-
Tidak Kawin tetapi Lengkap untuk Dinas AllahMenara Pengawal—1987 (Seri 42) | Menara Pengawal—1987 (Seri 42)
-
-
Tidak Kawin tetapi Lengkap untuk Dinas Allah
”Orang yang kawin baik perbuatannya, dan orang yang tidak kawin lebih baik lagi perbuatannya.”—1 KORINTUS 7:38, BIS.
1. Bagaimana perkawinan ternyata suatu berkat?
YEHUWA tidak pernah mengharapkan bahwa manusia pertama akan tetap lajang. Tetapi, Allah menciptakan seorang teman hidup bagi Adam, nenek moyang umat manusia. (Kejadian 2:20-24; Kisah 17:26) Dan perkawinan ternyata benar-benar suatu karunia! Dalam perkawinan terdapat persahabatan, memungkinkan untuk saling membantu, seyogianya suatu penyelenggaraan yang terhormat untuk menghasilkan keturunan, dan suatu sumbangan yang sangat besar bagi kebahagiaan manusia. Ya, bahkan orang-orang miskin dan yang tertindas dapat menikmati apa yang tidak dapat dibeli oleh uang dalam jumlah apapun—kasih antara suami-istri!—Kidung Agung 8:6, 7.
2, 3. (a) Pandangan apa yang diambil oleh sebuah publikasi agama berkenaan kehidupan lajang dan perkawinan? (b) Berdasarkan Alkitab, bagaimana hendaknya perkawinan dipandang?
2 Tetapi, ada yang mempunyai pandangan yang berbeda tentang perkawinan. Sebuah publikasi agama mengatakan, ”Hidup melajang adalah hukum gereja dalam Gereja Barat yang ditentukan bagi golongan pendeta yang tidak memperbolehkan yang sudah menikah untuk ditahbiskan dan melarang mereka yang berada dalam orde-orde suci untuk kawin. Ini termasuk kewajiban untuk menjalani kehidupan yang suci secara sempurna di bawah sumpah. Alasan-alasan untuk ini ialah: agar mereka yang ditahbiskan dapat melayani Allah dengan konsentrasi yang lebih besar (1 Kor. 7:32), dan agar dengan menempuh kehidupan berpantang sedemikian mereka menghormati kelajangan mereka, yang lebih kudus dan lebih mulia daripada menikah. Dalam PB [Perjanjian Baru] keadaan melajang atau perawan diangkat kepada panggilan yang lebih tinggi daripada keadaan sudah menikah.”—The Catholic Encyclopedia, disusun oleh Robert C. Broderick.
3 Apakah benar-benar mungkin bahwa kehidupan melajang yang dipaksakan ’lebih kudus dan lebih mulia daripada perkawinan’? Tidak menurut ”Perjanjian Baru”, yang menyatakan, ”Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran.” (1 Timotius 4:1-3) Sebenarnya, perkawinan adalah karunia dari Allah, dan ini baik.—Rut 1:9.
4. Mengingat 1 Korintus 7:38, pertanyaan-pertanyaan apa yang timbul?
4 Meskipun perkawinan suatu karunia dari Allah, rasul Paulus menulis, ”Orang yang kawin baik perbuatannya, dan orang yang tidak kawin lebih baik lagi perbuatannya.” (1 Korintus 7:38) Mengapa Paulus mengatakan bahwa lebih baik untuk tetap tidak kawin? Apakah seorang yang lajang harus merasa tidak lengkap? Dan dapatkah keadaan lajang menjadi suatu hal yang menguntungkan?
Pusat Perhatian dari Kehidupan Kristen
5. Apa seharusnya pusat perhatian dari kehidupan Kristen?
5 Melayani Yehuwa hendaknya menjadi pusat perhatian utama dari kehidupan Kristen kita, tidak soal kita lajang atau sudah kawin. Dinas suci yang dengan penuh sukacita kita baktikan kepada Allah memberikan bukti akan kasih kita kepada Dia sebagai Penguasa Universal. Ketaatan sepenuh hati dan berperan-serta dengan bergairah dalam pelayanan Kristen merupakan cara-cara untuk memperlihatkan kasih itu. (1 Yohanes 5:2, 3; 1 Korintus 9:16) Pelayanan maupun perbuatan ketaatan lain yang selaras dengan kehendak ilahi dapat dilaksanakan jika seseorang tidak kawin.
6. Tidak soal kita sudah kawin atau lajang, pelayanan yang bergairah memungkinkan kita untuk melakukan apa?
6 Para penginjil sekarang melaksanakan pekerjaan pengabaran Kerajaan demi kepujian Yehuwa. Dan tidak soal kita sudah kawin atau lajang, pelayanan dengan bergairah memberi kita kesempatan untuk mengkhususkan sedikitnya beberapa dari kemampuan pribadi dan karunia kita untuk dinas Allah. Namun kita harus memperkembangkan dan mengatur keadaan kita agar pelayanan tidak pernah dialihkan ke tempat kedua dalam kehidupan kita. Kita harus ’mencari dulu Kerajaan itu’. (Matius 6:33) Kita mendapatkan sukacita dalam memusatkan perhatian pada kepentingan ilahi daripada semata-mata untuk kepentingan pribadi saja.
Lengkap untuk Pelayanan
7. Apa contoh yang menunjukkan bahwa seorang Kristen yang tidak kawin dapat lengkap untuk pelayanan?
7 Orang-orang Kristen bisa lengkap untuk pelayanan tidak soal mereka lajang atau sudah kawin. Jadi keadaan tidak kawin merupakan suatu dasar yang tidak selalu menuntut diadakannya perubahan. (Bandingkan 1 Korintus 7:24, 27.) Firman Allah tidak menganut pandangan yang sama dengan beberapa suku yaitu bahwa seseorang tidak mencapai kedewasaan penuh jika ia tidak kawin. Yesus Kristus mati dalam keadaan tidak kawin, dan pengantin rohani di surga adalah satu-satunya istri yang dimiliki Yesus dengan wewenang dari Yehuwa. (Wahyu 21:2, 9) Tetapi, Putra Allah, meskipun tidak kawin sebagai manusia, adalah teladan yang terkemuka dari seseorang yang lengkap untuk pelayanan.
8. Seperti ditunjukkan Paulus, keadaan tidak kawin memungkinkan apa?
8 Sebenarnya, keadaan tidak kawin memungkinkan lebih banyak kebebasan pribadi dan waktu untuk pelayanan. Ketika menyarankan keadaan lajang, Paulus mengatakan, ”Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana ia dapat menyenangkan Tuhan. . . . Selanjutnya, perempuan yang tidak bersuami, dan anak-anak gadis, memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan.” (1 Korintus 7:32-34, NW) Ini berlaku bagi orang-orang Kristen lajang dan mereka yang pernah kawin tetapi telah berubah keadaannya, sehingga mereka kembali kepada keadaan tidak kawin.—Matius 19:9; Roma 7:2, 3.
9. Bagaimana teladan Yesus menunjukkan bahwa keadaan tidak kawin tidak membuat seseorang tidak lengkap untuk pelayanan Kristen?
9 Dengan mencapai kematangan secara fisik, mental, dan rohani, seseorang menjadi lengkap untuk dinas Allah. Yesus Kristus tidak memerlukan teman hidup agar lengkap untuk peranan sebagai Rohaniwan Utama Allah dan pribadi melalui siapa tebusan itu akan disediakan. (Matius 20:28) Karena Yesus tidak kawin, ia bebas memusatkan seluruh kekuatannya untuk pelayanan. Keadaannya yang tidak kawin sangat berbeda dari norma-norma Yahudi, yang menganggap perkawinan dan anak-anak hal yang sangat penting. Meskipun demikian, Yesus sepenuhnya dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Allah kepadanya. (Lukas 3:23; Yohanes 17:3, 4) Jadi, keadaan lajang tidak membuat seseorang kurang lengkap untuk pelayanan Kristen.
Orang-Orang yang Sudah Kawin ’Terbagi’
10. Karena ikatan ”satu daging”, apa yang Paulus katakan tentang mereka yang kawin dibandingkan dengan mereka yang tidak kawin?
10 Berbeda dengan orang-orang yang lajang, orang-orang Kristen yang sudah kawin hendaknya mengejar pelayanan sambil mengingat bahwa mereka ada ikatan ”satu daging”. (Matius 19:5, 6) Karena ikatan itu dan berbagai tanggung jawabnya, Paulus mengatakan bahwa orang-orang yang kawin ’terbagi’. Ia menulis, ”Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana [ia dapat menyenangkan, NW] Tuhan. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan [terus, NW] melayani Tuhan tanpa gangguan.”—1 Korintus 7:32-35.
11. Apa yang Paulus tunjukkan di 1 Korintus 7:32-35?
11 Jelas, untuk menempuh kehidupan yang lebih tidak terganggu, Paulus menganjurkan untuk melajang. Ia sendiri mungkin seorang duda yang memutuskan untuk tidak kawin lagi. (1 Korintus 9:5) Bagaimanapun keadaannya, ia tahu bahwa ada kekuatiran yang berkaitan dengan kehidupan perkawinan di dunia ini. Ia memperlihatkan kebebasan relatif yang dapat dinikmati orang-orang Kristen yang tidak kawin dan bagaimana kepentingan dari orang-orang percaya yang sudah kawin selalu terbagi antara soal-soal jasmani dan rohani. Orang yang sudah kawin tidak berkuasa penuh atas tubuhnya, karena pasangannya menjadi satu daging dengan dia dan karena itu mempunyai hak atas tubuhnya. (1 Korintus 7:3-5) Mengingat ini, Paulus dengan tepat mengatakan bahwa orang Kristen yang tidak kawin bisa suci, artinya, dipisahkan dan dikhususkan sepenuhnya untuk digunakan secara langsung oleh Allah Yehuwa, dalam tubuh maupun dalam roh.
12. Karena tidak mempunyai teman hidup, apa yang dapat dilakukan seorang yang tidak kawin?
12 Roh, atau kecenderungan mental seorang Kristen yang lajang, menggerakkan dia kepada dinas Kerajaan Allah yang aktif, tanpa gangguan. Karena tidak mempunyai teman hidup yang berhak menguasai sebagian dari tubuhnya, ia dapat menuruti roh, atau kecenderungan, dari pikiran dan hatinya. Ia dapat mengkhususkan diri untuk dinas Yehuwa dengan tubuh dan pikiran terkonsentrasi. Jadi pria atau wanita yang tidak kawin dengan cara terbaik dapat mengusahakan untuk hanya menyenangkan Tuhan saja dengan kebebasan pribadi yang paling besar. Kita tidak patut merasa tersinggung dengan apa yang Paulus katakan, karena Yehuwa menganggap perlu agar itu dicatat demi pengajaran bagi kita.
Seorang yang Kawin Tidak Lengkap?
13, 14. Haluan yang salah apa meremehkan ikatan ”satu daging” dan akan membuat seorang yang kawin tidak lengkap untuk pelayanan Kristen?
13 Dengan gagasan yang salah bahwa mereka dapat berbuat lebih banyak dalam dinas Allah, ada orang-orang Kristen yang sudah kawin yang mungkin akan menaruh perkawinan mereka di tempat yang agak kurang penting dalam kehidupan. Misalnya, istri mungkin mulai bertindak bebas dari suaminya dengan cara-cara menganggap dirinya sendiri penting. Sang suami bisa menjadi terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sidang. Dalam keadaan-keadaan sedemikian, mereka mungkin menyimpulkan bahwa mereka berbuat baik sekali dalam dinas Yehuwa. Tetapi, sebenarnya, mereka mungkin menempuh haluan yang meremehkan ikatan ”satu daging”. Jika demikian, hal itu tidak akan menyenangkan Yehuwa.
14 Sebenarnya, meremehkan ikatan ”satu daging” akan membuat seorang yang sudah kawin tidak lengkap untuk pelayanan Kristen. Perkawinan tidak menambah lengkapnya seseorang untuk pelayanan tetapi mengurangi perhatian pribadi yang dapat diberikan kepada pelayanan. (Bandingkan Lukas 14:16, 17, 20.) Tetapi, jika orang yang sudah kawin ingin menyenangkan Allah dan lengkap sebagai pelayanNya, ia harus hidup selaras dengan kewajiban perkawinan.
Tidak Kawin demi Kepentingan Kerajaan
15. (a) Orang-orang Kristen yang tidak kawin hendaknya memupuk sifat apa? (b) Pokok penting apa tentang perkawinan dan kehidupan melajang ditandaskan Paulus di 1 Korintus 7:36, 37?
15 Kalau hamba-hamba Yehuwa yang sudah kawin harus hidup selaras dengan kewajiban perkawinan mereka, maka orang-orang Kristen lajang hendaknya memupuk perasaan puas akan keadaan mereka yang lengkap meskipun tidak kawin. Seperti Paulus katakan, ”Kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku [tidak kawin]. Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seseorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!” (1 Korintus 7:8, 27) Dengan bantuan Yehuwa, sebagai lajang, pupuklah keadaan mapan yang dimungkinkan oleh Allah. Perubahan status apapun janganlah merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan, sekedar soal kebiasaan atau reaksi terhadap tekanan dari teman-teman sebaya. Sebaliknya, ini harus timbul dari alasan yang didasarkan atas Alkitab, karena Paulus mengatakan, ”Jika seseorang menganggap bahwa ia berlaku tidak sepatutnya terhadap kelajangannya, jika ia telah melewati masa remaja, dan bahwa ia harus kawin, baiklah ia melakukan apa yang ia inginkan; ia tidak berdosa. Biarlah ia kawin. Tetapi jika seseorang benar-benar yakin dalam hatinya, tidak mempunyai kebutuhan, tetapi menguasai kemauannya sendiri dan telah membuat keputusan ini dalam hatinya, untuk mempertahankan kelajangannya, ia berbuat baik.”—1 Korintus 7:36, 37, NW.
16. (a) Apa artinya ”melewati masa remaja”? (b) Seorang Kristen yang tetap tidak kawin hendaknya yakin akan hal apa?
16 Jadi Paulus menunjukkan bahwa tidak salah untuk kawin jika seseorang berlaku tidak sepatutnya terhadap kelajangannya, meskipun sang rasul pasti tidak menyinggung masalah dosa yang serius. Seperti ia katakan sebelumnya, ”Lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.” (1 Korintus 7:9) Memang, ia memaksudkan perkawinan dalam keadaan seseorang telah ”melewati masa remaja”, melewati masa ketika minat seks pertama kali menjadi kuat. Jika seseorang yang matang ”menguasai kemauannya” dan telah memutuskan dengan tegas dalam hatinya untuk mengusahakan kelajangan, ia berbuat baik. Keadaan lajang yang sukses tidak berarti menekan keinginan yang terus mengganggu dan sangat kuat untuk kawin dan hidup berkeluarga. Sebaliknya, seorang Kristen yang memutuskan untuk tidak kawin hendaknya yakin sepenuhnya dalam hati bahwa mempertahankan kelajangan adalah tepat bagi dirinya dan hendaknya ia rela mengerahkan usaha apapun yang dituntut untuk mempertahankan keadaan itu dalam kesucian. Orang Kristen yang melakukan hal itu akan mendapat lebih sedikit gangguan dan mempunyai kebebasan yang lebih besar untuk melayani Tuhan.
17. Menurut Yesus, mengapa ada orang-orang yang tetap tidak kawin?
17 Orang-orang Kristen yang tidak kawin dibantu untuk mempertahankan keadaan lajang jika mereka memupuk pikiran Yesus Kristus. Meskipun ia tidak kawin dalam budaya yang menekankan perkawinan, ia memusatkan waktu dan karunianya pada pelayanan yang tidak akan diulangi lagi. Seperti Yesus, seorang Kristen yang tidak kawin dapat bersukacita dalam karunia kelajangan yang Allah berikan kepada mereka yang mengusahakannya. Mengenai ini, Yesus mengatakan, ”Bukannya sekalian orang mengerti [”mengusahakan”, NW] perkataan ini, hanyalah orang-orang yang dikaruniakan sahaja. Karena ada orang kembiri yang lahir sedemikian daripada perut ibunya; dan ada lagi orang kembiri yang dikembirikan orang; dan ada pula orang kembiri yang sudah mengembirikan dirinya sendiri sebab karena kerajaan surga. Siapa yang dapat mengerti [”mengusahakan itu”, NW] yang demikian, hendaklah ia mengerti [”mengusahakan”, NW].”—Matius 19:11, 12, Bode.
18. Apa yang mencegah ”orang kembiri” demi kepentingan Kerajaan untuk kawin?
18 Yesus tidak mengatakan bahwa seorang lajang lebih unggul daripada seorang yang kawin. Ia tidak menganjurkan kelajangan hanya agar dapat hidup tanpa kekuatiran, dan ia pasti tidak menyarankannya agar orang yang tidak kawin itu dapat memberikan perhatiannya kepada sejumlah orang dari lawan jenis. Tidak, tetapi mereka yang menjadikan diri ”orang kembiri” demi kepentingan Kerajaan adalah orang-orang yang tulus secara moral yang mengusahakan ini dalam hati mereka. Apa yang mencegah mereka untuk kawin? Bukan cacat fisik tertentu tetapi keinginan yang sangat kuat untuk mengerahkan tenaga sepenuhnya dalam dinas Allah. Dinas ini teristimewa penting sekarang sejak Kerajaan itu didirikan di surga pada tahun 1914 dan ”Injil Kerajaan ini” harus diberitakan di seluruh dunia sebagai kesaksian sebelum akhir dari sistem yang pasti akan binasa ini yang mendekat dengan cepat.—Matius 24:14.
Pujilah Orang-Orang Kristen yang Tidak Kawin
19. Berkenaan mereka yang tetap melajang demi kepentingan Kerajaan, apa yang hendaknya dilakukan semua orang Kristen?
19 Semua orang Kristen hendaknya memuji dan menganjurkan mereka yang tetap tidak kawin demi kepentingan Kerajaan. Bagaimanapun juga, melajang berarti ”[terus, NW] melayani Tuhan tanpa gangguan”. (1 Korintus 7:35) Para orangtua ada baiknya mengajar anak-anak mereka apa yang Alkitab katakan tentang keadaan tidak kawin dan keuntungannya untuk dinas Yehuwa. Kita semua dapat menganjurkan saudara-saudari seiman yang tidak kawin dan jangan sekali-kali melemahkan tekad mereka untuk tetap tidak kawin demi kepentingan Kerajaan.
20. Jika saudara seorang Kristen yang tidak kawin, apa yang hendaknya saudara lakukan?
20 Orang Kristen yang tidak kawin dapat bersukacita sebagai pelayan Allah yang lengkap. Pada jaman yang penting ini, mereka senang ambil bagian dalam pekerjaan yang mendesak untuk memberitakan Kerajaan. Maka, jika saudara masih lajang, bersukacitalah karena saudara digunakan oleh Yehuwa sebagai rohaniwan yang tidak kawin namun lengkap. ’Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, seraya kamu bercahaya seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang teguh kepada firman kehidupan.’ (Filipi 2:12-16) Pusatkan perhatian pada kepentingan Kerajaan seraya saudara tetap bersatu dengan persaudaraan internasional dari Saksi-Saksi Yehuwa dan memenuhi pelayanan Kristen. Melakukan hal itu sebagai lajang merupakan jalan hidup yang benar-benar menguntungkan, seperti akan kita lihat.
-
-
Melajang—Jalan Hidup yang Penuh BerkatMenara Pengawal—1987 (Seri 42) | Menara Pengawal—1987 (Seri 42)
-
-
Melajang—Jalan Hidup yang Penuh Berkat
”Ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya [”di dalam Tuhan”, Bode]. Tetapi . . . ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya.”—1 KORINTUS 7:39, 40.
1. Tidak soal kita lajang atau sudah kawin, kita berhutang apa kepada Yehuwa?
YEHUWA layak disembah dengan sepenuh jiwa oleh semua yang berbakti kepadaNya. Tidak soal sudah kawin atau lajang, kita hendaknya mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan kita. (Markus 12:30) Memang, bagi orang Kristen yang lajang ada lebih sedikit gangguan daripada mereka yang dipersatukan dalam ikatan perkawinan. Namun dapatkah hamba Yehuwa yang tidak kawin benar-benar bahagia?
2, 3. (a) Intinya, apa yang Paulus katakan di 1 Korintus 7:39, 40? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa patut dipertimbangkan?
2 Rasul Paulus menjawab ya. Mengenai mereka yang pernah kawin tetapi yang keadaannya sudah berubah, ia menulis, ”Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya [”di dalam Tuhan”, Bode]. Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.”—1 Korintus 7:39, 40.
3 Karena Paulus menyatakan bahwa orang yang tidak kawin dapat berbahagia, siapa yang berdasarkan akal sehat akan mempertimbangkan untuk tetap melajang, sedikitnya untuk suatu waktu tertentu? Apa yang menyumbang kepada kebahagiaan orang-orang Kristen yang tidak kawin? Sesungguhnya, bagaimana melajang dapat menjadi jalan hidup yang penuh berkat?
Tahun-Tahun Lajang yang Penuh Berkat
4. Apa yang benar berkenaan tahun-tahun masa muda?
4 Raja Salomo yang bijaksana menganjurkan, ”Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang [dari usia tua] dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ’Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’” (Pengkhotbah 12:1) Tahun-tahun ketika seseorang masih muda pada umumnya merupakan masa yang sedikitnya secara relatif penuh kekuatan dan kesehatan yang baik. Maka, betapa cocok jika modal ini digunakan dalam dinas Yehuwa tanpa gangguan! Selain itu, tahun-tahun masa muda merupakan waktu untuk mendapatkan pengalaman dalam kehidupan, memperkembangkan kemantapan. Tetapi ini juga suatu waktu manakala orang-orang muda dari dunia mengalami perasaan tergila-gila. Misalnya, pertimbangkan hasil penelitian atas 1.079 orang antara umur 18 dan 24 tahun. Mereka masing-masing rata-rata mempunyai tujuh ”pengalaman romantis” dan semua mengatakan bahwa pengalaman mereka pada waktu itu adalah cinta sejati, bukan perasaan tergila-gila.
5. Mengenai perkawinan, pertanyaan-pertanyaan pribadi apa yang patut dipertimbangkan seorang muda?
5 Statistik untuk perpisahan, perceraian, dan jika tidak keluarga-keluarga yang berantakan menyatakan betapa tidak bijaksana untuk kawin pada usia muda. Sebaliknya dari cepat-cepat berkencan, berpacaran, dan kawin, orang-orang muda Kristen hendaknya berlaku bijaksana dengan memikirkan secara positif bagaimana mereka dapat menggunakan sedikitnya tahun-tahun masa muda mereka dalam dinas kepada Yehuwa tanpa gangguan. Dalam menilai keadaan saudara sebagai orang muda, ada baiknya saudara mengajukan kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti ini: Apakah saya sekarang matang secara emosi dan siap untuk memikirkan perkawinan dengan serius? Apakah saya mempunyai cukup pengalaman dalam kehidupan untuk menjadi teman hidup yang baik? Dapatkah saya dengan sepatutnya memikul tanggung jawab perkawinan dan kemungkinan tanggung jawab keluarga dengan anak-anak? Mengingat pembaktian saya kepada Yehuwa, tidakkah saya harus memberikan kepadaNya kekuatan dan tenaga masa muda tanpa gangguan yang berkaitan dengan perkawinan?
Pahala untuk Keadaan Lajang dalam Kesucian
6, 7. (a) Apa beberapa keuntungan yang pada umumnya dinikmati oleh orang-orang Kristen yang tidak kawin? (b) Dalam hal ini, apa yang dikatakan seorang utusan injil yang tidak kawin di Afrika?
6 Orang-orang Kristen yang tidak kawin menikmati keadaan bebas dari gangguan dan dapat menemukan ”banyak hal untuk dilakukan dalam pekerjaan Tuhan”. (1 Korintus 7:32-34, NW; 15:58) Sebaliknya dari memusatkan perhatian kepada satu orang dari lawan jenis, seorang yang lajang mempunyai kesempatan untuk meluaskan kasih Kristen kepada banyak orang di sidang, termasuk orang-orang tua dan orang-orang lain yang membutuhkan bantuan yang pengasih. (Mazmur 41:2) Umumnya, orang-orang yang lajang mempunyai banyak waktu untuk belajar dan merenungkan Firman Allah. (Amsal 15:28) Mereka mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memupuk hubungan yang erat dengan Yehuwa, belajar untuk benar-benar bersandar kepadaNya dan mencari bimbinganNya. (Mazmur 37:5; Filipi 4:6, 7; Yakobus 4:8) Seorang pria yang tidak kawin yang telah melayani Yehuwa selama bertahun-tahun sebagai utusan injil di Afrika mengatakan:
7 ”Kehidupan di desa-desa Afrika memang sederhana selama tahun-tahun ini, tidak ada begitu banyak gangguan seperti yang terdapat dalam peradaban modern. Tanpa gangguan ini, saya mempunyai banyak sekali kesempatan untuk mempelajari dan merenungkan firman Allah. Hal ini membuat saya tetap kuat. Ya, kehidupan sebagai utusan injil benar-benar suatu berkat dan perlindungan terhadap materialisme. Pada malam-malam tropis yang menyenangkan ada banyak sekali waktu untuk merenungkan dan memikirkan ciptaan Yehuwa dan mendekat kepadaNya. Kebahagiaan saya yang terbesar diperoleh tiap malam bila pikiran saya masih tetap jaga, dan pada waktu sendirian saya dapat berjalan-jalan dan berbicara kepada Yehuwa untuk beberapa waktu di bawah langit yang berbintang. Ini membuat saya lebih dekat kepada Yehuwa.”
8. Mengenai keadaan lajang, apa yang dikatakan oleh seorang saudari yang tidak kawin yang selama bertahun-tahun berdinas di kantor pusat Lembaga?
8 Patut diperhatikan pula komentar berikut dari seorang saudari lajang yang telah bertahun-tahun berdinas di kantor pusat Lembaga Menara Pengawal, ”Saya telah memutuskan untuk menempuh kehidupan lajang dalam dinas saya kepada Yehuwa. Apakah saya pernah kesepian? Sama sekali tidak. Sesungguhnya, saat-saat saya sendirian merupakan salah satu dari saat-saat yang paling berharga. Saya dapat berkomunikasi dengan Yehuwa dalam doa. Saya dapat menikmati renungan dan pelajaran pribadi tanpa gangguan. . . . Keadaan lajang memberikan sumbangan yang tidak sedikit kepada sukacita saya.”
9. Apa beberapa hak istimewa dalam dinas yang dapat dinikmati seorang Kristen yang lajang?
9 Seorang yang lajang juga dapat menerima hak istimewa dalam dinas yang mungkin tidak terbuka bagi orang yang sudah kawin karena mempunyai tanggung jawab keluarga. Misalnya, ada kesempatan untuk terjun dalam pelayanan sepenuh waktu sebagai perintis di daerah yang sangat membutuhkan pemberita-pemberita Kerajaan. Atau seorang pria muda yang lajang dapat memperoleh hak istimewa untuk melayani sebagai anggota keluarga Betel di kantor pusat Lembaga Menara Pengawal atau di sebuah kantor cabang. Seorang wanita muda yang tidak kawin mungkin dapat menyertai seorang saudari lajang yang agak lebih tua dalam dinas perintis di sidang di tempat tinggal mereka atau sidang lain yang mempunyai daerah yang perlu dikerjakan. Ada baiknya saudara membicarakan kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan pengawas wilayah. Sebagai seorang Kristen yang tidak kawin, relakanlah diri saudara untuk dinas yang lebih luas demi kepujian Yehuwa, maka Ia akan memberkati saudara dengan limpah.—Maleakhi 3:10.
Teladan-Teladan dari Jaman Dulu
10. Siapa yang memberikan contoh utama dari seorang hamba Yehuwa yang tidak kawin, dan mengapa menurut saudara keadaannya yang lajang menguntungkan?
10 Teladan utama dari seorang hamba Yehuwa yang tidak kawin ialah Yesus Kristus. Ia benar-benar sibuk sekali melakukan kehendak Allah. ”MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya,” kata Yesus. (Yohanes 4:34) Betapa sibuk ia—mengabar, menyembuhkan orang sakit, dan seterusnya! (Matius 14:14) Yesus mempunyai minat yang sungguh-sungguh kepada orang-orang dan tidak canggung di hadapan pria, wanita, dan anak-anak. Sesungguhnya, ia mengadakan banyak perjalanan dalam pelayanannya, dan orang-orang lain menyertainya pada kesempatan-kesempatan tertentu. (Lukas 8:1-3) Namun betapa sulit kegiatan itu jika ia disertai oleh seorang istri dan anak-anak kecil! Tidak diragukan, keadaan lajang merupakan keuntungan dalam hal Yesus. Dewasa ini, seorang Kristen lajang dapat menikmati keuntungan-keuntungan yang sama, terutama jika ia diminta untuk memberitakan berita Kerajaan di daerah-daerah yang terpencil atau berbahaya.
11, 12. Contoh-contoh bagus apa yang dikutip bagi wanita-wanita lajang yang melayani Yehuwa dewasa ini?
11 Tetapi orang-orang lain juga mendapati bahwa keadaan lajang itu praktis dan penuh berkat. Putri Yefta dengan sukarela memenuhi ikrar ayahnya dengan tetap melajang dalam suatu masyarakat yang sangat menekankan perkawinan dan anak-anak. Ia mendapatkan sukacita dalam dinasnya kepada Yehuwa, dan patut diperhatikan bahwa orang-orang lain dengan tetap tentu menganjurkan dia. Ya, ”dari tahun ke tahun anak-anak perempuan orang Israel selama empat hari setahun memberikan pujian kepada anak perempuan Yefta, orang Gilead itu”! (Hakim 11:34-40, NW) Demikian pula, orang-orang Kristen yang sudah kawin dan yang lain-lain hendaknya memberikan pujian dan menganjurkan wanita-wanita lajang yang dengan berani melayani Yehuwa dewasa ini.
12 Empat anak dara Filipus ”bernubuat”. (Kisah 21:8, 9) Wanita-wanita yang tidak kawin ini pasti telah mendapat banyak kepuasan dari dinas mereka yang aktif demi kepujian Yehuwa. Serupa dengan itu, banyak wanita muda yang masih lajang dewasa ini mendapat hak istimewa yang penuh berkat untuk melayani sebagai perintis, atau pemberita Kerajaan sepenuh waktu. Tentu, mereka patut dipuji sebagai bagian dari ’tentara yang besar, dari wanita-wanita pembawa kabar baik’.—Mazmur 68:12, NW; (TB, ayat 11).
13. Bagaimana perjalanan Paulus menggambarkan bahwa keadaan lajang bisa merupakan jalan hidup yang penuh berkat?
13 Rasul Paulus mendapati bahwa keadaan lajang menguntungkan. Ia melakukan perjalanan ribuan kilometer dalam pelayanannya dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang besar, banyak bahaya, malam-malam tanpa tidur, kelaparan yang menggigit. (2 Korintus 11:23-27) Pasti, ini semua akan jauh lebih sulit dan sukar jika Paulus sudah kawin. Selain itu, ia tidak pernah akan dapat memperoleh hak istimewanya sebagai ”rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi” jika ia harus membesarkan anak-anak. (Roma 11:13) Meskipun ujian-ujian yang ia hadapi, Paulus mempunyai bukti langsung bahwa keadaan lajang bisa merupakan jalan hidup yang penuh berkat.
Teladan-Teladan Jaman Modern
14. Pengalaman-pengalaman apa yang dinikmati oleh para kolportir, yang kebanyakan dari mereka tidak kawin?
14 Seperti Paulus dan orang-orang Kristen yang mula-mula lainnya yang tidak kawin, sejumlah dari umat Allah yang ambil bagian dalam pekerjaan sebagai kolportir (dari tahun 1881 seterusnya) adalah orang-orang lajang yang tidak mempunyai keluarga yang bergantung pada mereka. Mereka dengan sukarela pergi ke kota-kota, dusun-dusun, dan daerah-daerah pedalaman yang asing untuk mencari orang-orang yang berhati baik dan menempatkan bacaan Alkitab kepada mereka. Mereka mungkin melakukan perjalanan dengan kereta api, sepeda, kereta-kereta yang ditarik kuda, atau mobil. Kebanyakan, mereka dengan senang hati berjalan dari rumah ke rumah. (Kisah 20:20, 21, Bode) ”Kadang-kadang mereka menukarkan [bacaan Alkitab] dengan hasil ladang, ayam, sabun, dan lain-lain, yang akan mereka gunakan atau jual kepada orang-orang lain,” ingat seorang saksi Yehuwa, dan menambahkan, ”Kadang-kadang, dalam satu daerah yang serba kekurangan, mereka bermalam di rumah-rumah petani dan peternak, dan kadang-kadang bahkan tidur di atas tumpukan rumput kering . . . Orang-orang yang setia tersebut [kebanyakan dari mereka tidak kawin] terus melakukan ini selama bertahun-tahun sampai usia mereka menjadi tua.” Ya, salah seorang dari mereka berbicara mewakili para kolportir ”tempo dulu” itu secara umum ketika ia menulis, ”Kami masih muda pada waktu itu dan bahagia dalam dinas, senang mencurahkan kekuatan kami dalam melayani Yah.”
15. Bagi banyak perintis yang tidak kawin, pintu apa menuju kegiatan yang lebih besar terbuka kira-kira 45 tahun yang lalu?
15 Banyak perintis, atau pemberita Kerajaan sepenuh waktu, pada masa terkemudian juga tidak kawin. Mereka sering memberi kesaksian di daerah-daerah terpencil, membantu memulai sidang-sidang baru, dan menikmati berkat-berkat lain dalam dinas Yehuwa. Bagi beberapa dari mereka, suatu pintu yang menggetarkan yang menuju kepada kegiatan yang lebih besar terbuka lebar ketika Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal mulai berfungsi tahun 1943 pada waktu Perang Dunia II masih berkecamuk. (1 Korintus 16:9) Ya, banyak dari perintis-perintis yang tidak kawin itu mendapat latihan utusan injil di Sekolah Gilead dan tidak lama kemudian menyebarkan berita Kerajaan di daerah-daerah baru. Karena tidak dibebani oleh kewajiban perkawinan, mereka merelakan diri dalam dinas Yehuwa, dan beberapa dari lulusan pada masa-masa awal itu masih tetap melajang dan aktif dalam dinas utusan injil atau corak lain dari dinas sepenuh waktu.
16. Apa buktinya bahwa para anggota keluarga Betel yang tidak kawin mendapati keadaan lajang sebagai jalan hidup yang penuh berkat?
16 Banyak orang Kristen yang tidak kawin telah melayani selama bertahun-tahun sebagai anggota keluarga Betel di kantor pusat Lembaga Menara Pengawal atau cabangnya di tempat-tempat lain di dunia. Apakah mereka mendapati keadaan lajang sebagai jalan hidup yang penuh berkat? Ya, tentu. Misalnya, seorang saudara lajang yang telah melayani di Betel Brooklyn selama banyak tahun mengatakan, ”Sukacita melihat jutaan majalah dan publikasi lain yang memuat berita dari Firman Allah disiarkan sampai ke ujung-ujung bumi, itu sendiri merupakan berkat yang menakjubkan.” Setelah kira-kira 45 tahun dalam dinas Betel, seorang saudara lain yang tidak kawin mengatakan, ”Tiap hari dalam doa saya memohon kepada Bapa surgawi kita yang baik untuk memberikan bantuan dan hikmat agar saya sendiri dapat tetap sehat dan kuat secara rohani maupun fisik dan dapat tetap melakukan kehendakNya yang suci. . . . Saya benar-benar menikmati jalan hidup yang bahagia, penuh berkat dan menyenangkan.”
Mempertahankan Kelajangan dengan Kesucian
17. Apa dua bantuan untuk mempertahankan keadaan lajang dengan kesucian?
17 Kehidupan melajang bisa penuh berkat, dan ini nyata dari teladan-teladan dalam Alkitab dan pada jaman modern. Tentu, dalam jangka waktu apapun saudara menempuh kehidupan sebagai lajang, saudara perlu ’benar-benar yakin dalam hati’. (1 Korintus 7:37) Namun apa yang dapat membantu saudara mempertahankan kesucian selama tidak kawin? Sumber bantuan terbesar ialah Yehuwa, ”yang mendengarkan doa”. (Mazmur 65:3) Maka buatlah kebiasaan untuk sering memohon kepadaNya. ”Bertekunlah dalam doa,” mintalah roh Allah dan bantuanNya untuk dapat memperlihatkan buah-buah roh, yang termasuk damai sejahtera dan penguasaan diri. (Roma 12:12; Lukas 11:13; Galatia 5:22, 23) Kemudian, juga, dengan sikap sungguh-sungguh, secara tetap tentu renungkan dan selalu terapkan nasihat dari Firman Allah.
18. Apa hubungan 1 Korintus 14:20 dengan seseorang yang tetap suci sebagai seorang yang tidak kawin?
18 Bantuan lain dalam mempertahankan kelajangan dengan kesucian ialah menghindari apapun yang membangkitkan hawa nafsu seks. Jelas, ini termasuk pornografi dan hiburan yang imoral. Paulus mengatakan, ”Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu [”daya pengertian”, NW].” (1 Korintus 14:20) Jangan ingin mengetahui atau ingin mencari pengalaman dalam hal kejahatan, tetapi melalui bantuan Allah tetaplah tinggal dengan bijaksana dalam keadaan tanpa pengalaman atau ketidaktahuan seperti bayi sehubungan dengan hal ini. Pada waktu yang sama, ingat bahwa imoralitas seks dan perbuatan salah tidak patut dalam pandangan Yehuwa.
19. Ayat-ayat apa menunjukkan cara-cara lain untuk mempertahankan kesucian sebagai lajang?
19 Saudara juga akan dibantu untuk tetap suci sebagai seorang yang tidak kawin dengan menjaga pergaulan saudara. (1 Korintus 15:33) Hindari bergaul dengan mereka yang menjadikan seks dan perkawinan hal-hal penting dalam kehidupan dan percakapan mereka. Jauhi sama sekali senda gurau yang cabul. Paulus menasihati, ”Percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong [”cabul”, BIS] atau yang sembrono [”tidak pantas”, BIS] – karena hal-hal ini tidak pantas – tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.”—Efesus 5:3, 4.
Masa Depan yang Penuh Berkat
20. Dengan menggunakan masa lajang dengan sebaik-baiknya dalam dinas Yehuwa, apa hasilnya?
20 Dengan sebaik mungkin menggunakan dalam dinas Yehuwa tahun-tahun sebagai seorang Kristen yang tidak kawin, saudara akan mendapat kepuasan dan ketentraman pikiran sekarang. Melakukan hal itu juga akan menyumbang kepada kematangan dan kemantapan rohani. Jika saudara tetap lajang demi kepentingan Kerajaan sampai akhir sistem yang jahat ini, Yehuwa tidak akan melupakan usaha-usaha saudara yang rela berkorban dalam dinas suciNya.
21. Jika saudara kawin setelah suatu masa melajang dengan kesucian dan yang penuh berkat, dengan apa saudara kemungkinan besar akan memasuki ikatan perkawinan?
21 Jika saudara dengan rajin mengejar kepentingan Kerajaan sebagai pria atau wanita yang tidak kawin, saudara akan menikmati banyak berkat. (Amsal 10:22) Dan apabila saudara kawin di kemudian hari, saudara akan memasuki ikatan perkawinan dengan lebih banyak pengalaman dan latar belakang rohani yang kaya. Selain itu, dengan mengikuti nasihat dari Alkitab, saudara akan memilih teman hidup yang berbakti, memelihara integritas, yang akan membantu saudara untuk melayani Allah dengan setia. Sementara itu, saudara bisa mendapati bahwa keadaan lajang adalah jalan hidup yang penuh berkat dalam dinas dari Allah kita yang pengasih, Yehuwa.
-
-
Melajang—Jalan Hidup yang Penuh BerkatMenara Pengawal—1987 (Seri 42) | Menara Pengawal—1987 (Seri 42)
-
-
[Kotak di hlm. 29]
Bantuan untuk Mempertahankan Keadaan Lajang dalam Kesucian
◆ Tetap tentulah berdoa memohon roh Allah dan bantuanNya dalam memperlihatkan buah-buahnya
◆ Renungkan dan selalu terapkan nasihat dari Firman Allah
◆ Hindari pornografi dan hiburan yang imoral
◆ Jagalah pergaulan saudara
◆ Jauhi tutur kata yang kotor dan senda gurau yang cabul
-