Mahkamah Agung Connecticut Menegakkan Hak-Hak Pasien

Pada tanggal 8 April 1996, Mahkamah Agung Connecticut, AS, menegakkan hak Saksi-Saksi Yehuwa untuk menolak transfusi darah. Keputusan ini membalikkan keputusan pengadilan negeri sebelumnya.

Pada bulan Agustus 1994, Nelly Vega, salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa, mulai mengalami perdarahan hebat setelah melahirkan anaknya yang pertama. Upaya-upaya untuk menghentikan perdarahannya ternyata tidak efektif. Seraya kondisi Ny. Vega memburuk, rumah sakit berupaya memperoleh perintah pengadilan yang mengesahkan transfusi darah. Ny. Vega telah menandatangani dokumen pembebasan tanggung jawab medis yang menginstruksikan agar tidak ada darah atau bagian-bagian darah yang diberikan kepadanya selama perawatan di rumah sakit, dengan demikian membebaskan rumah sakit dari tanggung jawab apa pun atas konsekuensi dari keputusannya. Meskipun demikian, rumah sakit berpendapat bahwa memaksakan transfusi darah adalah demi kepentingan bayi yang baru lahir yang membutuhkan ibunya, demikian desakan dari rumah sakit. Pengadilan negeri juga memperhatikan bahwa selain masalah kehilangan darah, Ny. Vega masih muda dan sehat. Jadi, meskipun adanya protes dari suami Ny. Vega maupun penasihat hukumnya, pengadilan memberikan perintah dan transfusi diberikan.

Akhirnya, kasus itu diajukan ke Mahkamah Agung Connecticut. Di sana diputuskan dengan suara bulat bahwa tindakan rumah sakit melanggar hak-hak Ny. Vega. Keputusannya menyatakan, ”Pemeriksaan di hadapan pengadilan negeri diadakan pada tengah malam, di bawah keadaan yang luar biasa darurat yang tidak menguntungkan kedua belah pihak dalam menggunakan kesanggupan untuk mengembangkan argumen-argumen mereka.”

Keputusan Mahkamah Agung Connecticut ini juga penting bagi para non-Saksi. ”Keputusan itu penting bagi semua pasien yang mungkin tidak menyetujui keputusan para dokter mereka,” kata Donald T. Ridley, penasihat hukum Ny. Vega. ”Keputusan itu akan mencegah rumah sakit menginjak-injak nilai-nilai yang dijunjung para pasien, baik nilai agama maupun non-agama.”