bertobat dibebaskan dari segala konsekuensi haluannya yang salah?

      18 Apakah kesediaan Yehuwa untuk mengampuni berarti bahwa seorang pedosa yang bertobat dibebaskan dari segala konsekuensi haluannya yang salah? Sama sekali tidak. Kita tidak dapat luput dari ganjaran atas dosa-dosa kita. Paulus menulis, ”Apa yang ditabur orang, itu jugalah yang dituainya.” (Galatia 6:7) Kita mungkin menghadapi konsekuensi-konsekuensi tertentu dari tindakan kita. Hal itu tidak berarti bahwa setelah mengulurkan pengampunan, Yehuwa menyebabkan kesengsaraan menimpa kita. Sewaktu timbul masalah, seorang Kristen jangan merasa, ’Barangkali Yehuwa sedang menghukum saya atas dosa-dosa saya di masa lalu.’ (Yakobus 1:13) Di pihak lain, Yehuwa tidak melindungi kita dari segala dampak tindakan kita yang salah. Perceraian, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit lewat hubungan seks, kehilangan kepercayaan atau respek—semua ini dapat menjadi konsekuensi yang menyedihkan dan tak terhindarkan karena dosa. Ingatlah bahwa bahkan setelah mengampuni Daud atas dosa-dosanya sehubungan dengan Bat-syeba dan Uria, Yehuwa tidak melindungi Daud dari konsekuensi yang membawa bencana di kemudian hari.​—2 Samuel 12:9-12.

      19-21. (a) Bagaimana hukum yang dicatat di Imamat 6:1-7 memberikan manfaat bagi si korban maupun si pelanggar? (b) Jika orang lain disakiti oleh dosa-dosa kita, Yehuwa disenangkan apabila kita mengambil tindakan apa?

      19 Dosa-dosa kita dapat memiliki konsekuensi tambahan, khususnya apabila orang lain disakiti oleh tindakan kita. Misalnya, pertimbangkan kisah di Imamat pasal 6. Hukum Musa yang tertera di sana membahas situasi seseorang yang melakukan kesalahan serius, yakni merampas harta benda sesama orang Israel dengan mencuri, memeras, atau menipu. Si pedosa kemudian menyangkal bahwa dia bersalah, bahkan berani bersumpah palsu. Dalam kasus ini, keterangan satu pihak bertentangan dengan keterangan pihak yang lain. Akan tetapi, belakangan si pelanggar tersiksa oleh hati nuraninya dan mengakui dosanya. Guna memperoleh pengampunan Allah, dia harus melakukan tiga hal lagi: mengembalikan apa yang telah dia ambil, membayar denda kepada si korban sebesar 20 persen dari nilai benda yang dicuri, dan mempersembahkan seekor domba jantan sebagai persembahan kesalahan. Kemudian, hukum mengatakan, ”Imam akan membuat pendamaian bagi dia di hadapan Yehuwa, dan [dia] akan diampuni.”​—Imamat 6:1-7.

      20 Hukum tersebut merupakan suatu pengaturan yang berbelaskasihan dari Allah. Hukum itu memberikan manfaat kepada si korban, yang miliknya dikembalikan dan yang pasti merasa sangat lega sewaktu si pelanggar akhirnya mengakui dosanya. Pada waktu yang sama, hukum itu memberikan manfaat kepada orang yang akhirnya tergugah oleh hati nuraninya untuk mengakui kesalahannya dan mengoreksi kekeliruannya. Memang, jika dia menolak melakukannya, dia tidak akan mendapat pengampunan dari Allah.

      21 Meskipun kita tidak berada di bawah Hukum Musa, Hukum tersebut memberi kita pemahaman tentang pikiran Yehuwa, termasuk pandangan-Nya terhadap pengampunan. (Kolose 2:13, 14) Jika orang lain disakiti oleh dosa-dosa kita, Allah disenangkan apabila kita melakukan sedapat mungkin untuk memperbaiki kesalahan. (Matius 5:23, 24) Bisa jadi, hal itu mencakup mengakui dosa kita, mengakui kesalahan kita, dan bahkan meminta maaf kepada si korban. Kemudian, kita dapat memohon pengampunan dari Yehuwa berdasarkan korban Yesus dan memiliki keyakinan bahwa kita telah diampuni Allah.​—Ibrani 10:21, 22.

      22. Apa yang mungkin menyertai pengampunan Yehuwa?

      22 Seperti halnya semua orang tua yang pengasih, Yehuwa mungkin memberikan pengampunan disertai disiplin tertentu. (Amsal 3:11, 12) Seorang Kristen yang bertobat mungkin harus melepaskan tugasnya untuk melayani sebagai penatua, hamba pelayanan, atau penginjil sepenuh waktu. Bisa jadi dia akan merasa sedih karena selama beberapa waktu kehilangan tugas yang sangat berharga baginya. Akan tetapi, disiplin demikian tidak berarti bahwa Yehuwa telah menahan pengampunan. Kita harus ingat bahwa disiplin dari Yehuwa merupakan bukti kasih-Nya kepada kita. Menerima dan menerapkannya adalah demi kepentingan terbaik kita.​—Ibrani 12:5-11.

      23. Mengapa kita jangan pernah menyimpulkan bahwa belas kasihan Yehuwa tidak dapat menjangkau kita, dan mengapa kita hendaknya meniru pengampunan-Nya?

      23 Sungguh menyegarkan untuk tahu bahwa Allah kita ”siap mengampuni”! Meskipun kita mungkin pernah membuat kesalahan-kesalahan, jangan pernah menyimpulkan bahwa belas kasihan Yehuwa tidak dapat menjangkau kita! Jika kita benar-benar bertobat, mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan, dan sungguh-sungguh berdoa meminta pengampunan berdasarkan darah Yesus yang tercurah, kita dapat yakin sepenuhnya bahwa Yehuwa akan mengampuni kita. (1 Yohanes 1:9) Marilah kita meniru pengampunan-Nya dalam cara kita memperlakukan satu sama lain. Jika Yehuwa saja, yang tidak berdosa, dapat dengan begitu pengasih mengampuni kita, mengapa kita, manusia yang berdosa, tidak berupaya sebisa-bisanya untuk mengampuni satu sama lain?

      a Seorang pakar mengatakan bahwa merah darah ”merupakan warna permanen, atau warna yang tidak luntur. Embun, hujan, pencucian, atau pemakaian yang lama tidak akan bisa menghilangkannya”.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • 2 Tawarikh 33:1-13 Mengapa Yehuwa mengampuni Manasye, dan apa yang diajarkan hal ini kepada kita tentang belas kasihan-Nya?

      • Matius 6:12, 14, 15 Mengapa kita hendaknya mengampuni orang lain jika ada dasar yang benar untuk melakukannya?

      • Lukas 15:11-32 Apa yang diajarkan oleh perumpamaan ini tentang kesediaan Yehuwa untuk mengampuni, dan bagaimana perasaan Saudara setelah mengetahuinya?

      • 2 Korintus 7:8-11 Apa yang harus kita lakukan agar menerima pengampunan ilahi?

  • ”Dia Luar Biasa Baik”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Setandan anggur matang.

      PASAL 27

      ”Dia Luar Biasa Baik”

      1, 2. Seberapa luaskah jangkauan kebaikan Allah, dan penandasan apa yang Alkitab berikan pada sifat ini?

      BERMANDIKAN hangatnya sinar mentari sore, beberapa kawan lama menikmati acara makan bersama di tempat terbuka, tertawa dan bercakap-cakap sambil mengagumi pemandangan. Jauh dari situ, seorang petani menatap ladangnya sambil tersenyum puas karena awan gelap telah menggantung dan titik-titik hujan pertama jatuh membasahi tanamannya yang kering. Di tempat lain, sepasang suami istri senang melihat langkah-langkah pertama anak mereka yang tertatih-tatih.

      2 Entah sadar atau tidak, orang-orang tersebut semuanya mendapat manfaat dari hal yang sama—kebaikan Allah Yehuwa. Beberapa orang yang religius sering kali mengulangi frasa ”Allah itu baik”. Namun, Alkitab jauh lebih tandas. Alkitab mengatakan, ”Dia luar biasa baik.” (Zakharia 9:17) Tetapi, kelihatannya sekarang hanya segelintir orang yang benar-benar mengerti makna kata-kata tersebut. Sebenarnya, apa yang tersangkut dalam kebaikan Allah Yehuwa, dan bagaimana sifat Allah ini memengaruhi kita masing-masing?

      Faset yang Menonjol dari Kasih Ilahi

      3, 4. Apakah kebaikan itu, dan mengapa definisi terbaik untuk kebaikan Yehuwa barangkali adalah salah satu pernyataan kasih ilahi?

      3 Dalam banyak bahasa modern, ”kebaikan” adalah kata yang relatif umum. Namun, seperti yang Alkitab singkapkan, kebaikan sama sekali bukan sesuatu yang biasa-biasa saja. Pada dasarnya, kebaikan adalah kebajikan dan keunggulan moral. Jadi, dalam arti tertentu kita dapat mengatakan bahwa kebaikan tidak dapat dipisahkan dari diri Yehuwa. Semua sifat-Nya—termasuk kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya—adalah baik dalam segala segi. Tetapi, bisa jadi definisi terbaik untuk kebaikan adalah salah satu pernyataan kasih Yehuwa. Mengapa?

      4 Kebaikan adalah sifat yang aktif, sifat yang dinyatakan dalam tindakan terhadap orang lain. Rasul Paulus menunjukkan bahwa manusia jauh lebih tertarik kepada sifat ini daripada kepada kebenaran. (Roma 5:7) Orang yang benar pasti akan dengan setia berpaut pada tuntutan-tuntutan hukum, tetapi orang yang baik akan berbuat lebih dari itu. Dia mengambil inisiatif, dengan aktif mencari cara untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain. Seperti yang akan kita lihat, Yehuwa benar-benar baik dalam pengertian itu. Jelaslah, kebaikan demikian muncul dari kasih Yehuwa yang tak terhingga.

      5-7. Mengapa Yesus menolak untuk disebut sebagai ”Guru Yang Baik”, dan dengan demikian, kebenaran yang amat dalam apa yang dia tegaskan?

      5 Yehuwa juga unik dalam hal kebaikan-Nya. Tidak lama sebelum Yesus meninggal, seorang pria mendekatinya untuk mengajukan sebuah pertanyaan dan menyapanya dengan sebutan ”Guru Yang Baik”. Yesus menjawab, ”Kenapa kamu menyebut saya baik? Tidak ada yang baik selain Allah.” (Markus 10:17, 18) Nah, tanggapan Yesus bisa jadi membingungkan Saudara. Mengapa Yesus mengoreksi pria itu? Bukankah Yesus memang ”Guru Yang Baik”?

      6 Jelaslah, pria itu menggunakan gelar ”Guru Yang Baik” untuk menyanjung. Yesus dengan sadar diri menujukan kemuliaan semacam itu kepada Bapak surgawinya, yang baik dalam pengertian yang tertinggi. (Amsal 11:2) Namun, Yesus juga menegaskan suatu kebenaran yang amat dalam. Yehuwa sajalah standar bagi apa yang baik. Hanya Dia yang memiliki hak mutlak untuk menentukan apa yang baik dan apa yang buruk. Adam dan Hawa, karena memberontak dengan mengambil buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, mencoba merampas hak itu. Tidak seperti mereka, Yesus dengan rendah hati menyerahkan penetapan standar-standar tersebut ke tangan Bapaknya.

      7 Selain itu, Yesus tahu bahwa Yehuwa adalah Sumber dari segala hal yang benar-benar baik. Dia adalah Pemberi ”setiap pemberian yang baik dan hadiah yang sempurna”. (Yakobus 1:17) Mari kita cermati bagaimana kebaikan Yehuwa nyata dalam sifat suka memberi yang Dia perlihatkan.

      Bukti Kebaikan Yehuwa yang Berlimpah

      8. Bagaimana Yehuwa menunjukkan kebaikan kepada seluruh umat manusia?

      8 Setiap orang yang pernah hidup telah mendapat manfaat dari kebaikan Yehuwa. Mazmur 145:9 mengatakan, ”Yehuwa baik kepada semua.” Apa beberapa contoh kebaikan-Nya yang bersifat menyeluruh? Alkitab berkata, ”Dia tetap bersaksi tentang diri-Nya dengan melakukan apa yang baik, yaitu memberi kalian hujan dan musim panen, serta memuaskan kalian dengan makanan dan menyenangkan hati kalian.” (Kisah 14:17) Pernahkah Saudara merasa sangat gembira sewaktu menikmati acara makan yang menyenangkan? Jika bukan karena kebaikan Yehuwa yang merancang bumi ini dengan siklus air bersihnya yang terus berlangsung dan ”musim panen” untuk menghasilkan banyak sekali bahan pangan, makanan tidak mungkin ada. Yehuwa telah memperlihatkan kebaikan demikian, bukan hanya kepada mereka yang mengasihi-Nya melainkan kepada semua orang. Yesus mengatakan, ”Dia membuat matahari-Nya terbit untuk orang jahat maupun orang baik, dan menurunkan hujan untuk orang yang benar maupun yang tidak benar.”​—Matius 5:45.

      9. Bagaimana apel memberikan gambaran tentang kebaikan Yehuwa?

      9 Banyak yang menganggap sepele sifat suka memberi yang ditunjukkan secara luar biasa kepada manusia melalui kegiatan matahari, hujan, dan musim-musim dengan hasil yang limpah, yang berlangsung secara terus-menerus. Sebagai contoh, perhatikan apel. Di seluruh kawasan bumi yang beriklim sedang, apel adalah buah biasa. Namun, apel adalah buah yang bagus, lezat rasanya, dan mengandung banyak air yang menyegarkan dan zat gizi yang sangat penting. Tahukah Saudara bahwa di seluruh dunia ada sekitar 7.500 varietas apel, warnanya beragam mulai dari merah, keemasan, kuning, hingga hijau dan ukurannya mulai dari sedikit lebih besar daripada buah ceri hingga hampir sebesar jeruk bali? Jika Saudara memegang sebuah biji apel yang sangat kecil di telapak tangan Saudara, biji itu tampak tidak berarti. Tetapi, dari biji tersebut tumbuh salah satu pohon yang paling menarik. (Kidung Agung 2:3) Setiap musim semi, pohon apel bermahkotakan bunga-bunga yang sangat indah; setiap musim gugur, pohon apel berbuah. Setiap tahun—hingga 75 tahun—pohon apel biasa akan menghasilkan cukup buah untuk mengisi 20 kotak kardus yang masing-masing beratnya 19 kilogram!

      Yehuwa ”memberi kalian hujan dan musim panen”

      Sebuah kebun yang penuh dengan apel yang matang. Ada gambar seseorang sedang memegang biji apel yang mungil.

      Dari biji mungil ini tumbuhlah pohon yang bisa memberi makan dan menyenangkan orang selama puluhan tahun

      10, 11. Bagaimana indra-indra kita mempertunjukkan kebaikan Allah?

      10 Karena kebaikan-Nya yang tak ada habisnya, Yehuwa telah memberi kita tubuh yang ”dibuat dengan hebat”, dengan indra-indra yang dirancang untuk membantu kita menyadari hasil-hasil karya-Nya dan menyenanginya. (Mazmur 139:14) Pikirkan kembali berbagai keadaan yang dilukiskan pada permulaan pasal ini. Pemandangan apa yang membuat saat-saat tersebut menyenangkan? Pipi kemerah-merahan seorang bocah yang kegirangan. Curahan hujan yang membasahi ladang. Matahari terbenam yang berwarna merah, keemasan, dan violet. Mata manusia dirancang untuk mendeteksi ratusan ribu warna, bahkan mungkin jutaan! Dan, indra pendengaran kita menangkap berbagai nuansa nada dalam suara yang menyenangkan, desiran angin di sela pepohonan, tawa riang seorang bocah. Mengapa kita dapat menikmati berbagai pemandangan dan bunyi demikian? Alkitab mengatakan, ”Telinga untuk mendengar dan mata untuk melihat, Yehuwa-lah yang membuat keduanya.” (Amsal 20:12) Tetapi, itu baru dua indra.

      11 Indra penciuman adalah bukti lain kebaikan Yehuwa. Hidung manusia diperkirakan dapat membedakan ribuan aroma, bahkan sampai miliaran. Pikirkan beberapa contoh saja: masakan favorit Saudara, bunga-bungaan, daun yang berguguran, sedikit asap dari pendiangan. Dan, indra perasa Saudara memungkinkan Saudara merasakan lembutnya belaian angin di wajah Saudara, dekapan yang menenteramkan dari seseorang yang dikasihi, halusnya kulit buah yang ada di tangan Saudara. Saat Saudara menggigit buah tersebut, indra pengecap Saudara bekerja. Suatu paduan rasa menyambut Saudara seraya kuncup-kuncup pengecap Saudara mendeteksi berbagai rasa yang dihasilkan oleh komposisi kimiawi yang rumit dari buah tersebut. Ya, sehubungan dengan Yehuwa, kita memiliki banyak alasan untuk berseru, ”Betapa banyak kebaikan-Mu! Engkau menyediakannya bagi orang yang hormat kepada-Mu!” (Mazmur 31:19) Namun, bagaimana Yehuwa telah menyediakan kebaikan bagi mereka yang memiliki rasa takut yang saleh?

      Kebaikan dengan Manfaat-Manfaat Kekal

      12. Apa persediaan yang paling penting dari Yehuwa, dan mengapa?

      12 Yesus mengatakan, ”Ada tertulis, ’Manusia harus hidup, bukan dari roti saja, tapi dari setiap kata yang keluar dari mulut Yehuwa.’” (Matius 4:4) Ya, persediaan rohani Yehuwa bahkan bisa memberikan manfaat yang jauh lebih besar kepada kita daripada persediaan jasmani-Nya, karena persediaan rohani tersebut membimbing kepada kehidupan abadi. Di Pasal 8 buku ini, kita mengetahui bahwa pada hari-hari terakhir ini, Yehuwa telah menggunakan kuasa-Nya untuk membantu orang-orang beribadah kepada-Nya dengan cara yang benar dan untuk mewujudkan suatu firdaus rohani. Ciri utama firdaus tersebut adalah berlimpahnya makanan rohani.

      13, 14. (a) Apa yang Nabi Yehezkiel lihat dalam penglihatan, dan apa maknanya bagi kita sekarang? (b) Yehuwa membuat persediaan rohani apa yang memberikan kehidupan bagi hamba-hamba-Nya yang setia?

      13 Dalam salah satu nubuat Alkitab tentang pemulihan yang agung, Nabi Yehezkiel diberi sebuah penglihatan mengenai bait yang dipulihkan dan dimuliakan. Dari bait tersebut mengalirlah suatu aliran air atau sungai, yang semakin lama semakin lebar dan dalam hingga menjadi sangat deras. Ke mana pun air itu mengalir, sungai tersebut membawa berkat. Pada kedua tepinya, tumbuhlah berbagai pohon yang menyediakan makanan dan kesembuhan. Dan, sungai tersebut bahkan mendatangkan kehidupan dan produktivitas bagi Laut Mati yang asin dan tidak ada kehidupannya! (Yehezkiel 47:1-12) Namun, apa arti semuanya itu?

      14 Penglihatan tentang bait mengartikan bahwa Yehuwa akan membantu orang-orang untuk kembali beribadah kepada-Nya dengan cara yang benar. Seperti sungai penglihatan tersebut, persediaan Allah untuk kehidupan akan mengalir kepada umat-Nya dalam kadar yang jauh lebih melimpah. Sejak pemulihan ibadah yang murni pada tahun 1919, Yehuwa telah memberkati umat-Nya dengan persediaan yang memberikan kehidupan. Bagaimana? Nah, Alkitab, lektur Alkitab, perhimpunan, dan pertemuan regional berfungsi untuk mengalirkan kebenaran-kebenaran yang sangat penting kepada jutaan orang. Melalui sarana-sarana tersebut, Yehuwa telah mengajar orang-orang tentang persediaan-Nya yang paling penting untuk kehidupan—korban tebusan Kristus, yang memungkinkan semua orang yang benar-benar mengasihi dan takut akan Allah memiliki kedudukan yang bersih di hadapan Yehuwa dan harapan kehidupan abadi.a Oleh karena itu, selama hari-hari terakhir ini, sementara dunia menderita kelaparan rohani, umat Yehuwa menikmati perjamuan rohani.​—Yesaya 65:13.

      15. Dalam arti apa kebaikan Yehuwa akan mengalir kepada umat manusia yang setia selama Pemerintahan Seribu Tahun Kristus?

      15 Tetapi, sungai penglihatan Yehezkiel tidak hanya mengalir sampai sistem tua ini berakhir. Sebaliknya, sungai itu akan mengalir bahkan lebih deras lagi selama Pemerintahan Seribu Tahun Kristus. Pada saat itu, melalui Kerajaan Mesias, Yehuwa akan menerapkan sepenuhnya nilai korban Yesus, secara bertahap mengangkat umat manusia yang setia kepada kesempurnaan. Betapa bersukacitanya kita kelak atas kebaikan Yehuwa!

      Segi-Segi Lain dari Kebaikan Yehuwa

      16. Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa kebaikan Yehuwa mencakup sifat-sifat lain, dan apa beberapa di antaranya?

      16 Kebaikan Yehuwa tidak hanya mencakup sifat suka memberi. Allah berkata kepada Musa, ”Aku akan mengizinkan kamu melihat semua kebaikan-Ku, dan Aku akan menyatakan bahwa nama-Ku adalah Yehuwa.” Selanjutnya, catatan tersebut melaporkan, ”Yehuwa lewat di depannya dan menyatakan, ’Yehuwa, Yehuwa adalah Allah yang berbelaskasihan dan murah hati, tidak cepat marah dan berlimpah dengan kasih setia dan kebenaran.’” (Keluaran 33:19; 34:6, catatan kaki) Jadi, kebaikan Yehuwa mencakup sejumlah sifat yang baik. Marilah kita perhatikan dua di antaranya.

      17. Apakah kemurahan hati itu, dan bagaimana Yehuwa telah mempertunjukkannya terhadap manusia biasa yang tidak sempurna?

      17 ”Murah hati.” Sifat ini, yang kata Ibraninya juga bisa diterjemahkan menjadi ”iba hati”, memberi tahu kita lebih banyak hal mengenai cara Yehuwa memperlakukan ciptaan-Nya. Yehuwa itu lembut dan baik hati, bukannya kasar, dingin, atau lalim, seperti yang sering kali dipertunjukkan oleh orang-orang yang berkuasa. Sebagai contoh, Yehuwa berkata kepada Abram, ”Lihatlah ke sekelilingmu dari tempat kamu berdiri, ke utara dan ke selatan, ke timur dan ke barat.” (Kejadian 13:14) Para pakar Alkitab memperhatikan bahwa dalam kalimat bahasa Ibrani aslinya ada sebuah partikel kata yang mengubah pernyataan tersebut dari sebuah perintah menjadi permintaan yang sopan. Ada contoh-contoh lain yang serupa. (Kejadian 31:12; Keluaran 4:6) Bayangkan, Pribadi Yang Mahatinggi di alam semesta berbicara dengan sopan kepada manusia biasa! Dalam dunia yang lazim dengan kebengisan, keagresifan, dan kekasaran, bukankah menyegarkan untuk merenungkan kemurahan hati Allah kita, Yehuwa?

      18. Dalam arti apa Yehuwa ”berlimpah dengan . . . kebenaran”, dan mengapa kata-kata tersebut menenteramkan hati?

      18 ”Berlimpah dengan . . . kebenaran.” Ketidakjujuran telah menjadi bagian dari gaya hidup dunia sekarang. Namun, Alkitab mengingatkan kita, ”Allah tidak seperti manusia yang berkata dusta.” (Bilangan 23:19) Malah, Titus 1:2 mengatakan bahwa ”Allah . . . tidak bisa berbohong”. Dia terlalu baik untuk dapat berdusta. Oleh karena itu, janji Yehuwa dapat sepenuhnya diandalkan; perkataan-Nya, pasti selalu tergenap. Yehuwa bahkan disebut sebagai ”Allah kebenaran”. (Mazmur 31:5) Dia tidak hanya menolak berkata dusta tetapi Dia juga menyebarkan kebenaran dengan melimpah. Dia tidak menutup diri, menjaga jarak, atau suka menyembunyikan sesuatu; sebaliknya, Dia dengan murah hati memberikan pencerahan kepada hamba-hamba-Nya yang setia dari perbendaharaan hikmat-Nya yang tak terhingga.b Dia bahkan mengajari mereka cara untuk hidup selaras dengan kebenaran yang Dia sebarkan sehingga mereka dapat ”mengikuti jalan kebenaran”. (3 Yohanes 3) Secara umum, bagaimana kebaikan Yehuwa hendaknya memengaruhi kita masing-masing?

      ”Berseri-seri Karena Kebaikan Yehuwa”

      19, 20. (a) Bagaimana Setan berupaya melemahkan keyakinan Hawa akan kebaikan Yehuwa, dan dengan hasil apa? (b) Kebaikan Yehuwa hendaknya memiliki pengaruh yang benar apa terhadap diri kita, dan mengapa?

      19 Ketika Setan menggoda Hawa di Taman Eden, dia mengawalinya dengan secara halus melemahkan kepercayaan Hawa akan kebaikan Yehuwa. Yehuwa memberi tahu Adam, ”Buah dari setiap pohon di taman ini boleh kamu makan sepuasnya.” Di antara ribuan pohon yang pasti menyemarakkan taman tersebut, hanya satu yang Yehuwa larang untuk dimakan buahnya. Namun, perhatikan bagaimana Setan merangkai kata dalam pertanyaan pertamanya kepada Hawa, ”Apa benar Allah berkata bahwa kalian tidak boleh makan buah dari semua pohon di taman ini?” (Kejadian 2:9, 16; 3:1) Setan memutarbalikkan perkataan Yehuwa untuk membuat Hawa berpikir bahwa Yehuwa menahan sesuatu yang baik. Sayang sekali, taktik tersebut berhasil. Hawa, seperti kebanyakan pria dan wanita setelah dia, mulai meragukan kebaikan Allah, yang telah memberinya segala yang dia miliki.

      20 Kita tahu betapa parahnya dukacita dan kemalangan yang diakibatkan oleh keraguan semacam itu. Jadi, marilah kita camkan kata-kata yang dicatat dalam Yeremia 31:12, ”Mereka akan . . . berseri-seri karena kebaikan Yehuwa.” Ya, kebaikan Yehuwa hendaknya membuat kita berseri-seri karena sukacita. Sampai kapan pun, kita tidak perlu meragukan motif Allah kita, yang begitu penuh dengan kebaikan. Kita dapat sepenuhnya percaya kepada-Nya, karena Dia menginginkan yang terbaik bagi mereka yang mengasihi Dia.

      21, 22. (a) Apa beberapa cara yang ingin Saudara gunakan untuk menanggapi kebaikan Yehuwa? (b) Sifat apa yang akan kita bahas di pasal selanjutnya, dan bagaimana sifat tersebut berbeda dengan kebaikan?

      21 Selain itu, ketika mendapat kesempatan untuk membicarakan kebaikan Yehuwa kepada orang lain, kita merasa senang. Sehubungan dengan umat Yehuwa, Mazmur 145:7 mengatakan, ”Saat mengingat limpahnya kebaikan-Mu, pujian mereka akan meluap seperti air.” Setiap hari dalam hidup kita, kita mendapat manfaat dari kebaikan Yehuwa dengan berbagai cara. Mengapa tidak membiasakan diri setiap hari untuk berterima kasih kepada Yehuwa atas kebaikan-Nya, menyatakannya sespesifik mungkin? Dengan merenungkan sifat itu, setiap hari bersyukur kepada Yehuwa atas sifat itu, dan memberi tahu orang lain tentang sifat itu, kita akan terbantu untuk meniru Allah kita yang baik. Dan, seraya kita mencari cara untuk melakukan kebaikan, seperti yang Yehuwa lakukan, kita akan semakin dekat dengan-Nya. Rasul Yohanes yang sudah lanjut usia menulis, ”Saudaraku yang terkasih, jangan tiru apa yang jahat, tapi tirulah yang baik. Orang yang berbuat baik adalah milik Allah.”​—3 Yohanes 11.

      22 Kebaikan Yehuwa juga dihubungkan dengan sifat-sifat lain. Misalnya, Allah ”berlimpah dengan kasih setia”. (Keluaran 34:6) Sifat ini fokusnya lebih spesifik daripada kebaikan karena Yehuwa menyatakannya khusus kepada hamba-hamba-Nya yang setia. Di pasal selanjutnya, kita akan mempelajari cara Dia melakukannya.

      a Sehubungan dengan kebaikan Yehuwa, tidak ada contoh yang lebih besar daripada tebusan. Di antara jutaan makhluk roh yang dapat Dia pilih, Yehuwa memilih Putra tunggal-Nya yang dikasihi untuk mati demi kita.

      b Dengan tepat, Alkitab menghubungkan kebenaran dengan terang. ”Kirimlah terang-Mu dan kebenaran-Mu,” lantun sang pemazmur. (Mazmur 43:3) Yehuwa memancarkan terang rohani yang berlimpah kepada mereka yang bersedia diajar, atau diterangi, oleh-Nya.​—2 Korintus 4:6; 1 Yohanes 1:5.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • 1 Raja 8:54-61, 66 Bagaimana Salomo menyatakan penghargaan atas kebaikan Yehuwa, dan apa pengaruhnya atas orang Israel?

      • Mazmur 119:66, 68 Bagaimana doa-doa kita bisa mencerminkan hasrat untuk meniru kebaikan Yehuwa?

      • Lukas 6:32-38 Apa yang dapat membantu kita agar termotivasi untuk meniru semangat Yehuwa dalam hal suka memberi?

      • Roma 12:2, 9, 17-21 Bagaimana kita dapat memperlihatkan kebaikan dalam kehidupan kita sehari-hari?

  • ”Hanya Engkau yang Setia”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Bulan di langit malam.

      PASAL 28

      ”Hanya Engkau yang Setia”

      1, 2. Mengapa dapat dikatakan bahwa Raja Daud sudah terbiasa menghadapi ketidaksetiaan?

      RAJA DAUD sudah terbiasa menghadapi ketidaksetiaan. Pada suatu waktu, pemerintahannya yang bergejolak dilanda intrik, orang-orang sebangsanya menyusun rencana jahat untuk melawan dia. Selain itu, Daud dikhianati oleh beberapa orang yang seharusnya menjadi rekan-rekan terdekatnya. Perhatikan Mikhal, istri pertama Daud. Pada awalnya, dia ”mencintai Daud”, dan pasti mendukung Daud dalam tugas-tugasnya sebagai seorang raja. Akan tetapi, belakangan dia ”mulai memandang rendah Daud dalam hatinya”, bahkan menganggap Daud ”seperti orang bodoh”.​—1 Samuel 18:20; 2 Samuel 6:16, 20.

      2 Yang lainnya adalah Ahitofel, penasihat pribadi Daud. Nasihatnya dianggap seperti firman Yehuwa sendiri. (2 Samuel 16:23) Tetapi, orang kepercayaan ini akhirnya menjadi pengkhianat dan bergabung dalam pemberontakan terorganisasi melawan Daud. Dan, siapakah otak komplotan tersebut? Absalom, putra Daud sendiri! Oportunis yang licik itu ”terus mengambil hati orang Israel”, menyatakan dirinya sebagai raja saingan. Pemberontakan Absalom berkembang menjadi sedemikian hebatnya sampai-sampai Raja Daud terpaksa lari menyelamatkan diri.​—2 Samuel 15:1-6, 12-17.

      3. Keyakinan apa yang Daud miliki?

      3 Apakah sudah tidak ada lagi yang tetap setia kepada Daud? Selama mengalami semua kesengsaraannya, Daud tahu bahwa ada yang tetap setia. Siapa? Siapa lagi selain Allah Yehuwa. ”Engkau setia kepada orang yang setia,” kata Daud mengenai Yehuwa. (2 Samuel 22:26) Apakah kesetiaan itu, dan bagaimana Yehuwa memberikan teladan terunggul sehubungan dengan sifat ini?

      Apakah Kesetiaan Itu?

      4, 5. (a) Apakah ”kesetiaan” itu? (b) Mengapa orang yang setia bukan hanya sekadar bisa diandalkan?

      4 Seperti penggunaannya dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata ”setia” menggambarkan seseorang yang mengikatkan diri kepada orang yang dia sayangi dan terus mendukung orang tersebut. Dia melakukannya, bukan karena terpaksa, tapi karena kasih.a Jadi, orang yang setia itu bukan hanya bisa diandalkan. Coba pikirkan contoh ini: Sang pemazmur menyebut bulan sebagai ”saksi yang setia di langit” karena selalu muncul setiap malam. (Mazmur 89:37) Dalam konteks ini, bulan itu ”setia”, atau bisa diandalkan. Tapi, kesetiaan yang ditunjukkan bulan tidak sama dengan kesetiaan yang ditunjukkan manusia. Mengapa? Karena bulan tidak bisa menunjukkan kasih.

      Bulan disebut saksi yang setia, tetapi hanya makhluk hidup yang cerdas yang benar-benar dapat mencerminkan kesetiaan Yehuwa

      5 Menurut makna Alkitabnya, kesetiaan itu hangat. Perwujudannya menunjukkan adanya ikatan antara orang yang memperlihatkan sifat itu dan orang yang menerimanya. Kesetiaan demikian tidak berubah-ubah. Kesetiaan tidak seperti gelombang-gelombang laut yang ditiup ke sana kemari oleh angin yang berubah-ubah. Sebaliknya, kesetiaan, atau kasih setia, memiliki kestabilan dan kekuatan untuk menanggulangi rintangan yang paling mengecilkan hati.

      6. (a) Seberapa langkakah kesetiaan di antara manusia, dan bagaimana hal itu diperlihatkan dalam Alkitab? (b) Apa cara terbaik untuk mempelajari hal-hal yang tercakup dalam kesetiaan, dan mengapa?

      6 Memang, sekarang kesetiaan semacam itu langka. Sering kali, teman-teman dekat ”siap menghancurkan satu sama lain”, dan kita semakin sering mendengar tentang orang yang meninggalkan teman hidupnya. (Amsal 18:24; Maleakhi 2:14-16) Perbuatan-perbuatan licik sudah sangat lazim sehingga barangkali kita turut menggemakan kata-kata Nabi Mikha: ”Orang yang setia telah musnah dari bumi.” (Mikha 7:2) Meskipun manusia sering kali gagal menunjukkan kesetiaan, sifat yang berharga itu secara mencolok menjadi ciri Yehuwa. Sebenarnya, cara terbaik untuk mempelajari apa yang tercakup dalam kesetiaan adalah memeriksa bagaimana Yehuwa mempertunjukkan faset kasih-Nya yang luhur ini.

      Kesetiaan Yehuwa yang Tiada Bandingnya

      7, 8. Bagaimana dapat dikatakan bahwa Yehuwa saja yang setia?

      7 Alkitab berkata mengenai Yehuwa, ”Hanya Engkau yang setia.” (Wahyu 15:4) Mengapa demikian? Bukankah manusia dan malaikat adakalanya mempertunjukkan kesetiaan yang mengagumkan? (Ayub 1:1; Wahyu 4:8) Dan, bagaimana dengan Yesus Kristus? Bukankah dia ’hamba Allah yang setia’, bahkan yang paling menonjol? (Mazmur 16:10) Kalau begitu, bagaimana dapat dikatakan bahwa Yehuwa saja yang setia?

      8 Pertama-tama, ingatlah bahwa kesetiaan adalah salah satu faset kasih. Karena ”Allah adalah kasih”—Dia adalah personifikasi sifat ini—siapa yang dapat lebih setia daripada Yehuwa? (1 Yohanes 4:8) Memang, malaikat dan manusia bisa mencerminkan sifat-sifat Allah, tetapi hanya Yehuwa saja yang setia dalam tingkat yang paling tinggi. Sebagai ”Yang Lanjut Usia”, Dia telah mempertunjukkan kesetiaan lebih lama daripada makhluk mana pun, di bumi atau di surga. (Daniel 7:9) Oleh karena itu, Yehuwa adalah teladan kesetiaan yang terbaik. Dia mempertunjukkan sifat ini dengan cara yang tidak dapat disamai oleh makhluk mana pun. Perhatikan beberapa contoh.

      9. Bagaimana Yehuwa ”setia dalam semua perbuatan-Nya”?

      9 Yehuwa ”setia dalam semua perbuatan-Nya”. (Mazmur 145:17) Dengan cara apa? Mazmur 136 menyediakan jawabannya. Mazmur tersebut menyoroti sejumlah tindakan penyelamatan oleh Yehuwa, termasuk pembebasan orang Israel secara dramatis di Laut Merah. Sungguh menarik bahwa tiap ayat di mazmur ini ditandaskan dengan frasa, ”Kasih setia-Nya bertahan selamanya.” Mazmur ini disertakan dalam ”Pertanyaan untuk Direnungkan” yang terdapat di halaman 289. Seraya membaca ayat-ayat tersebut, Saudara pasti akan terkesan dengan begitu banyaknya cara yang Yehuwa gunakan untuk mempertunjukkan kasih setia kepada umat-Nya. Ya, Yehuwa mempertunjukkan kesetiaan kepada hamba-hamba-Nya yang setia dengan mendengarkan seruan minta tolong mereka dan dengan mengambil tindakan pada saat yang tepat. (Mazmur 34:6) Kasih setia Yehuwa terhadap hamba-hamba-Nya tidak tergoyahkan, asalkan mereka tetap setia kepada-Nya.

      10. Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kesetiaan sehubungan dengan standar-standar-Nya?

      10 Selain itu, Yehuwa mempertunjukkan kesetiaan kepada hamba-hamba-Nya dengan berpaut erat pada standar-standar-Nya. Berbeda dengan orang-orang tertentu yang labil, yang hanya dituntun oleh keinginan spontan dan perasaan hati semata, Yehuwa tidak terombang-ambing dalam memandang apa yang benar dan yang salah. Selama bermilenium-milenium, pandangan-Nya terhadap hal-hal seperti spiritisme, penyembahan berhala, dan pembunuhan tetap tidak berubah. ”Sampai kamu tua, Aku akan selalu sama,” kata-Nya melalui Nabi Yesaya. (Yesaya 46:4) Oleh karena itu, kita dapat yakin bahwa kita akan mendapat manfaat jika mengikuti pengarahan moral yang jelas yang terdapat dalam Firman Allah.​—Yesaya 48:17-19.

      11. Berikan contoh-contoh yang menunjukkan bahwa Yehuwa setia pada janji-Nya.

      11 Yehuwa juga menunjukkan kesetiaan dengan selalu menepati janji-Nya. Jika Dia menubuatkan sesuatu, hal itu pasti terjadi. Oleh karena itu, Yehuwa menyatakan, ”Kata-kata yang keluar dari mulut-Ku . . . tidak akan kembali kepada-Ku tanpa hasil; itu pasti akan melaksanakan apa pun yang Kusukai dan berhasil melakukan apa yang Kuperintahkan.” (Yesaya 55:11) Yehuwa menunjukkan kesetiaan kepada umat-Nya dengan tidak membiarkan mereka menanti dengan harap-harap cemas sesuatu yang tidak akan Dia datangkan. Sedemikian tidak bercelanya reputasi Yehuwa dalam hal ini sehingga Yosua, hamba-Nya, bisa berkata, ”Dari semua hal baik yang Yehuwa janjikan kepada orang Israel, tidak ada satu pun yang tidak ditepati. Semuanya menjadi kenyataan.” (Yosua 21:45) Oleh karena itu, kita dapat yakin bahwa kita tidak akan pernah dikecewakan karena kegagalan tertentu di pihak Yehuwa untuk menepati janji-janji-Nya.​—Yesaya 49:23; Roma 5:5.

      12, 13. Dengan cara apa saja kasih setia Yehuwa bertahan selamanya?

      12 Seperti yang diperlihatkan sebelumnya, Alkitab memberi tahu kita bahwa kasih setia Yehuwa ”bertahan selamanya”. (Mazmur 136:1) Bagaimana caranya? Satu hal, pengampunan dosa yang Yehuwa berikan bersifat permanen. Seperti yang dibahas di Pasal 26, Yehuwa tidak mengungkit-ungkit kesalahan seseorang yang sudah diampuni di masa lalu. Karena ”semua orang sudah berdosa dan tidak bisa mencerminkan kemuliaan Allah”, kita semua hendaknya bersyukur bahwa kasih setia Yehuwa bertahan selamanya.​—Roma 3:23.

      13 Namun, kasih setia Yehuwa bertahan selamanya dalam pengertian lain juga. Firman-Nya mengatakan bahwa orang yang benar ”akan seperti pohon yang ditanam dekat aliran air, yang berbuah pada musimnya, yang dedaunannya tidak layu. Semua yang dia lakukan akan berhasil”. (Mazmur 1:3) Bayangkan, sebuah pohon rindang yang dedaunannya tidak pernah layu! Demikian pula, jika kita dengan tulus menyenangi Firman Allah, kehidupan kita akan panjang, penuh damai, dan sangat produktif. Berkat-berkat yang dengan setia Yehuwa ulurkan kepada hamba-hamba-Nya yang setia bersifat abadi. Sesungguhnya, dalam dunia baru yang akan Yehuwa datangkan, umat manusia yang taat akan menikmati kasih setia-Nya untuk selamanya.​—Wahyu 21:3, 4.

      Yehuwa ”Tidak Akan Meninggalkan Hamba-Hamba-Nya yang Setia”

      14. Bagaimana Yehuwa menunjukkan penghargaan atas kesetiaan hamba-hamba-Nya?

      14 Yehuwa telah berulang kali mempertunjukkan kesetiaan-Nya. Karena Yehuwa benar-benar konsisten, kesetiaan yang Dia pertunjukkan kepada hamba-hamba-Nya yang setia tidak pernah pudar. Sang pemazmur menulis, ”Dulu aku muda, sekarang sudah tua, tapi aku tidak pernah melihat orang benar ditinggalkan, atau anak-anaknya minta-minta makanan. Yehuwa mencintai keadilan, dan Dia tidak akan meninggalkan hamba-hamba-Nya yang setia.” (Mazmur 37:25, 28) Ya, sebagai Pencipta, Yehuwa layak kita sembah. (Wahyu 4:11) Meskipun demikian, karena setia, Yehuwa mengingat tindakan-tindakan kita yang setia.​—Maleakhi 3:16, 17.

      15. Jelaskan bagaimana cara Yehuwa berurusan dengan Israel menonjolkan kesetiaan-Nya.

      15 Karena kasih setia-Nya, Yehuwa berulang kali membantu umat-Nya sewaktu mereka menderita. Sang pemazmur memberi tahu kita, ”Dia menjaga kehidupan hamba-hamba-Nya yang setia; Dia menyelamatkan mereka dari tangan orang jahat.” (Mazmur 97:10) Perhatikan cara Dia berurusan dengan bangsa Israel. Setelah dibebaskan secara mukjizat di Laut Merah, orang Israel menyerukan pujian kepada Yehuwa dengan bernyanyi, ”Dengan kasih setia-Mu, Engkau menuntun umat yang telah Engkau selamatkan.” (Keluaran 15:13) Pembebasan di Laut Merah benar-benar menunjukkan kasih setia Yehuwa kepada orang Israel. Oleh karena itu, Musa berkata kepada orang Israel, ”Yehuwa menunjukkan kasih sayang kepada kalian dan memilih kalian bukan karena kalian yang paling banyak di antara semua bangsa. Kalian justru yang paling kecil. Tapi karena Yehuwa menyayangi kalian dan memegang sumpah yang Dia ucapkan kepada leluhur kalian, Yehuwa membawa kalian keluar dengan tangan-Nya yang kuat untuk menebus kalian dari tempat kalian diperbudak, dari tangan Firaun, raja Mesir.”​—Ulangan 7:7, 8.

      16, 17. (a) Kurangnya penghargaan apa yang secara mengejutkan ditunjukkan oleh orang Israel, tetapi bagaimana Yehuwa menunjukkan keibaan hati kepada mereka? (b) Bagaimana sebagian besar orang Israel menunjukkan bahwa mereka ”tidak bisa dipulihkan lagi”, dan contoh peringatan apa yang kita peroleh dari hal itu?

      16 Tentu saja, sebagai suatu bangsa, orang Israel gagal menunjukkan penghargaan atas kasih setia Yehuwa, karena setelah pembebasan mereka, ”mereka terus berdosa terhadap Yang Mahatinggi, memberontak terhadap [Yehuwa]”. (Mazmur 78:17) Selama berabad-abad, mereka berulang kali memberontak, meninggalkan Yehuwa dan berpaling kepada allah-allah palsu dan praktek-praktek agama palsu yang hanya mendatangkan kecemaran. Namun, Yehuwa tidak melanggar perjanjian-Nya. Sebaliknya, melalui Nabi Yeremia, Yehuwa mengimbau umat-Nya, ”Kembalilah, Israel yang murtad . . . Aku tidak akan memandang ke bawah dengan marah kepadamu, karena Aku setia.” (Yeremia 3:12) Akan tetapi, seperti yang kita ketahui dari Pasal 25, sebagian besar orang Israel tidak tergerak. Malah, ”mereka terus mengejek para utusan Allah yang benar, meremehkan kata-kata-Nya, dan menghina nabi-nabi-Nya”. Dengan akibat apa? Akhirnya, ”kemarahan Yehuwa menimpa umat-Nya, sampai mereka tidak bisa dipulihkan lagi”.​—2 Tawarikh 36:15, 16.

      17 Apa hikmah yang dapat kita petik dari hal itu? Bahwa kesetiaan Yehuwa tidak membabi buta ataupun naif. Memang, Yehuwa ”berlimpah dengan kasih setia”, dan Dia senang menunjukkan belas kasihan jika ada dasar untuk melakukannya. Tetapi, apa yang terjadi jika kefasikan si pelaku kesalahan ternyata tidak dapat diperbaiki lagi? Dalam kasus seperti itu, Yehuwa berpaut pada standar-standar-Nya yang benar dan menjatuhkan hukuman. Seperti yang diberitahukan kepada Musa, Yehuwa ”tidak akan membebaskan orang jahat dari hukuman”.​—Keluaran 34:6, 7.

      18, 19. (a) Bagaimana penghukuman oleh Yehuwa atas orang fasik juga merupakan suatu tindakan kesetiaan? (b) Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kesetiaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang telah dianiaya sampai mati?

      18 Penghukuman oleh Allah atas orang fasik juga merupakan suatu tindakan kesetiaan. Bagaimana? Sebuah petunjuk terdapat dalam buku Wahyu, yaitu dalam perintah Yehuwa kepada ketujuh malaikat, ”Pergilah dan tumpahkan kemarahan Allah yang ada dalam tujuh mangkuk itu ke bumi.” Ketika malaikat yang ketiga mencurahkan mangkuknya ”ke semua sungai dan sumber air”, semuanya menjadi darah. Kemudian, sang malaikat berkata kepada Yehuwa, ”Engkau Allah yang setia, yang dulu ada dan yang terus ada. Engkau adil karena telah menjatuhkan keputusan itu. Engkau membuat mereka minum darah. Mereka pantas menerimanya karena mereka telah menumpahkan darah orang-orang suci dan para nabi.”​—Wahyu 16:1-6.

      19 Perhatikanlah bahwa sewaktu menyampaikan berita penghakiman, sang malaikat menyapa Yehuwa sebagai ”Allah yang setia”. Mengapa? Karena dengan membinasakan orang fasik, Yehuwa mempertunjukkan kesetiaan kepada hamba-hamba-Nya, yang banyak di antaranya telah dianiaya sampai mati. Dengan setia, Yehuwa membuat orang-orang tersebut tetap hidup dalam ingatan-Nya. Dia rindu untuk melihat kembali orang-orang setia yang telah meninggal itu, dan Alkitab memastikan bahwa tujuan-Nya adalah untuk mengupahi mereka dengan kebangkitan. (Ayub 14:14, 15) Yehuwa tidak melupakan hamba-hamba-Nya yang setia hanya karena mereka tidak lagi hidup. Sebaliknya, ”di mata-Nya, mereka semua hidup”. (Lukas 20:37, 38) Tujuan Yehuwa untuk menghidupkan kembali orang-orang yang ada dalam ingatan-Nya merupakan bukti yang sangat kuat akan kesetiaan-Nya.

      Yehuwa dengan setia akan mengingat dan membangkitkan orang-orang yang telah terbukti setia bahkan sampai mati

      Bernard Luimes (kiri) dan Wolfgang Kusserow (tengah) dihukum mati oleh Nazi

      Moses Nyamussua (kanan) dibunuh dengan tombak oleh sebuah kelompok politik

      Kasih Setia Yehuwa Membuka Jalan Keselamatan

      20. Siapakah ”barang yang pantas dikasihani” itu, dan bagaimana Yehuwa menunjukkan kesetiaan kepada mereka?

      20 Sepanjang sejarah, Yehuwa telah menunjukkan kesetiaan yang mengagumkan kepada manusia yang setia. Malah, selama ribuan tahun, Yehuwa ”bersabar kepada barang yang pantas dibinasakan”. Mengapa? ”Itu dilakukan untuk menunjukkan kemuliaan-Nya yang luar biasa kepada barang yang pantas dikasihani, yang sudah Dia siapkan untuk dimuliakan.” (Roma 9:22, 23) ”Barang yang pantas dikasihani” tersebut adalah orang-orang berkecenderungan benar yang diurapi dengan kuasa kudus untuk menjadi sesama ahli waris bersama Kristus dalam Kerajaannya. (Matius 19:28) Dengan membuka jalan keselamatan bagi barang yang pantas dikasihani tersebut, Yehuwa tetap setia terhadap Abraham, yang dengannya Dia telah mengadakan perjanjian ini, ”Melalui keturunanmu, semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena kamu sudah mendengarkan kata-kata-Ku.”​—Kejadian 22:18.

      Beberapa saudara-saudari yang berasal dari berbagai latar belakang dan usia. Mereka terlihat sedang tersenyum.

      Karena kesetiaan Yehuwa, semua hamba-Nya yang setia memiliki harapan masa depan yang pasti

      21. (a) Bagaimana Yehuwa menunjukkan kesetiaan kepada ”suatu kumpulan besar” yang memiliki prospek untuk keluar dari ”kesengsaraan besar”? (b) Kesetiaan Yehuwa menggerakkan Saudara untuk melakukan apa?

      21 Yehuwa menunjukkan kesetiaan yang sama kepada ”suatu kumpulan besar” yang memiliki prospek untuk keluar dari ”kesengsaraan besar” dan hidup selama-lamanya di bumi firdaus. (Wahyu 7:9, 10, 14) Meskipun hamba-hamba-Nya tidak sempurna, Yehuwa dengan setia mengulurkan kepada mereka kesempatan untuk hidup selama-lamanya di bumi firdaus. Bagaimana Dia melakukannya? Melalui tebusan—pertunjukan terbesar kesetiaan Yehuwa. (Yohanes 3:16; Roma 5:8) Kesetiaan Yehuwa menarik orang-orang yang, dalam hatinya, lapar akan kebenaran. (Yeremia 31:3) Tidakkah Saudara merasa lebih dekat kepada Yehuwa karena kesetiaan yang begitu besar yang telah dan masih akan Dia pertunjukkan? Karena hasrat kita adalah untuk mendekat kepada Allah, semoga kita menyambut kasih-Nya dengan menguatkan tekad kita untuk melayani Dia dengan setia.

      a Sungguh menarik bahwa kata yang diterjemahkan menjadi ”setia” di 2 Samuel 22:26, di ayat-ayat lain diterjemahkan menjadi ”kasih setia”.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • 1 Samuel 24:1-22 Dalam caranya memperlakukan Raja Saul, bagaimana Daud mempertunjukkan jenis kesetiaan yang sangat Yehuwa hargai?

      • Ester 3:7-9; 4:6–5:1 Bagaimana Ester mempertunjukkan kesetiaan yang saleh kepada bangsanya, meski harus mempertaruhkan nyawanya?

      • Mazmur 136:1-26 Apa yang mazmur ini ajarkan tentang kasih setia Yehuwa?

      • Obaja 1-4, 10-16 Bagaimana kesetiaan Yehuwa kepada umat-Nya menggerakkan Dia untuk menghukum orang Edom atas perbuatan mereka yang tidak setia?

  • ”Tahu tentang Kasih Kristus”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yesus menunjukkan keibaan hati kepada seseorang.

      PASAL 29

      ”Tahu tentang Kasih Kristus”

      1-3. (a) Apa yang membuat Yesus ingin menjadi seperti Bapaknya? (b) Segi apa saja dari kasih Yesus yang akan kita ulas?

      PERNAHKAH Saudara melihat seorang bocah laki-laki berusaha menjadi seperti ayahnya? Anak itu mungkin meniru gaya ayahnya berjalan, berbicara, atau bertindak. Pada akhirnya, anak itu mungkin bahkan menyerap nilai-nilai moral dan rohani ayahnya. Ya, kasih dan kekaguman seorang anak terhadap ayah yang pengasih membuat dia ingin menjadi seperti papanya.

      2 Bagaimana dengan hubungan Yesus dan Bapak surgawinya? ”Aku mengasihi Bapak,” kata Yesus pada suatu kesempatan. (Yohanes 14:31) Barangkali, tidak ada seorang pun yang dapat lebih mengasihi Yehuwa daripada sang Putra, yang telah tinggal bersama Sang Bapak jauh sebelum semua makhluk lain diciptakan. Kasih tersebut membuat sang Putra yang berbakti ini ingin menjadi seperti Bapaknya.​—Yohanes 14:9.

      3 Pada pasal-pasal sebelumnya dalam buku ini, kita telah membahas bagaimana Yesus dengan sempurna meniru kuasa, keadilan, dan hikmat Yehuwa. Namun, bagaimana Yesus mencerminkan kasih Bapaknya? Mari kita ulas tiga segi kasih Yesus—semangat rela berkorbannya, keibaan hatinya yang lembut, dan kerelaannya untuk mengampuni.

      ”Tidak Ada yang Memiliki Kasih yang Lebih Besar” Daripada Ini

      4. Bagaimana Yesus memberikan teladan terbesar di antara manusia sehubungan dengan kasih yang rela berkorban?

      4 Yesus memberikan teladan yang menonjol dalam hal kasih yang rela berkorban. Kerelaan untuk berkorban mencakup mendahulukan kebutuhan dan kepentingan orang lain secara tidak mementingkan diri. Bagaimana Yesus mempertunjukkan kasih semacam itu? Dia sendiri menjelaskan, ”Tidak ada yang memiliki kasih yang lebih besar daripada orang yang menyerahkan nyawanya demi sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13) Yesus rela memberikan kehidupannya yang sempurna bagi kita. Hal itu merupakan pernyataan kasih terbesar yang pernah dilakukan oleh manusia. Namun, Yesus menunjukkan kasih yang rela berkorban dengan cara-cara lain juga.

      5. Mengapa meninggalkan surga merupakan pengorbanan yang pengasih di pihak Putra tunggal Allah?

      5 Selama eksistensi pramanusianya, Putra tunggal Allah memiliki kedudukan yang tinggi dan istimewa di surga. Dia memiliki hubungan yang akrab dengan Yehuwa dan makhluk roh yang sangat banyak jumlahnya. Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan tersebut, Putra yang dikasihi ini ”melepaskan segala yang dia miliki dan menjadi seperti budak. Dia menjadi manusia”. (Filipi 2:7) Dia rela hidup di tengah-tengah manusia berdosa dalam suatu dunia yang ”dikuasai oleh si jahat”. (1 Yohanes 5:19) Tidakkah itu merupakan pengorbanan yang pengasih di pihak Putra Allah?

      6, 7. (a) Dengan cara apa saja Yesus menunjukkan kasih yang rela berkorban selama pelayanannya di bumi? (b) Sehubungan dengan kasih yang tidak mementingkan diri, contoh yang sangat menyentuh hati apa dicatat di Yohanes 19:25-27?

      6 Selama pelayanannya di bumi, Yesus menunjukkan kasih yang rela berkorban dengan beragam cara. Dia sama sekali tidak mementingkan diri. Dia begitu mencurahkan dirinya dalam pelayanan sehingga dia mengorbankan berbagai kenyamanan yang biasa dinikmati manusia. ”Rubah punya liang, dan burung punya sarang,” katanya, ”tapi Putra manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepalanya.” (Matius 8:20) Sebagai seorang tukang kayu yang ahli, Yesus bisa saja meluangkan waktu untuk membangun sebuah rumah yang nyaman bagi dirinya atau membuat perabot yang bagus untuk dijual sehingga dia bisa mendapatkan uang tambahan. Tetapi, dia tidak menggunakan keahliannya itu untuk memperoleh hal-hal materi.

      7 Sebuah contoh yang sangat menyentuh hati sehubungan dengan kasih Yesus yang rela berkorban dicatat di Yohanes 19:25-27. Bayangkan banyaknya hal yang pasti memenuhi pikiran dan hati Yesus pada petang kematiannya. Sewaktu sedang tersiksa di tiang, dia memikirkan murid-muridnya, pekerjaan pemberitaan, dan khususnya integritasnya serta bagaimana pengaruhnya terhadap nama Bapaknya. Ya, seluruh masa depan umat manusia ada di bahunya! Meskipun demikian, beberapa saat sebelum meninggal, Yesus juga menunjukkan kepeduliannya terhadap ibunya, Maria, yang pada waktu itu tampaknya sudah menjanda. Yesus meminta Rasul Yohanes untuk merawat Maria seperti ibu kandungnya sendiri, dan setelah itu, sang rasul membawa Maria ke rumahnya. Dengan demikian, Yesus mengatur agar ibunya mendapat perawatan jasmani dan rohani. Benar-benar pernyataan yang lembut dari kasih yang tidak mementingkan diri!

      ”Dia Tergerak oleh Rasa Kasihan”

      8. Apa arti kata Yunani yang Alkitab gunakan untuk melukiskan keibaan hati Yesus?

      8 Seperti Bapaknya, Yesus beriba hati. Alkitab melukiskan Yesus sebagai seseorang yang mengerahkan diri untuk membantu orang-orang yang sedang menderita karena dia merasa sangat tergerak untuk melakukannya. Untuk melukiskan keibaan hati Yesus, Alkitab menggunakan sebuah kata Yunani yang diterjemahkan ”tergerak oleh rasa kasihan”. Seorang pakar mengatakan, ”Kata itu melukiskan . . . suatu emosi yang menggerakkan hati sanubari seseorang yang terdalam. Dalam bahasa Yunani, itu adalah kata yang paling kuat maknanya untuk melukiskan perasaan iba hati.” Perhatikan beberapa situasi yang memperlihatkan bagaimana keibaan hati yang dalam mendesak Yesus untuk bertindak.

      9, 10. (a) Keadaan apa yang membuat Yesus dan para rasulnya mencari tempat yang sunyi? (b) Sewaktu privasinya terganggu oleh sekumpulan orang, bagaimana reaksi Yesus, dan mengapa?

      9 Tergerak untuk menanggapi kebutuhan rohani. Catatan di Markus 6:30-34 menunjukkan apa yang pada dasarnya menggerakkan Yesus untuk menyatakan rasa kasihannya. Coba bayangkan peristiwanya. Para rasul sangat gembira karena mereka baru saja menyelesaikan suatu perjalanan pengabaran yang ekstensif. Mereka kembali kepada Yesus dan dengan penuh semangat melaporkan semua hal yang telah mereka lihat dan dengar. Tetapi, sekumpulan besar orang mendatangi mereka sehingga Yesus dan para rasulnya tidak punya waktu bahkan untuk makan. Yesus yang selalu jeli, memperhatikan bahwa rasul-rasulnya sudah kelelahan. ”Ayo kita pergi ke tempat yang sepi dan istirahat sebentar,” ajaknya. Dengan sebuah perahu, mereka berlayar menyeberangi ujung utara Laut Galilea ke suatu tempat yang sunyi. Namun, kumpulan orang itu melihat mereka pergi. Yang lain-lain juga mendengar hal itu. Semua orang ini berlari di sepanjang garis pantai sebelah utara dan sampai di sisi lainnya lebih dahulu daripada perahu itu!

      10 Apakah Yesus kesal karena privasinya terganggu? Sama sekali tidak! Hatinya tersentuh melihat kumpulan orang, ribuan jumlahnya, yang sedang menantinya. Markus menulis, ”Yesus melihat sekumpulan besar orang, dan dia tergerak oleh rasa kasihan, karena mereka seperti domba tanpa gembala. Maka dia mulai mengajar mereka banyak hal.” Yesus memandang orang-orang itu sebagai pribadi-pribadi yang memiliki kebutuhan rohani. Mereka bagaikan domba yang tersesat tanpa daya, tak punya gembala untuk menuntun atau melindungi mereka. Yesus tahu bahwa kaum awam diabaikan oleh para pemimpin agama yang berhati dingin, yang seharusnya menjadi gembala yang peduli. (Yohanes 7:47-49) Dia merasa kasihan terhadap orang-orang itu, maka dia mulai mengajar mereka ”tentang Kerajaan Allah”. (Lukas 9:11) Perhatikanlah bahwa Yesus tergerak oleh rasa kasihan terhadap orang-orang itu bahkan sebelum melihat reaksi mereka terhadap apa yang akan dia ajarkan. Dengan kata lain, keibaan hati yang lembut itu, bukan hasil pengajarannya terhadap kumpulan orang tersebut, melainkan motif dia melakukannya.

      Yesus menunjukkan keibaan hati kepada seorang penderita kusta dengan menyentuhnya. Orang-orang di sekitar mereka merasa jijik melihat penderita kusta itu.

      ”Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh orang itu”

      11, 12. (a) Bagaimana para penderita kusta dipandang pada zaman Alkitab, tetapi bagaimana tanggapan Yesus ketika dia didekati oleh seorang pria yang ”penuh kusta”? (b) Bisa jadi, bagaimana pengaruh sentuhan Yesus terhadap sang penderita kusta, dan bagaimana pengalaman seorang dokter memberikan gambaran akan hal ini?

      11 Tergerak untuk memberikan kelegaan dari penderitaan. Orang-orang yang menderita berbagai gangguan kesehatan merasa bahwa Yesus memiliki keibaan hati, maka mereka tertarik kepadanya. Hal itu khususnya nyata pada waktu Yesus, yang diikuti sekumpulan orang, didekati oleh seorang pria yang ”penuh kusta”. (Lukas 5:12) Pada zaman Alkitab, para penderita kusta dikarantina agar orang lain tidak terkontaminasi. (Bilangan 5:1-4) Akan tetapi, belakangan para rabi yang menjadi pemimpin mengembangkan pandangan yang tidak berperasaan terhadap penyakit kusta dan memberlakukan peraturan mereka sendiri yang bersifat menindas.a Namun, perhatikan bagaimana Yesus menanggapi penderita kusta tersebut, ”Seorang penderita kusta datang kepadanya dan memohon sambil berlutut, ’Kalau Tuan mau, Tuan bisa membuat saya sembuh.’ Yesus pun tergerak oleh rasa kasihan, lalu dia mengulurkan tangannya dan menyentuh orang itu dan berkata, ’Saya mau! Sembuhlah.’ Saat itu juga kustanya hilang, dan dia tidak najis lagi.” (Markus 1:40-42) Yesus tahu bahwa menurut hukum, pria tersebut bahkan tidak diperbolehkan berada di sana. Namun, bukannya mengusir dia, Yesus begitu tergerak oleh rasa kasihan sampai-sampai melakukan sesuatu yang tidak disangka-sangka. Yesus menyentuhnya!

      12 Dapatkah Saudara membayangkan arti sentuhan itu bagi sang penderita kusta? Untuk mengilustrasikannya, perhatikan sebuah pengalaman. Dr. Paul Brand, seorang spesialis penyakit kusta, bercerita tentang seorang penderita kusta yang dia tangani di India. Pada waktu pemeriksaan, sang dokter meletakkan tangannya di bahu si penderita kusta dan menjelaskan, melalui seorang penerjemah, perawatan yang akan dijalani pria itu. Tiba-tiba, si penderita kusta mulai menangis. ”Apakah saya telah mengatakan sesuatu yang salah?” tanya sang dokter. Sang penerjemah menanyakan hal itu kepada si pemuda dengan menggunakan bahasanya, lalu menjawab, ”Tidak, Dokter. Dia mengatakan bahwa dia menangis karena Anda meletakkan tangan Anda di bahunya. Sampai dia datang ke sini, tak seorang pun pernah menyentuhnya selama bertahun-tahun.” Bagi penderita kusta yang mendekati Yesus, mendapat sentuhan memiliki makna yang bahkan lebih besar. Setelah sentuhan itu, penyakit yang telah membuat dia menjadi orang yang tersisih, lenyap!

      13, 14. (a) Iring-iringan apa yang Yesus jumpai sewaktu mendekati kota Nain, dan apa yang membuat situasi tersebut teramat menyedihkan? (b) Keibaan hati Yesus menggerakkan dia untuk mengambil tindakan apa demi sang janda dari Nain?

      13 Tergerak untuk menghalau kepedihan hati. Yesus sangat tergerak oleh kepedihan hati orang lain. Misalnya, perhatikan catatan di Lukas 7:11-15. Peristiwanya terjadi ketika, kira-kira pada pertengahan pelayanannya, Yesus berjalan menuju daerah pinggiran kota Nain di Galilea. Seraya mendekati gerbang kota itu, Yesus berjumpa dengan suatu iring-iringan pemakaman. Keadaannya teramat tragis. Seorang pemuda yang adalah putra tunggal seorang janda, meninggal. Kemungkinan besar, janda tersebut pernah berjalan dalam iring-iringan semacam itu—yaitu untuk memakamkan suaminya. Kali ini untuk memakamkan putranya, yang barangkali adalah satu-satunya penunjang hidupnya. Kumpulan orang yang menyertainya bisa jadi mencakup para pelayat yang melantunkan nyanyian ratapan dan para pemusik yang memainkan melodi perkabungan. (Yeremia 9:17, 18; Matius 9:23) Akan tetapi, pandangan Yesus tertuju kepada sang ibu yang sedang dirundung kepedihan hati, yang pasti sedang berjalan di dekat usungan berisi jenazah putranya.

      14 Yesus ”tergerak oleh rasa kasihan” terhadap sang ibu yang sedang berkabung. Dengan nada yang menenteramkan hati, dia berkata kepadanya, ”Jangan menangis lagi.” Tanpa diminta, dia mendekati usungan tersebut dan menyentuhnya. Para pengusung—dan mungkin seluruh kumpulan tersebut—berhenti. Dengan suara yang berwibawa, Yesus berbicara kepada tubuh yang tidak bernyawa tersebut, ”Anak muda, saya katakan kepadamu, ’Bangunlah!’” Apa yang terjadi selanjutnya? ”Orang mati itu pun hidup lagi, lalu duduk dan mulai berbicara” seolah-olah dibangunkan dari tidur nyenyak! Catatan itu dilanjutkan dengan suatu pernyataan yang paling menyentuh hati, ”Yesus menyerahkan dia kepada ibunya.”

      15. (a) Catatan Alkitab mengenai Yesus yang tergerak oleh rasa kasihan menunjukkan kaitan apa antara keibaan hati dan tindakan? (b) Bagaimana kita dapat meniru Yesus sehubungan dengan hal ini?

      15 Apa yang kita pelajari dari kisah-kisah tersebut? Pada setiap kasus, perhatikan kaitan antara keibaan hati dan tindakan. Yesus tidak dapat melihat orang lain menderita tanpa tergerak oleh rasa kasihan, dan dia tidak dapat merasa iba tanpa berbuat apa-apa. Bagaimana kita dapat meniru teladannya? Sebagai orang Kristen, kita berkewajiban untuk memberitakan kabar baik dan menjadikan murid. Kita terutama dimotivasi oleh kasih akan Allah. Namun, ingatlah bahwa memberitakan kabar baik juga merupakan tindakan keibaan hati. Jika kita merasakan apa yang orang-orang lain rasakan seperti halnya Yesus, hati kita akan menggerakkan kita untuk melakukan sebisa-bisanya dalam membagikan kabar baik kepada mereka. (Matius 22:37-39) Bagaimana dengan menunjukkan keibaan hati kepada rekan seiman yang sedang menderita atau berdukacita? Kita tidak dapat mengadakan mukjizat untuk menyingkirkan penderitaan jasmani atau membangkitkan orang mati. Akan tetapi, kita dapat menunjukkan keibaan hati dengan mengambil inisiatif untuk menunjukkan perhatian kita atau memberikan bantuan praktis yang cocok.​—Efesus 4:32.

      ”Bapak, Ampunilah Mereka”

      16. Bagaimana kesediaan Yesus untuk mengampuni terlihat jelas bahkan sewaktu dia berada di tiang siksaan?

      16 Yesus dengan sempurna mencerminkan kasih Bapaknya melalui cara penting lain—dia ”siap mengampuni”. (Mazmur 86:5) Kesediaannya itu terlihat jelas bahkan sewaktu dia berada di tiang siksaan. Ketika harus mengalami kematian yang memalukan, dengan paku-paku yang menancap di tangan dan kakinya, apa yang Yesus katakan? Apakah dia berseru kepada Yehuwa untuk menghukum para eksekutornya? Yang terjadi justru sebaliknya; di antara kata-kata terakhirnya Yesus memohon, ”Bapak, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”​—Lukas 23:34.b

      17-19. Dengan cara apa saja Yesus menunjukkan bahwa dia mengampuni Rasul Petrus yang telah menyangkalnya tiga kali?

      17 Barangkali, teladan Yesus yang bahkan lebih menggugah lagi dalam hal mengampuni dapat dilihat dari cara dia berurusan dengan Rasul Petrus. Tak diragukan, Petrus sangat mengasihi Yesus. Pada tanggal 14 Nisan, malam terakhir kehidupan Yesus, Petrus berkata kepadanya, ”Tuan, aku siap masuk penjara dan mati bersamamu.” Akan tetapi, hanya beberapa jam kemudian, Petrus tiga kali menyangkal bahwa dia mengenal Yesus! Alkitab memberi tahu kita apa yang terjadi setelah Petrus menyangkal untuk yang ketiga kalinya, ”Tuan menoleh dan menatap Petrus.” Karena merasa hancur akibat seriusnya dosa yang dia perbuat, Petrus ”pergi ke luar dan menangis dengan getir”. Ketika Yesus meninggal beberapa saat kemudian pada hari yang sama, sang rasul mungkin bertanya-tanya, ’Apakah Tuanku mengampuni aku?’​—Lukas 22:33, 61, 62.

      18 Petrus tidak perlu menunggu lama untuk memperoleh jawaban. Yesus dibangkitkan pada tanggal 16 Nisan pagi, dan agaknya pada hari yang sama, dia secara pribadi mengunjungi Petrus. (Lukas 24:34; 1 Korintus 15:4-8) Mengapa Yesus memberikan perhatian yang sangat khusus kepada rasul yang telah bersikeras menyangkal dia? Yesus mungkin ingin meyakinkan Petrus yang telah bertobat bahwa dia masih dikasihi dan dihargai oleh Tuannya. Namun, Yesus berbuat lebih banyak lagi untuk meyakinkan Petrus.

      19 Beberapa waktu kemudian, Yesus menemui murid-muridnya di Laut Galilea. Pada peristiwa itu, Yesus tiga kali bertanya kepada Petrus (yang telah tiga kali menyangkal Tuannya) sehubungan dengan kasih Petrus terhadapnya. Setelah pertanyaan itu diajukan untuk ketiga kalinya, Petrus menjawab, ”Tuan, Tuan tahu segalanya. Tuan tahu aku sayang kepada Tuan.” Sesungguhnya, Yesus yang bisa membaca hati, tahu betul akan kasih dan kasih sayang Petrus terhadap dirinya. Namun, Yesus memberi Petrus kesempatan untuk menegaskan kasihnya. Selain itu, Yesus menugasi Petrus untuk ’memberi makan’ dan ’menggembalakan domba-domba kecilnya’. (Yohanes 21:15-17) Sebelumnya, Petrus telah menerima tugas untuk mengabar. (Lukas 5:10) Tetapi sekarang, dengan luar biasa, Yesus mempertunjukkan kepercayaannya kepada Petrus dengan memberinya tanggung jawab besar lebih lanjut—mengurus orang-orang yang akan menjadi pengikut Kristus. Tak lama kemudian, Yesus memberi Petrus suatu peranan yang menonjol dalam kegiatan murid-muridnya. (Kisah 2:1-41) Petrus pasti merasa sangat lega karena mengetahui bahwa Yesus telah mengampuni dia dan masih memercayainya!

      Apakah Saudara ”Tahu tentang Kasih Kristus”?

      20, 21. Bagaimana kita dapat sepenuhnya ”tahu tentang kasih Kristus”?

      20 Sungguh, Firman Allah melukiskan kasih Kristus dengan sangat indah. Namun, bagaimana kita hendaknya menanggapi kasih Kristus? Alkitab mendesak kita untuk ”tahu tentang kasih Kristus, yang lebih baik daripada pengetahuan”. (Efesus 3:19) Seperti yang telah kita lihat, catatan Injil mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus mengajar kita banyak hal tentang kasih Kristus. Akan tetapi, sepenuhnya ”tahu tentang kasih Kristus” mencakup lebih dari sekadar mempelajari apa yang Alkitab katakan tentang dia.

      21 Kata Yunani yang diterjemahkan ”tahu” berarti mengetahui ”secara praktis, melalui pengalaman”. Jika kita menunjukkan kasih dengan cara seperti Yesus—dengan tidak mementingkan diri memberi diri kita demi orang lain, dengan beriba hati menanggapi kebutuhan mereka, dengan sepenuh hati mengampuni mereka—kita benar-benar bisa memahami perasaannya. Dengan cara ini, melalui pengalaman, kita akan ”tahu tentang kasih Kristus, yang lebih baik daripada pengetahuan”. Dan, jangan pernah lupa bahwa semakin kita menjadi seperti Kristus, semakin dekatlah kita kepada pribadi yang Yesus tiru dengan sempurna, Allah kita yang pengasih, Yehuwa.

      a Peraturan para rabi menyatakan bahwa tidak seorang pun boleh berada pada jarak kurang dari empat hasta (1,8 meter) dari seorang penderita kusta. Tetapi, jika angin sedang bertiup, sang penderita kusta harus berada pada jarak setidaknya 100 hasta (45 meter). Buku Midrash Rabbah menceritakan seorang rabi yang menghindar dari para penderita kusta dan tentang rabi lain yang melempari para penderita kusta dengan batu agar mereka tidak mendekat. Jadi, para penderita kusta tahu betul bagaimana sakitnya ditolak serta bagaimana rasanya dipandang hina dan tidak diinginkan.

      b Beberapa manuskrip kuno menghilangkan bagian pertama dari Lukas 23:34. Akan tetapi, karena terdapat dalam banyak manuskrip resmi lainnya, kata-kata tersebut dicantumkan dalam Terjemahan Dunia Baru dan sejumlah terjemahan lain. Yesus tampaknya berbicara mengenai para prajurit Romawi yang menghukum mati dia. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan dan tidak sadar siapa sebenarnya Yesus itu. Yesus juga tampaknya berbicara mengenai orang-orang Yahudi yang meminta agar dia dihukum mati tapi belakangan beriman kepadanya. (Kisah 2:36-38) Tentu saja, para pemimpin agama yang mendalangi eksekusi tersebut jauh lebih nista, karena mereka melakukannya dengan sengaja dan berdasarkan niat jahat. Kebanyakan dari mereka tidak mungkin diampuni.​—Yohanes 11:45-53.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Matius 9:35-38 Dengan cara yang mencolok apa Yesus menunjukkan rasa kasihan, atau iba hati, dan hal itu hendaknya memberi pengaruh apa atas diri kita?

      • Yohanes 13:34, 35 Mengapa penting bagi kita untuk mencerminkan kasih Kristus?

      • Roma 15:1-6 Bagaimana kita dapat meniru sikap mental Kristus yang tidak mementingkan diri?

      • 2 Korintus 5:14, 15 Penghargaan terhadap tebusan hendaknya memiliki pengaruh apa atas sudut pandang, tujuan, dan gaya hidup kita?

  • ”Teruslah Mengasihi”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Di perhimpunan, saudara-saudari mengobrol dengan akrab.

      PASAL 30

      ”Teruslah Mengasihi”

      1-3. Apa hasilnya jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih?

      ”LEBIH bahagia memberi daripada menerima.” (Kisah 20:35) Kata-kata Yesus tersebut menandaskan kebenaran yang penting ini: Kasih yang tidak mementingkan diri mendatangkan imbalan tersendiri. Meskipun ada banyak kebahagiaan dalam menerima kasih, ada kebahagiaan yang bahkan lebih besar dalam memberikan, atau menunjukkan, kasih kepada orang lain.

      2 Tidak ada yang memahami hal ini lebih baik daripada Bapak surgawi kita. Seperti yang kita lihat pada pasal-pasal sebelumnya dari bagian ini, Yehuwa adalah teladan kasih yang terunggul. Tak seorang pun pernah menunjukkan kasih dengan cara yang lebih besar atau selama kurun waktu yang lebih panjang daripada Yehuwa. Jadi, tidak mengherankan, bukan, jika Yehuwa disebut sebagai ”Allah yang bahagia”?​—1 Timotius 1:11.

      3 Allah kita yang pengasih menginginkan kita untuk berupaya menjadi seperti Dia, khususnya dalam menunjukkan kasih. Efesus 5:1, 2 memberi tahu kita, ”Tirulah Allah sebagai anak-anak yang dikasihi, dan teruslah mengasihi.” Jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih, kita merasakan kebahagiaan yang lebih besar karena memberi. Kita juga merasa puas karena tahu bahwa kita menyenangkan Yehuwa, sebab Firman-Nya mendesak kita untuk ”mengasihi satu sama lain”. (Roma 13:8) Namun, ada alasan-alasan lain lagi mengapa kita hendaknya ’terus mengasihi’.

      Mengapa Kasih Sangat Penting

      Sambil tersenyum, seorang saudara Kristen yang lebih tua menepuk pundak seorang saudara yang lebih muda.

      Kasih menggerakkan kita untuk menyatakan keyakinan terhadap saudara-saudara kita

      4, 5. Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih yang rela berkorban kepada rekan seiman?

      4 Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih kepada rekan seiman? Singkatnya, kasih adalah inti Kekristenan sejati. Tanpa kasih, kita tidak bisa memiliki ikatan yang erat dengan rekan-rekan Kristen, dan terlebih penting lagi, kita tidak berharga dalam pandangan Yehuwa. Perhatikanlah bagaimana Firman Allah menandaskan kebenaran-kebenaran tersebut.

      5 Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, Yesus berkata kepada para pengikutnya, ”Aku memberi kalian perintah baru ini: Kasihi satu sama lain. Seperti aku sudah mengasihi kalian, kalian juga harus mengasihi satu sama lain. Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian muridku.” (Yohanes 13:34, 35) ”Seperti aku sudah mengasihi kalian”—ya, kita diperintahkan untuk menunjukkan jenis kasih seperti yang Yesus perlihatkan. Di Pasal 29, kita memperhatikan bahwa Yesus memberikan teladan yang mengagumkan dalam hal mempertunjukkan kasih yang rela berkorban, mendahulukan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Kita juga harus mempertunjukkan kasih yang tidak mementingkan diri, dan kita harus melakukannya dengan sangat nyata sehingga kasih kita terlihat jelas bahkan oleh orang-orang di luar sidang Kristen. Ya, kasih persaudaraan yang rela berkorban adalah tanda yang mengidentifikasi kita sebagai pengikut Kristus yang sejati.

      6, 7. (a) Bagaimana kita tahu bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya menunjukkan kasih? (b) Kata-kata Paulus yang dicatat di 1 Korintus 13:4-8 memusatkan perhatian pada aspek kasih yang mana?

      6 Bagaimana jika kita kurang memiliki kasih? ”Kalau saya . . . tidak punya kasih,” kata Rasul Paulus, ”saya sama saja seperti gong atau simbal yang berisik.” (1 Korintus 13:1) Gong atau simbal yang berisik sama-sama menghasilkan suara yang bising. Benar-benar ilustrasi yang cocok! Orang yang tidak memiliki kasih bagaikan alat musik yang bunyinya nyaring dan cempreng, yang bukannya membuat orang tertarik tetapi malah menghindar. Bagaimana mungkin orang seperti itu akrab dengan orang lain? Paulus juga mengatakan, ”Kalau saya . . . punya iman yang sangat kuat sehingga bisa memindahkan gunung, tapi tidak punya kasih, saya tidak ada apa-apanya.” (1 Korintus 13:2) Coba bayangkan, orang yang tidak memiliki kasih adalah orang yang ”sama sekali tidak berguna”, tidak soal apa pun yang dia lakukan! (Terjemahan Baru-LAI) Tidakkah jelas bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya menunjukkan kasih?

      7 Namun, bagaimana kita dapat menunjukkan sifat ini sewaktu berurusan dengan orang lain? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita cermati kata-kata Paulus yang terdapat di 1 Korintus 13:4-8. Ayat-ayat ini bukan menekankan kasih Allah kepada kita ataupun kasih kita kepada Allah. Sebaliknya, Paulus memusatkan perhatian pada bagaimana kita hendaknya menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Dia menjabarkan beberapa hal yang merupakan kasih dan beberapa hal yang bukan merupakan kasih.

      Apa Kasih Itu

      8. Bagaimana kesabaran membantu kita dalam berurusan dengan orang lain?

      8 ”Orang yang punya kasih itu sabar.” Itu berarti dia dengan sabar menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan terhadap orang lain. (Kolose 3:13) Bukankah kita membutuhkan kesabaran demikian? Karena kita adalah makhluk-makhluk tak sempurna yang melayani bahu-membahu, kita berpikir realistis jika mengantisipasi bahwa adakalanya, saudara Kristen kita mungkin menyakiti kita dan kita mungkin melakukan hal yang sama kepada mereka. Namun, kesabaran dan pengekangan diri dapat membantu kita menanggulangi gesekan-gesekan dan benturan-benturan kecil yang kita alami sewaktu berurusan dengan orang lain—tanpa mengganggu kedamaian sidang.

      9. Dengan cara apa saja kita dapat menunjukkan kebaikan hati kepada orang lain?

      9 ”Orang yang punya kasih itu . . . baik hati.” Kebaikan hati ditunjukkan melalui tindakan yang bermanfaat dan perkataan yang penuh timbang rasa. Kasih menggerakkan kita mencari cara untuk menunjukkan kebaikan hati, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan. Misalnya, seorang rekan seiman yang lanjut usia mungkin kesepian dan perlu dijenguk guna membesarkan hatinya. Seorang ibu tanpa suami atau seorang saudari yang hidup dalam rumah tangga yang terbagi secara agama mungkin perlu bantuan tertentu. Seseorang yang sedang sakit atau menghadapi kesengsaraan tertentu mungkin perlu mendengar kata-kata yang simpatik dari seorang sahabat yang setia. (Amsal 12:25; 17:17) Jika kita berinisiatif untuk menunjukkan kebaikan hati dengan cara-cara demikian, kita memperlihatkan ketulusan kasih kita.​—2 Korintus 8:8.

      10. Bagaimana kasih membantu kita menjunjung kebenaran dan berbicara dengan jujur, bahkan sewaktu tidak mudah bagi kita untuk melakukannya?

      10 ’Orang yang punya kasih bergembira karena hal-hal yang benar.’ Terjemahan lain berbunyi, ”Kasih . . . senang bersisian dengan kebenaran.” Kasih menggerakkan kita untuk menjunjung kebenaran dan ’jujur saat berbicara kepada orang lain’. (Zakharia 8:16) Misalnya, jika seseorang yang kita kasihi terlibat dalam dosa serius, kasih kepada Yehuwa—dan kepada orang yang berbuat salah tersebut—akan membantu kita berpegang pada standar-standar Allah dan bukannya berupaya menyembunyikan, membenarkan, atau bahkan berdusta tentang perbuatan salah tersebut. Memang, mungkin sulit untuk menerima kenyataan. Namun, kita ingin orang yang kita kasihi tersebut menerima dan menyambut suatu pernyataan disiplin yang pengasih dari Allah, mengingat semua itu demi kebaikan dia. (Amsal 3:11, 12) Sebagai orang Kristen yang pengasih, kita juga berkeinginan untuk ”berlaku jujur dalam segala hal”.​—Ibrani 13:18.

      11. Karena orang yang punya kasih ”menanggung segala beban”, kita hendaknya berupaya melakukan apa sehubungan dengan kelemahan rekan-rekan seiman?

      11 ”Orang yang punya kasih menanggung segala beban.” Ungkapan tersebut secara harfiah berarti ”menutupi segala sesuatu”. (Kingdom Interlinear) Satu Petrus 4:8 menyatakan, ”Orang yang memiliki kasih selalu rela memaafkan.” Ya, seorang Kristen yang dibimbing oleh kasih tidak berminat membeberkan semua ketidaksempurnaan dan kelemahan saudara-saudara Kristennya. Dalam banyak kasus, kekeliruan dan kesalahan rekan-rekan seiman bersifat sepele dan dapat ditutupi oleh kasih.​—Amsal 10:12; 17:9.

      12. Bagaimana Rasul Paulus memperlihatkan bahwa dia percaya akan yang terbaik sehubungan dengan Filemon, dan apa yang dapat kita pelajari dari teladan Paulus?

      12 ”Orang yang punya kasih . . . percaya segala sesuatu.” Terjemahan Moffatt mengatakan bahwa kasih ”selalu ingin sekali memercayai yang terbaik”. Kita tidak boleh menaruh kecurigaan yang berlebihan terhadap rekan-rekan seiman, meragukan setiap motif mereka. Kasih membantu kita untuk ’percaya yang terbaik’ sehubungan dengan saudara-saudara kita dan menaruh keyakinan kepada mereka.a Perhatikanlah sebuah contoh yang terdapat dalam surat Paulus kepada Filemon. Paulus menulis surat tersebut untuk menganjurkan Filemon agar menerima dengan senang hati kepulangan Onesimus, budak yang melarikan diri, yang telah menjadi seorang Kristen. Ketimbang berupaya memaksa Filemon, Paulus menyampaikannya berdasarkan kasih. Dia menyatakan keyakinannya bahwa Filemon akan melakukan tindakan yang benar, dengan mengatakan, ”Aku yakin bahwa kamu akan setuju, maka aku menulis ini kepadamu, karena aku tahu bahwa kamu akan berbuat lebih banyak daripada yang kukatakan.” (Ayat 21) Jika kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan keyakinan semacam itu terhadap saudara-saudara kita, kita mengembangkan sifat-sifat terbaik mereka.

      13. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita?

      13 ”Orang yang punya kasih . . . selalu punya harapan.” Kasih itu penuh kepercayaan, dan juga penuh harapan. Karena dimotivasi oleh kasih, kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita. Sebagai contoh, jika seorang saudara ”salah langkah dan belum menyadarinya”, kita berharap dia akan menyambut upaya-upaya pengasih untuk menyesuaikan dia kembali. (Galatia 6:1) Kita juga berharap bahwa orang-orang yang imannya lemah akan pulih kembali. Kita bersabar terhadap orang-orang demikian, melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka agar imannya menjadi kuat. (Roma 15:1; 1 Tesalonika 5:14) Bahkan, jika seseorang yang kita kasihi tersesat, kita tidak berhenti berharap bahwa suatu hari nanti dia akan sadar dan kembali kepada Yehuwa, sebagaimana anak yang hilang dalam perumpamaan Yesus.​—Lukas 15:17, 18.

      14. Dengan cara apa saja ketekunan kita mungkin diuji di dalam sidang, dan bagaimana kasih akan membantu kita menanggapinya?

      14 ”Orang yang punya kasih . . . bertekun menghadapi segala sesuatu.” Ketekunan memungkinkan kita berdiri teguh menghadapi kekecewaan atau penderitaan. Ujian-ujian ketekunan tidak hanya datang dari luar sidang. Adakalanya, kita mungkin diuji dari dalam. Karena tidak sempurna, saudara-saudara kita kadang-kadang mengecewakan kita. Pernyataan yang tidak dipikir lebih dahulu bisa menyakiti perasaan kita. (Amsal 12:18) Bisa jadi, suatu persoalan sidang tidak ditangani sebagaimana yang menurut kita semestinya dilakukan. Tingkah laku seorang saudara yang disegani mungkin mengesalkan, membuat kita berpikir, ’Masa orang Kristen tingkahnya begitu?’ Sewaktu menghadapi situasi-situasi demikian, apakah kita akan menjauh dari sidang dan berhenti melayani Yehuwa? Tidak, jika kita mempunyai kasih! Ya, kasih mencegah kita menjadi sedemikian dibutakan oleh kelemahan seorang saudara sehingga tak dapat lagi melihat hal-hal baik dalam diri saudara tersebut atau dalam sidang secara keseluruhan. Kasih memungkinkan kita tetap setia kepada Allah dan mendukung sidang tidak soal apa pun yang dikatakan atau dilakukan oleh manusia tak sempurna lainnya.​—Mazmur 119:165.

      Apa yang Bukan Kasih

      15. Mengapa kita tidak boleh merasa iri terhadap orang lain, dan bagaimana kasih bisa membantu kita?

      15 ”Orang yang punya kasih . . . tidak iri hati.” Kita tidak boleh merasa iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain, seperti harta, berkat yang mereka dapatkan, atau kesanggupan mereka. Iri hati adalah emosi yang egois dan bersifat merusak yang, jika tidak dikendalikan, dapat merusak kedamaian sidang. Apa yang akan membantu kita melawan kecenderungan untuk iri? (Yakobus 4:5) Jawabannya adalah kasih. Sifat yang berharga ini memungkinkan kita bersukacita bersama orang yang tampaknya memiliki beberapa keberuntungan hidup yang tidak kita miliki. (Roma 12:15) Kasih membantu kita untuk tidak merasa terhina apabila seseorang dipuji atas kesanggupannya yang unggul atau hasil kerjanya yang menonjol.

      16. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita, mengapa kita tidak akan membualkan apa yang kita lakukan dalam melayani Yehuwa?

      16 ”Orang yang punya kasih . . . tidak membanggakan diri, tidak menjadi sombong.” Kasih mencegah kita memamerkan bakat atau prestasi kita. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita, bagaimana mungkin kita terus-terusan membanggakan kesuksesan kita dalam dinas atau tugas-tugas tambahan kita di sidang? Bualan semacam itu dapat mengecilkan hati orang lain, membuat mereka merasa rendah diri. Kasih tidak membuat kita membanggakan diri karena tugas-tugas yang Allah berikan kepada kita. (1 Korintus 3:5-9) Lagi pula, kasih ”tidak menjadi sombong”, atau seperti The New Testament in Modern English katakan, kasih tidak ”membanggakan gagasan yang dibesar-besarkan demi kepentingannya sendiri”. Kasih mencegah kita memandang diri kita lebih tinggi daripada yang semestinya.​—Roma 12:3.

      17. Kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan timbang rasa dalam bentuk apa terhadap orang lain, dan karena itu, kelakuan macam apa yang akan kita hindari?

      17 ”Orang yang punya kasih . . . tidak berlaku tidak sopan.” Orang yang berlaku tidak sopan bertindak dengan cara yang tidak pantas atau mengesalkan. Perbuatan semacam itu tidak pengasih karena jelas-jelas menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain. Sebagai kontras, di dalam kasih ada kemurahan hati yang menggerakkan kita untuk bertimbang rasa terhadap orang lain. Kasih menjunjung tata krama yang baik, tingkah laku yang saleh, dan respek terhadap rekan seiman kita. Oleh karena itu, kasih tidak mengizinkan kita terlibat dalam ”kelakuan memalukan”—ya, perilaku apa pun yang akan mengejutkan atau menyakiti hati saudara-saudara Kristen kita.​—Efesus 5:3, 4.

      18. Mengapa orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya?

      18 ”Orang yang punya kasih . . . tidak mementingkan diri.” Revised Standard Version menerjemahkan bagian ini menjadi, ”Kasih tidak berkukuh pada keinginannya sendiri.” Orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya, seolah-olah pendapatnyalah yang selalu benar. Dia tidak memanipulasi orang lain, tidak menggunakan kemampuan persuasinya guna memojokkan orang-orang yang pandangannya berbeda. Kedegilan semacam itu menyingkapkan adanya kesombongan, dan Alkitab mengatakan, ”Kesombongan berujung pada kehancuran.” (Amsal 16:18) Jika kita benar-benar mengasihi saudara-saudara kita, kita akan menghargai pandangan mereka, dan jika mungkin, kita akan menunjukkan kesediaan untuk mengalah. Semangat untuk mengalah selaras dengan kata-kata Paulus, ”Setiap orang harus memikirkan kepentingan orang lain, bukan kepentingannya sendiri.”​—1 Korintus 10:24.

      19. Bagaimana kasih membantu kita bereaksi ketika orang lain menyakiti hati kita?

      19 ”Orang yang punya kasih . . . tidak cepat marah [dan] tidak menyimpan kekesalan.” Dia tidak mudah terpancing menjadi marah atas apa yang orang lain katakan atau lakukan. Memang, wajar jika kita kesal sewaktu orang lain menyakiti hati kita. Namun, meskipun kita memiliki alasan yang sah untuk marah, kasih tidak membiarkan kita tetap terpancing menjadi marah. (Efesus 4:26, 27) Kita tidak akan menyimpan catatan mengenai kata-kata atau perbuatan yang menyakitkan, seolah-olah menuliskannya pada sebuah neraca lajur sehingga hal-hal itu takkan terlupakan. Sebaliknya, kasih menggerakkan kita untuk meniru Allah kita yang pengasih. Seperti yang kita lihat di Pasal 26, Yehuwa mengampuni apabila ada dasar yang benar untuk melakukannya. Sewaktu mengampuni kita, Dia melupakan dalam arti Dia tidak akan mengungkit-ungkit lagi dosa-dosa tersebut. Tidakkah kita bersyukur bahwa Yehuwa tidak mencatat kerugian?

      20. Bagaimana hendaknya reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat oleh dosa dan sebagai akibatnya dia menjadi sangat menderita?

      20 ”Orang yang punya kasih . . . tidak bergembira karena hal-hal yang tidak benar.” Dalam The New English Bible ayat ini berbunyi, ”Kasih . . . tidak bergembira atas dosa-dosa orang lain.” Terjemahan Moffatt berbunyi, ”Kasih tidak pernah bahagia apabila orang lain melakukan kesalahan.” Kasih tidak memperoleh kesenangan dalam hal-hal yang tidak benar, maka kita tidak menutup mata terhadap seriusnya perbuatan amoral dalam bentuk apa pun. Bagaimana reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat dosa dan sebagai akibatnya dia menjadi sangat menderita? Kasih tidak akan membiarkan kita bersukacita, seolah-olah mengatakan, ’Bagus! Biar dia tahu rasa!’ (Amsal 17:5) Akan tetapi, kita bersukacita apabila seorang saudara yang telah berbuat salah mengambil langkah-langkah positif untuk memulihkan diri dari kejatuhan rohaninya.

      ”Jalan yang Jauh Lebih Baik”

      21-23. (a) Apa yang Paulus maksudkan ketika dia mengatakan bahwa ”kasih tidak akan berakhir”? (b) Apa yang akan dibahas pada pasal terakhir?

      21 ”Kasih tidak akan berakhir.” Apa yang Paulus maksudkan dengan kata-kata tersebut? Sebagaimana terlihat dari konteksnya, dia sedang membahas tentang berbagai karunia dari kuasa kudus yang ada di antara orang Kristen masa awal. Karunia-karunia itu merupakan tanda bahwa Allah senang dengan sidang yang baru terbentuk tersebut. Namun, tidak semua orang Kristen dapat menyembuhkan, bernubuat, atau berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah; karunia-karunia yang bersifat mukjizat tersebut pada akhirnya akan lenyap. Meskipun demikian, ada sesuatu yang akan tetap ada, sesuatu yang dapat dipupuk oleh setiap orang Kristen. Sesuatu yang lebih menonjol, lebih bertahan daripada karunia-karunia yang bersifat mukjizat mana pun. Malah, Paulus menyebutnya sebagai ”jalan yang jauh lebih baik”. (1 Korintus 12:31) Apa ”jalan yang jauh lebih baik” tersebut? Jalan kasih.

      22 Ya, kasih Kristen yang Paulus lukiskan ”tidak akan berakhir”. Hingga saat ini, kasih persaudaraan yang rela berkorban mengidentifikasi para pengikut Yesus yang sejati. Tidakkah kita melihat bukti adanya kasih semacam itu di sidang-sidang penyembah Yehuwa di seluas bumi? Kasih tersebut akan ada untuk selama-lamanya karena Yehuwa menjanjikan kehidupan abadi kepada hamba-hamba-Nya yang setia. (Mazmur 37:9-11, 29) Semoga kita terus melakukan yang terbaik untuk ’terus mengasihi’. Dengan melakukannya, kita dapat merasakan kebahagiaan yang lebih besar karena memberi. Lebih dari itu, kita dapat terus hidup—ya, terus mengasihi—selama-lamanya, seraya meniru Allah kita yang pengasih, Yehuwa.

      Umat Yehuwa dikenal dari kasih mereka kepada satu sama lain

      23 Pada pasal ini, yang mengakhiri bagian yang mengulas soal kasih, kita telah membahas tentang bagaimana kita dapat menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Namun, mengingat betapa banyak manfaat yang kita peroleh dari kasih Yehuwa—demikian pula dari kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya—tepatlah jika kita bertanya, ’Bagaimana saya dapat menunjukkan kepada Yehuwa bahwa saya benar-benar mengasihi Dia?’ Pertanyaan tersebut akan dibahas pada pasal terakhir buku ini.

      a Tentu saja, kasih Kristen sama sekali tidak naif. Alkitab menasihati kita, ”Hati-hatilah dengan orang-orang yang memecah belah dan membuat orang tersandung. . . . Hindari mereka.”​—Roma 16:17.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • 2 Korintus 6:11-13 Apa artinya membuka hati kita lebar-lebar dalam hal kasih sayang, dan bagaimana kita dapat menerapkan nasihat ini?

      • 1 Petrus 1:22 Bagaimana ayat ini menunjukkan bahwa kasih kita kepada rekan seiman harus tulus, murni, dan hangat?

      • 1 Yohanes 3:16-18 Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita ”mengasihi Allah”?

      • 1 Yohanes 4:7-11 Apa motivasi terkuat untuk menunjukkan kasih kepada rekan seiman kita?

  • ”Mendekatlah kepada Allah, dan Dia Akan Mendekat kepada Kalian”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Saudara-saudari bernyanyi di perhimpunan.

      PASAL 31

      ”Mendekatlah kepada Allah, dan Dia Akan Mendekat kepada Kalian”

      1-3. (a) Apa yang bisa kita pelajari mengenai sifat bawaan manusia dengan mengamati interaksi antara orang tua dan bayi mereka? (b) Proses apa yang berlangsung secara alami ketika seseorang menunjukkan kasih kepada kita, dan pertanyaan penting apa yang dapat kita ajukan kepada diri sendiri?

      PARA orang tua senang melihat bayi mereka yang baru lahir tersenyum. Mereka sering kali mendekatkan wajah mereka ke wajah sang bayi, dengan muka berseri-seri menyapanya dengan suara yang lembut. Mereka ingin sekali melihat tanggapannya. Dan tak lama kemudian, keinginan itu terwujud—lesung pipi sang bayi terlihat, bibirnya mengembang, dan muncullah secercah senyum yang menyenangkan. Dengan cara yang unik, senyuman tersebut tampaknya mengungkapkan rasa sayang, awal kasih sang bayi sebagai tanggapan terhadap kasih orang tuanya.

      2 Senyuman sang bayi mengingatkan kita akan suatu hal penting sehubungan dengan sifat bawaan manusia. Tanggapan alami kita terhadap kasih adalah kasih. Begitulah kita dibuat. (Mazmur 22:9) Seraya kita bertumbuh, kesanggupan kita untuk menanggapi kasih pun semakin matang. Barangkali Saudara ingat bagaimana orang tua, sanak saudara, atau handai taulan mengungkapkan kasih mereka kepada Saudara sewaktu Saudara masih kecil. Di dalam hati Saudara, perasaan hangat berakar, bertumbuh, dan berkembang menjadi tindakan. Sebagai tanggapan, Saudara menunjukkan kasih Saudara. Apakah proses yang sama berlangsung dalam hubungan Saudara dengan Allah Yehuwa?

      3 Alkitab mengatakan, ”Kita mengasihi karena Allah lebih dulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19) Pada Bagian 1 sampai 3 buku ini, Saudara diingatkan bahwa Allah Yehuwa telah memperlihatkan kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya dengan cara-cara yang pengasih demi kepentingan Saudara. Dan, di Bagian 4, Saudara melihat bahwa Dia secara langsung menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia—dan kepada Saudara secara pribadi—dengan cara-cara yang luar biasa. Sekarang, timbul pertanyaan. Dapat dikatakan bahwa inilah pertanyaan terpenting yang dapat Saudara ajukan kepada diri sendiri, ’Bagaimana saya akan menanggapi kasih Yehuwa?’

      Apa Artinya Mengasihi Allah

      4. Bagaimana orang-orang dibingungkan sehubungan dengan apa artinya mengasihi Allah?

      4 Yehuwa, Sang Pemrakarsa kasih, tahu betul bahwa kasih memiliki kuasa yang luar biasa untuk menyingkapkan sifat-sifat terbaik yang ada dalam diri pribadi lain. Jadi, meskipun pemberontakan umat manusia yang tidak setia terus ada, Dia tetap yakin bahwa ada manusia-manusia yang akan menanggapi kasih-Nya. Dan memang, jutaan orang berbuat demikian. Akan tetapi, sayang sekali agama-agama dalam dunia yang bejat ini telah membingungkan orang-orang sehubungan dengan apa artinya mengasihi Allah. Ada banyak sekali orang yang mengaku mengasihi Allah, tetapi tampaknya mereka menganggap kasih semacam itu hanyalah suatu perasaan yang dinyatakan dalam kata-kata. Kasih kepada Allah memang dimulai dengan cara demikian, sebagaimana kasih seorang bayi kepada orang tuanya mulai ditunjukkan lewat sebuah senyuman. Akan tetapi, bagi orang dewasa, kasih mencakup lebih banyak hal lagi.

      5. Menurut Alkitab, apa artinya mengasihi Allah, dan mengapa hendaknya arti tersebut menarik bagi kita?

      5 Yehuwa menjelaskan apa artinya mengasihi Dia. Firman-Nya mengatakan, ”Mengasihi Allah berarti menjalankan perintah-Nya.” Jadi, mengasihi Allah perlu dinyatakan dalam tindakan. Memang, banyak orang tidak tertarik dengan gagasan mengenai ketaatan. Namun, dengan kata-kata yang simpatik ayat yang sama menambahkan, ”Meski begitu, perintah-perintah-Nya tidak membebani.” (1 Yohanes 5:3) Hukum-hukum dan prinsip-prinsip Yehuwa dirancang demi kepentingan kita, bukan untuk menindas kita. (Yesaya 48:17, 18) Firman Allah sarat dengan prinsip-prinsip yang membantu kita mendekat kepada-Nya. Dengan cara bagaimana? Mari kita tinjau tiga aspek hubungan kita dengan Allah. Aspek yang tercakup adalah berkomunikasi, beribadah, dan meniru.

      Berkomunikasi dengan Yehuwa

      6-8. (a) Dengan sarana apa kita dapat mendengarkan Yehuwa? (b) Bagaimana kita dapat membuat Alkitab hidup sewaktu kita membacanya?

      6 Pasal 1 dibuka dengan pertanyaan, ”Dapatkah Saudara membayangkan bagaimana rasanya bercakap-cakap dengan Allah?” Kita melihat bahwa hal itu bukanlah suatu konsep khayalan. Sesungguhnya, Musa pernah mengalami percakapan seperti itu. Bagaimana dengan kita? Sekarang bukan waktunya lagi bagi Yehuwa untuk mengutus malaikat-Nya agar dapat bercakap-cakap dengan manusia. Namun, sekarang ini Yehuwa memiliki sarana yang sangat bagus untuk berkomunikasi dengan kita. Bagaimana kita dapat mendengarkan Yehuwa?

      7 Karena ”seluruh isi Kitab Suci berasal dari Allah”, kita mendengarkan Yehuwa dengan membaca Firman-Nya, Alkitab. (2 Timotius 3:16) Oleh karena itu, sang pemazmur mendesak hamba-hamba Yehuwa untuk melakukan pembacaan seperti itu ”siang dan malam”. (Mazmur 1:1, 2) Untuk melakukan hal tersebut, perlu upaya yang cukup besar dari pihak kita. Tetapi, semua upaya demikian tidak percuma. Seperti yang kita lihat di Pasal 18, Alkitab ibarat surat berharga untuk kita dari Bapak surgawi kita. Jadi, membaca Alkitab hendaknya tidak menjadi sekadar suatu kegiatan rutin. Kita harus membuat Alkitab hidup sewaktu kita membacanya. Bagaimana kita dapat melakukannya?

      8 Visualisasikan kisah-kisah Alkitab seraya Saudara membacanya. Bayangkanlah tokoh-tokoh Alkitab sebagai orang yang benar-benar ada. Cobalah pahami latar belakang, keadaan, dan motif mereka. Kemudian, pikirkanlah dalam-dalam apa yang Saudara baca, ajukan kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti, ’Apa yang catatan ini ajarkan kepada saya mengenai Yehuwa? Apa sifat Allah yang saya lihat? Apa prinsip yang Yehuwa inginkan untuk saya pelajari, dan bagaimana saya dapat menerapkannya dalam kehidupan saya?’ Baca, renungkan, dan terapkan—seraya Saudara melakukannya, Firman Allah akan menjadi hidup bagi Saudara.​—Mazmur 77:12; Yakobus 1:23-25.

      9. Siapakah ”budak yang setia dan bijaksana”, dan mengapa penting bagi kita untuk mendengarkan ”budak” tersebut dengan penuh perhatian?

      9 Yehuwa juga berbicara kepada kita melalui ”budak yang setia dan bijaksana”. Seperti yang Yesus nubuatkan, sekelompok kecil orang Kristen terurap telah dilantik untuk menyediakan ’makanan rohani pada waktu yang tepat’ selama hari-hari terakhir yang sukar ini. (Matius 24:45-47) Sewaktu membaca publikasi yang dipersiapkan untuk membantu kita memperoleh pengetahuan Alkitab yang saksama serta sewaktu menghadiri perhimpunan, pertemuan wilayah, dan pertemuan regional, kita sedang diberi makanan rohani oleh budak tersebut. Karena mereka adalah budak Kristus, kita dengan bijaksana menerapkan kata-kata Yesus, ”Coba perhatikan cara kalian mendengarkan.” (Lukas 8:18) Kita mendengarkan dengan penuh perhatian karena mengakui budak yang setia tersebut sebagai salah satu sarana yang Yehuwa gunakan untuk berkomunikasi dengan kita.

      10-12. (a) Mengapa doa adalah pemberian yang luar biasa dari Yehuwa? (b) Bagaimana kita dapat berdoa dengan cara yang menyenangkan Yehuwa, dan mengapa kita dapat yakin bahwa Dia menghargai doa-doa kita?

      10 Tetapi, bagaimana soal berkomunikasi dengan Allah? Dapatkah kita berbicara kepada Yehuwa? Hal itu merupakan gagasan yang menakjubkan. Jika Saudara berupaya mendekati pejabat yang paling berkuasa di negeri Saudara untuk menyampaikan masalah pribadi Saudara, seberapa besar peluang Saudara untuk berhasil melakukannya? Dalam beberapa kasus, upaya tersebut bisa berbahaya! Pada zaman Ester dan Mordekai, seseorang dapat dihukum mati jika mendekati raja Persia tanpa diundang olehnya. (Ester 4:10, 11) Nah, coba bayangkan diri Saudara menghadap Tuan Yang Mahatinggi atas alam semesta, yang membuat penguasa manusia yang paling berkuasa pun menjadi ”seperti belalang” jika dibandingkan dengan Dia. (Yesaya 40:22) Haruskah kita takut untuk mendekati-Nya? Sama sekali tidak!

      11 Yehuwa telah menyediakan suatu sarana untuk mendekati-Nya, sarana yang terbuka, tetapi sederhana—doa. Seorang anak yang masih sangat kecil pun dapat berdoa kepada Yehuwa dengan iman dan dengan nama Yesus. (Yohanes 14:6; Ibrani 11:6) Doa juga memungkinkan kita menyampaikan pikiran serta perasaan kita yang paling pelik dan paling pribadi—bahkan yang menyakitkan dan sulit diungkapkan dengan kata-kata. (Roma 8:26) Tidak ada gunanya mencoba mengesankan Yehuwa dengan tutur kata yang fasih dan penuh basa-basi atau dengan doa yang panjang lebar dan berbelat-belit. (Matius 6:7, 8) Di pihak lain, Yehuwa tidak menetapkan batasan tentang seberapa panjang atau seberapa sering kita dapat berbicara kepada-Nya. Firman-Nya bahkan mengundang kita untuk ’terus berdoa’.​—1 Tesalonika 5:17.

      12 Ingatlah bahwa hanya Yehuwa yang disebut ”Pendengar doa”, dan Dia mendengarkan dengan empati yang tulus. (Mazmur 65:2) Apakah Dia sekadar bersikap toleran terhadap doa hamba-hamba-Nya yang setia? Tidak, Dia benar-benar menyenangi doa-doa mereka. Firman-Nya menyamakan doa-doa tersebut dengan dupa, yang sewaktu dibakar menaikkan asap yang baunya harum dan menenangkan. (Mazmur 141:2; Wahyu 5:8; 8:4) Tidakkah kita terhibur karena membayangkan doa-doa kita yang tulus juga naik dan menyenangkan Tuan Yang Mahatinggi? Jadi, apabila Saudara ingin mendekat kepada Yehuwa, seringlah berdoa kepada-Nya dengan rendah hati, setiap hari. Curahkanlah isi hati Saudara kepada-Nya; jangan ada yang ditahan-tahan. (Mazmur 62:8) Ungkapkanlah keprihatinan, sukacita, rasa syukur, dan pujian Saudara kepada Bapak surgawi Saudara. Alhasil, ikatan antara Saudara dan Dia akan menjadi semakin kuat.

      Beribadah kepada Yehuwa

      13, 14. Apa artinya beribadah kepada Yehuwa, dan mengapa kita patut melakukannya?

      13 Sewaktu berkomunikasi dengan Allah Yehuwa, kita bukan sekadar mendengarkan dan berbicara seperti yang mungkin kita lakukan dengan seorang sahabat atau kerabat. Kita sebenarnya beribadah kepada Yehuwa, memberi-Nya hormat yang saleh yang sangat layak Dia terima. Ibadah sejati adalah seluruh hidup kita, yang melaluinya kita menyatakan kasih dan pengabdian kita yang sepenuh jiwa kepada Yehuwa. Itulah yang mempersatukan semua makhluk ciptaan Yehuwa yang setia, baik di surga maupun di bumi. Dalam sebuah penglihatan, Rasul Yohanes mendengar seorang malaikat menyerukan perintah ini, ”Sembahlah Pencipta langit, bumi, laut, dan sumber-sumber air.”​—Wahyu 14:7.

      14 Mengapa kita hendaknya menyembah Yehuwa? Pikirkanlah sifat-sifat yang telah kita bahas, seperti kekudusan, kuasa, pengendalian diri, keadilan, keberanian, belas kasihan, hikmat, kerendahan hati, kasih, keibaan hati, kesetiaan, dan kebaikan. Kita telah melihat bahwa Yehuwa mencerminkan standar yang paling tinggi dan paling luhur bagi setiap sifat berharga tersebut. Sewaktu kita berupaya memahami semua sifat-Nya, kita sadar bahwa Dia lebih dari sekadar Pribadi yang agung dan mengagumkan. Dia begitu mulia, jauh lebih tinggi daripada kita. (Yesaya 55:9) Tak diragukan, Yehuwa adalah Penguasa kita yang sah, dan tentu saja Dia layak kita sembah. Namun, bagaimana hendaknya kita beribadah kepada Yehuwa?

      15. Bagaimana kita dapat menyembah Yehuwa ”dengan bimbingan kuasa kudus dan sesuai dengan kebenaran”, dan perhimpunan-perhimpunan Kristen memberi kita kesempatan untuk melakukan apa?

      15 Yesus berkata, ”Allah itu Roh, dan orang yang menyembah Dia harus menyembah-Nya dengan bimbingan kuasa kudus dan sesuai dengan kebenaran.” (Yohanes 4:24) Untuk menyembah Allah ”dengan bimbingan kuasa kudus”, kita perlu memiliki kuasa kudus-Nya dan dibimbing olehnya. Ibadah kita juga harus selaras dengan kebenaran, pengetahuan yang saksama yang terdapat dalam Firman Allah. Kita memiliki kesempatan berharga untuk menyembah Yehuwa ”dengan bimbingan kuasa kudus dan sesuai dengan kebenaran” setiap kali kita berkumpul dengan rekan-rekan seiman. (Ibrani 10:24, 25) Sewaktu menyanyikan pujian bagi Yehuwa, bersatu dalam doa kepada-Nya, dan mendengarkan serta berpartisipasi dalam pembahasan Firman-Nya, kita menyatakan kasih kepada-Nya dalam ibadah murni.

      Perhimpunan adalah kesempatan yang sangat menyenangkan untuk beribadah kepada Yehuwa

      16. Apa salah satu perintah terbesar yang diberikan kepada orang Kristen sejati, dan mengapa kita merasa berkewajiban untuk menaatinya?

      16 Kita juga beribadah kepada Yehuwa sewaktu kita berbicara kepada orang lain tentang Dia, memuji Dia di hadapan umum. (Ibrani 13:15) Ya, memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Yehuwa adalah salah satu perintah terbesar yang diberikan kepada orang Kristen sejati. (Matius 24:14) Kita menaati perintah itu dengan antusias karena kita mengasihi Yehuwa. Jika kita membayangkan caranya ”penguasa dunia ini”, Setan si Iblis, ’membutakan pikiran orang-orang yang tidak beriman’, menyebarkan dusta yang keji tentang Yehuwa, tidakkah kita ingin sekali menjadi Saksi-Saksi demi Allah kita, meluruskan fitnahan tersebut? (2 Korintus 4:4; Yesaya 43:10-12) Dan, ketika kita merenungkan sifat-sifat Yehuwa yang menakjubkan, tidakkah kita merasakan adanya hasrat yang meluap-luap dalam diri kita untuk memberi tahu orang lain tentang Dia? Sungguh, tidak ada tugas istimewa yang lebih besar daripada membantu orang lain mengenal dan mengasihi Bapak surgawi kita sebagaimana kita mengenal dan mengasihi-Nya.

      17. Apa yang tercakup dalam ibadah kita kepada Yehuwa, dan mengapa kita harus beribadah dengan integritas?

      17 Ibadah kita kepada Yehuwa mencakup lebih banyak hal lagi. Ibadah tersebut memengaruhi setiap aspek kehidupan kita. (Kolose 3:23) Jika kita benar-benar menerima Yehuwa sebagai Tuan Yang Mahatinggi, kita akan berupaya melakukan kehendak-Nya dalam segala hal—kehidupan keluarga kita, pekerjaan sekuler kita, perlakuan kita terhadap orang lain, waktu senggang kita. Kita akan berupaya melayani Yehuwa ”dengan sepenuh hati”, dengan integritas. (1 Tawarikh 28:9) Ibadah demikian tidak memperbolehkan adanya hati yang bercabang atau hidup bermuka dua—suatu haluan yang munafik, kelihatannya melayani Yehuwa padahal melakukan dosa-dosa serius secara sembunyi-sembunyi. Integritas membuat kemunafikan demikian tidak mungkin ada; kasih membuat kemunafikan menjijikkan. Rasa takut yang saleh juga akan membantu. Alkitab mengaitkan rasa segan demikian dengan keakraban yang berkesinambungan antara kita dan Yehuwa.​—Mazmur 25:14.

      Meniru Yehuwa

      18, 19. Mengapa realistis untuk berpikir bahwa manusia yang tidak sempurna bisa meniru Allah Yehuwa?

      18 Setiap bagian dalam buku ini ditutup dengan sebuah pasal yang membahas tentang bagaimana kita bisa ’meniru Allah sebagai anak-anak yang dikasihi’. (Efesus 5:1) Penting sekali untuk mengingat bahwa walaupun tidak sempurna, kita sesungguhnya dapat meniru cara Yehuwa yang sempurna dalam menggunakan kuasa, menjalankan keadilan, bertindak dengan hikmat, dan menunjukkan kasih. Bagaimana kita tahu bahwa kita sesungguhnya bisa meniru Yang Mahakuasa? Ingatlah, makna nama Yehuwa mengajar kita bahwa Dia bisa menjadi apa saja yang Dia inginkan demi mewujudkan kehendak-Nya. Sudah selayaknyalah kita takjub akan kesanggupan tersebut, tetapi apakah itu sama sekali di luar jangkauan kita? Tidak.

      19 Kita dibuat mirip dengan Allah. (Kejadian 1:26) Oleh karena itu, manusia berbeda dengan makhluk lain mana pun di bumi. Kita tidak semata-mata dikendalikan oleh naluri, faktor genetis, atau faktor-faktor di lingkungan kita. Yehuwa telah memberi kita karunia yang berharga—kebebasan berkehendak. Meski memiliki keterbatasan dan ketidaksempurnaan, kita bebas memilih untuk menjadi orang macam apa. Selain itu, ingatlah bahwa nama Allah juga berarti bahwa Dia bisa menyebabkan penyembah-Nya menjadi apa pun yang Dia inginkan. Jadi, apakah Saudara ingin menjadi orang yang pengasih, bijaksana, adil, yang menggunakan kuasa dengan benar? Berkat bantuan kuasa kudus Yehuwa, Saudara benar-benar bisa seperti itu! Pikirkan hal-hal baik yang akan Saudara hasilkan dengan adanya bantuan tersebut.

      20. Kebaikan apa yang kita hasilkan jika kita meniru Yehuwa?

      20 Saudara akan menyenangkan Bapak surgawi Saudara, membuat hati-Nya bersukacita. (Amsal 27:11) Saudara bahkan dapat ”menyenangkan Dia sepenuhnya”, karena Dia mengerti keterbatasan Saudara. (Kolose 1:9, 10) Dan, seraya Saudara terus memperkembangkan sifat-sifat baik dalam meniru Bapak yang Saudara kasihi, Saudara akan diberkati dengan kehormatan besar. Di tengah suatu dunia yang gelap dan terasing dari Allah, Saudara akan menjadi pembawa terang. (Matius 5:1, 2, 14) Saudara akan membantu menyebarluaskan ke seluruh bumi sejumlah cerminan kepribadian Yehuwa yang mulia. Benar-benar suatu kehormatan!

      ”Mendekatlah kepada Allah, dan Dia Akan Mendekat kepada Kalian”

      Seorang saudara memandang langit sore yang indah.

      Semoga Saudara selalu mendekat kepada Yehuwa

      21, 22. Perjalanan tanpa akhir apa yang terbentang di hadapan semua yang mengasihi Yehuwa?

      21 Anjuran sederhana yang dicatat di Yakobus 4:8 bukan sekadar suatu tujuan. Itu adalah suatu perjalanan. Selama kita tetap setia, perjalanan tersebut tidak akan pernah berakhir. Kita tidak akan pernah berhenti mendekat dan mendekat kepada Yehuwa. Sesungguhnya, selalu akan ada lebih banyak hal yang dapat dipelajari mengenai Dia. Kita hendaknya tidak beranggapan bahwa buku ini telah mengajar kita segala hal untuk mengenal Yehuwa. Malah, kita baru mengawali pembahasan semua hal yang Alkitab katakan mengenai Allah kita! Dan, Alkitab sendiri pun tidak memberi tahu kita semua hal yang perlu diketahui mengenai Yehuwa. Rasul Yohanes mengatakan bahwa seandainya segala sesuatu yang Yesus lakukan selama pelayanannya di bumi dituangkan ke dalam tulisan, ”dunia ini tidak bisa menampung gulungan-gulungan yang ditulis itu”. (Yohanes 21:25) Jika mengenai sang Putra bisa dikatakan seperti itu, terlebih lagi mengenai Sang Bapak!

      22 Hidup kekal pun tidak akan membuat kita sampai pada akhir pelajaran mengenai Yehuwa. (Pengkhotbah 3:11) Kalau begitu, pikirkan prospek yang terbentang di hadapan kita. Setelah hidup selama ratusan, ribuan, jutaan, bahkan miliaran tahun, pengetahuan kita tentang Allah Yehuwa akan jauh lebih banyak daripada sekarang. Namun, kita akan merasa bahwa ada tak terhitung banyaknya hal menakjubkan yang masih harus dipelajari. Kita akan sangat antusias untuk mengetahui lebih banyak hal, karena kita akan selalu mempunyai alasan untuk memiliki perasaan seperti sang pemazmur, yang bernyanyi, ”Mendekat kepada Allah itu sungguh baik.” (Mazmur 73:28) Kehidupan kekal akan menjadi kehidupan yang luar biasa bermakna dan bervariasi—dan mendekat kepada Yehuwa akan selalu menjadi bagian yang paling memuaskan dalam kehidupan tersebut.

      23. Saudara dianjurkan untuk melakukan apa?

      23 Semoga Saudara menyambut kasih Yehuwa sekarang, dengan cara mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan Saudara. (Markus 12:29, 30) Semoga kasih Saudara setia dan teguh. Semoga keputusan yang Saudara buat setiap hari, dari yang terkecil sampai yang terbesar, semuanya mencerminkan prinsip penuntun yang sama—bahwa Saudara akan selalu memilih jalan yang membimbing Saudara ke suatu hubungan yang lebih kuat dengan Bapak surgawi Saudara. Yang terutama, semoga Saudara semakin dekat dengan Yehuwa, dan semoga Dia semakin dekat dengan Saudara—sampai selama-lamanya!

  • Kuasa Allah yang Luar Biasa
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Sinar matahari menembus awan.

      BAGIAN 1

      Kuasa Allah yang Luar Biasa

      Pada bagian ini, kita akan memeriksa catatan Alkitab yang menceritakan kuasa Yehuwa untuk menciptakan, untuk membinasakan, untuk melindungi, dan untuk memulihkan. Dengan memahami bagaimana Allah Yehuwa, yang punya ’tenaga [atau, kuasa] yang luar biasa’, menggunakan ”kekuatan-Nya yang sangat besar”, hati kita akan dipenuhi dengan keberanian dan harapan.​—Yesaya 40:26.

  • ”Yehuwa Mencintai Keadilan”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Sinar matahari menembus awan.

      BAGIAN 2

      ”Yehuwa Mencintai Keadilan”

      Sekarang, ketidakadilan merajalela di dunia, dan banyak tudingan yang salah arah kepada Allah. Namun, Alkitab mengajarkan kebenaran yang menghangatkan hati—bahwa ”Yehuwa mencintai keadilan”. (Mazmur 37:28) Pada bagian ini, kita akan mempelajari bagaimana Dia membuktikan benarnya kata-kata tersebut, dengan memberikan harapan kepada seluruh umat manusia.

  • ”Hati-Nya Bijaksana”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Sinar matahari menembus awan.

      BAGIAN 3

      ”Hati-Nya Bijaksana”

      Hikmat sejati merupakan salah satu harta paling berharga yang dapat Saudara cari. Yehuwa-lah satu-satunya Sumbernya. Pada bagian ini kita akan mencermati hikmat yang tak terbatas milik Allah Yehuwa, pribadi yang tentang-Nya Ayub, pria yang setia, mengatakan, ”Hati-Nya bijaksana.”​—Ayub 9:4.

  • ”Allah Adalah Kasih”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Sinar matahari menembus awan.

      BAGIAN 4

      ”Allah Adalah Kasih”

      Dari semua sifat yang Yehuwa miliki, kasih adalah sifat-Nya yang dominan. Kasih juga adalah sifat yang paling menarik. Seraya meneliti beberapa faset yang indah dari sifat yang bagaikan permata ini, kita akan mengerti mengapa Alkitab mengatakan bahwa ”Allah adalah kasih”.​—1 Yohanes 4:8.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan