-
Teruslah Maju Secara Rohani!Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2018 | Februari
-
-
Teruslah Maju Secara Rohani!
”Teruslah ikuti bimbingan kuasa kudus.”—GALATIA 5:16.
1, 2. Apa yang disadari seorang saudara, dan apa yang dia lakukan?
ROBERT dibaptis ketika masih remaja, tapi kebenaran tidak benar-benar ada dalam hatinya. Dia berkata, ”Dari luar, saya terlihat seperti orang yang rohani. Saya tidak melakukan dosa, selalu berhimpun, dan saya merintis ekstra beberapa kali setahun. Tapi bagi saya, semua itu sekadar rutin. Rasanya ada yang kurang.”
2 Setelah menikah, barulah Robert sadar apa yang kurang. Dia dan istrinya sering bermain kuis Alkitab. Istrinya mengenal Alkitab dengan baik dan bisa menjawab semua pertanyaan Robert. Tapi, Robert sering kali tidak bisa menjawab pertanyaan istrinya, jadi dia malu. Dia berkata, ”Ternyata saya tidak tahu apa-apa. Saya sadar bahwa saya perlu berubah supaya bisa membimbing istri saya secara rohani.” Dia bercerita, ”Saya mulai mempelajari Alkitab. Saya terus belajar. Lama-lama, saya mulai memahaminya, dan yang terpenting, saya jadi dekat dengan Yehuwa.”
3. (a) Apa yang kita pelajari dari pengalaman Robert? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas?
3 Kita bisa belajar dari pengalaman Robert. Kita mungkin sedikit banyak tahu ajaran Alkitab, rutin berhimpun, dan rajin mengabar. Namun, itu tidak cukup untuk membuat kita berpikiran rohani. Atau, kita mungkin sudah membuat kemajuan rohani, tapi saat memeriksa diri, masih ada hal-hal yang perlu kita perbaiki. (Flp. 3:16) Di artikel ini, kita akan membahas tiga pertanyaan penting: (1) Bagaimana kita bisa memeriksa kerohanian kita? (2) Apa yang perlu kita lakukan untuk menjadi matang secara rohani? (3) Bagaimana kita bisa berpikiran rohani dalam kehidupan sehari-hari?
CARA MEMERIKSA DIRI
4. Siapa saja yang harus mengikuti nasihat di Efesus 4:23, 24?
4 Dulu, sewaktu kita mulai belajar Alkitab, kita membuat banyak perubahan dalam kehidupan kita. Tapi setelah dibaptis, kita masih perlu berubah. Alkitab berkata, ”Cara berpikir kalian harus terus diperbarui.” (Ef. 4:23, 24) Selain itu, karena tidak sempurna, kita perlu terus membuat perubahan. Bahkan jika kita sudah bertahun-tahun melayani Yehuwa, kita perlu terus memperkuat hubungan kita dengan-Nya.—Flp. 3:12.
5. Pertanyaan apa saja yang bisa kita renungkan untuk memeriksa diri?
5 Kita semua, tua maupun muda, harus memeriksa diri dengan jujur. Pikirkanlah: ’Apakah saya semakin lama menjadi semakin rohani? Apakah kepribadian saya semakin mirip dengan Kristus? Apakah sikap saya di perhimpunan menunjukkan bahwa saya orang yang rohani? Apa yang ditunjukkan oleh isi percakapan saya tentang hal yang terpenting dalam hidup saya? Bagaimana dengan kebiasaan belajar saya, penampilan saya, atau reaksi saya saat dinasihati? Apa yang saya lakukan saat tergoda untuk berbuat salah? Apakah saya bertumbuh menjadi orang Kristen yang matang?’ (Ef. 4:13) Dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan tahu seberapa besar kemajuan rohani kita.
6. Apa lagi yang kita perlukan untuk memeriksa apakah kita berpikiran rohani?
6 Kadang, kita perlu bantuan orang lain untuk memeriksa apakah kita berpikiran rohani. Rasul Paulus berkata bahwa manusia jasmani tidak sadar bahwa cara hidupnya membuat Allah tidak senang. Sebaliknya, orang yang rohani memahami pandangan Allah dan tahu bahwa Allah tidak suka dengan cara hidup manusia jasmani. (1 Kor. 2:14-16; 3:1-3) Para penatua, yang berpikiran rohani seperti Kristus, bisa dengan cepat menyadari kalau ada anggota sidang yang mulai berpikiran jasmani. Mereka pun langsung membantu. Jika para penatua ingin membantu kita, apakah kita mau dibantu dan berubah? Jika ya, kita menunjukkan bahwa kita ingin menjadi semakin rohani.—Pkh. 7:5, 9.
MENJADI SEMAKIN KUAT SECARA ROHANI
7. Apa yang menunjukkan bahwa mengetahui ajaran Alkitab tidak cukup untuk membuat kita berpikiran rohani?
7 Untuk memiliki pikiran rohani, sekadar tahu tentang ajaran Alkitab belum cukup. Raja Salomo tahu banyak tentang Yehuwa, dan kata-kata bijaknya pun dicatat dalam Alkitab. Tapi belakangan, dia menjauh dari Yehuwa dan tidak setia lagi. (1 Raj. 4:29, 30; 11:4-6) Jadi, agar kita semakin rohani, apa lagi yang perlu kita lakukan? Kita perlu terus memperkuat iman kita. (Kol. 2:6, 7) Bagaimana caranya?
8, 9. (a) Apa yang bisa membantu kita memperkuat iman? (b) Apa tujuan kita belajar dan merenung? (Lihat gambar di awal artikel.)
8 Di abad pertama, Paulus menasihati agar orang Kristen ”terus berupaya untuk menjadi dewasa” secara rohani. (Ibr. 6:1) Bagaimana kita bisa melakukannya? Salah satu caranya adalah dengan mempelajari buku Cara agar Tetap Dikasihi Allah. Buku itu bisa membantu kita mengerti caranya mengikuti prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupan kita. Setelah menyelesaikan buku itu, kita bisa mempelajari publikasi lainnya untuk memperkuat iman. (Kol. 1:23) Kita juga perlu merenungkan apa yang kita pelajari dan meminta bantuan Yehuwa untuk menjalankannya.
9 Ingatlah bahwa tujuan kita belajar dan merenung adalah agar kita semakin bertekad untuk menyenangkan dan menaati Allah. (Mz. 40:8; 119:97) Selain belajar dan merenung, kita juga perlu menolak apa pun yang bisa menghambat kemajuan rohani kita.—Tit. 2:11, 12.
10. Bagaimana anak muda bisa menjadi kuat secara rohani?
10 Anak-anak muda, apakah kalian punya cita-cita rohani? Seorang saudara yang melayani di Betel sering berbicara dengan anak-anak muda yang akan dibaptis di kebaktian wilayah. Dia menanyakan tentang cita-cita rohani mereka. Banyak yang menjawab bahwa mereka sudah memikirkannya. Ada yang ingin melayani Yehuwa sepenuh waktu atau pindah ke tempat yang membutuhkan penyiar. Tapi, ada juga yang tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Mengapa? Apakah mereka merasa tidak perlu memiliki cita-cita rohani? Anak-anak muda, pikirkanlah: ’Apakah saya berhimpun dan mengabar hanya karena disuruh orang tua? Apakah saya punya hubungan yang akrab dengan Allah?’ Tentu saja, bukan hanya anak muda yang perlu memiliki cita-cita rohani, atau tujuan rohani, karena hal itu bisa membuat kita semua semakin kuat secara rohani.—Pkh. 12:1, 13.
11. (a) Apa yang perlu kita lakukan agar berpikiran rohani? (b) Teladan siapa yang bisa kita tiru?
11 Setelah tahu apa saja yang perlu kita perbaiki, kita perlu berubah. Ini sangat penting, karena ini soal hidup atau mati. (Rm. 8:6-8) Yehuwa tidak menuntut agar kita sempurna, dan Dia akan membantu kita dengan kuasa kudus-Nya. Tapi, kita sendiri harus berupaya keras. Saudara John Barr, yang dulu melayani sebagai anggota Badan Pimpinan, pernah berkomentar tentang Lukas 13:24, ”Banyak orang tidak bisa masuk melalui pintu yang sempit karena mereka tidak berupaya cukup keras untuk menjadi kuat secara rohani.” Kita harus meniru Yakub, yang terus bergulat dengan malaikat sampai akhirnya mendapat berkat. (Kej. 32:26-28) Belajar Alkitab bisa menyenangkan, tapi Alkitab tidak seperti novel, yang dibaca sebagai hiburan saja. Kita perlu berupaya untuk menemukan harta rohani yang bisa bermanfaat bagi kita.
12, 13. (a) Bagaimana kita bisa memiliki pikiran Kristus? (b) Apa yang bisa kita pelajari dari teladan dan nasihat Petrus? (c) Apa yang bisa kita lakukan agar semakin kuat secara rohani? (Lihat kotak ”Cara agar Kita Semakin Kuat Secara Rohani”.)
12 Jika kita berusaha untuk menjadi semakin rohani, kuasa kudus akan membantu kita mengubah cara berpikir kita. Sedikit demi sedikit, kita akan memiliki pikiran Kristus. (Rm. 15:5) Dengan bantuan kuasa kudus, kita bisa membuang keinginan yang salah dan memupuk sifat-sifat yang menyenangkan Allah. (Gal. 5:16, 22, 23) Jika kita menyadari bahwa fokus kita selama ini adalah mengumpulkan harta atau bersenang-senang, jangan kecil hati. Teruslah minta kuasa kudus Yehuwa supaya bisa berfokus pada hal-hal yang benar. (Luk. 11:13) Ingatlah Rasul Petrus. Dia tidak selalu berpikir seperti Kristus. (Mat. 16:22, 23; Luk. 22:34, 54-62; Gal. 2:11-14) Tapi dia tidak menyerah, dan Yehuwa membantu dia. Hasilnya, sedikit demi sedikit, Petrus bisa berpikir seperti Kristus. Kita pun pasti bisa.
13 Belakangan, Petrus menyebutkan beberapa hal yang bisa membantu kita. (Baca 2 Petrus 1:5-8.) Kita perlu berupaya keras untuk mengendalikan diri, bertekun, menyayangi saudara kita, dan memupuk sifat-sifat bagus lainnya. Setiap hari, renungkanlah: ’Sifat apa yang akan saya usahakan hari ini supaya saya semakin kuat secara rohani?’
-