PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w86_s-25 hlm. 2-3
  • Apa Yang Sebenarnya Berharga?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apa Yang Sebenarnya Berharga?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-25)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Apa Yang Benar-Benar Berharga?
  • Bagaimana Saudara Dapat Memelihara Pandangan yang Seimbang akan Uang?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2001
  • Pandangan yang Benar tentang Uang
    Sadarlah!—2015
  • Apakah Uang Itu Akar Segala Kejahatan?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • Apa Salahnya bila Saya Mencari Uang?
    Sedarlah!—1997
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-25)
w86_s-25 hlm. 2-3

Apa Yang Sebenarnya Berharga?

”Banyak di antara mereka hidup dalam kekosongan, tidak betah pada satu pekerjaan, tidak mempunyai teman-teman yang bertahan lama dan berpindah-pindah tanpa tujuan dari satu tempat ke tempat lain dalam lingkungan yang terasing dan tidak seorang pun memperdulikannya. Alasannya: Mereka luar biasa kaya.”—The New York Times, 15 Mei 1984.

SAUDARA tentu tahu betul bahwa uang dibutuhkan untuk memperoleh makanan, pakaian, perumahan, transportasi, biaya pengobatan, dan hal-hal penting lain untuk kehidupan. Sesungguhnya, mungkin saudara menyadari bahwa dalam masyarakat modern sulit untuk hidup tanpa uang, karena seperti dikatakan Alkitab, ”uang memungkinkan semuanya itu”.—Pengkhotbah 10:19

Akan tetapi, artikel dari surat kabar yang dikutip di atas membahas problem-problem emosi yang justru dialami golongan kaya. Jelaslah, ada bahayanya dengan memusatkan kehidupan saudara untuk mengejar uang dan harta benda. Meskipun demikian, banyak orang melakukan hal itu. Kadang-kadang, ambisi yang tamak itu fatal. Kita mendengar mengenai orang-orang yang bekerja mati-matian pada usia 30-an atau 40-an, meninggal karena serangan jantung. Beberapa di antara mereka mempertaruhkan kesehatan, bahkan kehidupan mereka, untuk dapat mencapai ambisi mereka dalam hal uang. Kita tidak perlu terlalu saleh untuk dapat menyetujui bahwa akan lebih baik andai kata mereka mengindahkan kata-kata Yesus Kristus, ”Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”—Matius 16:26.

Apa Yang Benar-Benar Berharga?

Saudara tentu tahu bahwa barang-barang yang mungkin membuat kita tergoda untuk memilikinya, tidak akan ada habis-habisnya. Sebuah video tape recorder, rumah milik sendiri, alat-alat olah raga yang mahal inilah barang-barang yang dikejar di beberapa negeri. Di tempat-tempat lain tujuannya mungkin lebih terbatas nilainya. Seorang wanita muda di suatu negeri melacurkan diri untuk dapat memperoleh uang supaya dapat membeli baju-baju yang lebih bagus.

Karena kita menyadari banyaknya bahaya dalam pandangan hidup yang semata-mata materialistis, bagaimana kita dapat melindungi diri? Apakah kita harus keluar dari masyarakat, menjadi pertapa atau mengasingkan diri seperti yang dilakukan beberapa orang? Selain itu, apabila mempertimbangkan apa yang benar-benar berharga, kita hendaknya bertanya, Dalam jangka panjang apa yang akan memberikan kebahagiaan dan kepuasan sejati kepadaku?

Sebagai bantuan, marilah kita mempertimbangkan teladan seorang pria yang selama berabad-abad dihormati dan dikagumi sebagai tokoh yang penting. Ia seorang rabi dan ahli hukum, menjadi anggota dari sekte Yahudi di abad pertama yang terkenal sebagai ”hamba-hamba [”pecinta-pecinta,” NW] uang.” (Lukas 16:14) Ia bernama Paulus, dan ia mempunyai pendidikan serta gairah yang diperlukan untuk mengumpulkan kekayaan dan memperoleh kedudukan yang bahkan lebih tinggi dalam masyarakat.

Namun, melalui suatu peristiwa yang mengejutkan, ia menyadari bahwa sebenarnya ada sesuatu yang sangat berbeda dan paling berharga dalam kehidupan. Apakah saudara sekarang mempunyai pikiran yang sama atau tidak, ada manfaatnya untuk memikirkan apa kesimpulan Paulus.

Ia memutuskan bahwa perkara utama yang berharga dalam kehidupan adalah kedudukan yang diperkenan di hadapan Allah sebagai murid Yesus. Hal ini demikian berharga sehingga Paulus, sebagai rasul dari Yesus, sanggup menahan kesukaran dan penindasan. Ia seperti Musa, seorang yang terkenal di jaman purba, yang ”menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir.”—Ibrani 11:26; 2 Korintus 11:23-27.

Saudara hendaknya juga menyadari bahwa Paulus tidak pernah menyesal bahwa menjadi rasul Kristen mengakibatkan ia kehilangan kedudukan dalam masyarakat Yahudi. Setelah kira-kira 25 tahun menikmati kehidupan sebagai seorang Kristen yang berbakti, ia menulis, ”Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia.” (Filipi 3:7-9) Tentu saudara setuju bahwa Paulus yakin telah memperoleh sesuatu yang benar-benar berharga.

Pilihan Paulus tidak berarti bahwa ia tidak lagi memiliki perkara-perkara materi. Misalnya, renungkan kata-katanya, ”Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.”—Filipi 4:12.

Tidak soal situasi saudara sehubungan dengan Kekristenan, kemungkinan besar saudara dapat mengamati betapa baiknya hasil yang dialami Paulus. Pilihannya berkenaan apa yang berharga memberikan kepuasan yang tidak dimiliki pria-pria dan wanita-wanita yang terkaya di dunia. Jean Paul Getty, jutawan pengusaha minyak, mengakui, ”Uang tidak selalu ada hubungannya dengan kebahagiaan. Mungkin dengan ketidakbahagiaan.”

Namun, seseorang bisa saja mengaku diri Kristen dan masih tidak dapat mengenali apa yang paling berharga. Hal ini demikian di abad pertama, karena Paulus mengatakan mengenai seorang rekan, ”Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku.” (2 Timotius 4:10) Pada saat ia dapat membantu rasul yang berada di penjara, Demas menyerah, lebih suka memilih apa yang ditawarkan sistem pada waktu itu kepadanya.

Ketika menyebut tentang bahaya serius yang dapat menimpa seorang Kristen karena pandangan yang materialistis, Paulus mengatakan, ”Mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah . . . menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”—1 Timotius 6:9, 10.

Maka, ada baiknya saudara bertanya: Bagaimana seharusnya peranan uang dan harta benda dalam kehidupan saya? Marilah kita memeriksa persoalannya lebih jauh untuk melihat cara bagaimana saudara dapat memiliki apa yang benar-benar berharga.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan