PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Ketika Tragedi Terjadi
    Menara Pengawal—2005 | 1 Mei
    • Ketika Tragedi Terjadi

      OWEN, seorang bocah lelaki berusia dua setengah tahun, sedang bermain-main di kamar mandi rumahnya. Ia memanjat ke lemari obat yang orang tuanya pikir mustahil terjangkau olehnya. Di lemari itu, ada sebuah botol yang menarik perhatiannya. Ia membuka botol tersebut dan meminum cairan di dalamnya. Tragedi pun terjadi.

      Botol tersebut berisi cairan asam membakar, dan sungguh menyedihkan, si kecil Owen meninggal. Orang tuanya sangat terpukul. Ayahnya, Percy, mencari penghiburan dari gerejanya. ”Mengapa hal ini bisa terjadi?” tanyanya. Sang pendeta menjawab, ”Allah menginginkan satu lagi malaikat kecil di surga.” Dengan hati hancur, orang tua yang berduka itu merasa bahwa hal ini sama sekali tidak adil. Apakah Allah memang menghendaki tragedi demikian terjadi? Karena kecewa, Percy memutuskan bahwa ia tidak mau ke gereja lagi.

      Ketika memikirkan apa yang terjadi, Percy bertanya-tanya, ’Apakah anakku masih kesakitan? Bisakah saya berjumpa lagi dengannya?’

      Saudara pun bisa jadi bertanya-tanya tentang apa yang terjadi sewaktu kita mati dan apakah mungkin di masa depan kita dipersatukan kembali dengan orang tercinta yang telah meninggal. Firman Allah, Alkitab, menyediakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Halaman-halamannya memuat jawaban yang jelas dan menghibur bagi semua yang telah mengalami tragedi serupa. Bukan hanya itu, Alkitab menyingkapkan prospek mulia yang Allah janjikan​—kebangkitan.

      Silakan baca artikel berikut untuk tahu lebih banyak tentang harapan yang menakjubkan ini.

  • Kebangkitan​—Prospek yang Mulia
    Menara Pengawal—2005 | 1 Mei
    • Kebangkitan​—Prospek yang Mulia

      BANYAK orang mempercayai kebangkitan. Dalam Quran, kitab suci Islam, ada satu pasal yang seluruhnya membahas kebangkitan. Surah 75 antara lain menyatakan, ”Aku bersumpah dengan hari kiamat . . . Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? . . . Ia bertanya: ’Bilakah hari kiamat itu?’ Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa, berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?”​—Surah 75:1-6, 40.

      ”Zoroastrianisme,” menurut The New Encyclopædia Britannica, ”mempercayai adanya pemusnahan Kefasikan, kebangkitan semua orang, Penghakiman Terakhir, dan dipulihkannya dunia yang telah dibersihkan bagi orang yang baik.”

      Encyclopaedia Judaica mendefinisikan kebangkitan sebagai ”kepercayaan bahwa pada akhirnya orang mati akan bangkit dengan tubuhnya dan hidup kembali di bumi”. Karya referensi yang sama juga berkomentar bahwa kepercayaan yang diterima ke dalam Yudaisme, bahwa manusia memiliki jiwa yang tak berkematian, menimbulkan suatu dilema. Karya tersebut mengakui, ”Pada dasarnya kedua kepercayaan ini, yakni kebangkitan dan jiwa yang tidak berkematian, saling bertentangan.”

      Hinduisme mengajarkan bahwa manusia mengalami serangkaian kelahiran kembali, atau reinkarnasi. Untuk itu, manusia harus memiliki jiwa yang terus hidup setelah kematian. Kitab suci Hindu Bhagawad Gita menyatakan, ”Apa yang merasuki seluruh raga tidak dapat dibinasakan. Tidak seorang pun dapat menghancurkan jiwa yang tak dapat binasa.”

      Tidak seperti Hinduisme, Buddhisme menyangkal adanya jiwa yang tak berkematian. Meskipun demikian, dewasa ini banyak penganut Buddhisme di Timur Jauh percaya akan perpindahan jiwa yang tak berkematian.a

      Kebingungan tentang Ajaran Kebangkitan

      Pada upacara pemakaman yang diadakan dalam Susunan Kristen sering disinggung tentang jiwa yang hidup terus setelah kematian dan juga tentang kebangkitan. Misalnya, para pemimpin agama Anglikan biasanya membacakan kata-kata, ”Allah Yang Mahakuasa dalam belas kasihan-Nya yang besar telah berkenan mengambil jiwa saudara kita tercinta yang telah berpulang, maka dengan ini kita menyerahkan tubuhnya ke tanah; tanah kembali ke tanah, abu kembali ke abu, debu kembali ke debu; dengan harapan yang pasti akan Kebangkitan kepada kehidupan kekal, melalui Tuhan kita Yesus Kristus.”—The Book of Common Prayer.

      Pernyataan ini mungkin membuat orang bertanya-tanya apakah Alkitab mengajarkan kebangkitan atau doktrin jiwa yang tak berkematian. Akan tetapi, perhatikan komentar Profesor Oscar Cullmann, seorang Protestan asal Prancis. Dalam bukunya Immortality of the Soul or Resurrection of the Dead? (Jiwa yang Tak Berkematian atau Kebangkitan Orang Mati?), ia menulis, ”Ada perbedaan besar antara harapan kebangkitan orang mati yang dipercayai orang Kristen dan ajaran jiwa yang tidak berkematian yang dipercayai orang Yunani. . . . Walaupun Kekristenan belakangan menjembatani kedua kepercayaan ini, dan umat Kristen dewasa ini pada umumnya sama sekali tidak bisa membedakan keduanya, saya tidak punya alasan untuk menyembunyikan apa yang saya dan mayoritas pakar anggap sebagai kebenaran. . . . Seluruh semangat dan napas Perjanjian Baru sangat dipengaruhi oleh iman akan kebangkitan. . . . Manusia seutuhnya, yang benar-benar mati, dihidupkan kembali dengan diciptakan lagi oleh Allah.”

      Tidak mengherankan bahwa orang pada umumnya bingung mengenai kematian dan kebangkitan. Untuk mengatasi kebingungan tersebut, kita perlu memeriksa Alkitab, yang memuat kebenaran-kebenaran yang disingkapkan oleh pencipta manusia, Allah Yehuwa. Alkitab mencatat beberapa kebangkitan. Marilah kita memeriksa empat di antaranya dan membahas apa yang disingkapkannya.

      ’Para Wanita Menerima Kembali Orang Mati Mereka, melalui Kebangkitan’

      Dalam suratnya kepada orang Yahudi yang menjadi Kristen, rasul Paulus mengatakan bahwa para wanita yang beriman telah ”menerima kembali orang-orang mereka yang telah mati, melalui kebangkitan”. (Ibrani 11:35) Salah seorang di antaranya tinggal di Zarefat, sebuah kota Fenisia dekat Sidon di Pesisir Laut Tengah. Ia adalah seorang janda yang dengan ramah menyambut nabi Allah, Elia, dan memberinya makan sewaktu ada bala kelaparan yang luar biasa. Sungguh menyedihkan, putra wanita ini jatuh sakit dan mati. Elia segera menggendong anak itu ke ruangan di atap tempat sang nabi tinggal dan memohon kepada Yehuwa untuk memulihkan kehidupan anak lelaki tersebut. Sebuah mukjizat pun terjadi, dan anak tersebut ”hidup”. Elia mengembalikan anak itu kepada ibunya dan mengatakan, ”Lihat, putramu hidup.” Bagaimana tanggapan wanita itu? Dengan bahagia ia mengatakan, ”Sesungguhnya, sekarang aku tahu bahwa engkau seorang abdi Allah dan bahwa firman Yehuwa dalam mulutmu itu benar.”​—1 Raja 17:22-24.

      Hampir 100 kilometer di sebelah selatan Zarefat tinggallah sepasang suami istri yang dengan murah hati mengurus nabi Elisa, pengganti Elia. Sang istri adalah seorang wanita terkemuka di Syunem, kampung halamannya. Ia dan suaminya setuju untuk menyediakan tempat tinggal bagi Elisa di sebuah ruangan atap di rumah mereka. Kesedihan mereka karena tidak mempunyai anak berubah menjadi sukacita sewaktu wanita itu melahirkan seorang anak lelaki. Seraya anak itu bertambah besar, ia sering pergi bersama para penuai dan bapaknya di ladang. Pada suatu hari, terjadilah tragedi. Anak itu berteriak bahwa kepalanya sakit. Seorang pelayan bergegas membawanya pulang. Ibunya memangku dan memeluknya, tetapi akhirnya anak itu meninggal. Ibu yang putus asa tersebut memutuskan untuk meminta bantuan Elisa. Bersama seorang pelayan ia pergi ke arah barat laut menuju Gunung Karmel, ke tempat Elisa sedang berada.

      Sang nabi pun mengutus pelayannya, Gehazi, untuk pergi mendahului mereka dan ia mendapati bahwa anak itu memang sudah mati. Elisa dan wanita itu menyusul, tetapi apa yang terjadi setelah mereka akhirnya tiba di Syunem? Catatan di 2 Raja 4:32-37 mengisahkan, ”Akhirnya Elisa masuk ke rumah, dan di sana anak lelaki yang sudah mati itu terbaring di atas pembaringannya. Kemudian ia masuk dan menutup pintu di belakang mereka berdua dan ia mulai berdoa kepada Yehuwa. Lalu ia naik dan membaringkan diri di atas anak itu dan menaruh mulutnya di atas mulut anak itu dan matanya di atas mata anak itu dan telapak tangannya di atas telapak tangan anak itu dan tetap meniarap di atas anak itu, dan sedikit demi sedikit tubuh anak itu menjadi hangat. Lalu Elisa mulai berjalan lagi di dalam rumah, sekali ke sini dan sekali ke sana, setelah itu ia naik dan meniarap di atas anak itu. Dan anak itu mulai bersin sampai tujuh kali, lalu anak lelaki itu membuka matanya. Kemudian Elisa memanggil Gehazi dan mengatakan, ’Panggillah wanita Syunem itu.’ Maka dipanggilnya wanita itu dan dia datang kepadanya. Lalu ia mengatakan, ’Angkatlah putramu.’ Kemudian dia masuk serta sujud di kaki Elisa dan membungkuk dengan muka ke tanah, lalu dia mengangkat putranya dan keluar.”

      Seperti janda dari Zarefat, wanita dari Syunem itu tahu bahwa kebangkitan tersebut adalah hasil kuasa Allah. Kedua wanita ini sangat bersukacita karena Allah menghidupkan kembali anak mereka tercinta.

      Kebangkitan selama Pelayanan Yesus

      Sekitar 900 tahun kemudian, kebangkitan terjadi tidak jauh di sebelah utara Syunem di luar desa Nain. Ketika Yesus Kristus dan murid-muridnya pergi dari Kapernaum dan mendekati gerbang Nain, mereka berpapasan dengan arak-arakan pemakaman, dan Yesus melihat seorang janda yang kehilangan putra tunggalnya. Yesus memintanya untuk berhenti menangis. Lukas, seorang tabib, menguraikan apa yang terjadi setelah itu, ”Kemudian [Yesus] menghampiri dan menyentuh keranda, dan para pengusung berhenti, dan ia mengatakan, ’Pria muda, aku mengatakan kepadamu: Bangunlah!’ Dan orang mati itu pun bangun lalu duduk dan mulai berbicara, dan ia menyerahkannya kepada ibunya.” (Lukas 7:14, 15) Orang-orang yang menyaksikan mukjizat tersebut memuliakan Allah. Kabar tentang kebangkitan itu tersiar ke arah selatan ke Yudea dan distrik sekitarnya. Yang menarik ialah bahwa murid-murid Yohanes Pembaptis mendengar tentang peristiwa tersebut dan melaporkan mukjizat itu kepada Yohanes. Selanjutnya, ia mengutus mereka untuk menjumpai Yesus dan menanyakan kepadanya apakah Dia adalah Mesias yang dinantikan. Yesus memberi tahu mereka, ”Pergilah, laporkan kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan dengar: orang buta dapat melihat, orang timpang berjalan, penderita kusta ditahirkan dan orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, orang miskin diberi tahu kabar baik.”—Lukas 7:22.

      Mukjizat kebangkitan paling terkenal yang Yesus lakukan adalah kebangkitan teman dekatnya, Lazarus. Kali ini, ada tenggang waktu antara kematian Lazarus dan kedatangan Yesus di rumah keluarga Lazarus. Ketika Yesus akhirnya tiba di Betani, Lazarus sudah empat hari mati. Sewaktu Yesus menyuruh agar batu penutup jalan masuk ke ruang pekuburan disingkirkan, Marta berkeberatan dan mengatakan, ”Tuan, sekarang ini ia pasti sudah berbau, karena sudah empat hari.” (Yohanes 11:39) Namun, pembusukan tubuh Lazarus tidak menghalangi kebangkitan. Atas perintah Yesus, ”orang yang telah mati itu keluar dengan kaki dan tangannya masih terikat pembungkus, dan wajahnya terbalut kain”. Tindakan musuh-musuh Yesus setelah itu membuktikan bahwa memang Lazarus itulah yang hidup kembali.​—Yohanes 11:43, 44; 12:1, 9-11.

      Apa kesimpulan kita mengenai empat catatan kebangkitan ini? Setiap orang yang dibangkitkan hidup kembali sebagai orang yang sama. Semuanya dikenali, juga oleh kerabat terdekat mereka. Tidak seorang pun dari mereka menceritakan apa yang terjadi selama waktu singkat mereka mati. Tidak seorang pun berbicara tentang perjalanan ke dunia yang lain. Tampaknya, mereka semua kembali dalam keadaan sehat. Bagi mereka, seolah-olah mereka baru tidur sebentar lalu terbangun, sebagaimana yang Yesus katakan. (Yohanes 11:11) Meskipun begitu, beberapa waktu kemudian semuanya mati lagi.

      Reuni dengan Orang yang Dikasihi​—Prospek yang Mulia

      Tidak lama setelah Owen meninggal secara tragis, sebagaimana disebutkan dalam artikel sebelumnya, ayahnya berkunjung ke rumah seorang tetangga. Di atas meja, ia melihat selebaran yang menyebutkan tentang sebuah khotbah umum yang diorganisasi oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Judulnya menarik perhatiannya, ”Di Manakah Orang Mati?” Pertanyaan itulah yang selama ini ada dalam benaknya. Ia menghadiri ceramah tersebut dan menemukan penghiburan sejati dari Alkitab. Ia jadi tahu bahwa orang mati tidak menderita. Orang mati, termasuk Owen, tidak disiksa dalam api neraka atau diambil oleh Allah untuk menjadi malaikat di surga, tetapi menunggu di kuburan sampai tiba waktunya untuk dibangunkan pada saat kebangkitan.​—Pengkhotbah 9:5, 10; Yehezkiel 18:4.

      Apakah tragedi pernah menimpa keluarga Saudara? Apakah Saudara bertanya-tanya, seperti ayah Owen, di manakah orang-orang tercinta yang telah meninggal dan apakah ada kemungkinan untuk bertemu mereka lagi? Jika ya, kami mengundang Saudara untuk memperhatikan apa yang Alkitab ajarkan lebih jauh tentang kebangkitan. Mungkin Saudara bertanya-tanya, ’Kapan kebangkitan akan terjadi? Siapa sebenarnya yang akan mendapat manfaatnya?’ Silakan baca artikel-artikel berikut yang membahas pertanyaan ini dan pertanyaan lainnya.

      [Catatan Kaki]

      a Lihat buku Pencarian Manusia akan Allah, halaman 150-4, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

  • Kebangkitan​—Ajaran yang Mempengaruhi Saudara
    Menara Pengawal—2005 | 1 Mei
    • Kebangkitan​—Ajaran yang Mempengaruhi Saudara

      ”Aku memiliki harapan kepada Allah . . . bahwa akan ada kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar.”​—KISAH 24:15.

      1. Bagaimana kebangkitan sampai dipermasalahkan di hadapan Sanhedrin?

      DI AKHIR perjalanan utusan injilnya yang ketiga pada tahun 56 M, rasul Paulus berada di Yerusalem. Setelah ditahan oleh pasukan Romawi, ia diizinkan untuk menghadap mahkamah agung Yahudi, Sanhedrin. (Kisah 22:29, 30) Paulus mengamati bahwa ternyata para anggota mahkamah itu sebagian terdiri dari orang Saduki dan sebagian lagi orang Farisi. Ada satu perbedaan besar di antara dua kelompok ini. Orang Saduki tidak mengakui kebangkitan; orang Farisi mempercayainya. Untuk memperlihatkan pendiriannya dalam masalah itu, Paulus menyatakan, ”Hai, saudara-saudara, aku adalah seorang Farisi, putra orang-orang Farisi. Dan oleh karena harapan kebangkitan orang mati aku dihakimi.” Ucapannya ini memicu keributan besar di antara orang-orang itu!​—Kisah 23:6-9.

      2. Mengapa Paulus siap membela kepercayaannya tentang kebangkitan?

      2 Beberapa tahun sebelumnya, dalam perjalanan ke Damaskus, Paulus mendapat suatu penglihatan dan mendengar suara Yesus. Paulus bahkan bertanya kepada Yesus, ”Apa yang harus kulakukan, Tuan?” Yesus menjawab, ”Bangun, pergilah ke Damaskus, dan di sana engkau akan diberi tahu tentang segala sesuatu yang ditugaskan untuk engkau lakukan.” Setibanya di Damaskus, Paulus ditemui oleh Ananias, seorang murid Kristen yang suka membantu, yang menjelaskan, ”Allah bapak-bapak leluhur kita telah memilih engkau untuk mengetahui kehendaknya dan melihat Pribadi yang adil-benar [Yesus yang dibangkitkan] dan mendengar suara dari mulutnya.” (Kisah 22:6-16) Jadi, tidaklah mengherankan bahwa Paulus siap membela kepercayaannya tentang kebangkitan.​—1 Petrus 3:15.

      Menyatakan Harapan Kebangkitan di hadapan Umum

      3, 4. Bagaimana Paulus terbukti sebagai pendukung gigih ajaran kebangkitan, dan apa yang dapat kita pelajari dari teladannya?

      3 Belakangan, Paulus menghadap Gubernur Feliks. Pada kesempatan itu, Tertulus, ”pembicara umum” yang mewakili orang Yahudi dalam melawan Paulus, menuduhnya sebagai pemimpin suatu sekte dan penghasut. Sebagai jawaban, Paulus tanpa ragu-ragu menyatakan, ”Aku memang mengakui hal ini kepadamu, bahwa, menurut jalan yang mereka sebut suatu ’sekte’, dengan cara inilah aku memberikan dinas suci kepada Allah bapak-bapak leluhurku.” Kemudian, ia mengangkat masalah utamanya dengan melanjutkan, ”Aku memiliki harapan kepada Allah, harapan yang juga dimiliki oleh orang-orang ini, bahwa akan ada kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar.”​—Kisah 23:23, 24; 24:1-8, 14, 15.

      4 Kira-kira dua tahun kemudian, Porkius Festus, yang menggantikan Feliks, mengundang Raja Herodes Agripa untuk bersama-sama memeriksa Paulus, sang tahanan. Festus menjelaskan bahwa para penuduh mempersoalkan pernyataan Paulus bahwa ”seseorang bernama Yesus yang sudah mati . . . telah hidup”. Dalam pembelaannya, Paulus bertanya, ”Mengapa kamu sekalian menilainya mustahil, bahwa Allah membangkitkan orang mati?” Kemudian, ia menyatakan, ”Karena aku telah memperoleh pertolongan dari Allah, aku terus sampai hari ini memberikan kesaksian kepada orang kecil maupun orang besar, namun aku tidak mengatakan hal-hal lain kecuali apa yang oleh Para Nabi maupun Musa, dinyatakan akan terjadi, bahwa Kristus harus menderita dan, sebagai pribadi pertama yang akan dibangkitkan dari antara orang mati, ia akan memberitakan terang kepada umat ini dan juga kepada bangsa-bangsa.” (Kisah 24:27; 25:13-22; 26:8, 22, 23) Paulus benar-benar pendukung gigih ajaran kebangkitan! Seperti Paulus, kita pun dapat dengan yakin memberitakan bahwa kebangkitan akan terjadi. Tetapi, tanggapan apa yang bisa kita antisipasi? Kemungkinan besar sama dengan yang Paulus terima.

      5, 6. (a) Apa tanggapan orang-orang sewaktu para rasul mengemukakan ajaran kebangkitan? (b) Seraya kita menyatakan harapan kebangkitan, apa yang sangat penting?

      5 Perhatikan apa yang terjadi sebelumnya selama perjalanan utusan injil Paulus yang kedua (sekitar tahun 49-52 M) sewaktu ia mengunjungi Athena. Ia bertukar pikiran dengan orang-orang yang mempercayai banyak allah, dan ia mendesak mereka agar memperhatikan maksud-tujuan Allah untuk menghakimi bumi yang berpenduduk dengan keadilbenaran melalui seorang pria yang telah Ia tetapkan. Pria itu tidak lain ialah Yesus. Paulus menjelaskan bahwa Allah telah memberikan jaminan untuk hal ini dengan membangkitkan Yesus. Apa tanggapan mereka? Kita membaca, ”Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, beberapa mulai mencemooh, sedangkan yang lain mengatakan, ’Lain waktu saja kami akan mendengar engkau tentang hal ini.’”​—Kisah 17:29-32.

      6 Tanggapan itu mirip dengan apa yang dialami Petrus dan Yohanes tidak lama setelah Pentakosta 33 M. Orang Saduki lagi-lagi sangat berperan dalam pro dan kontra ini. Kisah 4:1-4 menceritakan apa yang terjadi, ”Ketika keduanya sedang berbicara kepada orang-orang itu, imam-imam kepala dan kepala penjaga bait dan orang-orang Saduki mendatangi mereka, merasa jengkel karena mereka mengajar orang-orang itu dan menyatakan dengan jelas kebangkitan dari antara orang mati dalam hal Yesus.” Tetapi, ada juga yang menanggapi secara positif. ”Banyak di antara orang-orang yang telah mendengarkan perkataan itu percaya, dan jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu pria.” Jelaslah, kita dapat mengantisipasi beragam tanggapan apabila kita berbicara tentang harapan kebangkitan. Mengingat hal itu, penting sekali agar kita memperkuat iman akan ajaran ini.

      Iman dan Kebangkitan

      7, 8. (a) Berdasarkan surat kepada sidang jemaat di Korintus pada abad pertama, bagaimana iman bisa sia-sia? (b) Bagaimana pemahaman yang benar tentang harapan kebangkitan membuat orang Kristen sejati berbeda?

      7 Tidak semua yang menjadi orang Kristen pada abad pertama M merasa mudah untuk mempercayai harapan kebangkitan. Beberapa dari mereka yang sulit percaya tergabung dalam sidang jemaat di Korintus. Kepada mereka, Paulus menulis, ”Aku meneruskan kepadamu, di antara hal-hal pertama, apa yang juga aku terima, yaitu bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa kita sesuai dengan Tulisan-Tulisan Kudus; dan bahwa ia dikuburkan, ya, bahwa ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan Tulisan-Tulisan Kudus.” Kemudian, Paulus meneguhkan kebenaran ini dengan menyatakan bahwa Kristus yang sudah dibangkitkan ”menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara”, yang kebanyakan, lanjut Paulus, masih hidup pada saat itu. (1 Korintus 15:3-8) Lalu, ia menyampaikan penalaran, ”Jika Kristus sedang diberitakan bahwa ia telah dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin beberapa orang di antara kamu mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Jika memang tidak ada kebangkitan orang mati, Kristus juga tidak dibangkitkan. Namun jika Kristus tidak dibangkitkan, pemberitaan kami tentu sia-sia, dan iman kita sia-sia.”—1 Korintus 15:12-14.

      8 Ya, ajaran kebangkitan begitu mendasar sehingga iman Kristen akan sia-sia belaka jika kebangkitan tidak diyakini sebagai kenyataan. Sesungguhnya, pemahaman yang benar tentang kebangkitan membedakan orang Kristen yang sejati dari yang palsu. (Kejadian 3:4; Yehezkiel 18:4) Itu sebabnya, Paulus menyebut ajaran kebangkitan sebagai bagian dari ”doktrin dasar” Kekristenan. Semoga kita bertekad untuk ”mengerahkan diri ke kematangan”. ”Dan inilah yang akan kita lakukan,” desak Paulus, ”jika Allah memang mengizinkannya.”​—Ibrani 6:1-3.

      Harapan Kebangkitan

      9, 10. Apa yang Alkitab maksudkan apabila menyebut kebangkitan?

      9 Untuk memperkuat iman kita akan kebangkitan, mari kita tinjau pertanyaan seperti: Apa yang Alkitab maksudkan apabila menyebut kebangkitan? Bagaimana ajaran kebangkitan menonjolkan kasih Yehuwa? Jawabannya akan semakin mendekatkan kita kepada Allah sekaligus membantu kita untuk mengajar orang lain.—2 Timotius 2:2; Yakobus 4:8.

      10 ”Kebangkitan” diterjemahkan dari kata Yunani yang secara harfiah berarti ”berdiri kembali”. Apa maksud istilah itu? Menurut Alkitab, harapan kebangkitan adalah keyakinan bahwa orang mati dapat hidup kembali. Alkitab lebih lanjut memperlihatkan bahwa seseorang dihidupkan kembali dalam tubuh manusia atau tubuh rohani, bergantung pada apakah ia memiliki harapan untuk hidup di bumi atau di surga. Kita takjub akan kasih, hikmat, dan kuasa Yehuwa yang nyata dalam prospek kebangkitan yang luar biasa ini.

      11. Prospek kebangkitan apa yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang terurap?

      11 Yesus dan saudara-saudara terurapnya dibangkitkan dengan tubuh rohani yang memungkinkan mereka melayani di surga. (1 Korintus 15:35-38, 42-53) Bersama-sama mereka akan melayani sebagai penguasa Kerajaan Mesianik, yang akan membuat bumi ini menjadi Firdaus. Di bawah Yesus sebagai Imam Besar, kaum terurap menjadi suatu keimaman kerajaan. Mereka akan menerapkan manfaat korban tebusan Kristus kepada umat manusia di dunia baru yang adil-benar. (Ibrani 7:25, 26; 9:24; 1 Petrus 2:9; Penyingkapan [Wahyu] 22:1, 2) Sementara ini, kaum terurap yang masih hidup di bumi ingin tetap diperkenan Allah. Sewaktu mereka mati, mereka akan menerima pahala melalui kebangkitan sebagai makhluk roh yang tidak berkematian di surga. (2 Korintus 5:1-3, 6-8, 10; 1 Korintus 15:51, 52; Penyingkapan 14:13) ”Jika kita telah dipersatukan dengan dia dalam kematian yang sama dengan kematiannya,” tulis Paulus, ”kita juga pasti akan dipersatukan dengan dia dalam kebangkitan yang sama dengan kebangkitannya.” (Roma 6:5) Tetapi, bagaimana dengan orang-orang yang dibangkitkan untuk hidup di bumi lagi sebagai manusia? Bagaimana harapan kebangkitan dapat semakin mendekatkan mereka kepada Allah? Kita dapat belajar banyak dari teladan Abraham.

      Kebangkitan dan Persahabatan dengan Yehuwa

      12, 13. Dasar kuat apa yang Abraham miliki untuk beriman akan kebangkitan?

      12 Abraham, yang digambarkan sebagai ”sahabat Yehuwa”, memiliki iman yang luar biasa. (Yakobus 2:23) Tiga kali Paulus menyebutkan tentang iman Abraham dalam daftar pria dan wanita setia yang dicatat di Ibrani pasal 11. (Ibrani 11:8, 9, 17) Dalam rujukannya yang ketiga, ia mengarahkan perhatian kepada iman yang Abraham perlihatkan sewaktu ia dengan taat bersiap-siap untuk mempersembahkan putranya, Ishak, sebagai korban. Abraham yakin bahwa janji tentang benih melalui Ishak dijamin oleh Yehuwa. Sekalipun Ishak harus mati sebagai korban, Abraham ”menganggap Allah sanggup membangkitkan dia bahkan dari antara orang mati”.

      13 Seperti yang kemudian terjadi, ketika Yehuwa melihat betapa kuat iman Abraham, Ia menyediakan seekor binatang untuk dikorbankan sebagai gantinya. Meskipun demikian, pengalaman Ishak menjadi gambaran tentang kebangkitan, sebagaimana dijelaskan Paulus, ”Dari sana ia [Abraham] telah menerima dia [Ishak] juga sebagai suatu gambaran simbolis.” (Ibrani 11:19) Selain itu, Abraham sudah memiliki dasar yang kuat untuk mempercayai kebangkitan. Bukankah Yehuwa telah menghidupkan kembali kesanggupan Abraham untuk memiliki keturunan sewaktu ia dan istrinya, Sara, menghasilkan anak mereka, Ishak, pada usia tua?—Kejadian 18:10-14; 21:1-3; Roma 4:19-21.

      14. (a) Menurut Ibrani 11:9, 10, apa yang Abraham nantikan? (b) Agar Abraham bisa menerima berkat-berkat Kerajaan di dunia baru, apa yang masih harus terjadi pada dirinya? (c) Bagaimana kita dapat menerima berkat-berkat Kerajaan?

      14 Paulus menggambarkan Abraham sebagai penduduk asing yang tinggal di kemah-kemah sambil ”menantikan kota yang mempunyai fondasi yang tetap, kota yang dibangun dan dibuat oleh Allah”. (Ibrani 11:9, 10) Ini bukan kota sungguhan seperti Yerusalem, tempat bait Allah berada. Tidak, ini adalah kota simbolis. Ini adalah Kerajaan surgawi Allah yang terdiri dari Kristus Yesus dan ke-144.000 rekan penguasanya. Ke-144.000 orang dalam kemuliaan surgawi mereka juga disebut sebagai ”kota kudus itu, Yerusalem Baru”, ”pengantin perempuan” Kristus. (Penyingkapan 21:2) Pada tahun 1914, Yehuwa mentakhtakan Yesus sebagai Raja Mesianik Kerajaan surgawi dan memerintahkan dia untuk berkuasa di tengah-tengah para musuhnya. (Mazmur 110:1, 2; Penyingkapan 11:15) Agar dapat menerima berkat-berkat pemerintahan Kerajaan, Abraham, ”sahabat Yehuwa” itu, harus hidup kembali. Demikian pula, agar kita dapat menerima berkat-berkat Kerajaan, kita harus hidup dalam dunia baru Allah, sebagai anggota kumpulan besar yang selamat dari Armagedon atau sebagai orang-orang yang dibangkitkan dari antara orang mati. (Penyingkapan 7:9, 14) Namun, apa dasar untuk harapan kebangkitan?

      Kasih Allah​—Dasar untuk Harapan Kebangkitan

      15, 16. (a) Bagaimana nubuat pertama dalam Alkitab memberi kita dasar untuk harapan kebangkitan? (b) Bagaimana kepercayaan akan kebangkitan dapat semakin mendekatkan kita kepada Yehuwa?

      15 Hubungan kita yang dekat dengan Bapak surgawi kita yang pengasih, iman kita yang kuat seperti iman Abraham, dan ketaatan kita kepada perintah-perintah Allah memungkinkan kita untuk dinyatakan adil-benar dan dianggap sahabat oleh Yehuwa. Ini memberi kita kesempatan untuk memperoleh manfaat dari pemerintahan Kerajaan. Sesungguhnya, nubuat pertama yang dicatat dalam Firman Allah, di Kejadian 3:15, meletakkan dasar untuk harapan kebangkitan dan persahabatan dengan Allah. Ayat itu tidak hanya menubuatkan bahwa kepala Setan akan dihancurkan, tetapi juga kontrasnya, bahwa tumit Benih wanita Allah akan diremukkan. Kematian Yesus pada tiang dilambangkan oleh peremukan tumit. Kebangkitannya pada hari ketiga menyembuhkan luka itu dan membuka jalan untuk tindakan tegas terhadap ”pribadi yang mempunyai sarana penyebab kematian, yaitu si Iblis”.—Ibrani 2:14.

      16 Paulus mengingatkan kita bahwa ”Allah merekomendasikan kasihnya sendiri kepada kita dalam hal, sementara kita masih berdosa, Kristus mati bagi kita”. (Roma 5:8) Penghargaan akan kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh ini benar-benar semakin mendekatkan kita kepada Yesus dan Bapak surgawi kita yang pengasih.​—2 Korintus 5:14, 15.

      17. (a) Harapan apa yang Ayub nyatakan? (b) Apa yang disingkapkan Ayub 14:15 tentang Yehuwa, dan bagaimana perasaan Saudara tentang hal itu?

      17 Ayub, pria setia dari zaman pra-Kristen, juga menanti-nantikan kebangkitan. Ia mengalami penderitaan hebat di tangan Setan. Tidak seperti teman-teman palsunya, yang tidak pernah menyebutkan kebangkitan, Ayub mendapat penghiburan dari harapan ini dan bertanya, ”Jika laki-laki mati dapatkah ia hidup lagi?” Sebagai jawaban, Ayub sendiri menyatakan, ”Selama seluruh hari-hari kerja wajibku aku akan menunggu, sampai kelepasanku datang.” Kepada Allahnya, Yehuwa, ia mengakui, ”Engkau akan memanggil, dan aku akan menjawab.” Mengenai perasaan Pencipta kita yang pengasih, Ayub menyatakan, ”Kepada karya tanganmu engkau akan rindu.” (Ayub 14:14, 15) Ya, Yehuwa menanti dengan penuh harap masa manakala orang-orang yang setia akan hidup kembali pada waktu kebangkitan. Hal ini benar-benar semakin mendekatkan kita kepada-Nya seraya kita merenungkan kasih dan kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh yang Ia perlihatkan kepada kita sekalipun kita tidak sempurna!—Roma 5:21; Yakobus 4:8.

      18, 19. (a) Prospek apa yang Daniel miliki untuk hidup kembali? (b) Apa yang akan kita tinjau dalam artikel berikut?

      18 Nabi Daniel, yang digambarkan malaikat Allah sebagai ”orang yang sangat dikasihi”, menikmati kehidupan yang panjang dalam dinas yang setia. (Daniel 10:11, 19) Integritasnya kepada Yehuwa tetap utuh sejak ia dibuang pada tahun 617 SM hingga kematiannya tidak lama setelah ia mendapat penglihatan pada tahun 536 SM, yakni tahun ketiga pemerintahan Kores, raja Persia. (Daniel 1:1; 10:1) Suatu ketika pada tahun ketiga pemerintahan Kores itu, Daniel mendapat penglihatan tentang barisan kuasa-kuasa dunia yang berakhir dengan datangnya kesengsaraan besar. (Daniel 11:1–12:13) Karena tidak dapat sepenuhnya memahami penglihatan itu, Daniel bertanya kepada malaikat yang diutus untuk menyampaikannya, ”Oh, tuanku, apakah akhir perkara-perkara ini?” Sebagai jawaban, malaikat itu mengarahkan perhatian ke ”zaman akhir”, manakala ”orang-orang yang memiliki pemahaman akan mengerti”. Mengenai Daniel sendiri, prospek apa yang ia miliki? Malaikat itu memberi tahu, ”Engkau akan beristirahat, tetapi engkau akan bangkit berdiri untuk mendapat bagianmu pada akhir masa itu.” (Daniel 12:8-10, 13) Daniel akan hidup lagi ”pada kebangkitan orang-orang yang adil-benar” selama Pemerintahan Milenium Kristus.—Lukas 14:14.

      19 Kita hidup pada bagian penutup zaman akhir, dan mulainya Pemerintahan Milenium Kristus sudah lebih dekat daripada sewaktu kita mula-mula menjadi orang percaya. Karena itu, kita harus menanyai diri sendiri, ’Apakah saya akan berada di sana, di dunia baru, untuk bergaul dengan Abraham, Ayub, Daniel, dan pria serta wanita setia lainnya?’ Kita bisa, asalkan kita tetap dekat dengan Yehuwa dan menaati perintah-Nya. Dalam artikel berikut, kita akan meninjau harapan kebangkitan secara lebih terperinci untuk mengetahui siapa yang akan dibangkitkan.

  • Siapa yang Akan Dibangkitkan?
    Menara Pengawal—2005 | 1 Mei
    • Siapa yang Akan Dibangkitkan?

      ”Janganlah heran akan hal ini, karena jamnya akan tiba ketika semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suaranya lalu keluar.”​—YOHANES 5:28, 29.

      1. Pernyataan luar biasa apa yang Musa dengar dari semak berduri yang menyala, dan siapa yang belakangan mengucapkannya lagi?

      SESUATU yang sangat aneh terjadi lebih dari 3.500 tahun yang lalu. Musa sedang menggembalakan domba milik patriark Yitro. Dekat Gunung Horeb, malaikat Yehuwa menampakkan diri kepada Musa dalam suatu nyala api di tengah-tengah semak berduri. ”Ketika ia terus memandang, ternyata ada nyala api dalam semak berduri itu namun semak itu tidak terbakar,” demikian buku Keluaran mengisahkan. Lalu, suatu suara memanggilnya dari semak berduri itu. ”Aku adalah Allah dari bapakmu,” kata suara itu, ”Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” (Keluaran 3:1-6) Belakangan, pada abad pertama M, kata-kata tersebut diucapkan lagi oleh Putra Allah sendiri, Yesus.

      2, 3. (a) Prospek apa yang menanti Abraham, Ishak, dan Yakub? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa yang timbul?

      2 Yesus sedang berdiskusi dengan beberapa orang Saduki, yang tidak mempercayai kebangkitan. Yesus menyatakan, ”Bahwa orang mati dibangkitkan bahkan diungkapkan Musa, dalam kisah tentang semak berduri, sewaktu ia menyebut Yehuwa ’Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub’. Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab bagi dia mereka semua hidup.” (Lukas 20:27, 37, 38) Dengan mengucapkan kata-kata itu, Yesus meneguhkan bahwa dari sudut pandangan Allah, Abraham, Ishak, dan Yakub yang sudah lama mati itu masih hidup dalam ingatan Allah. Seperti Ayub, mereka menantikan berakhirnya hari-hari ’kerja wajib’ mereka, atau masa mereka tidur dalam kematian. (Ayub 14:14) Dalam dunia baru Allah, mereka akan dibangkitkan.

      3 Namun, bagaimana dengan miliaran orang lain yang telah mati sepanjang sejarah manusia? Apakah mereka juga akan dibangkitkan? Sebelum kita dapat memperoleh jawabannya yang memuaskan, mari kita cari tahu dari Firman Allah ke mana orang pergi sewaktu mereka mati.

      Di Mana Orang Mati Berada?

      4. (a) Ke mana orang pergi sewaktu mati? (b) Apakah Syeol itu?

      4 Alkitab menyatakan bahwa orang mati ”sama sekali tidak sadar akan apa pun”. Orang mati tidak disiksa dalam api neraka, tidak menderita dalam penantian di api penyucian, tetapi kembali menjadi debu. Itu sebabnya, Firman Allah menasihati orang hidup, ”Semua yang dijumpai tanganmu untuk dilakukan, lakukanlah dengan segenap kekuatanmu, sebab tidak ada pekerjaan atau rancangan atau pengetahuan atau hikmat di Syeol, tempat ke mana engkau akan pergi.” (Pengkhotbah 9:​5, 10; Kejadian 3:​19) Istilah ”Syeol” mungkin asing di telinga banyak orang. Itu adalah kata Ibrani yang asal usulnya tidak pasti. Banyak agama mengajarkan bahwa orang mati masih hidup, tetapi sebagaimana diperlihatkan oleh Firman Allah yang terilham, mereka yang ada di Syeol itu mati, tidak sadar akan apa pun. Syeol adalah kuburan umum umat manusia.

      5, 6. Sewaktu mati, ke mana Yakub pergi, dan di sana ia bergabung dengan siapa?

      5 Dalam Alkitab, kata ”Syeol” pertama kali muncul di Kejadian 37:35. Sang patriark Yakub tidak mau dihibur setelah mengira bahwa putra kesayangannya, Yusuf, sudah mati. Ia berseru, ”Aku akan berkabung atas putraku sampai aku turun ke Syeol!” Karena yakin putranya telah mati, Yakub ingin mati saja dan berada di Syeol. Belakangan, sembilan putra Yakub yang lebih tua ingin membawa putra bungsunya, Benyamin, ke Mesir untuk membeli makanan semasa bala kelaparan. Tetapi, Yakub tidak mengizinkan, dengan mengatakan, ”Putraku tidak akan pergi bersama kamu sekalian, karena saudaranya telah mati dan dia telah ditinggalkan sendirian. Jika dia ditimpa kecelakaan yang mematikan di perjalanan yang akan kamu tempuh, kamu pasti akan membawa ubanku turun ke Syeol dengan kepedihan.” (Kejadian 42:​36, 38) Kedua ayat ini mengaitkan kematian dengan Syeol, bukan dengan semacam kehidupan setelah kematian.

      6 Kisah di buku Kejadian menyingkapkan bahwa Yusuf rupanya menjadi pejabat urusan pangan di Mesir. Oleh karena itu, Yakub dapat mengadakan perjalanan ke sana untuk reuni yang membahagiakan dengan Yusuf. Setelah itu, Yakub tinggal di negeri itu hingga kematiannya pada usia yang sangat lanjut, yaitu 147 tahun. Sesuai dengan amanatnya sebelum meninggal, putra-putranya membawa jenazahnya dan menguburkannya di gua Makhpela di tanah Kanaan. (Kejadian 47:28; 49:29-31; 50:12, 13) Jadi, Yakub bergabung dengan Ishak, ayahnya, dan Abraham, kakeknya.

      ’Dikumpulkan dengan Bapak-Bapak Leluhurnya’

      7, 8. (a) Ke mana Abraham pergi sewaktu ia mati? Jelaskan. (b) Apa yang memperlihatkan bahwa orang-orang lain juga masuk ke Syeol sewaktu mati?

      7 Sebelum itu, sewaktu Yehuwa meneguhkan perjanjian-Nya dengan Abraham dan berjanji bahwa benihnya akan menjadi banyak, Ia menunjukkan apa yang akan terjadi dengan Abraham. ”Mengenai engkau,” firman Yehuwa, ”engkau akan pergi kepada bapak-bapak leluhurmu dengan damai; engkau akan dikuburkan pada usia yang sangat tua.” (Kejadian 15:15) Dan, itulah yang terjadi. Kejadian 25:8 menyatakan, ”Lalu Abraham mengembuskan napas terakhir dan mati pada usia yang sangat tua, tua dan puas, dan dikumpulkan dengan nenek moyangnya.” Siapa nenek moyangnya ini? Kejadian 11:10-26 memuat daftar nenek moyangnya hingga putra Nuh, yaitu Sem. Jadi, dengan orang-orang yang telah tidur di Syeol inilah Abraham dikumpulkan sewaktu ia mati.

      8 Ungkapan ”dikumpulkan dengan nenek moyangnya” muncul beberapa kali dalam Kitab-Kitab Ibrani. Jadi, masuk akal untuk menyimpulkan bahwa putra Abraham, yaitu Ismael, dan kakak Musa, yaitu Harun, pergi ke Syeol sewaktu mati, dan di sana mereka menunggu kebangkitan. (Kejadian 25:17; Bilangan 20:23-29) Maka, Musa juga pergi ke Syeol, sekalipun tidak seorang pun tahu di mana kuburannya. (Bilangan 27:13; Ulangan 34:5, 6) Demikian pula, Yosua, pengganti Musa sebagai pemimpin Israel, bersama seluruh generasi bangsa itu juga turun ke Syeol sewaktu mati.​—Hakim 2:8-10.

      9. (a) Bagaimana Alkitab memperlihatkan bahwa ”Syeol” dan ”Hades” memaksudkan tempat yang sama? (b) Prospek apa yang dimiliki oleh mereka yang ada di Syeol, atau Hades?

      9 Berabad-abad kemudian, Daud menjadi raja atas ke-12 suku Israel. Sewaktu mati, ia ”berbaring bersama bapak-bapak leluhurnya”. (1 Raja 2:10) Apakah ia juga ada di Syeol? Sungguh menarik, pada hari Pentakosta 33 M, rasul Petrus berbicara tentang kematian Daud dan mengutip Mazmur 16:10, ”Engkau tidak akan meninggalkan jiwaku di Syeol.” Setelah menyebutkan bahwa Daud masih ada dalam makamnya, Petrus menerapkan kata-kata itu kepada Yesus dan menunjukkan bahwa Daud ”melihat sebelumnya dan berbicara mengenai kebangkitan Kristus, bahwa dia tidak ditinggalkan di Hades dan tubuhnya juga tidak melihat kebinasaan. Yesus ini Allah bangkitkan, dan tentang fakta ini kita semua adalah saksi”. (Kisah 2:29-32) Di sini, Petrus menggunakan kata ”Hades”, padanan dalam bahasa Yunani untuk kata ”Syeol” dalam bahasa Ibrani. Jadi, mereka yang dikatakan ada dalam Hades sama keadaannya dengan mereka yang dikatakan ada di Syeol. Mereka sedang tidur, menantikan kebangkitan.

      Adakah Orang yang Tidak Adil-benar di Syeol?

      10, 11. Mengapa kita dapat mengatakan bahwa beberapa orang yang tidak adil-benar pergi ke Syeol, atau Hades, sewaktu mati?

      10 Setelah Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, timbullah pemberontakan di padang belantara. Musa memerintahkan bangsa itu untuk memisahkan diri dari para biang pemberontak​—Korah, Datan, dan Abiram. Mereka akan mati secara mengenaskan. Musa menjelaskan, ”Jika orang-orang ini akan mati seperti matinya setiap manusia dan dengan hukuman setiap manusia mereka dijatuhi hukuman, maka bukanlah Yehuwa yang telah mengutus aku. Tetapi jika Yehuwa akan membuat sesuatu yang sama sekali baru, dan tanah akan membuka mulutnya dan menelan mereka dan segala milik mereka dan mereka turun hidup-hidup ke Syeol, maka kamu akan mengetahui dengan pasti bahwa orang-orang ini telah memperlakukan Yehuwa tanpa respek.” (Bilangan 16:29, 30) Maka, entah karena ditelan oleh bumi yang terbuka atau karena dilalap oleh api seperti halnya Korah dan ke-250 orang Lewi yang berpihak kepadanya, semua pemberontak itu berakhir di Syeol, atau Hades.—Bilangan 26:10.

      11 Syimei, yang menyumpahi Raja Daud, menerima hukuman di tangan penerus Daud, Salomo. ”Jangan biarkan dia tidak dihukum,” perintah Daud, ”sebab engkau seorang yang berhikmat dan engkau tahu benar apa yang harus engkau lakukan kepadanya, dan engkau harus membawa ubannya turun ke Syeol dengan darah.” Salomo menyuruh Benaya melaksanakan hukuman itu. (1 Raja 2:8, 9, 44-46) Orang lain yang dieksekusi oleh pedang Benaya adalah mantan panglima tentara Israel, Yoab. Ubannya tidak akan ”turun ke Syeol dengan damai”. (1 Raja 2:5, 6, 28-34) Kedua contoh ini membuktikan kebenaran mazmur Daud yang terilham, ”Orang-orang fasik akan kembali ke Syeol, bahkan semua bangsa yang melupakan Allah.”​—Mazmur 9:17.

      12. Siapa Ahitofel, dan ke mana ia pergi sewaktu mati?

      12 Ahitofel adalah penasihat pribadi Daud. Nasihatnya sangat dihargai seolah-olah berasal dari Yehuwa sendiri. (2 Samuel 16:23) Sayangnya, hamba kepercayaan ini berkhianat dan ikut dalam kudeta di bawah pimpinan putra Daud, Absalom. Pemberontakan inilah yang tampaknya disinggung oleh Daud ketika ia menulis, ”Bukanlah musuh yang mencela aku; jika tidak, aku masih bisa sabar menghadapinya. Bukanlah orang yang sangat membenciku yang berlagak besar terhadap aku; jika tidak, aku masih bisa menyembunyikan diri dari dia.” Daud melanjutkan, ”Kehancuran kiranya menimpa mereka! Biarlah mereka turun hidup-hidup ke dalam Syeol; karena sewaktu mereka menjadi penduduk asing, hal-hal jahat ada dalam diri mereka.” (Mazmur 55:12-15) Sewaktu mati, Ahitofel dan komplotannya pergi ke Syeol.

      Siapa yang Ada di Gehena?

      13. Mengapa Yudas disebut ”putra kebinasaan”?

      13 Bandingkan situasi Daud dengan apa yang dialami Daud yang Lebih Besar, yaitu Yesus. Salah seorang dari ke-12 rasul Kristus, Yudas Iskariot, berkhianat seperti Ahitofel. Pengkhianatan Yudas jauh lebih serius daripada pengkhianatan Ahitofel. Yudas mengkhianati Putra Allah satu-satunya yang diperanakkan. Dalam doa pada akhir pelayanannya di bumi, Putra Allah melaporkan tentang para pengikutnya, ”Sewaktu aku bersama mereka, aku biasa menjaga mereka oleh karena namamu sendiri yang telah engkau berikan kepadaku; dan aku telah memelihara mereka, dan tidak seorang pun di antara mereka binasa kecuali putra kebinasaan, agar ayat itu dapat digenapi.” (Yohanes 17:12) Dengan menyebut Yudas ”putra kebinasaan” di ayat itu, Yesus menunjukkan bahwa sewaktu Yudas mati, tidak ada lagi harapan kebangkitan baginya. Ia tidak hidup dalam ingatan Allah. Ia pergi, bukan ke Syeol, melainkan ke Gehena. Apa Gehena itu?

      14. Apa yang dilambangkan oleh Gehena?

      14 Yesus mengutuk para pemimpin agama di zamannya karena mereka membuat semua murid mereka menjadi ”orang bagi Gehena”. (Matius 23:15) Pada zaman itu, orang sangat mengenal Lembah Hinom, tempat pembuangan sampah serta mayat para penjahat yang dihukum mati dan dianggap tidak pantas mendapat penguburan yang layak. Yesus sebelumnya pernah menyebut Gehena dalam Khotbah di Gunung. (Matius 5:29, 30) Makna simbolisnya jelas bagi para pendengarnya. Gehena melambangkan kebinasaan total tanpa harapan kebangkitan. Selain Yudas Iskariot pada zaman Yesus, adakah orang-orang lain yang pergi ke Gehena dan bukannya ke Syeol, atau Hades, sewaktu mereka mati?

      15, 16. Siapa yang pergi ke Gehena sewaktu mati, dan mengapa mereka pergi ke sana?

      15 Manusia pertama, Adam dan Hawa, diciptakan sempurna. Dosa mereka disengaja. Mereka sebenarnya bisa memilih, kehidupan abadi atau kematian abadi. Mereka tidak menaati Allah dan berpihak kepada Setan. Pada waktu mati, mereka tidak memiliki prospek untuk mendapat manfaat dari korban tebusan Kristus. Sebaliknya, mereka pergi ke Gehena.

      16 Putra sulung Adam, Kain, membunuh adiknya, Habel, dan kemudian hidup sebagai pelarian. Rasul Yohanes menggambarkan Kain sebagai seseorang ”yang berasal dari si fasik”. (1 Yohanes 3:12) Masuk akal untuk menyimpulkan bahwa seperti orang tuanya, ia pergi ke Gehena sewaktu mati. (Matius 23:33, 35) Hal ini sungguh bertolak belakang dengan apa yang dialami Habel yang adil-benar! ”Karena beriman, Habel mempersembahkan kepada Allah korban yang nilainya lebih besar daripada korban Kain; melalui imannya ia menerima kesaksian mengenai dirinya bahwa ia adil-benar, Allah memberikan kesaksian berkenaan dengan pemberiannya,” demikian Paulus menjelaskan, lalu menambahkan, ”dan melalui itu, meskipun ia sudah mati, ia masih berbicara.” (Ibrani 11:4) Ya, saat ini Habel berada di Syeol dan menantikan kebangkitan.

      Kebangkitan ”Pertama” dan ”yang Lebih Baik”

      17. (a) Selama ”zaman akhir” ini, siapa yang pergi ke Syeol? (b) Apa prospek bagi orang-orang yang ada di Syeol dan yang ada di Gehena?

      17 Setelah membaca keterangan ini, banyak orang bertanya-tanya tentang keadaan orang yang mati pada ”zaman akhir”. (Daniel 8:19) Penyingkapan pasal 6 menggambarkan laju empat penunggang kuda pada masa tersebut. Sungguh menarik, penunggang kuda yang terakhir bernama Kematian, dan ia diikuti oleh Hades. Jadi, banyak orang yang mati dini akibat kegiatan para penunggang kuda sebelumnya akan berakhir di Hades, dan di sana mereka menantikan kebangkitan dalam dunia baru Allah. (Penyingkapan 6:8) Kalau begitu, apa prospek bagi orang-orang yang ada di Syeol (Hades) dan yang ada di Gehena? Singkatnya, kebangkitan bagi yang ada di Syeol, dan kebinasaan abadi​—lenyap selamanya—​bagi yang ada di Gehena.

      18. Apa prospek bagi mereka yang menerima ”kebangkitan pertama”?

      18 Rasul Yohanes menulis, ”Berbahagia dan kuduslah siapa pun yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama; atas mereka kematian kedua tidak mempunyai wewenang, tetapi mereka akan menjadi imam Allah dan Kristus, dan akan memerintah sebagai raja bersama dia selama seribu tahun itu.” Orang-orang yang akan menjadi rekan penguasa bersama Kristus menerima ”kebangkitan pertama”, tetapi apa harapan bagi umat manusia lainnya?—Penyingkapan 20:6.

      19. Bagi beberapa orang, apa manfaat ”kebangkitan yang lebih baik”?

      19 Sejak zaman Elia dan Elisa, hamba-hamba Allah, ada orang yang telah dihidupkan kembali melalui mukjizat kebangkitan. ”Wanita-wanita telah menerima kembali orang-orang mereka yang telah mati, melalui kebangkitan,” demikian Paulus menceritakan, ”tetapi orang-orang lain disiksa karena mereka tidak mau menerima pembebasan melalui suatu tebusan, supaya mereka dapat mencapai kebangkitan yang lebih baik.” Ya, para pemelihara integritas yang setia itu menanti-nantikan kebangkitan yang akan memberi mereka, bukan hanya kehidupan selama beberapa tahun lalu mati lagi, melainkan prospek kehidupan abadi! Itu benar-benar akan menjadi ”kebangkitan yang lebih baik”.​—Ibrani 11:35.

      20. Apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?

      20 Jika kita mati dalam keadaan setia sebelum Yehuwa mengakhiri sistem fasik ini, kita memiliki harapan pasti untuk mendapat ”kebangkitan yang lebih baik”, lebih baik karena disertai harapan kehidupan abadi. Yesus berjanji, ”Janganlah heran akan hal ini, karena jamnya akan tiba ketika semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suaranya lalu keluar.” (Yohanes 5:28, 29) Artikel berikut akan membahas lebih jauh tujuan kebangkitan. Kita akan melihat bagaimana harapan kebangkitan menguatkan kita untuk memelihara integritas dan membantu kita memperkembangkan semangat rela berkorban.

  • Harapan Kebangkitan​—Apa Maknanya bagi Saudara?
    Menara Pengawal—2005 | 1 Mei
    • Harapan Kebangkitan​—Apa Maknanya bagi Saudara?

      ”Engkau membuka tanganmu dan memuaskan keinginan segala yang hidup.”​—Mazmur 145:16.

      1-3. Harapan apa yang dimiliki beberapa orang tentang masa depan? Berikan contoh.

      CHRISTOPHER, yang berusia sembilan tahun, beserta adiknya baru melakukan pelayanan Kristen dari rumah ke rumah sepanjang pagi bersama paman, bibi, dan dua sepupu mereka dekat Manchester, Inggris. Rekan majalah ini, Sedarlah!, menjelaskan apa yang terjadi selanjutnya. ”Siang itu, mereka berangkat untuk berjalan-jalan ke Blackpool, tempat rekreasi di tepi laut tidak jauh dari sana. Mereka semua, keenam-enamnya, termasuk di antara 12 korban yang tewas seketika dalam kecelakaan lalu lintas, yang digambarkan oleh polisi sebagai ’musibah paling naas’.”

      2 Pada malam sebelum tragedi itu, keluarga tersebut menghadiri Pelajaran Buku Sidang, yang membahas pokok tentang kematian. ”Christopher anak yang suka berpikir,” kata ayahnya. ”Malam itu, dengan jelas ia berbicara tentang dunia baru dan harapannya akan masa depan. Lalu, seraya pembahasan berlangsung, Christopher tiba-tiba berkomentar, ’Untungnya menjadi Saksi-Saksi Yehuwa adalah meskipun kita sedih kalau ada yang meninggal, kita tahu bahwa suatu hari nanti kita akan bertemu lagi dengannya di bumi ini.’ Kami yang hadir sama sekali tidak menyangka bahwa kata-katanya itu akan selalu kami kenang.”a

      3 Bertahun-tahun sebelumnya, pada tahun 1940, seorang Saksi asal Austria bernama Franz tahu bahwa sebentar lagi ia akan dihukum pancung dengan guillotine karena ia menolak untuk tidak loyal kepada Yehuwa. Dari penjara di Berlin, Franz menyurati ibunya, ”Berdasarkan apa yang telah saya ketahui, jika saya mengucapkan sumpah [militer], saya melakukan dosa dan layak mati. Hal itu merupakan kejahatan bagi saya. Saya tidak akan mendapat kebangkitan. . . . Dan sekarang, Ibunda tercinta dan semua saudara-saudari, hari ini hukuman diberitahukan kepada saya, dan janganlah gentar, itu adalah hukuman mati, dan pelaksanaannya akan dilakukan besok pagi. Saya memiliki kekuatan dari Allah, sama halnya senantiasa bagi semua umat Kristen sejati di zaman lampau. . . . Jika kalian berdiri teguh hingga mati, kita akan saling berjumpa kembali dalam kebangkitan. . . . Sampai jumpa kembali.”b

      4. Bagaimana perasaan Saudara sewaktu membaca pengalaman-pengalaman di atas, dan apa yang akan kita bahas selanjutnya?

      4 Harapan kebangkitan sangatlah berarti bagi Christopher maupun Franz. Harapan itu nyata bagi mereka. Kisah-kisah itu pastilah menyentuh hati kita! Untuk memperdalam penghargaan kita kepada Yehuwa dan untuk memperkuat harapan kita akan kebangkitan, mari kita bahas mengapa kebangkitan akan terjadi dan bagaimana hal ini hendaknya mempengaruhi kita secara pribadi.

      Penglihatan tentang Kebangkitan di Bumi

      5, 6. Apa yang disingkapkan oleh penglihatan yang dicatat rasul Yohanes di Penyingkapan 20:12, 13?

      5 Dalam penglihatan tentang peristiwa-peristiwa selama Pemerintahan Milenium Kristus Yesus, rasul Yohanes melihat terjadinya kebangkitan di bumi. ”Aku melihat orang mati, yang besar dan yang kecil,” lapornya. ”Dan laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan kematian dan Hades menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya.” (Penyingkapan 20:​12, 13) Tidak soal dari golongan atau tingkat sosial mana​—entah ”besar” atau ”kecil”—​semua yang tertawan di dalam Hades (Syeol), kuburan umum umat manusia, akan dilepaskan. Orang-orang yang kehilangan nyawanya di laut juga akan dihidupkan kembali pada waktu itu. Hal menakjubkan ini merupakan bagian dari maksud-tujuan Yehuwa.

      6 Pemerintahan seribu tahun Kristus dimulai dengan diikatnya Setan dan dilemparkannya dia ke dalam jurang yang tak terduga dalamnya. Tidak satu pun dari orang-orang yang dibangkitkan atau yang selamat dari kesengsaraan besar itu yang akan disesatkan oleh Setan selama masa pemerintahan itu, karena ia akan dinonaktifkan. (Penyingkapan 20:1-3) Bagi Saudara, seribu tahun mungkin lama sekali, tetapi sebenarnya bagi Yehuwa, itu ”seperti satu hari” saja.​—2 Petrus 3:8.

      7. Apa dasar untuk penghakiman selama Pemerintahan Milenium Kristus?

      7 Menurut penglihatan itu, Pemerintahan Milenium Kristus akan menjadi masa penghakiman. Rasul Yohanes menulis, ”Aku melihat orang mati, yang besar dan yang kecil, berdiri di hadapan takhta itu, dan gulungan-gulungan dibuka. Tetapi gulungan lain dibuka; itu adalah gulungan kehidupan. Dan orang mati dihakimi menurut perkara-perkara yang tertulis dalam gulungan-gulungan itu sesuai dengan perbuatan mereka. . . . Dan mereka dihakimi secara perorangan sesuai dengan perbuatan mereka.” (Penyingkapan 20:​12, 13) Perhatikan bahwa penghakiman ini tidak didasarkan pada apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seseorang sebelum dia mati. (Roma 6:7) Sebaliknya, itu berkaitan dengan ”gulungan-gulungan” yang akan dibuka. Perbuatan seseorang setelah ia mempelajari isi gulungan-gulungan itulah yang akan menjadi dasar untuk menentukan apakah namanya akan tertulis dalam ”gulungan kehidupan” atau tidak.

      ”Kebangkitan Kehidupan” atau ”Kebangkitan Penghakiman”

      8. Orang-orang yang dibangkitkan memiliki dua kemungkinan apa?

      8 Sebelumnya, dalam penglihatan Yohanes, Yesus disebutkan memiliki ”kunci kematian dan kunci Hades”. (Penyingkapan 1:18) Ia melayani sebagai ”Wakil Utama kehidupan”, yang diberi wewenang oleh Yehuwa untuk menghakimi ”orang yang hidup dan yang mati”. (Kisah 3:15; 2 Timotius 4:1) Bagaimana caranya? Dengan menghidupkan kembali orang-orang yang tidur dalam kematian. ”Janganlah heran akan hal ini,” kata Yesus kepada kumpulan orang yang mendengarkan pemberitaannya, ”karena jamnya akan tiba ketika semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suaranya lalu keluar.” Lalu, ia menambahkan, ”Mereka yang melakukan perkara-perkara baik kepada kebangkitan kehidupan, mereka yang mempraktekkan perkara-perkara keji kepada kebangkitan penghakiman.” (Yohanes 5:28-30) Jadi, masa depan apa menanti pria dan wanita yang setia di zaman dahulu?

      9. (a) Sewaktu dihidupkan kembali melalui kebangkitan, apa yang pasti akan dipelajari oleh banyak orang? (b) Pekerjaan pendidikan besar-besaran apa yang akan dilaksanakan?

      9 Sewaktu orang-orang yang setia di zaman dahulu ini dibangkitkan, mereka akan segera menyadari bahwa janji-janji yang dahulu mereka percayai kini telah menjadi kenyataan. Mereka pasti ingin sekali mengetahui identitas Benih wanita Allah, yang disebutkan dalam nubuat pertama dalam Alkitab, di Kejadian 3:15! Alangkah bahagianya mereka ketika mendengar bahwa Mesias yang dijanjikan itu, Yesus, terbukti setia sampai mati, dengan demikian memberikan kehidupannya sebagai korban tebusan! (Matius 20:28) Orang-orang yang menyambut mereka yang hidup kembali akan sangat bersukacita untuk membantu mereka mengerti bahwa persediaan tebusan itu merupakan pernyataan kebaikan hati Yehuwa yang tidak selayaknya diperoleh dan belas kasihan-Nya. Sewaktu orang-orang yang dibangkitkan ini mengetahui apa yang dicapai oleh Kerajaan Allah dalam mewujudkan maksud-tujuan Yehuwa bagi bumi, hati mereka pasti akan meluap-luap dengan pujian kepada Yehuwa. Mereka akan mempunyai banyak kesempatan untuk mempertunjukkan keloyalan mereka kepada Bapak surgawi mereka yang pengasih dan Putra-Nya. Semua yang hidup akan senang untuk ikut serta dalam pekerjaan pendidikan besar-besaran yang dibutuhkan untuk mengajar miliaran orang yang dihidupkan kembali, yang juga perlu menyambut persediaan tebusan dari Allah.

      10, 11. (a) Selama Milenium, kesempatan apa terbuka bagi semua orang di bumi? (b) Bagaimana hal ini hendaknya mempengaruhi kita?

      10 Sewaktu dibangkitkan, Abraham akan sangat terhibur karena benar-benar menikmati kehidupan di bawah pemerintahan ”kota” yang ia nanti-nantikan. (Ibrani 11:10) Betapa bersukacitanya Ayub yang setia sewaktu mengetahui bahwa haluan hidupnya telah menguatkan hamba-hamba Yehuwa lainnya yang menghadapi ujian integritas! Dan, Daniel tentu ingin sekali mengetahui penggenapan nubuat-nubuat yang ia tulis di bawah ilham!

      11 Ya, bagi semua yang memperoleh kehidupan dalam dunia baru yang adil-benar, entah dengan dibangkitkan atau dengan selamat dari kesengsaraan besar, akan ada banyak hal yang bisa dipelajari tentang maksud-tujuan Yehuwa bagi bumi dan penduduknya. Prospek untuk hidup kekal dan memuji Yehuwa selama-lamanya tentulah membuat program pendidikan selama Milenium itu benar-benar menyenangkan. Tetapi, yang paling penting adalah apa yang akan kita lakukan secara pribadi seraya kita mempelajari isi gulungan-gulungan itu. Apakah kita akan menerapkan apa yang kita pelajari? Apakah kita akan merenungkan dan mencamkan informasi penting yang akan menguatkan kita guna melawan upaya terakhir Setan untuk menyimpangkan kita dari kebenaran?

      12. Apa yang akan membantu setiap orang untuk turut serta sepenuhnya dalam pekerjaan pendidikan maupun transformasi bumi menjadi firdaus?

      12 Yang juga tidak boleh dilupakan ialah berkat-berkat menakjubkan yang akan dihasilkan dengan diterapkannya manfaat korban tebusan Kristus. Orang-orang yang dihidupkan kembali melalui kebangkitan tidak akan menderita kelemahan jasmani atau cacat yang kini dirasakan. (Yesaya 33:24) Tubuh yang sehat dan prospek kesehatan yang sempurna akan memungkinkan semua penduduk dunia baru turut serta sepenuhnya dalam pekerjaan pendidikan untuk mengajarkan jalan kehidupan kepada miliaran orang yang dibangkitkan. Mereka juga akan ikut serta dalam proyek terbesar yang pernah diupayakan di bumi​—yaitu mengubah seluruh planet menjadi firdaus demi kepujian Yehuwa.

      13, 14. Apa tujuan dilepaskannya Setan pada ujian terakhir, dan apa hasil akhir yang bisa kita alami secara pribadi?

      13 Sewaktu Setan dilepaskan dari jurang yang tak terduga dalamnya untuk memberikan ujian terakhir, ia akan sekali lagi mencoba menyesatkan manusia. Menurut Penyingkapan 20:7-9, semua bangsa, atau kelompok orang, yang disesatkan dan jatuh ke bawah pengaruh fasik Setan akan mendapat hukuman kebinasaan, ’Api akan turun dari langit dan melahap mereka.’ Bagi sebagian dari mereka yang dibangkitkan selama Milenium, kebinasaan ini akan membuat kebangkitan mereka menjadi kebangkitan penghakiman. Sebaliknya, mereka yang memelihara integritas akan menerima karunia kehidupan abadi. Kebangkitan mereka akan benar-benar menjadi ”kebangkitan kehidupan”.​—Yohanes 5:​29.

      14 Bagaimana harapan kebangkitan dapat menghibur kita bahkan sekarang? Dan, yang lebih penting lagi, apa yang harus kita lakukan untuk memastikan bahwa kita akan menerima berkat-berkatnya di masa depan?

      Pelajaran untuk Kita Sekarang

      15. Bagaimana kepercayaan akan kebangkitan bisa membantu kita sekarang juga?

      15 Saudara mungkin baru ditinggal mati oleh orang tercinta dan mungkin sedang berupaya menyesuaikan diri dengan perubahan besar yang diakibatkannya. Harapan kebangkitan dapat membantu Saudara mendapatkan ketenangan dan kekuatan batin yang tidak dimiliki orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran. ”Kami tidak ingin kamu kurang pengetahuan tentang orang-orang yang tidur dalam kematian,” kata Paulus menghibur orang-orang di Tesalonika, ”agar kamu tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai harapan.” (1 Tesalonika 4:13) Dapatkah Saudara membayangkan diri berada di dunia baru dan menyaksikan kebangkitan? Dapatkanlah penghiburan sekarang dengan merenungkan prospek untuk bertemu lagi dengan orang-orang tercinta.

      16. Kemungkinan, apa yang Saudara rasakan sewaktu kebangkitan terjadi?

      16 Sekarang ini, Saudara mungkin sedang mengalami konsekuensi pemberontakan Adam, barangkali berupa penyakit yang memautkan. Jangan biarkan kesusahan itu membuat Saudara melupakan prospek penuh sukacita untuk mengalami sendiri rasanya dibangkitkan dan hidup kembali dengan kesehatan dan kesegaran yang diperbarui dalam dunia baru. Lalu, ketika Saudara membuka mata dan melihat wajah-wajah ceria yang dengan sukacita menyambut kebangkitan Saudara, pastilah Saudara akan bersyukur kepada Allah atas kebaikan hati-Nya yang penuh kasih.

      17, 18. Dua pelajaran penting apa yang hendaknya kita camkan?

      17 Untuk saat ini, perhatikanlah dua pelajaran yang hendaknya kita camkan. Yang pertama adalah pentingnya melayani Yehuwa dengan sepenuh jiwa sekarang juga. Sesuai dengan teladan Majikan kita, Kristus Yesus, kehidupan kita yang rela berkorban menunjukkan kasih kita kepada Yehuwa dan sesama. Jika tentangan atau penganiayaan merampas mata pencaharian dan kebebasan kita, kita bertekad untuk tetap teguh dalam iman tidak soal cobaan apa pun yang kita hadapi. Seandainya para penentang mengancam akan membunuh kita, maka harapan kebangkitan akan menghibur dan menguatkan kita untuk tetap loyal kepada Yehuwa dan Kerajaan-Nya. Ya, apabila kita bersemangat memberitakan Kerajaan dan membuat murid, kita akan memperoleh berkat-berkat abadi yang Yehuwa sediakan bagi orang yang adil-benar.

      18 Pelajaran yang kedua berkaitan dengan cara kita menghadapi godaan akibat ketidaksempurnaan. Pengetahuan akan harapan kebangkitan dan penghargaan akan kebaikan hati Yehuwa yang tidak selayaknya kita peroleh menguatkan tekad kita untuk tetap teguh dalam iman. ”Jangan mengasihi dunia maupun perkara-perkara yang ada di dunia,” kata rasul Yohanes memperingatkan. ”Jika seseorang mengasihi dunia, kasih akan Bapak tidak ada dalam dirinya; karena segala sesuatu yang ada di dunia​—keinginan daging, keinginan mata, dan pameran sarana kehidupan seseorang—tidak berasal dari Bapak, tetapi berasal dari dunia. Selanjutnya, dunia ini sedang berlalu, demikian pula keinginannya, tetapi ia yang melakukan kehendak Allah akan tetap hidup untuk selamanya.” (1 Yohanes 2:15-17) Daya tarik dunia dalam bentuk materialisme tidak akan tampak begitu menarik bagi kita jika kita membandingkannya dengan ”kehidupan yang sebenarnya”. (1 Timotius 6:​17-​19) Jika kita digoda untuk melakukan amoralitas, kita akan menolaknya dengan tegas. Kita sadar bahwa jika kita terus melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan Yehuwa lalu mati sebelum Armagedon, situasi kita akan sama seperti mereka yang tidak memiliki prospek kebangkitan.

      19. Hak istimewa tak ternilai apa yang hendaknya tidak pernah kita lupakan?

      19 Di atas segalanya, jangan pernah kita lupakan hak istimewa yang tak ternilai untuk menyenangkan hati Yehuwa sekarang dan selama-lamanya. (Amsal 27:11) Dengan setia sampai mati atau dengan terus memelihara integritas sampai sistem fasik ini berakhir, kita memperlihatkan kepada Yehuwa di mana kita berpihak dalam sengketa kedaulatan universal. Maka, alangkah bersukacitanya kita karena dapat hidup dalam Firdaus di bumi, entah dengan selamat melalui kesengsaraan besar atau dengan mengalami mukjizat kebangkitan!

      Memuaskan Keinginan Kita

      20, 21. Apa yang akan membantu kita tetap setia sekalipun masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab tentang kebangkitan? Jelaskan.

      20 Pembahasan kita tentang kebangkitan menyisakan beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Apa pengaturan Yehuwa bagi pasangan suami istri jika mereka meninggal? (Lukas 20:​34, 35) Apakah kebangkitan akan terjadi di lokasi seseorang meninggal? Apakah orang-orang akan dihidupkan kembali di dekat tempat tinggal keluarga mereka? Masih ada segudang pertanyaan lain tentang pengaturan kebangkitan yang belum terjawab. Meskipun demikian, kita harus terus mengingat kata-kata Yeremia, ”Yehuwa itu baik terhadap orang yang berharap kepadanya, terhadap jiwa yang terus mencarinya. Adalah baik apabila seseorang menanti, ya, dengan senyap, keselamatan dari Yehuwa.” (Ratapan 3:​25, 26) Pada waktu yang Yehuwa tetapkan, semua pertanyaan kita akan dijawab dengan sangat memuaskan. Mengapa kita dapat merasa pasti?

      21 Renungkanlah kata-kata terilham sang pemazmur pada waktu ia bernyanyi tentang Yehuwa, ”Engkau membuka tanganmu dan memuaskan keinginan segala yang hidup.” (Mazmur 145:16) Seraya umur kita bertambah, keinginan kita berubah. Apa yang kita harapkan sewaktu kecil tidak sama dengan keinginan kita sekarang. Cara kita memandang kehidupan dipengaruhi oleh apa yang kita alami dan juga oleh harapan-harapan kita. Namun, apa pun keinginan kita yang wajar di dunia baru, Yehuwa pasti akan memuaskannya.

      22. Mengapa kita punya alasan yang kuat untuk memuji Yehuwa?

      22 Yang terpenting bagi kita masing-masing sekarang adalah tetap setia. ”Apa yang dicari dari pengurus-pengurus ialah orang yang didapati setia.” (1 Korintus 4:2) Kita adalah pengurus kabar baik yang mulia tentang Kerajaan Allah. Dengan rajin memberitakan kabar baik ini kepada semua orang yang kita jumpai, kita akan dibantu untuk tetap berada di jalan menuju kehidupan. Jangan pernah abaikan fakta bahwa ”waktu dan kejadian yang tidak terduga” menimpa kita semua. (Pengkhotbah 9:​11) Untuk mengurangi kekhawatiran apa pun akibat ketidakpastian hidup, berpautlah pada harapan kebangkitan yang mulia. Yakinlah bahwa jika tampaknya Saudara akan meninggal sebelum Pemerintahan Milenium Kristus dimulai, Saudara dapat merasa terhibur bahwa kebangkitan pasti terjadi. Pada waktu yang Yehuwa tetapkan, Saudara pun bisa mengucapkan kata-kata Ayub yang ditujukan kepada sang Pencipta, ”Engkau akan memanggil, dan aku akan menjawab.” Terpujilah Yehuwa, yang rindu untuk menghidupkan kembali semua orang yang ada dalam ingatan-Nya!​—Ayub 14:15.

      [Catatan Kaki]

      a Lihat Sedarlah!, 8 Juli 1988, halaman 10, edisi bahasa Inggris, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

      b Saksi-Saksi Yehuwa​—Pemberita Kerajaan Allah, halaman 662, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan