PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Yehuwa Memerintah​—Melalui Teokrasi
    Menara Pengawal—1994 | 15 Januari
    • Yehuwa Memerintah​—Melalui Teokrasi

      ”[Yehuwa] itu Raja untuk selama-lamanya.”—MAZMUR 146:10.

      1, 2. (a) Mengapa upaya-upaya manusia dalam memerintah gagal? (b) Apa satu-satunya bentuk pemerintahan yang telah benar-benar berhasil?

      SEJAK zaman Nimrod, manusia telah mencoba berbagai cara untuk memerintah masyarakat manusia. Ada bentuk diktator, monarki, oligarki, dan berbagai bentuk demokrasi. Yehuwa telah mengizinkan semua itu. Sesungguhnya, karena Allah merupakan Sumber tertinggi dari segala wewenang, dalam batas tertentu Ia menempatkan berbagai penguasa itu dalam kedudukan mereka yang relatif. (Roma 13:1) Meskipun demikian, semua upaya manusia untuk memerintah ternyata gagal. Penguasa manusia mana pun tak ada yang dapat menghasilkan masyarakat yang langgeng, stabil dan adil. Sudah terlalu sering, ”orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka”.—Pengkhotbah 8:9.

      2 Haruskah hal ini mengejutkan kita? Tentu saja tidak! Manusia yang tidak sempurna tidak diciptakan untuk memerintah diri sendiri. ”Manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” (Yeremia 10:23) Itulah sebabnya, sepanjang sejarah umat manusia, hanya ada satu bentuk pemerintahan yang telah benar-benar berhasil. Yang mana? Teokrasi di bawah Allah Yehuwa. Dalam bahasa Yunani yang digunakan Alkitab, ”teokrasi” berarti suatu pemerintahan [kraʹtos] oleh Allah [the·osʹ]. Apakah ada pemerintahan yang lebih baik dibandingkan pemerintahan yang asalnya dari Allah Yehuwa sendiri?—Mazmur 146:10.

      3. Apa beberapa contoh teokrasi pada masa awal yang pernah ada di bumi?

      3 Teokrasi dijalankan untuk waktu yang singkat di Eden, sampai Adam dan Hawa memberontak melawan Yehuwa. (Kejadian 3:1-6, 23) Pada zaman Abraham, suatu teokrasi rupanya terdapat di kota Salem, dengan Melkisedek sebagai raja-imam. (Kejadian 14:18-20; Ibrani 7:1-3) Akan tetapi, teokrasi nasional pertama di bawah Allah Yehuwa didirikan di padang gurun Sinai pada abad ke-16 SM. Bagaimana ini bisa terjadi? Dan bagaimana pemerintahan teokratis ini dijalankan?

      Suatu Teokrasi Telah Lahir

      4. Bagaimana Yehuwa mendirikan bangsa Israel yang bersifat teokratis?

      4 Pada tahun 1513 SM, Yehuwa menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan membinasakan bala tentara Firaun yang mengejar mereka di Laut Merah. Lalu, Ia memimpin bangsa Israel ke Gunung Sinai. Sewaktu mereka berkemah di kaki gunung ini, Allah memberi tahu mereka melalui Musa, ”Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepadaKu. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa.” Bangsa Israel menjawab, ”Segala yang difirmankan [Yehuwa] akan kami lakukan.” (Keluaran 19:4, 5, 8) Suatu perjanjian dibuat, dan bangsa Israel yang bersifat teokratis pun lahir.—Ulangan 26:18, 19.

      5. Bagaimana dapat dikatakan bahwa Yehuwa memerintah di Israel?

      5 Namun, bagaimana Israel diperintah oleh Yehuwa, yang tidak terlihat oleh mata manusia? (Keluaran 33:20) Yaitu dalam hal hukum-hukum dan imamat bangsa itu diberikan oleh Yehuwa. Orang-orang yang menaati hukum dan beribadat mengikuti penyelenggaraan yang dimandatkan ilahi melayani Teokrat Agung, Yehuwa. Lagi pula, imam besar memiliki Urim dan Tumim, yang melaluinya Allah Yehuwa memberikan petunjuk dalam keadaan-keadaan darurat. (Keluaran 28:29, 30) Selanjutnya, para tua-tua yang memenuhi syarat merupakan wakil-wakil Yehuwa dalam teokrasi dan mengawasi penerapan Hukum Allah. Jika kita memeriksa catatan dari beberapa pria ini, kita akan lebih mengerti bagaimana manusia seharusnya tunduk kepada pemerintahan Allah.

      Wewenang di Bawah Teokrasi

      6. Mengapa merupakan tantangan bagi manusia untuk menjalankan wewenang dalam suatu teokrasi, dan pria-pria macam apa dibutuhkan untuk tanggung jawab ini?

      6 Orang-orang yang berada dalam kedudukan berwenang di Israel memiliki hak istimewa besar, namun merupakan suatu tantangan bagi mereka untuk tetap seimbang. Mereka perlu berhati-hati agar ego mereka sendiri tidak pernah menjadi lebih penting daripada penyucian nama Yehuwa. Pernyataan terilham bahwa ”orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya” terbukti benar atas bangsa Israel dan juga atas umat manusia pada umumnya. Israel makmur hanya ketika para tua-tua mengingat bahwa Israel adalah suatu teokrasi dan bahwa mereka harus melakukan kehendak Yehuwa, bukan kehendak mereka sendiri. Segera setelah terbentuknya bangsa Israel, ayah mertua Musa, Yitro, dengan tepat menjelaskan mereka seharusnya menjadi pria-pria macam apa, yaitu, ”orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap”.—Keluaran 18:21.

      7. Dalam hal-hal apa Musa adalah teladan yang bagus dari seseorang yang berwenang di bawah Allah Yehuwa?

      7 Orang pertama yang menjalankan wewenang tinggi di Israel adalah Musa. Ia adalah teladan yang bagus dari seorang tokoh yang berwenang dalam penyelenggaraan teokrasi. Memang, sekali peristiwa kelemahan manusiawinya muncul. Akan tetapi, Musa senantiasa bersandar pada Yehuwa. Sewaktu timbul pertanyaan-pertanyaan yang belum lagi diputuskan, ia mencari bimbingan Yehuwa. (Bandingkan Bilangan 15:32-36.) Bagaimana Musa melawan godaan untuk menggunakan kedudukannya yang tinggi demi kemuliaannya sendiri? Meskipun ia memimpin suatu bangsa yang terdiri dari jutaan orang, ia ”sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi”. (Bilangan 12:3) Ia tidak memiliki ambisi-ambisi pribadi melainkan prihatin akan kemuliaan Allah. (Keluaran 32:7-14) Dan Musa memiliki iman yang teguh. Ketika berbicara tentang dia sebelum menjadi pemimpin bangsa, rasul Paulus berkata, ”Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.” (Ibrani 11:27) Jelaslah, Musa tidak pernah lupa bahwa Yehuwa adalah Penguasa yang sesungguhnya dari bangsa itu. (Mazmur 90:1, 2) Betapa teladan yang bagus bagi kita dewasa ini!

      8. Perintah apa yang Yehuwa berikan kepada Yosua, dan mengapa hal ini patut diperhatikan?

      8 Sewaktu pengawasan terhadap bangsa Israel terbukti terlalu berat dipikul Musa seorang diri, Yehuwa memberikan roh-Nya ke atas 70 tua-tua yang akan membantunya dalam mengadili bangsa itu. (Bilangan 11:16-25) Pada tahun-tahun sesudah itu, setiap kota memiliki tua-tuanya. (Bandingkan Ulangan 19:12; 22:15-18; 25:7-9.) Setelah Musa meninggal, Yehuwa mengangkat Yosua sebagai pemimpin bangsa tersebut. Kita dapat membayangkan bahwa dengan mengemban hak istimewa ini, banyak yang Yosua harus lakukan. Namun, Yehuwa memberi tahu Yosua bahwa ada satu hal yang hendaknya jangan pernah ia abaikan, ”Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya.” (Yosua 1:8) Perhatikan bahwa meskipun Yosua telah melayani Allah selama 40 tahun lebih, ia perlu terus membaca Hukum. Kita juga perlu mempelajari Alkitab dan menyegarkan pikiran kita dengan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Yehuwa—tidak soal seberapa panjang catatan dinas kita atau seberapa banyak hak istimewa yang kita miliki.—Mazmur 119:111, 112.

      9. Apa yang terjadi di Israel pada masa para hakim?

      9 Yosua digantikan oleh sederetan hakim. Sayang sekali, pada zaman mereka, bangsa Israel berulang kali ”melakukan apa yang jahat di mata [Yehuwa]”. (Hakim 2:11) Berkenaan masa para hakim, catatan berbunyi, ”Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” (Hakim 21:25) Setiap orang membuat keputusannya sendiri berkenaan tingkah laku dan ibadat, dan sejarah memperlihatkan bahwa banyak orang Israel membuat keputusan yang buruk. Mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala dan kadang-kadang melakukan kejahatan yang mengerikan. (Hakim 19:25-30) Namun, beberapa orang memperlihatkan iman yang patut diteladani.—Ibrani 11:32-38.

      10. Bagaimana pemerintahan di Israel berubah secara radikal sewaktu zaman Samuel, dan apa yang menuntun kepada hal ini?

      10 Sewaktu masa hidup hakim yang terakhir, Samuel, Israel mengalami krisis pemerintahan. Terpengaruh oleh bangsa-bangsa musuh di sekitar mereka, yang semuanya diperintah oleh raja, bangsa Israel berpendapat bahwa mereka juga membutuhkan seorang raja. Mereka lupa bahwa mereka telah memiliki Raja, bahwa pemerintahan mereka adalah suatu teokrasi. Yehuwa memberi tahu Samuel, ”Bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.” (1 Samuel 8:7) Contoh mereka mengingatkan kita betapa mudahnya kehilangan pandangan rohani dan terpengaruh oleh dunia sekeliling kita.—Bandingkan 1 Korintus 2:14-16.

      11. (a) Meskipun terdapat perubahan dalam pemerintahan, bagaimana dapat dikatakan bahwa Israel terus menjadi suatu teokrasi di bawah para raja? (b) Perintah apa Yehuwa berikan kepada raja-raja Israel, dan dengan tujuan apa?

      11 Meskipun demikian, Yehuwa mengabulkan permohonan orang-orang Israel dan memilih dua raja mereka yang pertama, Saul dan Daud. Israel terus menjadi suatu teokrasi yang diperintah oleh Yehuwa. Agar raja-rajanya mengingat hal ini, setiap raja diwajibkan membuat sendiri salinan Hukum dan membacanya setiap hari, ”untuk belajar takut akan [Yehuwa], Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya, supaya jangan ia tinggi hati terhadap saudara-saudaranya”. (Ulangan 17:19, 20) Ya, Yehuwa ingin agar orang-orang yang berwenang dalam teokrasi-Nya tidak meninggikan diri mereka dan agar tindakan mereka harus mencerminkan Hukum-Nya.

      12. Catatan kesetiaan apa dibuat Raja Daud?

      12 Raja Daud memiliki iman yang terpuji kepada Yehuwa, dan Allah membuat perjanjian bahwa ia akan menjadi bapa dari dinasti raja-raja yang akan kokoh selama-lamanya. (2 Samuel 7:16; 1 Raja 9:5; Mazmur 89:30) Ketundukan Daud yang rendah hati kepada Yehuwa patut ditiru. Ia berkata, ”[Yehuwa], karena kuasaMulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari padaMu!” (Mazmur 21:2) Meskipun Daud kadang-kadang gagal karena kelemahan daging, sebagai seorang penguasa ia bersandar pada kekuatan Yehuwa, bukan pada kekuatannya sendiri.

      Perbuatan dan Sikap yang Tidak Teokratis

      13, 14. Beberapa tindakan yang tidak teokratis apa diambil oleh penerus-penerus Daud?

      13 Tidak semua pemimpin Israel seperti Musa dan Daud. Banyak yang memperlihatkan sikap sangat tidak respek terhadap penyelenggaraan teokratis, dengan membiarkan ibadat palsu di Israel. Bahkan beberapa penguasa yang setia kadang-kadang bertindak tidak teokratis. Yang sangat tragis adalah kasus Salomo, yang telah dikaruniai hikmat yang tinggi dan kemakmuran. (1 Raja 4:25, 29) Namun, dengan mengabaikan hukum Yehuwa, ia menikahi banyak istri dan mengizinkan penyembahan berhala di Israel. Rupanya, pemerintahan Salomo bersifat menindas pada tahun-tahun belakangan.—Ulangan 17:14-17; 1 Raja 11:1-8; 12:4.

      14 Putra Salomo, Rehabeam, menghadapi tuntutan agar ia meringankan tanggungan rakyatnya. Sebaliknya daripada menangani situasi dengan lembut, ia dengan kejam menyalahgunakan wewenangnya—dan kehilangan 10 dari ke-12 suku. (2 Tawarikh 10:4-17) Raja pertama dari kerajaan sepuluh suku yang terpecah adalah Yerobeam. Dalam upaya memastikan agar kerajaannya tidak akan pernah bersatu kembali dengan bangsa saudaranya, ia mendirikan ibadat kepada anak lembu jantan. Hal ini mungkin tampak sebagai langkah yang cerdik secara politik, namun ini memperlihatkan sikap tidak respek yang terang-terangan terhadap teokrasi. (1 Raja 12:26-30) Belakangan, pada akhir masa hidupnya yang panjang dari dinasnya yang setia, Raja Asa membiarkan kesombongan menodai catatan hidupnya. Ia memperlakukan dengan sewenang-wenang nabi yang datang kepadanya dengan nasihat dari Yehuwa. (2 Tawarikh 16:7-11) Ya, bahkan orang-orang yang telah berpengalaman pun kadang-kadang membutuhkan nasihat.

      Akhir Suatu Teokrasi

      15. Sewaktu Yesus berada di bumi, bagaimana para pemimpin Yahudi gagal sebagai tokoh-tokoh berwenang dalam suatu teokrasi?

      15 Sewaktu Yesus Kristus berada di bumi, Israel masih merupakan suatu teokrasi. Namun, sayangnya, banyak di antara tua-tua mereka yang bertanggung jawab tidak berpikiran rohani. Mereka jelas-jelas gagal memupuk kelembutan yang diperlihatkan Musa. Yesus menunjuk kepada kebejatan rohani mereka sewaktu ia berkata, ”Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”—Matius 23:2, 3.

      16. Bagaimana para pemimpin Yahudi pada abad pertama memperlihatkan bahwa mereka tidak memiliki respek terhadap teokrasi?

      16 Setelah menyerahkan Yesus kepada Pontius Pilatus, para pemimpin Yahudi memperlihatkan seberapa jauh mereka telah menyimpang dari ketundukan teokratis. Pilatus mengadili Yesus dan menyimpulkan bahwa ia tak bersalah. Ketika membawa Yesus ke hadapan orang-orang Yahudi, Pilatus berkata, ”Inilah rajamu!” Sewaktu orang-orang Yahudi menuntut kematian Yesus, Pilatus bertanya, ”Haruskah aku menyalibkan rajamu?” Imam-imam kepala menjawab, ”Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!” (Yohanes 19:14, 15) Mereka mengakui Kaisar sebagai raja, bukan Yesus, ’yang datang dalam nama Yehuwa’!—Matius 21:9.

      17. Mengapa Israel jasmani tidak lagi menjadi suatu bangsa teokrasi?

      17 Dengan menolak Yesus, orang-orang Yahudi menolak teokrasi, karena ia akan menjadi tokoh utama dalam penyelenggaraan teokratis di masa depan. Yesus adalah putra mahkota keturunan Daud yang akan memerintah selama-lamanya. (Yesaya 9:5, 6; Lukas 1:33; 3:23, 31) Dengan demikian, Israel jasmani tidak lagi menjadi bangsa pilihan Allah.—Roma 9:31-33.

      Suatu Teokrasi Baru

      18. Teokrasi baru apa lahir pada abad pertama? Jelaskan.

      18 Akan tetapi, penolakan Israel jasmani oleh Allah bukanlah akhir teokrasi di bumi. Melalui Yesus Kristus, Yehuwa mendirikan suatu teokrasi baru. Ini adalah sidang Kristen yang terurap, yang sebenarnya merupakan suatu bangsa baru. (1 Petrus 2:9) Rasul Paulus menyebutnya ”Israel milik Allah”, dan pada akhirnya anggota-anggotanya berasal dari ”tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa”. (Galatia 6:16; Wahyu 5:9, 10) Meskipun tunduk kepada pemerintahan manusia yang berkuasa di atas mereka, anggota-anggota teokrasi baru ini benar-benar diperintah oleh Allah. (1 Petrus 2:13, 14, 17) Segera setelah kelahiran teokrasi baru itu, para penguasa Israel jasmani berupaya memaksa beberapa murid untuk berhenti menaati perintah yang Yesus berikan kepada mereka. Apa tanggapan mereka? ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kisah 5:29) Sesungguhnya, itulah sudut pandangan teokratis!

      19. Bagaimana sidang Kristen abad pertama dapat disebut suatu teokrasi?

      19 Namun, bagaimana teokrasi baru itu berfungsi? Ada seorang Raja, Yesus Kristus, yang mewakili Teokrat Agung, Allah Yehuwa. (Kolose 1:13) Meskipun Raja ini tidak kelihatan di surga, pemerintahannya nyata bagi rakyatnya, dan sabdanya mengatur kehidupan mereka. Berkenaan pengawasan yang kelihatan, para tua-tua yang memenuhi syarat secara rohani dilantik. Di Yerusalem, sekelompok pria demikian melayani sebagai badan pimpinan. Yang mewakili badan tersebut adalah para penatua keliling, seperti Paulus, Timotius, dan Titus. Dan setiap sidang diurus oleh sebuah badan yang terdiri dari para tua-tua, atau penatua-penatua. (Titus 1:5) Sewaktu masalah sulit timbul, para penatua berkonsultasi dengan badan pimpinan atau salah seorang wakilnya, seperti misalnya Paulus. (Bandingkan Kisah 15:2; 1 Korintus 7:1; 8:1; 12:1.) Selanjutnya, setiap anggota sidang berperan dalam menjunjung tinggi teokrasi. Setiap orang bertanggung jawab di hadapan Yehuwa untuk menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupannya.—Roma 14:4, 12.

      20. Apa yang dapat dikatakan tentang teokrasi setelah zaman para rasul?

      20 Paulus memperingatkan bahwa setelah kematian para rasul, kemurtadan akan berkembang, dan memang demikianlah yang terjadi. (2 Tesalonika 2:3) Seraya waktu berlalu, jumlah orang-orang yang mengaku Kristen bertambah menjadi jutaan dan kemudian ratusan juta. Mereka memperkembangkan berbagai macam pemerintahan gereja, seperti hierarki, presbiterium, dan kongregasional. Akan tetapi, tingkah laku maupun kepercayaan gereja-gereja ini tidak mencerminkan pemerintahan Yehuwa. Mereka bukan teokrasi!

      21, 22. (a) Bagaimana Yehuwa telah memulihkan teokrasi selama akhir zaman? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa berkenaan teokrasi akan dijawab selanjutnya?

      21 Selama akhir sistem perkara ini, ada pemisahan umat Kristen sejati dari umat Kristen yang palsu. (Matius 13:37-43) Ini terjadi pada tahun 1919, suatu tahun yang sangat penting dalam sejarah teokrasi. Pada saat itu, nubuat yang mulia dari Yesaya 66:8 digenapi, ”Siapakah yang telah melihat hal yang demikian? Masakan suatu negeri diperanakkan dalam satu hari, atau suatu bangsa dilahirkan dalam satu kali?” Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu adalah jawaban ya yang menggema! Pada tahun 1919, sidang Kristen sekali lagi ada sebagai ”bangsa” yang terpisah. Suatu ”negeri” teokratis benar-benar lahir seolah-olah dalam satu hari! Seraya akhir zaman bergerak maju, organisasi bangsa baru ini disesuaikan agar semirip mungkin dengan apa yang ada pada abad pertama. (Yesaya 60:17) Namun organisasi ini senantiasa suatu teokrasi. Dalam tingkah laku dan kepercayaan, organisasi ini senantiasa mencerminkan hukum-hukum ilahi yang terilham dan prinsip-prinsip dalam Alkitab. Dan organisasi ini senantiasa tunduk kepada Raja yang ditakhtakan, Yesus Kristus.—Mazmur 45:18; 72:1, 2.

      22 Apakah saudara bergabung dengan teokrasi ini? Apakah saudara memiliki kedudukan yang berwenang di dalamnya? Jika demikian, apakah saudara mengetahui apa yang dimaksud dengan bertindak secara teokratis? Tahukah saudara jerat-jerat apa yang harus dihindari? Dua pertanyaan terakhir ini akan dibahas dalam artikel berikut.

  • Para Gembala dan Domba dalam Suatu Teokrasi
    Menara Pengawal—1994 | 15 Januari
    • Para Gembala dan Domba dalam Suatu Teokrasi

      ”[Yehuwa] ialah Hakim kita, [Yehuwa] ialah yang memberi hukum bagi kita; [Yehuwa] ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan kita.”—YESAYA 33:22.

      1. Bagaimana dapat dikatakan bahwa umat Kristen pada abad pertama dan umat Kristen dewasa ini adalah suatu teokrasi?

      TEOKRASI berarti suatu pemerintahan oleh Allah. Ini mencakup menerima wewenang Yehuwa dan mengikuti pedoman dan instruksi-Nya dalam keputusan-keputusan yang besar dan kecil yang kita buat dalam kehidupan. Sidang pada abad pertama merupakan suatu teokrasi sejati. Umat Kristen pada waktu itu dapat dengan jujur berkata, ”[Yehuwa] ialah Hakim kita, [Yehuwa] ialah yang memberi hukum bagi kita; [Yehuwa] ialah Raja kita.” (Yesaya 33:22) Dengan kaum sisa terurap sebagai intinya, organisasi Allah Yehuwa dewasa ini juga benar-benar suatu teokrasi.

      Dalam Hal-Hal Apa Kita Bersikap Teokratis Dewasa Ini?

      2. Apa satu cara Saksi-Saksi Yehuwa tunduk kepada pemerintahan Yehuwa?

      2 Bagaimana kita dapat mengatakan bahwa organisasi Yehuwa di bumi adalah suatu teokrasi? Karena orang-orang yang bergabung di dalamnya benar-benar tunduk kepada pemerintahan Yehuwa. Dan mereka mengikuti kepemimpinan Yesus Kristus, pribadi yang telah ditakhtakan Yehuwa sebagai Raja. Misalnya, pada akhir zaman, perintah langsung dari Teokrat Agung ini disampaikan kepada Yesus, ”Ayunkanlah sabitMu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak.” (Wahyu 14:15) Yesus menaati dan melaksanakan penuaian di bumi ini. Orang-orang Kristen mendukung Raja mereka dalam pekerjaan besar ini dengan bergairah memberitakan kabar baik dan menjadikan murid. (Matius 28:19; Markus 13:10; Kisah 1:8) Dengan melakukan hal itu, mereka juga merupakan rekan-rekan sekerja Yehuwa, Teokrat Agung.—1 Korintus 3:9.

      3. Bagaimana orang-orang Kristen tunduk kepada teokrasi dalam hal moral?

      3 Juga dalam tingkah laku, orang-orang Kristen tunduk kepada pemerintahan Allah. Yesus berkata, ”Barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yohanes 3:21) Dewasa ini, terdapat perdebatan yang tak habis-habisnya berkenaan standar-standar moral, namun perbantahan demikian tidak mempunyai tempat di antara orang-orang Kristen. Mereka memandang amoral apa yang Yehuwa katakan adalah amoral, dan mereka menghindarinya seperti menghindari suatu penyakit menular! Mereka juga memelihara keluarga mereka, menaati orang-tua mereka, dan tetap tunduk kepada kalangan berwenang. (Efesus 5:3-5, 22-33; 6:1-4; 1 Timotius 5:8; Titus 3:1) Dengan demikian, mereka bertindak secara teokratis, selaras dengan Allah.

      4. Sikap yang salah apa diperlihatkan oleh Adam dan Hawa serta Saul, dan bagaimana orang-orang Kristen memperlihatkan sikap yang berbeda?

      4 Adam dan Hawa kehilangan Firdaus karena mereka ingin memutuskan sendiri apa yang benar dan apa yang salah. Yesus justru menginginkan yang sebaliknya. Ia berkata, ”Aku tidak menuruti [”mencari”, NW] kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Orang-orang Kristen mencari hal yang sama. (Yohanes 5:30; Lukas 22:42; Roma 12:2; Ibrani 10:7) Saul, raja pertama Israel, menaati Yehuwa—namun sebagian saja. Karena hal ini ia ditolak. Samuel mengatakan kepadanya, ”Mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” (1 Samuel 15:22) Apakah teokratis untuk menuruti kehendak Yehuwa sampai batas tertentu, barangkali dengan tetap tentu dalam pekerjaan pengabaran atau dalam menghadiri perhimpunan, tetapi kemudian berkompromi dalam hal-hal moral atau dalam hal-hal lainnya? Tentu saja tidak! Kita berupaya untuk ”dengan segenap hati melakukan kehendak Allah”. (Efesus 6:6; 1 Petrus 4:1, 2) Tidak seperti Saul, kita tunduk sepenuhnya kepada pemerintahan Allah.

      Suatu Teokrasi Modern

      5, 6. Bagaimana Yehuwa berurusan dengan umat manusia dewasa ini, dan apa hasil dari bekerja sama dengan penyelenggaraan ini?

      5 Pada zaman lampau, Yehuwa memerintah dan menyingkapkan kebenaran melalui pribadi-pribadi, seperti para nabi, raja, dan rasul. Dewasa ini, keadaannya tidak lagi demikian; tidak ada lagi nabi-nabi atau rasul-rasul yang diilhami. Sebaliknya, Yesus mengatakan bahwa selama kehadirannya sebagai raja, ia akan mengidentifikasi suatu badan dari para pengikutnya yang setia, ”hamba yang setia dan bijaksana”, dan akan melantiknya sebagai pengawas atas segala miliknya. (Matius 24:45-47; Yesaya 43:10) Pada tahun 1919 hamba itu diidentifikasi sebagai sisa dari orang-orang Kristen terurap. Sejak itu, dengan diwakili oleh Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa, hamba tersebut menjadi pusat teokrasi di bumi. Di seluruh dunia, Badan Pimpinan diwakili oleh Panitia Cabang, para pengawas wilayah, dan para penatua sidang.

      6 Bekerja sama dengan organisasi teokratis adalah bagian yang penting dari ketundukan kepada teokrasi. Kerja sama demikian berguna untuk persatuan dan ketertiban seluas dunia dalam ”segenap persekutuan saudara-saudara”. (1 Petrus 2:17, NW) Selanjutnya, hal ini menyenangkan Yehuwa, yang ’bukannya Allah kekacauan, tetapi damai sejahtera’.—1 Korintus 14:33.

      Para Penatua dalam Suatu Teokrasi

      7. Mengapa dapat dikatakan bahwa para penatua Kristen dilantik secara teokratis?

      7 Semua penatua yang terlantik, apa pun kedudukan berwenang mereka, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Alkitab untuk jabatan pengawas, atau penatua. (1 Timotius 3:1-7; Titus 1:5-9) Selanjutnya, kata-kata Paulus kepada para penatua di Efesus berlaku bagi semua penatua, ”Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah.” (Kisah 20:28) Ya, para penatua dilantik oleh roh kudus, yang berasal dari Allah Yehuwa. (Yohanes 14:26) Pelantikan mereka bersifat teokratis. Selain itu, mereka menggembalakan kawanan Allah. Kawanan tersebut adalah milik Yehuwa, bukan milik para penatua. Organisasi Allah adalah suatu teokrasi.

      8. Apa tanggung jawab umum dari para penatua dewasa ini?

      8 Dalam suratnya kepada sidang Efesus, rasul Paulus mencantumkan tanggung jawab umum dari para penatua, dengan mengatakan, ”Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.” (Efesus 4:11, 12) Rasul-rasul dan nabi-nabi tidak ada lagi bersamaan dengan berlalunya masa awal ”tubuh Kristus”. (Bandingkan 1 Korintus 13:8.) Namun para penatua tetap sibuk memberitakan injil, menggembala, dan mengajar.—2 Timotius 4:2; Titus 1:9.

      9. Bagaimana hendaknya para penatua mempersiapkan diri mereka untuk mewakili kehendak Allah dalam sidang?

      9 Karena teokrasi adalah pemerintahan Allah, para penatua yang efektif mengenal kehendak Allah dengan saksama. Yosua diperintahkan untuk membaca Taurat setiap hari. Para penatua juga perlu dengan tetap tentu mempelajari dan memeriksa Firman Allah dan dengan saksama mengenal lektur Alkitab yang diterbitkan oleh hamba yang setia dan bijaksana. (2 Timotius 3:14, 15) Ini termasuk majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! serta publikasi-publikasi lain yang memperlihatkan bagaimana prinsip-prinsip Alkitab berlaku dalam keadaan-keadaan yang spesifik.a Akan tetapi, meskipun penting bagi seorang penatua untuk mengetahui dan mengikuti pedoman yang diterbitkan dalam lektur-lektur Lembaga Menara Pengawal, ia harus juga mengenal dengan saksama prinsip-prinsip Alkitab yang merupakan dasar pedoman tersebut. Dengan demikian, ia akan berada pada keadaan yang lebih baik untuk menerapkan petunjuk-petunjuk Firman Allah dengan pemahaman dan kasih sayang.—Bandingkan Mikha 6:8.

      Melayani dengan Semangat Kristen

      10. Para penatua hendaknya waspada terhadap sikap buruk apa, dan bagaimana?

      10 Kira-kira pada tahun 55 M, rasul Paulus menulis suratnya yang pertama kepada sidang di Korintus. Salah satu masalah yang ia tangani berkaitan dengan beberapa saudara yang ingin menjadi terkemuka di dalam sidang. Paulus menulis, ”Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun turut menjadi raja dengan kamu.” (1 Korintus 4:8) Pada abad pertama M, segenap umat Kristen memiliki harapan untuk memerintah sebagai raja dan imam surgawi bersama Yesus. (Wahyu 20:4, 6) Namun, jelaslah beberapa orang di sidang Korintus lupa bahwa di bumi tidak ada raja-raja dalam teokrasi Kristen. Sebaliknya daripada bertindak seperti raja-raja dunia ini, para gembala Kristen memupuk kerendahan hati, suatu sifat yang menyenangkan Yehuwa.—Mazmur 138:6; Lukas 22:25-27.

      11. (a) Apa beberapa teladan yang menonjol dari kerendahan hati? (b) Pandangan apa terhadap diri mereka hendaknya dimiliki para penatua dan semua orang Kristen lainnya?

      11 Apakah kerendahan hati suatu kelemahan? Sama sekali tidak! Yehuwa sendiri dikatakan bersikap rendah hati. (Mazmur 18:35) Raja-raja Israel memimpin tentara dalam pertempuran dan memerintah bangsa itu di bawah Yehuwa. Namun, masing-masing mereka harus berhati-hati ”supaya jangan ia tinggi hati terhadap saudara-saudaranya”. (Ulangan 17:20) Yesus yang dibangkitkan adalah Raja surgawi. Namun, sewaktu di bumi, ia mencuci kaki murid-muridnya. Kerendahan hati yang luar biasa! Lalu ia memperlihatkan bahwa ia ingin para rasulnya bersikap rendah hati seperti itu, dengan berkata, ”Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.” (Yohanes 13:14; Filipi 2:5-8) Segala kemuliaan dan pujian hendaknya bagi Yehuwa, bukan kepada manusia mana pun. (Wahyu 4:11) Apakah penatua atau bukan, semua orang Kristen hendaknya memandang diri mereka menurut nasihat Yesus, ”Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Lukas 17:10) Pandangan lain mana pun tidak teokratis.

      12. Mengapa kasih merupakan sifat yang sangat penting untuk dipupuk oleh para penatua Kristen?

      12 Bersama dengan kerendahan hati, para penatua Kristen memupuk kasih. Rasul Yohanes memperlihatkan pentingnya kasih sewaktu ia mengatakan, ”Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8) Orang-orang yang tidak pengasih tidak bersifat teokratis. Mereka tidak mengenal Yehuwa. Berkenaan Putra Allah, Alkitab berkata, ”Yesus yang telah mengasihi miliknya sendiri yang ada dalam dunia, mengasihi mereka sampai ke akhir.” (Yohanes 13:1, NW) Ketika berbicara kepada 11 pria yang akan menjadi bagian dari badan pimpinan dalam sidang Kristen, Yesus berkata, ”Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 15:12) Kasih adalah tanda pengenal kekristenan sejati. Ini memikat orang yang remuk hati, orang-orang yang berkabung, dan orang-orang yang tertawan secara rohani yang mendambakan kebebasan. (Yesaya 61:1, 2; Yohanes 13:35) Para penatua harus menjadi teladan dalam memperlihatkan kasih.

      13. Meskipun problem-problem dewasa ini mungkin pelik, bagaimana seorang penatua dapat memberi pengaruh yang bermanfaat dalam segala situasi?

      13 Dewasa ini, para penatua sering diminta untuk membantu menangani problem-problem yang rumit. Masalah-masalah perkawinan dapat berurat-berakar dan merongrong. Kaum muda memiliki problem-problem yang mungkin sulit dipahami orang-orang dewasa. Penyakit emosi sering kali sulit dipahami. Seorang penatua yang menghadapi hal-hal ini mungkin merasa ragu-ragu berkenaan apa yang harus dilakukan. Namun ia dapat merasa yakin bahwa jika ia dengan sungguh-sungguh bersandar kepada hikmat Yehuwa, jika ia memang mengadakan riset dalam Alkitab dan dalam keterangan yang diterbitkan oleh hamba yang setia dan bijaksana, dan jika ia memperlakukan domba-domba dengan rendah hati dan penuh kasih, ia akan memberikan pengaruh yang bermanfaat bahkan dalam keadaan-keadaan yang paling sulit.

      14, 15. Beberapa pernyataan apa memperlihatkan bahwa Yehuwa telah memberkati umat-Nya dengan banyak penatua yang baik?

      14 Yehuwa telah secara limpah memberkati organisasi-Nya dengan ”pemberian berupa pria-pria”. (Efesus 4:8, NW) Dari waktu ke waktu, Lembaga Menara Pengawal menerima surat-surat yang menghangatkan hati yang membuktikan kasih yang diperlihatkan oleh para penatua dengan rendah hati dan kasih sayang dalam menggembalakan domba-domba Allah. Misalnya, seorang penatua sidang menulis, ”Dari semua kunjungan pengawas wilayah selama ini, belum pernah saya begitu terkesan dengan kunjungan pengawas wilayah baru-baru ini yang masih hangat dibicarakan di sidang. Pengawas wilayah ini membantu saya melihat pentingnya bersikap positif sewaktu berurusan dengan saudara-saudara, dengan memberi penekanan pada pujian.”

      15 Seorang saudari yang harus mengadakan perjalanan ke sebuah rumah sakit yang jauh untuk mendapatkan perawatan menulis, ”Sungguh menenteramkan hati untuk dapat berjumpa dengan seorang penatua pada malam pertama yang mencemaskan di sebuah rumah sakit jauh dari rumah! Ia dan saudara-saudara lain menggunakan banyak waktu bersama saya. Bahkan orang-orang di dunia ini yang mengetahui apa yang saya alami merasa bahwa saya tidak akan bisa selamat tanpa penghiburan, perhatian, dan doa dari saudara-saudara yang penuh kasih dan tanpa pamrih tersebut.” Seorang saudari lain menulis, ”Saya masih bertahan hidup hingga kini karena badan penatua dengan sabar menuntun saya melewati perjuangan melawan depresi berat. . . . Seorang saudara dan istrinya tidak mengetahui apa yang harus mereka katakan kepada saya. . . . Namun yang paling menyentuh hati saya adalah bahwa meskipun mereka tidak sepenuhnya memahami apa yang saya alami, mereka dengan pengasih memperhatikan saya.”

      16. Nasihat apa diberikan Petrus kepada para penatua?

      16 Ya, banyak penatua menerapkan nasihat rasul Petrus, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” (1 Petrus 5:1-3) Para penatua yang teokratis sungguh suatu berkat!

      Domba-Domba dalam Teokrasi

      17. Sebutkan beberapa sifat yang harus dipupuk oleh semua anggota sidang.

      17 Namun, suatu teokrasi tidak terdiri dari hanya para penatua. Jika para gembala harus teokratis, demikian pula seharusnya domba-domba. Dalam hal apa? Prinsip yang sama yang membimbing para gembala harus membimbing domba-domba. Semua orang Kristen, bukan hanya para penatua, harus bersikap rendah hati jika mereka ingin menerima berkat Yehuwa. (Yakobus 4:6) Semua harus memupuk kasih karena tanpa itu korban-korban kita kepada Yehuwa tidak menyenangkan Dia. (1 Korintus 13:1-3) Dan kita semua, bukan hanya para penatua, hendaknya ”menerima segala hikmat dan pengertian yang benar [”saksama”, NW], untuk mengetahui kehendak Tuhan [”Yehuwa”, NW] dengan sempurna.”—Kolose 1:9.

      18. (a) Mengapa sekadar pengetahuan yang dangkal tentang kebenaran tidak cukup? (b) Bagaimana kita semua dapat dipenuhi oleh pengetahuan yang saksama?

      18 Yang muda dan tua terus-menerus dihadapkan pada keputusan-keputusan yang sulit seraya mereka berupaya tetap setia meski hidup di dunia Setan. Kecenderungan dunia ini dalam mode pakaian, musik, film, dan bacaan menguji kerohanian beberapa orang. Pengetahuan yang dangkal akan kebenaran tidak cukup membantu kita tetap seimbang. Untuk memastikan kita tetap setia, kita perlu memiliki pengetahuan yang saksama. Kita perlu daya pengamatan dan hikmat yang hanya Firman Allah dapat berikan kepada kita. (Amsal 2:1-5) Ini berarti memupuk kebiasaan belajar yang baik, merenungkan apa yang kita pelajari, dan mempraktekkannya. (Mazmur 1:1-3; Wahyu 1:3) Paulus menulis kepada semua orang Kristen, bukan hanya kepada para penatua, sewaktu ia berkata, ”Makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”—Ibrani 5:14.

      Para Gembala dan Domba Bekerja Sama

      19, 20. Nasihat-nasihat apa diberikan kepada semua untuk bekerja sama dengan para penatua, dan mengapa?

      19 Akhirnya, harus dikatakan bahwa suatu semangat teokratis yang sejati diperlihatkan oleh orang-orang yang bekerja sama dengan para penatua. Paulus menulis kepada Timotius, ”Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.” (1 Timotius 5:17; 1 Petrus 5:5, 6) Kedudukan sebagai penatua merupakan suatu hak istimewa yang menakjubkan, namun kebanyakan penatua adalah kepala keluarga yang setiap hari melakukan pekerjaan duniawi mereka dan yang mempunyai istri serta anak-anak yang perlu diperhatikan. Meskipun mereka senang melayani, dinas mereka lebih mudah dan lebih mendatangkan imbalan bila sidang memberi dukungan, tidak terlalu kritis dan menuntut.—Ibrani 13:17.

      20 Rasul Paulus berkata, ”Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” (Ibrani 13:7) Tidak, Paulus tidak menganjurkan saudara-saudara menjadi pengikut para penatua. (1 Korintus 1:12) Mengikuti manusia tidaklah teokratis. Namun tentulah bijaksana untuk meniru iman yang telah dibuktikan oleh seorang penatua yang teokratis, yang aktif dalam pekerjaan penginjilan, yang tetap tentu menghadiri perhimpunan, dan yang berurusan dengan sidang secara rendah hati dan pengasih.

      Suatu Bukti Iman

      21. Bagaimana umat Kristen memperlihatkan iman yang teguh seperti iman Musa?

      21 Sungguh, keberadaan suatu organisasi teokratis di masa yang paling bobrok dalam sejarah umat manusia ini merupakan bukti akan kuasa Teokrat Agung. (Yesaya 2:2-5) Ini juga suatu bukti akan iman dari hampir lima juta pria, wanita, dan anak-anak Kristen yang berjuang dengan problem kehidupan sehari-hari namun tidak pernah lupa bahwa Yehuwa adalah Penguasa mereka. Sebagaimana Musa yang setia ”bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan”, demikian pula orang-orang Kristen dewasa ini memiliki iman yang teguh. (Ibrani 11:27) Mereka dikaruniai hak istimewa untuk hidup dalam suatu teokrasi, dan setiap hari mereka berterima kasih kepada Yehuwa atas semua itu. (Mazmur 100:4, 5) Seraya mereka mengalami kuasa yang menyelamatkan dari Yehuwa, mereka senang untuk menyatakan, ”[Yehuwa] ialah Hakim kita, [Yehuwa] ialah yang memberi hukum bagi kita; [Yehuwa] ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan kita.”—Yesaya 33:22.

      [Catatan Kaki]

      a Di antara publikasi-publikasi semacam itu adalah buku ”Jagalah Dirimu dan Jagalah Seluruh Kawanan”, yang berisi pedoman Firman Allah dan disediakan bagi para pengawas sidang, atau para penatua yang terlantik.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan