PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Kerajaan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
    • Kekuasaan Allah Yehuwa sebagai raja bersifat universal, meskipun selama suatu waktu secara kelihatan dinyatakan melalui kerajaan Israel. (1Taw 29:11, 12) Tidak soal apakah bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan manusia mengakuinya atau tidak, kedudukan-Nya sebagai raja bersifat mutlak serta tidak tergoyahkan, dan seluruh bumi adalah bagian dari daerah kekuasaan-Nya yang sah. (Mz 103:19; 145:11-13; Yes 14:26, 27) Berdasarkan kedudukan-Nya sebagai Pencipta, Yehuwa melaksanakan kehendak-Nya yang absolut di surga dan di bumi, sesuai dengan maksud-tujuan-Nya sendiri, yang tidak perlu dipertanggungjawabkan kepada siapa pun (Yer 18:3-10; Dan 4:25, 34, 35); tetapi Ia selalu bertindak selaras dengan standar-standar-Nya sendiri yang adil-benar.—Mal 3:6; Ibr 6:17, 18; Yak 1:17.

  • Kerajaan Allah
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
    • KERAJAAN ALLAH

      Perwujudan dan pelaksanaan kedaulatan universal Allah atas makhluk-makhluk ciptaan-Nya, atau sarana yang Ia gunakan untuk tujuan tersebut. (Mz 103:19) Frasa ini khususnya digunakan untuk perwujudan kedaulatan Allah melalui suatu pemerintahan berbentuk kerajaan yang dikepalai oleh Putra-Nya, Kristus Yesus.

  • Kerajaan Allah
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
    • Tentu saja, Yehuwa adalah Penguasa Tertinggi jauh sebelum kerajaan-kerajaan manusia berkembang, malah sebelum manusia ada. Sebagai Allah yang benar dan Pencipta mereka, Dia direspek dan ditaati oleh putra-putra-Nya, yaitu para malaikat, yang berjumlah jutaan. (Ayb 38:4-7; 2Taw 18:18; Mz 103:20-22; Dan 7:10) Tidak soal gelar-Nya pada waktu itu, sejak awal penciptaan Ia diakui sebagai Pribadi yang kehendak-Nya memang paling unggul.

      Pemerintahan Allah pada Awal Sejarah Manusia. Manusia pertama, Adam dan Hawa, juga mengenal Yehuwa sebagai Allah, Pencipta langit dan bumi. Mereka mengakui wewenang dan hak-Nya untuk memberikan perintah, untuk meminta orang-orang melakukan tugas tertentu atau tidak melakukan tindakan tertentu, untuk menentukan negeri yang harus didiami dan digarap, serta untuk mendelegasikan wewenang atas ciptaan-Nya yang lain. (Kej 1:26-30; 2:15-17) Adam memiliki kesanggupan untuk menciptakan kata-kata (Kej 2:19, 20), tetapi tidak ada bukti bahwa ia menciptakan gelar ”raja [meʹlekh]” untuk Allah dan Penciptanya, meskipun ia mengakui wewenang tertinggi Yehuwa.

      Sebagaimana disingkapkan dalam pasal-pasal pertama buku Kejadian, pelaksanaan kedaulatan Allah atas manusia di Eden penuh dengan kebaikan dan tidak terlalu mengekang. Agar dapat menjalin hubungan dengan Allah, manusia perlu taat, seperti seorang putra kepada bapaknya. (Bdk. Luk 3:38.) Manusia tidak perlu memenuhi sederet kaidah hukum yang sangat panjang (bdk. 1Tim 1:8-11); tuntutan-tuntutan Allah sederhana dan bertujuan. Selain itu, tidak ada petunjuk bahwa Adam dibuat merasa terkekang karena setiap tindakannya terus-menerus diawasi dan dikritik; sebaliknya, Allah berkomunikasi dengan manusia sempurna tersebut, tampaknya secara berkala sesuai dengan kebutuhan.—Kej psl. 1-3.

      Perwujudan baru pemerintahan Allah ditetapkan. Pelanggaran terhadap perintah Allah, yang secara terang-terangan dilakukan oleh pasangan manusia pertama atas hasutan salah satu putra rohani Allah, sebenarnya merupakan pemberontakan terhadap wewenang ilahi. (Kej 3:17-19; lihat POHON [Sebagai Kiasan].) Sikap yang diambil oleh pribadi roh yang menjadi Musuh (Ibr., sa·tanʹ) Allah merupakan tantangan yang membutuhkan pembuktian, karena menyangkut sengketa keabsahan kedaulatan universal Yehuwa. (Lihat YEHUWA [Sengketa utama, sengketa moral].) Bumi, tempat diajukannya sengketa itu, adalah tempat yang cocok untuk menyelesaikannya.—Pny 12:7-12.

      Pada waktu menjatuhkan vonis atas para pemberontak pertama itu, Allah Yehuwa mengucapkan suatu nubuat dengan frasa simbolis, yang mengumumkan maksud-tujuan-Nya untuk menggunakan suatu sarana, yaitu suatu ’benih’, untuk meremukkan pasukan pemberontak secara tuntas. (Kej 3:15) Dengan demikian, pemerintahan Yehuwa, yaitu perwujudan kedaulatan-Nya, akan memiliki aspek atau perwujudan baru sebagai tanggapan atas pemberontakan yang telah terjadi. Penyingkapan progresif ”rahasia-rahasia suci kerajaan” (Mat 13:11) memperlihatkan bahwa aspek baru ini menyangkut pembentukan suatu pemerintahan tambahan (sekunder), yakni badan pemerintahan yang dikepalai oleh seorang wakil penguasa. Janji mengenai ’benih’ itu terwujud melalui kerajaan Kristus Yesus dalam persatuan dengan rekan-rekannya yang terpilih. (Pny 17:14; lihat YESUS KRISTUS [Kedudukannya yang Penting dalam Maksud-Tujuan Allah].) Sejak saat diucapkannya janji di Eden itu, perkembangan progresif maksud-tujuan Allah untuk menghasilkan ’benih’ Kerajaan ini menjadi tema utama Alkitab dan kunci untuk memahami tindakan-tindakan Yehuwa terhadap para hamba-Nya serta terhadap umat manusia pada umumnya.

      Tindakan Allah dalam mendelegasikan wewenang dan kekuasaan yang sangat besar kepada ciptaan-Nya (Mat 28:18; Pny 2:26, 27; 3:21) dengan cara ini patut mendapat perhatian oleh karena masalah integritas seluruh ciptaan Allah, yakni pengabdian mereka yang sepenuh hati kepada-Nya dan loyalitas mereka kepada kekepalaan-Nya, merupakan bagian penting dari sengketa yang diajukan oleh Musuh Allah. (Lihat INTEGRITAS [Berkaitan dengan sengketa utama].) Fakta bahwa Allah dapat dengan yakin mempercayakan wewenang dan kekuasaan yang demikian besar kepada ciptaan-Nya merupakan bukti yang menakjubkan tentang kekuatan moral pemerintahan-Nya, yang sangat berperan dalam pembenaran kedaulatan Yehuwa dan penyingkapan kepalsuan dakwaan musuh-Nya.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan