Laporan Sedunia
Afrika
MESKIPUN terdapat kekeringan, kelaparan, tingkat inflasi yang tinggi, pelarangan, dan tentangan agama, saudara-saudara kita di Afrika dengan setia terus melakukan apa yang dikatakan Mazmur 105:1, ”Bersyukurlah kepada [Yehuwa], serukanlah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa!” Gairah mereka telah terbukti cepat menular.
Dua saudara di Benin merasa bahagia sewaktu ditugaskan sebagai perintis istimewa di daerah terpencil di negara itu. Di daerah penugasan mereka, tidak ada Balai Kerajaan, perhimpunan, atau rekan-rekan Saksi. Dua minggu setelah mereka tiba, mereka menyimpulkan, ”Tidak seorang pun dapat menghadiri perhimpunan-perhimpunan jika tidak diadakan semacam pertemuan untuk mengundang orang-orang.” Jadi mereka mulai memimpin seluruh lima corak perhimpunan. Menjelang akhir bulan pertama, dua peminat mulai hadir. Dua bulan kemudian, kedua perintis melihat adanya kebutuhan untuk mendirikan sebuah Balai Kerajaan. Seorang peminat menyumbang cukup besar, dan peminat lainnya menyediakan bahan-bahan bangunan. Tiga minggu setelah itu, 40 orang menghadiri khotbah istimewa, meskipun Balai Kerajaan belum selesai sepenuhnya. Tujuh puluh satu orang menghadiri Perjamuan Malam, dan kemudian pada bulan itu, 113 berkumpul untuk mendengar khotbah umum yang disampaikan oleh pengawas wilayah. Semua ini dicapai hanya dalam lima bulan!
Banyak orang menyatakan kekaguman sewaktu mereka melihat Saksi-Saksi Yehuwa bekerja bersama-sama dalam proyek-proyek Balai Kerajaan. Seorang pastor Katolik Roma di Afrika Selatan mengakui, ”Saya pernah mengunjungi Vatikan, namun saya tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Orang-orang dari segala ras bekerja bersama-sama dalam persatuan. Orang-orang kulit putih datang untuk mendirikan bangunan di daerah kulit hitam dan bagi orang-orang kulit hitam, mempertaruhkan nyawa mereka karena orang-orang kulit putih diserang di kota-kota kulit hitam.”
Yehuwa senang bila kita memohon berkat-Nya atas dinas kita. Akan tetapi, jika kita ingin mendapat berkat, Ia mengharapkan kita dimotivasi oleh iman dan memperlihatkan gairah untuk meluaskan dinas kita kepada-Nya. Seorang Saksi di Nigeria menjelaskan betapa benarnya hal ini baginya, ”Pada bulan Agustus 1988, di Sekolah Dinas Perintis, kami diberi tahu mengenai melayani di tempat-tempat yang membutuhkan lebih banyak tenaga. Saya mulai menabung untuk pindah dan merencanakan untuk berhenti dari pekerjaan saya pada bulan Maret 1989. Saya menghadap pimpinan saya dan meskipun saya telah ditawarkan promosi jabatan, saya mengatakan bahwa saya merencanakan akan pindah ke daerah pedesaan untuk ikut serta dalam pekerjaan pengabaran. Ia berkata, ’Kau tidak tahu apa yang kaulakukan. Kau akan sengsara. Pulanglah dan pikirkan baik-baik.’
”Setibanya di rumah, saya menaruh dua tanda pengenal saya di atas meja—kartu perintis dan kartu pegawai. Saya mengevaluasi keduanya. Mazmur 90:10 terlintas dalam benak saya. Rata-rata umur orang hanya 70 tahun; jika kuat kita hanya dapat mencapai 80 tahun. Kala itu, saya berusia 30 tahun, jadi saya hitung-hitung, hidup saya tinggal 40 tahun lagi. Saya kalikan pendapatan tahunan saya dengan 40 dan mendapati bahwa jumlah keseluruhannya bahkan tidak cukup untuk membeli sebuah mobil! Saya berpikir, pekerjaan ini tidak menghasilkan sesuatu yang berarti buat saya. Maka, saya kembali menghadap pimpinan saya dan menyerahkan surat pengunduran diri. Ia berkata, ’Kau sudah gila. Kau akan mati kelaparan.’ Sejak itu, saya melayani di tiga daerah di negara tersebut. Sungguh merupakan sukacita bagi saya untuk membantu mendirikan dua sidang. Sewaktu saya bertemu bekas pimpinan saya baru-baru ini, yang pertama kali dikatakannya adalah, ’Kau menipu saya. Dulu kaubilang kau tidak mendapat gaji, tapi alangkah baiknya penampilanmu!’”
Di Zaire selama tahun dinas 1992, kesaksian terbesar di negara itu diberikan. Pergolakan politik, sosial dan ekonomi tidak menghalangi lebih dari 67.000 penyiar yang rendah hati dengan giat memberitakan kabar baik dan menjadikan murid. Lebih dari 140.000 pelajar Alkitab dan hampir 300.000 hadirin Perjamuan Malam memperlihatkan adanya potensi di masa depan. Meskipun tingkat inflasi yang tinggi dan pergolakan sipil di Zaire telah mendatangkan kesukaran bagi saudara-saudara kita ini, suatu kesaksian yang mengesankan tetap diberikan pada bulan September 1991, sewaktu suatu kerusuhan membuka peluang kepada perampokan di pusat-pusat pemukiman penduduk yang utama. Ribuan ”kristiani” yang telah pergi ke gereja pada hari Minggu bekerja membabi buta pada hari Senin dan Selasa untuk menimbun barang-barang rampokan sebanyak mungkin, bahkan mengirimkan anak-anak mereka ke banyak tempat untuk merampok kemudian membawa pulang barang-barang curian tersebut. Sejumlah pengamat mengatakan bahwa pastor-pastor mereka memiliki pakaian baru dan mendapat barang-barang rumah tangga setelah peristiwa perampokan. Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut serta dalam merampas atau menerima barang-barang curian. Di desa Simfo, propinsi Shaba, seorang guru sekolah menanyakan murid-muridnya gereja mana yang tidak ikut serta dalam perampokan. Dengan suara bulat, mereka menjawab ”Saksi-Saksi Yehuwa”. ”Mereka bahkan tidak mau memakan makanan curian.”
Buku Pencarian Manusia Akan Allah telah disambut baik di Pantai Gading. Seorang saudari dari negeri itu menceritakan, ”Sewaktu saya sedang memimpin sebuah pengajaran Alkitab, orang yang saya ajar bertanya, ’Mengapa ada begitu banyak agama yang berbeda padahal hanya ada satu Pencipta?’ Saya menawarkan buku Pencarian Manusia Akan Allah kepadanya. Ia terkesan hanya dengan melihat sekilas daftar isi buku tersebut. Lalu ia berseru, ’Kalian Saksi-Saksi Yehuwa memiliki jawaban atas semua pertanyaan, dan saya yakin bahwa kalian memiliki kunci untuk mendapatkan kebenaran. Tetapi, saya benar-benar merasa sulit mempraktikkannya karena ada begitu banyak hukum.’ Saya menunjuk kepada 1 Yohanes 5:3, yang bunyinya ’perintah-perintah Yehuwa itu tidak berat’, dan menambahkan bahwa Yehuwa memberi kita hukum demi kesejahteraan fisik dan rohani kita sendiri. Saya meyakinkannya, ’Jika Anda belajar Alkitab dengan saksama, Anda akan melihat nilai dari hukum-hukum ilahi ini.’ Ia setuju dan memperlihatkan penghargaan yang sungguh-sungguh atas kebenaran.”
Saksi-Saksi di Afrika memiliki alasan istimewa untuk menyatakan syukur kepada Yehuwa. Pembatasan secara hukum telah dicabut dari pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di Ethiopia, Ghana, Kenya, Kongo, Ruanda, Togo, dan Zambia. Ini telah amat memudahkan saudara-saudara kita untuk melakukan pekerjaan pemberitaan Kerajaan mereka. Yehuwa benar-benar ’membuka palang-palang pintu penjara’ untuk mengizinkan orang-orang berhati jujur datang memasuki organisasi-Nya.—Yes. 43:14.
Di salah satu negeri tersebut, seorang saudara yang pernah melayani dalam pekerjaan wilayah dan distrik berhenti dari pelayanan tersebut untuk merawat orang-tuanya yang lanjut usia. Pada waktu itu, hanya seorang dari sanak-saudaranya yang sudah dibaptis, tetapi sekarang empat orang lagi telah dibaptis. Salah seorang dari antara mereka mengeluh, ”Seandainya saya menerima kebenaran lebih cepat, saya dapat merawat Ayah dan Ibu dan kamu dapat terus melayani dalam pekerjaan keliling.” Saudara tersebut menjawab, ”Meskipun saya kembali ke kampung, saya puas dan bahagia melihat sanak-saudara saya menerima kebenaran.”
Di negeri lainnya, pekerjaan seorang saudara sebagai satpam menghalangi dia untuk ikut serta sepenuhnya dalam kegiatan-kegiatan teokratis. Sewaktu menerima uang cuti, ia memperhatikan bahwa kasir telah memberinya uang sejumlah dua kali lipat dari yang semestinya. Tentu saja, saudara ini memberitahukan kesalahan ini kepada kasir itu dan mengembalikan kelebihan uang tersebut. Kasir itu menceritakan hal ini kepada manajer, yang memberikan piagam kejujuran kepada saudara ini dan juga untuk arsip perusahaan. Beberapa waktu kemudian, perusahaan membuka lowongan untuk pekerjaan akuntan, dan sekitar 30 karyawan melamar untuk kedudukan tersebut. Kebanyakan pelamar memiliki kualifikasi yang tinggi serta memiliki koneksi yang berpengaruh di perusahaan itu. Sewaktu menelusuri berkas-berkas para pelamar, sang manajer memperhatikan bahwa saudara kita memiliki ijazah sebagai seorang akuntan meskipun ia dipekerjakan sebagai seorang satpam. Karena mengingat kejujuran saudara itu dalam masalah pembayaran uang cuti, sang manajer memberikan jabatan akuntan perusahaan kepada saudara itu. Sekarang, saudara itu tidak perlu lagi bekerja pada malam hari dan ada lebih banyak waktu untuk kegiatan-kegiatan teokratis selain menerima kenaikan gaji serta manfaat-manfaat lainnya.
Asia
”[YEHUWA]lah Allah, Dia menerangi kita.” (Mzm. 118:27) Terang dari Yehuwa benar-benar telah memancar atas umat-Nya di seluruh Asia.
Setelah turun dari bis di daerah yang belum dikerjakan di India, sepasang perintis berhenti untuk minum teh sebelum memulai kegiatan kesaksian umum mereka. Sambil minum teh, mereka memberi kesaksian kepada nyonya pemilik kedai teh dan memulai pengajaran Alkitab di rumah bersamanya dan kedua anaknya. Meskipun suami wanita tersebut pada mulanya menentang pengajaran tersebut, belakangan sang suami pun mulai menghadiri pengajaran itu. Kemudian, putri sulungnya pindah kembali ke rumah. Pada mulanya, ia mendebat apa yang diajarkan oleh Saksi-Saksi dan menentang pengajaran tersebut. Akhirnya, ia juga ikut serta dalam pengajaran Alkitab. Gereja-gereja setempat tidak menyukai apa yang sedang terjadi atas keluarga tersebut. Mereka menggalang upaya untuk mencoba menekan keluarga itu agar tidak melanjutkan pelajaran. Kebaktian gereja selama tujuh hari penuh diadakan tepat di luar halaman kedai teh keluarga itu, dan selama acara tersebut, dari mimbar para pendeta berbagai gereja menyerang Saksi-Saksi dengan kata-kata ejekan.
Akan tetapi, tentangan gereja-gereja tersebut menjadi bumerang bagi diri mereka sendiri. Minat akan kebenaran segera menyebar ke tetangga-tetangga, dan lebih banyak keluarga mulai belajar dengan para perintis. Sewaktu sebuah Pelajaran Buku Sidang diselenggarakan di daerah ini, 43 orang menghadiri perhimpunan pertama. Satu keluarga, termasuk beberapa sanak-saudara yang telah dipecat, mulai bergabung kembali, dan syukurlah, orang-orang yang dipecat tersebut telah diterima kembali. Keluarga ini benar-benar tak sabar untuk memiliki sebuah Balai Kerajaan di daerah mereka. Maka mereka menyumbangkan sebidang kecil tanah dan Balai Kerajaan kemudian segera dibangun. Pada kebaktian distrik tahun lalu, 12 orang dari daerah ini dibaptis. Dan jika dikenang kembali, semua itu bermula dari kesaksian tidak resmi yang diberikan di sebuah kedai teh!
Seorang saudari Saksi di Korea telah belajar Alkitab bersama seorang penyair terkenal, namun filsafat Budhanya menempatkan sang Budha di atas Yesus, jadi ia berhenti belajar. Ketika buku Tokoh Terbesar Sepanjang Masa diperkenalkan dalam dinas pengabaran, Saksi tersebut mengunjunginya kembali dan dengan hati-hati memperkenalkan buku itu. Di luar dugaan, ia menerima buku tersebut. Pada saat saudari itu berkunjung kembali, ia bukan hanya telah membaca seluruh buku, tetapi ia juga memperlihatkan antusiasme yang besar atas apa yang dibacanya. Ia mengatakan bahwa filsafat manusia hanya mencapai otak, namun kisah mengenai Yesus mencapai otak maupun hati. Ia amat tergugah oleh kisah kehidupan dan pengajaran Yesus. Ia mengundang saudari tersebut untuk memberi tahu lebih banyak mengenai Yesus, jadi pengajaran Alkitab dimulai kembali, dan ia maju pesat dalam pelajarannya.
Pada akhir tahun dinas, Balai Kerajaan pada kantor cabang di Tel Aviv, Israel, masih ditutup atas perintah pemerintah daerah karena tekanan politik yang dikerahkan terhadap pihak yang berwenang oleh unsur-unsur agama Ortodoks. Kantor cabang telah mengajukan permohonan untuk membuka kembali Balai Kerajaan dan berharap mendapat keputusan yang menguntungkan dalam waktu dekat ini.
Di Libanon yang telah letih berperang, kabar baik Kerajaan terus mendapat tanggapan yang baik. Seorang Saksi berusia lanjut yang loyal meninggal pada usia 85 tahun. Ia berada dalam kebenaran sejak tahun 1940-an. Ia berasal dari keluarga besar di daerah Bekaa. Banyak dalam keluarganya, khususnya kaum tua, berpegang kepada tradisi-tradisi agama dan sosial yang kuat. Putra saudara itu, juga seorang Saksi, menjelaskan bahwa pesan terakhir ayahnya adalah dimakamkan di pemakaman keluarga. Akan tetapi, ini hendaknya diselenggarakan tanpa upacara-upacara agama yang akan bertentangan dengan kepercayaan Kristen ayahnya. Karena sikap respek sang anak, dan meskipun pada mulanya timbul tentangan sengit dari beberapa sanak-saudara, keluarga tersebut mendapat izin. Pemakaman diselenggarakan pada hari yang dingin dan bersalju. Jalan-jalan antara desa dan rumah saudara tersebut tertutup salju. Sanak-saudaranya menggunakan buldoser untuk membuka jalan sepanjang lima kilometer. Sebuah khotbah yang menghibur disampaikan pada acara duka tersebut, dan 400 risalah Alkitab mengenai harapan kebangkitan ditempatkan. Suatu kesaksian yang besar diberikan kepada banyak orang di daerah itu oleh para kerabat yang memiliki keyakinan yang sama dengan saudara tersebut dalam harapan kebangkitan.
Dari Thailand datang bukti lebih lanjut akan kuasa Firman Allah dalam membuat perubahan pada kehidupan orang-orang. Seorang saudari perintis ketika itu sedang memimpin pengajaran Alkitab di sebuah salon kecantikan bersama pemilik salon dan salah seorang pelanggannya. Sewaktu sampai pada pokok kehidupan keluarga dan moral yang baik, si pelanggan tampaknya tidak merasa senang dan berhenti belajar. Beberapa waktu kemudian, si pelanggan mengaku kepada saudari perintis tersebut bahwa ia merasa terlalu kotor untuk belajar Alkitab karena ia telah menjadi seorang lesbian selama tujuh tahun. Berdasarkan Yesaya 1:18, saudari perintis tersebut menjelaskan bahwa Yehuwa mengampuni dosa yang telah dilakukan dalam ketidaktahuan. Wanita itu melanjutkan pelajarannya, menghentikan hubungannya yang amoral, dan belakangan menikah. Sekarang, ia dan suaminya sudah dibaptis. Tiga orang sanak-saudaranya memperhatikan perubahan yang dibuatnya dan mulai belajar. Salah satu dari mereka sekarang sudah dibaptis.
Di Jepang, saudara-saudara telah bekerja keras untuk menjangkau seluruh negeri dengan kabar baik Kerajaan. Pada musim panas 1991, setelah berakhirnya kegiatan di wilayah yang belum dikerjakan, ada 257 kota dan desa yang masih belum dikerjakan, dengan total penduduk sekitar 1.284.300. Namun, pada akhir Maret 1992, semua wilayah tersebut diserahkan ke sidang-sidang. Sekarang, tidak ada wilayah yang belum dikerjakan. Kini, 43 tahun setelah kelompok utusan injil pertama tiba di Jepang pada tahun 1949 setelah akhir Perang Dunia II, seluruh wilayah Jepang menerima kunjungan yang tetap tentu oleh Saksi-Saksi. Kantor cabang juga menganjurkan kegiatan istimewa pada bulan April setiap tahun sejak 1989. Akan tetapi, puncak jumlah perintis ekstra yang dicapai pada tahun 1989 belum terlampaui hingga sekarang. Tahun ini, dicapai suatu puncak baru sebesar 46.787 perintis ekstra, melampaui puncak sebelumnya dengan selisih lebih dari 5.000. Tambahkan angka ini dengan 50.395 perintis biasa pada bulan April dan jumlah perintis istimewa, saudara mendapati sejumlah 98.313 orang yang ambil bagian dalam beberapa bentuk dinas perintis pada bulan itu—luar biasa, 59 persen dari seluruh penyiar! Banyak anak muda melayani sebagai perintis ekstra. Salah satu dari mereka, seorang saudara berusia 15 tahun di Hokkaido, mengadakan kunjungan kembali dengan setia dan memulai tiga pengajaran Alkitab dengan orang-orang dewasa selama bulan April.
Seraya penghitungan mundur dari pengambilalihan Hongkong oleh Cina tahun 1997 terus berlangsung, panggung politik dan ekonomi menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan akan masa depan Hongkong. Dalam iklim demikian, betapa sukacitanya melihat Saksi-Saksi mempertahankan ketenangan Kristen, terus sibuk dalam dinas Yehuwa. Apa hasil dari upaya-upaya demikian? Tambahan satu tahun yang baik dari kegiatan teokratis, dan merupakan tahun yang paling menyenangkan dan produktif dalam sejarah kantor cabang tersebut. Misalnya, pada awal tahun, di bawah bimbingan Badan Pimpinan, kantor cabang Hongkong menjadi tuan rumah dari suatu pertemuan dengan wakil-wakil dari empat kantor cabang lain di wilayah itu untuk mengkoordinasi secara lebih baik produksi publikasi-publikasi berbahasa Cina. Sebagai hasilnya, orang-orang Cina yang melek huruf sekarang dapat dicapai dengan publikasi-publikasi kita dalam huruf-huruf Cina baik yang Disederhanakan dan yang Tradisional. Dan di Cina, syukurlah, pada saat buku ini ditulis, semua saudara-saudari kita telah dibebaskan dari penjara, meskipun kegiatan mereka masih dibatasi.
Eropa
”[YEHUWA] tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaanNya mengatasi langit.” (Mzm. 113:4) Umat Yehuwa di Eropa mengalami keadaan-keadaan yang jauh berbeda, dari pergolakan sipil yang keji, kelaparan, dan tidak adanya toleransi beragama hingga keadaan cukup makmur dan apatis. Namun, mereka dengan setia menjaga mata rohani mereka tetap terpusat pada Yehuwa.
Seorang Saksi muda di Polandia bersemangat untuk membagikan kebenaran kepada rekan-rekan pelajarnya. Ia menerangkan asal-usul salib kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Sebagai hasilnya, kebanyakan siswa memutuskan bahwa salib tidak boleh disembah. Akan tetapi, sang pastor memprotes. Para orang-tua murid dipanggil ke sekolah, dan di sana sang pastor mencoba mencemarkan reputasi baik dari Saksi-Saksi. Sebagai tanggapan dari serangan verbal ini, seorang ibu menyatakan pendapatnya dan menjelaskan bahwa dulu putranya merokok, namun sejak belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi, putranya berhenti merokok. Pada kesempatan lain di sekolah, doktrin Tritunggal diajukan sebagai bahan diskusi. Sang pastor merasa sulit menjelaskan doktrin tersebut secara memuaskan, maka ia berjanji untuk membawa pastor lain untuk menjelaskannya. Saksi muda ini dan beberapa rekannya yang berminat mempersiapkan diri baik-baik untuk pertarungan Ayat-Ayat Alkitab. Mereka dengan sukses membela pengajaran Alkitab tentang nama Allah dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin gereja tentang Tritunggal, ibadat kepada Maria, dan salib. Para siswa di kelas tersebut menyimpulkan, ”Jika kepercayaan Katolik yang mendasar saja sudah salah, bagaimana dengan ajaran lainnya?”
Salah seorang pastor, guru katekismus, mengakui, ”Kalian telah meyakinkan saya. Tritunggal memang tidak ada.” Ia setuju untuk mendapatkan pengajaran Alkitab. Pengajaran juga dimulai dengan tujuh siswa. Saksi muda ini memimpin sendiri dua pengajaran Alkitab. Mereka semua, termasuk sang pastor, mulai hadir di perhimpunan-perhimpunan. Tak lama kemudian, sang pastor meninggalkan keimamannya dan meneruskan pengajarannya. Sekarang, ia ingin melayani, bukan allah tiga serangkai, tetapi Allah sejati yang esa, Yehuwa.
Di Eslandia, tidak banyak Saksi tinggal di luar kota-kota besar. Oleh karena itu, kantor cabang mengatur agar para perintis membagikan kabar baik di daerah-daerah terpencil. Di sebuah daerah terpencil, sepasang utusan injil telah memberikan kesaksian secara ekstensif. Sebelum mereka berangkat untuk berlibur, salah seorang pelajar Alkitab mereka, tukang kayu belia bernama Óskar, bertanya apakah ia boleh memiliki tambahan beberapa lektur. ”Mungkin ada baiknya apabila saya punya sesuatu untuk ditawarkan jika seseorang mengajukan pertanyaan,” katanya menjelaskan. Pasangan utusan injil tersebut memberikan sejumlah buku, buku kecil, dan majalah untuk digunakan saat memberikan kesaksian. Selama mereka tidak ada, Óskar bukan hanya menempatkan beberapa lektur tetapi juga pergi ke desa yang berdekatan, dan untuk pertama kali dalam hidupnya, mengabar dari rumah ke rumah. Sampai saat itu, pengajaran Alkitab baru beberapa kali diberikan kepada Óskar, meskipun ia telah banyak membaca sendiri. Setelah mendapatkan lebih banyak pelatihan, ia memenuhi syarat sebagai penyiar belum dibaptis, melaporkan 30 jam dalam dinas pengabaran pada bulan pertamanya. Pasangan perintis ini menanti-nantikan liburan mereka yang berikutnya dengan berkata, ”Bila roh Yehuwa memberi kekuatan kepada orang-orang baru, saudara tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sewaktu saudara kembali!”
Selama bertahun-tahun di Irlandia, kemajuan dalam pekerjaan kesaksian berjalan lamban karena pengaruh yang kuat dari Gereja Katolik Roma di selatan dan gereja Katolik dan gereja Protestan di utara. Sekarang, kemajuan rohani yang baik menjadi nyata di daerah-daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa Irlandia (Gaelic) sebagai bahasa utama.
Pada tahun 1978, dua saudari perintis bekerja di salah satu daerah semacam ini di sebelah barat Irlandia dan meninggalkan salah satu dari buku-buku kita kepada Maureen. Pada saat itu belum ada hasil. Sebenarnya, suami Maureen, Paddy, memberi tahu dia bahwa isi buku tersebut omong kosong saja. Sepuluh tahun kemudian, seorang saudari lain bertemu dengan Maureen dan terus-menerus mengunjunginya kembali dalam jangka waktu satu tahun, meskipun harus menempuh perjalanan jauh dan Maureen sering kali tidak ada di rumah. Pada salah satu kunjungan ini, Maureen menyatakan bahwa ia mendengar bahwa seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa telah menyampaikan sebuah khotbah istimewa dalam bahasa Irlandia di daerahnya dan ia menyesal tidak menghadirinya. Saudari ini memberikan kaset rekaman dari khotbah itu. Mendengarkan kebenaran dijelaskan dalam bahasanya sendiri rupanya membuat kebenaran ini hidup baginya.
Maureen dan suaminya, Paddy, setuju menerima sebuah pengajaran Alkitab. Ketika mereka diundang makan malam oleh beberapa teman, mereka memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa tentang apa yang mereka pelajari dari Alkitab karena mereka khawatir ini akan merusak suasana yang menyenangkan pada malam itu. Pasangan lainnya, Tony dan Breege, merasa penasaran sewaktu Paddy dan Maureen mengatakan bahwa mereka harus pulang lebih awal. (Mereka ingin pulang tidak terlalu malam agar mereka dapat mengikuti perhimpunan dengan baik di Balai Kerajaan esok paginya.) Akhirnya, setelah sedikit didesak, Paddy dan Maureen mengaku bahwa mereka hendak pergi ke Balai Kerajaan. Tony, yang sedikit dikecewakan oleh agama, memutuskan untuk ikut bersama mereka ke perhimpunan. Breege akhirnya juga mulai menghadiri perhimpunan-perhimpunan dan setuju untuk mengikuti pengajaran Alkitab. Tidak lama kemudian, Paddy dan Maureen bersama tiga dari keempat anak mereka, serta Tony dan Breege, melayani sebagai penyiar-penyiar yang belum dibaptis. Kedua pasangan tersebut sekarang sudah dibaptis. Sebuah Pelajaran Buku Sidang sedang berkembang di daerah tersebut. Meskipun hasilnya tidak selalu segera tampak, benih kebenaran yang ditanam di tanah yang subur akan tumbuh juga.
Walaupun terdapat kesukaran keuangan yang diperburuk oleh inflasi yang tinggi, sidang-sidang di Hungaria membangun Balai Kerajaan mereka sendiri. Sekarang ini, delapan balai baru telah selesai dibangun, dan delapan lagi sedang dibangun.
Penyiar-penyiar berusia lanjut juga melakukan bagian mereka. ”Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.” (Ams. 16:31) Seorang saudara berusia lanjut, yang ingin lebih efektif dalam pengabaran, merasa bahwa pelayanannya belum lengkap jika ia hanya pergi dari rumah ke rumah atau melakukan kesaksian di jalan. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengunjungi daerah-daerah industri kecil dan toko-toko, tempat ia dapat berbicara tentang kebenaran kepada beberapa orang sekaligus. Kunjungannya yang pertama membawanya ke konveksi yang mempunyai 25 karyawan. Saudara itu menulis, ”Coba bayangkan rasanya sewaktu semua mesin jahit berhenti, dan saya dikelilingi semua karyawan yang menghujani saya dengan pertanyaan. Setelah berbicara kepada para karyawan selama setengah jam atas persetujuan pimpinan mereka, saya berhasil menempatkan 25 buku.” Didorong oleh awal yang menggembirakan ini, saudara tersebut terus maju laksana lokomotif uap, mengunjungi sekolah-sekolah taman kanak-kanak, toko-toko, dan bahkan pabrik-pabrik. Apa hasilnya selama tahun tersebut? Ia menempatkan 1.300 majalah dan 600 buku. Ia menutup laporannya dengan kata-kata di Yesaya 40:31, ”Orang-orang yang menanti-nantikan [Yehuwa] mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
Amerika Latin
”DENGAN tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya [Yehuwa], yang membiarkan aku diam dengan aman.” (Mzm. 4:9) Saksi-Saksi Yehuwa di negara-negara Amerika Latin merasa bahwa dengan memiliki Yehuwa sebagai Allah mereka, mereka dapat benar-benar diam dengan aman. Meskipun masih terdapat kekacauan yang besar di beberapa negeri, yang disebabkan oleh konflik-konflik politik dan agama, sidang-sidang menikmati damai dari Allah.
Dalam tahun dinas yang lalu, berakhirlah konflik sipil yang pernah merobek-robek El Salvador selama kira-kira 12 tahun. Meskipun pekerjaan Saksi-Saksi tidak pernah dilarang, banyak saudara yang mengalami pencobaan yang menakutkan, beberapa bahkan kehilangan kehidupan. Kantor cabang melaporkan, ”Sekarang setelah perang berakhir, kami dapat mengerjakan daerah-daerah yang tidak dikunjungi selama bertahun-tahun.”
Sekolah lanjutan di sebuah kota sedang mempersiapkan pesta kenaikan kelas. Bapak kepala sekolah memanggil beberapa Saksi muda untuk mempersiapkan sebuah drama untuk acara tersebut, katanya, ”Sekaranglah waktunya kalian Saksi-Saksi Yehuwa berpartisipasi, mengingat kalian tidak pernah ambil bagian dalam berbagai perayaan sepanjang tahun karena agama kalian.” Remaja-remaja ini segera berpikir dan menjawab, ”Kalau begitu, kami akan mempersiapkan sebuah drama Alkitab.” Bapak kepala sekolah setuju. Saksi-Saksi muda itu segera menghubungi para penatua sidang mereka. Setelah itu, remaja-remaja tersebut menyajikan drama berjudul Yehuwa Membebaskan Orang-Orang yang Menyerukan Nama-Nya.” Setelah berlatih dengan rajin selama beberapa hari, ke-15 remaja ini sudah siap. Mereka bahkan menjahit sendiri kostum mereka, berupaya menyajikan drama persis seperti yang mereka saksikan pada kebaktian distrik tahun 1987.
Tibalah hari pertunjukan drama Alkitab; 400 orang hadir. Di akhir pertunjukan, semua pengurus sekolah memberi mereka ucapan selamat. Lalu, bapak kepala sekolah memuji para saksi ini, mengumumkan kepada semua, ”Saya hanya dapat menyatakan kekaguman kepada organisasi kalian dan atas pelatihan yang sangat baik yang telah kalian terima.”
Seorang saudara di Brasil menceritakan tentang memberi kesaksian kepada rekan kerjanya, ”Kira-kira dua tahun yang lalu, seorang pria mulai bekerja di bagian tempat saya bekerja. Ia baru saja keluar dari sebuah seminari Katolik, tempat ia biasa membantu pastor, bahkan menggantikan sang pastor jika sedang berhalangan. Sewaktu timbul kesempatan, dua pertanyaan yang paling sering kami diskusikan adalah, Apakah Maria memiliki anak-anak lain selain Yesus? dan Apakah Alkitab mengajarkan transubstansiasi (perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus)? Pada suatu hari, ketika saya sedang meninggalkan meja kerja, ia mengambil buku Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab dari meja saya dan membaca keterangan dalam buku itu mengenai Misa dan Maria. Sewaktu kami bertemu saat makan siang, ia memuji informasi dalam buku tersebut dan sekarang merasa yakin bahwa apa yang dibacanya adalah kebenaran. Saya memulai pengajaran Alkitab bersamanya dan istrinya, dan dalam dua bulan mereka mulai menghadiri perhimpunan-perhimpunan. Ia segera membakar semua buku spiritismenya. Setelah enam bulan belajar, pasangan ini mulai ikut serta dalam dinas dan tak lama kemudian dibaptis.”
Amerika Latin memiliki banyak daerah terpencil yang hanya dapat dicapai melalui sungai-sungai yang berbahaya dan jalan-jalan setapak di gunung-gunung yang curam. Enam perintis istimewa yang gagah berani bekerja dengan menggunakan perahu-perahu sungai di Peru selatan menulis laporannya, ”Kami telah menggunakan semua sarana transportasi—perahu-perahu untuk menjelajahi sungai-sungai yang berbahaya, kaki kami untuk berjalan tertatih-tatih melalui lumpur yang pekat di tengah hujan lebat, dan di dalam bak truk besar sambil menelungkup sepanjang perjalanan di bawah terpal, setidaknya berupaya menjaga agar lektur kami tetap kering. Seperti belalang sungguhan, kami memorak-porandakan pengajaran palsu Babel Besar, menempatkan ribuan buku dan majalah kepada orang-orang yang lapar secara rohani di daerah yang masih perawan selama 15 bulan sejak kami mulai bekerja di sepanjang sungai.”
Mereka baru-baru ini telah menjangkau khususnya daerah-daerah yang sulit dan sering kali berbahaya. Dalam 16 hari, mereka menempatkan 627 buku dan 313 brosur. Setiap perjalanan mengandung tantangan baru. Laporan mereka melanjutkan, ”Sungai-sungai masih asing bagi kami. Sungai-sungai terus berubah haluan, dengan membentuk anak-anak sungai baru dan timbunan-timbunan sedimen. Mengingat kami baru mempelajari teknik-teknik dari perjalanan lewat sungai, kami yakin bahwa Yehuwa sedang menjaga kami.”
Sewaktu saudara-saudara mengunjungi sebuah desa di sepanjang Sungai Amazon di utara, mereka diberi tahu, ”Ada seorang pria dari antara umat kalian yang telah berbicara kepada kami di sini.” Para perintis tahu bahwa tidak ada seorang Saksi tinggal di daerah itu, namun mereka segera mendapati seseorang di sebuah ladang yang terletak di tepi sungai. Seorang saksi yang belum terbaptis memiliki seorang saudari kandung di Requena yang telah menerima beberapa lektur namun suaminya memerintahkan dia untuk menyingkirkan lektur-lektur itu. Jadi, ia mengirimkannya kepada saudaranya yang tinggal di hutan. Tidak dibutuhkan waktu yang lama baginya untuk membaca Buku Cerita Alkitab sebanyak lima kali dan Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi sebanyak tiga kali. Lalu ia juga membaca Wahyu—Klimaksnya yang Menakjubkan Sudah Dekat! sebanyak tiga kali. Sudah tentu, ia memiliki sejumlah pertanyaan. Meskipun demikian, ia sudah mengabar kepada orang-orang lain tentang hal-hal yang telah dibacanya. Para perintis merasa senang membantu dia agar memenuhi persyaratan yang up-to-date agar seterusnya dapat memberi kesaksian.
Amerika Utara dan Kepulauan Karibia
”BERITAHUKANLAH jalan-jalanMu kepadaku, ya [Yehuwa], tunjukkanlah itu kepadaku,” tulis Daud bertahun-tahun yang silam. (Mzm. 25:4) Berabad-abad kemudian, orang-orang dari banyak latar belakang sedang belajar jalan-jalan Yehuwa dan mengubah kehidupan mereka untuk menyesuaikan diri dengan jalan-jalan tersebut.
Seorang wanita imigran Asia di Kanada, yang dibesarkan sebagai seorang Budhis, pertama kali bertemu dengan umat Yehuwa melalui kesaksian tidak resmi. Ia datang ke Kanada bersama keluarganya pada tahun 1981. Merasa kecewa karena mengalami diskriminasi dan problem-problem lain, ia mengomentari masa lalunya, ”Kehidupan bahagia yang kami dambakan kelihatannya sulit dijangkau. Kami ingin berbahagia tetapi tidak tahu ke mana mencarinya.” Pada tahun 1983, penyiar-penyiar mengunjunginya dalam pelayanan dari rumah ke rumah, dan pengajaran Alkitab pun dimulai. Pada mulanya, alasannya untuk menerima sebuah pengajaran Alkitab adalah ”sekadar mendapat teman dan untuk belajar bahasa Inggris”. Meskipun demikian, benih kebenaran semakin berakar. Suaminya yang semula toleran berbalik dan mulai menentang dengan sengit, sampai-sampai memindahkan keluarganya ke sebuah kota yang jauhnya 1.600 kilometer . Namun, wanita itu bertekun dan akhirnya dibaptis. Ia menulis surat penghargaan kepada suami-istri yang membantunya belajar, dengan menyatakan dalam bahasa Inggrisnya yang tidak sempurna, ”Kalian orang-orang kulit putih yang manis dan baik hati sewaktu saya mulai mengenal kalian lebih baik. Saya senang punya teman seperti kalian. Namun, saya masih berkulit kuning dengan pagar di sekeliling hati saya. Ketika saya menyadari bahwa kalian benar-benar berbeda dari orang-orang kulit putih lain, saya heran. Apa yang membuat kalian berbeda? Saya terus-menerus memikirkan alasannya dan menyimpulkan, ’Kalian Saksi-Saksi Allah. Pasti ada sesuatu dalam Alkitab.’ . . . Sewaktu saya menyingkirkan pagar di sekeliling hati saya, kalian menjadi teman-teman baik saya. . . . Belakangan sewaktu saya membuka hati lebar-lebar, kalian menjadi sahabat-sahabat saya yang terbaik. Kulit kalian memang putih di luar, namun di mata saya, hati kalian tanpa warna. . . . Ada himpunan besar orang-orang kulit putih, hitam, sawo matang, dan kuning yang warna hatinya sama—transparan—karena mereka adalah saudara dan saudari. Sekarang saya mengetahui mengapa dan apa yang membuat mereka bersikap demikian. Itu semua karena Allah kalian dan diri kalian sendiri. Selama bertahun-tahun, saya ingin menjadi salah satu dari kalian. Waktu itu, saya masih di dalam dunia, namun hati saya ada bersama kalian. Kala itu, saya merasa seperti sedang berdiri di luar pintu gerbang. Akhirnya, saya diperbolehkan untuk masuk melalui pintu gerbang itu untuk berada bersama kalian semua. Bagi saya, tidak ada lagi kata ’kalian semua’, melainkan ’kita semua’.”
Dari pulau kecil Guadeloupe di Kepulauan Karibia datang laporan yang menganjurkan ini, ”Karena perilaku mereka yang baik, para penyiar mudah dikenali di daerah itu. Seorang saudari Saksi menjelaskan, ’Suatu hari sewaktu kami sedang mengabar, sebuah mobil yang sudah melewati kami tiba-tiba mundur dan berhenti tepat di sisi kami. Seorang wanita muda keluar dan berkata, ”Kalian pasti Saksi-Saksi Yehuwa. Saya telah berada di Guadeloupe selama beberapa bulan. Saya harus belajar Alkitab kembali, tetapi ibu saya, yang tinggal bersama saya, menentang.” Setelah pulih dari rasa terkejut, kami membuat pengaturan untuk mengadakan pengajaran di rumah saya. Tak lama kemudian, ia menghadiri kebaktian. Ini membuat sang ibu sangat marah sehingga ia dan ketiga anaknya yang masih kecil diusir dari rumah. Lalu, sewaktu ia tinggal bersama bibinya, sang ibu mengempeskan ban mobilnya dan bahkan mengancamnya dengan pisau. Wanita muda ini pindah sekali lagi. Sekarang, ia memiliki kesempatan untuk belajar dengan tenang. Putrinya Cinddy, yang berusia delapan tahun, juga belajar dengan serius. Sekarang, wanita muda ini menjadi penyiar kabar baik yang bergairah.’”
Bahkan daerah yang sering dikerjakan menghasilkan buah-buah Kerajaan, sebagaimana diperlihatkan oleh pengalaman dari kantor cabang Amerika Serikat. Seorang pria berusia 43 tahun yang tinggal di New York City seumur hidupnya belum pernah didatangi Saksi-Saksi Yehuwa. Pria yang gemar membaca ini, yang baru saja menyelesaikan studinya sehingga mendapat gelar PhD (doktor), menjadi asisten kurator pada divisi buku langka di sebuah perpustakaan besar. Baru-baru ini, ia dicegat oleh seorang saudari Saksi di beranda/ruang depan bangunan apartemennya. Ia melihat buku Pencarian Manusia Akan Allah di tas saudari ini dan memintanya. Pada malam itu juga, ia membacanya dan pada minggu itu juga ia mengunjungi kantor pusat Saksi-Saksi Yehuwa dan mendapatkan 12 buku lagi, semua itu dibacanya sebelum saudari itu berkunjung kembali. Ketika saudari ini kembali, ia menanyakan apa yang harus dilakukannya agar dapat dibaptis.
Saudari ini mengatur agar seorang saudara memimpin pengajaran Alkitab bersamanya. Setelah menyelesaikan pelajaran dengan dua buku, sewaktu ditanya bagaimana ia mengetahui bahwa ini adalah kebenaran, ia berkata, ”Halnya persis seperti Bintang Utara. Anda mendengar tentangnya dan membaca tentangnya, dan sewaktu Anda keluar di malam hari dan menatap ke langit serta melihatnya, tak seorang pun perlu memberi tahu bahwa Anda telah menemukan bintang itu.”
Pria ini telah mencari kebenaran sepanjang hidupnya. Ia menyadari bahwa Susunan Kristen tidak memiliki kebenaran. Ia menyelidiki agama-agama Timur dan komunisme, namun ia merasa kecewa. Mengetahui bahwa tak satu pun dari agama-agama ini memiliki kebenaran, ia terus mencari Allah. Ia mengatakan bahwa ia merasa seolah-olah Allah berada di kamar sebelah, tetapi pintu kamar itu tertutup. Pintu itu kini telah dibuka, dan bagaikan seorang pelari yang meninggalkan garis start dalam suatu pertandingan, ia dengan gairah menghadiri perhimpunan-perhimpunan dan ikut serta dalam pekerjaan pemberitaan Kerajaan dan baru-baru ini dibaptis.
Kepulauan Pasifik
”MULIAKANLAH [Yehuwa] bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan namaNya!” (Mzm. 34:4) Saksi-Saksi yang bergairah dari Yehuwa di Pasifik bersukacita dalam hak istimewa suci mereka untuk memberitakan nama dan maksud-tujuan-Nya di kepulauan yang amat terpencar ini.
Seorang saudara yang bekerja di suatu pertambangan batu opal yang terpencil di Australia mengabar secara tidak resmi kepada para turis. Pada suatu kesempatan, ia mengundang tiga pasang suami-istri yang sedang berlibur untuk datang ke rumahnya secara tetap tentu selama sepuluh hari. Sebelum mereka pergi, saudara ini memberikan kepada setiap pasangan buku Kehidupan—Bagaimana Asal Mulanya? Melalui Evolusi atau melalui Penciptaan? dan Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi, menyatakan bahwa ia akan senang jika mereka membaca paragraf pertama saja dari masing-masing buku. Salah seorang, yang adalah guru sekolah, mengatakan bahwa ia tidak akan membaca buku tersebut karena ia telah menentang Saksi-Saksi Yehuwa seumur hidupnya. Selama 23 tahun yang lalu, ia telah menolak bergaul dengan tetangga-tetangganya yang Saksi dan juga telah menjauhkan anak perempuannya dari mereka. Ia telah bersikap kasar kepada anak-anak Saksi di sekolah tempat ia mengajar. Akan tetapi, karena kebaikan hati dan keramahan saudara tersebut, ia berjanji untuk membaca beberapa baris dari buku tersebut.
Setelah beberapa waktu, saudara ini menerima telepon dari wanita ini, yang mengatakan, ”Saya membaca beberapa baris pertama, lalu saya membuat suatu kesalahan besar—saya terus membaca. Saya jatuh cinta kepada buku itu. Saya belum pernah membaca buku semacam itu! Kemudian, saya membuat kesalahan kedua. Saya meninggalkannya di meja saya, dan ketika saya kembali untuk membacanya, anak perempuan saya yang berusia 19 tahun telah membubuhkan namanya pada buku tersebut.” Wanita itu dan suaminya mengunjungi tetangga mereka untuk mendapatkan buku-buku lainnya dan meminta maaf atas kesalahpahaman selama ini. Sebuah pengajaran Alkitab dimulai bersama pasangan ini dan putri-putri mereka, dan mereka sekarang menghadiri perhimpunan-perhimpunan. Kebaikan dapat mencairkan hati yang membatu, yang di dalamnya terkubur kasih akan Allah.
Baru-baru ini, tiga anggota keluarga Betel di Fiji diundang untuk berbicara kepada siswa-siswa dari suatu perguruan tinggi interdenominasional (antar-sekte) agama-agama Protestan di Pasifik Selatan. Sebuah kesaksian yang baik diberikan kepada ke-13 siswa dan instrukturnya. Setelah menjelaskan secara singkat latar belakang dan pendidikan agama mereka, ketiga pekerja Betel ini dapat memberikan pandangan yang luas tentang organisasi teokratis Yehuwa. Pokok bahasan tentang penggunaan nama ilahi di dalam Alkitab diusulkan. Seorang siswa menyatakan keberatan terhadap dicantumkannya nama ilahi dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Keheningan menyebar ke seluruh ruangan sewaktu seorang pekerja Betel bertanya kepadanya mengapa setelah hampir seratus tahun digunakan secara bebas dalam kebanyakan Alkitab dalam bahasa-bahasa di Kepulauan Pasifik, nama Yehuwa sekarang dihilangkan dari terjemahan yang lebih baru, yang telah direvisi? Akhirnya, seorang siswa memberi alasan bahwa itu disebabkan karena tak seorang pun benar-benar tahu cara melafalkan nama Allah, oleh karena itu, nama Allah tidak boleh digunakan. Ia menjelaskan bahwa orang-orang Yahudilah yang pertama kali berhenti menggunakan nama pribadi Allah, menggantikannya dengan Adhonai atau Elohim. Saudara-saudara menjelaskan kepada para siswa bahwa ini disebabkan gagasan takhayul yang timbul di kalangan orang Yahudi. Pertanyaan yang timbul adalah: Apakah ini menjadi alasan yang sama bahwa nama ilahi dihilangkan dari terjemahan-terjemahan Alkitab dewasa ini? Barangkali, jauh di lubuk hati mereka, mereka akan merenungkan pertanyaan yang belum terjawab ini.
Sebuah sekolah lanjutan khusus anak-anak laki-laki di Tonga mengatur satu jam seminggu untuk mata pelajaran agama. Empat dari 600 siswa adalah Saksi-Saksi Yehuwa, dan atas permintaan mereka, persetujuan diberikan kepada mereka untuk memiliki kelas tersendiri, yang dipimpin oleh seorang perintis biasa dan seorang utusan injil. Kelas pertama dihadiri oleh 12 anak laki-laki, dan pembahasan, berdasarkan buku Penciptaan, membahas apakah manusia berevolusi atau diciptakan. Karena heran bahwa Alkitab menyinggung masalah-masalah sains, mereka berbicara kepada teman-teman mereka setelah pelajaran, sehingga 25 siswa menghadiri kelas kedua. Sekarang, setelah mengabsen pada hari Rabu, ketika bapak kepala sekolah meminta semua Saksi-Saksi Yehuwa berdiri dan pergi ke kelas mereka, ada lebih dari 60 anak laki-laki yang hadir, banyak dari antara mereka membawa Alkitab sendiri. Salah seorang dari antara mereka telah memulai pengajaran Alkitab secara pribadi dengan sang perintis biasa.
Di Pulau Savaii, di Samoa Barat, seorang saudari dan suaminya tinggal dengan keluarga dari pihak suami. Sang suami mengizinkannya untuk mempraktikkan agamanya namun tidak memperlihatkan minat yang nyata akan kebenaran. Saudari kita juga harus menanggung tentangan dari ibu mertuanya yang beragama Protestan, tidak pernah berhenti berharap bahwa tingkah lakunya mungkin menggerakkan para anggota keluarganya untuk menyembah Yehuwa. Baru-baru ini, karena pasangan ini memutuskan untuk pindah ke Selandia Baru, suatu pertemuan keluarga diselenggarakan sebelum mereka pergi. Bayangkan betapa girangnya sang istri sewaktu suaminya mengumumkan bahwa setibanya di Selandia Baru, ia akan belajar Alkitab bersama Saksi-Saksi Yehuwa dan menghadiri perhimpunan-perhimpunan di Balai Kerajaan. Ia memuji kebenaran di hadapan semua anggota keluarganya yang lain. Ibunya mencamkan saran tersebut dalam hatinya dan segera belajar serta menghadiri perhimpunan-perhimpunan. Sekarang, bibi saudari ini, saudari iparnya, saudara iparnya, dan beberapa keponakan semuanya telah menghadiri perhimpunan-perhimpunan di Balai Kerajaan, dan kebanyakan dari mereka sedang belajar. Kata-kata rasul Petrus terbukti benar dalam kasusnya, bahwa ”[para suami] . . . tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya”.—1 Ptr. 3:1.
Negeri-Negeri di Bawah Pelarangan
”TERPUJILAH [Yehuwa], seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku.” (Mzm. 18:4) Saksi-Saksi Yehuwa di sekitar 24 negeri terus mengumumkan kabar baik meskipun adanya larangan dari pemerintah.
Anak-anak dapat mengambil pendirian yang teguh bagi Yehuwa di bawah keadaan-keadaan seperti yang tampak pada kasus di negara kepulauan di Samudera Pasifik ini. Semua anak dari sebuah keluarga belajar kebenaran dengan seorang tetangganya yang adalah seorang Saksi. Orang-tua mereka menentang dengan keras dan sering memukul mereka karena kegigihan mereka dalam mempelajari Alkitab. Sang ayah bahkan melaporkan kegiatan mereka kepada pihak berwenang setempat, mengingatkan mereka akan pelarangan atas Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi pihak yang berwenang tidak mempedulikan tuduhannya. Sang ayah yang gelap mata ini menyelesaikan urusan ini dengan main hakim sendiri. Sewaktu berjalan di jalan setapak yang sempit, ia bertemu dengan Saksi yang mengajar anak-anaknya. Dalam luapan amarah, pria ini menyerang Saksi tersebut dan meninjunya hingga jatuh, mengancamnya dengan sebilah pisau panjang dan bahkan berupaya membunuhnya. Pada saat yang kritis ini, istri dari Saksi ini melihat kejadian itu dan menjerit sekuat tenaga, yang mengundang perhatian para tetangga. Pria yang gelap mata tersebut segera melarikan diri namun melaporkan masalah ini kepada polisi, menceritakan versi yang palsu tentang kejadian itu. Sebagai hasilnya, Saksi tersebut, yang harus dirawat di rumah sakit selama sepuluh hari, kemudian diinterogasi oleh polisi. Surat kabar setempat dengan keliru melaporkan bahwa Saksi tersebut yang lebih dahulu menyerang sang ayah. Namun, polisi memperlakukan Saksi ini dengan respek dan, setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya, polisi ini dapat memahaminya bahwa Saksi ini tidak bersalah.
Satu bulan kemudian, kantor pengadilan negeri memanggil Saksi ini untuk ditanyai lebih lanjut. Selama empat hari berturut-turut, ia menggunakan total 14 jam untuk menjawab pertanyaan mereka, yang memberinya kesempatan untuk memberi kesaksian yang amat baik. Pengadilan negeri sangat menghargai jawaban-jawaban berdasarkan Alkitab yang diberikan. Sebagai hasilnya, mereka sekarang memiliki pandangan yang lebih baik akan Saksi-Saksi Yehuwa. Dan bagaimana dengan anak-anak dari ayah yang menentang tersebut? Salah seorang telah maju ke arah pembaktian dan baptisan, dan yang lain-lain masih dengan gairah mempelajari kebenaran.
Pemerintah dari sebuah negeri di Afrika dengan kejam telah menindas Saksi-Saksi selama bertahun-tahun, meskipun akhir-akhir ini, respek terhadap hak-hak azasi telah membaik. Akan tetapi, selama bertahun-tahun tersebut, pekerjaan penginjilan tidak pernah berhenti. Misalnya, sewaktu hujan lebat, seorang Saksi berteduh di sebuah gereja Adven Hari Ketujuh. Karena kebaktian sedang berlangsung, ia harus berdiri di beranda. Sewaktu di sana, ia secara tak sengaja mendengar seseorang di dalam gereja bertanya kepada sang pengkhotbah, ”Benarkah orang-orang akan pergi ke surga?” Penatua gereja yang memimpin kebaktian tidak dapat memberikan jawaban yang baik. ”Ya,” kata penatua tersebut. Setelah ia menjelaskan kebenaran Alkitab sehubungan dengan hal tersebut, hadirin semakin tertarik, dan orang yang mengajukan pertanyaan mengatur suatu pertemuan bersama Saksi tersebut di suatu tempat di lain hari. Sejumlah besar orang hadir pada pertemuan ini, dan tujuh pengajaran Alkitab dimulai, yang masih dilakukan saat penulisan laporan ini.