-
Apa Kata Orang TuaSedarlah!—2011 | Oktober
-
-
Apa Kata Orang Tua
Masa remaja menimbulkan berbagai tantangan yang sama sekali baru bagi banyak orang tua. Bagaimana Anda bisa membantu anak Anda sukses pada fase hidup ini—fase yang bisa jadi membingungkan Anda dan anak Anda? Perhatikan penuturan beberapa orang tua dari seputar dunia.
PERUBAHAN
”Sewaktu masih kecil, putra saya menuruti nasihat saya tanpa banyak tanya. Tapi, sewaktu remaja, ia sepertinya tidak mau lagi mengakui wewenang saya. Ia mempersoalkan apa yang saya katakan dan cara saya mengatakannya.”—Frank, Kanada.
”Putra saya kini lebih sering diam. Saya harus menanyakan apa yang ia pikirkan, tidak mengharapkan dia yang ngomong duluan. Itu pun tidak mudah untuk mendapatkan jawabannya. Ia akhirnya jawab juga—tapi tidak langsung.”—Francis, Australia.
”Kesabaran sangatlah penting. Kadang, kami inginnya melampiaskan emosi kepada anak-anak kami, tapi menenangkan diri dan berbicara dengan mereka selalu menjadi solusi yang terbaik!”—Felicia, Amerika Serikat.
KOMUNIKASI
”Kadang, putri saya seperti membentengi diri karena dia pikir saya suka mengkritik dia. Saya harus mengingatkan dia bahwa saya menyayanginya, bahwa kami sebenarnya satu tim dan saya ingin dia sukses!”—Lisa, Amerika Serikat.
”Sewaktu masih kecil, anak-anak saya langsung terbuka kepada saya. Tidak sulit untuk menimba isi hati mereka. Kini, saya harus berupaya memahami dan menunjukkan respek kepada mereka masing-masing. Itulah satu-satunya cara agar mereka mau curhat kepada saya.”—Nan-hi, Korea Selatan.
”Tidak cukup sekadar melarang anak remaja. Kita harus bertukar pikiran dengan mereka dan menyentuh hati mereka melalui obrolan yang hangat. Agar mereka mau terbuka, kita harus siap mendengar apa pun yang mereka katakan, bahkan bila kita mungkin tidak menyukai apa yang mereka katakan.”—Dalila, Brasil.
”Kalau saya harus mengoreksi putri saya, saya berusaha melakukannya secara pribadi ketimbang di hadapan orang lain.”—Edna, Nigeria.
”Kadang-kadang, sewaktu saya berbicara kepada putra saya, saya tersimpangkan oleh berbagai aktivitas di rumah dan tidak memberikan perhatian penuh kepadanya. Ia bisa merasakannya, dan menurut saya itulah salah satu sebabnya ia tidak mau berbicara banyak dengan saya. Saya harus berupaya memberi lebih banyak perhatian kepadanya sewaktu kami ngobrol sehingga ia akan terus mengutarakan diri.”—Miriam, Meksiko.
KEMANDIRIAN
”Dulu, saya selalu cemas memberikan kebebasan kepada anak-anak, dan tentu saja kami sering konflik gara-gara itu. Saya membahas masalahnya secara terbuka dengan mereka. Saya jelaskan mengapa saya merasa khawatir, dan setelah itu mereka menjelaskan mengapa mereka menginginkan lebih banyak kebebasan. Kami pun sepakat bahwa mereka boleh menikmati lebih banyak kebebasan asalkan tidak melanggar batas masuk akal yang saya tetapkan.”—Edwin, Ghana.
”Putra saya ingin sepeda motor. Saya sangat tidak setuju sampai-sampai memarahinya dan menunjukkan hal-hal negatif kalau punya motor, tanpa memberinya kesempatan bicara. Ia jadi uring-uringan dan malah semakin ngotot! Saya coba pakai pendekatan lain. Saya memintanya meriset tentang motor, termasuk bahayanya, harganya, serta persyaratan dan biaya untuk memperoleh SIM. Saya juga menyuruhnya meminta nasihat dari orang-orang yang matang di sidang jemaat. Saya akhirnya sadar bahwa ketimbang bersikap keras, lebih baik menganjurkannya untuk leluasa mengemukakan keinginan. Dengan begitu, saya bisa mencapai hatinya.”—Hye-young, Korea Selatan.
”Kami menetapkan batasan, tapi kami juga memberi kebebasan secara bertahap. Semakin mereka bertanggung jawab, semakin banyak kebebasan yang mereka peroleh. Kami memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan kebebasan, menunjukkan kepada mereka bahwa kami ingin agar mereka mandiri; tapi kami tetap memberi mereka sanksi jika mereka menyalahgunakan kepercayaan kami.”—Dorothée, Prancis.
”Saya tidak pernah menurunkan standar saya. Tapi, sewaktu anak-anak saya taat, saya tidak keberatan memberi izin. Misalnya, sekali-sekali saya agak melonggarkan jam pulang mereka. Tapi, kalau mereka melanggar jam pulang lebih dari sekali, mereka akan kena sanksi.”—Il-hyun, Korea Selatan.
”Semakin taat dan bertanggung jawab seorang pegawai, semakin banyak bonus yang ia dapat dari bos. Demikian pula, putra saya bisa melihat bahwa jika ia semakin taat dan bertanggung jawab pada batasan yang sudah saya berikan kepadanya, semakin banyak kebebasan yang secara bertahap akan ia peroleh. Putra saya tahu bahwa sama seperti seorang pegawai bisa dipotong gajinya kalau lalai memenuhi tanggung jawabnya, kebebasannya pun bisa dikurangi jika ia tidak bertanggung jawab.”—Ramón, Meksiko.
[kutipan di hlm. 22]
”Ajarilah seorang anak jalan yang harus dilaluinya, ia tidak akan menyimpang dari jalan itu selama hidupnya.”—Amsal 22:6, Kitab Suci Komunitas Kristiani
[Kotak/Gambar di hlm. 23]
PROFIL KELUARGA
”Punya Anak Remaja Itu Menyenangkan”
Joseph: Dua putri tertua saya sudah remaja, dan saya rasa penting untuk mendengarkan dan menerima sudut pandang mereka. Jujur mengakui kelemahan saya—dan menunjukkan respek sewaktu berbicara kepada mereka—turut menjaga jalur komunikasi tetap terbuka. Pokoknya, saya merasa punya anak remaja itu menyenangkan. Semua itu berkat bimbingan yang kami peroleh dari Firman Allah, Alkitab.
Lisa: Saya mengamati bahwa ketika putri sulung kami beranjak remaja, dia butuh lebih banyak perhatian dari saya. Saya ingat waktu saya berjam-jam mendengarkannya, mengobrol dengannya, dan menghiburnya. Saya dan suami meyakinkan putri-putri kami bahwa mereka bebas mengutarakan diri dan bahwa kami merespek perasaan mereka. Saya berupaya menerapkan hikmat di Yakobus 1:19 untuk ”cepat mendengar, lambat berbicara”.
Victoria: Mamalah sahabat terbaikku. Aku belum pernah ketemu orang yang manis dan penuh perhatian kayak dia—dan dia memang begitu sama semua orang. Kayaknya, ”tulus” itu kata yang paling cocok untuk dia. Mamaku enggak ada duanya.
Olivia: Papa orangnya perhatian dan murah hati. Dia suka membantu orang lain walau kadang cuma sedikit yang bisa kami berikan. Dia bisa serius, tapi dia juga bisa seru banget kalau diajak main. Papa itu spesial, dan aku senang jadi anaknya!
”Kami Enggak Pernah Merasa Bosan!”
Sonny: Kalau anak-anak punya masalah, kami duduk bersama dan membicarakannya. Kami selalu terbuka satu sama lain, dan kami mendasarkan keputusan kami pada prinsip Alkitab. Saya dan Ynez juga berupaya memastikan agar putri-putri kami punya teman-teman yang baik dan matang. Sahabat kami sahabat mereka juga, begitu pula sebaliknya.
Ynez: Kami selalu sibuk, dan kami melakukan berbagai kegiatan bersama-sama. Sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, kami sibuk dengan pelayanan rohani, pelajaran Alkitab pribadi dan keluarga, serta pekerjaan sukarela—seperti ikut dalam bantuan kemanusiaan dan pembangunan Balai Kerajaan. Kami menyeimbangkan semua kegiatan itu dengan rekreasi yang menyenangkan. Kami enggak pernah merasa bosan!
Kellsie: Papa pendengar yang baik, dan dia selalu minta pendapat seluruh keluarga sebelum bikin keputusan penting. Sedangkan Mama selalu siap untukku kalau aku lagi butuh bantuan—atau kalau aku butuh teman ngobrol.
Samantha: Kadang Mama mungkin enggak menyadarinya, tapi Mama selalu membuatku merasa sangat istimewa, sangat disayangi, sangat berharga. Dia mau mendengarkan. Dia juga peduli. Aku enggak mau menukar persahabatan kami dengan apa pun.
[Gambar]
Keluarga Camera: Joseph, Lisa, Victoria, Olivia, dan Isabella
Keluarga Zapata: Kellsie, Ynez, Sonny, dan Samantha
-
-
Orang Tua—Apa Tujuan Anda?Sedarlah!—2011 | Oktober
-
-
Orang Tua—Apa Tujuan Anda?
ANDA menginginkan anak remaja Anda menjadi yang mana?
A. Duplikat diri Anda.
B. Pemberontak yang justru ingin menjadi kebalikan dari Anda.
C. Manusia bertanggung jawab yang membuat keputusan dengan bijaksana.
Ada orang tua yang berpikir bahwa mereka memilih Opsi C, padahal yang sedang mereka upayakan Opsi A. Mereka memaksakan apa yang mereka anggap penting kepada anak mereka, misalnya karier apa yang mesti dipilih. Akibatnya? Begitu ia mulai agak mandiri, ia pun mengambil haluan yang berlawanan. Sungguh ironis, banyak orang tua yang menabur Opsi A, menuai Opsi B.
Mengapa Sikap Suka Mengekang Itu Sia-Sia
Anda ingin anak Anda menjadi manusia bertanggung jawab yang sanggup membuat keputusan dengan bijaksana. Tetapi, bagaimana Anda bisa mencapai tujuan tersebut? Yang pasti: Sikap suka mengekang bukanlah jawabannya. Perhatikan dua alasan.
1. Tidak berdasarkan Alkitab. Allah Yehuwa menciptakan manusia dengan kebebasan memilih. Ia membiarkan manusia memilih jalan mana yang ingin mereka tempuh dalam kehidupan, entah baik atau buruk. Misalnya, tatkala Kain memendam kemarahan yang sengit kepada adiknya, Habel, Yehuwa berkata kepadanya, ”Jika engkau berbalik untuk berbuat baik, tidakkah engkau akan ditinggikan? Tetapi jika engkau tidak berbalik untuk berbuat baik, ada dosa yang mendekam di pintu masuk dan sangat menginginkan engkau; dan engkau, apakah engkau akan menguasainya?”—Kejadian 4:7.
Perhatikan bahwa sewaktu Yehuwa memberikan nasihat yang jelas kepada Kain, Ia tidak memaksa Kain untuk mengindahkannya. Kain yang harus memilih apakah ia akan menguasai kemarahannya atau tidak. Pelajarannya? Kalau Yehuwa saja tidak mencoba mengekang ciptaan-Nya agar taat, Anda juga sebaiknya tidak melakukannya terhadap anak Anda.a
2. Biasanya menjadi senjata makan tuan. Bayangkan Anda berhadapan dengan seorang penjaja barang yang suka memaksa. Semakin Anda dipaksa membeli, semakin Anda tidak mau. Kalaupun Anda membutuhkan produknya, Anda mungkin batal membeli karena telanjur kesal dengan caranya. Rasanya Anda ingin kabur saja.
Hal serupa bisa terjadi jika Anda mencoba memaksakan norma, kepercayaan, dan tujuan Anda terhadap anak remaja Anda. Maukah ia ”membelinya” jika dipaksa? Kemungkinan besar tidak! Malah, cara Anda bisa jadi membuahkan hasil yang bertolak belakang, mengakibatkan anak Anda mengembangkan rasa muak terhadap standar Anda. Sering kali, upaya orang tua yang suka mengekang sia-sia. Lantas, apa yang bisa Anda lakukan?
Ketimbang berupaya mengekang sepenuhnya kehidupan anak remaja Anda, dengan mengguruinya seperti yang mungkin Anda lakukan sewaktu ia masih kecil, bantu ia melihat betapa bijaksananya melakukan apa yang benar. Misalnya, jika Anda seorang Kristen, tunjukkan kepadanya bahwa hidup selaras dengan prinsip Allah akan mendatangkan kepuasan terbesar dalam hidupnya.—Yesaya 48:17, 18.
Perlihatkanlah hal itu melalui teladan. Jadilah contoh yang patut ditiru oleh anak remaja Anda. (1 Korintus 11:1) Buatlah jelas nilai-nilai yang Anda jalani. (Amsal 4:11) Jika anak remaja Anda mencintai Allah dan standar-standar-Nya, ia akan membuat pilihan yang bijaksana, sekalipun tanpa kehadiran Anda.—Mazmur 119:97; Filipi 2:12.
Ajari Keterampilan yang Praktis
Sebagaimana ditonjolkan di halaman 2 majalah ini, harinya akan datang, sepertinya terlalu cepat dalam pandangan Anda, ketika anak Anda ”meninggalkan bapaknya dan ibunya”. (Kejadian 2:24) Sebagai orang tua, Anda tentu ingin memastikan bahwa ia memiliki keterampilan yang diperlukan agar menjadi orang dewasa yang mandiri. Perhatikan beberapa keterampilan yang dapat Anda tanamkan sekarang, selagi ia masih tinggal bersama Anda.
Keterampilan Rumah Tangga. Apakah anak remaja Anda sudah bisa memasak? mencuci dan menyetrika pakaiannya? membersihkan dan merapikan kamarnya? atau melakukan perawatan dan perbaikan dasar pada kendaraan? Mengembangkan keterampilan seperti itu akan memungkinkan putra atau putri Anda mengurus rumah tangganya kelak. Rasul Paulus berkata, ”Dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku.”—Kisah 20:34, Terjemahan Baru.
Keterampilan Bergaul. (Yakobus 3:17) Seberapa akur anak Anda dengan orang lain? Dapatkah ia mengatasi perselisihan dengan kepala dingin? Sudahkah Anda melatih dia untuk memperlakukan orang lain dengan respek dan untuk menyelesaikan konflik dengan damai? (Efesus 4:29, 31, 32) Alkitab berkata, ”Hormatilah segala macam orang.”—1 Petrus 2:17.
Pengelolaan Uang. (Lukas 14:28) Dapatkah Anda membantu anak Anda mempelajari suatu keahlian, membuat anggaran, dan menghindari utang? Sudahkah Anda melatihnya untuk menabung sewaktu mau membeli barang yang dibutuhkan, tidak berbelanja dengan royal, dan berpuas dengan kebutuhan dasar? (Amsal 22:7) Paulus menulis, ”Dengan mempunyai makanan, pakaian dan penaungan, hendaknya kita puas.”—1 Timotius 6:8.
Remaja benar-benar siap menjadi orang dewasa jika mereka belajar untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang luhur dan mengembangkan keterampilan yang praktis. Orang tua mereka pun berhasil mencapai tujuan mereka!—Amsal 23:24.
[Catatan Kaki]
a Untuk informasi lebih lanjut, lihat Menara Pengawal 1 Februari 2011, halaman 18-19.
PERNAHKAH ANDA BERTANYA-TANYA?
● Apa tujuan Anda sebagai orang tua?—Ibrani 5:14.
● Apa tanggung jawab anak Anda sewaktu ia menjadi orang dewasa kelak?—Yosua 24:15.
[Gambar di hlm. 25]
Anda menginginkan anak remaja Anda menjadi yang mana?
Duplikat Anda . . .
Pemberontak . . .
Bertanggung jawab
-
-
Orang Tua—Apa Tujuan Anda?Sedarlah!—2011 | Oktober
-
-
ANDA menginginkan anak remaja Anda menjadi yang mana?
A. Duplikat diri Anda.
B. Pemberontak yang justru ingin menjadi kebalikan dari Anda.
C. Manusia bertanggung jawab yang membuat keputusan dengan bijaksana.
Ada orang tua yang berpikir bahwa mereka memilih Opsi C, padahal yang sedang mereka upayakan Opsi A. Mereka memaksakan apa yang mereka anggap penting kepada anak mereka, misalnya karier apa yang mesti dipilih. Akibatnya? Begitu ia mulai agak mandiri, ia pun mengambil haluan yang berlawanan. Sungguh ironis, banyak orang tua yang menabur Opsi A, menuai Opsi B.
Mengapa Sikap Suka Mengekang Itu Sia-Sia
Anda ingin anak Anda menjadi manusia bertanggung jawab yang sanggup membuat keputusan dengan bijaksana. Tetapi, bagaimana Anda bisa mencapai tujuan tersebut? Yang pasti: Sikap suka mengekang bukanlah jawabannya. Perhatikan dua alasan.
1. Tidak berdasarkan Alkitab. Allah Yehuwa menciptakan manusia dengan kebebasan memilih. Ia membiarkan manusia memilih jalan mana yang ingin mereka tempuh dalam kehidupan, entah baik atau buruk. Misalnya, tatkala Kain memendam kemarahan yang sengit kepada adiknya, Habel, Yehuwa berkata kepadanya, ”Jika engkau berbalik untuk berbuat baik, tidakkah engkau akan ditinggikan? Tetapi jika engkau tidak berbalik untuk berbuat baik, ada dosa yang mendekam di pintu masuk dan sangat menginginkan engkau; dan engkau, apakah engkau akan menguasainya?”—Kejadian 4:7.
Perhatikan bahwa sewaktu Yehuwa memberikan nasihat yang jelas kepada Kain, Ia tidak memaksa Kain untuk mengindahkannya. Kain yang harus memilih apakah ia akan menguasai kemarahannya atau tidak. Pelajarannya? Kalau Yehuwa saja tidak mencoba mengekang ciptaan-Nya agar taat, Anda juga sebaiknya tidak melakukannya terhadap anak Anda.a
2. Biasanya menjadi senjata makan tuan. Bayangkan Anda berhadapan dengan seorang penjaja barang yang suka memaksa. Semakin Anda dipaksa membeli, semakin Anda tidak mau. Kalaupun Anda membutuhkan produknya, Anda mungkin batal membeli karena telanjur kesal dengan caranya. Rasanya Anda ingin kabur saja.
Hal serupa bisa terjadi jika Anda mencoba memaksakan norma, kepercayaan, dan tujuan Anda terhadap anak remaja Anda. Maukah ia ”membelinya” jika dipaksa? Kemungkinan besar tidak! Malah, cara Anda bisa jadi membuahkan hasil yang bertolak belakang, mengakibatkan anak Anda mengembangkan rasa muak terhadap standar Anda. Sering kali, upaya orang tua yang suka mengekang sia-sia. Lantas, apa yang bisa Anda lakukan?
Ketimbang berupaya mengekang sepenuhnya kehidupan anak remaja Anda, dengan mengguruinya seperti yang mungkin Anda lakukan sewaktu ia masih kecil, bantu ia melihat betapa bijaksananya melakukan apa yang benar. Misalnya, jika Anda seorang Kristen, tunjukkan kepadanya bahwa hidup selaras dengan prinsip Allah akan mendatangkan kepuasan terbesar dalam hidupnya.—Yesaya 48:17, 18.
Perlihatkanlah hal itu melalui teladan. Jadilah contoh yang patut ditiru oleh anak remaja Anda. (1 Korintus 11:1) Buatlah jelas nilai-nilai yang Anda jalani. (Amsal 4:11) Jika anak remaja Anda mencintai Allah dan standar-standar-Nya, ia akan membuat pilihan yang bijaksana, sekalipun tanpa kehadiran Anda.—Mazmur 119:97; Filipi 2:12.
Ajari Keterampilan yang Praktis
Sebagaimana ditonjolkan di halaman 2 majalah ini, harinya akan datang, sepertinya terlalu cepat dalam pandangan Anda, ketika anak Anda ”meninggalkan bapaknya dan ibunya”. (Kejadian 2:24) Sebagai orang tua, Anda tentu ingin memastikan bahwa ia memiliki keterampilan yang diperlukan agar menjadi orang dewasa yang mandiri. Perhatikan beberapa keterampilan yang dapat Anda tanamkan sekarang, selagi ia masih tinggal bersama Anda.
Keterampilan Rumah Tangga. Apakah anak remaja Anda sudah bisa memasak? mencuci dan menyetrika pakaiannya? membersihkan dan merapikan kamarnya? atau melakukan perawatan dan perbaikan dasar pada kendaraan? Mengembangkan keterampilan seperti itu akan memungkinkan putra atau putri Anda mengurus rumah tangganya kelak. Rasul Paulus berkata, ”Dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku.”—Kisah 20:34, Terjemahan Baru.
Keterampilan Bergaul. (Yakobus 3:17) Seberapa akur anak Anda dengan orang lain? Dapatkah ia mengatasi perselisihan dengan kepala dingin? Sudahkah Anda melatih dia untuk memperlakukan orang lain dengan respek dan untuk menyelesaikan konflik dengan damai? (Efesus 4:29, 31, 32) Alkitab berkata, ”Hormatilah segala macam orang.”—1 Petrus 2:17.
Pengelolaan Uang. (Lukas 14:28) Dapatkah Anda membantu anak Anda mempelajari suatu keahlian, membuat anggaran, dan menghindari utang? Sudahkah Anda melatihnya untuk menabung sewaktu mau membeli barang yang dibutuhkan, tidak berbelanja dengan royal, dan berpuas dengan kebutuhan dasar? (Amsal 22:7) Paulus menulis, ”Dengan mempunyai makanan, pakaian dan penaungan, hendaknya kita puas.”—1 Timotius 6:8.
Remaja benar-benar siap menjadi orang dewasa jika mereka belajar untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang luhur dan mengembangkan keterampilan yang praktis. Orang tua mereka pun berhasil mencapai tujuan mereka!—Amsal 23:24.
[Catatan Kaki]
a Untuk informasi lebih lanjut, lihat Menara Pengawal 1 Februari 2011, halaman 18-19.
PERNAHKAH ANDA BERTANYA-TANYA?
● Apa tujuan Anda sebagai orang tua?—Ibrani 5:14.
● Apa tanggung jawab anak Anda sewaktu ia menjadi orang dewasa kelak?—Yosua 24:15.
[Gambar di hlm. 25]
Anda menginginkan anak remaja Anda menjadi yang mana?
Duplikat Anda . . .
Pemberontak . . .
Bertanggung jawab
-