-
Jutaan Nyawa Melayang bersama Asap RokokSedarlah!—1995 | 8 Mei
-
-
Beberapa perusahaan tembakau memiliki strategi mereka sendiri. Sebuah perusahaan rokok Filipina di negeri yang mayoritasnya Katolik membagikan secara gratis kalender yang memuat gambar Perawan Maria dengan moto merek rokok mereka, yang tanpa rasa malu mereka tempatkan di bawah ikon itu. ”Saya belum pernah melihat hal semacam itu sebelumnya,” kata Dr. Rosmarie Erben, penasihat kesehatan Asia untuk WHO. ”Mereka mencoba menghubungkan motif ikon itu dengan tembakau, untuk membuat wanita-wanita Filipina tidak merasa risi dengan gagasan merokok.”
Di Cina diperkirakan 61 persen pria dewasa merokok, sedangkan hanya 7 persen wanita yang merokok. Perusahaan-perusahaan tembakau Barat memusatkan perhatian mereka kepada apa yang disebut ”kebebasan” wanita-wanita Asia yang cantik ini, yang jutaan dari antaranya telah demikian lama tidak boleh menikmati ”kesenangan” saudari-saudari Barat mereka yang glamor. Meskipun demikian, masih ada satu kendala lagi: Perusahaan tembakau pemerintah memasok sebagian besar rokok.
Akan tetapi, perusahaan-perusahaan Barat secara bertahap berupaya masuk ke pasaran mereka. Dengan terbatasnya kesempatan periklanan, beberapa perusahaan rokok berupaya mempersiapkan calon pelanggan mereka secara diam-diam. Cina mengimpor film dari Hong Kong, dan di dalam banyak film tersebut, para aktor dibayar untuk merokok—menjual dengan cara halus!
Dengan meningkatnya tentangan terhadap merokok di negeri mereka sendiri, perusahaan-perusahaan tembakau Amerika yang sukses memperluas jangkauan mereka untuk menjerat korban-korban baru. Fakta memperlihatkan bahwa mereka telah mengarahkan upaya yang memautkan ini ke negeri-negeri berkembang.
Para pejabat kesehatan sedunia mencanangkan peringatan. Tajuk utamanya menyatakan: ”Afrika Memerangi Wabah Baru—Merokok.” ”Asap Berubah Menjadi Api di Asia seraya Pasaran Rokok Membubung Tinggi.” ”Angka Merokok Orang Asia Akan Menuntun kepada Epidemi Kanker.” ”Perjuangan Baru di Dunia Ketiga Adalah Melawan Tembakau.”
Benua Afrika telah dihantam oleh kekeringan, perang sipil dan epidemi AIDS. Namun, Dr. Keith Ball, kardiolog Inggris, mengatakan, ”Selain perang nuklir atau kelaparan, merokok adalah ancaman tunggal terbesar terhadap kesehatan Afrika di masa depan.”
Para konglomerat multinasional mempekerjakan petani lokal untuk menanam tembakau. Para petani menebang banyak sekali pohon yang sangat dibutuhkan untuk memasak, menghangatkan ruangan, dan perumahan dan menggunakannya sebagai bahan bakar untuk memproses tembakau. Mereka menanam tanaman tembakau yang menghasilkan keuntungan sebaliknya dari tanaman pangan yang tidak begitu menguntungkan. Orang Afrika yang sangat miskin pada umumnya menghabiskan sejumlah besar pendapatan mereka yang minim untuk membeli rokok. Maka keluarga-keluarga Afrika menjadi kurus kering karena malnutrisi sementara dompet perusahaan-perusahaan tembakau Barat semakin gemuk oleh laba.
Afrika, Amerika Latin dan Eropa Timur semuanya dijadikan target oleh perusahaan-perusahaan tembakau Barat, yang memandang negeri-negeri berkembang sebagai salah satu kesempatan bisnis raksasa. Namun Asia yang padat penduduknya merupakan tambang emas yang jauh lebih besar dibandingkan negeri-negeri tadi. Saat ini, jumlah perokok di Cina saja lebih besar daripada jumlah seluruh penduduk Amerika Serikat—300 juta. Jumlah rokok yang mereka isap sungguh mengagetkan yaitu 1,6 triliun batang setahun, sepertiga jumlah total yang dikonsumsi sedunia!
”Para dokter mengatakan bahwa dampak atas kesehatan yang disebabkan oleh larisnya rokok di Asia benar-benar mengerikan,” The New York Times melaporkan. Richard Peto memperkirakan bahwa dari sepuluh juta kematian yang diduga berkaitan dengan merokok setiap tahunnya dalam dua atau tiga dekade mendatang, dua juta akan terjadi di Cina saja. Lima puluh juta anak di Cina yang hidup sekarang kemungkinan akan meninggal disebabkan oleh penyakit yang ada kaitannya dengan merokok, kata Peto.
Dr. Nigel Gray meringkaskannya sebagai berikut, ”Sejarah merokok selama lima dekade terakhir di Cina dan Eropa Timur mendatangkan kutukan atas negeri-negeri itu berupa epidemi besar dari penyakit yang berkaitan dengan tembakau.”
”Bagaimana sebuah produk yang menyebabkan 400.000 kematian prematur setiap tahunnya di AS, sebuah produk yang menyebabkan Pemerintah AS berupaya keras untuk membantu warganya agar berhenti menggunakannya, tiba-tiba menjadi sesuatu yang tidak berbahaya di luar perbatasan Amerika?” tanya Dr. Prakit Vateesatokit dari Kampanye Anti Merokok di Thailand. ”Apakah kesehatan menjadi tidak relevan jika produk yang sama tersebut diekspor ke negeri lain?”
Bisnis tembakau yang sedang berkembang mendapat dukungan kuat dari pemerintah AS. Bersama-sama mereka telah berjuang untuk mendapat tempat berpijak di pasar luar negeri, khususnya di Asia. Selama bertahun-tahun rokok Amerika dilarang beredar di Jepang, Taiwan, Thailand, dan negeri-negeri lainnya, yang beberapa dari antaranya memiliki hak monopoli sendiri atas produk tembakau. Kelompok-kelompok antirokok memprotes impor rokok, namun agen pemerintah AS menodongkan senjata yang ampuh—ancaman sanksi perdagangan.
Dari tahun 1985 sampai sekarang, di bawah tekanan kuat dari pemerintah AS, banyak negeri Asia telah membuka pintu, dan rokok Amerika membanjir masuk. Ekspor rokok AS ke Asia melonjak 75 persen pada tahun 1988.
-
-
Jutaan Nyawa Melayang bersama Asap RokokSedarlah!—1995 | 8 Mei
-
-
Pesannya yang mencolok adalah bahwa merokok mendatangkan kesenangan, kebugaran, kejantanan, dan popularitas. ”Di tempat kerja saya,” kata seorang konsultan iklan, ”kami sedang berupaya keras untuk mempengaruhi anak-anak berusia 14 tahun untuk mulai merokok.” Iklan-iklan di Asia menampilkan anak-anak muda Barat bertubuh atletis yang bermain-main di pantai atau lapangan bola—sambil merokok tentunya. ”Model-model dan gaya hidup Barat menciptakan standar yang glamor untuk ditiru,” demikian komentar sebuah jurnal dagang pemasaran, ”dan para perokok Asia sangat berminat meniru gaya hidup Barat.”
Setelah menghabiskan miliaran dolar untuk iklan, para pedagang tembakau telah meraih sukses yang amat besar. Sebuah laporan khusus Reader’s Digest memperlihatkan bahwa meningkatnya jumlah perokok muda sangat mengkhawatirkan. ”Di Filipina,” kata laporan itu, ”22,7 persen orang-orang di bawah usia 18 tahun kini merokok. Di beberapa kota Amerika Latin, angka perokok remaja, sungguh mencengangkan, berjumlah 50 persen. Di Hong Kong, anak-anak yang baru berusia tujuh tahun merokok.”
-