-
Mengutil—Kesenangan Tak Berbahaya atau Kejahatan Serius?Sedarlah!—2005 | 22 Juni
-
-
Mengutil—Kesenangan Tak Berbahaya atau Kejahatan Serius?
BAYANGKAN skenario berikut. Pintu depan sebuah toserba terbuka, dan melalui pintu itu masuklah dua gadis remaja berpakaian modis. Mereka berjalan menyusuri lorong ke bagian kosmetik. Seorang satpam membuntuti dan berhenti pada jarak kira-kira 10 meter dari mereka, berdiri dengan posisi tangan di belakang. Ia mengawasi kedua gadis itu seraya mereka menunjuk-nunjuk lipstik dan maskara.
Mereka melirik ke satpam itu, yang terus memperhatikan mereka. Degup jantung mereka pun menghebat. Salah satu dari gadis itu pindah ke bagian pemoles kuku dan mengambil beberapa botol. Ia mengerutkan hidungnya seraya berpura-pura menilai dua gradasi warna merah yang serupa. Ia menaruh kembali satu botol dan mengambil botol lain yang gradasi warnanya agak lebih gelap.
Si satpam mengendurkan perhatiannya dan melihat ke arah yang berlawanan. Seperti diaba-aba, kedua gadis tadi menyelipkan beberapa lipstik dan pemoles kuku ke dalam tas tangan mereka. Wajah mereka tampak tenang, tetapi jantung mereka berdegup kencang. Mereka tetap di lorong itu beberapa menit lagi, yang satu melihat-lihat kikir kuku, sedangkan yang satunya lagi mengamat-amati pensil alis.
Keduanya saling memandang, bertukar kode, dan mulai berjalan ke arah depan toko. Si satpam memberikan jalan, dan mereka tersenyum kepadanya sambil lewat. Seraya berjalan menuju bagian aksesori ponsel yang berada di seberang kasir, mereka melihat-lihat aksesori yang dipajang. Mereka berbisik-bisik mengenai sarung-sarung kulit ponsel yang dipajang itu. Lalu, mereka mulai menuju ke pintu keluar.
Pada setiap ayunan langkah, gejolak dalam diri mereka menggelegak dan ketegangan serta sensasi meningkat. Seraya gadis-gadis itu melintasi pintu keluar, mereka rasanya ingin menjerit, tetapi bibir mereka terkatup rapat. Setelah sampai di luar, desakan emosi membuat wajah mereka merona. Gejolak dalam diri mereka pun mereda, dan mereka menarik napas lega. Gadis-gadis itu berjalan cepat-cepat, tetapi mereka terus-menerus cekikikan. Satu hal yang ada dalam benak mereka, ’Kami berhasil mengutil!’
Kedua gadis tadi hanyalah rekaan, tetapi skenario yang telah kami uraikan itu persis dengan kenyataannya. Menurut perkiraan, pengutilan terjadi sejuta kali sehari di Amerika Serikat saja, tetapi ini adalah problem global. Seperti yang akan kita lihat, pengutilan sangat merugikan. Akan tetapi, kebanyakan pengutil kurang memperhatikan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh ulah mereka. Bahkan, banyak orang yang punya uang pun lebih suka mengutil. Mengapa?
-
-
Mengapa Orang Mengutil?Sedarlah!—2005 | 22 Juni
-
-
Mengapa Orang Mengutil?
”Saya tidak menganggap hal itu sebagai pencurian, saya menganggapnya sebagai realokasi sumber daya ekonomi yang sangat dibutuhkan.”—SEORANG IMAM GEREJA INGGRIS.
ANDAIKAN legenda-legenda dapat dipercaya, Robin Hood merasa bahwa mencuri itu tidak apa-apa. Cerita rakyat Inggris mengisahkan bahwa ia merampok si kaya dan memberikan hasilnya kepada si miskin. Imam yang kata-katanya dikutip di atas juga berpendapat bahwa kemiskinan adalah motif yang sah untuk mencuri. Mengenai para pengutil, ia mengatakan, ”Saya menaruh simpati yang dalam kepada mereka, malah saya menganggap mereka sepenuhnya benar.” Ia berpendapat bahwa toko-toko besar seharusnya membuka pintu mereka untuk orang miskin sehari dalam setahun dan membiarkan mereka mengambil apa saja yang ada di rak tanpa harus membayar.
Akan tetapi, banyak pengutil didorong oleh motif lain, bukannya oleh kemiskinan. Di Jepang, polisi menangkap dua rekan mereka karena mengutil. Di Amerika Serikat, seorang anggota dewan koperasi nirlaba di bidang makanan tertangkap basah sedang mencuri di toko koperasi itu. Para remaja yang beruang sering kali mencuri barang-barang yang tidak mereka butuhkan. Apa yang mendorong orang-orang ini untuk mengutil?
’Asyik Rasanya’
Sensasi. Ketegangan. Kuasa. Seperti dua gadis di artikel sebelumnya, beberapa orang yang mengutil merasakan sensasi hebat ini, dan hasrat untuk merasakan sensasi itu membuat mereka terus-menerus mencuri. Setelah mencuri untuk yang pertama kali, seorang wanita mengatakan, ”Saya merasa senang. Saya mengutil tanpa tertangkap dan rasanya luar biasa!” Mengenai perasaannya setelah mencuri selama beberapa waktu, ia berkomentar lagi, ”Saya malu terhadap diri sendiri—tetapi juga gembira. Saya merasa sangat ceria. Mencuri dan tidak tertangkap membuat saya merasa hebat.”
Seorang pemuda bernama Hector mengatakan bahwa selama berbulan-bulan setelah ia berhenti mengutil, ia merasakan desakan untuk mencuri lagi.a ”Perasaan itu menghantui saya seperti kecanduan. Sewaktu saya berada di mal dan melihat sebuah radio di etalase toko, saya membayangkan, ’Mudah sekali mengambil radio itu. Saya dapat melakukannya dan tidak akan tertangkap.’”
Beberapa orang yang mengutil untuk kesenangan tidak menginginkan barang yang mereka curi. Sebuah surat kabar India menyatakan, ”Para psikolog mengatakan bahwa sensasi dari melakukan perbuatan terlarang itulah yang mendorong orang-orang ini. . . . Beberapa pengutil bahkan mengembalikan barang yang mereka curi.”
Alasan Lainnya
Depresi mempengaruhi puluhan juta orang. Adakalanya, orang yang menderita depresi menyalurkan perasaannya dengan perilaku yang buruk—seperti mengutil.
Ada seorang gadis berusia 14 tahun yang dibesarkan dalam keluarga yang rukun dan berada secara materi. Meski demikian, ada perasaan hampa yang meliputi remaja itu ”bagaikan awan”. ”Saya tidak bisa melepaskan diri dari perasaan itu,” katanya. Ia mulai menggunakan alkohol dan narkoba. Kemudian suatu hari, ia tertangkap basah sedang mengutil. Berikutnya, ia dua kali berupaya bunuh diri.
Jika remaja baik-baik tiba-tiba mulai mengutil, orang tua hendaknya memperhatikan apakah sang anak mengalami tekanan emosi. Dr. Richard MacKenzie, seorang ahli kesehatan remaja, mengatakan, ”Saya yakin bahwa setiap jenis perilaku anak kita yang tidak lazim hendaknya dianggap sebagai kemungkinan depresi sampai bukti menunjukkan hal lain.”
Beberapa orang muda mengutil karena tekanan dari teman sebaya—perbuatan mencuri ini dianggap sebagai karcis masuk ke dalam sebuah kelompok teman. Yang lain mengutil untuk mengusir kebosanan. Sedangkan orang yang pekerjaannya mengutil memang mencari nafkah dengan mencuri. Apa pun alasannya, para pencuri setiap harinya mengeruk jutaan dolar dalam bentuk barang dari toko. Dan, seseorang harus menanggung kerugiannya.
[Catatan Kaki]
a Beberapa nama dalam seri ini telah diubah.
[Kotak di hlm. 5]
KLEPTOMANIA
”Sejak saya masih remaja,” kata Maria, ”saya punya masalah dengan pengutilan. Dorongan untuk mencuri semakin parah sampai-sampai saya mencuri barang senilai 500 dolar AS per hari.
”Saya tidak bermaksud mencuri, tetapi dorongan itu semakin hebat. Saya benar-benar ingin berubah.” Karena dorongan untuk mencuri semakin sukar dikendalikan, Maria curiga bahwa ia menderita kleptomania.
Kata ”kleptomania” berarti ”dorongan untuk mencuri yang tidak dapat dikendalikan, khususnya tanpa alasan ekonomi”. Ini bukan kecanduan biasa; kelainan ini bersumber dari problem emosi yang berurat berakar.
Ada yang langsung menyebut pencuri kambuhan sebagai kleptomaniak, tetapi para dokter yakin bahwa jarang ada orang yang benar-benar mengidap kleptomania. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika, kurang dari 5 persen pengutil mengidap kelainan ini. Maka, ada baiknya tidak tergesa-gesa mengaitkan orang yang suka mencuri dengan kleptomania. Bisa jadi ada alasan lain mengapa seseorang mencuri.
-
-
Pengutilan—Siapa yang Dirugikan?Sedarlah!—2005 | 22 Juni
-
-
Pengutilan—Siapa yang Dirugikan?
DI Jepang, seorang pemilik toko menangkap basah seorang anak laki-laki yang mencuri lalu ia memanggil polisi. Ketika polisi tiba, anak itu kabur. Polisi mengejarnya. Sewaktu anak itu menyeberangi lintasan kereta api, ia dihantam kereta dan tewas.
Ketika kasus itu mendapat sorotan masyarakat, ada yang mengecam si pemilik toko karena memanggil polisi. Ia menutup usahanya sampai kemarahan itu mereda. Setelah ia membuka kembali tokonya, banyak pengutil yang datang lagi. Akan tetapi, trauma atas kejadian sebelumnya membuat ia takut menghadapi para pencuri itu. Tokonya menjadi terkenal sebagai sasaran empuk. Tidak lama kemudian, ia harus menutup tokonya selama-lamanya.
Memang, kasus ini lebih tragis daripada kebanyakan kasus, tetapi kasus ini menggambarkan suatu kebenaran penting. Pengutilan sangat merugikan—dalam banyak cara dan bagi banyak orang. Mari kita cermati besarnya kerugian karena kejahatan ini.
Kerugiannya atas Toko
Pengutilan merugikan pedagang di seluruh dunia sampai miliaran dolar AS setiap tahun. Ada yang memperkirakan bahwa kerugian di Amerika Serikat saja mencapai lebih dari 40 miliar dolar. Berapa banyak usaha yang dapat bertahan kalau harus menanggung kerugian sebesar itu? Banyak toko yang kewalahan. Apabila para pencuri menyerbu lorong-lorong sebuah toko, sumber nafkah seumur hidup dapat terancam.
”Di samping persaingan, pengutilan adalah hal lain yang patut dikhawatirkan. Saya tidak tahu berapa lama lagi usaha kami dapat bertahan,” kata Luke, pemilik toko di New York City. Ia tidak mampu memasang sistem keamanan elektronik. Mengenai para pencuri, ia mengatakan, ”Siapa pun dapat melakukannya, bahkan pelanggan baik saya.”
Ada yang berpendapat bahwa problem Luke itu tidak serius. ”Toko-toko ini menghasilkan banyak uang,” kata mereka, ”jadi, apa yang saya curi tidak ada artinya.” Tetapi, apakah laba toko eceran memang begitu besar?
Toko di beberapa tempat menambahkan 30, 40, atau 50 persen dari harga barang yang mereka beli, tetapi persentase itu bukanlah laba bersih. Pedagang menggunakan pendapatan tambahan itu untuk membayar biaya operasional, seperti ongkos sewa, pajak, gaji dan tunjangan pegawai, pemeliharaan bangunan, perbaikan peralatan, asuransi, listrik, air, bahan bakar pemanas, telepon, dan sistem keamanan. Setelah dipotong pengeluaran ini, labanya mungkin 2 atau 3 persen. Jadi, apabila seseorang mencuri dari sebuah toko, hilanglah sebagian nafkah pedagang itu.
Bagaimana dengan Pencurian Kecil-kecilan?
Sewaktu berada di sebuah toko bersama ibunya, seorang bocah laki-laki menyelinap ke bagian gula-gula. Di sana, ia membuka sebuah kotak, mengambil sepotong permen, dan menyelipkannya ke dalam sakunya. Apakah pengutilan kecil-kecilan seperti ini mempengaruhi toko itu?
Dalam brosurnya Curtailing Crime—Inside and Out, Administrasi Usaha Kecil AS mengatakan hal ini, ”Pencurian kecil-kecilan mungkin tidak tampak seperti suatu kejahatan besar bagi pencuri iseng yang mengantongi bolpoin di sini dan kalkulator di sana. Tetapi, bagi usaha kecil yang kembang kempis, pencurian membunuh usaha tersebut.” Karena kecilnya selisih harga pokok dan harga jual, guna menutupi kerugian tahunan sebesar 1.000 dolar akibat pengutilan, pedagang eceran harus menjual 900 permen atau 380 sup kaleng tambahan setiap hari. Jadi, ancaman bagi sebuah usaha sangatlah besar jika banyak bocah mencuri permen. Itulah permasalahannya.
Puluhan juta orang, tua dan muda, miskin dan kaya, dari segala ras dan latar belakang, mencuri dari pasar dan toko. Apa akibatnya? Lembaga Pencegahan Kejahatan Nasional di AS melaporkan bahwa hampir sepertiga dari semua usaha di Amerika Serikat terpaksa gulung tikar gara-gara pencurian. Tidak ada keraguan bahwa usaha di negeri lain pun terancam hal yang sama.
Kerugiannya atas Pelanggan
Harga-harga akan membubung apabila orang mencuri dari toko. Oleh sebab itu, di beberapa daerah, para pelanggan membayar sekitar 300 dolar AS setahun dalam bentuk harga yang lebih mahal akibat pengutilan. Hal ini berarti jika Anda berpenghasilan 60 dolar per hari, Anda harus menyisihkan upah seminggu setiap tahun untuk menanggung apa yang orang lain curi. Apakah Anda mampu mengupayakan itu? Bagi orang yang mengandalkan pensiun atau ibu tunggal yang berjuang memenuhi kebutuhan keluarganya, kehilangan pemasukan selama seminggu dengan cara ini dapat mendatangkan pukulan. Kerugiannya belum berhenti sampai di sini.
Seluruh lingkungan perumahan dapat dirugikan apabila toko di sudut jalan harus tutup. Dilaporkan bahwa akibat pengutilan, toko obat di sebuah komunitas yang rapat penduduknya di Amerika terpaksa gulung tikar. Untuk memperoleh obat, banyak penduduk lansia dan lemah sekarang harus pergi sejauh dua setengah kilometer ke apotek lainnya. ”Bayangkan saja kalau harus pakai kursi roda,” kata seorang pejabat.
Kerugian Besar atas Orang Tua
Bruce adalah pria berstandar moral tinggi yang mengajar anak-anaknya untuk bersikap jujur. Suatu hari, putrinya tertangkap karena mencuri. ”Perasaan saya hancur,” katanya. ”Bayangkan bagaimana rasanya mendapat berita lewat telepon bahwa putri Anda ditangkap karena mengutil. Kami bertahun-tahun mengasuh putri kami agar menjadi orang baik, dan sekarang inilah yang terjadi. Kami tidak pernah menyangka bahwa ia akan memberontak dengan cara ini.”
Bruce sangat khawatir dengan putrinya dan masa depannya. Selanjutnya, ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai pengajar agama sukarela. ”Bagaimana saya dapat berbicara dari mimbar kepada jemaat? Bagaimana mungkin saya, dengan hati nurani yang bersih, mengajar mereka mengenai membesarkan anak? Saya merasa tidak enak hati.” Sang putri tampaknya tidak memikirkan pengaruh kejahatannya itu terhadap ayahnya.
Kerugiannya atas Pengutil
Di masa lalu, apabila pengelola toko menangkap basah pengutil, ia biasanya memberikan peringatan keras dan membiarkan si pencuri pergi. Dewasa ini, pemilik toko kerap kali menangkap pencuri bahkan yang baru pertama kali mengutil. Dengan demikian, para pencuri sadar bahwa kejahatan mereka ada konsekuensi seriusnya. Seorang gadis bernama Natalie merasakan hal ini.
”Semakin sering saya mencuri, saya semakin percaya diri,” kata Natalie. ”Saya bernalar bahkan jika saya tertangkap, ongkos pengacara dan biaya pengadilan toh masih lebih murah daripada saya harus membayar semua baju keren itu.” Natalie keliru.
Ia tertangkap basah ketika mencuri sepotong gaun, dan polisi membawanya dengan tangan terborgol. Di kantor polisi, sidik jarinya diambil dan ia dikurung dalam sebuah sel bersama penjahat lainnya. Ia harus berada di sana berjam-jam sementara menunggu orang tuanya membebaskannya dengan uang jaminan.
Natalie mengatakan hal ini kepada siapa pun yang berpikir untuk mencuri, ”Terima saran saya, dan beli sajalah gaun atau celana jin itu.” Jika Anda lebih suka mencuri, ia mengatakan, ”Anda akan menyesalinya untuk waktu yang sangat lama.”
Riwayat kejahatan juga menimbulkan penyesalan. Yang membuat para pengutil gundah, meski mereka sudah dihukum, pelanggaran mereka ternyata tidak terlupakan begitu saja tetapi muncul dan menghantui mereka, seperti noda pada gaun atau kemeja. Seorang pengutil mungkin harus mencantumkan riwayat kejahatannya dalam sebuah surat keterangan sewaktu mendaftar ke sebuah universitas. Ia mungkin mendapat kesulitan memasuki suatu profesi, seperti dokter, dokter gigi, atau arsitek. Perusahaan mungkin berpikir dua kali untuk memberinya pekerjaan. Dan, problem ini dapat timbul sekalipun ia telah menjalani sanksi yang ditetapkan oleh pengadilan dan tidak pernah mencuri lagi.
Pengutilan bisa besar dampaknya sekalipun si pelanggar tidak dihukum. Hector, yang disebutkan di artikel awal, merasakan hal ini. ”Saya selalu lolos,” katanya. ”Saya tidak pernah tertangkap sewaktu mencuri.” Tetapi, ia harus menanggung kerugiannya. Ia mengatakan, ”Saya kira kaum muda seharusnya memahami satu hal: Kalian menuai apa yang kalian tabur. Sekalipun polisi tidak pernah menangkap kalian, kalian akan rugi.”
Pengutilan bukanlah kejahatan tanpa korban, dan benda-benda yang dicuri para pengutil bukannya tak bernilai. Siapa pun yang terlibat dalam pengutilan hendaknya meninggalkan praktek itu sama sekali. Tetapi, bagaimana seorang pengutil dapat memperoleh kekuatan untuk sama sekali berhenti mencuri? Apakah kejahatan ini dapat diberantas?
-
-
Berakhirnya PengutilanSedarlah!—2005 | 22 Juni
-
-
Berakhirnya Pengutilan
”Meniadakan pencurian bukan hanya problem Anda, hal ini adalah problem seluruh masyarakat; semua orang memperoleh manfaat apabila pencurian dihentikan.—”EVERY RETAILER’S GUIDE TO LOSS PREVENTION.”
PENGUTILAN, sebagaimana praktek buruk lainnya, cenderung mempengaruhi cara berpikir seseorang, membuat dia membenarkan diri. Jadi, seperti halnya seorang pekebun mencabut lalang dengan akar-akarnya, mereka yang mau berhenti mengutil perlu mencabut cara berpikir yang buruk sampai ke akarnya. ’Ubahlah pikiranmu,’ nasihat Alkitab di Roma 12:2. Dan, di 1 Petrus 1:14, Alkitab mendesak, ”Berhentilah dibentuk menurut keinginan yang kamu miliki sebelumnya.” Lima pokok berikut ini dapat membantu seorang pengutil mengubah pikirannya sehubungan dengan pencurian.
Bantuan untuk Mengoreksi Cara Berpikir
◼ Pertama, pengutilan adalah pelanggaran hukum. Pencurian mungkin sudah umum di tempat seseorang tinggal, dan ia mungkin luput dari hukuman, tetapi seorang pengutil tetap dianggap melanggar hukum.—Roma 13:1.
Apa yang terjadi apabila banyak orang melanggar hukum? Menurut Alkitab, ”hukum menjadi mati rasa”. (Habakuk 1:3, 4) Maksudnya, manfaat hukum sebagai penahan menjadi berkurang, mengakibatkan rusaknya ketertiban masyarakat. Setiap kali seseorang mengutil, ia merongrong fondasi masyarakat yang taat hukum. Apabila hal ini terjadi, semua orang menderita.
◼ Kedua, mengutil merusak kepercayaan. Ketidakjujuran semacam ini melemahkan pertalian manusia, membuat orang sulit untuk saling memahami dan berurusan tanpa kecurigaan.—Amsal 16:28.
”Kesalahan terbesar saya ialah terlalu mempercayai orang.” Inilah komentar wanita pemilik toko pakaian setelah para pencuri membuat ia bangkrut. Ia dahulu percaya bahwa para pelanggan dan karyawannya tidak akan mencuri darinya. Sekarang, ia merasa bahwa kepercayaannya itu salah tempat.
Seseorang mungkin berdusta kepada orang lain dan reputasinya sendiri jatuh di mata orang itu. Tetapi, para pengutil menebarkan awan kecurigaan ke atas semua orang berikutnya yang masuk ke sebuah toko. Mereka membuat orang jujur dicurigai sebagai pengutil. Apakah menebarkan awan kecurigaan seperti itu bisa dibenarkan?
◼ Ketiga, kebiasaan mengutil dapat mengarah ke kejahatan yang lebih serius. Pada akhirnya, pengutil akan melakukan kejahatan dengan risiko yang jauh lebih besar.—2 Timotius 3:13.
Pengutilan Akan Berakhir Selamanya
◼ Keempat, dan terpenting, orang yang mengutil melawan Allah Yang Mahakuasa. Firman-Nya mengatakan agar pencuri ”tidak mencuri lagi”, dan memperingatkan bahwa orang yang tidak menaati Dia akan dihukum. (Efesus 4:28; Mazmur 37:9, 17, 20) Tetapi, Yehuwa mengampuni pencuri yang berubah. Mereka dapat berdamai dengan Allah.—Amsal 1:33.
◼ Kelima, pengutilan, seperti semua kejahatan lain, akan segera berlalu. Pada waktu Kerajaan Allah mengambil kendali penuh atas bumi sebagaimana dijanjikan dalam Alkitab, manusia akan memperlakukan satu sama lain dengan integritas dan kejujuran. Hal ini berarti tidak ada lagi kerugian yang besar karena pengutilan.—Amsal 2:21, 22; Mikha 4:4.
[Kotak/Gambar di hlm. 10]
METODE RENDAH BIAYA UNTUK MENCEGAH PENCURIAN
Beberapa usaha kecil mungkin tidak punya dana untuk membeli sistem keamanan yang mahal. Tetapi, bukan berarti mereka tidak berdaya menghadapi pengutil. Sering kali, toko dapat mengamankan dagangannya dengan mengambil beberapa langkah sederhana.
Dalam sebuah publikasi karya detektif Michael Brough bersama detektif Derek Brown ditandaskan perlunya memberikan perhatian kepada pelanggan, ”Awasi setiap orang. . . . Anda dan wiraniaga Anda adalah garis pertahanan utama.” Mereka menyarankan untuk mendekati seseorang yang dicurigai sebagai pengutil dengan cara ini: ”Apakah Anda sudah menemukan apa yang Anda cari? Silakan taruh barang itu di kasir, dan saya akan menghitungnya.” ”Boleh saya bungkuskan?” ”Apakah ukuran sweter itu sudah pas?” ”Bolehkah saya ambilkan keranjang belanjaan untuk Anda?” Kedua detektif itu mengatakan, ”Hal ini membuat pelanggan sejati, termasuk para pencuri, tahu bahwa Anda memperhatikan mereka dan menaruh minat pada mereka.”
Mengenai kerapian, mereka mengatakan, ”Rak-rak harus tetap terisi penuh dan rapi. Selalu perhatikan apa yang dipajang agar Anda hafal dengan barangnya, dan semakin rapi pajangannya, semakin mudah Anda mengetahui apakah ada barang yang posisinya berubah atau hilang.”—Every Retailer’s Guide to Loss Prevention.
Seorang penyidik, Russell Bintliff, menyarankan, ”Lorong-lorong yang bebas halangan dan rak-rak yang penuh stok membantu para karyawan mengamati apa yang dilakukan pelanggan. Dengan menyusuri sebuah lorong jika ada orang yang mencurigakan, seorang karyawan dapat menentukan barang yang hilang dan kemudian, dengan berpura-pura mengecek stok, mengamati apa yang ada di dalam kereta atau keranjang belanja. . . . Pengutil akan tahu apa yang terjadi; pelanggan yang jujur bahkan tidak akan menyadari bahwa sang karyawan sedang mengamatinya.” Mengenai tata letak lorong, ia mengatakan, ”Tata letaknya hendaknya memungkinkan karyawan dan [pemilik toko] mengamati pelanggan dengan jelas.”—Crimeproofing Your Business—301 Low-Cost, No-Cost Ways to Protect Your Office, Store, or Business.
-