-
Kabar Baik yang Dibutuhkan Semua OrangMenara Pengawal—2011 | 15 Juni
-
-
5. Menurut buku Roma, semua orang perlu melakukan apa?
5 Semua orang perlu mengenal Yesus dan beriman kepadanya. Dalam buku Roma, Paulus membahas hal ini. Pada awal suratnya, ia menulis tentang ”Allah, yang kepadanya aku memberikan dinas suci dengan rohku sehubungan dengan kabar baik tentang Putranya”. Ia menambahkan, ”Aku tidak malu akan kabar baik; sebenarnya, itu adalah kuasa Allah bagi keselamatan setiap orang yang mempunyai iman.” Kemudian, ia menyebutkan saat ketika ”Allah melalui Kristus Yesus menghakimi hal-hal yang tersembunyi dalam diri umat manusia, sesuai dengan kabar baik yang aku nyatakan”. Dan ia menceritakan, ”dari Yerusalem dan dalam suatu wilayah sampai Ilirikum aku dengan saksama memberitakan kabar baik tentang Kristus.”a (Rm. 1:9, 16; 2:16; 15:19) Menurut Saudara, mengapa Paulus menandaskan Yesus Kristus kepada orang-orang di Roma?
6, 7. Jelaskan bagaimana sidang di Roma terbentuk. Orang-orang seperti apa yang ada di sidang itu?
6 Kita tidak tahu bagaimana sidang di Roma terbentuk. Sewaktu orang-orang Yahudi atau proselit yang hadir pada Pentakosta 33 M pulang ke Roma, mungkinkah mereka sudah menjadi orang Kristen? (Kis. 2:10) Atau, mungkinkah orang-orang Kristen yang berdagang dan bepergian ke Roma menyebarkan kebenaran di sana? Apa pun halnya, pada saat Paulus menulis buku tersebut, sekitar 56 M, sidang itu sudah lama berdiri. (Rm. 1:8) Orang-orang seperti apa yang ada di sidang itu?
7 Beberapa adalah orang Yahudi. Paulus menyapa Andronikus dan Yunias sebagai ”sanak saudaraku”, kemungkinan besar memaksudkan keluarga jasmani Yahudi. Akuila, yang adalah pembuat kemah dan tinggal di Roma, serta istrinya Priskila juga orang Yahudi. (Rm. 4:1; 9:3, 4; 16:3, 7; Kis. 18:2) Tetapi, banyak saudara-saudari yang menerima salam Paulus kemungkinan besar adalah orang non-Yahudi. Beberapa mungkin berasal dari ”rumah tangga Kaisar”, barangkali memaksudkan budak dan pejabat berpangkat rendah.—Flp. 4:22; Rm. 1:6; 11:13.
8. Situasi mengenaskan apa yang dihadapi orang-orang di Roma?
8 Setiap orang Kristen di Roma menghadapi situasi yang mengenaskan. Demikian pula halnya kita semua. Paulus mengatakan, ”Semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah.” (Rm. 3:23) Jelaslah, semua pembaca surat Paulus perlu mengakui bahwa mereka adalah manusia berdosa dan harus beriman kepada sarana Allah untuk mengatasi situasi itu.
Mengakui Diri Sebagai Manusia Berdosa
9. Paulus menyoroti hasil apa dari kabar baik?
9 Di bagian awal suratnya kepada orang di Roma, Paulus menyoroti hasil bagus dari kabar baik, ”Aku tidak malu akan kabar baik; sebenarnya, itu adalah kuasa Allah bagi keselamatan setiap orang yang mempunyai iman, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani.” Ya, keselamatan dapat diperoleh. Tetapi, iman dibutuhkan, selaras dengan kebenaran mendalam yang dikutip dari Habakuk 2:4, ”Orang yang adil-benar—karena iman dia akan hidup.” (Rm. 1:16, 17; Gal. 3:11; Ibr. 10:38) Namun, apa hubungan kabar baik itu, yang dapat menghasilkan keselamatan, dengan kenyataan bahwa ”semua orang telah berbuat dosa”?
10, 11. Mengapa gagasan di Roma 3:23 tidak dipahami oleh sebagian besar orang?
10 Agar dapat memiliki iman yang menyelamatkan kehidupan, seseorang harus mengakui bahwa ia manusia berdosa. Gagasan tersebut tidak asing bagi orang-orang yang sejak kecil sudah percaya kepada Allah dan sedikit banyak mengenal Alkitab. (Baca Pengkhotbah 7:20.) Entah mereka setuju atau tidak, sedikitnya mereka memahami apa yang Paulus maksudkan ketika ia mengatakan, ”Semua orang telah berbuat dosa.” (Rm. 3:23) Ya, sewaktu mengabar, kita mungkin bertemu dengan banyak orang yang tidak memahami pernyataan itu.
11 Orang-orang pada umumnya tidak diajar bahwa sejak lahir dia sudah berdosa, bahwa dia mewarisi dosa. Memang, ia mungkin mengetahui bahwa ia melakukan kesalahan, memiliki watak yang buruk, dan mungkin telah melakukan kejahatan tertentu. Dan, ia mengamati bahwa orang lain juga begitu. Tetapi, ia tidak betul-betul memahami mengapa ia dan orang lain seperti itu. Lazimnya, jika seseorang disebut pedosa, orang langsung beranggapan bahwa dia adalah penjahat atau telah melanggar hukum. Jelaslah, orang yang dibesarkan dalam lingkungan seperti itu mungkin tidak memahami bahwa dirinya adalah manusia berdosa sebagaimana yang dimaksudkan Paulus.
12. Mengapa banyak orang tidak percaya bahwa semua orang adalah manusia berdosa?
12 Bahkan di negeri-negeri yang mengaku Kristen, banyak orang tidak percaya akan gagasan bahwa mereka adalah manusia berdosa. Mengapa tidak? Sekalipun kadang-kadang pergi ke gereja, mereka menganggap kisah Alkitab tentang Adam dan Hawa hanyalah dongeng. Yang lainnya dibesarkan dalam lingkungan yang tidak beragama sehingga meragukan bahwa Allah itu ada. Dengan demikian, mereka tidak percaya bahwa ada Pribadi Tertinggi yang menetapkan standar moral bagi umat manusia dan bahwa jika mereka melanggar standar itu, mereka berdosa. Mereka seperti orang-orang pada abad pertama yang Paulus sebut ”tidak mempunyai harapan” dan ”tanpa Allah dalam dunia ini”.—Ef. 2:12.
13, 14. (a) Orang-orang tidak percaya akan Allah dan tidak menganggap dirinya berdosa. Tetapi, mengapa mereka tidak dapat membenarkan diri? (b) Karena mereka tidak percaya, apa yang mereka lakukan?
13 Tetapi, mereka tidak dapat membenarkan diri—dahulu maupun sekarang. Dalam suratnya kepada orang di Roma, Paulus memberikan dua alasan mengapa demikian. Yang pertama adalah bahwa karya ciptaan itu sendiri membuktikan adanya Pencipta. (Baca Roma 1:19, 20.) Ini selaras dengan apa yang Paulus tulis dari Roma kepada orang Ibrani: ”Setiap rumah dibangun oleh seseorang, tetapi ia yang membangun segala perkara adalah Allah.” (Ibr. 3:4) Ayat itu menunjukkan bahwa ada Pencipta yang membangun, atau menciptakan, seluruh alam semesta.
14 Jadi, Paulus memiliki alasan yang kuat untuk menulis kepada orang di Roma bahwa siapa pun yang menyembah patung tak bernyawa ”tidak dapat berdalih”—termasuk orang Israel zaman dahulu. Hal yang sama juga berlaku bagi orang-orang yang melakukan amoralitas seksual, yang menggunakan tubuh pria atau wanita secara tidak alami. (Rm. 1:22-27) Maka, Paulus dengan tepat menyimpulkan bahwa semua orang, termasuk ”orang Yahudi dan juga orang Yunani”, berada di bawah dosa.—Rm. 3:9.
Yang ”Memberikan Kesaksian”
15. Siapa yang memiliki hati nurani, dan apa hasilnya?
15 Buku Roma menyebutkan alasan lain mengapa orang harus mengakui bahwa mereka adalah manusia berdosa dan membutuhkan jalan keluar dari situasi yang mengenaskan tersebut. Mengenai hukum yang Allah berikan kepada orang Israel zaman dahulu, Paulus menulis, ”Semua orang yang berbuat dosa di bawah hukum akan dihakimi oleh hukum.” (Rm. 2:12) Lalu, ia menunjukkan bahwa orang-orang dari berbagai bangsa atau kelompok etnik yang tidak mengenal hukum Allah sering kali ”secara alami melakukan perkara-perkara yang terdapat dalam hukum”. Mengapa mereka pada umumnya melarangkan inses, pembunuhan, dan pencurian? Paulus memberikan alasannya: Mereka memiliki hati nurani.—Baca Roma 2:14, 15.
16. Orang yang memiliki hati nurani tetap melakukan dosa. Hal ini membuktikan apa?
16 Tetapi, Saudara mungkin melihat bahwa orang yang memiliki hati nurani, yang berfungsi untuk memberikan kesaksian dalam batin, tidak selalu mengikuti bimbingan nuraninya. Itulah yang terjadi atas orang Israel zaman dahulu. Meskipun orang Israel memiliki hati nurani dan hukum Allah yang melarangkan pencurian serta perzinaan, mereka sering melanggar keduanya. (Rm. 2:21-23) Dengan demikian, mereka jelas adalah manusia berdosa, yang gagal memenuhi standar dan kehendak Allah. Ini merusak hubungan mereka dengan Pembuat mereka.—Im. 19:11; 20:10; Rm. 3:20.
17. Bagaimana buku Roma membesarkan hati kita?
17 Apa yang kita bahas dalam buku Roma mungkin tampaknya memberikan gambaran yang suram tentang kondisi manusia, termasuk kita, di hadapan Yang Mahakuasa. Tetapi, Paulus tidak berhenti di situ. Ia mengutip kata-kata Daud di Mazmur 32:1, 2, ”Berbahagialah orang yang pelanggaran-pelanggarannya telah diampuni dan yang dosa-dosanya telah ditutup; berbahagialah manusia yang dosanya tidak akan diperhitungkan Yehuwa.” (Rm. 4:7, 8) Ya, Allah telah menyediakan suatu sarana yang memiliki dasar hukum untuk mengampuni dosa.
Kabar Baik yang Berpusat pada Yesus
18, 19. (a) Aspek apa dari kabar baik yang Paulus tandaskan dalam buku Roma? (b) Untuk memperoleh berkat-berkat Kerajaan, kita harus mengakui apa?
18 Saudara mungkin mengatakan, ”Ini betul-betul kabar baik!” Benar, dan hal itu mengantar kita kembali kepada aspek kabar baik yang Paulus tonjolkan dalam buku Roma. Sebagaimana telah disebutkan, Paulus menulis, ”Aku tidak malu akan kabar baik; sebenarnya, itu adalah kuasa Allah bagi keselamatan.”—Rm. 1:15, 16.
19 Kabar baik ini berpusat pada peranan Yesus dalam mewujudkan tujuan Allah. Paulus dapat menantikan ’hari ketika Allah melalui Kristus Yesus menghakimi hal-hal yang tersembunyi dalam diri umat manusia, sesuai dengan kabar baik’. (Rm. 2:16) Di sini, Paulus tidak mengecilkan peranan ”kerajaan Kristus dan Allah” atau apa yang Allah akan lakukan melalui Kerajaan itu. (Ef. 5:5) Tetapi, ia memperlihatkan bahwa agar kita dapat hidup dan menikmati berkat-berkat di bawah Kerajaan Allah, kita harus mengakui (1) situasi kita sebagai manusia berdosa di hadapan Allah dan (2) mengapa kita perlu menjalankan iman akan Yesus Kristus supaya dosa-dosa kita diampuni. Jika seseorang memahami dan memercayai bagian-bagian dari tujuan Allah tersebut serta memperoleh harapan darinya, ia dapat berseru, ”Ya, ini benar-benar kabar baik!”
20, 21. Dalam pengabaran, mengapa kita tidak boleh melupakan kabar baik yang ditandaskan dalam buku Roma, dan apa hasilnya?
20 Kita hendaknya tidak melupakan aspek kabar baik ini sewaktu mengabar. Mengenai Yesus, Paulus mengutip kata-kata Yesaya, ”Tidak seorang pun yang menaruh imannya kepada dia akan dikecewakan.” (Rm. 10:11; Yes. 28:16) Berita mendasar tentang Yesus itu mungkin tidak asing bagi orang-orang yang sudah mengetahui apa yang Alkitab katakan tentang dosa. Namun, bagi yang lainnya, berita ini masih baru, belum diketahui atau diterima secara umum dalam kebudayaan mereka. Setelah orang-orang itu percaya kepada Allah dan Alkitab, kita perlu menjelaskan peranan Yesus. Artikel berikut akan membahas bagaimana Roma pasal 5 mengulas aspek kabar baik ini. Pelajaran tersebut tentu akan bermanfaat bagi pengabaran Saudara.
21 Sungguh puas rasanya membantu orang yang berhati jujur memahami kabar baik yang disebutkan berulang kali dalam buku Roma, yang ’sebenarnya adalah kuasa Allah bagi keselamatan setiap orang yang mempunyai iman’. (Rm. 1:16) Selain puas, kita akan melihat orang lain ikut merasakan apa yang Paulus kutip di Roma 10:15, ”Betapa indah kaki orang yang menyatakan kabar baik tentang hal-hal yang baik!”—Yes. 52:7.
-
-
Allah Merekomendasikan Kasih-Nya kepada KitaMenara Pengawal—2011 | 15 Juni
-
-
Allah Merekomendasikan Kasih-Nya kepada Kita
”Kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh [akan] berkuasa sebagai raja melalui keadilbenaran dengan tujuan kehidupan abadi.”—RM. 5:21.
1, 2. Dua pemberian apa yang tersedia bagi manusia, dan mana yang lebih bernilai?
MENURUT pandangan dunia, hukum Kekaisaran Romawi adalah pemberian yang nilainya langgeng bagi peradaban manusia. Tetapi, Alkitab mengajarkan bahwa pemberian Allah kepada kita jauh lebih bernilai dan pengasih. Ini adalah sarana Allah agar manusia memiliki kedudukan yang diperkenan dan adil-benar di hadapan-Nya serta harapan keselamatan dan kehidupan abadi.
2 Boleh dikatakan, cara Allah menyediakan pemberian ini melibatkan aspek-aspek hukum. Dalam Roma pasal 5, rasul Paulus tidak menjelaskan aspek-aspek itu dengan nuansa hukum yang kaku dan dingin. Sebaliknya, ia mengawali tulisannya dengan jaminan yang membesarkan hati ini, ”Kita dinyatakan adil-benar sebagai hasil iman, [jadi] biarlah kita menikmati perdamaian dengan Allah melalui Tuan kita, Yesus Kristus.” Orang-orang yang menerima pemberian Allah tergerak untuk membalas kasih-Nya. Ini termasuk Paulus. Ia menulis, ”Kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita melalui roh kudus.”—Rm. 5:1, 5.
3. Pertanyaan apa saja yang muncul?
3 Namun, mengapa pemberian yang pengasih ini diperlukan? Bagaimana Allah dapat memberikannya tanpa melanggar keadilan dan tanpa pandang bulu? Dan, apa yang harus dilakukan orang-orang untuk mendapatkannya? Mari kita cari jawabannya dan perhatikan bagaimana itu menandaskan kasih Allah.
Kasih Allah Versus Dosa
4, 5. (a) Dengan cara luar biasa apa Yehuwa mengungkapkan kasih-Nya? (b) Latar apa yang perlu diketahui agar kita dapat memahami Roma 5:12?
4 Karena kasih-Nya yang sangat besar, Yehuwa mengutus Putra satu-satunya yang diperanakkan untuk menolong umat manusia. Paulus mengungkapkannya seperti ini, ”Allah merekomendasikan kasihnya sendiri kepada kita dalam hal, sementara kita masih berdosa, Kristus mati bagi kita.” (Rm. 5:8) Pikirkan salah satu fakta yang disebutkan di ayat itu, ”Kita masih berdosa.” Semua orang perlu tahu bagaimana kita sampai menjadi manusia berdosa.
5 Paulus memulai penjelasannya dengan pokok ini, ”Sebagaimana dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang dan kematian, melalui dosa, demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah berbuat dosa.” (Rm. 5:12) Kita dapat memahami hal ini karena Allah telah menyediakan catatan tentang bagaimana asal mula kehidupan manusia. Yehuwa menciptakan dua manusia, Adam dan Hawa. Sang Pencipta sempurna, begitu pula kedua manusia pertama itu, nenek moyang kita. Allah hanya memberi mereka satu larangan yang tidak terlalu berat, dan jika mereka melanggarnya, mereka akan dijatuhi hukuman mati. (Kej. 2:17) Tetapi, mereka memilih untuk bertindak bejat, melanggar hukum Allah itu dan dengan demikian menolak Allah sebagai Pembuat Hukum dan Penguasa yang Berdaulat.—Ul. 32:4, 5.
6. (a) Mengapa keturunan Adam mati sebelum Allah memberikan Hukum Musa maupun setelahnya? (b) Apa yang diilustrasikan dengan penyakit seperti hemofilia?
6 Adam baru mempunyai anak-anak setelah ia berdosa, sehingga menurunkan dosa dan dampaknya kepada mereka semua. Tentu saja, mereka tidak melanggar hukum Allah seperti halnya Adam, sehingga mereka tidak didakwa dengan dosa yang sama; dan juga belum ada satu hukum pun yang diberikan kepada mereka. (Kej 2:17) Meskipun begitu, keturunan Adam tetap mewarisi dosa. Maka, dosa dan kematian berkuasa terus sampai zaman Musa. Saat itu, Allah memberi orang Israel hukum, yang dengan jelas menunjukkan bahwa mereka adalah manusia berdosa. (Baca Roma 5:13, 14.) Dampak dari dosa warisan tersebut dapat diilustrasikan dengan penyakit atau cacat warisan, misalnya hemofilia (kelainan perdarahan). Saudara mungkin pernah mendengar bahwa Alexis, putra dari Tsar Rusia Nicholas II dan Alexandra, mewarisi penyakit tersebut. Memang, dalam keluarga seperti itu, ada beberapa anak yang tidak langsung merasakan dampaknya, tetapi mereka tetap menjadi pembawa penyakit itu. Tidak demikian halnya dengan dosa. Cacat akibat dosa Adam tak terelakkan. Semua terimbas. Itu selalu mematikan. Dan, itu diteruskan ke semua anak. Dapatkah situasi yang mengenaskan ini diatasi?
Yang Allah Sediakan Melalui Yesus Kristus
7, 8. Apa bedanya hasil akhir dari jalan hidup kedua manusia sempurna itu?
7 Dengan pengasih, Yehuwa menyediakan sarana bagi umat manusia untuk mengatasi dosa warisan. Paulus menjelaskan bahwa hal itu bisa dilakukan melalui seorang pria lain, manusia sempurna yang muncul belakangan—boleh dikatakan, Adam kedua. (1 Kor. 15:45) Tetapi, hasil akhir dari jalan hidup kedua manusia sempurna itu sangat berbeda. Mengapa demikian?—Baca Roma 5:15, 16.
8 ”Sehubungan dengan karunia, ini tidak sama dengan pelanggaran,” tulis Paulus. Adam bersalah karena pelanggaran itu, dan ia menerima hukuman—kematian. Tetapi, bukan dia saja yang harus mati. Kita membaca, ”Karena pelanggaran satu orang [itu], banyak orang mati.” Berdasarkan keadilan, hukuman atas Adam harus dijatuhkan juga kepada semua keturunannya yang tidak sempurna, termasuk kita. Meskipun demikian, kita dapat terhibur karena mengetahui bahwa manusia sempurna, Yesus, dapat memberikan hasil yang berbeda. Hasil apa? Kita melihat jawabannya sewaktu Paulus menyebutkan bahwa ”segala macam orang dinyatakan adil-benar untuk kehidupan”.—Rm. 5:18.
9. Apa yang Allah lakukan sewaktu menyatakan bahwa manusia adil-benar, sebagaimana disebutkan di Roma 5:16, 18?
9 Apa makna ungkapan ”pernyataan bahwa seseorang adil-benar” dan ”dinyatakan adil-benar” dalam bahasa Yunani? Seorang penerjemah Alkitab menulis tentang konsep tersebut, ”Ungkapan ini bernuansa hukum. Ini memaksudkan perubahan kedudukan seseorang di hadapan Allah, bukan perubahan di dalam diri orang itu . . . Di sini, Allah digambarkan sebagai hakim yang telah memberikan vonis tak bersalah kepada si terdakwa, yang seolah-olah telah dibawa ke hadapan pengadilan Allah atas dakwaan kejahatan. Tetapi, Allah membebaskan si terdakwa.”
10. Apa yang Yesus lakukan agar manusia bisa dinyatakan adil-benar?
10 Atas dasar apa ”Hakim segenap bumi” yang adil-benar dapat membebaskan orang yang tidak adil-benar? (Kej. 18:25) Sebagai langkah pertama, Allah dengan pengasih mengutus Putra satu-satunya yang diperanakkan ke bumi. Yesus melakukan kehendak Bapaknya dengan sempurna, meskipun menghadapi godaan, ejekan, dan penganiayaan. Ia mempertahankan integritasnya bahkan sampai mati di tiang siksaan. (Ibr. 2:10) Sewaktu mengorbankan kehidupan manusianya yang sempurna, Yesus mempersembahkan tebusan yang dapat melepaskan keturunan Adam dari dosa dan kematian.—Mat. 20:28; Rm. 5:6-8.
11. Apa artinya tebusan yang sepadan?
11 Di ayat lain, Paulus menyebut hal ini ”tebusan yang sepadan”. (1 Tim 2:6) Sepadan dengan apa? Adam menyebabkan miliaran keturunannya tidak sempurna dan mati. Yesus, sebagai manusia sempurna, sebenarnya dapat menghasilkan miliaran keturunan yang sempurna.a Maka, dahulu dipahami bahwa gabungan antara kehidupan Yesus ditambah dengan kehidupan semua bakal keturunannya yang sempurna akan menjadi korban yang sepadan dengan kehidupan Adam serta keturunannya yang tidak sempurna. Tetapi, Alkitab tidak mengatakan bahwa bakal keturunan Yesus akan menjadi bagian dari tebusan itu. Roma 5:15-19 menandaskan bahwa yang memberikan kelepasan itu adalah kematian ”satu orang” saja. Ya, kehidupan Yesus yang sempurna sepadan dengan kehidupan Adam yang sempurna. Fokusnya adalah, dan memang seharusnya, pada Yesus Kristus saja. Segala macam orang bisa mendapat karunia cuma-cuma dan kehidupan karena ”satu tindakan [Yesus] yang menghasilkan pembenaran”, yakni ketaatan dan integritasnya sampai mati. (2 Kor. 5:14, 15; 1 Ptr. 3:18) Bagaimana bisa demikian?
Pembebasan atas Dasar Tebusan
12, 13. Mengapa orang-orang yang dinyatakan adil-benar membutuhkan belas kasihan dan kasih Allah?
12 Allah Yehuwa menerima korban tebusan yang dipersembahkan Putra-Nya. (Ibr. 9:24; 10:10, 12) Namun, murid-murid Yesus di bumi, termasuk para rasulnya yang setia, tetap tidak sempurna. Meskipun mereka sudah berupaya keras agar tidak berbuat salah, mereka tidak selalu berhasil. Mengapa? Karena mereka mewarisi dosa. (Rm. 7:18-20) Tetapi, Allah dapat, dan memang telah, bertindak untuk mengatasi hal itu. Ia menerima ”tebusan yang sepadan” itu dan bersedia menggunakannya demi kepentingan manusia, hamba-hamba-Nya.
13 Ini tidak berarti Allah berutang kepada para rasul dan orang-orang lain karena mereka telah melakukan perbuatan baik tertentu. Tetapi, Allah menggunakan tebusan demi kepentingan mereka karena belas kasihan dan kasih-Nya yang besar. Ia memilih untuk membebaskan para rasul dan orang-orang lain dari vonis hukuman, menganggap mereka bebas dari kesalahan warisan. Paulus memperjelasnya dengan kata-kata, ”Sesungguhnya, oleh kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh ini, kamu telah diselamatkan melalui iman; dan ini bukan karena upayamu, ini adalah pemberian Allah.”—Ef. 2:8.
14, 15. Apa upah bagi orang yang dinyatakan adil-benar oleh Allah, tetapi apa yang masih harus mereka lakukan?
14 Bayangkan betapa luar biasanya pemberian ini; Yang Mahakuasa telah mengampuni dosa yang diwarisi seseorang serta berbagai perbuatan salahnya! Atas dasar tebusan, tak terhitung banyaknya dosa yang dilakukan orang-orang sebelum menjadi Kristen telah diampuni. Paulus menulis, ”Karunia, yang datang oleh karena banyak pelanggaran, menghasilkan pernyataan bahwa seseorang adil-benar.” (Rm. 5:16) Para rasul dan orang-orang lain yang menerima pemberian yang pengasih ini (yaitu dinyatakan adil-benar) masih harus terus menyembah Allah yang benar dengan iman. Dengan upah apa di masa depan? ”Orang-orang yang menerima berlimpah kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh serta berlimpah karunia cuma-cuma berupa keadilbenaran, akan berkuasa sebagai raja-raja yang memiliki kehidupan, melalui satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Ya, sebaliknya dari kematian, pemberian keadilbenaran ini menghasilkan kehidupan.—Rm. 5:17; baca Lukas 22:28-30.
15 Orang-orang yang menerima pemberian itu, setelah dinyatakan adil-benar, menjadi putra-putra rohani Allah. Sebagai sesama ahli waris bersama Kristus, mereka memiliki harapan untuk dibangkitkan ke surga sebagai makhluk-makhluk roh untuk ”memerintah sebagai raja-raja” bersama Yesus Kristus.—Baca Roma 8:15-17, 23.
Kasih Allah Dinyatakan kepada Pihak Lain
16. Dapatkah orang-orang yang memiliki harapan di bumi menerima pemberian Allah, bahkan sekarang juga?
16 Tidak semua orang yang menjalankan iman dan melayani Allah sebagai orang Kristen yang loyal berharap untuk ”berkuasa sebagai raja-raja” bersama Kristus di surga. Banyak yang memiliki harapan yang sama seperti yang dimiliki hamba-hamba Allah pra-Kristen. Mereka berharap untuk hidup selama-lamanya di bumi firdaus. Dapatkah mereka sekarang juga menerima pemberian yang pengasih dari Allah, dianggap adil-benar, dan memiliki harapan kehidupan di bumi? Berdasarkan apa yang Paulus tulis kepada orang-orang di Roma, jawaban yang pasti adalah ya!
17, 18. (a) Berdasarkan iman Abraham, bagaimana Allah memandang dirinya? (b) Bagaimana Yehuwa dapat menganggap Abraham adil-benar?
17 Paulus membahas sebuah contoh utama, yaitu Abraham. Ia seorang pria beriman yang hidup sebelum Allah memberikan hukum kepada Israel dan lama sebelum Kristus membuka jalan menuju kehidupan surgawi. (Ibr. 10:19, 20) Kita membaca, ”Bukan karena hukum, Abraham atau benihnya memperoleh janji bahwa ia akan menjadi ahli waris suatu dunia, melainkan karena keadilbenaran, berdasarkan iman.” (Rm. 4:13; Yak. 2:23, 24) Jadi, Allah menganggap Abraham adil-benar.—Baca Roma 4:20-22.
18 Ini tidak berarti bahwa Abraham tidak pernah berbuat dosa selama puluhan tahun melayani Yehuwa. Dari segi itu, dia tidak adil-benar. (Rm. 3:10, 23) Tetapi, karena hikmat-Nya yang tak terbatas, Yehuwa mempertimbangkan iman Abraham yang luar biasa dan perbuatan yang dihasilkan imannya. Terutama, Abraham menjalankan iman akan ’benih’ yang dijanjikan yang akan datang dalam garis keturunannya. Benih itu adalah Sang Mesias, atau Kristus. (Kej. 15:6; 22:15-18) Maka, berdasarkan ”tebusan yang dibayar oleh Kristus Yesus”, Allah sebagai Hakim dapat mengampuni dosa-dosa yang terjadi di masa lampau. Dengan demikian, Abraham dan orang-orang lain yang beriman pada masa pra-Kristen akan dibangkitkan.—Baca Roma 3:24, 25; Mz. 32:1, 2.
Miliki Kedudukan yang Adil-Benar Sekarang
19. Mengapa pandangan Allah tentang Abraham tentunya membesarkan hati banyak orang dewasa ini?
19 Karena Allah yang pengasih menganggap Abraham adil-benar, orang Kristen sejati dewasa ini bisa berbesar hati. Sewaktu Yehuwa menyatakan Abraham adil-benar, maknanya berbeda dengan ketika Ia menyatakan ”sesama ahli waris bersama Kristus” adil-benar. Mereka yang jumlahnya terbatas ini ”dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus” dan diterima sebagai ”putra-putra Allah”. (Rm. 1:7; 8:14, 17, 33) Sebaliknya, Abraham menjadi ”sahabat Allah”, bahkan sebelum korban tebusan dipersembahkan. (Yak. 2:23; Yes. 41:8) Lalu, bagaimana dengan orang-orang Kristen sejati yang berharap untuk hidup di bumi yang telah dipulihkan menjadi Firdaus?
20. Apa yang Allah inginkan dari orang-orang yang Ia anggap adil-benar dewasa ini?
20 Mereka tidak menerima ”karunia cuma-cuma berupa keadilbenaran” dan harapan kehidupan di surga ”melalui kelepasan oleh tebusan yang dibayar oleh Kristus Yesus”. (Rm. 3:24; 5:15, 17) Meskipun demikian, mereka memiliki iman yang kuat kepada Allah dan tebusan yang Ia sediakan, dan mereka memperlihatkan iman tersebut melalui berbagai perbuatan baik. Salah satunya adalah ”memberitakan kerajaan Allah . . . dan mengajarkan hal-hal mengenai Tuan Yesus Kristus”. (Kis. 28:31) Jadi, Yehuwa dapat menganggap mereka adil-benar, seperti halnya Abraham. Karunia yang mereka terima—persahabatan dengan Allah—berbeda dengan karunia cuma-cuma yang diterima kaum terurap. Namun, mereka tetap sangat menghargainya.
21. Manfaat apa saja yang tersedia karena kasih dan keadilan Yehuwa?
21 Jika Saudara berharap untuk menikmati kehidupan abadi di bumi, Saudara harus menyadari bahwa kesempatan ini bukan berasal dari janji-janji penguasa manusia. Sebaliknya, ini didasarkan atas tujuan yang bijak dari Penguasa Universal. Yehuwa telah mengambil langkah-langkah bertahap untuk mewujudkan tujuan-Nya. Langkah-langkah ini selaras dengan keadilan yang sejati dan, yang terutama, mencerminkan kasih Allah yang besar. Paulus dapat dengan tepat mengatakan, ”Allah merekomendasikan kasihnya sendiri kepada kita dalam hal, sementara kita masih berdosa, Kristus mati bagi kita.”—Rm. 5:8.
[Catatan Kaki]
a Misalnya, pandangan soal keturunan ini disebutkan di buku Pemahaman Alkitab, Jilid 2, halaman 1001, paragraf 3 dan 4.
-