PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • gt psl. 123
  • ”Lihatlah Pria Itu!”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Lihatlah Pria Itu!”
  • Tokoh Terbesar Sepanjang Masa
  • Bahan Terkait
  • ”Lihatlah Manusia Itu!”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Pilatus Berkata, ”Lihatlah Orang Ini!”
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
  • Siapa Pontius Pilatus Itu?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2005
  • Pilatus
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
Lihat Lebih Banyak
Tokoh Terbesar Sepanjang Masa
gt psl. 123

Pasal 123

”Lihatlah Pria Itu!”

TERKESAN oleh sikap Yesus dan mengakui bahwa ia tidak bersalah, Pilatus mencari cara lain untuk membebaskan dia. ”Pada kamu ada kebiasaan,” katanya kepada orang banyak itu, ”bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu.”

Barabas, seorang pembunuh yang terkenal, juga sedang dipenjarakan, maka Pilatus bertanya, ”Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?”

Didesak oleh imam-imam kepala yang telah menghasut mereka, orang-orang meminta agar Barabas dibebaskan tetapi Yesus dibunuh. Belum menyerah, Pilatus menanggapi, dengan bertanya lagi, ”Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?”

”Barabas,” teriak mereka.

”Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?” tanya Pilatus dengan putus asa.

Dengan satu teriakan yang memekakkan, mereka menjawab, ”Ia harus dipantek pada tiang!” ”Pantek dia! Pantek dia!” (NW)

Mengetahui bahwa mereka menuntut kematian seorang manusia yang tidak bersalah, Pilatus memohon, ”Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati padaNya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskanNya.”

Meskipun berbagai upaya Pilatus, orang banyak yang marah sekali, dihasut oleh para pemimpin agama, tetap berteriak, ”Ia harus dipantek pada tiang!” (NW) Karena terus dikobarkan oleh para imam, orang banyak menginginkan darah. Kalau dipikir, hanya lima hari sebelumnya, beberapa di antara mereka kemungkinan ikut menyambut Yesus di Yerusalem sebagai Raja! Sementara itu, murid-murid Yesus, jika mereka hadir, tetap diam dan tidak menonjolkan diri.

Pilatus, mengetahui bahwa imbauannya sia-sia dan malah menimbulkan huru-hara, mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak, serta berkata, ”Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!” Menanggapi hal itu orang-orang menjawab, ”Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”

Maka, sesuai dengan tuntutan mereka—dan karena lebih ingin memuaskan orang banyak sebaliknya daripada melakukan apa yang dia tahu adalah benar—Pilatus melepaskan Barabas bagi mereka. Ia mengambil Yesus dan memerintahkan menelanjangi dan mencambukinya. Ini bukan cambukan biasa. The Journal of the American Medical Association menjelaskan tentang kebiasaan orang Roma mencambuk,

”Alat yang biasa digunakan adalah sebuah cambuk pendek (flagrum atau flagellum) dengan banyak tali kulit yang berbeda-beda panjangnya yang beberapa di antaranya dijalin, dibubuhi bola-bola besi kecil atau potongan-potongan tulang domba yang tajam secara berselang-seling. . . . Bila serdadu-serdadu Roma berkali-kali mencambuk punggung korban dengan kekuatan penuh, bola-bola besi akan menyebabkan luka memar yang dalam, dan tali-tali kulit serta tulang-tulang domba akan menyayat kulit serta jaringan di bawah kulit. Kemudian, seraya pencambukan terus berlangsung, luka goresan akan menyobek urat-urat di bawah kerangka tulang dan hasilnya ialah serpihan daging yang berdarah.”

Setelah pemukulan yang menyiksa ini, Yesus dibawa ke istana gubernur, dan seluruh anggota pasukan tentara dipanggil. Di sana serdadu-serdadu melanjutkan perlakuan kejam terhadapnya dengan menganyam sebuah mahkota duri dan menekannya di atas kepalanya. Mereka menaruh sebatang buluh di tangan kanannya, dan memakaikan jubah ungu, sejenis yang dipakai oleh keluarga raja. Kemudian mereka berkata kepadanya dengan nada mengejek, ”Salam, hai Raja orang Yahudi!” Mereka juga meludahi dan menampar mukanya. Mereka mengambil buluh yang keras itu dari tangannya, dan menggunakannya untuk memukul kepalanya, sehingga duri-duri tajam dari ”mahkota” kehinaannya masuk lebih dalam lagi ke kulit kepalanya.

Wibawa dan kekuatan Yesus yang luar biasa dalam menghadapi penganiayaan sangat mengesankan Pilatus sehingga ia tergerak untuk membuat upaya lain untuk melepaskan dia. ”Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya,” katanya kepada orang banyak. Mungkin ia membayangkan bahwa pemandangan tentang kondisi Yesus yang tersiksa akan memperlunak hati mereka. Ketika Yesus berdiri di hadapan gerombolan orang yang kejam, memakai mahkota duri dan jubah ungu dengan wajah berdarah yang menahan rasa sakit, Pilatus mengatakan, ”Lihatlah manusia [”pria”, NW] itu!”

Meskipun dalam keadaan memar dan terluka, di sini berdiri seorang tokoh yang paling terkemuka sepanjang sejarah, benar-benar tokoh terbesar sepanjang masa! Ya, Yesus menunjukkan kewibawaan yang tidak mencolok dan ketenangan yang memperlihatkan kebesaran yang bahkan harus diakui Pilatus, karena kata-katanya jelas menunjukkan respek bercampur belas kasihan. Yohanes 18:39–19:5; Matius 27:15-17, 20-30; Markus 15:6-19; Lukas 23:18-25.

▪ Cara bagaimana Pilatus berupaya membebaskan Yesus?

▪ Bagaimana Pilatus berupaya membebaskan dirinya dari tanggung jawab?

▪ Apa yang terjadi bila seseorang dicambuk?

▪ Bagaimana Yesus diejek setelah dianiaya?

▪ Upaya lebih lanjut apa yang Pilatus lakukan untuk membebaskan Yesus?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan