PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb02 hlm. 43-64
  • Laporan Sedunia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Laporan Sedunia
  • Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 2002
  • Subjudul
  • Afrika
  • Amerika
  • Asia dan Timur Tengah
  • Eropa
  • Oseania
Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 2002
yb02 hlm. 43-64

Laporan Sedunia

Afrika

Di Pantai Gading, seorang siswi muda bernama Edith mendapati bahwa baptisannya jatuh pada hari yang sama dengan ujian di sekolahnya. Ia memberanikan diri untuk memohon izin absen dari ujian kepada gurunya, dan gurunya memberinya izin. Teman-teman sekolahnya mengejek dia, dengan menyebutnya Maria, ibu Yesus. Seorang siswa membuat lelucon bagi teman-teman sekelasnya dengan mengatakan bahwa Edith bukan pergi untuk dibaptis, melainkan untuk perlombaan renang. Edith menanggapinya dengan menawarkan kepada anak itu sebuah risalah tentang kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa.

Setelah membacanya, anak itu tidak lagi mengejeknya dan berkata bahwa ia juga ingin menjadi seorang Saksi. Ia belajar dengan menggunakan buku Pengetahuan yang Membimbing kepada Kehidupan Abadi, dan meskipun mendapat tentangan dari keluarganya, ia dibaptis. Edith merasa bahagia bahwa ia telah mendahulukan pembaktiannya kepada Yehuwa dalam kehidupannya dan sebagai hasilnya, hal ini telah membantu orang lain melakukan hal yang sama.

Seorang utusan injil di Afrika Barat melaporkan, ”Salah satu berkat dari Yehuwa adalah menjadi bagian dari sebuah organisasi yang mempunyai reputasi yang baik, bahkan di desa yang terkecil di bumi ini. Saya melihat hal ini dipertunjukkan dengan nyata di Ghana, di negeri yang mengenal baik dan merespek Saksi-Saksi Yehuwa. Kami sedang membawa kiriman lektur bulanan ke beberapa sidang di daerah pedesaan. Di sebuah kota kecil, kami tidak dapat menemukan orang yang biasanya menerima paket lektur itu. Saya menanyakan kepada sang sopir apa yang harus kami lakukan. Ia memandangi saya, tersenyum, lalu mengatakan, ’Jangan khawatir.’ Ia kemudian menghentikan truknya di pasar yang sangat ramai, melongok keluar jendela truknya, lalu memanggil salah seorang anak perempuan yang sedang berjualan ikan di tepi jalan. Ia memberikan kotak berisi lektur itu kepada anak tersebut dan mengatakan, ’Tolong sampaikan ini kepada Saksi-Saksi Yehuwa.’ Tanpa sepatah kata pun, ia menyangga kotak itu di atas kepalanya, berbalik, dan menghilang dalam keramaian. Seraya kami meneruskan perjalanan ke kota berikutnya, saya bertanya kepada sang sopir apakah ia mengenal anak perempuan tadi. Ia kembali tersenyum dan mengatakan, ’Tidak, tapi dia mengenal kita.’ Saya berpikir, apakah saudara-saudara akan menerima lektur tersebut. Namun, saya tidak perlu khawatir. Mereka menerimanya pada hari itu juga.”

Di desa Gbolobo, Liberia, saudara-saudara menulis surat kepada ketua kotanya, memberi tahu dia tentang rencana mereka mengadakan pertemuan keagamaan yang paling penting pada tahun itu di kotanya. Ia memberi saudara-saudara izin untuk menggunakan lapangan sepak bola di kotanya untuk peristiwa tersebut dan mengeluarkan pengumuman kepada semua gereja yang ada di ketujuh kota yang dipimpinnya. Pengumuman tersebut mengundang orang-orang untuk menghadiri Peringatan. Sekelompok Saksi datang ke desa itu untuk mendirikan sebuah panggung untuk Peringatan di tengah-tengah lapangan tersebut. Mereka bergotong royong dalam semangat kasih dan kebahagiaan. Hal ini mengesankan penduduk desa itu. Sekalipun hanya ada lima penyiar di Gbolobo, yang hadir di Peringatan ada 636 orang!

Seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun di Rwanda bagian utara memelihara seekor kambing dari kecil sampai melahirkan tiga ekor anak kambing. Baru-baru ini, ia mengirimkan foto dirinya bersama kambingnya ke kantor cabang. Dalam surat pengantarnya, ia menulis, ”Yehuwa sudah banyak memberkati saya, jadi saya ingin menyumbangkan kambing ini untuk pekerjaan pengabaran di seluruh dunia sebagaimana disebutkan di Matius 24:14.” Ia memberikan kambingnya kepada para penatua setempat dan meminta mereka menjualnya. Mereka melakukannya dan mengirimkan uangnya ke kantor cabang.

Seorang perintis istimewa di Nigeria naik ke mobil sewaktu sang sopir menawarkan tumpangan. Sewaktu penumpang lain bergeser untuk memberi dia tempat duduk, sang sopir melihat Menara Pengawal di tangan saudara itu. Ia menyuruh saudara itu keluar dari mobilnya. Sopir itu hanya menyuruhnya keluar dan menolak untuk memberi penjelasan. Ketika orang-orang di sekitar situ melihat mobil itu pergi tanpa saudara tersebut, mereka mengatakan kepadanya bahwa Allah telah menyelamatkannya. ”Mobil itu milik para penculik!” kata mereka. ”Identitas” saudara itu telah menjadi perlindungan dari Yehuwa.

Grant adalah penyiar yang berusia delapan tahun di Provinsi Copperbelt di Zambia. Sewaktu ia masih balita, ia sudah dapat menuturkan cerita-cerita sederhana melalui gambar-gambar yang ada dalam buku Tokoh Terbesar Sepanjang Masa. Orang tua Grant menganjurkan agar ia menghafalkan beberapa bagian Alkitab sebelum ia dapat membaca. Sekarang, ia melayani sebagai penyiar belum terbaptis. Grant memimpin banyak pengajaran Alkitab, beberapa di antaranya menggunakan Buku Cerita Alkitab dan yang lain-lainnya menggunakan brosur Apa yang Allah Tuntut dari Kita. Karena kegiatannya yang bergairah, anak-anak di sana menyebut Grant sebagai shimapepo mukalamba, dalam bahasa Cibemba berarti ”imam besar”.

Di Senegal, Seorang pria yang baru mulai belajar Alkitab membaca sebuah pengalaman di Sedarlah! terbitan 22 September 1999 mengenai seorang Saksi bersama putrinya di Kanada yang mengembalikan uang sejumlah 1.000 dolar yang mereka temukan di dompet yang mereka beli di tempat penjualan barang-barang bekas. Tak lama setelah membaca artikel tersebut, pria ini menemukan sebuah dompet di jalan yang berisi beberapa kartu identitas dan uang tunai yang nilainya sama dengan 500 dolar (AS) lebih. Ia berpikir keras tentang artikel yang ia telah baca itu dan tidak bisa tidur hampir semalaman.

Keesokan harinya pada pukul delapan pagi, pria tersebut menghubungi si pemilik dompet itu melalui telepon dan segera mengatur pertemuan dengannya untuk mengembalikan dompet tersebut dengan seluruh uang yang ada di dalamnya. Sang pemilik dompet itu begitu terkesan akan kejujuran pelajar Alkitab ini sehingga memberinya setengah dari jumlah uang yang ada di dompetnya—250 dolar! ”Karena majalah Sedarlah! itulah,” kata si pelajar Alkitab, ”maka saya melakukan hal itu dan saya akan merasa bangga seumur hidup saya!” Sejak saat itu, ia belajar Alkitab lebih serius lagi.

Di Uganda, sebuah negeri di Afrika Timur, Kandole yang berusia 12 tahun biasa duduk dengan tenang dan mendengarkan dengan penuh perhatian sewaktu ibunya belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Seraya waktu berjalan, sang ibu kehilangan minat untuk belajar, tetapi anak lelakinya masih ingin mendengarkan Firman Allah dan menanyakan tempat Saksi-Saksi mengadakan perhimpunan. Hari Minggu berikutnya, ia berjalan kaki sejauh 11 kilometer untuk pergi ke Balai Kerajaan dan setelah itu menghadiri perhimpunan secara teratur. Seorang saudara, perintis, mulai memberikan pengajaran Alkitab kepada Kandole yang memperlihatkan kemajuan yang bagus, dan akhirnya dibaptis pada usia 14 tahun. Sekarang, ia berusia 17 tahun dan baru-baru ini menjadi perintis biasa. Ia bercita-cita untuk menjadi perintis istimewa. Lambat laun ibunya mulai belajar kembali dan sekarang sudah menjadi saudari yang terbaptis. Kandole tidak lagi harus berjalan kaki ke perhimpunan. Sekarang, ia sudah punya sepeda, yang ia gunakan untuk memboncengkan ibunya pergi ke Balai Kerajaan.

Amerika

Márcio diundang untuk melayani di Betel Brasil. Ia berasal dari daerah miskin di negeri itu, dan tidak ada satu pun Saksi di antara keluarganya. Untuk ongkos bus ke Betel, ia menjual barang-barang pribadinya, yang ditambah lagi dengan uang pemberian Saksi-Saksi setempat. Setelah tiga hari perjalanan, bus yang ia tumpangi dicegat oleh para perampok bersenjata. Para perampok itu menggeledah barang bawaan setiap penumpang dan mengambil semua yang mereka inginkan. Ketika mereka membuka tas Márcio, mereka melihat Alkitabnya dan segera menutup kembali tas itu tanpa mengambil apa-apa. Sewaktu bus itu tiba di kota berikutnya, para penumpang merasa lapar, tetapi mereka tidak punya uang lagi untuk membeli makanan. Karena dompet Márcio tidak dirampas para perampok itu, ia membeli makanan untuk para penumpang lain, dan hal ini menjadi kesaksian yang sangat bagus.

Osvaldo, yang belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa di Cile, menerima pemberitahuan dari tempat kerjanya bahwa mulai sekarang, ia bahkan harus bekerja pada hari Minggu. Ia mengatakan kepada penyelianya bahwa kontraknya hanya mencantumkan hari Senin sampai Jumat sebagai hari kerja. Osvaldo menambahkan, ”Saya baru saja menikah, dan saya membutuhkan waktu untuk istri saya. Selain itu, saya sudah menyisihkan hari Minggu untuk memberikan sesuatu kepada Allah.” Sang penyelia mengatakan bahwa Osvaldo akan diberhentikan pada akhir bulan. Osvaldo adalah satu-satunya orang di antara 3.000 pekerja yang tidak masuk kerja pada hari Minggu. Ia tetap menghadiri perhimpunan dan menaruh kepercayaannya kepada Yehuwa.

Tidak lama setelah itu, perusahaan tersebut dikunjungi oleh seorang manajer tingkat tinggi dari Prancis. Ia singgah di meja Osvaldo untuk memuji kerajinannya. Manajer itu berkata, ”Andalah satu-satunya orang yang tidak memasang games pada komputer Anda, dan Anda bekerja dengan tertib.” Osvaldo mengucapkan terima kasih kepadanya untuk pujian tersebut, dan menambahkan bahwa tidak lama lagi ia akan meninggalkan perusahaan itu. Manajer itu bertanya, ”Apakah Anda mendapat tawaran kerja yang lebih baik?” Osvaldo menjawab tidak dan menjelaskan situasinya.

Beberapa hari kemudian ia diminta untuk menemui penyelianya dan manajer itu. Suasananya tegang. Manajer itu mengatakan, ”Osvaldo, Anda tidak perlu bekerja pada hari Minggu, hari Sabtu pun tidak perlu sering. Anda juga akan diberikan tanggung jawab tambahan di perusahaan ini.” Dalam minggu itu juga, Osvaldo dibaptis. Ia sekarang melayani sebagai perintis ekstra bersama istrinya.

Di Ekuador, seorang pemuda, yang baru saja dibaptis tahun ini, menerima tugas khotbah siswanya yang pertama di ruang utama Balai Kerajaan. Ia menganggap tugas berkhotbah ini sebagai sesuatu yang istimewa sehingga ia mulai mengumpulkan uang untuk membeli sebuah jas baru. Sewaktu uangnya sudah terkumpul sebanyak 30 dolar, ia mendengar tentang seorang saudari di sidangnya yang tidak punya uang untuk membeli obat. Ia memberi saudari itu semua uangnya, 30 dolar, yang sudah ia kumpulkan, dengan mengatakan, ”Pakai jas baru atau lama, Yehuwa akan tetap mengasihi saya!”

Seorang saudari di Guatemala sedang melakukan kesaksian di jalan. Ia melihat seorang pria yang sedang duduk di depan pintu rumahnya, tetapi ia berpikir, sebaiknya ia tidak memberikan kesaksian kepada pria itu karena itu bukan wilayah sidangnya. Ia berjalan melewatinya tetapi kemudian merasakan dorongan yang kuat untuk berbicara kepadanya. Jadi, ia kembali dan berbicara kepada pria itu tentang Kerajaan Yehuwa. Pria itu mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia kemudian berkata, ”Terima kasih, Anda mau datang dan berbicara kepada saya, karena saya sedang menunggu seseorang yang akan datang pada pukul 7.45, dan saya akan membunuhnya. Dia berjalan menuju kuburannya, dan saya berjalan menuju penjara! Saya tahu bahwa Anda datang ke sini bukan atas inisiatif Anda sendiri; Allah-lah yang mengutus Anda ke sini sehingga saya dapat mengenal kasih-Nya. Saya akan masuk ke rumah sekarang juga supaya saya tidak melakukan kejahatan itu. Semoga Allah memberkati Anda!”

Selama bulan Desember 2000 dan Januari 2001, kantor cabang di Kolombia mengorganisasi sebuah kampanye pengabaran di daerah-daerah terpencil. Saksi-Saksi di negeri itu dianjurkan untuk pindah ke daerah-daerah tersebut untuk waktu satu minggu sampai dua bulan, tergantung keadaan mereka, untuk mengabar dan memupuk minat.

Karena ingin berpartisipasi, seorang saudari muda dari Bogotá pergi ke kota Guasca. Selama dua bulan ia berada di sana, ia merasa sangat bahagia sehingga ia memohon bantuan kepada Yehuwa agar ia bisa mendapatkan pekerjaan dan tinggal di sana. Ia membeli kelapa untuk dibuat kue kering, lalu dijajakan di jalan-jalan dan dititipkan di toko-toko. Selain itu, ia memperoleh pekerjaan mencuci dan menyetrika pakaian, bahkan belajar memerah susu sapi. Dengan cara ini, ia dapat menafkahi dirinya dan terus melayani sebagai perintis biasa di Guasca. Ia memimpin 25 pengajaran Alkitab.

Di Jamaika, seorang penghuni rumah mengatakan kepada seorang saudari bahwa tidak seorang pun yang akan pernah dapat meyakinkan dia untuk menjadi Saksi. Saudari tersebut menjelaskan bahwa tujuan ia berkunjung adalah untuk membagikan berita Alkitab, termasuk harapan untuk kehidupan kekal. Seraya mereka berbicara, saudari itu melihat bahwa wanita tersebut memiliki respek yang dalam kepada Alkitab. Dan, hal-hal tertentu yang menjadi keberatan wanita tersebut tampaknya dapat diatasi dengan membaca ayat-ayat yang relevan dari Alkitab. Hal ini mendorong saudari itu untuk sering menggunakan Alkitab sewaktu mengunjungi si wanita, dan kemudian, sebuah pengajaran Alkitab pun dimulai. Selanjutnya, sang siswa Alkitab mulai menghadiri perhimpunan dan menjadi apa yang tadinya dia pikir tidak akan mungkin—seorang Saksi Yehuwa yang berbakti dan terbaptis.

Carol, seorang saudari di Bolivia, memimpin pengajaran dengan seorang pria dan istrinya. Mereka tinggal di rumah ibu pria itu, dan ibunya ini adalah seorang Katolik yang sangat taat yang tidak pernah absen dari misa ataupun upacara-upacara keagamaan. Rumahnya dihiasi dengan banyak patung, yang masing-masing dipasangi lilin yang menyala di depannya. Pada suatu hari, sewaktu mereka sedang belajar, sang ibu mendadak muncul dengan Alkitab Katolik di tangannya, dan secara langsung menantang Carol, ”Ayo, di mana ada tertulis, Maria punya anak-anak lain?” Carol memperlihatkan kepadanya Matius 12:46-50 dan 13:55. Dengan perasaan kecewa, sang ibu meninggalkan ruangan. Beberapa menit kemudian ia kembali, dengan bangga membawa Alkitab lain, Alkitab besar berlapiskan kertas emas dan bergambar. Lagi-lagi ia meninggalkan ruangan setelah ditunjukkan ayat-ayat yang sama. Ia kembali dengan Alkitab lain lagi, tetapi bunyi ayat-ayat itu tetap sama. Akhirnya, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Pada minggu-minggu berikutnya, lebih banyak lagi interupsinya. Ia mengajukan banyak pertanyaan, tetapi lambat-laun sikapnya melembut. Ia mulai tertarik oleh jawaban-jawaban yang didengarnya. Tak lama kemudian, ia sendiri mau menerima pengajaran Alkitab. Kegairahannya yang dulu diperlihatkan untuk agama Katolik berkembang menjadi gairah untuk ibadat yang sejati. Ia mulai membawa teman-temannya ke Balai Kerajaan dan, pada waktunya, ia pun dibaptis.

Asia dan Timur Tengah

Gary, yang tinggal di Sri Lanka, menawarkan brosur Saudara Dapat Menjadi Sahabat Allah! kepada seorang pria Katolik dan istrinya yang beragama Buddha. Sang istri berkukuh bahwa hanya suaminya yang ingin tahu lebih banyak tentang Alkitab. Namun, pada kali berikutnya Gary berkunjung, sang istri mengatakan bahwa ia juga berminat mengetahui caranya menjadi sahabat Allah. Pada minggu berikutnya, pengajaran Alkitab di mulai dengan menggunakan brosur tersebut, dan pasangan suami istri itu meminta sebuah Alkitab. Sang istri mengatakan, ”Saya pikir, kalau kami hendak menjadi sahabat Allah, kami harus punya Alkitab.”

Pada kali ketiga mereka belajar dengan brosur Sahabat Allah itu, sang istri mulai terlihat antusias terhadap pelajaran. Malam itu, ada peserta lain yang ikut belajar—seorang pemuda yang kos di rumah mereka. Beberapa hari sebelum pelajaran keempat, Gary membawakan mereka sebuah Alkitab. Alkitab itu segera dipajang di dekat brosur-brosur mereka di atas meja. Pada malam keempat mereka belajar, dengan rasa bangga mereka mengambil Alkitab itu, dan ada banyak benang-benang biru yang diselipkan di antara halaman-halamannya. Sang suami berkata, ”Kami sudah mempersiapkan pelajaran untuk hari ini.” Mereka telah mencari setiap ayat yang tercantum dalam pelajaran untuk hari itu dan menandainya dalam Alkitab dengan benang biru.

Di Filipina, Rowena, seorang ibu yang berusia 20-an, menunjukkan minat akan kebenaran. Sebuah pengajaran Alkitab dimulai dengannya, dan tak lama kemudian ia mulai menghadiri perhimpunan. Namun, karena kesulitan ekonomi, ia terpaksa meninggalkan kota asalnya dan mencari pekerjaan di kota yang cukup jauh. Di kota itu, ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga Katolik yang taat. Ia menanyakan alamat Balai Kerajaan terdekat di kota itu, tetapi keluarga itu enggan membantunya menghubungi Saksi-Saksi.

Beberapa bulan berlalu, dan Rowena dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Yehuwa agar Ia mengizinkannya bertemu dengan Saksi-Saksi dan meneruskan pengajaran Alkitabnya. Pada suatu pagi, telepon berdering, dan ia menjawabnya. Si penelepon mengatakan, ”Halo, apakah ini Balai Kerajaan?”

Rowena segera menjawab, ”Saya sedang mencari Balai Kerajaan. Dapatkah Anda membantu saya?” Pengaturan pun dibuat. Rowena melanjutkan pengajaran Alkitabnya dan sekarang sudah dibaptis.

Seorang anak perempuan berusia 12 tahun menulis surat ke kantor cabang di Rusia. Ia menulis, ”Saya bukan dari keluarga kaya. Saya tinggal di daerah Tyumen di Siberia. Belum lama ini, untuk pertama kalinya di desa kecil kami yang terpencil, kami menerima majalah Menara Pengawal. Saya melihatnya di perpustakaan sekolah. Saya memutuskan untuk membawanya pulang dan membacanya. Melalui majalah itu, saya belajar banyak hal baru dan menarik. Gambar-gambarnya saja sudah membuat hati saya sangat senang. Saya ingin menerima lebih banyak informasi. Saya ingin belajar buku Penyingkapan dan Alkitab, dan saya ingin mengetahui lebih banyak tentang organisasi Anda.” Pengaturan telah dibuat untuk membantu anak perempuan ini.

Pada waktu mengabar dari rumah ke rumah di Lebanon, dua orang Saksi singgah di sebuah rumah. Setelah mengetuk pintu, barulah mereka melihat sebuah stiker yang mengatakan bahwa kunjungan Saksi-Saksi Yehuwa tidak diterima di rumah itu. Seorang pria membuka pintu. Saudari-saudari itu memulai percakapan dengannya, lalu mereka diundang masuk. Ketika ia mengetahui bahwa mereka adalah Saksi-Saksi, ia bertanya apakah mereka membaca stiker pada pintunya. ”Ya,” jawab mereka, ”tapi, kami telanjur mengetuk pintu Anda.” Ia kemudian menjelaskan bahwa rumah itu milik orang tuanya yang tidak suka Saksi-Saksi Yehuwa. Namun, ia ingin belajar lebih banyak dan justru penasaran karena adanya stiker tersebut, yang umum dipasang di daerah itu.

Saudari-saudari itu membuat janji untuk mengunjungi pria itu di rumahnya. Sebuah pengajaran Alkitab dimulai dengan dia serta istrinya, dan tidak lama kemudian mereka mulai menghadiri perhimpunan dan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab. Sang suami mengatakan bahwa sebelumnya ia tidak pernah membuka Alkitab, tetapi Saksi-Saksi membantunya membaca dan memahaminya.

Seorang saudari yang memiliki salon kecantikan di Korea memajang Alkitab bersama publikasi-publikasi lain yang diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa. Ia juga sering memutar kaset buku Tokoh Terbesar Sepanjang Masa. Setelah mendengarkan kaset tersebut, seorang wanita ingin memilikinya, dan sebuah pengajaran Alkitab pun dimulai dengan dia. Seorang istri pendeta juga bertanya tentang kaset tersebut, dan mengatakan bahwa ia belum pernah mendengar hal-hal yang begitu menggugah pikiran di gerejanya. Ia juga meminta beberapa kaset dan mulai belajar dengan Saksi-Saksi. Karena pajangan lektur itu, seorang beragama Buddha juga menunjukkan minat dan sekarang belajar Alkitab. Untuk dapat memenuhi kebutuhan rohani orang-orang yang ia jumpai melalui kesaksian tidak resmi, saudari ini menjadi seorang perintis biasa.

Sepasang suami istri perintis istimewa di Malaysia memberikan kesaksian kepada seorang pria di jalan. Pria ini mempunyai banyak pertanyaan, maka ia mengundang suami istri itu ke rumahnya. Mereka pergi ke sana dan membahas hal-hal yang menarik. Mereka minta permisi karena harus menghadiri Pelajaran Buku Sidang, dan mereka mengundang pria itu untuk hadir, dan ia pun pergi bersama mereka. Ia menikmati perhimpunan itu. Setelah perhimpunan, mereka memberinya brosur Tuntut dan membuat janji untuk mengunjungi dia pada hari berikutnya. Ketika mereka datang, ia mengatakan bahwa semalam, setibanya di rumah, ia membaca dan berdoa hingga pukul 4.00.

Pria ini adalah rohaniwan sebuah gereja Susunan Kristen. Meskipun selama bertahun-tahun ia menekuni sekolah teologia, ia tidak pernah dapat memahami Tritunggal. Brosur Tuntut membimbingnya kepada ayat-ayat Alkitab yang menyingkapkan bahwa doktrin tersebut tidak berdasarkan Alkitab. Pria itu sangat senang karena mengetahui siapa Allah sebenarnya, dan mengatakan kepada suami istri itu, ”Saya tidak lagi percaya pada Tritunggal.” Sejak saat itu, ia menolak untuk berkhotbah di gerejanya. Dan, ia malah menghadiri perhimpunan-perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa.

Pria itu mempelajari lektur Alkitab yang ia peroleh dari Saksi-Saksi dan membandingkannya dengan catatannya sewaktu ia belajar di sekolah teologia. Setelah melakukan hal itu selama dua minggu, ia memutuskan untuk mengubah seluruh haluan kehidupannya. Ia datang dari India untuk menuntut ilmu teologia di Trinity College di Singapura. Namun, ia mengatakan, ”Bagaimana saya dapat menuntut ilmu di perguruan tinggi itu? Namanya saja sudah Trinity (Tritunggal)!” Ia pulang ke negeri asalnya, dan sangat antusias untuk menghubungi Saksi-Saksi di sana. Dengan hati yang penuh syukur, ia mengatakan, ”Saya sudah menemukan kebenaran!”

Seorang saudari, asal Kazakstan, merasa takut sekali untuk mengabar kepada orang-orang sebangsanya. Ketika ia mulai merintis, ia mengerjakan daerah tempat tinggal orang-orang dari bangsa lain. Namun, pada suatu hari, ketika ia mengerjakan daerahnya, ia bertemu dengan seorang wanita Kazak. Ia menawarkan kepadanya majalah Sedarlah!, yang diterima si wanita itu. Setelah dua minggu berlalu, barulah saudari itu berani membuat kunjungan kembali. Sungguh heran, wanita itu merasa kesal karena saudari itu tidak datang lebih cepat. Wanita itu menarik tangan si saudari untuk datang ke apartemennya, memperlihatkan buku Pengetahuan kepada saudari itu, dan mengatakan, ”Mari kita belajar Alkitab!” Setelah beberapa waktu, wanita itu dengan dua putranya dibaptis di sebuah kebaktian wilayah. Sekarang, putranya yang lebih muda melayani sebagai penyiar belum terbaptis, dan putrinya serta dua keponakannya juga belajar Alkitab.

Di sebuah negeri Timur Tengah, seorang perintis istimewa menghubungi seorang pria bernama Pak John yang ingin memperpanjang langganan Menara Pengawal dan Sedarlah! Pak John menjelaskan bahwa kakeknya, yang tinggal di India, sudah lama menjadi Saksi. Pak John sudah menghadiri perhimpunan sewaktu ia berada di India tetapi sudah 19 tahun tidak tinggal di sana. Ia tidak tahu caranya menghubungi Saksi-Saksi setempat.

Ketika perintis itu menganjurkannya untuk menghadiri perhimpunan, Pak John menjawab bahwa ia mengadakan perhimpunan di rumahnya sendiri pada waktu yang sama, dan menambahkan bahwa di perhimpunan tersebut ia ”belajar Alkitab dan berdoa”. Dengan menggunakan Menara Pengawal dan buku Pengetahuan, Pak John belajar Alkitab bersama 25 teman sebangsanya. Mereka telah mengadakan perhimpunan mingguan selama beberapa tahun. Sementara itu, kelompok berbahasa Inggris di sana hanya dihadiri oleh 12 penyiar. Kelompok India tersebut dikunjungi, dan diambil langkah-langkah untuk memelihara kebutuhan rohani para peminat itu.

Di Nepal, seorang anak perempuan tinggal di sebuah panti asuhan yang dikelola oleh relawan-relawan Korea. Pada waktu ia belajar di sekolah panti asuhan itu, salah satu gurunya mengaku bahwa ia telah menemukan ”orang-orang Kristen sejati”. Anak perempuan yatim itu merasa dirinya adalah seorang Kristen sejati. Karena orang-orang yang menjalankan panti asuhan itu juga mengaku diri Kristen, ia bertanya-tanya tentang pernyataan gurunya tadi. Untuk memuaskan rasa penasarannya, ia ingin bertemu dengan ”orang-orang Kristen sejati” ini. Ternyata gurunya itu belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan menghadiri perhimpunan secara teratur. Anak perempuan itu menghubungi gurunya dan menghadiri perhimpunan bersamanya. Anak itu begitu terkesan dengan apa yang diamatinya sehingga ia segera menerima pengajaran Alkitab. Dengan cepat ia membuat kemajuan dan dibaptis dalam waktu empat bulan. Setelah ia dibaptis, ia mulai merintis ekstra.

Eropa

Setiap tahun di London, Inggris, diadakan sebuah pameran yang menyediakan informasi untuk komunitas tunarungu. Saksi-Saksi Yehuwa memasang sebuah stan yang menyediakan Alkitab dan lektur, termasuk presentasi video Apa yang Allah Tuntut dari Kita? dalam bahasa isyarat Inggris. Seorang wanita tunarungu, yang gembira melihat stan tersebut, datang dan mengatakan bahwa ia sudah pergi ke mana-mana mencari Saksi-Saksi tunarungu. Ia menjelaskan bahwa seorang Saksi tunarungu telah sering berbicara kepadanya sewaktu ia tinggal di Mongolia. Namun, setelah ayahnya meninggal barulah ia menghargai harapan kebangkitan dan mulai belajar Alkitab. Setelah ia pindah ke Inggris selama enam bulan, dan walaupun ia menemukan sebuah Balai Kerajaan, ia tidak mengerti apa yang dikatakan di perhimpunan dan ia pun tidak menyatakan diri bahwa ia seorang tunarungu. Ia berdoa kepada Yehuwa untuk menemukan Saksi-Saksi Yehuwa yang tunarungu, dan ia menemukannya. Sekarang, ia dan putrinya belajar Alkitab serta menghadiri perhimpunan dalam bahasa isyarat.

Andreia, Saksi yang berusia delapan tahun di Portugis, melihat bahwa seorang teman sekolahnya sangat sedih karena orang tuanya berpisah. Beberapa hari kemudian, Andreia menerima Sedarlah! terbitan 8 Januari 2001, yang rangkaian artikel utamanya bertemakan ”Dapatkah Kita Menyelamatkan Perkawinan Kita?” Dengan antusias, ia menjelaskan kepada ibunya bahwa artikel-artikel itu dapat membantu orang tua temannya itu. Kemudian, Andreia mengatur agar ayah dan ibu temannya masing-masing mendapat majalah itu.

Tidak lama setelah itu, teman Andreia mengatakan kepadanya, ”Ayah dan ibu saya sudah tinggal bersama lagi, dan ayah saya menyuruh saya mengatakan kepadamu bahwa keluarga kami sekarang sudah bersatu kembali, berkat majalah yang kamu berikan kepada kami!” Berikutnya, Andreia memberi keluarga itu buku Rahasia Kebahagiaan Keluarga. Ibunya Andreia sekarang memimpin pengajaran Alkitab dengan ibu temannya itu.

Di Italia, dua Saksi sedang berdinas ketika mereka berjumpa dengan seorang pria lansia dan memperkenalkan majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! kepadanya. Bapak tua itu mengatakan bahwa ia tidak dapat membaca. Ia menjelaskan bahwa pada usia tujuh tahun, ia sudah menjadi gembala. Setelah itu, ia tinggal di pegunungan selama 15 tahun, hanya ditemani oleh domba-dombanya. Ia tidak pernah duduk di bangku sekolah. Sewaktu ia menggembalakan domba, ia biasanya berdoa dengan sungguh-sungguh agar ia boleh mengenal Allah dengan lebih baik. Ia mengatakan kepada saudara-saudara itu, ”Seandainya saya dapat membaca majalah-majalah kalian, hal itu seperti mimpi yang menjadi kenyataan.”

Salah seorang di antara saudara-saudara itu mengatakan, ”Belum terlambat bagi Bapak untuk belajar membaca.” Pada hari berikutnya, gembala itu datang ke Balai Kerajaan. Dengan bantuan Saksi-Saksi, bapak tua itu belajar membaca dan menulis. Sekarang, ia sudah menjadi pembaca Alkitab yang rajin dan penyiar kabar baik yang tak kenal lelah.

Greenland, yang dalam laporan ini digabungkan dengan Eropa, adalah pulau terbesar di dunia, sekalipun seluruh penduduknya hanya berjumlah kurang lebih 56.000 orang. Ada tujuh sidang di negeri ini, beberapa di antaranya sangat kecil.

Harald yang berusia 15 tahun adalah seorang penyiar belum terbaptis di salah satu sidang itu. Pada waktu kelasnya pergi mengadakan studi tur, Harald tidak ikut. Ia malah menghadiri kelas lain, yang murid-muridnya mendapat tugas untuk berbicara tentang agama mereka. Meskipun mereka sudah diberi waktu kurang lebih dua bulan untuk mempersiapkannya, hanya segelintir siswa yang mempunyai sesuatu untuk disampaikan, dan mereka pun hanya berbicara beberapa menit saja. Karena masih ada waktu setengah jam sebelum kelas usai, sang guru bertanya, ”Apa lagi yang hendak kita lakukan sebelum bel?” Harald—si siswa tamu—mengacungkan tangan dan mengatakan bahwa ia senang untuk menceritakan kepada mereka tentang agamanya.

Sang guru berkata, ”Kamu yakin dapat melakukannya? Kamu belum sempat mempersiapkannya.” Harald mengatakan bahwa ia sudah siap, kemudian ia memberikan kesaksian yang bagus di kelas itu. Ketika guru kelas Harald mendengar tentang apa yang telah dilakukannya, sang guru meminta agar ia melakukan hal yang sama di kelasnya sendiri. Kali ini ia diberi waktu satu minggu untuk mempersiapkannya. Ia membawa publikasi-publikasi Alkitab untuk diperlihatkan kepada teman-teman sekelasnya dan kepada gurunya.

Pia, yang tinggal di Denmark, ingin bayinya yang baru lahir dibaptis di gereja. Suaminya tidak percaya akan baptisan bayi, maka mereka memperdebatkan soal tersebut. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membicarakan hal itu dengan pendeta mereka. Sang pendeta memberi tahu mereka bahwa baptisan bayi tidak berdasarkan Alkitab. Pia marah kepada gerejanya dan pendetanya karena selama 32 tahun ia sudah diajar untuk percaya kepada sesuatu yang salah. Ia tidak lagi ingin bayinya dibaptis dan memutuskan untuk membaca Alkitab sendiri dan menyelidiki apa yang benar dan apa yang salah.

Pada bulan Mei 2000, seorang Saksi mengunjungi Pia, dan Pia menerima sebuah pengajaran Alkitab. Setelah menghadiri sebuah kebaktian distrik, ia mengatakan, ”Saya belum mengerti semuanya, tapi saya tahu bahwa Gereja Nasional tidak memiliki kebenaran.” Sekarang, ia sudah menjadi penyiar belum terbaptis dan dengan cepat membuat kemajuan ke arah pembaptisan.

Di Slovenia, seorang saudara bersama putranya sedang bersantai di sebuah taman dan ia melihat bahwa seorang siswi memisahkan diri dari siswa-siswa yang lain. Ia memulai percakapan dengan siswi itu tentang hal-hal rohani. Kemudian, saudara tersebut dengan istrinya memulai sebuah pengajaran Alkitab dengan siswi itu, yang bernama Silvia. Ia membawa pacarnya untuk ikut belajar, dan sekarang pacarnya juga belajar Alkitab. Silvia juga berbicara tentang kebenaran kepada ibunya, yang juga mulai belajar. Sekarang, ketiganya menghadiri perhimpunan secara rutin di Balai Kerajaan. Silvia sudah menjadi penyiar belum terbaptis. Menarik sekali, Silvia mengenang bahwa pada hari ia berjumpa dengan saudara itu di taman, ia berdoa kepada Allah untuk membantunya mengerti mengapa dunia ini begitu tak bermakna.

Tahun-tahun belakangan ini, imigran dari Amerika Selatan dan Tengah berbondong-bondong datang ke Spanyol. Seorang saudari perintis yang sedang mengabar dari rumah ke rumah memberi kesaksian kepada seorang wanita dari Kolombia. Wanita itu mendengarkan dengan penuh perhatian dan mau menerima pengajaran Alkitab. Pada kunjungan berikutnya, perintis itu menawarkan pengajaran Alkitab kepada orang-orang yang tinggal di apartemen yang sama. Beberapa di antara mereka mau menerima tawaran itu. Karena penghuni apartemen itu terus berganti, saudari itu memberi kesaksian kepada siapa saja yang ia jumpai di sana. Selama itu, ia telah memulai 20 pengajaran Alkitab. Ada di antara mereka yang sudah pindah, dan tidak diketahui apakah mereka meneruskan pelajaran mereka atau tidak. Namun, sepuluh pengajaran Alkitab sekarang diadakan secara rutin, dan beberapa siswanya sudah menghadiri perhimpunan.

Di Kreta, ada seorang wanita yang berusia 82 tahun yang sudah mendengarkan berita Kerajaan selama 40 tahun, tetapi baru belakangan ini saja ia menjadi penyiar belum terbaptis. Minat pribadi yang diperlihatkan oleh seorang saudari perintis istimewa kepadanya memberi dia semangat untuk mulai membuat kemajuan, dan ia pun akhirnya dibaptis.

Tidak lama kemudian, anggota keluarganya yang lain mengikuti haluannya. Suami wanita ini, yang berusia 86 tahun dan sudah biasa merokok selama 60 tahun, mulai belajar Alkitab, berhenti menggunakan tembakau, dan menjadi penyiar belum terbaptis. Putri pasangan suami istri ini, yang berusia 55 tahun, juga belajar dan membuat kemajuan. Ia menghadiri perhimpunan dan berhenti merokok. Akhirnya, salah seorang cicit mereka mulai belajar Alkitab dan menyatakan keinginannya untuk menjadi siswa Sekolah Pelayanan Teokratis.

Di Estonia, sewaktu seorang saudari utusan injil memberi kesaksian di apartemen sebelah apartemennya sendiri, ia berjumpa dengan seorang wanita yang menanyakan apakah ia mempunyai seorang suami yang baik. Saudari itu menjawab ”ya”. Si wanita menanyakan tempat tinggalnya. Saudari itu menjawab bahwa ia tinggal di apartemen sebelah. Mendengar itu, si wanita menjadi antusias dan mengatakan, ”O, kalau begitu, Andalah orangnya—pasti Anda orangnya. Anda sering makan di balkon, bukan?”

Saudari itu menjawab, ”Ya, dengan suami saya.”

Si wanita mengatakan, ”Saya sering memperhatikan kalian. Suami Anda mengenakan celemek, dan sering menyajikan makanan. Saya yakin, perkawinan Anda pasti bahagia! Saya tidak dapat melihat kalian dari apartemen saya, tapi saya selalu mengamati kalian dari apartemen teman saya. Kami memperhatikan bahwa kalian selalu berdoa sebelum makan. Benar-benar menyenangkan melihatnya. Mari, silakan masuk.” Sejak saat itu, saudari itu pun mengunjungi si wanita secara rutin.

Oseania

Bagian bumi ini mencakup pulau-pulau di Samudra Pasifik bagian selatan, barat, dan tengah, termasuk Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia. Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Melayu juga termasuk dalam laporan ini.

Pada suatu hari, dua saudari di Selandia Baru melihat seorang wanita yang sedang bekerja di kebunnya. Mereka berhenti untuk membantunya mencabut beberapa batang bambu. Karena merasa kagum akan kebaikan mereka, ia menyuguhi mereka kopi, dan mereka pun memberikan kesaksian kepadanya. Ia menulis kepada surat kabar setempat tentang kejadian itu. Surat kabar tersebut menghubungi sidang untuk memberi tahu saudari-saudari itu bahwa mereka telah memenangkan karangan bunga yang indah sebagai penghargaan atas kebaikan mereka.

Artikel itu mengatakan, ”Bantuan Saksi-Saksi Yehuwa kepada janda itu untuk mencabut batang bambu yang bandel itu merupakan tindakan yang wajar bagi mereka—mereka memang sudah biasa membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Kebaikan mereka besar artinya bagi janda itu. Orang yang dibantu begitu menghargainya sehingga ia menceritakan semuanya kepada kami. Cerita ini terpilih sebagai pemenang hadiah karangan bunga untuk bulan Agustus. Sebagaimana kami senang menerima kebaikan mereka, semoga mereka pun senang menerima karangan bunga ini.”

Di sebuah pulau di Kepulauan Vanuatu, dua orang perintis memberi kesaksian kepada seorang gadis muda yang bekerja di sebuah toko. Ia menerima brosur Tuntut dan juga setuju untuk menerima sebuah pengajaran Alkitab. Ayahnya sangat menentang dan tidak mau putrinya belajar dengan Saksi-Saksi. Ia menghancurkan lektur Alkitab anaknya, memukulinya dengan hebat, dan akhirnya mengusirnya keluar dari rumah. Sementara itu, si gadis muda membuat kemajuan dalam pengetahuan Alkitab, menghadiri perhimpunan, dan memupuk buah-buah roh. (Gal. 5:22, 23) Sikapnya yang penuh respek akhirnya memberi kesan baik kepada ayahnya, yang menjadi lebih tenang dan mengundang putrinya untuk pulang kembali. Ia mendaftar di Sekolah Pelayanan Teokratis dan untuk pertama kalinya menghadiri kebaktian wilayah di Pulau Santo yang tidak jauh dari situ. Ketika ia ditanya tentang caranya ia membiayai perjalanannya, dengan tersenyum ia menjawab, ”Ayah saya yang membayar tiketnya.”

Clarence adalah seorang pria ramah yang selalu mengambil majalah bila para penyiar mengunjunginya di rumahnya di Hawaii. Seorang perintis yang pada suatu hari berjumpa dengan dia melihat bahwa Clarence mempunyai buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi dan menawarkan pengajaran Alkitab. Clarence segera menerimanya dan mengatakan bahwa sudah lama ia ingin belajar Alkitab. Clarence membuat persiapan yang baik untuk pelajarannya dan tidak lama kemudian mulai menghadiri perhimpunan.

Akan tetapi, Clarence harus membuat banyak perubahan. Sebagai veteran Perang Dunia II, ia merasa bangga sewaktu berparade bersama rekan-rekan veteran lainnya pada hari-hari raya. Lalu, pada waktu Natal, ia biasanya merelakan diri untuk berdiri sambil membunyikan bel di tepi jalan dan menerima sumbangan untuk Bala Keselamatan. Dibutuhkan cukup banyak waktu untuk membuat dia menyadari apa yang dimaksudkan dengan tidak menjadi bagian dari dunia Setan. Namun, akhirnya ia memenuhi syarat untuk ikut dalam pelayanan.

Clarence dibaptis pada usia 85 tahun dan terus mengambil bagian secara aktif dalam pelayanan. Ia menyampaikan khotbah latihan di Sekolah Pelayanan Teokratis. Baru-baru ini, ia belajar menggunakan komputer sehingga ia dapat melakukan riset dengan menggunakan Watchtower Library (Perpustakaan Menara Pengawal) di CD-ROM. Dengan keyakinan yang teguh, Clarence mengatakan, ”Tidak ada yang dapat memalingkan saya dari pelayanan kepada Yehuwa karena sekarang saya sudah menemukan kebenaran.”

Di Australia, sewaktu seorang saudari sedang melakukan kesaksian melalui telepon, ia bertanya kepada seorang pria kalau ia bisa menyisihkan 15 menit setiap minggu untuk pembahasan Alkitab di telepon. Pria itu mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan hal itu. Saudari itu bertanya, ”Bagaimana kalau lima menit saja?” Dengan berat hati ia menyetujuinya. Minggu berikutnya mereka mulai dengan pelajaran selama lima menit. Kemudian, ia mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit. Karena saudari itu selalu memegang janjinya sehubungan dengan waktu, ia biasanya mengatakan, ”Ya, pertanyaan itu bagus, tapi waktu kita sudah habis, jadi sebaiknya kita membahas pokok ini di kali berikut. Sampai minggu depan.”

Ketika pria itu menanyakan tentang caranya ia dapat mengetahui agama yang benar, pertanyaan itu dijadikan pokok pembahasan pada pelajaran berikutnya. Setelah membahas pokok itu, ia berkata, ”Pastilah Saksi-Saksi Yehuwa memiliki agama yang benar, tapi saya tidak bisa percaya begitu saja dan berpindah agama. Saya rasa, saya membutuhkan lebih banyak pengetahuan.” Seraya minatnya bertumbuh, waktu pelajaran pun bertambah dari 5 menit menjadi 30 menit.

Setelah mereka menyelesaikan brosur Tuntut, saudari itu bertanya kepada pria tersebut apakah ia dan suaminya bisa bertemu dengan dia di rumahnya dan membahas apa yang selama itu mereka telah pelajari. Si pria menyetujuinya. Mereka mengunjunginya, dan mengatakan bahwa mereka senang sekali dapat membantu dia selama enam bulan sebelumnya dan menganjurkan agar dia melanjutkan pelajarannya. Sekarang, suami saudari itu mengunjungi pria tersebut di rumahnya setiap minggu untuk memimpin pengajaran Alkitab.

Masih banyak bagian dari Papua Nugini yang belum pernah disentuh kabar baik karena desa-desanya sulit dijangkau. Biasanya, cara satu-satunya untuk menghubungi penduduk dari desa-desa ini adalah dengan menjumpai mereka sewaktu mereka datang ke kota untuk membeli barang-barang kebutuhan. Dengan cara inilah seorang pria dari desa yang terpencil memperoleh sebuah majalah Menara Pengawal. Setelah membacanya, ia menulis kepada kantor cabang untuk mendapatkan lebih banyak keterangan. Seorang utusan injil diminta untuk menghubunginya. Caranya adalah melalui surat, dan sebagai hasilnya, banyak pengajaran Alkitab diadakan dengan para peminat melalui surat.

Karena sudah bertekad untuk mengunjungi daerah itu, beberapa utusan injil berangkat dengan menggunakan kendaraan four-wheel-drive (semacam jip). Perjalanannya memakan waktu enam jam, sebagian besar menempuh jalan-jalan hutan yang berbahaya, sempit, dan berkelok-kelok melalui gunung dan menyeberangi sungai-sungai. Adakalanya, ”jalan” yang mereka tempuh adalah tepian sungai. Ketika mereka tiba di tempat tujuan, mereka melihat bentangan dataran rendah yang indah seluas 10 sampai 12 kilometer persegi yang dikelilingi gunung-gunung yang lerengnya diselimuti hutan lebat dan puncaknya bermahkotakan awan-awan. Rasanya seperti hidup di masa lampau. Rumah-rumahnya terbuat dari bambu, masih sama seperti rumah pada abad-abad sebelumnya. Ketika penduduknya mendengar bahwa para utusan injil telah tiba, dengan antusias mereka datang dan berkumpul. Walaupun banyak di antara mereka belum pernah bertemu dengan Saksi-Saksi Yehuwa, mereka sudah mempelajari Menara Pengawal dua kali seminggu, dan hampir semuanya sudah meninggalkan Gereja Lutheran.

Para utusan injil mempertunjukkan bagaimana caranya memimpin perhimpunan dan mengumumkan bahwa akan ada khotbah umum pada hari berikutnya pukul 8.00. Pada hari berikutnya, beberapa pria bangun pada pukul 4.30 dan pergi ke desa-desa tetangga untuk mengundang orang-orang mendengarkan khotbah itu. Yang lain-lainnya membangun sebuah ruangan untuk pertemuan itu. Cabang-cabang pohon yang besar digunakan untuk bangku, dan cabang-cabang berdaun dijadikan naungan. Mimbarnya dibuat dari bambu. Semua orang merasa sangat antusias. Ada 44 hadirin pada pertemuan itu, dan 11 orang baru yang mendaftarkan nama mereka untuk menerima pengajaran melalui surat. Para utusan injil pulang ke rumah dalam keadaan sangat lelah tetapi juga sangat puas dengan hasil kerja keras mereka.

[Gambar di hlm. 45]

Grant yang berusia delapan tahun, dari Zambia, memimpin banyak pengajaran Alkitab

[Gambar di hlm. 57]

Stan yang digunakan di pameran untuk kaum tunarungu di Inggris

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan