PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb10 hlm. 200-255
  • Belize

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Belize
  • Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2010
  • Subjudul
  • SEJARAH AWAL
  • BENIH KEBENARAN BERAKAR
  • LEBIH BANYAK YANG DIBANTU MASUK KEBENARAN
  • PENGABARAN YANG PENUH SEMANGAT MEMBUAHKAN HASIL
  • DITARIK OLEH ROH YEHUWA
  • PARA UTUSAN INJIL PERTAMA TIBA
  • KEMAJUAN KENDATI ADA PEMBATASAN
  • ADA BANYAK PEKERJAAN
  • TIDAK BOLEH ADA TAMBAHAN UTUSAN INJIL
  • PEKERJAAN TANPA RINTANGAN
  • BALAI KERAJAAN BARU DIBUTUHKAN
  • PERTUMBUHAN DI LADANG BAHASA SPANYOL
  • ”ORANG KRISTEN SEJATI MENGABAR DARI RUMAH KE RUMAH”
  • PERJALANAN LINTAS HUTAN MEMBUAHKAN HASIL
  • ORANG KEKCHI MENERIMA KEBENARAN
  • PERJALANAN LAUT MENGHASILKAN TANGKAPAN ROHANI
  • DAERAH YANG BELUM PERNAH DIKERJAKAN
  • ”ANCAMANNYA TIDAK BISA MENGHENTIKAN SAYA”
  • SEORANG PENENTANG BERPIHAK KEPADA YEHUWA
  • CUACA YANG GANAS MELULUHLANTAKKAN BELIZE
  • ”MAUKAH ANDA BERDOA BAGI KAMI, IBU PRATT?”
  • BERKEBAKTIAN UNTUK DIAJAR OLEH YEHUWA
  • KEMAJUAN DI LADANG TIONGHOA
  • CABANG MEKSIKO MENGAWASI PEKERJAAN DI BELIZE
  • MEMPERSATUKAN ORANG-ORANG DARI SEGALA BANGSA
Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2010
yb10 hlm. 200-255

Belize

BELIZE yang terletak di Semenanjung Yucatán dan berbatasan dengan Meksiko, Guatemala, dan Laut Karibia dikenal sebagai sebuah permata tropis. Negeri kecil ini, yang dulu disebut Honduras Inggris, merupakan percampuran beragam budaya, bahasa, kebiasaan, makanan, dan agama.

Dibandingkan dengan negara-negara lain di Amerika Tengah, Belize jarang penduduknya, sekitar 300.000 orang. Hutan-hutan tropisnya yang lebat dihuni burung yang elegan dan binatang lain yang sangat memesona, termasuk jaguar yang sulit ditangkap. Di sini juga kita bisa menemukan banyak reruntuhan Maya kuno dan gunung-gunung megah yang dihiasi pohon palem yang menjulang tinggi dan air terjun yang deras. Ciri yang memesonakan dari negeri ini adalah jaringan besar gua-guanya, yang beberapa di antaranya dihubungkan oleh sungai-sungai yang jernih dan berkelok-kelok. Di Karang Penghalang Belize, yang membentang sepanjang garis pantai, terdapat serangkaian koral yang spektakuler dan cay​—pulau-pulau kecil dan rendah berpantai pasir putih dan dipenuhi pohon kelapa.

SEJARAH AWAL

Orang Arawak dan orang Karib, yang bermigrasi dari Amerika Selatan, adalah pemukim awal di Belize. Berabad-abad sebelum orang Eropa datang ke tempat yang disebut Dunia Baru, Belize dianggap sebagai pusat peradaban Maya, dengan pusat seremonial dan kuil-kuil megah yang berkembang pesat.

Upaya awal oleh orang Eropa untuk menjajah Belize tidak didokumentasi dengan baik. Yang diketahui hanyalah bahwa upaya Spanyol untuk menaklukkan orang Maya gagal. Pada tahun 1638, bajak laut Inggris bermukim di pantai Belize. Menjelang pertengahan abad ke-17, permukiman untuk usaha kayu gelondongan (yang digunakan untuk mengekstrak pewarna yang mahal) telah terbentuk.

Orang Inggris membawa budak-budak ke Belize dari pasar di Jamaika dan Amerika Serikat, dan juga langsung dari Afrika, untuk memanen kayu gelondongan dan mahoni. Meskipun para mandor yang menggunakan cambuk tidak begitu banyak di industri kayu dibanding di tempat-tempat lain di Benua Amerika, kondisi hidup para budak mengenaskan dan perlakuan kejam sering terjadi. Banyak budak memberontak, bunuh diri, atau melarikan diri dan membentuk komunitas-komunitas independen di Belize. Pada tahun 1862, Belize diproklamasikan sebagai koloni Inggris, dan pada tahun 1981 negeri itu merdeka.a

BENIH KEBENARAN BERAKAR

Salah seorang di antara Saksi-Saksi​—saat itu disebut Siswa-Siswa Alkitab Internasional—yang pertama tiba di Belize adalah James Gordon, yang dibaptis di Jamaika pada tahun 1918. Pada tahun 1923, pemuda berperawakan agak kecil dan bersuara lembut ini meninggalkan Jamaika untuk pindah ke Belize. Ia tinggal di sebuah desa Maya terpencil yang disebut Bomba, lalu menikah dan mempunyai anak. Meskipun jauh dari saudara-saudara Kristennya, ia membagikan kabar baik kepada teman-teman dan para tetangga.

Bagaimana kabar baik Kerajaan menjangkau daerah-daerah lainnya di koloni Inggris ini? Pada tahun 1931, Freida Johnson, seorang wanita berperawakan mungil berusia hampir 60 tahun dari Amerika Serikat, memulai pengabaran di beberapa bagian Amerika Tengah. Ia mengadakan perjalanan seorang diri, kadang-kadang naik kuda, mengabar di kota-kota kecil, desa, dan perkebunan pisang yang bertebaran di Pesisir Karibia.

Setibanya di Belize City pada tahun 1933, Freida menyewa sebuah kamar yang kecil dari Ny. Beeks. Ia mendengar Freida membaca Alkitab dan menyanyikan sebuah himne sebelum berangkat setiap pagi. Semangat Freida yang tak pernah padam terlihat oleh banyak orang, misalnya sewaktu dia tidak beristirahat siang sebagaimana dilakukan kebanyakan orang di daerah Tropis. Selama enam bulan tinggal di negeri itu, ia menggugah minat seorang tukang roti Jamaika bernama Thaddius Hodgeson. Meskipun kegiatannya dipusatkan di Belize City, Freida juga mengunjungi daerah pedesaan, di mana ia mengadakan kontak dengan James Gordon di Bomba. Berkat pekerjaan baik Freida, orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama mulai berkenalan satu sama lain dan berhimpun bersama.

LEBIH BANYAK YANG DIBANTU MASUK KEBENARAN

Meski komunikasi sangat sulit ketika itu, James dan Thaddius terus mengadakan kontak seraya melaksanakan pekerjaan pengabaran di daerah mereka masing-masing. Sudah sejak tahun 1934, Thaddius menulis surat ke kantor pusat di Brooklyn untuk meminta mesin fonograf dan rekaman khotbah-khotbah Alkitab.

Setiap Sabtu malam, Thaddius memutar rekaman khotbah di depan gedung Mahkamah Agung, di sebuah taman kecil yang dulu digunakan sebagai tempat latihan garnisun militer. Taman ini dikenal sebagai ”Medan Pertempuran” dan memang menjadi tempat seperti itu. Thaddius memutar rekaman khotbah Saudara Rutherford di satu sisi, sedangkan grup musik Bala Keselamatan ada di sisi lain, diiringi dentuman genderang besar yang dimainkan oleh Beaumont Boman. Namun tak lama kemudian, Beaumont menyambut berita Kerajaan dan bergabung dengan Thaddius. ”Saya berterima kasih kepada Allah saya, Yehuwa,” kata Beaumont, ”karena membuat saya melepaskan genderang itu!”

Tempat lain yang bagus untuk pengabaran kepada umum adalah daerah sempit di depan sebuah pasar terbuka yang disebut Mule Park (Taman Bagal), di mana terpancang tiang-tiang untuk menambatkan kereta-kereta bagal yang digunakan untuk mengangkut barang ke kota dan daerah sekitarnya. Thaddius​—yang berperawakan tinggi, berkulit cokelat, dan tampan serta dikenal sebagai pembicara yang sangat dinamis, sering bisa terdengar suaranya di sana. Meski ada pengaruh kuat dari gereja-gereja Susunan Kristen atas orang Belize yang mengasihi Alkitab, banyak orang berhati jujur, seperti James Hyatt dan Arthur Randall, kedua-duanya dari Jamaika, menyambut kabar baik.

Di bagian utara Belize City, Thaddius mulai mengadakan perhimpunan di toko rotinya. Untuk itu, ia harus menggeser meja panjang dan menaruh papan di atas kursi-kursi untuk membuat bangku darurat. Di bagian selatan kota, perhimpunan diadakan di rumah Cora Brown. Selain itu, Nora Fayad mengenang bahwa ketika ia masih muda, Saksi-Saksi di daerahnya yang jumlahnya sedikit biasa berhimpun di halaman rumah tetangganya, Arthur Randall.

PENGABARAN YANG PENUH SEMANGAT MEMBUAHKAN HASIL

Ciri khas banyak di antara Saksi-Saksi awal itu adalah kegiatan mengabar mereka yang tak kenal lelah. Misalnya, James (Jimsie) Jenkins, meskipun buta, berjalan berkeliling di seluruh Belize City dengan tongkat kayunya. Molly Tillet mengatakan ia bisa mendengarnya mengabar di pasar, bahkan dari jarak dua blok! James juga dikenang karena memberikan perhatian penuh di perhimpunan, di mana ia duduk sedikit miring ke depan sambil bertumpu pada tongkatnya agar bisa menangkap setiap kata. Ia menghafal banyak ayat Alkitab, yang ia gunakan dalam pengabaran.

Sementara itu, James Gordon dikenal di desa-desa sekitar Bomba karena ia mengabar kepada setiap orang yang ia jumpai, membawa lekturnya dalam koper mahoni portabel di satu tangan dan mesin fonograf di tangan lainnya. Setiap Minggu di keremangan menjelang fajar, ia mengayuh kanonya, yang terbuat dari batang kayu, ke hulu sungai lalu sepanjang hari berjalan berkilo-kilometer di daerah itu. Di pengujung hari, ia sering terlihat menyusuri jalan dari sungai di bawah cahaya senja yang redup. Setelah makan malam, James mengadakan pelajaran Alkitab dengan keenam anaknya hingga ia begitu kelelahan sampai-sampai tidak bisa memegang bukunya.

Ketika itu, istri Saudara Gordon belum menjadi Saksi. Malah, pada suatu hari ketika James pergi, ia membakar banyak lektur Alkitabnya. Sewaktu James kembali dan melihat apa yang telah dilakukan istrinya, ia tetap tenang. Dengan suara tegas, ia hanya mengatakan, ”Jangan pernah melakukan itu lagi!” Anak-anaknya terkesan oleh pengendalian diri sang ayah karena mereka tahu bahwa dia pasti merasa sangat kehilangan akibat ulah istrinya.

DITARIK OLEH ROH YEHUWA

Pada suatu Minggu pagi, James mengabar kepada Derrine Lightburn, seorang Anglikan yang saleh, yang menerima buku The Harp of God. Ia tidak bisa menangkap semua hal yang diucapkan pria bersuara lembut ini, tetapi ia memikirkan apa yang dikatakannya. Belakangan, sewaktu tinggal bersama bibinya, Alphonsena Robateau, di Belize City, seorang pria berhenti di gerbang dan minta izin untuk memasuki halaman.

”Ia persis seperti orang yang membawakan buku bagus yang saya ceritakan itu,” kata Derrine kepada bibinya.

Ternyata itu bukan James Gordon, melainkan James Hyatt. Ia memutar mesin fonografnya bagi kedua wanita itu dan memberikan The Harp of God kepada Alphonsena. Meskipun sangat aktif dalam politik, Alphonsena dan kakaknya, Octabelle Flowers, sudah lama mencari kebenaran. Apa yang Alphonsena dengar hari itu menggerakkan dia untuk mengatakan kepada Octabelle, ”Tahu enggak, seorang pria datang ke sini berbicara tentang Kerajaan Allah. Saya rasa, inilah yang kita cari-cari!” Octabelle berupaya untuk berada di sana ketika saudara itu kembali. Ketiga wanita itu​—Alphonsena, Octabelle, dan Derrine​—memeluk kebenaran dan dibaptis pada tahun 1941.

Ibu dari Alphonsena dan Octabelle meninggal baru-baru ini, dan Amybelle Allen, adik perempuan mereka, berdoa kepada Allah bahwa ia akan mati juga dan pergi ke surga bersama ibunya. Octabelle mengundang Amybelle untuk mendengar khotbah ”Di Manakah Orang Mati?” Amybelle menerima undangan itu dan tidak pernah absen menghadiri perhimpunan.

”Orang-orang itu ditarik oleh roh Yehuwa hanya dengan membaca publikasi dan pergi ke perhimpunan,” kata Olga Knight, anak perempuan Derrine. ”Mereka begitu bersemangat terhadap kebenaran sehingga mereka langsung mulai menceritakan kepada orang-orang lain tentang apa yang telah mereka pelajari.”

Misalnya, ayah Olga, Herman Lightburn, menerima kebenaran setelah membaca buku Children sewaktu dirawat di rumah sakit. Ia begitu antusias terhadap apa yang ia pelajari sehingga ia menyewa truk setiap Jumat untuk membawa kelompok kecil penyiar guna memberikan kesaksian di desa-desa sekitarnya. Ia juga mengabar dengan ekstensif di daerah pedesaan Black Creek, di mana ada perladangannya.

”Orang tua saya mengabar di sepanjang Sungai Belize,” kenang Olga, ”dan orang-orang akan datang membawa lentera pada malam hari untuk mendengarkan. Setiap pagi sewaktu kami berlibur di perladangan, saya, orang tua saya, bibi saya Amybelle, dan putrinya Molly Tillet​—semuanya naik kuda milik ayah saya, berjalan beriringan di sepanjang jalan setapak sampai kami tiba di Crooked Tree. Di sana, sementara kuda-kuda dibiarkan merumput, kami mengadakan pelajaran Alkitab dengan para peminat. Alhasil, beberapa dari keluarga-keluarga itu masuk kebenaran.”

Pada tahun 1941, kelompok pertama penyiar-baru dibaptis di Laut Karibia di Belize City. Yang termasuk kelompok ini adalah George Longsworth, yang merintis sejak tahun itu hingga kematiannya tahun 1967 pada usia 87 tahun. Sebagian besar pengabarannya ia lakukan di pedalaman, di mana ia membuka daerah-daerah baru, naik kuda berkilo-kilometer antarkota dan desa. Semangat George yang konsisten untuk pelayanan dan kehadirannya yang teratur di perhimpunan sangat menganjurkan bagi orang-orang baru. Yehuwa menggunakan hamba-hamba yang bersemangat dan setia ini dengan cara yang efektif untuk menarik orang-orang berhati jujur ke dalam organisasi-Nya.

PARA UTUSAN INJIL PERTAMA TIBA

Pada tanggal 5 Oktober 1945, tibalah Elmer Ihrig dan Charles Heyen, lulusan kelas pertama Gilead. Namun, persis sehari sebelumnya, badai hurikan menghantam sekitar 160 kilometer sebelah selatan Belize City. Jalan sepanjang 16 kilometer dari bandara ke kota terendam air, maka kedua utusan injil dijemput dengan truk-truk tentara yang besar. Thaddius Hodgeson menaruh blok-blok semen dan kotak-kotak kayu di depan rumahnya agar sewaktu kedua utusan injil tiba, mereka bisa masuk tanpa kaki mereka kebasahan.

Saudara-saudara di Belize dengan penuh semangat mengantisipasi kedatangan para utusan injil yang pertama. James Gordon, León Requeña, dan Rafael Medina rela mengadakan perjalanan dari bagian utara negeri itu ke Belize City untuk bertemu dengan para utusan injil baru ini​—cukup sulit kala itu! ”Tidak ada jalan raya yang menghubungkan bagian utara negeri itu dan Belize City,” jelas Ismael Medina, cucu Rafael. ”Hanya ada picado, lintasan beralur yang digunakan untuk kereta bagal. Di sepanjang jalan tidak ada rumah, maka mereka tidur di mana saja saat malam tiba, meskipun ada banyak ular. Setelah bertemu dengan para utusan injil dan menerima petunjuk serta lektur, ketiga saudara itu berjalan pulang menempuh perjalanan jauh itu lagi. Itu makan waktu berhari-hari!”

Para utusan injil diperkenalkan kepada umum di Mule Park dengan cara yang sangat tidak lazim. James Hyatt memulai acara dengan serangan pedas terhadap para pemimpin agama atas ajaran palsu mereka, sehingga beberapa orang yang hadir menjadi marah dan mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh. Pada akhir khotbahnya, ia tiba-tiba menunjuk ke kedua utusan injil yang baru dan mengatakan, ”Saya menyerahkan kedua orang ini kepada kalian!” Cuma itulah yang bisa diketahui publik mengenai kedua saudara baru tersebut pada kesempatan itu!

Tidak diragukan bahwa saudara-saudara masa awal itu memiliki kasih yang luar biasa bagi Yehuwa dan kebenaran Alkitab, dan juga kebencian yang tak pernah pudar terhadap ajaran agama palsu. Para utusan injil tentunya juga memiliki pengalaman berharga untuk dibagikan kepada para penyiar yang antusias sehingga mereka akan terbantu menjadi pengabar yang lebih efektif.

Kedua utusan injil memulai pekerjaan mereka di Belize City, yang saat itu berpenduduk sekitar 26.700 orang. Kota itu dibangun di atas tanah urukan sehingga tingginya hanya 30 sentimeter di atas permukaan laut, dan penyaluran limbahnya buruk. Selain itu, cuacanya panas dan lembap. Tidak ada air PAM di rumah, tetapi hampir di setiap halaman, ada gentong kayu besar untuk menampung air selama musim hujan. Tetapi kadang-kadang, hujan turun dengan sangat deras, seperti pada tahun 1931 sewaktu hurikan memorakporandakan kota itu dan menewaskan lebih dari 2.000 orang.

KEMAJUAN KENDATI ADA PEMBATASAN

Meskipun kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa tidak pernah dilarang di Belize, pemerintah melarangkan publikasi kita untuk beberapa waktu selama Perang Dunia II. Namun, tidak lama sebelum kedatangan para utusan injil, pembatasan ini telah dicabut.

Meskipun begitu, The Watchtower 15 Juli 1946, ketika melaporkan kegiatan kedua utusan injil di Belize, menyatakan, ”Di pedalaman, seorang imam Katolik Roma masih berupaya memberlakukan pelarangan atas lektur yang diterima melalui pos. Para pemimpin agama Katolik Roma kesal dengan kehadiran kedua utusan injil Saksi-Saksi Yehuwa ini; dan seorang imam Amerika-Irlandia . . . menjadi marah karena Pemerintah Kolonial Inggris telah membiarkan mereka masuk ke negeri itu. . . . Kedua [utusan injil] mengingatkan sang imam bahwa ia sendiri mengaku sebagai orang Amerika, dan ia bergegas pergi setelah mereka memperlihatkan dari statistik penjara Amerika bahwa sistem Katolik Roma tidak memperbaiki moral orang di Amerika Serikat.”

Laporan penyiar pertama yang akurat di Belize adalah pada tahun 1944, ketika tujuh penyiar mulai melapor. Untuk memberikan kesaksian yang lebih efektif, para penyiar mulai menggunakan kartu kesaksian dalam pekerjaan dari rumah ke rumah. Satu tahun setelah kedatangan para utusan injil, jumlah penyiar naik menjadi 16.

Pada tahun 1946, Nathan H. Knorr dan Frederick W. Franz, dari kantor pusat, mengunjungi negeri itu dan mendirikan kantor cabang di sana. Saudara Knorr menyampaikan khotbah tentang organisasi, menjelaskan perlunya melaporkan dinas pengabaran pada formulir tercetak yang tersedia. Saudara Franz mendesak sidang itu untuk memperlihatkan belas kasihan dengan terus mengabarkan berita Kerajaan. Belakangan pada minggu itu, Saudara Knorr menjelaskan kepada 102 hadirin, yang termasuk banyak peminat, mengapa para peminat itu hendaknya senang berada bersama umat Yehuwa. Ia mengundang mereka untuk belajar Alkitab secara teratur dengan Saksi-Saksi.

Pada tahun yang sama itu, Charles dan Annie Ruth Parrish serta Cordis dan Mildred Sorrell tiba, disusul Truman Brubaker, Charles dan Florence Homolka pada tahun 1948. Mereka disambut baik, karena ada banyak pekerjaan yang menunggu.

ADA BANYAK PEKERJAAN

”Hanya ada satu sidang kecil saat itu,” tulis Elmer Ihrig, ”dan tidak ada sidang di distrik-distrik pinggiran. Saya biasa pergi ke tempat-tempat ini dan tinggal beberapa minggu di sana, menabur benih dengan menempatkan buku, menawarkan langganan dan menyampaikan khotbah.” Selama tahun pertama itu, Charles Heyen mengadakan perjalanan dengan truk ke Orange Walk, di mana ia mengerjakan daerah dan menganjurkan saudara-saudara untuk mengadakan perhimpunan yang teratur.

Satu-satunya cara menjangkau kota-kota di bagian selatan adalah dengan kapal. Maka, Elmer dan Charles berlayar dengan kapal Heron H untuk mencapai kota-kota pesisir, yakni Stann Creek (kini Dangriga) dan Punta Gorda, dua permukiman orang Garifuna, dengan tujuan membuka pekerjaan pengabaran di sana. Ketika itu, Punta Gorda hanya bisa dicapai dengan kapal selama 30 jam dari Belize City. Elmer mengadakan perjalanan itu, lalu menyampaikan khotbah umum kepada sekitar 20 orang di lobi dari hotel tempat ia bermalam.

Olga Knight mengingat ketika Elmer menyertai keluarganya ke desa terpencil Crooked Tree, di mana bapaknya mengadakan perhimpunan di pinggir sungai yang ditumbuhi pepohonan. Saudara-saudara setempat menghargai kerja keras dan sikap rendah hati para utusan injil.

Pada tahun 1948, ada rata-rata 38 penyiar, dan empat sidang baru dibentuk di luar Belize City. Sidang-sidang kecil ini hanya terdiri dari beberapa penyiar di komunitas-komunitas terpencil, seperti keluarga Lightburn di Black Creek, keluarga Gordon di Bomba, keluarga Humes dan keluarga Aldana di Santana, serta Saudara Requeña dan Saudara Medina di Orange Walk. Para utusan injil dan perintis istimewa memusatkan kegiatan mereka di Belize City, sebagaimana dianjurkan. Yehuwa memberkati upaya mereka yang rajin, dan orang tulus yang menjadi hamba Yehuwa semakin meningkat jumlahnya.

Kunjungan Saudara Knorr yang berikut, pada bulan Desember 1949, sungguh tepat waktu dan membesarkan hati. Ia menggunakan satu malam di rumah utusan injil, berbicara tentang berbagai tantangan pekerjaan utusan injil. Banyak penyiar-baru ingin melayani Yehuwa tetapi tidak menyadari perlunya membaktikan kehidupan mereka kepada Dia dan melambangkannya dengan baptisan. Saudara Knorr mengingatkan para utusan injil bahwa kesabaran, ketekunan, dan kasih bagi orang-orang diperlukan. Ia juga mengingatkan mereka bahwa mereka telah menikmati hasil-hasil yang baik.

TIDAK BOLEH ADA TAMBAHAN UTUSAN INJIL

Pada tahun 1957, saudara-saudara merasa bahwa pemerintah mengawasi dengan ketat kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Belize. Misalnya, pada pertunjukan salah satu film Lembaga di Orange Walk, seorang perwira polisi menanyai saudara-saudara dari kantor cabang tentang kapan mereka datang ke desa dan kapan mereka akan pergi. Ia berkata bahwa hal ini diperlukan untuk laporan kepada inspektur polisi dan menyebutkan bahwa seorang perwira berpakaian preman hadir di kebaktian baru-baru ini untuk membuat laporan serupa.

Antara tahun 1951 dan 1957, sepuluh utusan injil lagi mendapat izin untuk memasuki negeri itu. Tiba-tiba, pada bulan Juni 1957, saudara-saudara menerima sepucuk surat dari kepolisian dan kantor pusat imigrasi, yang menyatakan, ”Pemerintah Honduras Inggris [kini Belize] telah memutuskan bahwa, dengan pemberlakuan segera, tidak boleh lagi ada Rohaniwan dari Lembaga Anda yang masuk ke Honduras Inggris dari luar negeri.” Permohonan untuk bertemu dengan sang gubernur guna mendapatkan penjelasan tentang alasan keputusan ini ditolak.

Meskipun beberapa kelompok agama lain tidak diizinkan untuk membawa masuk para utusan injil baru, mereka diperbolehkan mengganti utusan injil yang pergi. Pengaturan ini tidak diberikan kepada Saksi-Saksi Yehuwa, yang perlu mengganti dua utusan injil. Pada tahun 1960, saudara-saudara menulis surat kepada kalangan berwenang di Belize dan juga di London untuk menjelaskan bahwa mereka tidak mengajukan permohonan utusan injil baru tetapi, sebaliknya, meminta penggantian.

Jawabannya singkat: ”Sang gubernur telah mencapai keputusan bulat bahwa utusan injil Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal tidak diizinkan lagi masuk ke Honduras.”

Sewaktu saudara-saudara memohon untuk wawancara, mereka diberi tahu, ”Sang gubernur mencapai keputusan bulat pada tahun 1957 bahwa utusan injil Lembaga Anda tidak diizinkan lagi masuk ke Honduras Inggris dan karena itu Yang Mulia menganggap tidak ada gunanya bertemu dengan Anda sehubungan dengan masalah ini.” Tampaknya, saudara-saudara menemui jalan buntu.

Akhirnya, setelah hampir lima tahun terus-menerus mengajukan permohonan, kantor cabang menerima sepucuk surat pada bulan Oktober 1961 dari Sekretariat di Belize, yang mengatakan, ”Dengan ini kami memberi tahu Anda bahwa permohonan terbaru Anda telah dipertimbangkan oleh Pemerintah Honduras Inggris yang memutuskan bahwa, untuk sementara, utusan injil asing akan diizinkan lagi masuk ke negeri ini menggantikan utusan injil asing yang sudah ada di sini.” Alhasil, pada tahun 1962, Martin dan Alice Thompson dari Jamaika diizinkan masuk ke negeri ini sebagai utusan injil.

PEKERJAAN TANPA RINTANGAN

Jelaslah, para penentang keagamaan telah berupaya memperlambat pekerjaan kita; namun apakah mereka berhasil? Laporan untuk tahun dinas 1957 memperlihatkan puncak 176 penyiar di tujuh sidang. Belize berpenduduk 75.000 orang ketika itu, yang berarti rasionya adalah sekitar 1 penyiar untuk setiap 400 orang. Menurut laporan tahun dinas 1961, ada kenaikan 34 persen, yakni 236 penyiar, sehingga rasionya menjadi 1 penyiar untuk setiap 383 orang! Janji Yehuwa kepada umat-Nya terbukti benar, ”Senjata apa pun yang ditempa untuk melawanmu tidak akan berhasil, dan setiap lidah yang bangkit melawanmu di pengadilan akan kauhukum.” (Yes. 54:17) Pekerjaan pengabaran berlanjut tanpa rintangan.

Banyak pasangan yang belajar Alkitab hidup bersama tanpa menikah secara resmi, dan ada yang gonta-ganti pasangan. Namun, segera setelah mereka belajar tentang standar Yehuwa yang luhur, banyak yang mengerahkan upaya dan mengeluarkan biaya besar untuk menikah secara resmi. Beberapa di antara mereka berusia 80 tahun lebih!

BALAI KERAJAAN BARU DIBUTUHKAN

Pada bulan Desember 1949, saudara-saudara membayar di muka untuk menggunakan Liberty Hall di Belize City untuk serangkaian empat khotbah istimewa yang akan diadakan pada bulan Januari 1950. Sehari sebelum khotbah terakhir, sebuah pengumuman disiarkan melalui radio bahwa gedung itu akan digunakan esok harinya untuk upacara pemakaman seorang pejabat penting. Meski saudara-saudara beberapa kali mengajukan permohonan kepada para pemilik gedung, khotbah istimewa diinterupsi oleh sekelompok orang yang memasuki gedung dan dengan suara bising mulai membuat persiapan untuk upacara pemakaman tersebut. Akhirnya, saudara-saudara harus meminta polisi turun tangan. Jelaslah, saudara-saudara membutuhkan Balai Kerajaan milik sendiri. Gedung-gedung yang ada semuanya digunakan sebagai klub dan ruang dansa, dan sewanya mahal.

”Minggu malam yang lalu, ada 174 hadirin pada Pelajaran Menara Pengawal,” kata Donald Snider, yang saat itu melayani sebagai pengawas cabang. ”Gedung tersebut tidak bisa menampung hadirin sebanyak itu, maka cukup banyak yang harus berdiri. Karena sangat padat, hawanya lebih panas daripada biasa.” Kantor cabang dan rumah utusan injil beberapa kali pindah ke berbagai lokasi yang disewa.

Pada bulan September 1958, pembangunan gedung dua tingkat pun dimulai. Lantai pertama digunakan untuk kantor cabang yang kecil dan rumah utusan injil, sedangkan seluruh lantai dua untuk auditorium. Pada tahun 1959, pembangunan rampung, dan Sidang Belize City akhirnya memiliki Balai Kerajaan sendiri!

PERTUMBUHAN DI LADANG BAHASA SPANYOL

Pertumbuhan rohani yang luar biasa di kalangan umat Yehuwa di Belize juga terjadi di antara orang-orang yang berbahasa Spanyol. Pada tahun 1949, ada daerah-daerah berbahasa Spanyol, tetapi di antara para utusan injil ketika itu tidak ada yang menguasai bahasa tersebut. Namun belakangan, beberapa yang bisa berbahasa Spanyol diutus ke sana. Salah satunya adalah Saudara Leslie Pitcher, yang datang pada tahun 1955. Ia ditugasi bekerja di Benque Viejo, sebuah kota dengan penduduk berbahasa Spanyol, yang terletak di Belize bagian barat di dekat perbatasan Guatemala. Sewaktu ia tiba, beberapa penduduk setempat sudah menunggu kedatangannya. Mengapa?

Sekitar setahun sebelumnya, di kota San Benito, lebih jauh ke barat di Guatemala, Natalia Contreras telah belajar kebenaran dan dibaptis. Ia menyeberangi perbatasan masuk ke Belize untuk memberikan kesaksian kepada kaum kerabatnya di Benque Viejo. Salah satu di antara mereka, Serviliano Contreras, terutama memerhatikan penjelasan Natalia dari Alkitab mengenai penyembahan berhala, dan ia menerima kebenaran. Ia seorang Saksi yang setia hingga kematiannya pada tahun 1998 pada usia 101 tahun. Banyak anak-cucunya adalah Saksi. Daerah pengabaran kelompok kecil penyiar di Benque Viejo pada masa awal itu meluas melampaui perbatasan Guatemala ke kota Melchor de Mencos, di mana mereka mengadakan perhimpunan. Akhirnya, sebuah sidang dibentuk di Melchor de Mencos, dan Sidang Benque Viejo masih dikenal karena semangat mereka yang tinggi.

Sudah sejak tahun 1956, bagian-bagian dari acara kebaktian distrik dan wilayah disampaikan dalam bahasa Spanyol. Namun, baru pada bulan Februari 1968, acara kebaktian wilayah yang lengkap diadakan dalam bahasa Spanyol di Balai Kerajaan di Orange Walk. Ada 85 orang yang hadir, dan 4 yang dibaptis.

Marcelo Dominguez dan Rafael Medina, dua saudara yang berbahasa Spanyol, bersama Saksi-Saksi lain yang berbahasa Spanyol, seperti Dionisio dan Catalina Tek, dengan setia menghadiri perhimpunan dan kebaktian dalam bahasa Inggris meskipun mereka tidak begitu mengerti bahasa itu. Baru pada bulan Oktober 1964, sidang berbahasa Spanyol dibentuk di Orange Walk dengan 20 penyiar, yang dulunya bergabung dengan sidang bahasa Inggris.

Selama tahun 1980-an, perang sipil berkecamuk di El Salvador dan Guatemala yang berdekatan sehingga banyak orang lari ke Belize. Di antara mereka ada beberapa keluarga Saksi berbahasa Spanyol yang antara lain adalah penatua, hamba pelayanan, dan perintis. Hal ini memperluas ladang bahasa Spanyol, demikian juga dengan adanya para utusan injil yang menguasai dua bahasa dari negeri-negeri berbahasa Spanyol lainnya.

”ORANG KRISTEN SEJATI MENGABAR DARI RUMAH KE RUMAH”

Pada suatu hari, dua orang yang tidak dikenal mengetuk pintu rumah Margarita Salazar di Orange Walk dan bertanya, ”Apakah Ibu kenal Saksi Yehuwa yang namanya Margarita Salazar?” Tamu-tamu itu, yaitu Teófila Mai yang berusia 23 tahun dan ibunya, berasal dari August Pine Ridge, sebuah desa berjarak 34 kilometer ke arah barat daya dari Orange Walk. Mengapa mereka mencari Margarita?

”Kira-kira setahun sebelumnya,” jelas Teófila, ”putra saya yang berusia sembilan bulan sakit keras. Maka, saya membawanya ke desa Botes untuk membaktikannya kepada seorang santa perawan yang dikenal sebagai Santa Clara. Saya duduk di kursi depan sebuah truk, dan sopirnya, yang tinggal di daerah kami, mulai memberikan kesaksian kepada saya. Setelah menanyakan mengapa saya membawa bayi saya ke Botes, ia memberi tahu saya bahwa Alkitab tidak menyetujui penyembahan patung. Hal ini membuat saya sangat berminat. Seraya waktu berlalu, pria ini menyampaikan banyak kebenaran berdasarkan Alkitab, yang telah ia pelajari dari Saksi-Saksi Yehuwa.

”Dalam salah satu perjalanan,” Teófila melanjutkan, ”sopir truk itu memberi tahu saya bahwa orang Kristen sejati mengabar dari rumah ke rumah. Ia menjelaskan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa melakukan hal itu dan bahwa mereka biasanya membacakan ayat-ayat seperti Zefanya 1:14 dan 2:2, 3 kepada orang-orang. Maka, sambil menggandeng putra saya yang masih kecil dan menggendong bayi saya, saya pergi dari rumah ke rumah di August Pine Ridge, membacakan ayat-ayat ini kepada para tetangga saya. Belakangan, pria itu mengatakan bahwa jika saya sungguh-sungguh ingin mengetahui kebenaran, saya harus belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Ia memberi tahu saya tentang keluarga Salazar dan menyebutkan alamat mereka di Orange Walk. Saya belum pernah ke Orange Walk, maka bersama ibu saya, saya pergi mencari mereka.”

Margarita mengingat pagi ketika Teófila dan ibunya mengunjungi dia untuk pertama kalinya. ”Mereka mengajukan banyak pertanyaan Alkitab,” kenangnya, ”dan, kami berdiskusi panjang lebar. Mereka ingin tahu apakah benar bahwa Saksi-Saksi Yehuwa membantu orang memahami Alkitab, tidak soal seberapa jauh perjalanan yang harus mereka tempuh untuk mengajar mereka. Saya meyakinkan dia bahwa hal itu benar dan berjanji akan mengunjungi desa mereka setiap dua minggu sekali untuk mengadakan pelajaran Alkitab dengan mereka.”

Sewaktu Margarita dan suaminya, Ramón, tiba di August Pine Ridge, Teófila telah mengumpulkan enam anggota keluarganya yang sudah dewasa untuk belajar Alkitab. Belakangan, perintis-perintis lain dari Orange Walk secara teratur mengadakan perjalanan sejauh 34 kilometer melewati jalanan tanah yang sempit dan tidak rata bersama keluarga Salazar untuk mengabar di desa itu sementara Teófila dan keluarganya mengikuti pelajaran Alkitab mereka. Sering kali, Amybelle Allen bermalam di desa itu agar ia bisa memandu pelajaran Alkitab di sana. Teófila dibaptis pada tahun 1972, lima bulan setelah pelajaran Alkitabnya yang pertama. Sebuah sidang dibentuk di August Pine Ridge pada tahun 1980, dan setelah beberapa tahun, 37 anggota keluarga dari Teófila memeluk kebenaran.

PERJALANAN LINTAS HUTAN MEMBUAHKAN HASIL

Meskipun Belize City dan kota-kota terbesar di Belize dikerjakan dengan saksama, daerah pedesaan tidak dikerjakan secara teratur. Para utusan injil awal mengadakan perjalanan naik kapal ke kota-kota bagian selatan, namun belakangan dibangun sebuah jalan yang menghubungkan distrik-distrik bagian selatan, yakni Stann Creek dan Toledo, dengan tempat-tempat lainnya di negeri itu. Kemudian, pada awal tahun 1971, kantor cabang mengorganisasi pengabaran tamasya tahunan, yang disebut perjalanan lintas hutan, untuk menyampaikan berita Kerajaan kepada orang Mopan dan Kekchi Maya di bagian-bagian terpencil dari hutan hujan Belize.

Dengan kendaraan sewaan dan kano dari batang kayu, saudara-saudara bisa mencapai desa-desa dan kota-kota dari Dangriga hingga Punta Gorda dan sampai ke selatan sejauh Barranco, yang berbatasan dengan Guatemala. Beberapa perjalanan dilakukan dengan minibus yang diikuti dua hingga empat sepeda motor. Setiap malam mereka berhenti di desa yang berbeda, dan selama siang hari, sementara kelompok yang lebih besar mengerjakan desa, para pengendara sepeda motor pergi berdua-dua melalui jalan setapak ke perladangan yang terpencil.

Di daerah Punta Gorda, saudara-saudara berjalan membawa ransel dari desa ke desa. Mereka sering harus berbicara kepada alcalde (pemimpin) di cabildo, balai pertemuan untuk para tua-tua desa, sebelum mengabar kepada penduduk desa.

”Di sebuah desa,” kata utusan injil Reiner Thompson, ”saudara-saudara tiba saat para pria sedang rapat di cabildo, membahas prosedur untuk memanen jagung. Setelah pertemuan itu, pria-pria tersebut meminta saudara-saudara menyanyikan lagu Kerajaan bagi mereka. Saudara-saudara lelah serta lapar, dan mereka tidak membawa buku nyanyian.” Saudara Thompson menambahkan, ”Mereka bernyanyi dengan sepenuh hati, yang membuat pria-pria itu sangat senang.” Beberapa waktu kemudian, sidang-sidang pun terbentuk di Mango Creek dan belakangan di San Antonio, salah satu desa terbesar orang Maya.

”Kadang-kadang, kami berjalan dari desa ke desa pada malam hari untuk mengejar jadwal,” jelas Santiago Sosa. ”Kami belajar untuk berjalan beriringan di tengah jalan, tidak di pinggir, karena di semak-semak sepanjang jalan pasti ada ular-ularnya. Kami juga belajar minum dari sejenis tanaman merambat sewaktu kehabisan air.”

Kadang-kadang, kelompok dibagi dua-dua atau empat-empat untuk mengabar di berbagai bagian desa. Kemudian, mereka semua bertemu lagi pada sore hari. Dua orang akan tinggal untuk memasak. ”Itu bisa berarti bencana,” tutur Santiago sambil tergelak, ”karena ada yang sama sekali tidak bisa memasak. Saya ingat ketika mengamati suatu hidangan dan bertanya, ’Apa ini?’ Tukang masaknya mengatakan, ’Enggak tahu apa, pokoknya makanan.’ Jika si tukang masak saja tidak tahu apa masakannya, kami pikir lebih baik dites dulu dengan memberikannya kepada anjing liar kurus. Tapi, bahkan anjing yang lapar pun tidak mau memakannya!”

ORANG KEKCHI MENERIMA KEBENARAN

Rodolfo Cocom dan istrinya, Ofelia, pindah dari Corozal ke sebuah desa terpencil orang Kekchi di bagian selatan yang disebut Crique Sarco. Ofelia dibesarkan di desa ini, yang dikunjungi Saksi-Saksi hanya pada perjalanan lintas hutan tahunan. Ketika ia berusia kira-kira 14 tahun, Ofelia menemukan buku Kebenaran yang Membimbing Kepada Hidup yang Kekal di bawah sebuah pohon jeruk dan mulai membacanya. Ia ingin mengetahui lebih banyak, tetapi baru setelah ia menikah dan tinggal di Corozal, ia dan suaminya, Rodolfo, belajar Alkitab dengan dua perintis istimewa, Marcial dan Manuela Kay.

Ketika keluarga Cocom pindah ke Crique Sarco pada tahun 1981, mereka ingin bertemu lagi dengan Saksi-Saksi, maka Rodolfo pergi ke Punta Gorda untuk mencari mereka, perjalanan yang lamanya paling tidak enam jam dengan berjalan kaki dan naik kapal, melalui sungai dan laut. Di Punta Gorda, ia bertemu dengan Donald Niebrugge, seorang perintis, yang mengatur untuk belajar dengan pasangan itu melalui korespondensi. Akan tetapi, ada problem. Tidak ada kantor pos di Crique Sarco.

”Di kantor pos di Punta Gorda, saya bertanya bagaimana saya bisa mengirim surat ke Crique Sarco,” jelas Donald, ”dan saya diberi tahu bahwa sang imam pergi ke sana sekali seminggu.” Maka, selama sekitar enam bulan, imam itu bolak-balik membawakan surat berisi pelajaran Alkitab tanpa menyadari bahwa ia menjadi kurir bagi Saksi-Saksi Yehuwa.

”Ketika sang imam akhirnya tahu apa yang ia bawa,” kata Donald, ”ia marah besar dan tidak mau membawa surat-surat kami lagi.”

Selama bulan-bulan tersebut, Donald beberapa kali pergi ke Crique Sarco untuk mengadakan pelajaran dengan keluarga Cocom. Pada perjalanan lintas hutan yang berikutnya, Rodolfo mulai ikut dalam dinas pengabaran. ”Kami mengajak dia selama empat hari,” lanjut Donald, ”mengabar di beberapa desa, dan pergaulan bersama saudara-saudara pada perjalanan tersebut benar-benar membantunya membuat kemajuan.”

”Saya dan Ofelia sering pergi untuk mengabar di desa kami,” jelas Rodolfo, ”berduaan saja untuk menyampaikan apa yang telah kami pelajari. Orang-orang yang belajar dengan saya menghadapi lebih banyak tentangan dibanding kami. Ada yang tidak diperbolehkan mendapat obat, persediaan makanan, dan pakaian yang disumbangkan ke desa itu. Ibu mertua saya juga sangat menentang apa yang sedang kami lakukan. Saya dan Ofelia menyadari bahwa kami tidak bisa maju secara rohani di Crique Sarco. Kami perlu menghadiri perhimpunan. Maka, kami pindah ke Punta Gorda agar bisa terus belajar. Di sana, kami membuat kemajuan rohani, dan kami dibaptis pada tahun 1985.” Sekarang, keluarga Cocom bergabung dengan Sidang Ladyville, di mana Rodolfo melayani sebagai hamba pelayanan.

PERJALANAN LAUT MENGHASILKAN TANGKAPAN ROHANI

Perjalanan laut diatur setiap tahun untuk mengabar kepada orang-orang di pulau-pulau kecil dan di desa-desa di sepanjang pantai. Desa-desa seperti Hopkins, Seine Bight, Placencia, dan Punta Negra, serta Monkey River Town, kala itu tidak bisa dicapai melalui darat. Polito Bevens menahkodai kapalnya ketika bukan musimnya menangkap lobster dan membawa dua saudara perintis dan dua saudara utusan injil selama perjalanan dua minggu dari utara ke selatan, berhenti di setiap tempat sepanjang perjalanan.

Donald Niebrugge, yang sering ikut dalam perjalanan lintas hutan dan laut yang diadakan setiap tahun, dengan senang hati mengenang waktu ketika mereka meminjam kapal layar milik Ambroncio Hernandez untuk perjalanan laut. Hasilnya, Ambroncio, yang akrab dikenal sebagai Bocho, mulai belajar Alkitab.

”Tahun berikutnya, kami berempat merencanakan perjalanan laut selama dua minggu menyusuri pesisir,” kenang Donald, ”namun saat itu, Bocho sudah menjual kapalnya. Ia mengusulkan nelayan lain, yang bersedia membawa kami, bersama rekannya dan Bocho. Kami pun pergi, dua pasangan perintis istimewa dengan tiga nelayan ini. Selama perjalanan itu, Bocho mulai ikut dalam dinas pengabaran. Sesampainya kami di Pelabuhan Placencia, ada banyak perahu motor bersandar di sana, maka kami mengabar dari perahu motor ke perahu motor. Kedua nelayan yang bukan saudara seiman sangat suportif selama dua minggu itu. Suatu hari, sepulangnya kami mengabar sepanjang hari di sebuah desa, kedua nelayan telah membeli ayam dan memasak untuk kami di atas kompor minyak kecil.” Pada perjalanan laut tahun berikutnya, Bocho sudah dibaptis. Ia melayani sebagai penatua di Belize City selama 18 tahun terakhir ini.

DAERAH YANG BELUM PERNAH DIKERJAKAN

MEMBUAHKAN HASIL BAGUS

Distrik Toledo, di bagian selatan Belize, adalah daerah yang berbukit-bukit dan berhutan lebat, di mana terdapat beberapa desa orang Mopan dan Kekchi Maya dengan rumah beratap lalang dan berlantai tanah. Pada umumnya, penduduk desa menjalani kehidupan yang keras dengan melakukan pekerjaan ladang yang berat menggunakan cangkul sederhana. Selama musim kering, mereka harus mengangkut air ke ladang dengan tangan untuk menanam jagung, polong-polongan, dan kakao. Banyak wanita bekerja membordir barang tradisional dan membuat keranjang untuk toko cendera mata yang terdapat di seluruh negeri. Semakin banyak orang muda meninggalkan desa untuk belajar atau bekerja di daerah-daerah yang lebih padat penduduknya di negeri itu.

Pada tahun 1995, Frank dan Alice Cardoza diundang untuk melayani sebagai perintis istimewa sementara selama bulan April dan Mei guna membantu menyebarkan Berita Kerajaan No. 34, ”Mengapa Kehidupan Begitu Penuh Problem?”, di Distrik Toledo. ”Saya telah ikut dalam salah satu perjalanan lintas hutan tahunan di daerah ini,” kenang Frank, ”dan saya melihat bahwa orang Maya bisa lebih terbantu untuk mempelajari kabar baik jika ada yang pindah ke daerah mereka. Kantor cabang menyarankan agar saya menyewa tempat untuk tinggal, memulai kelompok pelajaran Alkitab, dan menyampaikan khotbah istimewa di San Antonio. Kami harus menyebarkan Berita Kerajaan di sana, serta di delapan desa lainnya.”

Keluarga Cardoza mengadakan kelompok pelajaran di ruang bawah tanah sewaan berkamar satu, dan dalam waktu beberapa minggu, tiga hingga empat keluarga mulai hadir. Para peminat ini juga ikut bersama keluarga Cardoza naik truk pikap mereka yang sudah butut sekali selama satu jam melalui jalan tanah yang beralur-alur ke Punta Gorda untuk menghadiri Sekolah Pelayanan Teokratis dan Perhimpunan Dinas. Pada bulan pertama itu, Frank menyampaikan khotbah istimewa di San Antonio. Jesús Ich, salah seorang yang hadir untuk pertama kalinya, menyimak baik-baik. Sebagai anggota Gereja Orang Nazaret, ia khususnya terkesan sewaktu mengetahui bahwa ajaran api neraka berasal dari kekafiran dan bahwa neraka menurut Alkitab adalah kuburan umum. Ia mengajak Frank ke samping setelah perhimpunan, menghujani dia dengan lebih banyak pertanyaan mengenai pokok tersebut. Hasilnya, ia mulai belajar Alkitab dan dibaptis setahun kemudian.

Pada akhir tugas mereka selama dua bulan sebagai perintis istimewa sementara, keluarga Cardoza harus membuat keputusan yang penting. ”Kami telah memulai banyak pelajaran,” ingat Frank, ”lebih banyak daripada yang bisa kami tangani. Hati dan suara batin kami tidak mengizinkan kami untuk kembali ke rumah kami yang nyaman di Ladyville. Jika kami memutuskan untuk tinggal di San Antonio, kondisi hidup kami bisa lebih baik dengan menyewa lantai-atas rumah yang kami tempati sekarang dan bukannya ruang bawah tanah. Saya bisa memasang bak cuci yang kecil, talang air untuk menampung air hujan dan, di kemudian hari, mungkin toilet duduk dan listrik. Kami berdoa kepada Yehuwa mengenai hal ini, yakin bahwa dengan berkat-Nya sebuah sidang bisa dibentuk di daerah ini. Kemudian, kami menulis surat ke kantor cabang, memberi tahu mereka bahwa kami bersedia tinggal di San Antonio sebagai perintis biasa.”

Berkat Yehuwa atas keputusan keluarga Cardoza segera nyata. Dalam waktu enam bulan saja, pada bulan November, mereka mengadakan Perhimpunan Umum mereka yang pertama di rumah yang mereka sewa. Dan, pada bulan April tahun berikutnya, mereka mulai mengadakan Sekolah Pelayanan Teokratis dan Perhimpunan Dinas di San Antonio. Betapa leganya kelompok kecil ini karena tidak perlu lagi mengadakan perjalanan 65 kilometer pergi pulang setiap minggu ke Punta Gorda untuk berhimpun.

”ANCAMANNYA TIDAK BISA MENGHENTIKAN SAYA”

Kelompok siswa-siswa Alkitab yang tulus di San Antonio segera mulai membuat kemajuan, dan kasih mereka akan kebenaran benar-benar menggugah hati. ”Di desa-desa ini,” jelas Frank, ”para wanita khususnya sangat pemalu, dan menurut tradisi, mereka tunduk kepada ayah dan suami mereka. Bukan kebiasaan mereka untuk berbicara kepada orang yang tidak dikenal. Karena itu, sulit sekali bagi mereka untuk ikut serta dalam pelayanan dari rumah ke rumah.”

Priscilian Sho, yang ketika itu berusia 20 tahun, adalah seorang penyiar belum terbaptis yang ingin sekali pergi mengabar kepada para tetangganya. Sekali peristiwa, Priscilian sedang mengadakan beberapa kunjungan kembali bersama ipar perempuan, Amalia Sho, sewaktu mereka tiba-tiba menghadapi masalah.

Priscilian mengingat, ”Saya tidak memberi tahu ayah saya bahwa saya pergi mengabar karena ia telah melarang saya dan saya takut kepadanya. Hari Minggu pagi itu ketika kami sedang mengabar, kami tiba-tiba melihat ayah saya di depan gereja Baptis yang ia hadiri. Awalnya, kami merunduk di rumput karena kami tidak ingin ketahuan olehnya. Tetapi, saya kemudian mengatakan, ’Amalia, tahu tidak, Yehuwa sedang mengamati kita. Kita tidak boleh takut sama ayah saya. Kita harus takut kepada Yehuwa.’”

Ayah Priscilian sangat marah, namun ada masalah yang lebih besar lagi karena ia menentang keras dan tidak setuju putrinya menjadi Saksi Yehuwa. Setelah berdoa mengenai hal itu hingga sehari sebelum kebaktian saat ia akan dibaptis, Priscilian akhirnya mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu ayahnya.

”Besok,” katanya kepada ayahnya, ”saya mau pergi ke Belize City.”

”Untuk apa kamu ke sana?” tanyanya.

”Saya akan dibaptis,” jawab Priscilian. ”Saya mau melakukan apa yang Yehuwa ingin saya lakukan. Saya mengasihi Ayah, tetapi saya harus mengasihi Yehuwa juga.”

”Apa kamu benar-benar akan melakukan hal itu?” sahutnya dengan marah.

”Ya,” kata Priscilian. ”Kisah 5:29 mengatakan bahwa saya harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia.”

Ayah Priscilian bergegas pergi dengan marah. ”Saya merasa tidak aman sebelum berada di dalam truk, siap berangkat ke kebaktian,” kenangnya. ”Saya tidak tahu apa yang bakal ia lakukan sepulangnya saya dari kebaktian. Tetapi, yang pasti saat itu saya sudah dibaptis, jadi kalau pun ia membunuh saya, saya sudah melakukan apa yang benar.”

Meski ayah Priscilian tidak melukainya sewaktu ia pulang, ia belakangan mengancam akan membunuhnya. ”Namun, ia melihat bahwa ancamannya tidak bisa menghentikan saya,” katanya, ”dan sejak waktu itu sikapnya kepada saya melunak.”

SEORANG PENENTANG BERPIHAK KEPADA YEHUWA

Kelompok penyiar yang bersemangat dan baru saja dibentuk di San Antonio sedang makmur secara rohani ketika suami istri Cardoza tiba-tiba diberi tahu melalui surat dari dewan desa setempat bahwa mereka harus meninggalkan San Antonio. Beberapa waktu sebelumnya, ketika Frank membayar biaya izin tinggal, dewan itu memperbolehkannya tinggal di desa tersebut. Kini, seorang anggota terkemuka di desa itu berniat mengusir keluarga Cardoza. Pada salah satu pertemuan dewan, tiga pelajar Alkitab Frank berbicara membelanya. Kemudian, pemilik dari rumah yang disewa Frank berbicara, mengingatkan bahwa jika mereka mengusir keluarga Cardoza, mereka harus membayar sewa yang dibayar keluarga Cardoza kepadanya. Frank sendiri kemudian menyerahkan surat dari Departemen Pertanahan yang menyatakan bahwa seseorang yang menyewa tanah yang bukan milik pemerintah tidak bisa diminta untuk pergi. Akhirnya, dewan itu mengizinkan keluarga Cardoza untuk tinggal.

Pria yang ingin agar keluarga Cardoza diusir adalah Basilio Ah, seorang mantan alcalde (pemimpin) yang masih terkemuka dalam politik. Basilio menggunakan pengaruhnya untuk menentang Saksi-Saksi Yehuwa di San Antonio dengan cara apa pun. Ketika kelompok kecil itu ingin membeli tanah untuk membangun sebuah Balai Kerajaan, ia mengingatkan, ”Kalian tidak akan pernah membangun Balai Kerajaan di desa ini. Kendati demikian, saudara-saudara mendapatkan tanah dan membangun Balai Kerajaan yang sederhana dan menarik. Yang mengherankan, salah seorang yang hadir pada penahbisan Balai Kerajaan itu pada bulan Desember 1998 adalah Basilio. Apa yang telah terjadi?

Dua putra Basilio yang sudah menikah sedang mengalami problem keluarga. Sudah dua kali Basilio meminta gerejanya untuk membantu kedua putranya, tetapi sama sekali tidak ada tanggapan. Kemudian, kedua putranya mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Istri Basilio, María, mulai memerhatikan bahwa putra-putranya menjadi lebih baik, demikian pula kehidupan keluarga mereka. Maka, María sendiri meminta untuk belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi.

”Saya benar-benar ingin mengenal Allah Yehuwa,” kata María, ”dan saya memberi tahu suami saya bahwa kami harus pergi ke Balai Kerajaan untuk belajar lebih banyak tentang Allah.” Meskipun Basilio sulit membuang perasaan antipatinya yang sudah berurat berakar terhadap Saksi-Saksi Yehuwa dan Frank Cardoza, yang ia sebut ”orang asing itu”, ia terkesan dengan perubahan positif kedua putranya seraya mereka menerapkan kebenaran Alkitab dalam kehidupan mereka. Basilio memutuskan untuk menyelidiki sendiri Saksi-Saksi Yehuwa, dan setelah beberapa pembahasan, dengan siapa ia setuju untuk belajar Alkitab? Tak lain tak bukan si ”orang asing itu”, Frank Cardoza!

”Apa yang saya baca di dalam Alkitab mengubah pikiran saya,” jelas Basilio. ”Saya sudah beragama Katolik selama 60 tahun, membakar dupa di depan patung-patung di gereja. Apa yang saya pelajari sekarang tentang Yehuwa ada di dalam buku-Nya sendiri, Alkitab. Saya malu kalau mengingat perlakuan saya terhadap Frank Cardoza, yang sekarang adalah saudara saya. Saya tidak takut untuk mengatakan bahwa saya keliru. Saya bersemangat untuk hal-hal yang saya yakin adalah demi kebaikan desa dan agama saya. Namun, saya tidak lagi mengikuti tradisi Maya yang berkaitan dengan penyembuhan berbau spiritisme, yang umum di desa kami. Saya juga tidak mau terlibat lagi dalam gerakan politik Maya.” Sekarang, Basilio dan María Ah dengan bahagia melayani Yehuwa sebagai penyiar terbaptis.

Hamba-hamba Yehuwa dikenal sebagai orang yang pengasih, bersukacita, dan bersemangat. Di daerah-daerah terpencil di Belize, banyak penyiar berjalan tiga jam atau lebih naik turun bukit-bukit yang terjal untuk mengunjungi penghuni rumah, dan mereka tidak mau kehilangan perhimpunan. Misalnya, suatu malam, Andrea Ich ditugasi sebagai nyonya rumah di Sekolah Pelayanan Teokratis. Hari itu, ia telah berjalan tiga atau lima kilometer melalui hutan untuk memetik avokad bersama putra-putranya. Sewaktu melakukannya, ia mendapat 23 sengatan lebah. Meskipun begitu, ia pulang ke rumah, mempersiapkan masakan untuk keluarganya, pergi ke perhimpunan, dan menyampaikan presentasi di acara sekolah. Wajahnya, yang bengkak karena sengatan serangga, tetap memancarkan kebahagiaan. Selalu menganjurkan untuk melihat bahwa meskipun saudara-saudari Maya kita yang tercinta telah mengadakan perjalanan sepanjang hari naik truk atau bus untuk menghadiri kebaktian, mereka senang dipersatukan dalam ibadat kepada Allah yang sejati, Yehuwa.

CUACA YANG GANAS MELULUHLANTAKKAN BELIZE

Selama 115 tahun terakhir, Belize diterpa 51 hurikan dan badai tropis. Sejak 1930, ada 12 hurikan yang menerjang Belize secara langsung atau melewatinya dengan cukup dekat sehingga menimbulkan kerusakan serius dan korban tewas. Salah satu yang terburuk, Hurikan Hattie, terjadi pagi-pagi buta pada tanggal 31 Oktober 1961, dengan angin berembus hingga 300 kilometer per jam dan gelombang pasang yang menewaskan ratusan orang. Belize City, yang letaknya hanya 30 sentimeter di atas permukaan laut, terendam lumpur setinggi 30 sentimeter. Sebuah laporan dari kantor cabang menyatakan, ”Meski rumah kebanyakan saudara [di Belize City] rusak berat atau sama sekali hancur, tidak ada saudara yang terluka berat. Baju mereka hilang atau rusak oleh air.

”Jalan-jalan dibersihkan dengan buldoser dan reruntuhan rumah dibakar. Di rumah [utusan injil], air yang tingginya kira-kira 60 sentimeter mengakibatkan banyak kerusakan. Di luar, tinggi air kira-kira tiga meter, . . . tetapi untungnya rumah utusan injil didirikan di atas permukaan jalan. . . . Hanya ada sedikit sekali makanan yang bisa dibeli . . . , dan mereka masih terus menggali mayat-mayat.”

Sepuluh hari kemudian, kantor cabang melaporkan, ”Kondisi [di Dangriga] lebih buruk daripada di sini [di Belize City]. Orang-orang terpaksa bekerja delapan jam sehari untuk mendapatkan kupon supaya bisa membeli apa saja. Tentara mengendalikan segala sesuatu, dan tidak ada yang bisa dibeli dengan uang.” Dua anak laki-laki tewas, dan kedua kaki ayah mereka patah ketika rumah mereka roboh. Kedua anak ini adalah penyiar aktif, dan yang berusia 12 tahun bereputasi baik karena sering memberikan kesaksian kepada guru-guru sekolahnya.

Pusat hurikan melintasi kawasan antara Belize City dan Dangriga, di mana kebanyakan saudara-saudari kehilangan sebagian atau seluruh rumah serta harta mereka. Pada hari-hari setelah hurikan, gubernur mengeluarkan peraturan darurat, menetapkan jam malam, dan meminta tentara Inggris menegakkan peraturan ini serta menembak para penjarah. Pria, wanita, dan anak-anak yang kedapatan melanggar jam malam dimasukkan ke dalam kurungan semalaman.

Meskipun keadaan ricuh, perhimpunan dan kegiatan dinas pengabaran yang rutin segera dimulai kembali. Hal ini sulit karena begitu banyak orang tinggal di tempat pengungsian dan halaman rumah digenangi air dan lumpur. Namun, orang-orang membutuhkan berita penghiburan tentang kabar baik Kerajaan, dan Saksi-Saksi Yehuwa rela berkorban untuk membagikannya kepada mereka.

Kondisi kehidupan sangat sulit, tetapi kasih dan kemurahan Saksi-Saksi Yehuwa di luar negeri sangat berperan dalam membesarkan hati saudara-saudari di Belize. Dua puluh lima dus pakaian dan barang-barang lain diterima dari cabang-cabang lain serta dibagikan di kalangan Saksi-Saksi dan juga banyak tetangga yang non-Saksi. Di antara segelintir bangunan yang sanggup bertahan menghadapi serangan hebat hurikan adalah kantor cabang dan Balai Kerajaan. Oleh karena itu, ketika pemerintah meminta agar Balai Kerajaan dipakai sebagai tempat pengungsian umum korban hurikan bagi masyarakat, saudara-saudara langsung setuju.b

”MAUKAH ANDA BERDOA BAGI KAMI, IBU PRATT?”

Selama tiga hari pada bulan Oktober 2000, penduduk San Pedro di Ambergris Cay diporakporandakan angin dan hujan deras akibat Hurikan Keith berkecepatan 255 kilometer per jam. Ladyville, 16 kilometer sebelah utara Belize City, digenangi air setinggi kira-kira 80 sentimeter selama hujan tiga hari. Empat puluh dua saudara mencari perlindungan di Balai Kebaktian di Ladyville. Hampir semua rumah di Cay Caulker musnah. Ke-57 penyiar di Ambergris Cay dan Cay Caulker kehilangan sebagian besar atau seluruh milik mereka, dan di kedua pulau kecil itu tidak ada layanan listrik, air, dan telepon selama beberapa minggu. Perdana menteri mengumumkan Belize, Orange Walk, dan Distrik Corozal serta Ambergris Cay dan Cay Caulker sebagai daerah bencana. Jam malam wajib diberlakukan di wilayah yang terkena bencana dalam upaya menghentikan penjarahan.

Saudari Cecilia Pratt, seorang perintis istimewa di Cay Caulker, mendengar peringatan hurikan dan mempersiapkan sebuah tas andaikan ia harus mencari perlindungan sewaktu hurikan menerjang. Hari itu, ia baru saja mengumpulkan laporan dinas pengabaran dari 12 saudari dan berniat naik kapal pada siang hari ke daratan utama untuk menyerahkan laporan tersebut ke kantor cabang. Cecilia dengan cermat membungkus laporan dinas pengabaran kelompok itu dalam plastik dan memasukkannya ke tas daruratnya. Benar juga, pada malam itu, Cecilia dan beberapa saudari harus mengungsi ke bangunan sekolah yang terbuat dari beton, sedangkan selebihnya dari mereka mendapat perlindungan di pusat layanan kesehatan.

”Angin menerbangkan atap seng ruang kelas pertama yang kami tempati,” tutur Cecilia. ”Kami semua harus mengambil barang kami dan bergegas pergi ke ruang lain. Rasanya seluruh gedung berguncang oleh angin, meskipun terbuat dari beton. Sewaktu kami mengintip ke luar, tampaknya kami dikelilingi laut​—tidak ada daratan. Kelompok kecil kami tetap bersama-sama, dan kami berdoa dengan sungguh-sungguh. Ke-40 orang yang berada di dalam ruang kelas, semua dari berbagai agama, sangat ketakutan. Ada yang mengatakan, ’Ini perbuatan Allah.’ Seorang rohaniwan awam Katolik mendekati saya dan bertanya, ’Maukah Anda berdoa untuk kami, Ibu Pratt?’ Saya menjawab, ’Tidak bisa. Saya wanita, dan saya tidak punya topi.’ Pria itu menjawab, ’Pakai topi saya saja.’ Saya tidak yakin bisa berdoa untuk setiap orang, namun saya ingin memberi tahu mereka bahwa bukan Yehuwa yang mendatangkan hurikan. Maka, saya pun berdoa bersama kelompok kecil kami dengan suara cukup nyaring sehingga terdengar oleh semua orang. Setelah selesai berdoa dan semua orang di ruang kelas mengatakan ’Amin’, angin mereda! Saat itu, pusat hurikan sedang lewat di atas kami. Sang rohaniwan Katolik itu mengatakan, ’Doa Anda bagus. Allah Anda Allah yang sejati.’ Setelah itu, mereka tidak ingin kami, lima Saksi, meninggalkan tempat pengungsian, dan selama tiga hari, mereka memberi kami makanan dan kopi.

”Namun, saya mencemaskan penyiar-penyiar lain. Keesokan paginya, sewaktu angin reda, saya meninggalkan tempat pengungsian untuk mencari mereka. Pohon-pohon bertumbangan dan ada kerusakan di mana-mana. Ada rumah-rumah yang dipindahkan angin sejauh 10 atau 15 meter. Saya memeriksa dulu balai pertemuan umum dan menemukan dua saudari dan anak-anak mereka. Rumah seorang saudari lain lenyap, tetapi ia selamat.”

Setelah hurikan tersebut, kantor cabang kesulitan mengumpulkan laporan dinas pengabaran dari sidang-sidang yang diporakporandakan badai. Namun, laporan dari Cay Caulker adalah yang pertama tiba. Cecilia menyimpan laporan tersebut di tas daruratnya dan menyerahkannya sendiri kepada saudara-saudara yang datang dari kantor cabang untuk memeriksa keadaan mereka.

Selama minggu-minggu berikutnya, saudara-saudari di pulau-pulau kecil yang porak poranda menerima bantuan kemanusiaan serta bantuan praktis dari para sukarelawan yang membersihkan dan memperbaiki rumah mereka serta Balai Kerajaan di Ambergris Cay.

Merle Richert, yang bekerja bersama tim di Cay Caulker, melaporkan, ”Pertama-tama kami membangun akomodasi dan mengatur pendistribusian suplai. Esok harinya, kami mulai memperbaiki rumah para penyiar. Pada hari Minggu, kami semua pergi berdinas pada pagi hari. Lalu, kami mempersiapkan tempat perhimpunan di kebun seorang saudari, membuat bangku bagi hadirin dan podium dari tunggul pohon kelapa yang sudah tua. Kami menyesuaikan jadwal perhimpunan agar tidak bentrok dengan jam malam pada pukul 20.00 dan ada 43 yang menghadiri ceramah umum serta Pelajaran Menara Pengawal.”

BERKEBAKTIAN UNTUK DIAJAR OLEH YEHUWA

Pada akhir tahun 1960-an, kebaktian bisa diadakan di berbagai tempat di negeri itu dengan menggunakan tenda. Namun, untuk memasang sebuah tenda besar dituntut kerja keras selama berhari-hari. Santiago Sosa menjelaskan, ”Kami mulai bekerja di awal minggu, memasang tenda, membawa bangku-bangku dari Balai Kerajaan, dan meminjam kursi-kursi. Di kebaktian saat itu ada kafetaria, jadi kami meminjam panci dan belanga dan sering bergadang sepanjang malam untuk memasak dan menyelesaikan pekerjaan. Kadang-kadang, kami sudah menyiapkan segala sesuatunya, namun tahu-tahu itu semua diterbangkan angin kencang pada malam hari. Esok harinya, kami harus memasang kembali semuanya. Namun, tidak ada yang mengeluh.”

Jeanne Thompson mengingat kebaktian yang diadakan di sebuah komunitas pedesaan antara Belize City dan Orange Walk. Saudara-saudara harus membabat semak-semak di sebelah Balai Kerajaan sebelum tenda bisa didirikan dan bangku-bangku ditata. ”Ternyata, hujan terus turun selama seluruh kebaktian distrik,” kata Jeanne, ”dan tenda kami kebanjiran. Maka, kami duduk dengan kaki dinaikkan ke atas bangku di depan kami. Kami tidak menyadari bahwa di daerah ini ada banyak ular koral. Karena hujan, kami terpaksa tinggal di bawah tenda dan dekat Balai Kerajaan. Berjalan di semak-semak sangatlah berbahaya.”

Pada tahun 1970-an, Pulau Bird, sebuah pulau tropis yang kecil sekitar 120 meter di lepas pantai ujung tenggara Belize City, bisa digunakan untuk kebaktian. Pemiliknya telah mendirikan sebuah auditorium beratap lalang yang dilengkapi fasilitas listrik, air, dan toilet untuk digunakan sebagai tempat hiburan. Saudara-saudara membangun jembatan dari daratan utama, sehingga tersedia jalan langsung menuju tempat yang tenang dan tenteram untuk kebaktian-kebaktian.

Pada bulan Maret 1983, tanah disewa dari pemerintah untuk Balai Kebaktian di Ladyville. Awalnya, saudara-saudara mendirikan bangunan sementara untuk kebaktian wilayah, peristiwa khusus, dan kebaktian distrik. Kemudian, pada tahun 1988, sebuah bangunan baja dibeli di Guatemala yang bisa digunakan sebagai Balai Kebaktian yang permanen di atas tanah di Ladyville itu.

KEMAJUAN DI LADANG TIONGHOA

Sejak tahun 1920-an, kaum imigran Tionghoa telah bermukim di Belize, dan banyak dari mereka senang membaca publikasi kita dalam bahasa mereka sendiri. Misalnya, Roberta Gonzalez menceritakan, ”Saya ingin memberikan kesaksian kepada seorang wanita Taiwan yang ramah yang memiliki sebuah toko roti, tetapi saya tahu bahwa ia tidak terlalu religius dan selalu sangat sibuk. Saya juga tahu bahwa ia mempunyai dua anak remaja, maka pada suatu hari sewaktu saya belanja di tokonya, saya memberinya sebuah buku Pertanyaan Kaum Muda dalam bahasa Cina dan memberi tahu dia bahwa saya ingin mendengar pendapatnya. Beberapa hari kemudian, ketika saya naik mobil dan melewati tokonya, saya melihat wanita itu melambai-lambaikan tangannya. Ketika saya berhenti, ia dengan penuh semangat memberi tahu saya bahwa sejak saya memberikan buku itu, ia menunggu saya datang lagi. Ia mengatakan bahwa kebanyakan remaja dalam keluarga-keluarga Taiwan mengalami problem setelah berimigrasi ke Belize. Ia merasa mereka semua perlu membaca buku Pertanyaan Kaum Muda. Ia menyuruh putranya menghitung jumlah keluarga Taiwan di kota itu yang memiliki anak remaja lalu meminta 16 buku karena ia ingin memberikannya kepada setiap keluarga sebagai hadiah.”

Pada bulan Oktober 2000, kantor cabang mengatur diadakannya kursus bahasa Mandarin tiga bulan untuk para perintis dan penyiar yang bersedia mengerjakan komunitas Tionghoa di daerah mereka. Hasilnya? Sebuah kelompok bahasa Cina dengan beberapa perintis dibentuk, yang kemudian menjadi sidang. Meski ada tentangan hebat, beberapa orang menyambut kabar baik dan kasih yang diperlihatkan kepada mereka di sidang.

Misalnya, Monje Chen menerima pelajaran Alkitab pada tahun 2006. Awalnya, keluarganya tidak menentang, namun tak lama kemudian mereka mulai mengejek dan menentang Monje. Tiba-tiba, keluarga itu menjual seluruh harta mereka, termasuk toko yang dikelola oleh Monje, dan memberinya waktu satu jam untuk melepaskan agama barunya dan pindah bersama mereka ke negeri lain. Ia tidak mau menyangkal keyakinan barunya, maka keluarganya pun pindah, meninggalkan dia tanpa memberinya apa-apa. Monje pindah ke rumah seorang saudara dan terus belajar Alkitab dan menghadiri perhimpunan secara teratur. ”Saya menjalin hubungan yang erat dengan Yehuwa,” kata Monje, ”dan Ia memelihara saya. Pelajaran Alkitab dan perenungan ayat-ayat Alkitab telah membantu saya, demikian pula anjuran dari saudara-saudara.”

Monje dibaptis pada bulan November 2008, dan sikap keluarganya membaik setelah melihat perubahan dalam tingkah laku dan tutur katanya. ”Dengan menaati Yehuwa, saya tidak menjadi miskin,” Monje menambahkan, ”dan hal itu benar-benar membuat saya berbahagia. Yehuwa tidak meninggalkan saya tetapi membuat saya menikmati persaudaraan yang bersatu dan pengasih.”

CABANG MEKSIKO MENGAWASI PEKERJAAN DI BELIZE

Setelah mempertimbangkan dengan saksama kebutuhan pekerjaan Kerajaan dengan Panitia Cabang di Belize dan Meksiko, Badan Pimpinan memutuskan bahwa pekerjaan di Belize akan berada di bawah pengawasan kantor cabang Meksiko. Hal ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001, dan menghasilkan manfaat serta kebahagiaan saudara-saudari kita di bagian dunia ini.

Sejak itu, cabang Meksiko telah membantu mengawasi pembangunan sejumlah Balai Kerajaan di Belize. Pada tanggal 16 Maret 2002, sebuah Balai Kerajaan ganda yang sederhana dibaktikan di Belize City. Hari berikutnya, acara penahbisan diadakan untuk rumah utusan injil baru yang indah dan Balai Kebaktian yang direnovasi di Ladyville. Banyak yang telah melayani Yehuwa dengan setia selama lima atau enam dekade ada di antara hadirin yang menikmati khotbah penahbisan yang disampaikan oleh Gerrit Lösch dari Badan Pimpinan. Kemajuan yang bagus telah dicapai sejak terbentuknya Kelompok Pembangunan Balai Kerajaan, yang telah membantu membangun 20 Balai Kerajaan di seluruh negeri.

Pada tahun 2007, untuk membantu mengabar di daerah-daerah yang jarang dikerjakan, 325 perintis dari Meksiko datang ke Belize. Kunjungan mereka ternyata menjadi pendorong yang baik untuk semangat penginjilan di Belize. Alhasil, ada kenaikan yang mencolok dalam jumlah perintis.

Sangat berbeda dengan para pemimpin gereja yang setiap tahun berdoa agar Belize dilindungi dari hurikan, Saksi-Saksi Yehuwa menerima pengarahan yang praktis untuk prosedur darurat sebelum musim hurikan tahun 2007. Betapa bersyukurnya mereka atas petunjuk ini ketika Hurikan Dean Kategori 5 menerjang pada bulan Agustus. Semua saudara yang bakal terancam dievakuasi dan ditampung saudara-saudara di tempat yang lebih aman. Setelah hurikan berlalu, Saksi-Saksi dari seluruh negeri membantu memperbaiki rumah dan Balai Kerajaan, sehingga sebuah stasiun radio setempat memuji Saksi-Saksi Yehuwa sebagai teladan yang patut ditiru.

MEMPERSATUKAN ORANG-ORANG DARI SEGALA BANGSA

Dengan berkat Yehuwa, sekarang ada lebih dari 1.800 penyiar di Belize​—rasio 1 penyiar untuk setiap 149 penduduk. Dan, dengan hadirnya 1 dari setiap 39 orang Belize pada Peringatan tahun 2009, potensi pertumbuhan sungguh besar!

Pekerjaan membuat murid di Belize selama 80 tahun silam telah menghasilkan umat yang rohani, indah, dan beragam, yang dipersatukan oleh ”bahasa yang murni”, yakni kebenaran tentang Allah dan maksud-tujuan-Nya. Saksi-Saksi Yehuwa di Belize, yang bekerja ”bahu-membahu” bersama saudara-saudari rohani mereka di seluruh dunia, memanfaatkan bahasa yang murni untuk memberikan kesaksian kepada umum yang membawa kemuliaan kepada Yehuwa, Allah kita yang pengasih.​—Zef. 3:9.

[Catatan Kaki]

a Meskipun Belize disebut Honduras Inggris hingga tahun 1973, kita akan menyebut negeri itu sebagai Belize kecuali dituntut konteks.

b Akibat hurikan ini, ibu kota dipindahkan dari Belize City ke Belmopan, di pedalaman negeri itu.

[Blurb di hlm. 224]

’Sopir truk memberi tahu saya bahwa orang Kristen sejati mengabar dari rumah ke rumah’

[Blurb di hlm. 234]

”Kita tidak boleh takut sama ayah saya. Kita harus takut kepada Yehuwa”

[Kotak di hlm. 208]

Sekilas tentang Belize

Negeri

Dataran pesisir rendah yang meninggi sampai ke Pegunungan Maya di sebelah selatan. Hutan-hutannya dihuni oleh jaguar, puma, monyet howler hitam, pecari, iguana hijau, dan buaya, serta hingga 60 spesies ular, seperti fer-de-lance yang sangat berbisa. Ada hampir 600 spesies burung, termasuk burung bayan merah marak yang hampir punah dan tukan berparuh lebar ceper. Kaleidoskop binatang laut berkisar dari koral, bunga karang, dan ikan kakaktua hingga manati (sapi laut), barakuda, dan ikan hiu paus.

Penduduk

Penduduknya mencakup orang Maya (Kekchi, Mopan, dan Yucatec), Kreol (keturunan campuran Afrika dan nenek moyang Eropa), Mestizos (keturunan campuran Spanyol dan Maya), Garinagu (keturunan campuran Afrika dan Karib), India Timur, Lebanon, Cina, dan Eropa, termasuk Jerman dan kaum Meno dari Belanda.

Bahasa

Inggris merupakan bahasa resmi, tetapi bahasa Kreol Belize, Spanyol, Garifuna, Kekchi, Maya, Jerman, dan Mandarin juga digunakan.

Mata pencaharian

Sebagian besar penduduk bekerja dalam usaha menanam dan mengekspor tebu serta buah tropis. Penangkapan ikan dan turisme juga menjadi sumber penghasilan bagi banyak orang.

Makanan

Berbagai budaya negeri ini turut menghasilkan beraneka ragam masakan yang sedap. Nasi dan polong-polongan yang dimasak dengan santan kelapa merupakan makanan tradisional favorit, sering kali dihidangkan dengan daging ayam, sapi, atau ikan yang digoreng atau direbus serta sejenis pisang tanduk matang yang digoreng. Makanan laut yang sedap tersedia dengan limpah dan sangat populer.

Iklim

Belize terletak di Pesisir Karibia Amerika Tengah dan beriklim panas, lembap, subtropis dan rawan hurikan.

[Kotak/​Gambar di hlm. 215]

Orang Garinagu Menyambut Kebenaran

BEVERLY ANN FLORES

LAHIR 1961

BAPTIS 1993

PROFIL Seorang Garifuna yang menerima kebenaran dan kini membantu orang sebangsanya belajar tentang Yehuwa.

◼ ORANG Garinagu (bentuk jamak dari Garifuna) dapat menelusuri nenek moyangnya hingga awal abad ke-17, ketika para budak kawin campur dengan orang Karib pribumi. Garifuna adalah sebuah bahasa Arawak dengan unsur bahasa Prancis dan Swahili.

Agama Garinagu adalah campuran tradisi Afrika dan Indian-Amerika, dengan pengaruh Katolik yang kuat. Dugu, misalnya, adalah suatu upacara rumit untuk menenangkan leluhur yang sudah mati dengan mempersembahkan makanan dan minuman kepada mereka. ”Ibu saya tidak percaya kepada upacara dugu,” kata Beverly. ”Ia tidak bisa mengerti bagaimana Allah bisa menyukai semua makanan yang dikubur itu. Ia sering mengatakan, ’Makanan itu untuk orang! Dan, jika orang yang mati itu adalah orang yang kita cintai, mengapa mereka akan datang lagi dan mencelakai kita?’”

Beverly selanjutnya menjelaskan apa yang terjadi ketika ia belajar kebenaran. ”Sebagai orang Garifuna saya termotivasi untuk pergi ke Dangriga guna mengabar kepada orang-orang sebangsa saya. Saya tahu bahwa kebanyakan orang Garinagu akan lebih menyambut orang yang sebangsa dengan mereka. Banyak yang berhenti dan mendengarkan sewaktu saya berbicara dalam bahasa Garifuna, dan beberapa orang bergabung dengan sidang. Mereka telah melihat bahwa mereka bisa meninggalkan berbagai tradisi yang tidak selaras dengan Alkitab dan tidak dibunuh oleh roh-roh jahat.”

[Kotak/​Gambar di hlm. 218]

”Yehuwa Selalu Memerhatikan Kami”

LILLY MILLER

LAHIR 1928

BAPTIS 1960

PROFIL Ia membesarkan enam anak sendirian dan berada dalam dinas sepenuh waktu selama 47 tahun.

◼ ”PADA tahun 1959, Amybelle Allen berbicara kepada saya mengenai Alkitab,” kenang Lilly yang bersuara lembut. ”Kami telah diperingatkan di gereja tentang semua ’nabi palsu’ ini yang pergi dari rumah ke rumah. Saya setuju belajar dengan menggunakan Alkitab saja, menerima kebenaran, dan dibaptis pada tahun berikutnya.

”Awalnya, saya merasa sulit untuk mengabar. Tangan saya begitu gemetaran sampai-sampai tidak bisa memegang Alkitab. Tetapi, keinginan untuk membagikan apa yang sedang saya pelajari ’seperti api yang menyala-nyala yang terkurung dalam tulang-tulang saya’, sebagaimana dikatakan oleh Yeremia, dan saya harus bicara, tidak soal orang mau mendengarkan atau tidak.”​—Yer. 20:9.

Bagaimana Lilly membesarkan keenam anaknya sendirian dan bisa merintis? ”Saya berdoa kepada Yehuwa, dan Ia yang membuat saya bisa merintis,” kata Lilly. ”Tiga kali seminggu, saya bangun pukul 3.30 pagi untuk membuat biskuit. Saya dan putri-putri saya memanggangnya di tungku kayu, dan orang-orang antre untuk membelinya langsung dari tungku sehingga masih panas. Setelah semua biskuit saya laku, anak-anak pergi ke sekolah dan saya keluar berdinas. Yehuwa selalu memerhatikan kami.”

Sejak tahun 1969, Lilly merintis di Corozal. Putra sulungnya dan dua putrinya memasuki dinas sepenuh waktu, dan ia telah membantu 69 orang sampai dibaptis.

[Kotak/​Gambar di hlm. 227, 228]

Perjalanan Lintas Hutan​—Mengabar di Hutan Hujan

”Pada bulan Maret 1991, sekelompok 23 saudara-saudari dari seluruh negeri berkumpul di Punta Gorda untuk perjalanan sepuluh hari melintasi Hutan Hujan yang lebat,” Martha Simons menceritakan. ”Selain baju, selimut, dan ranjang gantung, kami membawa lektur dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Kekchi. Kami juga membawa makanan, yang mencakup 200 biskuit.

”Keesokan paginya, kami berangkat ke laut yang bergelombang naik kapal kayu, terbuat dari pohon kapuk besar yang dilubangi. Di desa Crique Sarco, kami membongkar muatan dan mendirikan kemah. Sementara saudara-saudara memasang tempat tidur gantung, para saudari memasak salah satu hidangan favorit kami​—sup ekor babi—​sup yang dibuat dari singkong, ubi, sejenis pisang tanduk muda, kelapa, telur rebus dan, tentu saja, ekor babi. Kabar tersiar bahwa kami telah tiba, dan segera penduduk desa Kekchi itu berdatangan menyambut kami. Dengan cara ini, kami berkesempatan untuk memberikan kesaksian kepada seluruh desa dalam waktu dua jam. Malam itu, saudara-saudara tidur di tempat tidur gantung di belakang kantor polisi, yang dipasang pada tiang, sementara saudari-saudari tidur di dalam cabildo beratap lalang, tempat pertemuan bagi para tua-tua desa itu.

”Esok harinya kami naik kapal lagi dan berlayar lebih jauh ke hulu anak sungai, yang di beberapa tempat dinaungi akar-akar bakau sehingga menjadi gelap dan mencekam. Setelah sekitar setengah jam, kami turun dan berjalan satu setengah jam lagi menembus hutan ke desa Sundaywood. Orang-orang di sana berperawakan kecil dan berkulit sawo matang dan rambut hitam lurus. Kebanyakan bertelanjang kaki, dan wanitanya memakai rok khas penduduk pribumi serta perhiasan dari manik-manik. Rumah-rumah beratap lalang lantainya tanah, tanpa pemisah ruangan, dan tidak ada perabot, kecuali tempat-tempat tidur gantung. Di satu sisi dari rumah-rumah itu terdapat tempat untuk dapur umum.

”Orang-orangnya ramah-ramah, dan kami bertemu dengan banyak peminat. Mereka khususnya terkesan karena kami memiliki lektur dalam bahasa Kekchi dan bisa memperlihatkan ­kepada mereka ayat-ayat dalam Alkitab bahasa Kekchi milik kami.

”Esok paginya, kami terbangun oleh suara ayam jantan, burung hutan, dan monyet. Setelah sarapan yang mengenyangkan, kami mengunjungi kembali semua orang yang memperlihatkan minat sehari sebelumnya. Kami memulai beberapa pelajaran Alkitab dan menganjurkan mereka semua untuk terus belajar sendiri sampai kami kembali untuk mengadakan pelajaran dengan mereka tahun depan. Hari-hari berikutnya kami mengikuti rutin yang serupa seraya menembus hutan hujan semakin dalam untuk mencapai desa-desa yang terpencil.

”Setelah sepuluh hari yang menyenangkan di hutan, kami memikirkan kembali perjalanan jauh kami, desa-desa yang kami kunjungi, dan semua orang yang kami jumpai. Kami berdoa agar Yehuwa melindungi benih-benih kebenaran yang telah kami tanam sampai kami kembali pada tahun berikutnya. Kaki kami sakit, dan tubuh kami lelah; namun hati kami meluap dengan perasaan syukur kepada Yehuwa atas sukacita karena ikut dalam perjalanan lintas hutan tahunan.”

[Kotak/​Gambar di hlm. 235, 236]

Orang Maya yang Mengasihi Yehuwa

JORGE DAN NICOLAS SHO (BERSAMA ADIK PEREMPUAN MEREKA, PRISCILIAN)

LAHIR 1969 dan 1971

BAPTIS 1997

LATAR BELAKANG Menurut tradisi Maya, orang tua harus direspek dan sepenuhnya ditaati, termasuk oleh orang yang sudah dewasa dan menikah.

◼ KETIKA Nicolas dan Jorge mulai mengenal dan mengasihi Yehuwa, ayah mereka dengan gigih menentang kegiatan Kristen mereka.

”Saya menjelaskan kepada ayah saya bahwa saya belajar hal-hal yang berguna,” kata Nicolas, ”tetapi ia anggota Gereja Baptis, dan ia tidak antusias seperti saya. Beberapa kali saya berhenti belajar Alkitab karena saya tidak mau menyakiti perasaannya. Namun, saya juga tahu bahwa dengan bermabuk-mabukan bersama ayah saya, saya tidak memberikan contoh yang baik kepada anak-anak saya. Istri dan anak-anak saya sedemikian tidak bahagianya sehingga mereka tidak pernah tersenyum.

”Setelah saya mulai belajar Alkitab dan menghadiri perhimpunan dengan teratur, kebenaran membantu saya menghentikan tingkah laku yang buruk. Saya bekerja keras untuk keluarga saya, dan seluruh pendapatan saya digunakan bagi mereka. Sekarang, sebagai satu keluarga, kami sibuk dalam dinas kepada Yehuwa, dan ada kebahagiaan serta gelak tawa di rumah kami.”

Situasi Jorge banyak kemiripannya dengan situasi abangnya. Karena sering bermabuk-mabukan dan menggunakan bahasa kotor, ia menimbulkan banyak problem atas keluarganya, dan ia tidak pernah ada di rumah pada akhir pekan. Namun, pelajaran Alkitab menghasilkan perubahan yang nyata dalam tingkah lakunya.

”Seiring dengan kemajuan saya,” Jorge menceritakan, ”ayah saya semakin menentang. Ia menyebut kami nabi palsu. Lebih dari satu kali ia mengancam kami dengan parangnya. Saudara Cardoza, yang memberikan pelajaran Alkitab kepada saya, telah berupaya mempersiapkan kami jauh sebelumnya. ’Bagaimana seandainya ayah Anda menyuruh Anda meninggalkan tanah milik keluarga?’ tanyanya kepada kami. ’Ayah saya menyayangi saya,’ saya menjelaskan, ’dan ia tidak bakal melakukan hal itu.’ Tapi, yang menyedihkan, justru itulah yang ia lakukan.

”Meskipun demikian,” Jorge melanjutkan, ”saya mengasihi apa yang saya pelajari, dan kehidupan saya bertambah baik. Keluarga saya merasakan manfaatnya karena kepribadian Kristen saya yang baru. Kami merespek satu sama lain dan berbahagia bersama. Dewasa ini, pekerjaan pengabaran mendatangkan banyak sukacita, dan syukur kepada Yehuwa, saya menjadi perintis biasa.”

[Gambar]

Frank Cardoza mengabar kepada Jorge

[Kotak/​Gambar di hlm. 238, 239]

Dengan Sukacita Melayani di Tempat yang Lebih Membutuhkan

Pindah ke negeri di mana dibutuhkan lebih banyak pemberita Kerajaan merupakan langkah besar. Tetapi, tetap tinggal di ladang asing dari tahun ke tahun sering menuntut banyak upaya dan kerelaan berkorban. Banyak saudara-saudari kita menghadapi tantangan ini dengan sangat tabah dan banyak sukacita.

Arthur dan Roberta Gonzalez, misalnya, datang dari Amerika Serikat pada tahun 1989 untuk melayani di Belize bersama putra mereka yang berusia tiga tahun, Dalton. ”Tantangan terbesar,” Roberta mengakui, ”adalah meninggalkan pekerjaan yang mapan dan bergaji tinggi lalu hidup di negeri dengan banyak pengangguran.”

”Ya,” Arthur meneguhkan, ”kami harus percaya kepada Yehuwa. Ketika membaca dalam Alkitab tentang Abraham, saya kagum bagaimana ia pergi meninggalkan rumah, keluarga, dan segala sesuatu yang ia kenal. Namun, Yehuwa mengurusnya dengan baik. Satu tantangan yang kami hadapi adalah membiasakan telinga kami dengan bahasa Kreol Belize. Tetapi, kami bersandar pada Yehuwa, dan Ia memerhatikan kami.”

Frank dan Alice Cardoza datang dari Kalifornia pada tahun 1991 untuk merintis di Belize. ”Karena membaca buku Kisah,” kata Frank, ”saya pun ingin menjadi utusan injil. Tapi, karena memiliki empat anak, saya tahu kami tidak akan pernah memenuhi syarat untuk Sekolah Gilead. Maka, ketika putri bungsu kami tamat sekolah, kami melihat kesempatan untuk pindah ke negeri lain. Sewaktu kami membaca di Menara Pengawal tentang Belize, kami pun membuat keputusan.”

”Saya setuju untuk mencoba selama tiga tahun,” kata Alice. ”Kini, kami sudah 18 tahun tinggal di sini, dan saya senang!”

”Kami mengasihi orang-orang, dan kami suka bekerja,” Frank menambahkan, ”maka mudah bagi kami untuk akrab dengan orang-orang yang mengasihi Yehuwa. Karena memulai lebih banyak pelajaran daripada yang bisa kami tangani dan melihat orang-orang menyambut kebenaran, tahun-tahun kami di sini adalah yang paling menyenangkan dalam hidup kami. Kami tidak akan meninggalkan hak istimewa ini demi uang sebanyak apa pun.”

Carl dan Martha Simons pindah dari Texas ke Belize pada tahun 1988. ”Dua anak kami berusia sepuluh dan delapan tahun ketika kami pindah,” kata Martha. ”Di Belize, kami mengabar sepanjang hari bersama sidang di desa-desa di hutan. Kami juga bekerja sama dalam pembangunan Balai Kebaktian, dan rumah kami selalu ramai dengan saudara-saudari yang tinggal bersama kami selama kebaktian. Kami bersyukur bahwa kami bisa membesarkan anak-anak kami di sini, karena mereka bergaul dengan para perintis istimewa dan utusan injil. Ya, ada saat-saatnya kami merasa ingin naik pesawat terbang dan pergi saja​—⁠saat ketika tidak ada listrik, air leding, baterai, dan telepon. Tapi, jika kami harus mengulanginya, dengan segala suka dukanya, kami akan melakukannya. Hidup kami diperkaya karena melayani di tempat yang lebih membutuhkan.”

[Gambar]

Kiri ke kanan: Dalton, Roberta, Arthur, dan ibunya, Martha Gonzalez

Alice dan Frank Cardoza

Carl dan Martha Simons

[Kotak di hlm. 250]

”Ada yang Memerhatikan Kami!”

ALEJANDRO DAN REBECCA (BECKY) LACAYO

LAHIR 1950 dan 1949

BAPTIS 1966 dan 1959

PROFIL Setelah lulus Sekolah Gilead pada tahun 1972, mereka melayani sebagai utusan injil di El Salvador, Belize, Nikaragua, Meksiko, dan Honduras. Mereka sekarang melayani dalam pekerjaan keliling di Amerika Serikat tetapi tidak pernah melupakan saat mereka ikut dalam pekerjaan kemanusiaan di Belize.

◼ ”HURIKAN Keith sedang melanda daerah kami!” tulis Becky pada hari Senin, tanggal 2 Oktober 2000. ”Hujan terus turun selama kira-kira dua setengah hari tanpa henti.”

Keesokan harinya, setelah angin dan hujan mereda, Alejandro dan perintis istimewa Donald Niebrugge berhasil membawa beberapa perbekalan ke Ambergris Cay. Mereka dan dua penatua setempat mengunjungi setiap penyiar di kedua sidang di sana untuk memeriksa keadaan mereka.

”Pada hari Rabu,” kenang Becky, ”saudara-saudara dari berbagai bagian negeri membawa makanan, air, dan baju ke kantor cabang untuk saudara-saudari di pulau-pulau. Lobi dan ruang perpustakaan segera terisi dengan perbekalan.”

Sementara itu, Alejandro dan tiga saudara lain membawa perbekalan ke Cay Caulker, memberikan anjuran yang tepat waktu, dan berdoa bersama kelompok di sana. Para Saksi serta non-Saksi sangat tersentuh oleh kasih dan kepedulian saudara-saudari. ”Saya telah memberikan sumbangan ke gereja saya selama bertahun-tahun,” seorang wanita bersungut-sungut, ”tapi tidak ada yang datang dari gereja saya untuk menanyakan bagaimana keadaan saya.”

”Coba lihat orang-orang lain,” kata seorang saudari dengan air mata sukacita, ”dan sekarang, coba lihat kami! Ada yang memerhatikan kami!”

[Bagan/​Grafik di hlm. 244, 245]

LINTAS SEJARAH​—Belize

1923 James Gordon mengabar di Bomba.

1930

1933 Freida Johnson mengabar di Belize City.

1934 Thaddius Hodgeson memandu perhimpunan di toko rotinya.

1940

1941 Para penyiar pertama yang dibaptis di Belize City.

1945 Para utusan injil pertama tiba.

1946 Kantor cabang didirikan.

1950

1957 Utusan injil tidak diizinkan lagi.

1959 Kantor cabang, rumah utusan injil, dan Balai Kerajaan dibangun.

1960

1961 Utusan injil diizinkan lagi.

1961 Hurikan Hattie menghancurkan Belize.

1971 Pulau Bird digunakan untuk kebaktian untuk pertama kalinya.

1980

1988 Sebuah Balai Kebaktian dibangun di Ladyville.

1990

2000

2000 Hurikan Keith menerjang Belize.

2001 Kantor cabang Meksiko mengawasi Belize.

2002 Ditahbiskannya Balai Kerajaan ganda (kiri), rumah utusan injil, dan Balai Kebaktian yang direnovasi.

2010

[Grafik]

(Lihat publikasi)

Total Penyiar

Total Perintis

1.800

1.200

400

1930 1940 1950 1960 1980 1990 2000 2010

[Gambar]

Satu kapal penuh dengan saudara-saudari yang pergi ke kebaktian

[Peta di hlm. 209]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

MEKSIKO

GUATEMALA

Melchor de Mencos

LAUT KARIBIA

BELIZE

Ambergris Cay

San Pedro

Cay Caulker

DISTRIK COROZAL

Corozal

DISTRIK ORANGE WALK

Orange Walk

August Pine Ridge

DISTRIK BELIZE

Bomba

Santana

Crooked Tree

Black Creek

Ladyville

Belize City

DISTRIK CAYO

BELMOPAN

Benque Viejo

DISTRIK STANN CREEK

Stann Creek Valley

Dangriga

Hopkins

Seine Bight

DISTRIK TOLEDO

Mango Creek

Placencia

Monkey River Town

Punta Negra

San Antonio

Punta Gorda

Sundaywood

Barranco

Crique Sarco

Sungai Belize

PEG. MAYA

[Gambar penuh di hlm. 200]

[Gambar di hlm. 206]

Alphonsena Robateau dan Amybelle Allen bersama tiga saudara perintis istimewa

[Gambar di hlm. 207]

Herman dan Derrine Lightburn bersama Stephen, putra mereka

[Gambar di hlm. 210]

Sekelompok Saksi dengan pengeras suara, Belize City, 1940-an; (1) Thaddius Hodgeson, (2) George Longsworth

[Gambar di hlm. 213]

Elmer Ihrig meluaskan pelayanannya ke distrik-distrik yang jauh

[Gambar di hlm. 214]

Charles Heyen menganjurkan saudara-saudari untuk berhimpun secara teratur

[Gambar di hlm. 221]

Kantor cabang, rumah utusan injil, dan Balai Kerajaan di Belize City

[Gambar di hlm. 223]

Kebaktian wilayah berbahasa Spanyol pertama yang lengkap, di Balai Kerajaan di Orange Walk, 1968

[Gambar di hlm. 229]

Perintis istimewa, Marcial dan Manuela Kay

[Gambar di hlm. 230]

Desa Maya yang khas, Distrik Toledo

[Gambar di hlm. 240]

María dan Basilio Ah

[Gambar di hlm. 246]

Cecilia Pratt

[Gambar di hlm. 249]

Duduk di bawah tenda di kebaktian wilayah, Punta Gorda, 1960-an

[Gambar di hlm. 251]

Becky dan Alejandro Lacayo

[Gambar di hlm. 252, 253]

Bangunan baja di bawah, sekarang menjadi Balai Kebaktian (kanan)

Balai Kebaktian yang direnovasi

[Gambar di hlm. 254]

Saudara-saudari di lokasi Balai Kerajaan ganda, Belize City

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan