PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Suatu Misteri​—Siapa Gerangan Pelacur Babel Besar?
    Menara Pengawal—1989 | 1 April
    • Suatu Misteri​—Siapa Gerangan Pelacur Babel Besar?

      SEORANG wanita, seorang pelacur yang keji, yang telah mempengaruhi kehidupan milyaran orang, dibunuh, dihukum mati. Tetapi ini bukan eksekusi biasa. Apa yang membuatnya berbeda? Pelaksana hukuman atau algojonya adalah seekor binatang, binatang buas yang menelanjanginya, memakan dagingnya, dan kemudian meninggalkan sisanya untuk dimusnahkan api. Siapa gerangan wanita yang sangat berpengaruh ini? Mengapa seekor binatang buas menyerang dia? Apa yang telah diperbuatnya sehingga patut mendapat akhir yang tragis ini?a—Wahyu 17:16, 17.

      Ini dapat menjadi dasar dari kisah misteri yang menarik—namun bukan kisah untuk sebuah novel. Hal ini merupakan kenyataan sejarah yang sedang digenapi. Dan ini menyangkut saudara karena pelacur yang keji ini mungkin sedang mempengaruhi kehidupan saudara. Lagi pula, apakah saudara tetap bersama dia atau meninggalkan dia akan berarti hidup atau mati. Jadi siapa gerangan dia?

      Langganan Wanita Misterius

      Wanita ”pembunuh,” wanita perayu yang tidak tahu malu ini, digambarkan oleh Yohanes dalam Wahyu, buku nubuat dalam Alkitab, sebagai berikut, ”Dalam roh aku dibawa [malaikat] ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk. Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: ’Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi.’”—Wahyu 17:3-5.

      Ya ”Babel besar” ini tentunya seorang wanita yang hebat, karena catatan tersebut mengatakan dalam ayat 1 bahwa ia ”duduk di tempat yang banyak airnya.” Apa artinya itu? Malaikat Allah menerangkan kepada Yohanes: ”Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.” (Wahyu 17:15) Pasti ini adalah pelacur yang mempunyai pengaruh di seluas dunia. Namun ia bukan wanita sundal biasa. Ia adalah ”ibu dari wanita-wanita pelacur,” kepala rumah bordil. Dalam hal percabulan, dialah yang mengatur. Namun ia juga mempunyai langganan yang istimewa.

      Malaikat itu menyingkapkan siapa langganan istimewa dari pelacur besar ini. Bagaimana ia mengenali mereka? Ia berkata bahwa ”dengan dia [Babel besar] raja-raja di bumi telah berbuat cabul, dan penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya.” (Wahyu 17:2) Ia pasti seorang pelacur yang menggiurkan yang mempunyai kenalan baik sehingga dapat menarik penguasa-penguasa dunia, yaitu ”raja-raja di bumi”! Jadi siapa gerangan dia?

      Malaikat itu berkata bahwa ia mempunyai sebuah nama, nama yang misterius, ”Babel besar.” Ada dua petunjuk untuk mengenali dia—satu adalah langganan istimewanya dan yang lain adalah namanya, Babel Besar. Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari petunjuk-petunjuk ini?

      [Catatan Kaki]

      a Ini adalah yang pertama dari empat terbitan brosur yang akan membahas pertanyaan-pertanyaan ini dan yang berhubungan dengan wanita misterius tersebut.

  • Pelacur Besar Dibuka Kedoknya
    Menara Pengawal—1989 | 1 April
    • Pelacur Besar Dibuka Kedoknya

      SISTEM dunia dewasa ini yang berada di bawah kendali Setan memiliki tiga unsur utama yang dimanipulasi oleh ”ilah dunia ini.” Ketiga unsur itu adalah pemerintahan politik, pengaruh dan kendali bisnis besar, dan agama. Selama ribuan tahun dalam sejarah, ketiga faktor ini merupakan kesatuan yang selalu ada dalam hampir tiap sistem pemerintahan. Yang mana dari antara kekuatan-kekuatan yang besar ini dilambangkan oleh ”ibu dari wanita-wanita pelacur”?—2 Korintus 4:3, 4, NW; Wahyu 12:9; 17:5.

      Berdasarkan penglihatan Yohanes yang sedang dibahas di sini, para penguasa, ”raja-raja di bumi,” dengan rela telah pergi ke tempat tidur percabulannya. (Wahyu 18:3) (Bukti sejarah mengenai hal ini akan diperlihatkan dalam halaman-halaman berikut.) Maka, Babel Besar pasti tidak melambangkan faktor pemerintahan politik dalam sistem dunia ini.

      Bagaimana dengan bidang bisnis besar yang memainkan peranan yang sangat penting dalam urusan manusia dewasa ini? Memang ini pengaruh yang sangat kuat di banyak bangsa dan, sebenarnya menentukan siapa yang akan menjadi kaya dan miskin. Mungkinkah ini Babel Besar? Seorang malaikat memberikan petunjuk yang sangat penting kepada Yohanes yang menjawab pertanyaan tersebut. Ia mengumumkan peristiwa yang mengejutkan—Babel tidak disukai lagi! Ia kehilangan langganan-langganan dan kekasih-kekasihnya, yang tiba-tiba mendapati dirinya menjijikkan. Siapa lagi, terpisah dari ”raja-raja di bumi,” yang ada di antara tamu-tamu tetapnya? Malaikat itu mengatakan, ”Karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya.” Ya, para pedagang di bumi telah mendapatkan keuntungan dengan berdagang dan bergaul dengannya dan meningkatkan ”hawa nafsunya.” Maka, ia pasti tidak melambangkan bisnis besar dalam skala dunia.—Wahyu 18:3.

      Karena itu, dengan menyisihkan satu persatu, kendali dan pengaruh pemerintahan politik dan bisnis besar sudah pasti bukan yang dilambangkan oleh pelacur itu. Apa yang masih ada? Pasti kuasa dari unsur yang juga cocok dengan tuduhan, ”oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan.” Ia adalah kuasa yang dulu sangat kuat tetapi sekarang memudar, yang telah sangat mempengaruhi pikiran dan tindakan bangsa-bangsa sejak zaman Babel kuno. Dialah yang memiliki ”kerajaan atas raja-raja di bumi”—yaitu, agama palsu!—Wahyu 17:18; 18:23.

      Ya, meskipun hal ini tampaknya mengejutkan bagi beberapa orang beragama yang tulus, Babel Besar, ibu wanita-wanita pelacur, adalah lambang dari imperium agama palsu sedunia milik Setan. Ia adalah lambang dari agama-agama di dunia yang dengan satu atau lain cara telah berkompromi dengan unsur pemerintahan politik dan perdagangan sepanjang sejarah.

      Babel Penghasut Perang

      Selaras dengan penglihatan yang bersifat nubuat, Babel Besar adalah pelacur besar yang menggiring bangsa-bangsa, rakyat, dan suku-suku bangsa ke dalam perang-perang berdarah, perang salib, dan balas dendam, memberkati mereka dengan mantera, air suci, doa, dan khotbah-khotbah patriotik yang berapi-api.a—Wahyu 18:24.

      Rohaniwannya, terutama para pendetanya, rela menjadi alat dari para penguasa untuk menggiring masyarakat menjadi umpan meriam ke pembantaian di dua perang dunia dan konflik-konflik besar lainnya. Orang Katolik membunuh orang Katolik, dan orang Protestan dengan patuh melakukan pembunuhan besar-besaran atas orang Protestan, dengan korban kira-kira 50 sampai 60 juta jiwa hanya dalam dua perang dunia.

      Pada abad ke-20 yang maju ini, warisan agama terus menghasilkan kebencian dan kematian—bukan hanya dalam wilayah Susunan Kristen dengan konfrontasi antara Katolik dengan Protestan tetapi juga dalam dunia non-Kristen dengan Islam lawan Yahudi, Hindu lawan Islam, Budha lawan Hindu, Sikh lawan Hindu, dan sebagainya.

      Selain itu, agama selalu ingin mempunyai pengaruh yang kuat atas ”raja-raja di bumi,” berupaya menetapkan nasib mereka dan penerus mereka. Marilah kita mempertimbangkan beberapa contoh.

      [Catatan Kaki]

      a Perang Salib ”suci” (1096-1270), Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa (1618-48), dua perang dunia, dan pembantaian kira-kira 200.000 orang Hindu dan Muslim pada waktu India dibagi (1948) hanyalah beberapa contoh dari hutang darah agama.

      [Gambar di hlm. 4]

      Yang mana dari antaranya—politik, perdagangan besar, atau agama—digambarkan oleh ”Babel besar”?

  • Pelacur Itu dan ”Raja-Raja di Bumi”
    Menara Pengawal—1989 | 1 April
    • Pelacur Itu dan ”Raja-Raja di Bumi”

      SEJARAH Susunan Kristen penuh dengan contoh mengenai masalah menjajakan pengaruh dan campur tangan dalam bidang kekuasaan. Mari kita perhatikan beberapa dari antaranya. Charlemagne (742-814 M.) adalah seorang penguasa yang melihat keuntungan untuk bersekutu dengan agama dan mendapatkan restu dari golongan imam Gereja Katolik.

      The New Encyclopædia Britannica menjelaskan bahwa paus mengurapi Charlemagne, ayahnya, dan saudara laki-lakinya, dalam mendirikan dinasti baru setelah keluarga yang memerintah sebelumnya ‘disingkirkan.’ Kemudian ensiklopedi itu menambahkan, ”Persekutuan politik antara keluarga Frank [sanak keluarga Charlemagne] dan Paus melawan keluarga Lombard diperkokoh pada kesempatan yang sama. . . . Charles [yang menjadi Charlemagne] sejak awal mengakui hubungan yang erat antara kekuasaan duniawi dengan gereja.”

      Pada tahun 800 M., Paus Leo III, ”yang bertekad untuk mengangkat Charles menjadi raja” Kerajaan Roma Barat, menobatkan dia pada Misa Natal di Basilika Santo Petrus, di Roma.

      Pelacur yang Tamak

      Tetapi seorang pelacur menuntut pembayaran. Apa yang dapat dibayarkan Charlemagne kepada wakil Babel, Roma? ”Charles . . . di Basilika Santo Petrus, mengulangi pernyataan janji ayahnya untuk menyerahkan daerah-daerah Italia yang luas kepada pemerintahan kepausan.” Sumber yang sama menambahkan, ”Dalam keagamaan yang sudah dikendalikan secara politik, kerajaan dan gereja bertumbuh menjadi suatu kesatuan kelembagaan maupun kesatuan rohani.”

      Contoh lain dari pengaruh agama yang kuat dalam pemerintahan di masa lalu adalah Kardinal Wolsey dari Inggris (1475-1530). Ensiklopedia Britannica menyatakan bahwa ia adalah seorang ”kardinal dan negarawan yang menguasai pemerintah raja Inggris Henry VIII. . . . Pada bulan Desember 1515 Wolsey diangkat menjadi lord chancellor (orang kedua setelah raja) Inggris. . . . Wolsey menggunakan kekuasaan duniawi dan gerejanya yang sangat besar untuk mengumpulkan kekayaan sehingga ia hanya berada di urutan kedua setelah Raja.” Dalam menerapkan bahasa lambang dari kitab Wahyu, pelacur kelas tinggi meminta bayaran yang tinggi pula.

      Contoh buruk lain mengenai pengaruh agama dalam urusan negara adalah kardinal dan bangsawan (duke) dari Richelieu (1585-1642), yang menjalankan kekuasaan yang sangat besar di Perancis dan juga mengumpulkan kekayaan yang ”berlebihan bahkan menurut standar zaman itu,” demikian pernyataan ensiklopedi Britannica.

      Richelieu diganti oleh kardinal lain, Jules Mazarin (1602-61), yang menjadi menteri Perancis yang pertama dalam pemerintahan Raja Louis XIV. Walaupun tidak ditahbiskan sebagai imam, ia dijadikan kardinal pada tahun 1641 oleh Paus Urbanus VIII. Kardinal Mazarin juga sangat berambisi terhadap kekayaan. Ensiklopedia itu menyatakan, ”Musuh-musuh Mazarin mencelanya karena ketamakannya. Ia mengumpulkan kedudukan dan uang dan kadang-kadang mengacaukan pendapatan kerajaan dengan harta miliknya sendiri.”

      Pada zaman modern agama palsu masih mengumpulkan kekayaan dan mencoba mempengaruhi dan, jika mungkin, mengendalikan unsur politik. Satu contoh yang menonjol adalah organisasi Katolik yang bersifat rahasia Opus Dei (bahasa Latin, Pekerjaan Allah), yang sekarang mendapat perkenan paus, dan menurut penulis Lawrence Lader, ”sepenuhnya terikat kepada [gerakan] anti-komunis dan politik sayap kanan.” Organisasi ini memiliki kebijaksanaan untuk menarik cendekiawan-cendekiawan terbaik dari kaum muda Katolik melalui sekolah-sekolah menengah atas atau universitas-universitas dan kemudian memberi orang-orangnya kedudukan tinggi dengan pengaruh dan kendali yang besar dalam pemerintahan, keuangan, dan media. Di Spanyol mereka menikmati masa yang gemilang di bawah diktator Fasis Katolik Franco ketika pada suatu saat, 10 dari 19 anggota kabinetnya menjadi rekan-rekan dari Opus Dei yang elit.a

      Di Amerika Serikat, para penginjil TV terkenal suka pamer kekayaan dan mempunyai gaya hidup yang mewah. Beberapa pendeta Protestan dengan bangga memasuki arena politik dan bahkan menginginkan jabatan presiden. Tidak diragukan lagi, walaupun dalam keadaan tercela, pelacur tua itu, dalam berbagai kedok, masih menikmati perhiasan dan kemewahan kekuasaan dan mencoba menjadi pemimpin.—Wahyu 17:4.

      Namun bagaimana dengan nama pelacur itu, Babel Besar? Bagaimana hal itu membantu meneguhkan identitas perempuan yang dilambangkan dalam kitab Wahyu?

      [Catatan Kaki]

      a Untuk keterangan lebih jauh mengenai Opus Dei dan keterlibatan gereja dalam politik, lihat buku Hot Money and the Politics of Debt, karangan R. T. Naylor, dan Politics, Power, and the Church, karangan L. Lader.

      [Gambar di hlm. 6]

      Kardinal Wolsey, Mazarin, dan Richelieu mengumpulkan kekayaan sambil berdinas untuk Negara

      [Keterangan]

      Photos: Culver Pictures

  • Babel​—Pusat Ibadat Palsu
    Menara Pengawal—1989 | 1 April
    • Babel​—Pusat Ibadat Palsu

      ”SUDAH jatuh, sudah jatuh Babel, dan segala patung berhalanya telah diremukkan!” Kota macam apakah Babel yang dinubuatkan oleh Yesaya? Jawabannya merupakan petunjuk yang sangat penting untuk dapat memahami arti dari Babel Besar zaman modern.—Yesaya 21:9.

      Babel kuno terkenal dengan ibadatnya kepada para dewa dan dewi kafir. Dalam bukunya Babylonian and Assyrian Religion (Agama Babel dan Asyur), Profesor S. H. Hooke menyatakan: ”Babel adalah kota tempat Marduk memegang kedudukan utama di antara dewa-dewa lain yang disembah di sana. . . . Di Babel pada zaman Nebukadnezar II terdapat tidak kurang dari lima puluh delapan kuil yang dibaktikan kepada dewa-dewa tertentu, tidak termasuk banyak kuil lain yang tidak khusus dibaktikan kepada suatu dewa. Maka dapat dilihat betapa besar peranan golongan imam dalam kehidupan di sebuah kota besar.” Ada yang mengatakan bahwa kuil Marduk di Babel memiliki 55 kapel tambahan. Ini benar-benar mengingatkan kita kepada banyaknya kuil, gereja, dan katedral dewasa ini yang memiliki kapel-kapel tambahan untuk dewa-dewa yang lebih rendah, santo-santo, dan dewi-dewi!

      Babel adalah pusat penyembahan berhala dalam sistem ibadat kepada para dewa. Sebuah laporan menyatakan bahwa para imam dan orang yang percaya ”biasa memberikan perhatian yang berlebih-lebihan kepada berhala-berhala suci mereka, menganggap patung-patung sebagai perantara dengan para dewa. Patung-patung itu diberi jubah yang mahal, dihiasi dengan kalung, gelang, dan cincin; mereka ditempatkan di dipan-dipan yang mewah dan dibawa ke luar untuk arak-arakan melewati daratan dan sungai dengan berjalan kaki, dengan kereta-kereta kuda dan perahu-perahu pribadi.”a Betapa mirip dengan ibadat yang ditujukan kepada dewa-dewa, santo-santo, dan dewi-dewi Hindu, Budha, dan Katolik zaman modern, yang dengan cara serupa mengadakan arak-arakan dari patung-patung mereka di jalan-jalan, sungai dan laut!

      Sebagai contoh lebih jauh dari persamaan antara Babel kuno dan agama modern, pertimbangkan penjelasan berikut yang diambil dari ensiklopedi yang sama: ”Para pemuja yang setia menyebutnya dengan nama-nama yang manis: Ia bukan saja dewi dan wanita terhormat tetapi juga ibu yang berbelas kasihan, ia yang mendengarkan doa-doa, ia yang memohonkan pengampunan . . . ia yang memberikan kehidupan kepada alam semesta dan umat manusia.” Bandingkan hal itu dengan doa berikut dari El Santo Rosario (Tasbih Suci): ”Kami berterima kasih kepadamu, Putri yang Berdaulat, atas kebaikan yang kami terima tiap hari dari tanganmu yang pemurah; bermurah hatilah, Ibu, agar kami sekarang dan selama-lamanya berada di bawah lindungan dan naunganmu.”

      Siapakah yang digambarkan dan menjadi tujuan dari doa itu? Banyak orang akan segera berkesimpulan, ”Perawan Maria.” Jawaban itu tidak seluruhnya benar. Doa itu ditujukan kepada Maria. Namun, sebagaimana dijelaskan oleh Las Grandes Religiones Ilustradas kepada kita, kutipan pertama adalah gambaran dari Ishtar, ”Dewi Cinta,” dewi kesuburan, cinta, dan perang dari orang Babel. Kadang-kadang ia digambarkan dalam bentuk patung ”sebagai seorang ibu yang sedang menyusui bayi laki-lakinya.”b Satu contoh lagi bagaimana agama modern sebenarnya tidak jauh berbeda dari Babel kuno!

      Kita juga dapat membuat perbandingan antara Babel kuno dengan ajarannya mengenai jiwa manusia dan dewa-dewa tiga serangkainya dan, dewasa ini, konsep yang sama mengenai jiwa yang tidak berkematian dan tritunggal dari agama modern. Bukti menguatkan pengertian kita bahwa ”Babel besar” adalah lambang yang cocok untuk imperium agama palsu sedunia dari Setan.

      Babel—Musuh yang Congkak dari Ibadat Sejati

      Babel juga musuh yang congkak dari umat Yehuwa zaman dulu, Israel, dan penghina ibadat sejati mereka. Babel menghancurkan bait di Yerusalem pada tahun 607 S.M., menjarah semua perkakas yang berharga dari ibadat kepada Yehuwa, dan menajiskan bejana-bejana ini pada pesta Belsyazar.—Daniel 5:3, 4.

      Demikian pula, pada zaman modern Babel Besar telah menjadi penentang yang kejam dari ibadat sejati. Dalam banyak peristiwa bilamana Saksi-Saksi Yehuwa dianiaya, kaum pendeta berada di balik hal ini, sering kali melalui persekutuan mereka dengan para pemimpin politik.

      Sebuah contoh yang jelas dari tentangan yang didalangi oleh kaum pendeta terjadi lama berselang pada tahun 1917, dan pola ini berulang kembali. Pada tahun itu Siswa-Siswa Alkitab Internasional, sebutan untuk Saksi-Saksi pada waktu itu, menerbitkan buku The Finished Mystery (Rahasia yang Tergenap). Beberapa halaman dari buku ini ditafsirkan bersifat subversif oleh kaum pendeta Kanada dan A.S., yang negaranya sedang terlibat dalam Perang Dunia I. Mereka segera memberitahu kekasih politik mereka mengenai terbitan ini. Hasilnya? Menurut Profesor Martin Marty, dalam bukunya Modern American Religion—The Irony of It All (Agama Amerika Modern—Ironinya): ”Kaum pendeta menentang para pengikut Russell [Saksi-Saksi] dan bersukacita mendengar bahwa hukuman dua puluh tahun [untuk tuduhan tanpa bukti] dijatuhkan atas para pemimpin Saksi-Saksi Yehuwa yang terhukum.”

      Tetapi bagaimana reaksi kaum pendeta beberapa bulan kemudian ketika para pemimpin itu dibebaskan dari tuduhan? ”Tidak ada tepuk tangan dari para anggota gereja ortodoks.” Saksi-Saksi itu berdiri sendiri dalam membela prinsip-prinsip Alkitab ”sampai-sampai mereka menimbulkan kemarahan pemerintah federal sehubungan dengan agama mereka.” Saksi-Saksi itu tidak mau dan tidak akan pernah mau menjadi pasangan yang menjilat para pemimpin politik, bahkan di bawah pemerintahan Nazi di Jerman atau pemerintahan Fasis di Italia, Spanyol, dan Portugal.

      Babel Dicela dan Dipermalukan

      Maka, betapa tepat, ketika buku Wahyu menyatakan bahwa Babel Besar ”mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus” dan ”di dalamnya terdapat darah nabi-nabi dan orang kudus dan darah semua orang, yang dibunuh di bumi.” Hutang darah dari agama dunia karena aktif berpartisipasi atau secara pasif menyetujui peperangan dan penganiayaan terhadap orang Kristen sejati dapat ditelusuri kembali berabad-abad yang telah berlalu.—Wahyu 17:6; 18:24.

      Babel Besar, imperium agama palsu sedunia, telah menikmati kekuasaan dan kemewahan sepanjang sejarah. Tetapi seorang malaikat memperingatkan Yohanes bahwa saat bagi pelacur besar itu akan tiba. Laporan itu memberitahu kita: ”Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya, ”Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu [”Babel Besar,” NW], dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci.”—Wahyu 18:2.

      Kapan Babel akan jatuh? Atau apakah ia sudah jatuh? Cara bagaimana ia mengalami kejatuhan? Dan bagaimana hal itu mempengaruhi saudara? Pertanyaan-pertanyaan ini dan yang berhubungan dengan itu akan dijawab dalam terbitan brosur berikut.

      [Catatan Kaki]

      a Las Grandes Religiones Ilustradas (Agama-Agama Besar Dalam Gambar-Gambar): Asirio-Babilónica, Jilid 20, Mateu-Rizzoli, Barcelona, Spanyol, 1963, halaman 53.

      b Jilid 19, halaman 19, 20.

      [Gambar di hlm. 8, 9]

      Babel Besar berakar pada agama-agama Babel kuno

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan