-
Masturbasi—Seberapa Seriuskah Ini?Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
-
-
Pasal 25
Masturbasi—Seberapa Seriuskah Ini?
“Saya bertanya dalam hati apakah masturbasi salah dalam pandangan Allah. Apakah itu akan mempengaruhi kesehatan fisik dan/atau mental saya di masa depan dan jika saya mungkin menikah kelak?”—Melissa, yang berumur 15 tahun.
PIKIRAN semacam itu mengganggu banyak remaja. Alasannya? Masturbasi dilakukan di mana-mana. Menurut laporan, kira-kira 97 persen dari anak laki-laki dan lebih dari 90 persen dari anak-anak perempuan telah melakukan masturbasi menjelang umur 21 tahun. Selanjutnya, praktik ini telah disalahkan sebagai penyebab dari segala macam penyakit—dari kutil dan kelopak mata yang merah sampai ke penyakit ayan dan penyakit mental.
Para peneliti medis abad ke-20 tidak lagi mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menakutkan tersebut. Sesungguhnya, dokter-dokter dewasa ini percaya bahwa tidak ada penyakit fisik yang disebabkan oleh masturbasi. Para peneliti, William Masters dan Virginia Johnson menambahkan bahwa “tidak ada bukti medis yang pasti bahwa masturbasi, tidak soal betapa sering, akan mengarah kepada penyakit mental.” Meskipun demikian, ada dampak buruk lain! Dan banyak remaja Kristen sepatutnya prihatin terhadap kebiasaan ini. “Pada waktu saya menyerah kepada [masturbasi], saya merasa seolah-olah saya mengecewakan Allah Yehuwa,” tulis seorang remaja. “Kadang-kadang saya mengalami depresi yang hebat.”
Tepatnya apa masturbasi itu? Betapa seriuskah itu, dan mengapa begitu banyak remaja merasa ini suatu kebiasaan yang sulit dihilangkan?
Mengapa Remaja-Remaja Mudah Jatuh?
Masturbasi adalah perbuatan merangsang diri sendiri dengan sengaja untuk menghasilkan rangsangan seksual. Pada masa berkembangnya keremajaan, keinginan seks menjadi kuat. Hormon-hormon yang kuat dikeluarkan oleh tubuh, yang mempengaruhi organ-organ reproduksi. Maka seorang remaja mulai menyadari bahwa organ-organ ini dapat menghasilkan perasaan atau sensasi yang menyenangkan. Dan kadang-kadang seorang remaja bisa terangsang secara seksual bahkan tanpa memikirkan seks.
Sebagai contoh, ketegangan yang timbul karena berbagai macam kekhawatiran, perasaan takut, atau frustrasi dapat mempengaruhi sistem syaraf yang peka dari seorang anak laki-laki dan menimbulkan rangsangan seksual. Menimbunnya air mani juga dapat mengakibatkan ia bangun tidur dalam keadaan terangsang secara seksual. Atau hal itu dapat menyebabkan keluarnya air mani pada malam hari, yang biasanya disertai dengan mimpi yang erotis. Demikian pula, ada gadis-gadis muda yang mungkin merasa terangsang secara tidak sengaja. Banyak wanita mempunyai keinginan seks yang lebih tinggi tepat sebelum atau setelah masa haid mereka.
Jadi jika anda mengalami rangsangan semacam itu, tidak ada yang salah dengan anda. Ini adalah tanggapan yang normal dari tubuh yang masih muda. Sensasi semacam itu, meskipun sangat hebat, tidak sama dengan masturbasi, karena hal itu sebagian besar tidak disengaja. Dan seraya anda bertambah dewasa, kuatnya sensasi baru tersebut akan mereda.
Tetapi, karena perasaan ingin tahu dan karena sensasi ini hal yang baru, ada remaja-remaja yang dengan sengaja memanipulasi, atau bermain-main dengan organ seks mereka.
‘Bahan Bakar Mental’
Alkitab menggambarkan tentang seorang pria muda yang bertemu dengan seorang perempuan sundal. Perempuan itu menciumnya dan berkata: “Marilah kita . . . bersama-sama menikmati asmara.” Kemudian apa yang terjadi? “Maka tiba-tiba orang muda itu mengikuti dia seperti lembu yang dibawa ke pejagalan.” (Amsal 7:7-22) Jelas, nafsu pemuda ini dibangkitkan bukan hanya karena hormon-hormonnya sedang bekerja tetapi karena apa yang ia lihat dan dengar.
Demikian pula, seorang pria muda mengakui: ‘Akar dari seluruh problem saya dengan masturbasi terletak pada apa yang saya masukkan ke dalam pikiran. Saya akan menonton acara-acara TV yang berisi imoralitas dan kadang-kadang menonton acara-acara pada cable TV yang berisi adegan-adegan telanjang. Adegan-adegan semacam itu begitu mengejutkan sehingga tetap tinggal dalam pikiran. Hal itu akan muncul lagi dalam pikiran saya, menjadi bahan bakar mental yang diperlukan untuk melakukan masturbasi.’
Ya, sering kali apa yang dibaca, ditonton, atau didengarkan, maupun apa yang dibicarakan atau direnungkan, akan menggerakkan perbuatan masturbasi. Seperti diakui seorang wanita berumur 25 tahun: “Saya tampaknya benar-benar tidak dapat menghentikan kebiasaan itu. Tetapi, saya biasa membaca novel-novel roman, dan hal ini menambah problem itu.”
“Obat Penenang”
Pengalaman wanita muda ini menyingkapkan apa yang tiada sangsi lagi merupakan alasan terbesar mengapa kebiasaan itu bisa begitu sulit dibuang. Ia melanjutkan: “Biasanya saya bermasturbasi untuk menghilangkan tekanan, ketegangan, atau kekhawatiran. Kesenangan singkat itu adalah bagaikan minuman keras yang diminum seorang pecandu alkohol untuk menenangkan syarafnya.”
Para peneliti, Suzanne dan Irving Sarnoff menulis: “Bagi beberapa orang masturbasi bisa menjadi kebiasaan yang mereka lakukan sebagai pelipur lara kapan saja mereka ditolak atau merasa khawatir terhadap sesuatu. Tetapi, orang lain akan melakukan ini hanya sewaktu-waktu, pada waktu mereka mengalami tekanan emosi yang paling berat.” Nyata bahwa orang lain juga melakukan kebiasaan itu bila terganggu, tertekan, kesepian, atau mendapat banyak tekanan; ini menjadi “obat penenang” untuk menghilangkan kesulitan mereka.
Apa yang Dikatakan Alkitab?
Seorang remaja bertanya: “Apakah masturbasi suatu dosa yang tidak dapat diampuni?” Masturbasi tidak disebutkan sama sekali dalam Alkitab.a Kebiasaan ini umum di dunia yang berbahasa Yunani pada zaman Alkitab, dan beberapa kata Yunani digunakan untuk menggambarkan kebiasaan ini. Namun tidak satu pun dari kata-kata tersebut digunakan dalam Alkitab.
Karena masturbasi tidak secara langsung dikutuk dalam Alkitab, apakah berarti perbuatan itu tidak merugikan? Sama sekali tidak! Walaupun tidak digolongkan dalam dosa-dosa besar seperti percabulan, masturbasi pasti suatu kebiasaan yang tidak bersih. (Efesus 4:19) Jadi prinsip-prinsip dalam Firman Allah menunjukkan bahwa anda akan mendapat “faedah” dengan secara tegas menolak kebiasaan yang najis ini.—Yesaya 48:17.
Membangkitkan “Hawa Nafsu”
“Karena itu matikanlah dalam dirimu,” Alkitab melanjutkan, “segala sesuatu yang . . . [bersifat] hawa nafsu.” (Kolose 3:5) “Hawa nafsu” tidak memaksudkan perasaan seksual yang normal tetapi nafsu yang tidak terkendali. Jadi “hawa nafsu” semacam itu dapat membuat seseorang memuaskan diri dalam perbuatan-perbuatan bejat, yang digambarkan oleh Paulus dalam Roma 1:26, 27.
Tetapi bukankah masturbasi akan ‘mematikan’ keinginan tersebut? Tidak, sebaliknya, seperti diakui seorang remaja: “Pada waktu anda bermasturbasi, anda secara mental terus memikirkan keinginan yang salah, dan hal itu hanya akan memperbesar nafsu anda untuk hal tersebut.” Sering kali khayalan yang imoral digunakan untuk memperbesar kenikmatan seksual. (Matius 5:27, 28) Karena itu, dalam keadaan yang memungkinkan, seseorang dapat mudah jatuh kepada imoralitas. Ini terjadi atas seorang remaja, yang mengakui: “Pada suatu waktu, saya merasa bahwa masturbasi dapat menyingkirkan frustrasi tanpa terlibat dengan seorang gadis. Namun saya memperkembangkan keinginan yang terlalu kuat untuk berbuat demikian.” Ia melakukan percabulan. Tidak heran bahwa penelitian secara nasional menyingkapkan bahwa mayoritas remaja yang bermasturbasi juga melakukan percabulan. Jumlah mereka 50 persen lebih banyak dari mereka yang masih perawan!
Mencemarkan secara Mental dan Emosi
Masturbasi juga menanamkan sikap-sikap tertentu yang merusak mental. (Bandingkan 2 Korintus 11:3.) Pada waktu bermasturbasi, seseorang asyik dalam perasaan tubuhnya sendiri—perhatian secara total terpusat pada diri sendiri. Seks menjadi sesuatu yang terpisah dari kasih dan menjadi sekedar refleks yang melepaskan ketegangan. Namun Allah bermaksud agar keinginan seks dipuaskan dalam persetubuhan—pernyataan cinta antara seorang pria dan istrinya.—Amsal 5:15-19.
Seorang yang biasa melakukan masturbasi mungkin juga cenderung memandang lawan jenisnya sebagai obyek seks belaka—alat untuk memuaskan nafsu seksual. Sikap salah yang diajarkan oleh masturbasi dengan demikian mencemari “semangat” seseorang atau kecenderungan mental utamanya. Dalam beberapa hal, problem-problem yang ditimbulkan oleh masturbasi tetap ada bahkan setelah perkawinan! Untuk alasan yang baik, Firman Allah menganjurkan: “Saudara-saudaraku yang kekasih, . . . marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani.”—2 Korintus 7:1.
Pandangan yang Seimbang terhadap Perasaan Bersalah
Banyak remaja, meskipun pada umumnya berhasil mengatasi kebiasaan buruk ini, kadang-kadang menyerah kepada hal itu. Untunglah, Allah sangat berbelas kasihan. “Sebab Engkau, ya [Yehuwa], baik dan suka mengampuni,” kata pemazmur. (Mazmur 86:5) Bila seorang Kristen menyerah kepada masturbasi, hatinya sering mengutuk dirinya sendiri. Namun, Alkitab menyatakan bahwa “Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.” (1 Yohanes 3:20) Allah tidak hanya melihat dosa-dosa kita. Besarnya pengetahuan-Nya memungkinkan Dia untuk dengan simpati mendengarkan permohonan ampun kita yang sungguh-sungguh. Seperti ditulis oleh seorang wanita muda: “Saya merasa bersalah sampai suatu tingkat tertentu, namun dengan mengetahui bahwa Yehuwa benar-benar Allah yang pengasih dan bahwa Ia dapat membaca hati saya dan mengetahui semua upaya dan niat saya, saya tidak merasa terlalu sedih pada waktu saya sewaktu-waktu gagal.” Jika anda melawan keinginan untuk masturbasi, kemungkinan besar anda tidak akan melakukan dosa yang serius berupa percabulan.
Terbitan The Watchtower tanggal 1 September 1959, menyatakan: “Kita [mungkin] tersandung dan berkali-kali jatuh dalam suatu kebiasaan buruk yang telah tertanam dengan lebih dalam pada pola hidup kita sebelumnya daripada yang kita sadari. . . . Jangan putus asa. Jangan menyimpulkan bahwa saudara telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni. Setan justru inginkan agar saudara berpikir demikian. Kenyataan bahwa saudara merasa sedih dan kesal terhadap diri sendiri merupakan bukti bahwa saudara masih belum tersesat terlalu jauh. Jangan bosan untuk dengan rendah hati dan sungguh-sungguh berpaling kepada Allah, memohonkan pengampunan dan pentahiran serta bantuan-Nya. Hampiri Dia seperti seorang anak menghampiri ayahnya bila dalam kesulitan, tidak soal betapa sering untuk kelemahan yang sama, dan Yehuwa dengan murah hati akan memberi saudara bantuan karena kasih kemurahan-Nya dan, jika saudara sungguh-sungguh, Ia akan memberi saudara perwujudan dari hati nurani yang bersih.”
Bagaimana “hati nurani yang bersih” itu dapat diperoleh?
[Catatan Kaki]
a Allah mengeksekusi Onan karena ‘menumpahkan maninya ke tanah.’ (Klinkert) Tetapi, ini bukan masturbasi melainkan sanggama terputus. Dan juga, Onan dieksekusi karena bersifat mementingkan diri dengan tidak mau melaksanakan perkawinan ipar untuk meneruskan garis keturunan kakaknya yang telah meninggal. (Kejadian 38:1-10) Bagaimana dengan “tumpahan mani” yang disebutkan dalam Imamat 15:16-18? Ini jelas tidak memaksudkan masturbasi, melainkan keluarnya mani pada malam hari maupun pada waktu hubungan seks dalam perkawinan.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi
◻ Apa gerangan masturbasi itu, dan apa beberapa pendapat populer yang salah mengenai hal itu?
◻ Mengapa remaja-remaja sering merasakan keinginan seks yang sangat kuat? Apakah menurut anda ini salah?
◻ Hal-hal apa dapat mengobarkan keinginan untuk masturbasi?
◻ Apakah masturbasi merugikan seorang remaja?
◻ Menurut anda, dosa yang seberapa seriuskah masturbasi itu? Bagaimana pandangan Yehuwa terhadap seorang remaja yang berjuang melawan hal itu, walaupun mungkin mendapat kesulitan mengatasinya?
[Blurb di hlm. 200]
Beberapa merasakan desakan untuk masturbasi pada waktu mendapat tekanan atau merasa tegang, kesepian, atau depresi
[Blurb di hlm. 202]
‘Akar dari seluruh problem saya dengan masturbasi terletak pada apa yang saya masukkan ke dalam pikiran’
[Blurb di hlm. 204]
“Pada waktu saya menyerah kepada [masturbasi], saya merasa seolah-olah saya mengecewakan Allah Yehuwa”
[Gambar di hlm. 198]
Walaupun masturbasi dapat menimbulkan perasaan bersalah yang kuat, doa yang sungguh-sungguh memohonkan pengampunan Allah dan upaya yang keras untuk menolak kebiasaan itu dapat memberi seseorang hati nurani yang baik
[Gambar di hlm. 203]
Film, buku, dan acara TV yang erotik sering merupakan ‘bahan bakar mental’ untuk masturbasi
-
-
Masturbasi—Bagaimana Saya Dapat Melawan Keinginan Itu?Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
-
-
Pasal 26
Masturbasi—Bagaimana Saya Dapat Melawan Keinginan Itu?
“HAL itu benar-benar membuat sangat ketagihan,” kata seorang pria muda yang telah berjuang melawan masturbasi selama lebih dari 15 tahun. “Itu dapat menjadi kebiasaan sama mengikatnya seperti narkotika atau minuman beralkohol.”
Tetapi, rasul Paulus tidak membiarkan keinginannya menjadi seperti majikan yang keras. Sebaliknya, ia menulis: “Aku menyiksa tubuhku [keinginan daging], dan aku memperhambakan dia.” (1 Korintus 9:27, Bode) Ia bersikap keras terhadap dirinya sendiri! Upaya yang sama akan memungkinkan siapapun juga untuk membebaskan diri dari masturbasi.
“Siapkan Pikiranmu untuk Kegiatan”
Banyak orang bermasturbasi untuk menghilangkan ketegangan dan kekhawatiran. Namun, masturbasi merupakan reaksi yang kekanak-kanakan terhadap problem-problem. (Bandingkan 1 Korintus 13:11.) Yang lebih baik ialah memperlihatkan “kesanggupan berpikir” dan menghadapi problem itu sendiri. (Amsal 1:4, NW) Bila problem dan frustrasi tampaknya sangat besar, “serahkanlah segala kekuatiranmu kepada [Allah].”—1 Petrus 5:6, 7.
Andai kata anda secara kebetulan melihat atau mendengar sesuatu yang merangsang secara seksual. Alkitab menganjurkan: “Siapkan pikiranmu untuk kegiatan; kendalikan dirimu.” (1 Petrus 1:13, New International Version) Gunakan pikiran anda dan tolak pikiran yang imoral. Rangsangan itu segera akan padam.
Namun, menolak pikiran yang buruk sangat sulit, bila berada seorang diri pada malam hari. Seorang wanita muda menyarankan: “Hal yang terbaik ialah segera turun dari tempat tidur dan menyibukkan diri dengan pekerjaan tertentu, atau makan makanan kecil, agar pikiran anda beralih kepada hal-hal lain.” Ya, paksa diri untuk ‘memikirkan semua hal yang mulia [“patut dipikirkan dengan serius,” NW], adil, suci, manis, sedap didengar.’—Filipi 4:8.
Bila anda sulit tidur, cobalah meniru Raja Daud yang setia, yang menulis: “Apabila aku ingat kepadaMu [Allah] di tempat tidurku, [aku] merenungkan Engkau sepanjang kawal malam.” (Mazmur 63:7) Memaksa pikiran anda untuk merenungkan tentang Allah dan sifat-sifat-Nya sering akan membuyarkan khayalan itu. Juga membantu jika anda terus memikirkan bagaimana pandangan Allah terhadap kebiasaan yang najis ini.—Mazmur 97:10.
Mengambil Tindakan Pencegahan
“Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka,” tulis pria bijaksana yang diilhami itu. (Amsal 22:3) Anda dapat menunjukkan bahwa anda bijaksana dengan pemikiran sebelumnya. Sebagai contoh, jika anda merasa bahwa melakukan kegiatan tertentu, mengenakan pakaian yang ketat, atau makan makanan tertentu telah membuat anda terangsang secara seksual, maka hindari sama sekali hal-hal seperti itu. Minuman beralkohol, contohnya, dapat mengurangi dan mempersulit pengendalian diri seseorang. Juga, hindari bagaikan suatu tulah, bacaan apapun, acara TV, atau film-film yang bertemakan hal-hal cabul. “Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa,” demikian doa pemazmur.—Mazmur 119:37.
Tindakan pencegahan juga dapat diambil khususnya pada saat-saat anda sedang dalam keadaan mudah tergoda. Seorang wanita muda bisa jadi merasa bahwa keinginan seksnya menjadi lebih kuat pada saat-saat tertentu dalam satu bulan. Atau seseorang mungkin merasa sakit hati atau mengalami depresi. “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu,” Amsal 24:10 memperingatkan. Jadi hindarilah berada seorang diri untuk waktu yang lama. Rencanakan kegiatan yang membina yang akan membuat pikiran anda sibuk dalam hal-hal yang bersifat memberi tantangan, sehingga mengurangi kesempatan untuk mengarah kepada pikiran yang imoral.
Serangan Rohani
Seorang pria berumur 27 tahun yang telah berjuang melawan kebiasaan itu sejak umur 11 tahun akhirnya dapat memperoleh kemenangan. “Ini adalah soal melancarkan serangan,” ia menjelaskan. “Saya membaca Alkitab, sedikitnya dua pasal setiap hari tanpa kecuali.” Ia telah melakukan ini terus-menerus selama lebih dari tiga tahun. Seorang Kristen lain lagi menyarankan: “Sebelum tidur, bacalah sesuatu yang ada hubungannya dengan hal-hal rohani. Sangat penting agar hal terakhir yang dipikirkan pada hari itu merupakan hal-hal rohani. Doa pada saat tersebut juga benar-benar sangat membantu.”
“Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan,” seperti mengajar orang lain tentang Alkitab, juga membantu. (1 Korintus 15:58) Seorang wanita yang berhasil mengalahkan masturbasi menyatakan: “Satu hal yang sekarang benar-benar membantu saya menghindari kebiasaan ini ialah, sebagai penginjil sepenuh waktu segenap pikiran dan tenaga saya diarahkan untuk membantu orang lain memperoleh hubungan yang diperkenan dengan Allah.”
Dengan doa yang sungguh-sungguh, anda juga dapat memohon dari Allah “kekuatan melebihi yang biasa.” (2 Korintus 4:7, NW) “Curahkanlah isi hatimu di hadapanNya [Allah].” (Mazmur 62:9) Seorang wanita muda berkata: “Doa dengan sekejap dapat menjadi menara kekuatan. Berdoa pada saat keinginan itu timbul pasti akan membantu.” Juga, pada waktu bangun tidur dan sepanjang hari, nyatakan tekad anda kepada Allah dan mohonlah roh kudus-Nya yang menguatkan.—Lukas 11:13.
Bantuan dari Orang Lain
Jika upaya saudara sendiri tidak berhasil, berbicaralah kepada seseorang yang dapat membantu, seperti kepada orang-tua atau penatua Kristen. Wanita-wanita muda mungkin merasa dibantu bila berbicara empat mata dengan seorang wanita Kristen yang matang. (Titus 2:3-5) Seorang pria muda yang hampir putus asa berkata: “Saya berbicara empat mata dengan ayah saya mengenai hal itu pada suatu petang.” Ia mengungkapkan: “Dibutuhkan upaya yang keras untuk memberi tahu dia. Saya menangis pada waktu saya menyatakan hal itu kepadanya, saya merasa begitu malu. Namun saya tidak pernah melupakan apa yang ia katakan. Dengan senyum yang menentramkan di wajahnya, ia berkata: ‘Kau membuat saya merasa begitu bangga terhadap dirimu.’ Ia tahu apa yang harus saya atasi untuk sampai pada keadaan itu. Kata-kata tersebut benar-benar membangkitkan semangat dan tekad saya.
“Kemudian ayah menunjukkan kepada saya beberapa ayat untuk membantu saya menyadari bahwa saya masih belum ‘terlalu jauh,’” pemuda itu melanjutkan, “dan kemudian beberapa ayat lagi untuk meyakinkan bahwa saya mengerti seriusnya haluan saya yang salah. Ia berkata agar saya ‘memelihara diri bersih’ sampai suatu waktu tertentu, kemudian kami akan membahasnya lagi. Ia memberi tahu saya untuk tidak merasa putus asa jika saya jatuh, tetapi kali berikutnya tidak menyerah dan tiap kali mempertahankan diri untuk waktu yang lebih lama lagi.” Setelah mengatasi problem itu sepenuhnya, pria muda itu menambahkan: “Adanya seorang lain yang mengetahui problem saya dan yang membantu saya merupakan manfaat yang paling besar.”
Mengatasi Kemunduran
Setelah berupaya keras untuk mengatasi kebiasaan itu, seorang remaja gagal lagi. Ia mengakui: “Halnya seperti beban yang menghancurkan saya. Saya merasa begitu tidak berharga. Saya kemudian berpikir: ‘Saya telah terjerumus terlalu jauh. Bagaimanapun juga saya tidak mendapat perkenan Yehuwa, maka untuk apa saya harus bersikap keras terhadap diri sendiri?’” Tetapi, kegagalan tidak berarti bahwa seseorang telah kalah dalam perjuangan. Seorang gadis berumur 19 tahun berkata: “Mula-mula hal itu terjadi hampir setiap malam, namun kemudian saya mulai lebih bersandar kepada Yehuwa, dan dengan bantuan roh-Nya saya sekarang hanya gagal mungkin enam kali dalam setahun. Saya merasa sangat sedih setelah perbuatan itu, namun tiap kali saya gagal, bila godaan berikutnya datang, saya jauh lebih kuat.” Jadi lambat laun ia memenangkan perjuangannya.
Bila kita jatuh kembali, analisalah apa yang menyebabkan hal itu. Seorang remaja berkata: “Saya meninjau kembali apa yang telah saya baca atau pikirkan. Hampir selalu saya dapat langsung mengetahui apa yang menyebabkan saya tergelincir. Dengan demikian saya dapat berhenti melakukan hal itu dan memperbaikinya.”
Pahala dari Perjuangan yang Baik
Seorang remaja yang telah mengatasi masturbasi berkata: “Sejak berhasil mengatasi problem itu, saya dapat memiliki hati nurani yang bersih di hadapan Yehuwa, dan itulah sesuatu yang tidak akan saya tukar dengan apapun!”
Ya, hati nurani yang baik, perasaan harga diri yang lebih baik, kekuatan moral yang lebih besar, dan hubungan yang lebih erat dengan Allah, semua adalah imbalan untuk perjuangan yang baik melawan masturbasi. Seorang wanita muda yang akhirnya berhasil mengatasi maturbasi berkata: “Percayalah, kemenangan atas kebiasaan ini, sangat berarti dan membuat upaya yang dikerahkan tidak sia-sia.”
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi
◻ Mengapa berbahaya untuk terus memikirkan hal-hal yang erotis? Apa yang dapat dilakukan seorang remaja untuk mengalihkan pikirannya kepada hal lain?
◻ Tindakan pencegahan apa dapat diambil seorang remaja untuk mengurangi godaan memuaskan hawa nafsu dalam masturbasi?
◻ Mengapa serangan rohani berguna?
◻ Apa peranan doa dalam mengatasi kebiasaan ini?
◻ Mengapa akan membantu untuk berbicara empat mata kepada orang lain jika ada problem dalam hal ini?
[Kotak di hlm. 208]
Pornografi—Membentuk Kebiasaan dan Berbahaya!
“Pornografi terdapat di mana-mana: anda berjalan di jalan-jalan—anda melihat ini dipamerkan secara terang-terangan di kios-kios buku,” cerita Ronald, 19 tahun. “Beberapa di antara guru-guru kami membawanya ke sekolah, membacanya di meja mereka pada waktu menunggu mata pelajaran berikut.” Ya, banyak orang dari berbagai usia, latar belakang, dan tingkat pendidikan gemar sekali membaca pornografi. Seorang remaja bernama Mark berkata: “Pada waktu saya membaca majalah-majalah yang memuat gambar-gambar wanita muda serta memandang foto-foto itu, saya merasa terangsang! . . . Saya menunggu-nunggu terbitan baru majalah-majalah semacam itu karena melihat-lihat kembali majalah yang sudah saya baca tidak memberi saya rangsangan yang sama. Hal ini akhirnya menjadi kebiasaan.” Namun apakah ini kebiasaan yang baik?
Pornografi memberikan pesan yang kuat: ‘Seks adalah semata-mata untuk pemuasan diri.’ Kebanyakan darinya dipenuhi dengan pemerkosaan dan tindak kekerasan yang sadis. Banyak orang yang melihatnya segera mendapati bahwa bentuk-bentuk pornografi yang “lebih ringan” tidak lagi merangsang, maka mereka mencari gambar-gambar atau film-film yang lebih cabul lagi! Seperti dikatakan Ernest van den Haag, asisten profesor di Universitas New York: “Pornografi mengundang kita untuk memandang orang lain sebagai potongan-potongan daging belaka, sebagai obyek untuk dieksploitasi demi nafsu kesenangan kita sendiri.”
Pornografi selanjutnya memberikan gambaran yang sesat tentang seks dan bersifat memujanya sehingga sering menimbulkan problem-problem perkawinan. Seorang istri yang masih muda berkata: “Membaca pornografi membuat saya ingin melakukan hal-hal yang abnormal seperti yang digambarkan dalam buku-buku tersebut dengan suami saya. Hal ini terus menimbulkan frustrasi dan kekecewaan secara seksual.” Pada tahun 1981 diadakan penelitian di kalangan beberapa ratus wanita mengenai dampak pornografi terhadap hubungan dengan pria-pria dalam kehidupan mereka yang membacanya. Hampir separuh melaporkan bahwa hal itu menimbulkan problem yang serius. Hal itu benar-benar menghancurkan beberapa perkawinan atau pertunangan. Seorang istri meratap: “Saya hanya dapat menduga dari kebutuhan dan keinginan [suami saya] untuk penyaluran seksual melalui pornografi bahwa saya tidak mampu . . . Saya sangat ingin menjadi wanita yang dapat memuaskan dia, namun ia lebih menyukai plastik dan kertas dan kebutuhannya telah menghancurkan sebagian dari diri saya. . . . Pornografi adalah . . . anti cinta . . . Ia buruk, jahat dan menghancurkan.”
Tetapi, yang perlu mendapat perhatian yang paling besar dari para remaja Kristen ialah kenyataan bahwa pornografi langsung bertentangan dengan upaya seseorang untuk bersih dalam pandangan Allah. (2 Korintus 6:17–7:1) Alkitab menunjukkan bahwa “karena kedegilan hati mereka” beberapa orang pada zaman dulu ‘telah tumpul perasaannya’ dan “menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.” (Efesus 4:18, 19) Apakah anda ingin mengalami kebejatan semacam itu? Ingat, sekalipun anda hanya sewaktu-waktu memuaskan hawa nafsu dalam pornografi, akibatnya dapat menumpulkan kepekaan hati nurani. Hal itu telah mengakibatkan beberapa orang muda Kristen bermasturbasi, dan lebih buruk lagi melakukan imoralitas seks. Maka, hal yang bijaksana ialah berupaya keras untuk menjauhkan diri dari pornografi.
“Banyak kali ponografi terlihat langsung oleh saya,” kata remaja Darryl. “Maka saya dipaksa untuk melihatnya pada pandangan pertama; namun saya tidak perlu melihatnya untuk kedua kali.” Ya, jangan mau melihat ke tempat hal itu dipertunjukkan secara terang-terangan, dan tolaklah teman-teman sekolah yang ingin mendorong anda untuk melihatnya. Seperti dikatakan Karen yang berumur 18 tahun: “Sebagai seorang yang tidak sempurna, mencoba memusatkan pikiran pada hal-hal yang suci dan patut dipuji saja sudah cukup sulit. Tidakkah jauh lebih sulit lagi jika saya dengan sengaja membaca pornografi?”
[Gambar di hlm. 206]
“Doa dapat dengan sekejap menjadi menara kekuatan. Berdoa pada saat keinginan itu timbul pasti akan membantu”
-