-
”Berkobarlah dengan Roh”Menara Pengawal—2009 | 15 Oktober
-
-
”Berkobarlah dengan Roh”
”Jangan berlambat-lambat dalam pekerjaanmu. Berkobarlah dengan roh. Bekerjalah bagaikan budak bagi Yehuwa.”—RM. 12:11.
1. Mengapa orang-orang Israel memberikan korban binatang dan persembahan lainnya?
YEHUWA menghargai korban yang secara sukarela dipersembahkan oleh hamba-hamba-Nya untuk menunjukkan kasih kepada-Nya dan ketundukan kepada kehendak-Nya. Dahulu kala, Ia menerima berbagai korban binatang dan persembahan lainnya. Semua ini diberikan berdasarkan Hukum Musa oleh orang-orang Israel yang memohon pengampunan dosa dan menyatakan syukur. Dalam sidang Kristen, Yehuwa tidak meminta kita mempersembahkan korban jasmaniah yang bersifat formal seperti itu. Tetapi, di pasal 12 dari suratnya kepada orang Kristen di Roma, rasul Paulus memperlihatkan bahwa kita masih diharuskan mempersembahkan korban. Mari kita lihat bagaimana caranya.
Korban yang Hidup
2. Sebagai orang Kristen, kehidupan seperti apa yang kita jalani, dan apa saja yang tersangkut?
2 Baca Roma 12:1, 2. Di awal suratnya, Paulus dengan jelas menunjukkan bahwa orang Kristen terurap, entah Yahudi atau non-Yahudi, dinyatakan adil-benar di hadapan Allah karena iman, bukan karena perbuatan. (Rm. 1:16; 3:20-24) Di pasal 12, Paulus menjelaskan bahwa orang Kristen hendaknya menunjukkan rasa syukur mereka dengan menjalani kehidupan yang rela berkorban. Untuk itu, kita harus mengubah pikiran kita. Karena ketidaksempurnaan yang kita warisi, kita berada di bawah ”hukum dosa dan hukum kematian”. (Rm. 8:2) Maka, kita perlu ditransformasi, ”diperbarui dalam hal kekuatan yang menggerakkan pikiran [kita]” dengan mengubah sama sekali kecenderungan kita. (Ef. 4:23) Perubahan menyeluruh tersebut dapat terjadi hanya dengan bantuan Allah dan roh-Nya. Itu juga menuntut upaya keras di pihak kita, dengan menggunakan ’daya nalar’ kita. Artinya, kita harus berbuat sebisa-bisanya untuk tidak ”dibentuk menurut sistem ini” yang sarat dengan moralitasnya yang rusak, hiburannya yang bejat, dan cara berpikirnya yang menyimpang.—Ef. 2:1-3.
3. Mengapa kita melakukan berbagai kegiatan Kristen?
3 Paulus juga mengundang kita untuk menggunakan ’daya nalar’ untuk menyimpulkan apa ”kehendak Allah yang baik dan diperkenan dan sempurna”. Mengapa kita membaca Alkitab setiap hari, merenungkan apa yang kita baca, berdoa, berhimpun, dan turut memberitakan kabar baik Kerajaan? Apakah karena anjuran para penatua sidang? Memang, kita berterima kasih atas pengingat yang berguna dari para penatua. Tetapi, kita melakukan kegiatan Kristen karena digerakkan oleh roh Allah untuk mempertunjukkan kasih kita yang sepenuh hati kepada Yehuwa. Selain itu, kita sendiri telah diyakinkan bahwa melakukan berbagai kegiatan itu merupakan kehendak Allah bagi kita. (Za. 4:6; Ef. 5:10) Kita sangat bersukacita dan puas karena sadar bahwa dengan hidup sebagai orang Kristen sejati, kita bisa diperkenan Allah.
Beragam Karunia
4, 5. Bagaimana para penatua Kristen hendaknya menggunakan karunia mereka?
4 Baca Roma 12:6-8, 11. Paulus menjelaskan bahwa ”kita mempunyai karunia yang berbeda-beda sesuai dengan kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh yang diberikan kepada kita”. Beberapa karunia yang Paulus sebutkan—menasihati, memimpin—khususnya menyangkut penatua Kristen, yang dinasihati untuk memimpin ”dengan sungguh-sungguh”.
5 Menurut Paulus, para pengawas juga harus bersungguh-sungguh sewaktu mengajar dan melaksanakan ”pelayanan”. Dari konteksnya terlihat bahwa yang Paulus maksudkan di sini tampaknya adalah ”pelayanan” yang dilakukan di dalam sidang, atau dalam ”satu tubuh”. (Rm. 12:4, 5) Pelayanan itu serupa dengan yang disebutkan di Kisah 6:4, ketika para rasul menyatakan, ”Kami akan mengabdikan diri dalam doa dan pelayanan firman.” Apa yang tercakup dalam pelayanan itu? Para penatua Kristen menggunakan karunia mereka untuk membina anggota sidang. Mereka menunjukkan diri ’giat dalam pelayanan ini’ apabila mereka sungguh-sungguh memberikan kepada sidang bimbingan dan instruksi dari Firman Allah dengan rajin belajar, mengadakan riset, mengajar, dan melakukan penggembalaan. Para pengawas hendaknya menggunakan karunia mereka dengan sepenuh hati dan mengurus para domba ”dengan sukacita”.—Rm. 12:7, 8; 1 Ptr. 5:1-3.
6. Bagaimana kita bisa mengikuti nasihat di Roma 12:11, ayat tema untuk artikel ini?
6 Paulus selanjutnya mengatakan, ”Jangan berlambat-lambat dalam pekerjaanmu. Berkobarlah dengan roh. Bekerjalah bagaikan budak bagi Yehuwa.” Jika kita mulai merasa ada kecenderungan untuk kurang antusias dalam pelayanan, kita mungkin perlu memperbaiki kebiasaan belajar kita dan berdoa dengan lebih khusyuk dan lebih sering untuk meminta roh Yehuwa, yang dapat membantu kita memerangi sikap suam-suam kuku serta memperbarui semangat kita. (Luk. 11:9, 13; Pny. 2:4; 3:14, 15, 19) Roh kudus menguatkan orang Kristen masa awal untuk berbicara tentang ”perkara-perkara yang besar dari Allah”. (Kis. 2:4, 11) Demikian pula, roh itu dapat menggerakkan kita untuk bersemangat dalam pelayanan, untuk ’berkobar dengan roh’.
Kerendahan Hati dan Kesahajaan
7. Mengapa kita hendaknya melayani dengan rendah hati dan bersahaja?
7 Baca Roma 12:3, 16. Karunia yang kita miliki berasal dari ”kebaikan hati [Yehuwa] yang tidak selayaknya diperoleh”. Di ayat lain, Paulus menyatakan, ”Kecakapan kami yang memadai berasal dari Allah.” (2 Kor. 3:5) Karena itu, kita tidak boleh memuliakan diri sendiri. Kita hendaknya mengakui dengan rendah hati bahwa apa pun yang kita hasilkan dalam pelayanan adalah karena berkat Allah, bukan karena kesanggupan kita sendiri. (1 Kor. 3:6, 7) Selaras dengan hal itu, Paulus menyatakan, ”Aku memberi tahu setiap orang di antara kamu agar tidak berpikir bahwa dirinya lebih tinggi daripada yang semestinya.” Memang, kita perlu menghargai diri sendiri dan mendapatkan sukacita serta kepuasan dalam dinas kepada Yehuwa. Akan tetapi, dengan bersahaja, atau sadar akan keterbatasan kita, kita tidak akan berkeras dengan pendapat sendiri. Sebaliknya, kita ingin ”berpikir dengan tujuan memiliki pikiran yang sehat”.
8. Bagaimana agar kita tidak ’memandang diri bijaksana’?
8 Adalah kebodohan di pihak kita jika kita menyombongkan prestasi kita sendiri. ”Allah yang menumbuhkannya”. (1 Kor. 3:7) Paulus menyatakan bahwa Allah telah membagikan suatu ”kadar iman” kepada setiap anggota sidang. Ketimbang merasa lebih unggul, kita hendaknya mengakui apa yang dicapai oleh orang-orang lain menurut kadar iman yang mereka miliki. Paulus melanjutkan, ”Hendaklah kamu memikirkan orang lain sama seperti kamu memikirkan dirimu sendiri.” Dalam suratnya yang lain, sang rasul memberi tahu kita agar ”tidak melakukan apa pun karena sifat suka bertengkar atau karena menganggap diri penting, tetapi dengan rendah hati, menganggap orang lain lebih tinggi daripada kamu”. (Flp. 2:3) Dibutuhkan kerendahan hati dan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengakui bahwa setiap saudara dan saudari kita mempunyai kelebihan dalam satu atau lain hal. Kerendahan hati akan mencegah kita ’memandang diri bijaksana’. Memang ada hak-hak istimewa dinas yang mungkin membuat beberapa orang menjadi pusat perhatian, namun kita semua akan merasakan sukacita besar dalam melaksanakan ”hal-hal yang sederhana”, tugas-tugas kecil yang sering kali tidak diperhatikan oleh manusia.—1 Ptr. 5:5.
Persatuan Kristen Kita
9. Mengapa Paulus membandingkan orang-orang Kristen yang diperanakkan roh dengan anggota-anggota dari satu tubuh?
9 Baca Roma 12:4, 5, 9, 10. Paulus membandingkan orang-orang Kristen terurap dengan anggota-anggota tubuh yang melayani dalam persatuan di bawah Kepala mereka, Kristus. (Kol. 1:18) Ia mengingatkan orang-orang Kristen yang diperanakkan roh bahwa satu tubuh memiliki banyak anggota yang berlainan fungsi dan bahwa mereka, ”meskipun banyak, adalah satu tubuh dalam persatuan dengan Kristus”. Dengan nada yang sama, Paulus mendesak orang Kristen terurap di Efesus, ”Biarlah kita dengan kasih bertumbuh dalam segala hal, dalam dia yang adalah kepala, yaitu Kristus. Dari dia seluruh tubuh itu, dengan dipersatukan secara harmonis dan dibuat bekerja sama melalui setiap sendi yang memberikan apa yang dibutuhkan, sesuai dengan kadar pekerjaan setiap anggota menurut fungsi masing-masing, menghasilkan pertumbuhan bagi tubuh untuk membangun diri dengan kasih.”—Ef. 4:15, 16.
10. Wewenang apa yang hendaknya diakui oleh ”domba-domba lain”?
10 Meskipun ”domba-domba lain” bukan bagian dari tubuh Kristus, mereka bisa belajar banyak dari perumpamaan ini. (Yoh. 10:16) Paulus menyatakan bahwa Yehuwa ”menundukkan segala sesuatu di bawah kaki [Kristus], dan menjadikan dia kepala atas segala sesuatu sehubungan dengan sidang jemaat”. (Ef. 1:22) Dewasa ini, domba-domba lain adalah bagian dari ”segala sesuatu” yang Yehuwa tempatkan di bawah kekepalaan Putra-Nya. Mereka juga bagian dari ’harta milik’ yang Kristus percayakan kepada ”budak yang setia dan bijaksana”. (Mat. 24:45-47) Karena itu, orang-orang yang berharap hidup di bumi harus mengakui Kristus sebagai Kepala serta tunduk kepada budak yang setia dan bijaksana beserta Badan Pimpinannya dan kepada pria-pria yang dilantik sebagai pengawas dalam sidang. (Ibr. 13:7, 17) Hal ini turut menghasilkan persatuan Kristen.
11. Persatuan kita didasarkan atas apa, dan nasihat lain apa yang Paulus berikan?
11 Persatuan demikian didasarkan atas kasih, ”ikatan pemersatu yang sempurna”. (Kol. 3:14) Di Roma pasal 12, Paulus menandaskan hal ini, dengan mengatakan bahwa kasih kita hendaknya ”tanpa kemunafikan” dan bahwa dengan ”kasih persaudaraan” kita hendaknya memiliki ”kasih sayang yang lembut seorang terhadap yang lain”. Hal ini menghasilkan respek timbal balik. Sang rasul berkata, ”Dalam hal memperlihatkan hormat, hendaklah saling mendahului.” Tentu saja, kita tidak boleh mencampuradukkan kasih dengan perasaan sentimental. Kita harus sebisa-bisanya menjaga sidang tetap bersih. Sewaktu memberikan nasihat tentang kasih, Paulus menambahkan, ”Muaklah terhadap apa yang fasik, berpautlah pada apa yang baik.”
Sikap Suka Menerima Tamu
12. Mengenai berbagi dengan orang lain, apa yang bisa kita pelajari dari orang Kristen di Makedonia kuno?
12 Baca Roma 12:13. Kasih terhadap saudara-saudari akan menggerakkan kita untuk ’berbagi dengan orang-orang kudus sesuai dengan kebutuhan mereka’ dan menurut kesanggupan kita. Sekalipun berkekurangan, kita bisa membagi apa yang kita miliki. Ketika menulis kepada orang Kristen di Makedonia, Paulus menyatakan, ”Selama suatu ujian yang besar di bawah penderitaan, limpahnya sukacita mereka dan kemiskinan mereka yang parah membuat kekayaan kemurahan hati mereka berlimpah. Karena sesuai dengan kesanggupan mereka, ya, aku memberikan kesaksian, sebenarnya hal ini melampaui kesanggupan mereka, atas kerelaan mereka sendiri, dengan banyak permohonan mereka terus meminta dengan sangat kepada kami agar mereka diberi hak istimewa memberi dari kebaikan hati dan mengambil bagian dalam pelayanan yang dikhususkan bagi orang-orang kudus [di Yudea].” (2 Kor. 8:2-4) Meskipun miskin, orang Kristen di Makedonia sangat murah hati. Bagi mereka, membagi milik mereka kepada saudara-saudara yang membutuhkan di Yudea merupakan hak istimewa.
13. Apa artinya ’mengikuti haluan suka menerima tamu’?
13 Frasa ”ikutilah haluan suka menerima tamu” diterjemahkan dari ungkapan bahasa Yunani yang menyiratkan inisiatif. The New Jerusalem Bible menerjemahkan ungkapan itu menjadi ”carilah kesempatan untuk memperlihatkan sikap suka menerima tamu”. Sikap ini adakalanya dinyatakan dengan menjamu makan seseorang, dan apabila dilakukan dengan kasih, hal itu patut dipuji. Tetapi, jika kita berinisiatif, ternyata ada banyak cara lain untuk menunjukkan sikap suka menerima tamu. Sebagai contoh, jika kita tidak bisa mengundang makan karena keterbatasan biaya atau fisik, mengundang minum kopi, teh, atau minuman lain juga merupakan cara untuk suka menerima tamu.
14. (a) Kata Yunani yang diterjemahkan ”suka menerima tamu” terdiri dari kata apa saja? (b) Dalam pelayanan, bagaimana kita bisa memperlihatkan kepedulian kepada orang asing?
14 Sikap ini berkaitan dengan cara pandang kita. Kata Yunani yang diterjemahkan ”suka menerima tamu” terdiri dari dua kata dasar yang berarti ”kasih” dan ”orang asing”. Bagaimana perasaan kita terhadap orang asing, atau orang yang tidak dikenal? Orang Kristen yang berupaya mempelajari bahasa lain agar dapat memberitakan kabar baik kepada orang asing yang pindah ke daerah sidang mereka bisa dianggap mengikuti haluan suka menerima tamu. Memang, karena keadaan, banyak dari kita tidak bisa mempelajari bahasa lain. Namun, kita semua bisa turut membantu orang-orang asing dengan memanfaatkan buku kecil Kabar Baik bagi Orang-Orang dari Segala Bangsa, yang memuat berita Alkitab dalam banyak bahasa. Pernahkah Saudara memperoleh hasil baik karena menggunakan buku kecil ini dalam pelayanan?
Sikap Seperasaan
15. Bagaimana Yesus menerapkan nasihat di Roma 12:15?
15 Baca Roma 12:15. Nasihat Paulus dalam ayat ini bisa diringkas menjadi dua kata: Perlihatkan empati. Kita perlu belajar untuk mengerti dan bahkan turut menyelami perasaan orang lain, entah itu kegembiraan atau kesedihan. Jika kita berkobar dengan roh, perasaan turut bersukacita atau keibaan hati kita akan terlihat nyata. Sewaktu 70 murid Kristus dengan penuh sukacita pulang dari suatu kampanye pengabaran dan menceritakan hasil-hasil baik dari pekerjaan mereka, ”sukacita [Yesus] melimpah dalam roh kudus”. (Luk. 10:17-21) Ia turut merasakan sukacita mereka. Pada kesempatan lain, Yesus ’menangis bersama orang yang menangis’ sewaktu Lazarus sahabatnya meninggal.—Yoh. 11:32-35.
16. Bagaimana kita bisa memperlihatkan sikap seperasaan, dan siapa yang khususnya perlu melakukannya?
16 Kita ingin mengikuti teladan Yesus untuk memperlihatkan empati. Sewaktu rekan Kristen kita bersukacita, kita ingin turut bersukacita bersamanya. Demikian pula, kita hendaknya peka terhadap kesedihan atau dukacita saudara-saudari kita. Sering kali, kita bisa memberikan banyak kelegaan kepada rekan seiman yang sedang mengalami kepedihan emosi dengan menjadi pendengar yang penuh simpati. Dan, adakalanya hati kita begitu tersentuh sehingga empati kita yang tulus terungkap melalui air mata. (1 Ptr. 1:22) Para penatua khususnya perlu mengikuti nasihat Paulus untuk memperlihatkan empati.
17. Apa yang kita pelajari sejauh ini dari Roma pasal 12, dan apa yang akan dibahas di artikel berikut?
17 Ayat-ayat yang kita bahas sejauh ini di Roma pasal 12 telah memberikan nasihat yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen dan dalam hubungan kita dengan saudara-saudari kita. Di artikel berikut, kita akan membahas ayat-ayat lain di pasal itu, yang membahas bagaimana kita hendaknya memandang dan memperlakukan orang-orang di luar sidang Kristen, termasuk penentang dan penganiaya.
-
-
”Hendaklah Kamu Suka Damai dengan Semua Orang”Menara Pengawal—2009 | 15 Oktober
-
-
”Hendaklah Kamu Suka Damai dengan Semua Orang”
”Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu, hendaklah kamu suka damai dengan semua orang.”—RM. 12:18.
1, 2. (a) Peringatan apa yang Yesus berikan kepada para pengikutnya? (b) Di mana kita bisa menemukan nasihat tentang cara menanggapi tentangan?
YESUS memperingatkan para pengikutnya bahwa mereka akan menghadapi tentangan dari bangsa-bangsa di dunia ini, dan pada malam sebelum kematiannya, ia menjelaskan alasannya. Ia mengatakan kepada para rasulnya, ”Jika kamu bagian dari dunia, dunia akan mencintai apa yang adalah miliknya. Karena kamu bukan bagian dari dunia, tetapi aku telah memilih kamu dari dunia, itulah sebabnya dunia membenci kamu.”—Yoh. 15:19.
2 Rasul Paulus mengalami benarnya kata-kata Yesus. Dalam surat kedua untuk rekannya yang masih muda, Timotius, Paulus menulis, ”Engkau dengan cermat telah mengikuti pengajaranku, haluan hidupku, tujuanku, imanku, kepanjangsabaranku, kasihku, ketekunanku, penganiayaanku, penderitaanku.” Lalu, Paulus menambahkan, ”Sebenarnya, semua orang yang ingin hidup dengan pengabdian yang saleh dalam persekutuan dengan Kristus Yesus juga akan dianiaya.” (2 Tim. 3:10-12) Di pasal 12 dari suratnya kepada orang Kristen di Roma, Paulus memberikan nasihat yang bijaksana tentang cara kita menanggapi tentangan. Kata-katanya bisa menjadi pedoman bagi kita pada zaman akhir ini.
’Lakukanlah Hal-Hal yang Baik’
3, 4. Bagaimana nasihat di Roma 12:17 dapat diterapkan (a) dalam keluarga yang terbagi secara agama? (b) ketika berurusan dengan sesama kita?
3 Baca Roma 12:17. Paulus menjelaskan bahwa sewaktu menghadapi permusuhan, kita tidak boleh membalas dengan cara serupa. Nasihat itu khususnya penting untuk diikuti dalam keluarga yang terbagi secara agama. Suami atau istri Kristen menolak godaan untuk membalas perkataan atau tindakan yang tidak ramah dengan ketidakramahan juga. ”Membalas kejahatan dengan kejahatan” tidak akan menghasilkan kebaikan. Sebaliknya, sikap itu hanya akan memperburuk situasi.
4 Paulus menyarankan cara yang lebih baik, ’Lakukanlah hal-hal yang baik dalam pandangan semua orang.’ Dalam keluarga, istri yang memperlihatkan kebaikan hati yang tulus kepada suami yang baru saja berkomentar tidak enak tentang kepercayaannya bisa meredam situasi yang memanas. (Ams. 31:12) Carlos, yang sekarang anggota keluarga Betel, menceritakan bagaimana ibunya mengatasi tentangan keras dari ayahnya dengan tetap ramah dan mengurus rumah dengan baik. ”Ibu menganjurkan kami anak-anak untuk selalu merespek Ayah. Ibu berkeras agar saya main boling dengan Ayah meskipun itu bukan permainan favorit saya. Tetapi, Ayah memang jadi senang.” Akhirnya, ayahnya mulai belajar Alkitab dan dibaptis. Sehubungan dengan melakukan ”hal-hal yang baik dalam pandangan semua orang”, Saksi-Saksi Yehuwa telah sering menghapus prasangka dengan memberikan bantuan praktis kepada sesama mereka sewaktu terjadi bencana.
Mencairkan Tentangan dengan ”Bara yang Bernyala-nyala”
5, 6. (a) Apa artinya ”bara yang bernyala-nyala” ditumpukkan di atas kepala seorang musuh? (b) Ceritakan pengalaman setempat yang memperlihatkan bahwa nasihat di Roma 12:20 bisa membuahkan hasil baik jika diterapkan.
5 Baca Roma 12:20. Ketika memilih kata-kata yang ia tulis di ayat ini, Paulus tampaknya mengutip Amsal 25:21, 22, ”Jika orang yang membencimu lapar, berilah dia roti untuk dimakan; dan jika dia haus, berilah dia air untuk diminum. Karena engkau akan menumpukkan bara di atas kepalanya, dan Yehuwa akan memberikan upah kepadamu.” Mengingat konteks nasihat Paulus di Roma pasal 12, Paulus tentu tidak memaksudkan bahwa bara api kiasan itu digunakan untuk menghukum atau mempermalukan penentang kita. Sebaliknya, peribahasa itu—dan juga ungkapan serupa yang Paulus gunakan kepada orang Roma—tampaknya berkaitan dengan metode kuno untuk melebur bijih logam. Seorang pakar pada abad ke-19 bernama Charles Bridges dari Inggris mengatakan, ”Letakkan bara api di atas dan di bawah logam yang sangat keras; tidak hanya menaruh logam itu di atas api, tetapi menumpukkan bara api di atas logam itu. Jarang ada hati yang sedemikian kerasnya sehingga tidak dapat mencair oleh kuatnya energi kesabaran, penyangkalan diri, kasih yang membara.”
6 Seperti ”bara yang bernyala-nyala”, perbuatan kebaikan hati dapat menghangatkan hati para penentang dan mungkin mencairkan rasa permusuhan mereka. Perbuatan kebaikan hati dapat memengaruhi orang-orang sehingga bersikap lebih baik terhadap umat Yehuwa dan berita Alkitab yang mereka sampaikan. Rasul Petrus menulis, ”Pertahankan tingkah lakumu tetap baik di antara bangsa-bangsa, supaya apabila mereka mencela kamu sebagai pelaku kejahatan, mereka akan memuliakan Allah pada waktu ia mengadakan pemeriksaan, karena mereka telah menjadi saksi mata dari perbuatanmu yang baik.”—1 Ptr. 2:12.
”Hendaklah Kamu Suka Damai dengan Semua Orang”
7. Apa kedamaian yang Kristus tinggalkan kepada murid-muridnya, dan hal itu hendaknya menggerakkan kita untuk apa?
7 Baca Roma 12:18. Pada malam terakhir bersama para rasulnya, Yesus memberi tahu mereka, ”Aku meninggalkan kedamaian kepadamu, aku memberikan kedamaianku kepadamu.” (Yoh. 14:27) Kedamaian yang Kristus tinggalkan kepada murid-muridnya adalah ketenangan batin yang dialami ketika mereka merasa dikasihi dan diperkenan oleh Allah Yehuwa dan Putra yang Ia kasihi. Ketenangan batin ini hendaknya menggerakkan kita untuk hidup damai dengan orang lain. Orang Kristen sejati adalah pencinta damai dan pembawa damai.—Mat. 5:9.
8. Bagaimana kita bisa menjadi pembawa damai di rumah dan di sidang?
8 Satu cara menjadi pembawa damai dalam lingkungan keluarga adalah menyelesaikan perbedaan pendapat sesegera mungkin dan tidak membiarkan situasinya memburuk. (Ams. 15:18; Ef. 4:26) Hal ini juga berlaku dalam sidang Kristen. Rasul Petrus menunjukkan bahwa mengejar perdamaian berkaitan dengan mengendalikan lidah. (1 Ptr. 3:10, 11) Demikian pula, setelah memberikan nasihat tegas tentang penggunaan lidah dan perlunya menghindari kecemburuan dan sifat suka bertengkar, Yakobus menulis, ”Hikmat yang datang dari atas adalah pertama-tama murni, lalu suka damai, bersikap masuk akal, siap untuk taat, penuh belas kasihan dan buah yang baik, tidak membeda-bedakan orang, tidak munafik. Lagi pula, benih dari buah keadilbenaran ditaburkan dalam keadaan damai untuk orang-orang yang mengupayakan perdamaian.”—Yak. 3:17, 18.
9. Ketika kita berupaya untuk ”suka damai dengan semua orang”, apa yang hendaknya kita ingat?
9 Dalam pernyataannya di Roma 12:18, Paulus tidak sekadar menyinggung perlunya bersifat suka damai di dalam lingkungan keluarga dan sidang. Ia berkata bahwa kita hendaknya ”suka damai dengan semua orang”, misalnya tetangga, rekan sekerja, teman sekolah, dan orang-orang yang kita jumpai dalam pelayanan kita kepada umum. Akan tetapi, sang rasul memperjelas nasihatnya, dengan mengatakan, ”Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu.” Itu berarti melakukan apa pun, selama itu masih wajar, untuk ”suka damai dengan semua” tetapi tidak sampai mengkompromikan prinsip-prinsip Allah yang adil-benar.
Pembalasan Milik Yehuwa
10, 11. Mengapa tidak sepatutnya kita melakukan pembalasan?
10 Baca Roma 12:19. Bahkan kepada ”orang-orang yang cenderung bersikap tidak setuju” dengan pekerjaan dan berita kita, termasuk yang terang-terangan menentang, kita akan tetap ”menahan diri menghadapi apa yang jahat” dan bertindak ”dengan lemah lembut”. (2 Tim. 2:23-25) Paulus menasihati orang Kristen untuk tidak melakukan pembalasan tetapi ’memberikan tempat kepada kemurkaan Allah’. Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa bukan hak kita untuk menuntut balas. Sang pemazmur menulis, ”Jauhilah kemarahan dan tinggalkan kemurkaan; janganlah panas hati hanya untuk berbuat jahat.” (Mz. 37:8) Dan, Salomo menasihati, ”Jangan mengatakan, ’Aku akan membalas kejahatan!’ Berharaplah kepada Yehuwa, dan ia akan menyelamatkan engkau.”—Ams. 20:22.
11 Jika para penentang mencelakai kita, haluan bijaksana adalah menyerahkan kepada Yehuwa untuk menghukum mereka jika menurut-Nya hal itu patut dilakukan. Jelas, inilah yang Paulus maksud sewaktu ia menambahkan, ”Ada tertulis, ’Pembalasan adalah hakku; aku akan membalas, kata Yehuwa.’” (Bandingkan Ulangan 32:35.) Kalau kita mencoba melakukan pembalasan, itu berarti kita lancang, mengambil apa yang Yehuwa tetapkan sebagai hak prerogatif-Nya. Selain itu, kita akan terbukti kurang beriman akan janji Yehuwa, yaitu ”Aku akan membalas”.
12. Kapan kemurkaan Yehuwa akan disingkapkan, dan bagaimana caranya?
12 Di awal suratnya kepada orang Roma, Paulus menyatakan, ”Kemurkaan Allah sedang disingkapkan dari surga terhadap segala ketidaksalehan dan ketidakadilbenaran orang-orang yang menekan kebenaran dengan cara yang tidak adil-benar.” (Rm. 1:18) Kemurkaan Yehuwa akan disingkapkan dari surga melalui Putra-Nya pada waktu ”kesengsaraan besar”. (Pny. 7:14) Itu akan menjadi ”bukti betapa adil-benar penghakiman Allah”, sebagaimana Paulus jelaskan di surat terilham lainnya, ”Hal itu mengingat bahwa memang adil-benar di pihak Allah untuk membalaskan kesengsaraan kepada mereka yang menimbulkan kesengsaraan atasmu, tetapi, memberikan kelegaan kepada kamu yang menderita kesengsaraan, bersama kami, pada waktu Tuan Yesus disingkapkan dari surga bersama malaikat-malaikatnya yang penuh kuasa dalam api yang menyala, pada waktu ia melakukan pembalasan atas orang-orang yang tidak mengenal Allah dan yang tidak menaati kabar baik tentang Tuan kita, Yesus.”—2 Tes. 1:5-8.
Menaklukkan Kejahatan dengan Kebaikan
13, 14. (a) Mengapa kita tidak heran sewaktu menghadapi tentangan? (b) Bagaimana kita bisa memberkati orang-orang yang menganiaya kita?
13 Baca Roma 12:14, 21. Dengan keyakinan penuh bahwa Yehuwa akan menggenapi maksud-tujuan-Nya, kita bisa dengan tenang memusatkan segala upaya kita untuk pekerjaan yang Ia berikan—’memberitakan kabar baik kerajaan di seluruh bumi yang berpenduduk’. (Mat. 24:14) Kita tahu bahwa kegiatan Kristen ini akan memancing kemarahan musuh-musuh kita, sebab Yesus telah memperingatkan, ”Kamu akan menjadi sasaran kebencian semua bangsa oleh karena namaku.” (Mat. 24:9) Karena itu, kita tidak heran atau kecil hati sewaktu menghadapi tentangan. Rasul Petrus menulis, ”Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah heran akan api yang membakar di antara kamu, yang kamu alami sebagai cobaan, seolah-olah hal yang aneh menimpamu. Sebaliknya, teruslah bersukacita sebab kamu ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus.”—1 Ptr. 4:12, 13.
14 Sebaliknya dari membenci para penganiaya, kita berupaya mengajar mereka, sebab kita menyadari bahwa beberapa dari mereka mungkin bertindak karena ketidaktahuan. (2 Kor. 4:4) Kita berupaya mengindahkan nasihat Paulus, ”Teruslah berkati mereka yang menganiaya; hendaklah kamu memberkati dan tidak mengutuk.” (Rm. 12:14) Salah satu cara memberkati para penentang adalah dengan mendoakan mereka. Yesus mengatakan dalam Khotbah di Gunung, ”Teruslah kasihi musuh-musuhmu, berbuatlah baik kepada orang-orang yang membenci kamu, berkatilah orang-orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang-orang yang menghina kamu.” (Luk. 6:27, 28) Rasul Paulus mengalami sendiri bahwa seorang penganiaya bisa menjadi murid Kristus yang setia dan hamba Yehuwa yang bersemangat. (Gal. 1:13-16, 23) Dalam surat lain, Paulus menyatakan, ”Pada waktu dicerca, kami memberkati; pada waktu dianiaya, kami tabah menghadapinya; pada waktu nama baik kami dirusak, kami memohon.”—1 Kor. 4:12, 13.
15. Apa cara terbaik untuk menaklukkan apa yang jahat dengan apa yang baik?
15 Maka, seorang Kristen sejati mengindahkan ayat terakhir di Roma pasal 12, ”Jangan biarkan dirimu ditaklukkan oleh apa yang jahat, tetapi teruslah taklukkan apa yang jahat dengan apa yang baik.” Sumber dari segala yang jahat adalah Setan si Iblis. (Yoh. 8:44; 1 Yoh. 5:19) Dalam penyingkapan kepada rasul Yohanes, Yesus menunjukkan bahwa saudara-saudara terurapnya telah ”menaklukkan [Setan] oleh karena darah Anak Domba dan oleh karena perkataan kesaksian mereka”. (Pny. 12:11) Ini memperlihatkan bahwa cara terbaik untuk menaklukkan Setan dan pengaruh jahat yang ia lancarkan atas sistem sekarang ini adalah dengan berbuat baik melalui pekerjaan kesaksian, yaitu memberitakan kabar baik Kerajaan.
Bersukacita dalam Harapan
16, 17. Apa yang diajarkan Roma pasal 12 kepada kita tentang (a) bagaimana kita hendaknya menggunakan kehidupan kita? (b) bagaimana kita sebaiknya bertindak dalam sidang? (c) bagaimana kita seharusnya memperlakukan para penentang?
16 Pembahasan singkat tentang pasal 12 dari surat Paulus kepada orang Kristen di Roma telah mengingatkan kita akan banyak hal. Kita belajar bahwa sebagai hamba Yehuwa yang berbakti, kita harus rela berkorban. Karena digerakkan oleh roh Allah, kita rela berkorban karena daya nalar kita telah meyakinkan kita bahwa itu adalah kehendak Allah. Kita berkobar dengan roh dan menggunakan berbagai karunia kita dengan bersemangat. Kita melayani dengan rendah hati dan bersahaja, berbuat sebisa-bisanya untuk menjaga persatuan Kristen. Kita mengikuti haluan suka menerima tamu dan memperlihatkan sikap seperasaan yang tulus.
17 Roma pasal 12 juga memberi kita banyak nasihat tentang caranya menanggapi tentangan. Kita tidak boleh membalas dengan cara serupa. Kita hendaknya berupaya mengatasi tentangan dengan perbuatan kebaikan hati. Sebisa mungkin, tanpa melanggar prinsip Alkitab, kita hendaknya berupaya hidup damai dengan semua orang. Hal ini berlaku dalam lingkungan keluarga, dalam sidang, dengan tetangga, di tempat kerja, di sekolah, dan dalam pelayanan kita kepada umum. Bahkan sewaktu menghadapi permusuhan yang terang-terangan, kita berbuat semampu kita untuk menaklukkan kejahatan dengan kebaikan, sambil mengingat bahwa pembalasan adalah milik Yehuwa.
18. Tiga pengingat apa yang diberikan di Roma 12:12?
18 Baca Roma 12:12. Selain semua nasihat yang bijaksana dan praktis ini, Paulus memberikan tiga nasihat lain. Karena kita tidak mungkin bisa melakukan semua itu tanpa bantuan Yehuwa, sang rasul menasihati kita untuk ’bertekun dalam doa’. Hal ini membantu kita mengikuti nasihat selanjutnya untuk ’bertahan di bawah kesengsaraan’. Akhirnya, kita perlu menjaga pikiran kita tetap terfokus pada masa depan yang akan Yehuwa berikan kepada kita dan ’bersukacita dalam harapan’ akan kehidupan abadi, entah di surga atau di bumi.
-