PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Terbang​—Masih Amankah?
    Sedarlah!—2002 | 8 Desember
    • Terbang​—Masih Amankah?

      EMPAT pesawat jet penumpang dibajak. Keempat-empatnya hancur berkeping-keping. Penghancuran bangunan penting yang terkenal. Gambar sebuah pesawat jet penumpang 767 yang menghantam salah satu Menara Kembar, ditayangkan berulang-ulang di televisi.

      Serangan 11 September 2001 mengantar kita memasuki era baru agresi teroris yang mencekam. Maskapai penerbangan menjadi sarana untuk mencapai tujuan yang memautkan, dan pesawat terbang menjadi bom molotov.

      Akibatnya, muncullah suatu pola baru berupa penumpang yang ketakutan: Orang-orang yang dahulu merasa aman tetapi sekarang terguncang oleh kemungkinan serangan teroris. Selain itu, serangkaian kecelakaan pesawat yang fatal tetapi tidak berkaitan dengan terorisme setelah tanggal 11 September telah membuat banyak orang semakin takut terbang.

      Memang, perjalanan udara adalah kemewahan yang tak terjangkau oleh jutaan orang di seluas dunia. Akan tetapi, bagi yang lain, terbang adalah suatu kebutuhan rutin. Bagi orang-orang yang pekerjaannya mengharuskan mereka mengadakan banyak perjalanan bisnis, naik pesawat adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Para utusan injil dan rohaniwan Kristen sering kali harus menempuh penerbangan panjang ke dan dari tempat tugas mereka. Bahkan bagi orang miskin, pesawat kadang-kadang merupakan satu-satunya sarana transportasi yang cocok sewaktu timbul keadaan darurat medis. Dan, ribuan pilot dan kru penerbangan hidup dari terbang.

      Banyak penumpang pesawat ini, yang mungkin dirinya sendiri cemas, masih harus menenangkan teman hidup yang waswas dan anak-anak yang ketakutan sebelum mereka meninggalkan rumah. Dan, seraya prosedur pemberangkatan yang tadinya rutin berubah menjadi pengalaman yang menyiksa, para pelancong bertanya-tanya apakah terbang masih merupakan cara bepergian yang terbaik.

      Untuk mengulas permasalahan ini, Sedarlah! berkonsultasi dengan para pakar keamanan, personel bandara, petugas maskapai penerbangan, dan pekerja pemeliharaan pesawat. Tampaknya, mereka semua sepakat tentang hal ini: Meskipun penerbangan masih merupakan sarana teraman untuk bepergian, ancaman-ancaman baru menuntut cara-cara baru untuk meningkatkan keamanan para penumpang.

      Artikel berikut akan mengkaji tantangan yang tersangkut dan apa yang dapat Anda lakukan secara pribadi untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan Anda sewaktu terbang.

  • Upaya untuk Penerbangan yang Lebih Aman
    Sedarlah!—2002 | 8 Desember
    • Upaya untuk Penerbangan yang Lebih Aman

      HANYA beberapa minggu sebelum tanggal 11 September, Alex merasa bahwa ia hampir berhasil menaklukkan rasa takutnya untuk terbang. Seraya pesawat penumpang yang ia naiki melesat dari Athena menuju Boston, manajer humas berusia 42 tahun ini mulai mengalami serangan panik ringan​—jantungnya mulai berdebar-debar dan telapak tangan dan dahinya berkeringat.

      Tetapi, ia tahu apa yang perlu ia lakukan. Ahli terapi yang mencoba membantu dia mengatasi rasa takut terbangnya telah memberi tahu dia untuk menarik napas dalam-dalam, membayangkan pemandangan yang indah, dan mencengkeram kuat-kuat sandaran tangan, lalu melepaskannya empat kali setiap menit. Ketika turbulensi dan suara-suara yang menakutkan hampir membuatnya panik dan tak berdaya, Alex membayangkan dirinya berada di sebuah pantai yang tenang. ”Saya mengira telah membuat kemajuan yang nyata,” kata Alex.

      Jutaan penumpang pesawat mengalami takut untuk terbang. Pada tahun-tahun belakangan ini, banyak yang mencari bantuan ke kursus-kursus yang dirancang untuk mengatasi rasa takut terbang, sering kali atas bujukan keluarga, majikan, dan maskapai penerbangan, yang semuanya ingin mendorong mereka untuk mau terbang. Bagi kebanyakan penumpang, kursus-kursus itu terbukti bermanfaat; banyak klinik membanggakan tingkat kesuksesan hingga 90 persen.

      Tetapi, peristiwa 11 September mengubah semuanya. Alex langsung berhenti dari kursus yang ia jalani. Dan, yang mengecewakan majikannya, ia juga membatalkan rencana untuk terbang menemui seorang calon klien yang bergengsi. ”Rasa takut saya untuk terbang ditambah serangan teroris,” kata Alex, ”tidak dapat lagi saya atasi. Terapi tidak mempersiapkan saya untuk hal itu.”

      Keamanan Sedang Diperiksa dengan Cermat

      Para penumpang yang resah juga menyatakan bahwa pertanyaan rutin yang diajukan kepada para penumpang yang naik ke pesawat diajukan kepada para pembajak pada tanggal 11 September itu, seperti, ”Adakah seseorang yang tidak Anda kenal meminta Anda membawakan suatu barang dalam penerbangan ini? Adakah barang bawaan Anda dalam perjalanan ini yang lepas dari pengawasan Anda sejak saat Anda mengepaknya?” Pastilah para pembajak memberi jawaban yang sama dengan jawaban kebanyakan orang, ”Tidak!” Beberapa pakar keamanan juga memandang keberhasilan para pembajak naik ke pesawat sebagai bukti longgarnya keselamatan perjalanan udara. ”Tidak seorang pun atau apa pun yang dapat memaksakan perubahan,” ujar Jim McKenna, mantan direktur Aliansi Keselamatan Penerbangan (ASA). ”Perpaduan empat pesawat yang dibajak dan dihancurkan itu, dengan ribuan orang yang tewas, mungkin cukup untuk memaksakan perubahan itu.”

      Sebagai dampak lanjutan kehancuran yang memautkan itu, seluruh wilayah bandara dan keamanan pesawat sedang diperiksa dengan cermat dan intensif. Dalam sebuah dengar pendapat di kongres, inspektur jenderal Departemen Perhubungan AS, Kenneth M. Mead, menyatakan, ”Terlepas dari tuntutan keamanan yang sudah ada dan yang baru, masih ada celah-celah keamanan yang mengkhawatirkan serta beberapa . . . titik rawan yang perlu ditutup.” Apa yang sedang dilakukan untuk menutup celah-celah itu?

      Skrining terhadap Ancaman Keamanan Potensial

      Sewaktu seorang petugas keamanan senior pada sebuah maskapai penerbangan besar AS ditanya apakah ia takut terbang, ia menjawab tanpa ragu-ragu, ”Tidak, saya percaya pada CAPS.” Yang ia maksudkan adalah sebuah sistem yang disebut Computer Assisted Passenger Screening (Skrining Penumpang dengan Bantuan Komputer), yang mencatat setiap tiket yang dijual oleh maskapai penggunanya. Sistem ini menunjukkan apakah selembar tiket dibeli dari kantor tiket maskapai atau biro perjalanan atau melalui Internet. Sistem itu mencatat data-data lain seperti apakah penumpang itu terbang sendirian atau bersama anggota keluarga atau dengan rekan lainnya, serta perincian seperti hal apa pun yang diketahui tentang keterkaitan kriminalnya atau kasus-kasus perbuatannya yang tercela terhadap maskapai, personelnya, atau propertinya.

      Setiap kali penumpang check-in di bandara, informasi ini akan diverifikasi dan diperbarui dengan data terakhir, termasuk respons orang itu terhadap pertanyaan-pertanyaan skrining. Perincian yang tepat dari data yang terkumpul dan pemrosesannya serta metode penentuan profil (analisis data untuk menentukan apakah seseorang merupakan ancaman keamanan potensial) yang digunakan masih merupakan salah satu rahasia yang paling ketat dijaga oleh maskapai. Berbagai sistem yang mirip dengan CAPS digunakan di seputar dunia, beberapa memiliki hubungan langsung ke pemerintah dan lembaga kepolisian internasional lainnya, seperti Interpol. Di banyak bandara Eropa, sistem pemeriksaan paspor dapat mencatat dan melacak riwayat penerbangan dan perjalanan seorang penumpang dari sebuah negara ke negara lainnya.

      Penentuan profil ini dilakukan dengan asumsi bahwa orang-orang yang berniat jahat merupakan ancaman keamanan potensial yang lebih berbahaya daripada barang-barang yang dijinjing dan yang dimasukkan ke bagasi. Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan keamanan bandara, berbagai peralatan biometrik dan kartu pintar adalah pilihan yang sedang dipertimbangkan atau diterapkan.

      Selain penentuan profil penumpang, upaya mencegah barang dan senyawa berbahaya masuk ke dalam pesawat adalah masalah penting lain yang tercakup dalam keamanan bandara. Skrining yang dilakukan dengan mesin sinar-X ada keterbatasannya. Personel keamanan bandara merasa sulit untuk tetap tanggap selama periode yang panjang, karena menatap gambar sinar-X yang buram dari barang-barang yang lewat di depan mata mereka bisa menjadi pengalaman yang membosankan. Pada waktu yang sama, magnetometer berulang-ulang membunyikan alarm palsu, mendeteksi kunci rumah, uang logam, dan gesper ikat pinggang.

      Undang-Undang yang Lebih Ketat

      Untuk mengimbangi keterbatasan tersebut, pemerintah menanggapi dengan mengeluarkan undang-undang yang memperketat keamanan bandara. Di Amerika Serikat, undang-undang ini mengharuskan tas dimasukkan ke pesawat hanya jika penumpangnya ikut naik, barang yang dibawa ke kabin diperiksa secara menyeluruh, dan skrining terhadap semua barang yang masuk bagasi untuk mencari bahan peledak, kesemuanya ini sudah harus diterapkan pada akhir tahun 2002. Pintu-pintu kokpit sedang diperkuat dan dibuat lebih aman. Pelatihan tambahan untuk menghadapi krisis disediakan bagi personel maskapai. Para polisi udara bersenjata juga telah ditempatkan dalam penerbangan komersial.

      Dalam minggu-minggu dan bulan-bulan setelah peristiwa 11 September itu, para penumpang diperiksa dengan diraba dan barang-barang diperiksa satu per satu di banyak bandara seputar dunia. Dalam banyak kasus, penggeledahan dilakukan sekali lagi terhadap para penumpang dan barang bawaan. Tindakan pencegahan jenis ini sudah biasa bagi para pelancong Eropa, yang melihat hal itu diterapkan secara luas selama tahun 1970-an, manakala pembajakan mencapai puncaknya. Sekarang, para penumpang dilarang membawa alat-alat tajam apa pun ke dalam pesawat. Hanya penumpang bertiket yang diperbolehkan melewati pos pemeriksaan. Banyak penumpang sudah terbiasa dengan antrean check-in yang lebih panjang dan keberadaan personel militer bersenjata di terminal bandara.

      Perhatian Khusus pada Pemeliharaan

      Bayangkan situasi yang sering terjadi ini: Setelah berhasil melewati sejumlah pemeriksaan bandara, akhirnya penumpang sampai di pintu gerbang keberangkatan, menunggu panggilan dari agen maskapai untuk naik ke pesawat. ”Anda sudah dengar?” kata penumpang berjas abu-abu di sebelahnya. ”Ada penundaan karena masalah mekanis.” Ia menunjukkan gerak-gerik putus asa dan menambahkan, ”Saya harap mereka tidak menerbangkan kita tanpa mesin!”

      Yang tidak disadari oleh kebanyakan penumpang adalah bahwa lembaga penerbangan memiliki sistem pemeriksaan yang ketat dan cermat. Kebutuhan akan perbaikan diantisipasi melalui pemantauan buku riwayat mesin pesawat secara saksama. Sebenarnya, lembaga semacam itu mengharuskan pesawat dan mesinnya menjalani pemeriksaan dan perawatan yang saksama menurut jadwal yang ketat​—jauh lebih sering daripada mobil pada umumnya​—sekalipun pesawatnya sama sekali tidak pernah bermasalah.

      Petugas pemeliharaan pada sebuah maskapai besar dapat memberi kesaksian tentang hal ini. ”Selama hampir 15 tahun berkecimpung dalam industri ini,” ujarnya, ”saya belum pernah melihat, berbicara, atau mengamati seseorang yang bekerja di bagian pemeliharaan yang tidak menganggap masalah keselamatan dengan sangat serius. Bagaimanapun juga, teman dan keluarga sang karyawan juga terbang dengan pesawat yang mereka tangani, sehingga mereka tidak mau mengambil risiko.”

      Tanggung jawab pribadi merupakan beban yang sangat berat di pundak teknisi dan pekerja pemeliharaan pesawat. Seorang dari mereka mengenang, ”Saya tidak akan pernah melupakan malam saat kami kehilangan sebuah DC-10 di Sioux City, Iowa. Pada waktu itu, saya bekerja sebagai teknisi pesawat, dan pekerjaan saya adalah melakukan inspeksi dan perbaikan kecil dalam bagian ekor pesawat jenis yang sama. Hingga saat ini, kami memiliki sedikit sekali informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pesawat yang jatuh itu. Saya ingat malam itu saya benar-benar tenggelam dalam pekerjaan saya, sambil bertanya-tanya, ’Apa yang terjadi dengan pesawat itu? Mungkinkah orang lain melewatkan sesuatu yang barangkali dapat saya cari tahu sekarang dan dengan demikian mencegah tragedi semacam itu terulang lagi? Apakah saya melakukan semuanya tepat seperti yang seharusnya saya lakukan?’ Saya menghabiskan banyak waktu di bagian ekor pesawat pada malam itu, terus memeriksa dan berpikir.”

      Para teknisi pesawat tetap diberi pelatihan dalam semua bidang pekerjaan mereka, dari tugas-tugas rutin hingga keterampilan lanjutan dalam pemeriksaan dan perbaikan. Kursus-kursus pelatihan kru diperbarui setiap tahun untuk memastikan segala macam situasi yang terpikirkan yang mungkin dihadapi, dari yang biasa sampai yang luar biasa.

      Setelah sebuah tragedi pesawat terbang, data yang terkumpul dianalisis dan dimasukkan ke dalam simulator. Para pilot penguji dan insinyur pesawat menerbangkan simulator itu untuk melihat solusi apa yang mungkin dapat mereka temukan sehingga kru pesawat dapat mengatasi problem serupa dengan lebih baik di masa mendatang. Kemudian, sebuah program pelatihan yang berkaitan dengan hal ini diselenggarakan bagi kru pesawat sehingga instruksi yang spesifik dapat diberikan. Pemeriksaan seperti ini juga menyebabkan perubahan pada desain pesawat dan komponennya, dengan harapan bahwa kegagalan semacam itu dapat ditarik hikmahnya dan dengan demikian dapat dikurangi.

      Seorang pekerja pemeliharaan menyimpulkan, ”Kami semua diberi tahu bahwa ’keselamatan tidak terjadi karena kebetulan​—hal itu harus direncanakan’.”

      Mengudara Lagi

      Setelah empat bulan sengaja tidak terbang, Alex memutuskan bahwa kinilah saatnya untuk mengatasi fobianya. Keberadaan petugas polisi dan pengawal nasional di Bandara Internasional Logan di Boston tampak tidak mengganggunya. Barisan panjang check in dan penggeledahan terhadap barang-barangnya sama sekali tidak membuatnya kesal.

      Bagi Alex, hal-hal ini merupakan tanda yang menenteramkan dalam upayanya sendiri untuk menikmati penerbangan yang lebih aman. Ia masih sedikit berkeringat dan jantungnya agak berdebar-debar. Akan tetapi, seraya Alex meletakkan barang bawaannya yang telah digeledah di laci kabin, ia mengatakan, ”Sekarang, saya merasa lebih baik.”

      [Kotak/Gambar di hlm. 5]

      Fakta tentang Penerbangan

      Menurut perkiraan, rasa takut terbang dialami oleh sebanyak 1 dari 5 penumpang. Akan tetapi, tidak semuanya merasa bahwa penerbangan tidak aman. Sering kali, kekhawatiran mereka berasal dari fobia lainnya, seperti takut ketinggian atau keramaian.

      [Bagan di hlm. 8]

      SEBERAPA BESAR KEMUNGKINAN KECELAKAAN FATAL?

      Kemungkinan dalam setahun Kemungkinan dalam seumur

      ialah 1 banding: hidup 1 banding:

      Kendaraan bermotor 6.212 81

      Pembunuhan 15.104 197

      Mesin 265.000 3.500

      Kecelakaan pesawat terbang 390.000 5.100

      Tenggelam di bak mandi 802.000 10.500

      Binatang, tanaman berbisa 4,2 juta 55.900

      Kilat 4,3 juta 56.000

      [Keterangan]

      Sumber: National Safety Council

      [Gambar di hlm. 6]

      Keamanan bandara yang meningkat

      [Keterangan]

      AP Photo/Joel Page

      [Gambar di hlm. 7]

      Penentuan profil dan skrining penumpang

      [Gambar di hlm. 7]

      Pemeliharaan yang lebih baik

      [Gambar di hlm. 8]

      Para pilot adalah profesional yang sangat terlatih

  • Sadarlah Akan Keselamatan
    Sedarlah!—2002 | 8 Desember
    • Sadarlah Akan Keselamatan

      TERBANG setinggi 11 kilometer di atas bumi bisa menjadi pengalaman yang menakutkan bagi beberapa orang. Hal itu sepertinya melawan hukum alam. Seraya standar keselamatan dan keterandalan perjalanan udara mencapai puncaknya yang baru, bahaya-bahaya yang mungkin terjadi sewaktu melesat melintasi atmosfer dalam sebuah tabung logam yang tipis telah diminimalkan. Akan tetapi, sekali waktu, kenyataan pahit mengingatkan kita bahwa kecelakaan dapat saja terjadi.

      Mengatasi Rasa Takut

      Terlepas dari kenyataan itu, sejak lama berselang, manusia telah mengungkapkan suatu hasrat untuk terbang. Sepuluh abad sebelum Masehi, Raja Daud menulis, ”Oh, sekiranya aku bersayap seperti merpati! Aku akan terbang.” (Mazmur 55:6) Sebagaimana yang telah diperlihatkan, teknologi modern telah menjadikan penerbangan salah satu bentuk transportasi yang teraman. Memang, hal itu tidak sempurna. Tidak satu hal pun di dunia ini yang secara sempurna aman atau dapat diprediksi sepenuhnya.

      Hal itu sangat penting untuk diingat seandainya kita merasa sulit untuk bereaksi secara rasional sewaktu orang lain yang memegang kendali. Beberapa orang mungkin cenderung berpikir, ’Semakin banyak yang dapat saya kendalikan, semakin kurang menyeramkan situasinya.’ Jika itu masalahnya, orang-orang semacam itu mungkin mengalami kesulitan dalam situasi-situasi manakala mereka memiliki sangat sedikit atau tidak ada kesempatan untuk menjalankan kendali. Perjalanan udara merupakan salah satu dari situasi-situasi tersebut.

      Terlepas dari upaya untuk meningkatkan keselamatan penerbangan, tidak seorang pun hendaknya cepat berpuas diri. Semua yang tersangkut dengan perjalanan udara dapat bekerja sama dalam meminimalkan bahaya keselamatan yang potensial. Namun, pihak berwenang memperingatkan akan ancaman yang terus ada. Sebuah peribahasa yang bijak dari Alkitab mengatakan, ”Orang yang bijaksana menghindar apabila melihat bahaya.” (Amsal 22:3, Bahasa Indonesia Sehari-hari) Adalah bijaksana untuk menyadari adanya unsur risiko dalam hampir setiap kegiatan. Untuk memiliki kerangka berpikir yang benar, ingatlah bahwa penerbangan menuntut tindakan pencegahan yang masuk akal yang serupa dengan yang akan Anda ambil untuk melindungi keselamatan Anda dalam situasi lain.

      Orang-orang yang sering terbang boleh jadi lebih diperlengkapi untuk mengurus diri mereka sendiri pada masa-masa sulit ini. Hal ini dikarenakan orang yang sering bepergian umumnya lebih terbiasa dengan bandara dan pesawat terbang dibanding penumpang lain. Anda dapat memperoleh keterbiasaan dan ketenangan seperti mereka dengan mengikuti langkah-langkah sederhana yang diuraikan dalam kotak pada artikel ini.

      Menjelajah dengan Nyaman

      Meskipun pos-pos pemeriksaan keamanan bermanfaat dan perlu, beberapa orang yang bepergian​—khususnya yang sedang tergesa-gesa​—cenderung menganggapnya sebagai gangguan. Mengingat keamanan di kebanyakan bandara sedang ditingkatkan, Anda bisa menerapkan saran-saran berikut untuk melewati pos pemeriksaan dengan lebih mudah:

      ◼ Datanglah lebih awal. Dengan merencanakan untuk mempunyai waktu ekstra di bandara sebelum keberangkatan, Anda akan rileks, tidak terburu-buru, dan menghindari stres akibat hal-hal tak terduga atau ketidaknyamanan yang timbul.

      ◼ Sewaktu memilih maskapai penerbangan, carilah maskapai yang terutama digunakan oleh orang yang bepergian untuk bisnis. Mereka berpengalaman, membawa sedikit barang, dan menginginkan semuanya serbacepat.

      ◼ Sebelum Anda berjalan melewati pintu detektor logam, tanggalkan barang-barang yang menurut Anda dapat memicu alarm. Hal ini mencakup kunci, koin, perhiasan, dan ponsel. Serahkan barang-barang tersebut kepada petugas seraya Anda hendak melangkah melewati pintu itu.

      ◼ Rebahkan tas dan bawaan lainnya sesejajar mungkin di atas ban berjalan; jika petugas di belakang monitor sinar-X melihat gambar yang tumpang tindih, ia mungkin akan meminta Anda membongkar tas Anda atau melewatkannya sekali lagi.

      ◼ Sebutkan barang apa pun yang Anda antisipasi akan menarik perhatian kepada petugas, misalnya mandolin perak antik dari nenek Anda. Jika sang petugas puas dengan penjelasan yang masuk akal akan gambar aneh pada monitor, kecil kemungkinan baginya untuk bersikeras memeriksanya. Jika waktu Anda benar-benar sempit, keluarkan barang itu lebih awal dan mintalah untuk diperiksa langsung.

      ◼ Jika alarm berbunyi, bekerjasamalah dan segera berikan penjelasan. Jika petugas tahu bahwa bunyi alarm itu disebabkan oleh barang yang tersembunyi, ia akan mengisyaratkan Anda untuk mendekati rekannya yang memiliki tongkat detektor logam.

      ◼ Satu cara yang pasti untuk tidak jadi terbang adalah bergurau tentang pembajakan atau bom. Selain mengalami penggeledahan yang saksama oleh petugas keamanan bandara, Anda bisa dituduh melakukan kejahatan.

      Semoga Penerbangan Anda Aman!

      Mungkinkah memilih penerbangan yang aman? Ya, tentu saja. Tidak soal penerbangan apa yang Anda pilih, peluang Anda untuk tiba dengan selamat sangat bagus. Jika kurang yakin, cari tahulah tentang riwayat keselamatan maskapai yang ingin Anda gunakan. Ingatlah bahwa meskipun ada kecelakaan udara, penerbangan masih dianggap salah satu cara teraman untuk mengadakan perjalanan.

      Sementara itu, kita semua dapat menantikan suatu masa​—di bawah pemerintahan Allah atas bumi—manakala ada keselamatan, keamanan, dan kepercayaan. Dalam keluarga umat manusia yang penuh damai dan takut akan Allah, tidak akan ada tempat bagi siapa pun yang berisiko merenggut kehidupan manusia. Orang-orang ”akan hidup dengan aman dan tenteram tanpa takut akan bencana”.​—Amsal 1:33, Holy Bible​—Contemporary English Version.a

      [Catatan Kaki]

      a Untuk artikel yang berkaitan, lihat ”Membuat Perjalanan Udara Lebih Aman”, Sedarlah!, 22 September 2000; ”Semoga Penerbangan Anda Aman!” Sedarlah!, 8 September 2000; ”Apa yang Membuatnya Tetap Laik Terbang?” Sedarlah!, 8 September 1999; ”Seberapa Amankah Pesawat Terbang?” Sedarlah!, 8 Maret 1999; ”Fear of Flying​—Does It Keep You Grounded?” Awake!, 22 September 1988.

      [Kotak/Gambar di hlm. 10, 11]

      BEBERAPA KIAT KESELAMATAN

      Gunakan penerbangan nonstop. Kebanyakan kecelakaan terjadi selama lepas landas, naik, turun, atau fase pendaratan dari penerbangan. Terbang nonstop akan mengurangi jumlah fase penerbangan yang paling rawan kecelakaan ini.

      Pilihlah pesawat terbang yang lebih besar. Pesawat yang memiliki lebih dari 30 tempat duduk umumnya dirancang dan dijamin memenuhi persyaratan yang lebih ketat daripada pesawat yang lebih kecil. Selain itu, sekalipun jarang sekali terjadi dalam kasus kecelakaan serius, pesawat yang lebih besar memberikan kemungkinan keselamatan yang lebih besar bagi penumpang.

      Perhatikanlah petunjuk keselamatan sebelum lepas landas. Meskipun informasinya tampaknya sudah sering diulang-ulang, lokasi pintu darurat terdekat mungkin tidak sama, bergantung pada pesawat dan tempat duduk Anda.

      Jangan menaruh barang yang berat di laci kabin di atas kepala Anda. Laci kabin di atas kepala mungkin tidak sanggup menahan barang yang sangat berat selama turbulensi, maka jika Anda membawa barang yang akan sulit diangkat ke dalam laci kabin, masukkan barang itu ke bagasi pesawat.

      Kenakanlah sabuk pengaman sewaktu Anda duduk. Dengan tetap mengenakan sabuk sewaktu Anda duduk, Anda mendapat perlindungan tambahan yang mungkin Anda perlukan jika pesawat secara tak terduga mengalami turbulensi.

      Dengarkanlah kata-kata awak kabin. Alasan utama keberadaan awak kabin di pesawat adalah demi keselamatan, maka jika salah seorang dari mereka meminta Anda melakukan sesuatu, lakukan itu terlebih dahulu dan ajukan pertanyaan belakangan.

      Jangan membawa barang berbahaya apa pun. Ada daftar yang cukup panjang tentang barang-barang berbahaya yang tidak boleh dibawa, tetapi dengan akal sehat Anda pasti tahu bahwa Anda tidak boleh membawa bensin, bahan-bahan korosif, dan benda sejenis lainnya di pesawat kecuali diizinkan oleh maskapai dan dikemas dalam wadah yang cocok.

      Jangan minum terlalu banyak. Minuman beralkohol apa pun yang Anda konsumsi akan lebih kuat pengaruhnya bagi Anda di udara daripada di atas permukaan laut. Kesahajaan adalah haluan yang bijak pada ketinggian berapa pun.

      Tetaplah waspada. Seandainya terjadi peristiwa yang tak diharapkan berupa situasi darurat, seperti tindakan pencegahan evakuasi darurat, Anda harus mengikuti pengarahan awak pesawat dan keluarlah dari pesawat secepat mungkin.

      [Keterangan]

      Sumber: AirSafe.com

      [Kotak/Gambar di hlm. 12]

      MENENTERAMKAN KELUARGA ANDA

      Jika Anda bepergian, berikut ini diperlihatkan cara Anda dapat membantu keluarga Anda untuk mengatasi kerisauan mereka.

      Bicaralah dengan keluarga Anda. Sebelum Anda berangkat, luangkan waktu bersama orang-orang yang Anda kasihi untuk membahas tentang keselamatan Anda dan juga keselamatan mereka. Jelaskan standar keselamatan baru yang telah diambil dan apa artinya hal itu bagi keselamatan Anda sewaktu bepergian.

      Biarkan mereka mengungkapkan kerisauan mereka. Biarkan keluarga Anda membicarakan kekhawatiran mereka. Mereka menyayangi Anda dan ingin Anda selamat. Dengarkanlah dengan saksama dan tidak mengkritik, menanggapi semua rasa takut dan kerisauan mereka dengan serius.

      Berikan penghiburan yang tulus. Bicarakan tentang bagaimana berbagai lembaga sedang berupaya mencegah serangan teroris berikutnya. Upaya ini mencakup standar pengamanan yang semakin ketat di bandara serta di dalam pesawat. Jadi, kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk sewaktu Anda di dalam pesawat sangatlah kecil.

      Tetaplah berhubungan. Berjanjilah untuk menghubungi mereka sewaktu Anda tiba di tempat tujuan. Tetaplah menghubungi rumah secara teratur sewaktu Anda tidak ada di tempat. Dan, penting juga agar keluarga Anda tahu bagaimana menghubungi Anda bila keadaan darurat timbul.

      [Keterangan]

      Diambil dari situs Web United Behavioral Health

      [Gambar di hlm. 10]

      Bersedialah bekerja sama di pos-pos pemeriksaan keamanan

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan