-
Apa ”Peristirahatan Allah” Itu?Menara Pengawal—2011 | 15 Juli
-
-
Jangan ”Jatuh Menurut Pola Ketidaktaatan yang Sama”
6. Contoh apa saja yang menjadi peringatan bagi kita? Apa hikmahnya bagi kita?
6 Tujuan Allah telah dijelaskan kepada Adam dan Hawa, tetapi mereka tidak bekerja sama dengan Allah untuk mewujudkan tujuan itu. Setelah Adam dan Hawa, ada jutaan orang lain yang juga tidak taat. Bahkan umat pilihan Allah, bangsa Israel, tidak taat. Dan, Paulus memperingatkan orang Kristen abad pertama bahwa sebagian dari mereka pun dapat menjadi seperti orang Israel zaman dahulu. Ia menulis, ”Karena itu, biarlah kita berupaya sebisa-bisanya untuk masuk ke peristirahatan itu, agar tidak seorang pun jatuh menurut pola ketidaktaatan yang sama.” (Ibr. 4:11) Paulus menunjukkan bahwa orang yang tidak taat tidak bisa memasuki istirahat Allah. Apa artinya bagi kita? Seandainya kita bertindak bertentangan dengan tujuan Allah, apakah itu berarti kita tidak akan memasuki istirahat Allah? Jelaslah, jawaban atas pertanyaan itu sangat penting bagi kita, dan kita akan membahasnya lebih jauh. Namun, pertama-tama, kita akan mengulas contoh buruk orang Israel dan mengapa mereka tidak memasuki istirahat Allah.
”Mereka Tidak Akan Masuk ke Peristirahatanku”
7. Apa tujuan Yehuwa membebaskan orang Israel dari perbudakan di Mesir? Apa yang harus dilakukan orang Israel?
7 Pada 1513 SM, Yehuwa memberitahukan tujuan-Nya sehubungan dengan orang Israel kepada hamba-Nya Musa. Allah mengatakan, ”Aku akan turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan membawa mereka keluar dari negeri itu [Mesir] ke suatu negeri yang baik dan luas, ke suatu negeri yang berlimpah dengan susu dan madu.” (Kel. 3:8) Sebagaimana telah Ia janjikan kepada Abraham, Yehuwa membebaskan orang Israel ”dari tangan orang Mesir” untuk menjadikan mereka umat-Nya. (Kej. 22:17) Allah memberi orang Israel hukum-hukum agar mereka bisa menikmati hubungan yang damai dengan-Nya. (Yes. 48:17, 18) Ia memberi tahu orang Israel, ”Jika kamu dengan sungguh-sungguh menaati perkataanku dan benar-benar berpegang pada perjanjianku [sebagaimana ditulis dalam Hukum], kamu pasti akan menjadi milikku yang istimewa dari antara semua bangsa lain, karena seluruh bumi adalah milikku.” (Kel. 19:5, 6) Maka, orang Israel dapat menjadi umat Allah hanya jika mereka menaati Dia.
8. Kehidupan seperti apa yang mungkin dinikmati orang Israel seandainya mereka menaati Allah?
8 Coba pikirkan seandainya saja orang Israel menaati Allah! Yehuwa akan memberkati ladang, kebun anggur, dan kawanan ternak mereka. Mereka akan dilindungi dari musuh-musuh. (Baca 1 Raja 10:23-27.) Sewaktu Mesias muncul, mereka mungkin adalah bangsa yang merdeka, tidak berada di bawah penjajahan Romawi. Kerajaan Israel akan menjadi contoh bagus bagi bangsa-bangsa tetangganya, memberikan bukti yang jelas bahwa ketaatan kepada Allah yang benar menghasilkan berkat rohani dan jasmani.
9, 10. (a) Mengapa keinginan orang Israel untuk kembali ke Mesir adalah kesalahan yang serius? (b) Apa yang akan terjadi dengan ibadat orang Israel jika mereka kembali ke Mesir?
9 Sungguh besar hak istimewa bangsa Israel—bekerja sama dengan Yehuwa dalam mewujudkan tujuan-Nya, yang menghasilkan berkat bukan hanya bagi mereka sendiri melainkan juga, akhirnya, bagi semua keluarga di bumi! (Kej. 22:18) Tetapi, secara kelompok, generasi yang memberontak itu tidak menghargai kesempatan untuk menjadi kerajaan teladan di bawah pemerintahan Allah. Mereka bahkan menuntut untuk kembali ke Mesir! (Baca Bilangan 14:2-4.) Bagaimana mereka bisa menjadi kerajaan teladan jika mereka kembali ke Mesir? Jika orang Israel kembali menjadi budak di Mesir, mereka justru tidak akan pernah bisa menjalankan Hukum Musa dan mendapatkan pengampunan dosa. Sungguh egois dan picik mereka! Itulah sebabnya Yehuwa mengatakan tentang para pemberontak itu, ”Aku menjadi jijik kepada generasi ini dan berfirman, ’Hati mereka selalu sesat, dan mereka tidak mengenal jalan-jalanku.’ Maka aku bersumpah dalam kemarahanku, ’Mereka tidak akan masuk ke peristirahatanku.’”—Ibr. 3:10, 11; Mz. 95:10, 11.
10 Dengan berupaya kembali ke Mesir, bangsa yang keras kepala itu memperlihatkan bahwa mereka tidak menghargai berkat rohani yang diterimanya, karena lebih memilih bawang perei, bawang merah, dan bawang putih yang ada di Mesir. (Bil. 11:5) Seperti Esau yang tak tahu berterima kasih, bangsa yang tidak taat ini bersedia kehilangan warisan rohani yang berharga hanya demi makanan yang lezat.—Kej. 25:30-32; Ibr. 12:16.
11. Orang Israel pada zaman Musa tidak beriman. Apakah hal itu mengubah tujuan Allah?
11 Meskipun generasi orang Israel yang meninggalkan Mesir tidak beriman, Yehuwa ”terus bekerja” dengan sabar untuk mewujudkan tujuan-Nya. Sekarang, Ia memusatkan perhatian pada generasi berikutnya. Anak-anak dari generasi itu lebih taat daripada bapak-bapak mereka. Selaras dengan perintah Yehuwa, mereka memasuki Tanah Perjanjian dan menaklukkannya. Di Yosua 24:31, kita membaca, ”Orang Israel terus melayani Yehuwa selama masa hidup Yosua dan masa hidup para tua-tua yang masih hidup setelah Yosua, dan yang mengetahui semua pekerjaan Yehuwa yang dilakukannya untuk Israel.”
12. Bagaimana kita tahu bahwa kita dapat memasuki istirahat Allah dewasa ini?
12 Tetapi, generasi yang taat itu lambat laun habis dan digantikan oleh generasi yang ”tidak mengenal Yehuwa atau pekerjaan yang ia lakukan bagi Israel”. Akibatnya, ”putra-putra Israel mulai melakukan apa yang buruk di mata Yehuwa dan melayani para Baal”. (Hak. 2:10, 11) Tanah Perjanjian ternyata tidak menjadi ”tempat peristirahatan” bagi mereka. Karena tidak taat, mereka tidak menikmati persahabatan yang langgeng dengan Allah. Paulus menulis tentang orang-orang Israel ini, ”Seandainya Yosua telah membawa mereka ke tempat peristirahatan, maka setelah itu Allah tidak akan berbicara tentang hari yang lain. Maka masih ada peristirahatan sabat bagi umat Allah.” (Ibr. 4:8, 9) ”Umat Allah” yang Paulus sebutkan di sini adalah orang Kristen, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Apakah itu berarti orang Kristen bisa memasuki istirahat Allah? Pasti bisa!
Ada yang Tidak Memasuki Istirahat Allah
13, 14. (a) Pada zaman Musa, apa yang harus dilakukan orang Israel untuk memasuki istirahat Allah? (b) Pada abad pertama, apa yang harus dilakukan orang Kristen untuk memasuki istirahat Allah?
13 Sewaktu Paulus menulis kepada orang Kristen Ibrani, ia khawatir bahwa beberapa dari mereka tidak bekerja sama dengan Allah dalam mewujudkan tujuan-Nya. (Baca Ibrani 4:1.) Mengapa? Mereka masih menjalankan Hukum Musa. Selama sekitar 1.500 tahun, orang Israel yang ingin diperkenan Allah harus menjalankan Hukum. Tetapi, setelah kematian Yesus, Hukum ditiadakan. Ada orang Kristen yang tidak memahami hal itu, dan mereka berkeras untuk terus menjalankan bagian-bagian tertentu dari Hukum.b
14 Bagi orang Kristen yang berkeras ingin menjalankan Hukum, Paulus menjelaskan bahwa keimaman Yesus, perjanjian baru, dan bait rohani jauh lebih unggul. (Ibr. 7:26-28; 8:7-10; 9:11, 12) Paulus menggunakan contoh Sabat dalam Hukum Musa untuk menjelaskan bagaimana orang Kristen dapat masuk ke hari istirahat Yehuwa, ”Masih ada peristirahatan sabat bagi umat Allah. Karena orang yang telah memasuki peristirahatan Allah, ia juga telah beristirahat dari pekerjaannya sendiri, sama seperti Allah beristirahat dari pekerjaannya.” (Ibr. 4:8-10) Orang-orang Kristen Ibrani itu tidak boleh lagi menganggap bahwa mereka bisa memperoleh perkenan Yehuwa dengan menjalankan Hukum Musa. Sejak Pentakosta 33 M, perkenan Allah dengan murah hati telah diberikan kepada orang-orang yang menjalankan iman kepada Yesus Kristus.
15. Mengapa kita harus taat jika kita ingin memasuki istirahat Allah?
15 Mengapa orang Israel pada zaman Musa tidak memasuki Tanah Perjanjian? Karena mereka tidak taat. Mengapa sebagian orang Kristen pada zaman Paulus tidak memasuki istirahat Allah? Alasannya sama, karena mereka tidak taat. Mereka tidak memahami bahwa Hukum sudah mencapai tujuannya dan bahwa Yehuwa ingin agar umat-Nya beribadat kepada-Nya dengan cara yang berbeda.
Caranya Memasuki Istirahat Allah Dewasa Ini
16, 17. (a) Bagaimana kita dapat memasuki istirahat Allah dewasa ini? (b) Apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?
16 Kita dewasa ini tentu tidak menjalankan sebagian Hukum Musa untuk memperoleh keselamatan. Kata-kata Paulus yang terilham kepada orang Efesus sangat jelas, ”Sesungguhnya, oleh kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh ini, kamu telah diselamatkan melalui iman; dan ini bukan karena upayamu, ini adalah pemberian Allah. Tidak, ini bukan hasil perbuatanmu, agar tidak seorang pun mempunyai dasar untuk bermegah.” (Ef. 2:8, 9) Jadi, bagaimana orang Kristen dapat memasuki, atau ambil bagian, dalam istirahat Allah? Yehuwa memisahkan hari ketujuh—hari istirahat-Nya—untuk mewujudkan sepenuhnya tujuan-Nya sehubungan dengan bumi. Kita dapat memasuki istirahat Allah jika kita dengan taat bekerja sama dengan Dia dan organisasi-Nya untuk mewujudkan tujuan-Nya.
17 Sebaliknya, jika kita meremehkan nasihat yang berdasarkan Alkitab yang kita terima melalui golongan budak yang setia dan bijaksana, sehingga bertindak menurut kemauan sendiri, kita bertindak bertentangan dengan tujuan Allah. Hal ini dapat merusak persahabatan kita dengan Yehuwa. Dalam artikel berikut, kita akan membahas beberapa situasi yang bisa memengaruhi umat Allah dan bagaimana keputusan kita bisa menentukan apakah kita benar-benar telah memasuki istirahat Allah.
-
-
Sudahkah Saudara Memasuki Istirahat Allah?Menara Pengawal—2011 | 15 Juli
-
-
Sudahkah Saudara Memasuki Istirahat Allah?
”Firman Allah itu hidup dan mengerahkan kuasa.”—IBR. 4:12.
1. Apa salah satu cara agar kita dapat memasuki istirahat Allah? Mengapa hal itu lebih mudah dikatakan daripada dilakukan?
DALAM artikel sebelumnya, kita belajar bahwa kita dapat memasuki istirahat Allah jika kita dengan taat bekerja sama dengan Allah untuk mewujudkan tujuan-Nya. Itu mungkin lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Misalnya, sewaktu kita mengetahui bahwa Yehuwa tidak menyukai sesuatu yang kita senangi, kita mungkin awalnya tidak mau menaatinya. Hal itu menunjukkan bahwa kita perlu membuat kemajuan agar ”siap untuk taat”. (Yak. 3:17) Dalam artikel ini, kita akan mengulas beberapa situasi yang menguji apakah kita benar-benar siap untuk menaati Allah setiap waktu.
2, 3. Apa yang harus terus kita lakukan untuk menyenangkan Yehuwa?
2 Sewaktu menerima nasihat yang berdasarkan Alkitab, bagaimana tanggapan Saudara? Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah ingin mengumpulkan ”barang-barang yang berharga dari semua bangsa”. (Hag. 2:7) Tentu saja, sewaktu kita baru mulai belajar kebenaran, kita masih belum ”berharga”, masih melakukan banyak hal buruk. Tetapi, karena kita mengasihi Allah dan Putra-Nya, kita membuat perubahan besar dalam sikap dan kebiasaan agar dapat menyenangkan Allah sepenuhnya. Akhirnya, setelah meminta bantuan Allah melalui doa dan berupaya keras, kita pun bisa dibaptis sebagai orang Kristen dan diperkenan Allah.—Baca Kolose 1:9, 10.
3 Tetapi, perjuangan melawan ketidaksempurnaan belum berakhir sewaktu kita dibaptis. Perjuangan itu masih akan terus berlanjut selama kita tidak sempurna. Namun, kita yakin bahwa jika kita terus berupaya keras dan bertekad untuk menjadi semakin berharga di mata Allah, Yehuwa akan memberkati kita.
Sewaktu Dinasihati
4. Dengan tiga cara apa kita mungkin menerima nasihat?
4 Sebelum kita dapat mengatasi ketidaksempurnaan, kita harus mengenali apa yang masih perlu kita perbaiki. Kadang-kadang, ada khotbah di Balai Kerajaan atau artikel di publikasi yang menunjukkan bahwa ada yang salah dalam cara berpikir atau tindakan kita. Atau, jika kita tetap tidak menyadarinya meskipun sudah mendengarkan khotbah atau membaca publikasi, Yehuwa dapat menggunakan rekan Kristen untuk mengoreksi kita dengan baik hati.—Baca Galatia 6:1.
5. Sewaktu kita diberi nasihat, kadang-kadang apa saja reaksi kita? Jelaskan mengapa para penatua harus terus berupaya membantu kita.
5 Memang, tidak mudah menerima nasihat dari manusia yang tidak sempurna, tidak soal seberapa bijaksana dan pengasihnya nasihat itu disampaikan. Tetapi, sebagaimana ditunjukkan Galatia 6:1, Yehuwa memerintahkan orang-orang yang memiliki kecakapan rohani untuk ”mencoba” menyesuaikan kita kembali dengan ”roh kelemahlembutan”. Jika kita menyambutnya, kita akan semakin berharga di mata Allah. Anehnya, sewaktu kita berdoa, kita selalu mengakui bahwa kita tidak sempurna. Tetapi, ketika ada orang yang menunjukkan kelemahan kita, biasanya kita berupaya untuk membenarkan diri, meremehkannya, mempertanyakan motif si penasihat, atau berkeberatan dengan caranya nasihat itu disampaikan. (2 Raj. 5:11) Ini terutama terjadi sewaktu penatua memberi nasihat yang tidak ingin kita dengar. Misalnya, dia menasihati tentang tindakan anggota keluarga kita, pakaian serta dandanan kita, kebersihan tubuh kita, bentuk rekreasi yang kita sukai tetapi yang Yehuwa benci. Kita mungkin merasa kesal. Si penasihat pun sedih. Namun, belakangan bisa jadi kita menyesali reaksi kita. Setelah kita tenang, kita biasanya mengakui bahwa nasihat itu memang tepat.
6. Bagaimana firman Allah menyingkapkan ”pikiran dan niat hati”?
6 Ayat tema untuk artikel ini mengingatkan kita bahwa firman Allah ”mengerahkan kuasa”. Ya, firman Allah dapat mengubah kehidupan. Alkitab sanggup membantu kita membuat perubahan yang dibutuhkan sebelum maupun setelah kita dibaptis. Dalam suratnya kepada orang Ibrani, Paulus juga menulis bahwa firman Allah ”menusuk bahkan sampai memisahkan jiwa dan roh, serta sendi dan sumsumnya, dan dapat menilai pikiran dan niat hati”. (Ibr. 4:12) Dengan kata lain, sewaktu kita dengan jelas memahami kehendak Allah bagi kita, caranya kita menanggapi hal itu menyingkapkan isi hati kita. Apakah kadang-kadang yang dilihat orang lain pada diri kita (”jiwa”) berbeda dengan isi hati kita yang sebenarnya (”roh”)? (Baca Matius 23:27, 28.) Perhatikan bagaimana reaksi Saudara dalam situasi-situasi berikut.
Terus Maju Bersama Organisasi Yehuwa
7, 8. (a) Mengapa beberapa orang Yahudi Kristen berpaut pada beberapa bagian Hukum Musa? (b) Mengapa mereka bertindak bertentangan dengan tujuan Yehuwa?
7 Banyak dari kita sudah hafal Amsal 4:18 yang mengatakan, ”Jalan orang-orang adil-benar adalah seperti cahaya terang yang semakin terang hingga rembang tengah hari.” Artinya, tingkah laku kita dan pemahaman kita tentang tujuan Allah akan semakin baik.
8 Sebagaimana telah dibahas di artikel sebelumnya, setelah kematian Yesus, banyak orang Yahudi Kristen masih terus menjalankan Hukum Musa. (Kis. 21:20) Meskipun Paulus dengan terampil menjelaskan bahwa orang Kristen tidak lagi perlu menaati Hukum, beberapa orang menolak argumennya. (Kol. 2:13-15) Mungkin mereka merasa bahwa jika mereka terus menjalankan setidaknya beberapa bagian Hukum, mereka tidak akan ditindas oleh orang Yahudi. Apa pun penyebabnya, Paulus menulis kepada orang Kristen Ibrani dan dengan jelas memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat memasuki istirahat Allah selama mereka bertindak bertentangan dengan tujuan-Nya.a (Ibr. 4:1, 2, 6; baca Ibrani 4:11.) Untuk memperoleh perkenan Yehuwa, mereka harus menerima fakta bahwa Ia ingin agar umat-Nya beribadat dengan cara yang berbeda.
9. Bagaimana hendaknya sikap kita sewaktu ada penyesuaian dalam pemahaman tentang pokok Alkitab?
9 Pada zaman sekarang, ada berbagai pemurnian dalam pemahaman tentang ajaran Alkitab tertentu. Hal itu tidak perlu meresahkan kita; ini justru membuat kita semakin yakin kepada golongan budak yang setia dan bijaksana. Sewaktu Badan Pimpinan memutuskan bahwa sudut pandang kita tentang kebenaran tertentu perlu diperjelas atau dikoreksi, mereka tidak menahan diri untuk membuat penyesuaian itu. Bagi golongan budak, yang terpenting adalah bekerja sama dengan Allah untuk mewujudkan tujuan-Nya. Mereka tidak takut dikritik. Bagaimana tanggapan Saudara sewaktu ada penyesuaian dalam pemahaman kita tentang suatu pokok Alkitab?—Baca Lukas 5:39.
10, 11. Apa yang dilakukan beberapa siswa Alkitab sewaktu diminta untuk mencoba cara mengabar yang baru? Apa yang kita pelajari dari contoh itu?
10 Mari kita bahas contoh lain. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, beberapa Siswa-Siswa Alkitab yang mahir berkhotbah merasa bahwa cara terbaik untuk mengabar adalah dengan menyampaikan khotbah-khotbah yang dipersiapkan dengan baik. Mereka senang berbicara di depan umum, dan beberapa dari mereka senang dipuji dan disanjung oleh pendengar mereka. Tetapi, belakangan dipahami bahwa Yehuwa ingin agar umat-Nya mengabar bukan hanya dari mimbar melainkan juga dari rumah ke rumah. Beberapa pembicara yang cakap menolak mentah-mentah cara baru itu. Dari luar, mereka tampak rohani, mengasihi dan menaati Yehuwa. Tetapi, ketika sudah jelas apa kehendak Allah tentang pengabaran, tersingkaplah motif dan niat hati mereka yang sebenarnya. Apakah Yehuwa senang kepada mereka? Ia tidak memberkati mereka. Mereka pun meninggalkan organisasi.—Mat. 10:1-6; Kis. 5:42; 20:20.
11 Namun, ini tidak berarti bahwa orang yang loyal kepada organisasi merasa mudah untuk mengabar dari rumah ke rumah. Banyak yang merasa sulit pada awalnya. Namun, mereka tetap taat. Akhirnya, mereka semakin terampil, dan Yehuwa memberkati mereka dengan limpah. Apa tanggapan Saudara sewaktu diundang untuk ambil bagian dalam suatu bentuk pengabaran yang belum pernah Saudara coba? Apakah Saudara mau mencobanya?
Ketika Orang yang Kita Kasihi Meninggalkan Yehuwa
12, 13. (a) Mengapa Yehuwa memerintahkan agar pelaku kesalahan yang tidak bertobat dipecat? (b) Situasi sulit apa yang mungkin dihadapi orang tua? Apa yang membuatnya sangat sulit?
12 Kita semua pasti setuju dengan prinsip bahwa kita harus bersih secara fisik, moral, dan rohani agar dapat menyenangkan Allah. (Baca Titus 2:14.) Namun, ada beberapa situasi yang membuat kita sulit untuk menaati prinsip ini. Misalnya, ada suami-istri Kristen teladan yang hanya memiliki satu anak, tetapi anak itu meninggalkan kebenaran. Ia lebih menyukai ”kenikmatan sementara dari dosa” ketimbang hubungan yang akrab dengan Yehuwa dan orang tuanya, sehingga ia dipecat.—Ibr. 11:25.
13 Betapa hancur perasaan orang tuanya! Tentang pemecatan, mereka tentu tahu bahwa Alkitab memerintahkan untuk ”tidak lagi bergaul dengan siapa saja yang disebut saudara namun adalah orang yang melakukan percabulan atau orang yang tamak atau penyembah berhala atau pencerca atau pemabuk atau pemeras, dan bahkan tidak makan bersama orang demikian”. (1 Kor. 5:11, 13) Mereka juga tahu bahwa kata ”siapa saja” dalam ayat ini mencakup anggota keluarga yang tidak tinggal serumah. Tetapi, mereka sangat menyayangi si anak! Maka, mereka mungkin berpikir, ’Bagaimana kami bisa menolong dia untuk kembali kepada Yehuwa kalau kami sama sekali tidak boleh berbicara dengannya? Bukankah akan lebih baik jika kami tetap berhubungan dengannya?’b
14, 15. Sewaktu membuat keputusan tentang anak yang dipecat, apa yang harus diingat orang tua?
14 Kita ikut sedih dengan orang tua tadi. Tetapi, anak itu punya pilihan, dan ia memilih untuk terus berbuat dosa ketimbang mempertahankan hubungan yang akrab dengan orang tua dan rekan seiman. Di sisi lain, orang tuanya tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak heran bahwa mereka merasa putus asa!
15 Tetapi, apa yang akan dilakukan orang tua yang bersedih itu? Apakah mereka akan menaati petunjuk Yehuwa yang jelas? Atau, apakah mereka akan mencari alasan untuk bisa tetap berhubungan dengan anak yang dipecat dan mengatakan bahwa ”ada urusan keluarga yang penting”? Sewaktu membuat keputusan tentang hal itu, mereka harus ingat bagaimana perasaan Yehuwa jika mereka melakukan hal itu. Yehuwa ingin agar organisasi-Nya tetap bersih dan, jika mungkin, menggugah si pelaku kesalahan untuk sadar. Bagaimana orang tua Kristen dapat mendukung hal itu?
16, 17. Apa yang dapat kita pelajari dengan merenungkan contoh Harun?
16 Harun, kakak Musa, menghadapi situasi sulit sehubungan dengan dua putranya. Pikirkan bagaimana perasaannya sewaktu Nadab dan Abihu mempersembahkan api yang tidak sah kepada Yehuwa dan Dia menghukum mati mereka. Tentu saja, Harun tidak bisa berbicara lagi dengan kedua putra itu karena mereka sudah mati. Tetapi, yang lebih sulit bukan itu. Yehuwa melarang Harun dan putra-putranya yang setia untuk memperlihatkan kesedihan, dengan berfirman, ”Jangan biarkan rambut kepalamu tidak terurus, dan jangan merobek pakaianmu [tanda berkabung], agar kamu tidak mati dan agar [Yehuwa] tidak menjadi marah terhadap seluruh himpunan itu.” (Im. 10:1-6) Pesannya jelas. Kasih kita kepada Yehuwa harus lebih kuat daripada kasih kita kepada anggota keluarga yang tidak setia.
17 Dewasa ini, Yehuwa tidak langsung menghukum mati orang yang melanggar hukum-Nya. Ia dengan pengasih memberi mereka kesempatan untuk bertobat dari dosa mereka. Namun, bagaimana perasaan Yehuwa jika orang tua tidak menaati perintah-Nya dan dengan berbagai dalih terus berhubungan dengan anak mereka yang dipecat?
18, 19. Berkat apa saja yang dapat dinikmati para anggota keluarga yang bekerja sama dengan petunjuk Yehuwa tentang orang yang dipecat?
18 Banyak dari mereka yang pernah dipecat sekarang mengakui bahwa keteguhan teman-teman dan anggota keluarga mereka telah membantu mereka untuk sadar. Misalnya, seorang wanita muda memberi tahu para penatua bahwa yang mendorongnya untuk membersihkan kehidupannya ”antara lain adalah karena kakak lelakinya merespek pengaturan pemecatan”. Dia mengatakan bahwa ia ingin kembali karena kakaknya setia berpaut kepada petunjuk Alkitab.
19 Apa yang dapat kita simpulkan? Kita perlu berjuang melawan dorongan hati kita yang tidak sempurna untuk tidak menaati nasihat Alkitab. Kita harus yakin sepenuhnya bahwa cara Allah menangani problem kita selalu yang terbaik.
”Firman Allah Itu Hidup”
20. Ibrani 4:12 bisa memaksudkan dua hal apa? (Lihat catatan kaki.)
20 Sewaktu Paulus menulis bahwa ”firman Allah itu hidup”, ia tidak sedang memaksudkan Firman Allah yang tertulis, Alkitab.c Konteksnya memperlihatkan bahwa ia memaksudkan janji Allah. Yang Paulus bicarakan di sini adalah bahwa Allah tidak pernah melupakan janji-Nya. Yehuwa menetapkan hal ini melalui nabi Yesaya, ”Firmanku . . . tidak akan kembali kepadaku tanpa hasil, tetapi pasti akan . . . berhasil dalam apa yang kusuruhkan kepadanya.” (Yes. 55:11) Maka, kita tidak perlu menjadi tidak sabar apabila Allah tidak memenuhi janji-Nya secepat yang kita inginkan. Yehuwa ”terus bekerja” untuk mewujudkan tujuan-Nya sepenuhnya.—Yoh. 5:17.
21. Bagaimana Ibrani 4:12 bisa membantu para anggota ”kumpulan besar” yang lansia untuk tetap melayani Yehuwa?
21 Banyak anggota ”kumpulan besar” sudah melayani Yehuwa selama puluhan tahun. (Pny. 7:9) Banyak yang tidak membayangkan bahwa mereka bakal menjadi tua dalam sistem ini. Tetapi, mereka tidak menyerah karena kecil hati. (Mz. 92:14) Mereka tahu bahwa janji Allah pasti akan terwujud. Yehuwa masih terus bekerja untuk memenuhinya. Karena bagi Yehuwa tujuan-Nya sangat penting, Ia senang jika kita juga menganggapnya sangat penting. Selama hari ketujuh ini, Yehuwa beristirahat, yakin sepenuhnya bahwa tujuan-Nya akan terwujud dan bahwa, sebagai kelompok, umat-Nya akan mendukung hal itu. Bagaimana dengan Saudara? Sudahkah Saudara memasuki istirahat Allah?
[Catatan Kaki]
a Banyak pemimpin Yahudi menjalankan Hukum Musa secara terperinci, tetapi sewaktu Mesias muncul, mereka tidak mengakuinya. Mereka bertindak bertentangan dengan tujuan Allah.
c Dewasa ini, Allah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya yang tertulis, yang memiliki kuasa untuk mengubah kehidupan kita. Jadi, bisa dikatakan bahwa kata-kata Paulus di Ibrani 4:12 berlaku juga untuk Alkitab.
-