PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mengapa Patut Berterima Kasih?
    Menara Pengawal—1988 (Seri 50) | Menara Pengawal—1988 (Seri 50)
    • Mengapa Patut Berterima Kasih?

      PERHATIKANLAH sampul muka brosur ini. Itu pasti mengingatkan kita bahwa ada banyak hal yang indah yang dapat menggantikan kejelekan dan kejorokan yang terlihat di mana-mana.

      Apakah saudara menghargai hal-hal yang indah? Renungkan sebuah pelangi dengan perpaduan warna-warna yang lembut dan cerah, yang muncul setelah awan gelap suatu badai. Bayangkan sebuah air terjun. Atau coba bayangkan binatang-binatang yang bermain-main dengan anak-anaknya. Bayangkan sebuah taman bunga yang indah atau tuaian gandum yang berlimpah. Memang, ini adalah hal-hal yang biasa bagi banyak orang. Namun apa pengaruhnya bagi diri saudara?

      Mudah Dianggap Sudah Semestinya

      Pada umumnya, makin sering suatu hal kita alami, makin biasa hal itu bagi kita—dan makin mudah untuk menganggapnya sudah semestinya. Kelemahan ini tampaknya lebih nyata dalam abad ke-20 yang bergerak cepat ini. Namun tidak menyisihkan waktu untuk merenungkan atau menghitung berkat-berkat serta alasan untuk berterima kasih selalu merupakan salah satu kelemahan dari umat manusia yang tidak sempurna.

      Sebaliknya, pemazmur Daud, di bawah ilham, sering mengungkapkan perasaan terima kasih dalam nyanyian. Kata-kata berikut yang ditujukan kepada Allah dalam salah satu nyanyian Daud merupakan contoh yang menonjol dari perasaan terima kasih:

      ”Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu,

      bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:

      apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah

      anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

      Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu;

      segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:

      kambing domba dan lembu sapi sekalian,

      juga binatang-binatang di padang;

      burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut,

      dan apa yang melintasi arus lautan.

      Ya [Yehuwa], Tuhan kami, betapa mulianya namaMu

      di seluruh bumi!”—Mazmur 8:4, 5, 7-10.

      Perasaan Terima Kasih Dapat Menekan Kesedihan

      Perasaan terima kasih dari pemazmur untuk hal-hal yang indah membantu menyingkirkan kemurungan yang ditimbulkan oleh pemandangan yang tidak menyenangkan atau keadaan-keadaan sulit. Saudara juga dapat mengalami hal yang sama. Bagaimana? Dengan berupaya lebih sepenuhnya menghargai banyak hal yang menyenangkan di sekeliling kita. Dengan cara demikian, saudara dapat meningkatkan kebahagiaan saudara dan orang-orang di sekeliling saudara.

      Jadi ada baiknya kita membiarkan hal-hal yang indah dan menakjubkan yang kita lihat setiap hari mendorong kita untuk dengan sepenuh hati berterima kasih kepada Pencipta kita yang pemurah. Sekarang pertimbangkan beberapa alasan untuk berterima kasih.

  • Alasan-Alasan Tambahan untuk Berterima Kasih
    Menara Pengawal—1988 (Seri 50) | Menara Pengawal—1988 (Seri 50)
    • Alasan-Alasan Tambahan untuk Berterima Kasih

      UMAT Israel purba mempunyai lebih banyak alasan daripada orang-orang lain untuk menyatakan terima kasih kepada sang Pencipta. Mengapa kita dapat mengatakan hal ini?

      Nah, seperti semua orang lain, bangsa Israel mempunyai alasan untuk berterima kasih atas semua perkara yang indah dan menakjubkan yang Allah ciptakan. Tetapi mereka mempunyai alasan tambahan untuk bersyukur karena Yang Mahakuasa telah memilih mereka menjadi umatNya yang istimewa dan memberi mereka perhatian khusus. (Amos 3:1, 2) Pertimbangkan beberapa alasan yang luar biasa untuk berterima kasih.

      Dua Kali Luput dari Kematian

      Pasti semua orangtua Israel pada malam tanggal 14 Nisan tahun 1513 S.M. benar-benar bersyukur! Pada malam yang penting itu, malaikat Allah membunuh ’semua anak sulung di tanah Mesir, dari anak manusia sampai anak binatang.’ Namun ia melewati rumah-rumah orang Israel karena darah dari binatang-binatang Paskah telah dipercikkan pada tiang-tiang dan ambang pintu. Dan kesunyian dipecahkan ketika ’kedengaran ratapan yang hebat di Mesir, sebab tidak ada rumah yang tidak kematian.’ Tetapi, dalam tiap keluarga Israel anak sulung mereka yang berharga masih hidup dan sehat.—Keluaran 12:12, 21-24, 30.

      Tidak lama setelah itu, perasaan terima kasih pasti melimpah dalam hati orang Israel seraya mereka menyaksikan mujizat campur tangan Yehuwa ketika mereka tampaknya telah terjebak di tepi pantai Laut Merah, karena bala tentara Firaun dari Mesir sudah hampir menyusul mereka. Mula-mula, mereka melihat tiang awan yang memimpin mereka bergerak ke belakang mereka, sehingga dengan jitu memperlambat para pengejar. Kemudian orang Israel melihat Musa mengulurkan tangannya ke atas lautan, dan mereka memandang dengan takjub, ketika Allah mendatangkan angin timur yang kuat sepanjang malam, sehingga membelah air dan mengubah dasar laut menjadi tanah kering. Orang Israel hampir tidak membutuhkan dorongan untuk bergegas melewati lorong keselamatan ini yang merupakan persediaan ilahi.

      Namun, sekarang ada suatu alasan baru untuk merasa takut! Orang Mesir menyerbu ke dasar laut, yakin dapat menyusul orang Israel. Tetapi lihat! Ketika semua orang Mesir berada dalam lorong yang dibatasi oleh tembok-tembok air tersebut, roda-roda mulai terlepas dari kereta-kereta mereka, dan tidak lama kemudian timbul kekacauan yang besar. Lalu, setelah semua orang Israel berada di seberang dengan selamat, Yehuwa sekali lagi memerintahkan Musa untuk mengulurkan tangannya, ”maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya.” Hasilnya? Tidak seorang pun dari pasukan militer yang dibanggakan Firaun yang angkuh itu dapat meluputkan diri, semuanya tenggelam, demikian pula penguasa yang angkuh itu sendiri. (Keluaran 14:19-28; Mazmur 136:15) Dapatkah saudara bayangkan betapa berterima kasih orang Israel yang telah dibebaskan itu kepada Yehuwa?

      Cara-Cara Bertempur yang Luar Biasa dari Allah

      Walaupun berterima kasih karena pembebasan mereka dari Mesir dan perjalanan mereka yang tidak dapat dilupakan melewati Laut Merah, orang Israel harus mengalami banyak hal yang meletihkan sebelum mereka sampai ke Negeri Perjanjian. Namun setiap pengalaman selama 40 tahun mengembara di padang gurun seharusnya merupakan alasan tambahan bagi mereka untuk khusus berterima kasih kepada Yehuwa.

      Akhirnya, orang Israel menyeberangi Sungai Yordan dan berada di negeri yang Allah berikan kepada mereka. Tidak lama kemudian mereka menyaksikan contoh dari cara Yehuwa bertempur yang sangat menakjubkan demi kepentingan mereka. Bagaimana? Ya, melalui penaklukan dan kehancuran yang menakjubkan dari kota Kanaan pertama yang mereka hadapi—Yerikho! (Yosua, pasal 6) Betapa tidak lazimnya strategi yang Allah atur untuk berbaris mengelilingi Yerikho sambil mengangkut tabut perjanjian! Selama enam hari berturut-turut, mereka berbaris mengelilingi tembok satu kali sehari. Pada hari ketujuh, mereka berbaris mengelilingi tembok tujuh kali. Ketika para imam meniup sangkakala mereka, orang Israel memecah udara dengan ”sorak peperangan yang nyaring,” dan ”runtuhlah tembok itu”! (Ayat 20, NW) Hanya rumah Rahab dan bagian dari tembok di bawahnya tetap tegak. Tembok dari kota yang tampaknya tidak dapat dikalahkan ini telah runtuh, tanpa satu anak panah pun dibidikkan oleh Yosua dan bala tentaranya! Pasti, pengalaman di Yerikho merupakan alasan tambahan yang luar biasa untuk berterima kasih kepada Allah.

      Pada peristiwa lain, mereka melihat pertunjukan lebih jauh yang luar biasa dari cara-cara Yehuwa bertempur yang sangat menakjubkan. Ketika bani Gibeon mengadakan perdamaian dengan Israel, lima raja Amori menyatakan perang melawan orang Gibeon. Yosua datang membantu mereka, dan tangan mujizat Yehuwa berulang kali diperlihatkan dalam pertempuran yang terjadi kemudian. Allah mengacaukan orang Amori, ”mereka melarikan diri di depan orang Israel dan baru di lereng Bet-Horon, maka [Yehuwa] melempari mereka dengan batu-batu besar dari langit, sampai ke Azeka, sehingga mereka mati.” Lebih banyak yang menemui ajal karena hujan batu-batu besar itu daripada yang dibunuh oleh orang Israel dengan pedang.—Yosua 10:1-11.

      ”Di hadapan orang Israel,” Yosua kemudian berbicara kepada Yehuwa dan mengatakan: ”Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!” Hasilnya? ”Maka,” bunyi kisah itu ”berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya.”—Yosua 10:12, 13.

      Benar-benar peristiwa yang menakjubkan! Dan benar-benar alasan tambahan lain lagi yang luar biasa bagi umat Yehuwa untuk berterima kasih!

      Perasaan Terima Kasih Tidak Lama

      Setelah tiap kali menyaksikan campur tangan Yehuwa, orang Israel dipenuhi dengan perasaan terima kasih. Kemungkinan besar, tiap orang Israel berkata dalam hatinya bahwa ia tidak pernah akan melupakan hal-hal yang telah ia lihat. Namun, mengherankan bahwa perasaan terima kasih demikian hanya singkat umurnya. Berulang kali, orang Israel memperlihatkan sikap tidak berterima kasih. Jadi, Allah ’[berulang kali, NW] menyerahkan mereka ke tangan bangsa-bangsa, sehingga orang-orang yang membenci mereka berkuasa atas mereka.’—Mazmur 106:41.

      Namun, Yehuwa memperlihatkan semangat kemurahan hatiNya yang besar dengan memberikan pengampunan ketika Israel mengalami kesukaran yang sangat besar, bertobat dari haluan mereka yang salah dan tidak tahu berterima kasih, dan berseru kepadaNya memohon bantuan. ”Ia menilik kesusahan mereka, ketika Ia mendengar teriak mereka. Ia ingat akan perjanjianNya karena mereka, dan menyesal sesuai dengan kasih setiaNya yang besar.” (Mazmur 106:44, 45) Berkali-kali, Allah mereka yang suka mengampuni membebaskan mereka dari para penindas dan menerima mereka kembali kepada perkenanNya.

      Meskipun Allah panjang sabar dan berulang kali mengutus nabi-nabi untuk memperbaiki cara berpikir mereka, orang Israel ternyata tidak dapat diperbaiki. Akhirnya, kesabaran Yehuwa habis, dan Ia membiarkan bangsa Yehuda ditaklukkan oleh Babel pada tahun 607 S.M. Mereka yang tidak dibunuh oleh pasukan Raja Nebukadnezar ditawan ke Babel.

      Benar-benar akhir yang celaka bagi sikap tidak tahu berterima kasih dan ketidakloyalan kepada Allah yang terjadi berulang kali! Dan ini terjadi meskipun ada banyak sekali alasan untuk berterima kasih.

      Bagaimana orang Kristen dewasa ini dapat menghindar agar tidak membuat kesalahan yang sama dalam hal tidak memperlihatkan terima kasih atas segala sesuatu yang telah Allah Yehuwa lakukan bagi mereka, di samping tindakan kebaikanNya untuk umat manusia pada umumnya? Hal ini akan kita bahas dalam artikel berikut.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan