PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Pertarungan Hidup Alkitab
    Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia?
    • Pasal 2

      Pertarungan Hidup Alkitab

      Ada banyak untaian yang membuktikan bahwa Alkitab betul-betul Firman dari Allah. Setiap untaian itu kuat, tetapi bila semuanya disatukan, ia tidak dapat diputuskan. Di dalam pasal ini dan pasal berikutnya, kita akan membahas satu untaian bukti saja: sejarah Alkitab sebagai sebuah buku. Sebenarnya, benar-benar suatu mukjizat bahwa buku yang luar biasa ini masih tetap ada sampai sekarang. Pertimbangkan sendiri fakta-fakta berikut ini.

      1. Sebutkan beberapa rincian mengenai Alkitab.

      ALKITAB lebih daripada sebuah buku biasa. Alkitab adalah sebuah khazanah perpustakaan yang terdiri dari 66 buah buku, ada yang singkat dan ada yang cukup panjang, memuat hukum, nubuat, sejarah, puisi, nasihat, dan lebih banyak lagi. Berabad-abad sebelum kelahiran Kristus, 39 buku yang pertama telah ditulis​—kebanyakan dalam bahasa Ibrani—oleh orang-orang Yahudi, atau Israel, yang setia. Bagian ini sering disebut Perjanjian Lama. Dua puluh tujuh buku yang terakhir ditulis dalam bahasa Yunani oleh umat Kristiani dan secara luas dikenal sebagai Perjanjian Baru. Menurut bukti yang terkandung di dalamnya dan tradisi yang paling kuno, ke-66 buku tersebut telah ditulis selama jangka waktu kira-kira 1.600 tahun, mulai saat Mesir menjadi kuasa yang dominan dan selesai ditulis ketika Roma menjadi kuasa dunia.

      Hanya Alkitab yang Tetap Bertahan

      2. (a) Bagaimana keadaan bangsa Israel pada waktu Alkitab mulai ditulis? (b) Sebutkan beberapa karya tulis lain yang telah dihasilkan orang dalam jangka waktu yang sama.

      2 Lebih dari 3.000 tahun yang lalu, ketika Alkitab mulai ditulis, Israel hanya salah satu bangsa yang kecil di antara sekian banyak bangsa di Timur Tengah. Yehuwa adalah Allah mereka, sedangkan bangsa-bangsa di sekitarnya memiliki bermacam-macam dewa dan dewi yang membingungkan. Selama masa itu, Israel bukanlah satu-satunya umat yang menghasilkan kesusasteraan keagamaan. Bangsa-bangsa lain juga menghasilkan karya tulis yang menguraikan agama mereka serta nilai-nilai kebangsaan mereka. Misalnya, legenda daerah Akadia mengenai Gilgames dari Mesopotamia dan epik-epik [syair kepahlawanan] Ras Shamra, yang ditulis dalam bahasa Ugarit (bahasa yang digunakan di daerah yang dewasa ini adalah Suriah sebelah utara), dulu tentu sangat populer. Kumpulan kesusasteraan pada zaman itu juga mencakup berbagai karya seperti The Admonitions of Ipu-wer (Himpunan Petunjuk dari Ipu-wer) dan The Prophecy of Nefer-rohu (Nubuat dari Nefer-rohu) dalam bahasa Mesir, himne-himne [nyanyian pujian] yang ditujukan kepada berbagai ilah di Sumeria, dan karya-karya ramalan di Akadia.​1

      3. Apakah yang membuat Alkitab berbeda dari kesusastraan keagamaan lain yang telah dihasilkan di Timur Tengah pada zaman yang sama?

      3 Namun, semua karya tulis Timur Tengah ini mengalami nasib yang sama. Semuanya sudah dilupakan, bahkan bahasa-bahasa yang digunakan untuk menulisnya, sudah punah. Baru pada tahun-tahun belakangan ini para arkeolog dan filolog [ahli ilmu tentang kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraan] mengetahui keberadaan karya-karya ini dan menemukan cara membacanya. Sebaliknya, tulisan-tulisan pertama dari Alkitab Ibrani tetap masih ada sampai zaman kita dan masih dibaca secara luas. Adakalanya para sarjana menyatakan bahwa buku-buku Ibrani di dalam Alkitab melalui cara tertentu telah diambil dari karya-karya kesusastraan kuno tadi. Tetapi fakta bahwa begitu banyak dari kesusastraan tersebut telah terlupakan padahal Alkitab Ibrani masih tetap bertahan, menunjukkan bahwa Alkitab adalah buku yang sangat berbeda.

      Para Pelindung Firman

      4. Apa problem-problem serius yang dihadapi bangsa Israel yang tampaknya membuat orang meragukan kelangsungan hidup Alkitab?

      4 Jangan salah sangka, dari sudut pandangan manusia, terpeliharanya Alkitab bukanlah suatu hasil yang telah diperkirakan sebelumnya. Masyarakat yang memproduksinya telah menderita pencobaan yang begitu hebat dan penindasan yang begitu kejam sehingga terpeliharanya buku itu sampai ke zaman kita benar-benar luar biasa. Pada tahun-tahun sebelum Kristus, umat Yahudi yang memproduksi Kitab-Kitab Ibrani (”Perjanjian Lama”) adalah bangsa yang relatif kecil. Mereka hidup menantang bahaya di tengah-tengah negara-negara yang kuat yang satu sama lain saling mendorong untuk mengejar keunggulan. Bangsa Israel harus berjuang mempertahankan eksistensinya melawan sederetan bangsa, seperti orang Filistin, Moab, Amon, dan Edom. Pada suatu waktu ketika umat Ibrani terpecah menjadi dua kerajaan, Kerajaan Asyur yang kejam praktis memunahkan kerajaan utara sedangkan orang Babel menghancurkan kerajaan selatan, dan membawa orang-orangnya ke pembuangan. Hanya sedikit saja yang kembali 70 tahun kemudian.

      5, 6. Upaya apa telah membahayakan kelangsungan hidup orang Ibrani sebagai bangsa tersendiri?

      5 Bahkan ada beberapa laporan mengenai upaya pemunahan seluruh bangsa Israel. Lama berselang pada zaman Musa, Firaun memerintahkan agar semua bayi laki-laki bangsa ini dibunuh. Andai kata perintahnya dilaksanakan, bangsa Ibrani tentu sudah lama punah. (Keluaran 1:15-22) Bertahun-tahun setelah itu, pada waktu orang Yahudi jatuh ke bawah kekuasaan Persia, musuh-musuh mereka berkomplot agar sebuah undang-undang dikeluarkan untuk membinasakan mereka. (Ester 3:1-15) Gagalnya persekongkolan ini masih dirayakan oleh orang Yahudi pada Hari Raya Purim.

      6 Lebih kemudian lagi, pada waktu orang Yahudi ditaklukkan oleh bangsa Suriah, Raja Antiokhus IV berupaya keras agar umat itu menganut Helenisme, memaksa mereka mengikuti adat Yunani dan menyembah dewa-dewa Yunani. Ia juga gagal. Sebaliknya dari punah atau berasimilasi, bangsa Yahudi tetap bertahan sedangkan kebanyakan kelompok bangsa di sekitar mereka, satu per satu menghilang dari panggung dunia. Dan Kitab-Kitab Ibrani dari Alkitab tetap terpelihara bersama mereka.

      7, 8. Bagaimanakah kelangsungan hidup Alkitab terancam oleh kesukaran yang dialami umat Kristiani?

      7 Umat Kristiani, yang menghasilkan bagian kedua dari Alkitab (”Perjanjian Baru”), juga merupakan kelompok yang tertindas. Pemimpin mereka, Yesus, dibunuh seperti penjahat biasa. Pada masa-masa awal setelah kematiannya, kalangan berwenang Yahudi di Palestina berupaya menindas mereka. Ketika Kekristenan menyebar ke negeri-negeri lain, orang-orang Yahudi mengejar mereka dalam upaya menghalangi pekerjaan utusan injil mereka.—Kisah 5:27, 28; 7:58-60; 11:19-21; 13:45; 14:19; 18:5, 6.

      8 Pada zaman Nero, sikap kalangan berwenang Roma yang mula-mula toleran, berubah. Tacitus membual mengenai ”penganiayaan hebat” yang ditimpakan oleh kaisar yang kejam ini ke atas umat Kristiani, dan mulai saat itu, menjadi umat Kristiani merupakan pelanggaran hukum yang dapat dikenakan hukuman mati.​2 Pada tahun 303 M., Kaisar Diokletian bertindak secara langsung melawan Alkitab.a Dalam upaya untuk melenyapkan agama Kristen, ia memerintahkan agar semua Alkitab Kristen dibakar habis.​3

      9. Apa yang kemungkinan akan terjadi andai kata kampanye pemunahan orang Yahudi dan umat Kristiani berhasil?

      9 Semua kampanye penindasan dan pemunahan bangsa ini merupakan ancaman yang nyata terhadap terpeliharanya Alkitab. Seandainya orang Yahudi mengalami nasib yang sama seperti orang Filistin dan orang Moab atau seandainya upaya untuk melenyapkan agama Kristen, mula-mula oleh kalangan berwenang Yahudi dan kemudian orang Roma berhasil, siapakah yang akan menulis dan memelihara Alkitab? Untunglah, para pelindung Alkitab—mula-mula orang Yahudi dan kemudian umat Kristiani—tidak disapu bersih, sehingga Alkitab dapat terpelihara. Namun demikian, ada ancaman lain yang serius, jika bukan terhadap terpeliharanya Alkitab, paling sedikit terhadap keasliannya.

      Salinan yang Bisa Saja Keliru

      10. Cara bagaimanakah Alkitab semula tetap terpelihara?

      10 Banyak di antara karya zaman dulu yang kemudian dilupakan orang, diukir di atas batu atau dicetak pada lempengan tanah liat yang tahan lama. Tidak demikian halnya dengan Alkitab. Isinya mula-mula ditulis pada lembaran papirus atau perkamen—bahan yang jauh lebih mudah rapuh. Maka, manuskrip-manuskrip yang telah dibuat oleh para penulis yang semula, sudah lenyap, lama berselang. Kalau begitu, bagaimanakah Alkitab dapat terpelihara dengan baik? Ribuan salinan tangan yang tak terhitung banyaknya telah dibuat dengan susah payah. Cara ini biasa digunakan untuk memperbanyak buku, sebelum munculnya teknik pencetakan.

      11. Apakah yang tidak dapat dihindari bila manuskrip disalin dengan tangan?

      11 Namun, ada bahaya dalam pembuatan salinan dengan tangan. Sir Frederic Kenyon, arkeolog dan pustakawan terkenal dari British Museum menjelaskan, ”Belum ada otak dan tangan manusia yang sanggup menyalin seluruh karya yang panjang tanpa salah sedikit pun. . . . Sudah pasti ada kekeliruan.”​4 Bila ada kesalahan yang masuk ke dalam suatu manuskrip, kekeliruan tersebut akan terulang lagi pada waktu manuskrip tersebut menjadi dasar untuk salinan selanjutnya. Jika banyak salinan dibuat selama jangka waktu yang panjang, maka akan ada banyak sekali kekeliruan manusiawi.

      12, 13. Siapakah yang menerima tanggung jawab untuk memelihara naskah Kitab-Kitab Ibrani?

      12 Mengingat sekian ribu salinan Alkitab yang telah dibuat, bagaimana kita tahu bahwa proses reproduksi ini tidak mengubah isinya sehingga tidak dapat dikenali lagi? Marilah kita mengambil Alkitab Ibrani, atau ”Perjanjian Lama”, sebagai contoh. Pada bagian kedua dari abad keenam S.M., ketika orang Yahudi kembali dari pembuangan di Babel, sekelompok sarjana Ibrani yang dikenal sebagai Soferim, ”juru tulis”, menjadi pelindung naskah Alkitab Ibrani, dan mereka mendapat tanggung jawab menyalin Kitab-Kitab tersebut untuk digunakan dalam ibadat secara umum maupun secara pribadi. Mereka adalah pria-pria yang bermotivasi tinggi, profesional, dan pekerjaan mereka bermutu tinggi.

      13 Mulai dari abad ketujuh sampai kesepuluh Masehi, kelompok Masoret menjadi ahli waris kaum Soferim. Nama mereka berasal dari kata Ibrani yang berarti ”tradisi”, dan pada dasarnya mereka juga juru-juru tulis yang telah ditugaskan untuk memelihara naskah Ibrani tradisional. Kaum Masoret sangat teliti. Misalnya, mereka harus menggunakan salinan yang telah disahkan dengan sepatutnya sebagai naskah induk, dan mereka tidak diperkenankan menulis sesuatu di luar kepala. Mereka harus memeriksa setiap huruf sebelum ditulis.​5 Profesor Norman K. Gottwald melaporkan, ”Suatu petunjuk mengenai sikap hati-hati dalam menjalankan tugas mereka nyata dari persyaratan golongan rabi bahwa semua manuskrip baru harus dibaca ulang untuk diperiksa dan salinan yang keliru harus segera dibuang.”​6

      14. Penemuan apakah yang memungkinkan kita meneguhkan ketelitian penyalinan naskah Alkitab oleh kaum Soferim dan kaum Masoret?

      14 Seberapa telitikah penyalinan naskah oleh kaum Soferim dan kaum Masoret? Sebelum tahun 1947 pertanyaan ini sulit dijawab, karena manuskrip Ibrani lengkap tertua yang dapat diperoleh berasal dari abad kesepuluh Masehi. Tetapi pada tahun 1947 beberapa potongan manuskrip yang sangat tua telah ditemukan di dalam gua-gua dekat Laut Mati, termasuk beberapa bagian dari Alkitab Ibrani. Sejumlah potongan berasal dari zaman sebelum Kristus. Para sarjana membandingkan ini dengan manuskrip-manuskrip Ibrani yang ada untuk memastikan seberapa teliti penyalinan naskah tersebut. Apa hasil dari pembandingan ini?

      15. (a) Apa hasil pembandingan antara manuskrip Yesaya dalam gulungan Laut Mati dan naskah Masoret? (b) Apakah yang dapat kita simpulkan dari fakta bahwa beberapa manuskrip yang ditemukan di Laut Mati memperlihatkan sejumlah perbedaan naskah? (Lihat catatan kaki.)

      15 Salah satu karya tertua yang ditemukan adalah buku Yesaya yang lengkap, dan kemiripan naskahnya dengan Alkitab hasil salinan kaum Masoret yang kita miliki sekarang sangat menakjubkan. Profesor Millar Burrows menulis, ”Banyak dari perbedaan yang terdapat antara gulungan Yesaya dari Santo Markus [yang baru-baru ini ditemukan] dengan naskah hasil salinan kaum Masoret dapat dijelaskan sebagai kesalahan dalam penyalinan. Di luar itu, ada persamaan yang menakjubkan, secara menyeluruh, dengan naskah yang terdapat dalam manuskrip-manuskrip abad pertengahan. Persamaan demikian dalam manuskrip yang jauh lebih tua memberi bukti yang meyakinkan bahwa naskah tradisional itu secara umum memang teliti.”​7 Burrows menambahkan, ”Benar-benar mengagumkan bahwa setelah melewati jangka waktu kira-kira seribu tahun, naskah tersebut mengalami begitu sedikit perubahan.”b

      16, 17. (a) Mengapa kita dapat merasa pasti bahwa naskah Kitab-Kitab Yunani Kristen adalah benar? (b) Apa yang ditegaskan oleh Sir Frederic Kenyon mengenai naskah Kitab-Kitab Yunani?

      16 Sehubungan dengan bagian Alkitab yang ditulis dalam bahasa Yunani oleh umat Kristiani, yang disebut Perjanjian Baru, para penyalinnya lebih dapat dianggap sebagai amatir berbakat bila dibandingkan dengan para Soferim yang profesional dan sangat terlatih. Namun meskipun di bawah ancaman hukuman oleh pihak berwenang, mereka mengerjakan tugas mereka dengan serius. Dan ada dua segi yang menjamin bahwa naskah yang kita miliki sekarang pada dasarnya sama dengan buah tangan para penulis yang mula-mula. Pertama-tama, kita memiliki berbagai manuskrip yang umurnya jauh lebih dekat ke saat penulisannya daripada apa yang dapat diperoleh pada bagian Ibrani dari Alkitab. Malah ada satu fragmen dari Injil Yohanes yang berasal dari awal abad kedua, yaitu kurang dari 50 tahun sejak saat Yohanes mungkin menulis Injilnya. Kedua, jumlah manuskrip yang masih ada sampai sekarang merupakan petunjuk yang sangat kuat akan keabsahan naskahnya.

      17 Mengenai segi ini, Sir Frederic Kenyon menegaskan, ”Tidaklah berlebihan untuk menandaskan bahwa pada hakekatnya naskah Alkitab sudah dapat dipastikan keasliannya. Khususnya demikian dengan Perjanjian Baru. Jumlah manuskrip Perjanjian Baru, yaitu dari terjemahannya yang mula-mula, dan kutipan-kutipan darinya dalam tulisan-tulisan Gereja yang paling tua, begitu banyak sehingga secara praktis dapat dipastikan bahwa kata-kata asli dari setiap ayat yang diragukan orang, telah terpelihara dengan baik dalam salah satu dari buku-buku tua ini. Pernyataan serupa tidak dapat diberikan untuk buku tua lain manapun di dunia ini.”​10

      Manusia dan Bahasanya

      18, 19. Bagaimanakah Alkitab tidak saja terdapat dalam bahasa yang semula digunakan dalam penulisannya?

      18 Bahasa-bahasa asli yang digunakan untuk menulis Alkitab, pada hakekatnya, juga merupakan kendala terhadap kelangsungan hidupnya. Ke-39 buku yang pertama kebanyakan ditulis dalam bahasa Ibrani, bahasa bangsa Israel. Namun bahasa Ibrani tidak pernah dikenal orang secara luas. Andai kata Alkitab tetap dalam bahasa ini, pengaruhnya tidak pernah akan dapat melampaui lingkungan bangsa Yahudi dan sedikit orang asing yang dapat membacanya. Namun pada abad ketiga S.M., demi kepentingan orang-orang Ibrani yang tinggal di Alexandria, Mesir, bagian Ibrani dari Alkitab mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunani pada waktu itu digunakan secara internasional. Dengan demikian, Alkitab Ibrani mudah didapat oleh orang-orang bukan Yahudi.

      19 Ketika tiba saatnya untuk menulis bagian kedua dari Alkitab, bahasa Yunani masih tetap digunakan secara luas sekali, sehingga ke-27 buku terakhir dari Alkitab ditulis dalam bahasa ini. Tetapi tidak semua orang mengerti bahasa Yunani. Maka terjemahan bagian-bagian Alkitab bahasa Ibrani maupun Yunani segera mulai muncul dalam berbagai bahasa sehari-hari pada abad-abad permulaan tersebut, seperti bahasa Siria, Koptik, Armenia, Georgia, Gotik, dan Etiopia. Bahasa resmi Kekaisaran Roma adalah Latin, dan terjemahan ke dalam bahasa ini dibuat dalam jumlah yang demikian besar sehingga suatu ”versi resmi” perlu dibentuk. Versi ini selesai kira-kira pada tahun 405 M. dan dikenal sebagai versi Vulgate (yang berarti ”populer” atau ”umum”).

      20, 21. Apakah beberapa kendala terhadap kelangsungan hidup Alkitab, dan mengapa halangan demikian dapat diatasi?

      20 Jadi, meskipun ada banyak kendala, Alkitab tetap terpelihara sampai ke abad-abad permulaan Tarikh Masehi. Mereka yang memproduksinya adalah golongan minoritas yang dihina dan dikejar-kejar, hidup dengan susah payah dalam dunia yang memusuhi mereka. Perubahan isi dalam proses penyalinannya memang mudah terjadi, tapi hal ini ternyata tidak terjadi. Di samping itu, bahaya bahwa Alkitab hanya dapat dibaca oleh orang-orang yang menguasai bahasa-bahasa tertentu telah dapat disingkirkan.

      21 Mengapa begitu sulit bagi Alkitab untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya? Alkitab sendiri berkata, ”Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” (1 Yohanes 5:19) Karena itu, kita dapat menduga bahwa dunia akan memusuhi kebenaran yang disebarluaskan, dan memang demikianlah kenyataannya. Kalau begitu, mengapa Alkitab dapat mempertahankan keberadaannya padahal banyak karya kesusastraan lain yang tidak menghadapi kesulitan yang sama ternyata dilupakan? Alkitab juga menjawab pertanyaan ini. Katanya: ”Firman Tuhan [”Yehuwa”, NW] tetap untuk selama-lamanya.” (1 Petrus 1:25) Bila Alkitab memang Firman dari Allah, tidak ada kuasa manusia yang dapat melenyapkannya. Dan bahkan sampai abad ke-20, fakta ini masih tetap benar.

      22. Perubahan apa telah terjadi pada permulaan abad keempat Masehi?

      22 Namun, pada abad keempat Tarikh Masehi, sesuatu terjadi yang berkembang menjadi serangan atas Alkitab dan sangat mempengaruhi jalannya sejarah di Eropa. Sepuluh tahun setelah Diokletian berupaya melenyapkan semua salinan Alkitab, kebijaksanaan pemerintah kerajaan berubah dan ”agama Kristen” disahkan. Dua belas tahun kemudian, tepatnya pada tahun 325 M., seorang kaisar Roma mengetuai Konsili ”Kristen” di Nicea. Mengapa perkembangan yang tampaknya menguntungkan ini ternyata menjadi berbahaya bagi Alkitab? Kita akan melihat jawabannya dalam pasal berikut.

      [Catatan Kaki]

      a Tidak semua manuskrip yang ditemukan di Laut Mati mempunyai persamaan yang demikian cermat dengan naskah Alkitab yang sekarang masih ada. Beberapa darinya mengandung cukup banyak variasi naskah. Namun tidaklah berarti bahwa variasi demikian telah merusak makna penting naskah itu. Menurut Patrick W. Skehan dari Universitas Katolik Amerika, kebanyakan merupakan ”pengolahan ulang [dari naskah Alkitab] atas dasar logika integralnya sendiri, sehingga bentuknya menjadi lebih luas namun intinya tetap sama . . . Sikap yang mendasar adalah sikap hormat yang mendalam terhadap suatu naskah yang dianggap suci, sikap (menurut hemat kami) bahwa Alkitab dijelaskan oleh Alkitab melalui penyalinan naskah itu sendiri”.​8

      b Seorang komentator lain menambahkan, ”Meskipun segala macam keraguan, tetap ada fakta yang kuat bahwa naskah yang ada pada kita sekarang, pada dasarnya hampir merupakan kata-kata sesungguhnya dari para penulisnya, yang beberapa dari antaranya hidup hampir tiga ribu tahun yang lalu, dan sekalipun ada perubahan naskah, kita tidak perlu meragukan keabsahan dari berita yang telah disampaikan oleh Perjanjian Lama kepada kita.”​9

  • Pertarungan Hidup Alkitab
    Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia?
    • [Kotak di hlm. 19]

      Naskah Alkitab yang Benar-Benar Sah

      Untuk menghargai betapa teguh keabsahan naskah Alkitab, kita hanya perlu membandingkannya dengan kumpulan kesusastraan lain yang berasal dari zaman dulu: tulisan-tulisan klasik dari Yunani dan Roma. Sebenarnya, kebanyakan dari karya-karya kesusastraan ini dibuat setelah Kitab-Kitab Ibrani selesai ditulis. Tidak pernah ada catatan mengenai upaya pemunahan seluruh bangsa Yunani ataupun Roma, dan karya mereka tidak dipelihara di bawah ancaman pengejaran. Namun, perhatikan komentar Profesor F. F. Bruce:

      ”Mengenai Gallic War (Peperangan Orang Galia) karya Cæsar (dikarang antara tahun 58 dan 50 S.M.) ada beberapa manuskrip yang masih ada sampai sekarang, namun hanya sembilan atau sepuluh dari antaranya adalah baik, dan yang tertua berasal dari kira-kira 900 tahun setelah zaman Cæsar.

      ”Dari 142 buah buku mengenai sejarah Roma karangan Livy (59 S.M.-17 M.), hanya 35 buah yang tetap terpelihara; karya ini sampai ke perhatian kita melalui tidak lebih dari dua puluh buah manuskrip saja, dan hanya satu dari antaranya, yaitu yang mengandung fragmen-fragmen dari Buku No. III-VI, berasal dari abad keempat.

      ”Dari 14 buah buku Histories (Sejarah) karangan Tacitus (kira-kira tahun 100 M.) hanya empat setengah yang masih terpelihara; dari 16 buah buku Annals (Kronologi Tahunan) yang dikarangnya, ada sepuluh yang masih utuh dan dua yang terpelihara sebagian saja. Naskah dari bagian-bagian yang masih ada dari kedua karya sejarah yang besar ini semata-mata bergantung pada dua buah manuskrip, satu yang berasal dari abad kesembilan dan satu lagi dari abad kesebelas. . . .

      ”Sejarah Thucydides (kira-kira 460-400 S.M.) sampai kepada perhatian kita melalui delapan buah manuskrip, yang tertua berasal dari kira-kira tahun 900 M., dan beberapa potong papirus, yang berasal dari kira-kira permulaan zaman Kristen.

      ”Halnya sama dengan Sejarah Herodotus (kira-kira 488-428 S.M.). Namun tidak ada sarjana klasik yang bersedia mendengarkan argumen yang meragukan keaslian karya Herodotus atau Thucydides, karena manuskrip tertua dari karya mereka yang masih berguna untuk kita, berasal dari 1.300 tahun setelah aslinya sendiri dibuat.”—The Books and the Parchments, halaman 180.

      Bandingkan semua ini dengan fakta bahwa ada ribuan manuskrip dari berbagai bagian Alkitab. Dan manuskrip-manuskrip Kitab-Kitab Yunani Kristen berasal dari masa kurang dari 100 tahun setelah penulisan buku-buku aslinya.

  • Sahabat Palsu Alkitab
    Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia?
    • Pasal 3

      Sahabat Palsu Alkitab

      Dalam pasal ini, kita akan membahas alasan utama mengapa banyak dari negeri-negeri non-Kristen tidak mau menerima Alkitab sebagai Firman Allah. Dalam sejarah, Susunan Kristen mengaku percaya kepada Alkitab dan menjadi pelindungnya. Namun organisasi-organisasi keagamaan dari Susunan Kristen telah melibatkan diri dengan kengerian yang paling menjijikkan dalam sejarah, mulai dari Perang-Perang Salib dan pembantaian golongan minoritas pada Abad Pertengahan sampai kepada pembantaian oleh Nazi di zaman kita sendiri. Apakah tingkah laku Susunan Kristen dapat diterima sebagai alasan yang kuat untuk menolak Alkitab? Kenyataannya adalah, Susunan Kristen telah terbukti sebagai sahabat palsu dari Alkitab. Malahan, ketika Susunan Kristen muncul pada abad keempat Masehi, perjuangan Alkitab untuk mempertahankan keberadaannya sama sekali belum selesai.

      1, 2. (Termasuk kata pengantar.) (a) Mengapa banyak orang tidak mau menerima Alkitab sebagai Firman Allah? (b) Pekerjaan baik apakah telah dihasilkan selama abad pertama dan abad kedua, namun perkembangan yang berbahaya apakah yang akan muncul?

      PADA akhir abad pertama, semua buku Alkitab telah selesai ditulis. Mulai saat itu, umat Kristiani berada di baris depan dalam menyalin dan menyalurkan Alkitab yang lengkap. Pada waktu yang sama mereka juga sibuk menerjemahkannya ke dalam bahasa-bahasa yang paling umum pada zaman itu. Namun, seraya sidang Kristen sibuk dengan pekerjaan yang mengagumkan ini, sesuatu mulai terbentuk yang nantinya akan menjadi bahaya besar bagi terpeliharanya Alkitab.

      2 Perkembangan ini telah dinubuatkan oleh Alkitab sendiri. Yesus pernah memberikan perumpamaan mengenai seorang pria yang menabur ladangnya dengan benih gandum yang bermutu baik. Namun ”pada waktu semua orang tidur”, seorang musuh menaburkan benih yang akan menghasilkan lalang. Kedua macam benih ini tumbuh, dan untuk sementara waktu lalang menyembunyikan gandum dari pandangan orang. Melalui perumpamaan ini, Yesus menunjukkan bahwa hasil pekerjaannya akan berupa umat Kristiani sejati namun setelah kematiannya, umat Kristiani palsu akan menyusup ke dalam sidang. Dan pada suatu saat akan sulit sekali untuk membedakan yang asli dari yang palsu.—Matius 13:24-30, 36-43.

      3. Menurut rasul Petrus, apa kelak pengaruh dari ”umat Kristiani” yang seperti lalang atas kepercayaan kepada Alkitab?

      3 Rasul Petrus dengan terus terang memberikan peringatan terhadap pengaruh dari ”umat Kristiani” yang seperti lalang terhadap cara orang akan memandang agama Kristen dan Alkitab. Ia memperingatkan, ”Demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.”—2 Petrus 2:1, 2.

      4. Bagaimana nubuat-nubuat dari Yesus dan Petrus telah digenapi bahkan pada abad pertama?

      4 Bahkan pada abad pertama, nubuat-nubuat Yesus dan Petrus sudah mulai digenapi. Pria-pria yang ambisius menyusup ke dalam sidang Kristen dan menabur perpecahan. (2 Timotius 2:16-18; 2 Petrus 2:21, 22; 3 Yohanes 9, 10) Selama dua abad berikutnya, filsafat Yunani merusak kemurnian kebenaran Alkitab, dan banyak orang secara keliru mulai menerima doktrin kafir sebagai kebenaran Alkitab.

      5. Perubahan status apa yang dialami ”kekristenan” pada abad keempat?

      5 Pada abad keempat, suatu bentuk ”kekristenan” akhirnya menjadi agama resmi Kekaisaran Roma. Tetapi ”kekristenan” itu berbeda sekali dari agama yang telah diberitakan oleh Yesus. Pada masa itu, ”lalang” mulai berkembang, tepat seperti yang telah dinubuatkan Yesus. Meskipun demikian, kita dapat yakin bahwa sepanjang masa itu, ada orang-orang yang mewakili kekristenan sejati dan berupaya keras untuk mengikuti Alkitab sebagai Firman Allah yang terilham.—Matius 28:19, 20.

      Penerjemahan Alkitab Ditentang

      6. Bilamana Susunan Kristen mulai terbentuk, dan dengan salah satu cara apakah agama Susunan Kristen berbeda dari agama Kristen dari Alkitab?

      6 Pada zaman Konstantin itulah Susunan Kristen yang kita kenal sekarang mulai terbentuk. Sejak waktu itu, bentuk Kekristenan yang telah merosot dan yang telah berakar bukan lagi semata-mata suatu organisasi keagamaan. Ia menjadi bagian dari negara, dan para pemimpinnya memainkan peranan penting dalam bidang politik. Akhirnya, gereja yang telah murtad menggunakan kekuasaan politiknya dengan cara yang sama sekali bertentangan dengan agama Kristen yang berdasarkan Alkitab, sehingga menimbulkan ancaman lain yang berbahaya terhadap Alkitab. Cara bagaimana?

      7, 8. Kapankah paus menyatakan menentang penerjemahan Alkitab, dan mengapa ia melakukannya?

      7 Sewaktu bahasa Latin tidak lagi digunakan sebagai bahasa sehari-hari, Alkitab perlu diterjemahkan lagi. Tetapi Gereja Katolik tidak lagi menyetujui hal ini. Pada tahun 1079 Vratislaus, yang kemudian menjadi raja dari Bohemia, meminta izin Paus Gregorius VII untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa yang digunakan rakyatnya. Permintaannya ditolak. Paus berkata, ”Sudah jelas bagi mereka yang sering merenungkannya, bahwa bukannya tanpa alasan mengapa Allah Yang Mahakuasa lebih suka agar bagian-bagian tertentu dari kitab suci tetap suatu rahasia, karena jika semua orang dapat mengerti dengan jelas, ada kemungkinan Alkitab akan diremehkan dan tidak dihargai; atau mungkin akan disalah-mengerti oleh mereka yang berpendidikan sederhana, sehingga menghasilkan kekeliruan.”​1

      8 Paus menghendaki agar Alkitab tetap dipertahankan dalam bahasa Latin yang ketika itu sudah menjadi bahasa mati. Isinya harus dijaga tetap ”rahasia”, tidak diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa rakyat biasa.a Terjemahan Vulgate karya Jerome dalam bahasa Latin, yang dibuat pada abad ke-5 dengan tujuan agar Alkitab dapat dibaca oleh semua orang, kini menjadi alat untuk membuat Alkitab tetap suatu rahasia.

      9, 10. (a) Bagaimana perlawanan Katolik Roma terhadap penerjemahan Alkitab berkembang? (b) Apakah tujuan Gereja dalam menentang Alkitab?

      9 Seraya Abad-Abad Pertengahan berlanjut terus, sikap Gereja terhadap Alkitab dalam bahasa daerah menjadi semakin keras. Pada tahun 1199 Paus Innocent III menulis surat yang demikian keras kepada uskup agung dari Metz, Jerman, sehingga uskup itu membakar semua Alkitab bahasa Jerman yang dapat ia temukan.​3 Pada tahun 1229 sinode di Toulouse, Perancis, menyatakan bahwa ”rakyat awam” tidak boleh memiliki buku Alkitab mana pun dalam bahasa sehari-hari.​4 Pada tahun 1233 suatu sinode propinsi di Tarragona, Spanyol, memerintahkan agar semua buku ”Perjanjian Lama atau Baru” diserahkan untuk dibakar.​5 Pada tahun 1407 sinode golongan pendeta yang diadakan oleh Uskup Agung Thomas Arundel di Oxford, Inggris, secara tegas melarang penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris atau bahasa modern lain manapun.​6 Pada tahun 1431, juga di Inggris, Uskup Stafford dari Wells melarang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan untuk memiliki terjemahan demikian.​7

      10 Kalangan berwenang keagamaan ini tidak berupaya memusnahkan Alkitab. Mereka mencoba menjadikannya sebagai fosil, mempertahankannya dalam bahasa yang dapat dibaca oleh sedikit orang saja. Dengan cara ini, mereka berharap akan dapat mencegah apa yang mereka sebut bidah tetapi yang sebenarnya merupakan tantangan terhadap wewenang mereka. Andai kata mereka berhasil, Alkitab bisa saja menjadi sekedar suatu obyek yang menarik secara intelektual dengan sedikit atau sama sekali tanpa pengaruh atas kehidupan rakyat biasa.

      Para Pembela Alkitab

      11. Apa yang terjadi ketika Julián Hernández menyelundupkan sejumlah Alkitab bahasa Spanyol ke negeri Spanyol?

      11 Namun untunglah, ada banyak orang tulus hati yang tidak mau mengikuti perintah-perintah tersebut. Tetapi itu berbahaya. Orang perorangan telah mengalami penderitaan yang hebat karena ”kejahatan” memiliki Alkitab. Pertimbangkan misalnya, kasus seorang Spanyol yang bernama Julián Hernández. Menurut History of Christian Martyrdom (Sejarah Martir-Martir Kristen) karangan Foxe, Julián (atau, Juliano) ”berupaya membawa Alkitab dalam jumlah besar dari Jerman ke negerinya sendiri, dengan menyembunyikannya dalam guci-guci, dikemas seperti anggur putih Jerman (Rhenis)”. Ia dikhianati dan ditangkap oleh Inkwisisi Katolik Roma. Orang-orang untuk siapa Alkitab itu dibawa, ”semuanya disiksa tanpa pandang bulu, dan kemudian kebanyakan dari antara mereka dihukum dengan berbagai cara. Juliano dibakar, dua puluh orang dipanggang, beberapa dipenjarakan seumur hidup, beberapa dicambuk di hadapan umum, banyak yang dikirim untuk kerja paksa di kapal-kapal kuno”.​8

      12. Bagaimana kita tahu bahwa kalangan berwenang keagamaan dari Abad-Abad Pertengahan tidak mewakili agama Kristen dari Alkitab?

      12 Benar-benar penyalahgunaan kekuasaan yang mengerikan! Jelaslah, kalangan berwenang keagamaan ini sama sekali bukan wakil-wakil agama Kristen yang berdasarkan Alkitab! Alkitab sendiri mengungkapkan milik siapa mereka dengan berkata, ”Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya. Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya.”—1 Yohanes 3:10-12.

      13, 14. (a) Fakta yang menakjubkan apakah mengenai Alkitab selama Abad-Abad Pertengahan memperlihatkan asal-usulnya yang ilahi? (b) Bagaimana situasi berubah sehubungan dengan Alkitab di Eropa?

      13 Namun betapa menakjubkan, bahwa ada pria-pria dan wanita-wanita yang bersedia mengambil risiko diperlakukan begitu menyeramkan hanya agar dapat memiliki sebuah Alkitab! Dan contoh-contoh semacam ini tiap kali berlipat ganda terus sampai ke zaman kita. Pengabdian yang dalam yang dibangkitkan oleh Alkitab dalam diri seseorang, kesediaan untuk menanggung penderitaan dengan sabar dan untuk menyerahkan diri tanpa keluhan kepada kematian yang mengerikan tanpa membalas dendam kepada para algojonya, merupakan bukti kuat bahwa Alkitab memang Firman dari Allah.—1 Petrus 2:21.

      14 Akhirnya, sesudah pemberontakan golongan Protestan terhadap kekuasaan Katolik Roma pada abad ke-16, Gereja Katolik Roma sendiri terpaksa memproduksi terjemahan-terjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa sehari-hari yang digunakan di Eropa. Namun bahkan pada waktu itu, Alkitab masih lebih banyak dikaitkan orang dengan paham Protestan daripada paham Katolik. Seperti yang ditulis oleh imam Katolik Roma Edward J. Ciuba, ”Orang harus mengakui secara jujur bahwa salah satu akibat yang lebih tragis dari Reformasi Protestan adalah diabaikannya Alkitab di kalangan orang Katolik yang setia. Meskipun tidak pernah terlupakan sepenuhnya, Alkitab adalah buku tertutup bagi kebanyakan orang Katolik.”​9

      Kritik Tinggi

      15, 16. Mengapa Protestanisme tidak bebas dari kesalahan sehubungan dengan tentangan terhadap Alkitab?

      15 Namun gereja-gereja Protestan tidak bebas dari kesalahan sehubungan dengan sikap menentang Alkitab. Seraya tahun demi tahun berlalu, beberapa sarjana Protestan melancarkan jenis serangan yang berbeda melawan buku ini: serangan intelektual. Selama abad ke-18 dan abad ke-19, mereka memperkembangkan metode pelajaran Alkitab yang dinamakan kritik tinggi. Para kritikus Alkitab mengajarkan bahwa banyak bagian dari Alkitab terdiri dari legenda dan dongeng. Bahkan ada yang berkata bahwa Yesus tidak pernah ada. Sebaliknya dari menyebut Alkitab sebagai Firman dari Allah, para sarjana Protestan ini menyebutnya sebagai firman dari manusia dan selain itu, firman yang sangat kacau.

      16 Meskipun beberapa dari gagasan yang sangat ekstrem demikian tidak lagi dipercayai orang, kritik terhadap Alkitab masih tetap diajarkan di berbagai seminari, dan bukan suatu hal yang janggal untuk mendengar banyak pendeta Protestan menyangkal banyak bagian dari Alkitab di hadapan umum. Ada seorang pendeta Anglikan yang kata-katanya pernah dikutip oleh sebuah surat kabar Australia, yaitu bahwa banyak hal dalam Alkitab ”salah. Beberapa dari sejarahnya keliru. Beberapa dari rinciannya secara nyata kacau”. Cara berpikir ini adalah akibat dari kritik tinggi.

      ”Dihujat”

      17, 18. Bagaimanakah tingkah laku Susunan Kristen telah membawa cela ke atas Alkitab?

      17 Namun, mungkin tingkah laku Susunan Kristen itulah yang merupakan kendala terbesar bagi orang untuk menerima Alkitab sebagai Firman Allah. Susunan Kristen mengaku sebagai pengikut Alkitab. Namun, tingkah lakunya telah menghasilkan celaan besar ke atas Alkitab dan atas nama Kristen. Seperti telah dinubuatkan oleh rasul Petrus, jalan kebenaran telah ”dihujat”.—2 Petrus 2:2.

      18 Misalnya, ketika gereja melarang penerjemahan Alkitab, paus mensponsori serangan militer besar-besaran terhadap kaum Muslim di Timur Tengah. Serangan ini dinamakan Perang Salib yang ”suci”, tetapi tidak ada sesuatu pun yang suci padanya. Yang pertama—yang dinamakan ”Perang Suci Rakyat”—menentukan apa yang masih akan menyusul. Sebelum meninggalkan Eropa, suatu pasukan tentara yang liar, yang telah dihasut oleh para pengkhotbah, menyerang orang Yahudi di Jerman, membantai mereka dari kota yang satu ke kota lain. Mengapa? Ahli sejarah Hans Eberhard Mayer berkata, ”Argumen bahwa orang Yahudi, sebagai musuh Kristus, pantas dihukum hanya suatu upaya yang lemah untuk menutupi motif yang sebenarnya: ketamakan.”​10

      19-21. Bagaimanakah Perang Tiga Puluh Tahun, maupun kegiatan misionaris dan ekspansi kolonial dari Eropa telah membawa cela ke atas Alkitab?

      19 Pemberontakan oleh kaum Protestan pada abad ke-16 telah menggulingkan kekuasaan Katolik Roma di banyak negara Eropa. Salah satu akibatnya adalah Perang Tiga Puluh Tahun (1618-48)—”salah satu peperangan yang paling mengerikan dalam sejarah Eropa”, menurut buku The Universal History of the World (Sejarah Dunia secara Universal). Alasan mendasar dari perang tersebut? ”Kebencian orang Katolik terhadap Protestan, orang Protestan terhadap Katolik.”​11

      20 Menjelang waktu itu, Susunan Kristen mulai mengembangkan kekuasaan ke luar Eropa, sambil membawa peradaban ”Kristen” ke bagian-bagian bumi yang lain. Ekspansi militer ini dicirikan oleh kekejaman dan ketamakan. Di negeri-negeri Amerika, para penakluk Spanyol dengan cepat menghancurkan peradaban pribumi Amerika. Suatu buku sejarah menyatakan, ”Pada umumnya, para gubernur Spanyol menghancurkan peradaban pribumi, tanpa memperkenalkan peradaban Eropa. Haus akan emas merupakan motif utama yang menarik mereka ke Dunia Baru [benua Amerika].”​12

      21 Para misionaris Protestan juga pergi dari Eropa ke benua-benua lain. Salah satu hasil kerja mereka adalah dikembangkannya ekspansi kolonial. Dewasa ini pandangan yang meluas mengenai kegiatan misionaris Protestan adalah, ”Dalam banyak kejadian lembaga perutusan-injilan telah digunakan untuk membenarkan dan menutupi maksud menguasai orang-orang. Hubungan timbal balik antara misi, teknologi, dan imperialisme sudah dikenal umum.”​13

      22. Bagaimanakah Susunan Kristen membawa cela ke atas nama Kristen pada abad ke-20?

      22 Hubungan yang erat antara agama-agama Susunan Kristen dan negara masih berlangsung sampai ke zaman kita. Kedua perang dunia yang terakhir terutama dipertarungkan antar bangsa-bangsa ”Kristen”. Para pendeta dari kedua belah pihak mendorong pemuda-pemuda mereka untuk berkelahi dalam upaya membunuh musuh—yang sering kali memeluk agama yang sama. Seperti dinyatakan dalam buku If the Churches Want World Peace (Andai Kata Gereja-Gereja Menginginkan Perdamaian Dunia), ”Sudah pasti [gereja-gereja] tidak pantas dipuji atas berkembangnya sistem perang zaman sekarang yang telah mengakibatkan malapetaka terbesar di negeri-negeri yang mengabdi kepada cita-cita agama Kristen.”​14

      Firman Allah Tetap Hidup

      23. Bagaimana sejarah Susunan Kristen menunjukkan bahwa Alkitab adalah Firman Allah?

      23 Kita meninjau sejarah Susunan Kristen yang panjang dan menyedihkan untuk menarik perhatian kepada dua segi berikut. Pertama, peristiwa-peristiwa demikian merupakan penggenapan dari nubuat Alkitab. Sudah dinubuatkan bahwa banyak orang yang mengaku diri Kristen akan membawa celaan ke atas Alkitab dan nama baik agama Kristen, dan fakta bahwa ini telah terjadi menyatakan Alkitab memang benar. Meskipun demikian, jangan kita lupakan kenyataan bahwa tingkah laku Susunan Kristen tidak menggambarkan agama Kristen yang berdasarkan Alkitab.

      24. Apa tanda pengenal umat Kristiani sejati sehingga dengan jelas mengutuk Susunan Kristen sebagai non-Kristen?

      24 Cara umat Kristiani sejati dapat dikenali telah dijelaskan oleh Yesus sendiri, ”Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:35) Kemudian, Yesus berkata, ”Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.” (Yohanes 17:16) Dalam kedua hal tersebut, Susunan Kristen telah menyatakan diri jelas tidak mewakili agama Kristen dari Alkitab. Ia mengaku sebagai sahabat Alkitab, namun ia ternyata sahabat palsu.

      25. Mengapa Alkitab dapat terpelihara terus melewati semua kesukaran sampai ke zaman kita?

      25 Segi yang kedua adalah: Mengingat kenyataan bahwa Susunan Kristen secara keseluruhan telah bertindak sangat bertentangan dengan kepentingan Alkitab, sungguh menakjubkan bahwa Alkitab tetap terpelihara sampai sekarang dan masih memberikan pengaruh yang baik dalam kehidupan banyak orang. Alkitab telah berhasil mengatasi perlawanan yang hebat terhadap penerjemahannya, serangan bertubi-tubi dari para sarjana yang lebih menyukai gagasan modern, dan tingkah laku non-Kristen dari sahabat palsunya, Susunan Kristen. Mengapa? Karena Alkitab berbeda dari karya tulis lain manapun. Alkitab tidak mungkin mati. Buku itu adalah Firman dari Allah, dan Alkitab sendiri berkata kepada kita, ”Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”—Yesaya 40:8.

      [Catatan Kaki]

      a Beberapa terjemahan ke dalam bahasa daerah dibuat. Tetapi sering kali itu dibuat dengan susah payah dalam manuskrip-manuskrip yang menonjolkan hiasan dan jelas bukan untuk digunakan secara umum.​2

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan