-
Mengapa Saya Kurang Percaya Diri?Sedarlah!—1990 (No. 33) | Sedarlah!—1990 (No. 33)
-
-
Muda dan Perasa
Pertama-tama, sadarilah bahwa perasaan kurang percaya diri bersifat universal. Setiap orang dilahirkan tidak sempurna dan karena itu cenderung merasa kurang sanggup atau bahkan sewaktu-waktu merasa tidak berguna. (Yakobus 3:2; bandingkan Roma 7:21-24.) Lebih dari itu, anda masih muda dan kurang berpengalaman. Maka, wajar jika anda merasa gugup di tempat yang asing atau pada waktu anda diminta mengerjakan sesuatu yang sama sekali baru.
Sebagai contoh, Alkitab menceritakan mengenai pria muda Yeremia pada waktu ia ditunjuk sebagai nabi Allah. Sekalipun kemungkinan besar ia sudah berumur 20-an, Yeremia merasa kurang yakin akan kesanggupannya untuk melaksanakan penugasannya, dan berdalih, ”Aku ini masih muda.” (Yeremia 1:6) Rupanya, pria muda Timotius juga merasa kurang mampu. Rasul Paulus harus memberinya nasihat yang terus terang untuk membantu dia mengatasi perasaan kurang percaya diri.—1 Timotius 4:11-16; 2 Timotius 1:6, 7.
-
-
Mengapa Saya Kurang Percaya Diri?Sedarlah!—1990 (No. 33) | Sedarlah!—1990 (No. 33)
-
-
Melawan Perasaan Kurang Percaya Diri
Apapun penyebabnya, perasaan kurang percaya diri hanya merupakan bagian dari pertumbuhan kepada kedewasaan dan mungkin tidak akan pernah hilang sama sekali.a Kekhawatiran yang tidak semestinya mengenai penampilan, reputasi, atau kesanggupan dapat terus menggoyahkan keyakinan diri sekalipun orang itu sudah menjadi seorang dewasa yang seimbang.
Banyak remaja berupaya menutupi kurangnya percaya diri mereka dengan bualan kosong, pakaian yang aneh, atau dengan memberontak. Namun ada banyak cara yang jauh lebih baik untuk mengatasi saat-saat munculnya perasaan kurang percaya diri.
Akui Hal-Hal Baik yang Anda Miliki: Anda mungkin tidak memiliki bentuk tubuh yang sempurna, namun anda telah memperkembangkan sifat-sifat Kristen seperti ”kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri”. (Galatia 5:22, 23) Sifat-sifat ini jauh lebih berharga daripada kelebihan fisik dan bahkan dapat membantu anda memperoleh perkenan Allah.
Hindari Perbandingan yang Tidak Adil: Sebagaimana dikatakan oleh Eleanor Roosevelt, istri dari presiden Amerika Serikat yang ke-32, ”Tidak seorang pun dapat membuat anda merasa rendah diri tanpa seizin anda.” Maka Galatia 6:4 memberikan nasihat yang bagus, ”Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.”
Apakah kenyataan bahwa penampilan orang lain lebih baik, pakaiannya lebih bagus, atau ia lebih pintar dari anda membuat dia menjadi lebih baik daripada anda? Yang pasti adalah bahwa, penampilan luar tidak penting bagi Allah. Alkitab mengatakan, ”Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi [Yehuwa] melihat hati.”—1 Samuel 16:7.
Hindari Jerat Iri Hati: ”Iri hati membusukkan tulang”, dan menimbulkan perasaan kurang percaya diri. (Amsal 14:30) Sebaliknya, belajarlah untuk ’bersukacita dengan orang yang bersukacita’ dan benar-benar bergembira atas keberhasilan mereka. (Roma 12:15) Jika anda berbuat demikian, orang lain akan sungkan melontarkan kata-kata negatif atas kesuksesan anda.
Perhatikan Kepentingan Orang Lain: Dr. Allan Fromme mengamati bahwa ”orang-orang yang mempunyai citra diri yang baik menikmati perasaan tenteram, karena mereka memperhatikan orang lain . . . Orang-orang yang mempunyai konsep yang negatif tentang diri sendiri sebenarnya menjadi tawanan dari dirinya sendiri. Mereka dibelenggu oleh kekhawatiran akan diri sendiri yang terus-menerus mengganggu”. Keluarlah dari belenggu itu dengan ’tidak hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga’. (Filipi 2:4) Semakin anda memperhatikan kepentingan orang lain, semakin sedikit anda mengkhawatirkan perasaan kurang percaya pada diri anda sendiri.
Terimalah Kritikan dengan Tenang: ”Janganlah memperhatikan segala perkataan yang diucapkan orang”, terutama jika mereka hanya bermaksud merendahkan anda. (Pengkhotbah 7:21) Sebaliknya, jika kritikan itu beralasan, berupayalah untuk menerapkannya. ”Orang bijak mendengar dan menambah ilmu . . . tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” (Amsal 1:5, 7) Anda mungkin lemah dalam suatu bidang, namun itu tidak membuat anda gagal sebagai pribadi.
Tetapi, bagaimana jika kritikan itu datang dari orang-tua anda? Orang-tua wajib mendisiplin anak-anak mereka. (Efesus 6:4) Jika anda merasa itu berlebih-lebihan, tidak adil, atau merendahkan diri anda, mungkin anda dapat memilih saat yang tenang untuk membicarakan hal itu dengan orang-tua anda dan katakan bagaimana pengaruh kata-kata mereka atas diri anda.
Tetapkan Cita-Cita yang Realistis: Anda tidak harus menjadi juara di kelas untuk menjadi murid yang baik atau menjadi atlit Olimpiade untuk dapat menikmati olahraga. ”Hikmat ada pada orang yang rendah hati [bersahaja, NW]”, dan kesahajaan berarti mengetahui keterbatasan diri. (Amsal 11:2) Namun, jangan menetapkan cita-cita yang terlalu rendah karena takut gagal. Kegagalan dapat menjadi sarana untuk belajar. Bagaimanapun, kita belajar berjalan dengan belajar mengatasi kecenderungan untuk jatuh!
Jangan Takut Berbeda: Remaja-remaja yang membiarkan teman-teman sebayanya menentukan kata-kata, cara mereka berpakaian dan berdandan hampir serupa dengan budak. (Roma 6:16) Sebaliknya, hendaklah anda ’melayani Yehuwa’. (Roma 12:11) Jika dicemoohkan karena melakukan sesuatu yang benar, hiburlah diri anda dengan kesadaran bahwa tindakan anda yang berani menyenangkan hati Allah.—Amsal 27:11.
Saran-saran ini pasti berguna. Namun jangan mengharapkan rasa percaya diri akan datang dalam sekejap. Bersabarlah. Jika perasaan negatif itu timbul lagi, berusahalah untuk tidak terlalu mengasihani diri sendiri. Pada waktunya anda akan merasa diri lebih yakin daripada sebelumnya.
-