PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Persatuan Mencirikan Ibadat yang Sejati
    Menara Pengawal—2010 | 15 September
    • Persatuan Mencirikan Ibadat yang Sejati

      ”Aku akan mempersatukan mereka, seperti kambing-domba dalam kandang.”​—MI. 2:12.

      1. Bagaimana ciptaan menyediakan bukti akan hikmat Allah?

      SEORANG pemazmur berseru, ”Betapa banyak pekerjaanmu, oh, Yehuwa! Semuanya itu kaubuat dengan hikmat. Bumi penuh dengan hasil kerjamu.” (Mz. 104:24) Hikmat Allah terlihat dengan jelas dari hubungan saling-bergantung di antara jutaan varietas tanaman, serangga, hewan, mamalia, dan bakteri yang membentuk jaring kehidupan yang menakjubkan di bumi ini. Selain itu, dalam tubuh Saudara, ada ribuan mekanisme, dari organ yang besar sampai mesin molekuler yang sangat kecil dalam sel Saudara, yang bekerja sama untuk membuat Saudara sehat walafiat.

      2. Sebagaimana dilukiskan di halaman 13, mengapa persatuan di antara orang Kristen tampak bagaikan mukjizat?

      2 Yehuwa menciptakan umat manusia untuk saling bergantung. Ras manusia sangat beragam dalam hal penampilan, kepribadian, dan keterampilan. Selain itu, Ia mengaruniai pasangan manusia pertama sifat-sifat saleh yang akan memungkinkan mereka bekerja sama dengan satu sama lain dan bergantung pada satu sama lain. (Kej. 1:27; 2:18) Meskipun demikian, dunia umat manusia pada umumnya kini terasing dari Allah dan, secara keseluruhan, tidak pernah berhasil bertindak secara terpadu. (1 Yoh. 5:19) Oleh karena itu, mengingat sidang Kristen abad pertama terdiri atas orang-orang yang sangat beragam, seperti budak asal Efesus, wanita Yunani yang terkemuka, pria Yahudi yang terpelajar, dan bekas penyembah berhala, persatuan mereka pastilah tampak bagaikan mukjizat.​—Kis. 13:1; 17:4; 1 Tes. 1:9; 1 Tim. 6:1.

      3. Bagaimana Alkitab menggambarkan persatuan di antara orang Kristen, dan apa yang akan kita ulas dalam pelajaran ini?

      3 Ibadat sejati memungkinkan orang-orang bekerja sama secara harmonis bagaikan anggota-anggota tubuh kita sendiri. (Baca 1 Korintus 12:12, 13.) Beberapa aspek yang akan kita ulas dalam artikel ini adalah: Bagaimana ibadat sejati mempersatukan orang? Mengapa Yehuwa adalah satu-satunya Pribadi yang dapat mempersatukan jutaan orang dari segala bangsa? Yehuwa membantu kita mengatasi rintangan apa saja untuk mencapai persatuan? Dan mengenai persatuan, apa perbedaan antara Kekristenan sejati dan Susunan Kristen?

      Bagaimana Ibadat Sejati Mempersatukan Orang-Orang?

      4. Bagaimana ibadat sejati mempersatukan orang-orang?

      4 Orang-orang yang mempraktekkan ibadat sejati mengakui bahwa karena Yehuwa menciptakan segalanya, Ia adalah Penguasa alam semesta yang sah. (Pny. 4:11) Jadi, meskipun orang Kristen sejati hidup di tengah-tengah beragam masyarakat dan situasi, mereka semua menaati hukum yang sama dari Allah dan hidup menurut prinsip Alkitab yang sama. Semua penganut ibadat sejati dengan tepat menyebut Yehuwa sebagai ”Bapak”. (Yes. 64:8; Mat. 6:9) Maka, mereka semua adalah saudara rohani dan bisa menikmati persatuan yang indah yang dilukiskan oleh sang pemazmur, ”Lihat! Betapa baik dan menyenangkan apabila saudara-saudara tinggal bersama dalam persatuan!”​—Mz. 133:1.

      5. Sifat apa yang turut menghasilkan persatuan di antara para penganut ibadat sejati?

      5 Meskipun orang Kristen sejati tidak sempurna, mereka beribadat bersama dalam persatuan karena mereka telah belajar untuk saling mengasihi. Yehuwa mengajar mereka untuk mengasihi, dan hanya Dia-lah yang dapat melakukannya. (Baca 1 Yohanes 4:7, 8.) Firman-Nya mengatakan, ”Kenakanlah keibaan hati yang lembut, kebaikan hati, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kepanjangsabaran. Teruslah bersabar seorang terhadap yang lain dan ampuni satu sama lain dengan lapang hati jika ada yang mempunyai alasan untuk mengeluh sehubungan dengan orang lain. Sama seperti Yehuwa dengan lapang hati mengampuni kamu, lakukan itu juga. Tetapi selain semua perkara ini, kenakanlah kasih, sebab itu adalah ikatan pemersatu yang sempurna.” (Kol. 3:12-14) Ikatan pemersatu yang sempurna ini​—kasih—​adalah sifat yang terutama mencirikan orang Kristen. Dari pengalaman pribadi, bukankah Saudara sendiri telah menyaksikan bahwa persatuan ini adalah ciri khas ibadat sejati?​—Yoh. 13:35.

      6. Bagaimana harapan Kerajaan membantu kita menikmati persatuan?

      6 Para penganut ibadat sejati juga dipersatukan karena mereka mengandalkan Kerajaan Allah sebagai satu-satunya harapan bagi umat manusia. Mereka tahu bahwa Kerajaan Allah tidak lama lagi akan menggantikan pemerintah-pemerintah manusia dan memberkati umat manusia yang taat dengan kedamaian yang sejati dan langgeng. (Yes. 11:4-9; Dan. 2:44) Maka, orang Kristen mengindahkan apa yang Yesus katakan tentang para pengikutnya, ”Mereka bukan bagian dari dunia, sebagaimana aku bukan bagian dari dunia.” (Yoh. 17:16) Orang Kristen sejati tetap netral dalam konflik-konflik dunia; dengan demikian, mereka bisa menikmati persatuan bahkan sewaktu orang-orang di sekitar mereka berperang.

      Satu-satunya Sumber Pengajaran Rohani

      7, 8. Bagaimana pengajaran Alkitab turut menghasilkan persatuan kita?

      7 Orang Kristen abad pertama menikmati persatuan karena mereka semua menerima anjuran dari sumber yang sama. Mereka mengakui bahwa Yesus mengajar dan mengarahkan sidang jemaat melalui suatu badan pimpinan, yang terdiri dari rasul-rasul dan para tua-tua di Yerusalem. Pria-pria yang berbakti ini mendasarkan keputusan mereka pada Firman Allah dan mengutus para pengawas keliling untuk menyampaikan pengajaran mereka kepada sidang jemaat di banyak negeri. Mengenai para pengawas keliling tersebut, Alkitab mengatakan, ”Seraya mereka meneruskan perjalanan dari kota ke kota, mereka menyampaikan ketetapan-ketetapan yang diputuskan rasul-rasul dan para tua-tua di Yerusalem.”​—Kis. 15:6, 19-22; 16:4.

      8 Demikian pula dewasa ini, suatu Badan Pimpinan yang terdiri dari orang-orang Kristen yang diurapi roh turut menghasilkan persatuan sidang jemaat sedunia. Badan Pimpinan menerbitkan bahan bacaan yang membina secara rohani dalam banyak bahasa. Makanan rohani ini didasarkan atas Firman Allah. Dengan demikian, apa yang diajarkan bukan berasal dari manusia melainkan dari Yehuwa.​—Yes. 54:13.

      9. Bagaimana pekerjaan yang Allah berikan kepada kita turut mempersatukan kita?

      9 Para pengawas Kristen juga menggalang persatuan dengan menjadi teladan dalam mengabar. Semangat persahabatan yang mempersatukan orang-orang yang bekerja bersama dalam dinas kepada Allah jauh lebih kuat daripada semangat yang mempersatukan orang-orang lain di dunia yang sekadar bersosialisasi bersama. Sidang jemaat Kristen didirikan, bukan untuk menjadi klub sosial, melainkan untuk menghormati Yehuwa dan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan​—pekerjaan memberitakan kabar baik, membuat murid, dan membina sidang jemaat. (Rm. 1:11, 12; 1 Tes. 5:11; Ibr. 10:24, 25) Jadi, rasul Paulus dapat mengatakan tentang orang Kristen, ”Kamu berdiri teguh dalam satu roh, dengan satu jiwa berjuang bersisi-sisian demi iman akan kabar baik.”​—Flp. 1:27.

      10. Dengan cara apa saja kita dipersatukan sebagai umat Allah?

      10 Maka, sebagai umat Yehuwa, kita dipersatukan karena kita menerima kedaulatan Yehuwa, mengasihi saudara-saudari kita, berharap pada Kerajaan Allah, dan merespek orang-orang yang Allah gunakan untuk menjalankan kepemimpinan di antara kita. Yehuwa membantu kita mengatasi sikap-sikap tertentu yang, karena ketidaksempurnaan kita, dapat mengancam persatuan kita.​—Rm. 12:2.

      Mengatasi Kesombongan dan Iri Hati

      11. Mengapa kesombongan memecah belah orang, dan bagaimana Yehuwa membantu kita mengatasinya?

      11 Kesombongan memecah belah orang. Orang yang sombong senang menganggap diri lebih unggul dan biasanya memperoleh kesenangan dengan membual tentang dirinya. Tetapi, hal ini sering kali menghalangi persatuan; orang-orang yang mendengarkan bualan mereka bisa merasa iri. Yakobus sang murid memberi tahu kita dengan gamblang, ”Semua kebanggaan demikian adalah fasik.” (Yak. 4:16) Memperlakukan orang lain seolah-olah mereka lebih rendah tidaklah pengasih. Sungguh luar biasa, Yehuwa adalah teladan kerendahan hati karena Ia mau berurusan dengan manusia tidak sempurna seperti kita. Daud menulis, ”Kerendahan hatimu [Allah], itulah yang membuat aku besar.” (2 Sam. 22:36) Firman Allah membantu kita menaklukkan kesombongan dengan mengajar kita untuk bernalar dengan sepatutnya. Paulus diilhamkan untuk bertanya, ”Siapakah yang membuatmu berbeda dari yang lain? Sesungguhnya, apa yang kamu miliki yang tidak kamu terima? Nah, jika kamu memang menerimanya, mengapa kamu bermegah seolah-olah kamu tidak menerimanya?”​—1 Kor. 4:7.

      12, 13. (a) Mengapa mudah untuk iri hati? (b) Apa saja hasilnya jika kita memandang orang lain dari sudut pandang Yehuwa?

      12 Iri hati adalah rintangan lain menuju persatuan. Karena mewarisi ketidaksempurnaan, kita semua memiliki ”kecenderungan untuk dengki”, dan bahkan orang Kristen kawakan boleh jadi kadang-kadang merasa iri kepada orang lain karena situasi, harta, hak istimewa, atau kemampuan orang itu. (Yak. 4:5) Misalnya, seorang saudara yang berkeluarga mungkin iri kepada seorang pelayan sepenuh waktu yang memiliki berbagai hak istimewa, padahal sang pelayan sepenuh waktu mungkin agak iri kepada saudara yang memiliki anak-anak itu. Apa yang dapat kita lakukan agar persatuan kita tidak dirusak oleh perasaan iri hati?

      13 Untuk membantu kita menghindari iri hati, ingatlah bahwa Alkitab menyamakan para anggota terurap dari sidang Kristen dengan bagian-bagian tubuh manusia. (Baca 1 Korintus 12:14-18.) Misalnya, meski mata Saudara mungkin lebih terlihat daripada jantung Saudara, bukankah keduanya berharga bagi Saudara? Demikian pula, Yehuwa menghargai semua anggota sidang meskipun ada yang selama suatu waktu lebih menonjol daripada yang lain. Jadi, marilah kita memandang saudara-saudara kita dari sudut pandang Yehuwa. Ketimbang iri hati kepada orang lain, kita dapat memperlihatkan perhatian dan minat pribadi kepada mereka. Dengan melakukannya, kita turut memperjelas perbedaan antara orang Kristen sejati dan orang di gereja-gereja Susunan Kristen.

      Susunan Kristen​—Dicirikan oleh Perpecahan

      14, 15. Bagaimana Kekristenan yang murtad menjadi terpecah belah?

      14 Persatuan di antara orang-orang Kristen sejati sangat kontras dengan pertikaian di antara gereja-gereja Susunan Kristen. Sejak abad keempat, Kekristenan yang murtad begitu meluas sampai-sampai seorang kaisar Romawi yang kafir mengambil alih kendali atasnya, dan turut mengembangkan Susunan Kristen. Kemudian, terjadilah perpecahan demi perpecahan dan banyak kerajaan memisahkan diri dari Roma lalu membentuk gereja Negara mereka sendiri.

      15 Banyak dari kerajaan-kerajaan itu saling berperang selama berabad-abad. Pada abad ke-17 dan ke-18, orang-orang di Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis mengutamakan pembaktian kepada Negara, sehingga nasionalisme menjadi seperti suatu agama. Pada abad ke-19 dan ke-20, nasionalisme mulai mendominasi pemikiran sebagian besar umat manusia. Akhirnya, gereja-gereja Susunan Kristen terpecah-pecah menjadi banyak sekte, yang kebanyakan menoleransi nasionalisme. Para anggota gereja bahkan ikut berperang melawan rekan seimannya dari bangsa lain. Dewasa ini, Susunan Kristen dipecah belah oleh sektarianisme maupun nasionalisme.

      16. Apa saja yang memecah belah Susunan Kristen?

      16 Pada abad ke-20, sebagian dari ratusan sekte Susunan Kristen memprakarsai gerakan ekumenis dalam upaya untuk bersatu. Tetapi, setelah puluhan tahun berupaya, tidak banyak gereja yang menyatu, dan para anggota gereja masih tidak sepaham tentang hal-hal seperti evolusi, aborsi, homoseksualitas, dan pengangkatan pendeta wanita. Di beberapa bagian Susunan Kristen, para pemimpin gereja berupaya menyatukan orang-orang dari berbagai sekte dengan menyepelekan doktrin-doktrin yang tadinya memecah belah. Tetapi, hal itu malah menghasilkan orang-orang yang imannya dangkal dan tentu saja tidak mempersatukan agama-agama Susunan Kristen yang terpecah belah.

      Mengalahkan Nasionalisme

      17. Bagaimana ibadat sejati dinubuatkan akan mempersatukan orang-orang ”pada akhir masa itu”?

      17 Meskipun umat manusia sekarang lebih terpecah belah daripada yang sudah-sudah, persatuan masih merupakan ciri yang membedakan para penganut ibadat sejati. Mikha nabi Allah menubuatkan, ”Aku akan mempersatukan mereka, seperti kambing-domba dalam kandang.” (Mi. 2:12) Mikha menubuatkan tentang ditinggikannya ibadat sejati di atas segala bentuk ibadat lainnya, baik ibadat kepada allah-allah palsu maupun kepada Negara sebagai allah. Ia menulis, ”Pasti terjadi pada akhir masa itu bahwa gunung rumah Yehuwa akan berdiri teguh mengatasi puncak gunung-gunung, dan akan ditinggikan mengatasi bukit-bukit; dan ke sana suku-suku bangsa akan berduyun-duyun. Sebab semua suku bangsa, masing-masing akan berjalan dengan nama allahnya; tetapi kami, kami akan berjalan dengan nama Yehuwa, Allah kami.”​—Mi. 4:1, 5.

      18. Ibadat sejati telah membantu kita membuat perubahan apa saja?

      18 Mikha juga menjelaskan bagaimana ibadat sejati akan mempersatukan orang-orang yang tadinya bermusuhan. ”[Orang-orang dari] banyak bangsa pasti akan pergi dan mengatakan, ’Marilah, kamu sekalian, mari kita naik ke gunung Yehuwa dan ke rumah Allah Yakub; dan ia akan mengajar kita tentang jalan-jalannya, dan kita akan berjalan di jalan-jalannya.’ . . . Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Mereka tidak akan mengangkat pedang, bangsa melawan bangsa, mereka juga tidak akan belajar perang lagi.” (Mi. 4:2, 3) Orang-orang yang meninggalkan ibadat kepada allah-allah buatan manusia atau kepada negara guna memeluk ibadat kepada Yehuwa menikmati persatuan global. Allah mengajar mereka jalan-jalan kasih.

      19. Dipersatukannya jutaan orang dalam ibadat sejati merupakan bukti yang jelas dari apa?

      19 Persatuan global orang-orang Kristen sejati dewasa ini unik dan merupakan bukti yang jelas bahwa Yehuwa terus membimbing umat-Nya melalui roh-Nya. Orang-orang dari segala bangsa sedang dipersatukan dalam skala yang tidak pernah ada sebelumnya dalam sejarah umat manusia. Ini adalah penggenapan yang menakjubkan dari apa yang disiratkan oleh Penyingkapan 7:9, 14, dan hal itu menunjukkan bahwa para malaikat Allah akan segera melepaskan ”angin” yang akan menghancurkan sistem fasik sekarang ini. (Baca Penyingkapan 7:1-4, 9, 10, 14.) Sungguh besar hak istimewa untuk dipersatukan dalam persaudaraan seluas dunia! Bagaimana kita masing-masing dapat turut menghasilkan persatuan itu? Hal ini akan dibahas di artikel berikut.

  • Persatuan Kristen Memuliakan Allah
    Menara Pengawal—2010 | 15 September
    • Persatuan Kristen Memuliakan Allah

      ’Dengan sungguh-sungguh berupayalah mempertahankan kesatuan roh.’​—EF. 4:3.

      1. Bagaimana orang-orang Kristen abad pertama di Efesus membawa kemuliaan bagi Allah?

      PERSATUAN dalam sidang Kristen di Efesus zaman dahulu memuliakan Allah yang benar, Yehuwa. Di pusat perdagangan yang makmur itu, beberapa saudara Kristen tampaknya adalah orang kaya yang memiliki budak-budak, sementara yang lainnya adalah budak dan kemungkinan besar sangat miskin. (Ef. 6:5, 9) Beberapa adalah orang Yahudi yang belajar kebenaran sewaktu rasul Paulus berbicara di sinagoga mereka selama tiga bulan. Yang lain tadinya menyembah Artemis dan mempraktekkan ilmu gaib. (Kis. 19:8, 19, 26) Jelaslah, Kekristenan sejati mempersatukan orang-orang yang beragam latar belakangnya. Paulus mengakui bahwa Yehuwa dimuliakan melalui persatuan di sidang. Sang rasul menulis, ’Bagi dialah kemuliaan melalui sidang jemaat.’​—Ef. 3:21.

      2. Apa yang mengancam persatuan di antara orang-orang Kristen di Efesus?

      2 Namun, persatuan yang Allah berkati di sidang Efesus terancam. Paulus memperingatkan para penatua di sana, ”Dari antara kamu sendiri akan muncul pria-pria yang membicarakan perkara-perkara yang belat-belit untuk menjauhkan murid-murid agar mengikuti mereka.” (Kis. 20:30) Juga, beberapa saudara belum sepenuhnya meninggalkan semangat memecah belah yang, seperti kata Paulus, ”bekerja dalam diri putra-putra ketidaktaatan”.​—Ef. 2:2; 4:22.

      Surat yang Menonjolkan Persatuan

      3, 4. Bagaimana surat Paulus kepada orang Efesus menandaskan persatuan?

      3 Paulus sadar bahwa agar orang Kristen dapat terus bekerja sama secara harmonis, mereka masing-masing harus mengerahkan upaya yang sungguh-sungguh untuk menggalang persatuan. Allah mengilhami Paulus untuk menulis surat kepada orang Efesus dengan tema persatuan. Misalnya, Paulus menulis tentang maksud Allah ”untuk mengumpulkan kembali segala perkara dalam Kristus”. (Ef. 1:10) Ia juga menyamakan orang Kristen dengan batu yang berbeda-beda yang membentuk sebuah bangunan. ”Seluruh bangunan, karena telah dipersatukan secara harmonis, bertumbuh menjadi bait kudus bagi Yehuwa.” (Ef. 2:20, 21) Selain itu, Paulus menonjolkan persatuan antara orang Yahudi dan non-Yahudi Kristen dan juga mengingatkan saudara-saudara bahwa mereka semua sama-sama diciptakan oleh Allah. Ia menyebut Yehuwa sebagai ”Bapak, yang kepadanya setiap keluarga di surga dan di bumi berutang nama”.​—Ef. 3:5, 6, 14, 15.

      4 Dengan mengupas Efesus pasal 4, kita akan melihat mengapa persatuan membutuhkan upaya, bagaimana Yehuwa membantu kita bersatu, dan sikap apa saja yang akan membantu kita tetap bersatu. Silakan baca seluruh pasal tersebut agar Saudara memperoleh manfaat yang lebih besar lagi dari pelajaran ini.

      Mengapa Kesatuan Membutuhkan Upaya

      5. Mengapa para malaikat Allah dapat melayani dalam persatuan, tetapi mengapa persatuan lebih menantang bagi kita?

      5 Paulus memohon agar saudara-saudaranya di Efesus ”berupaya mempertahankan kesatuan roh”. (Ef. 4:3) Untuk memahami perlunya upaya dalam hal ini, perhatikan contoh para malaikat Allah. Tidak ada makhluk hidup di bumi ini yang sama persis dengan yang lainnya, maka masuk akal untuk menyimpulkan bahwa Yehuwa telah mengaruniakan keunikan kepada masing-masing dari jutaan malaikat-Nya. (Dan. 7:10) Namun, mereka dapat melayani Yehuwa dalam persatuan karena mereka semua mendengarkan Dia dan melakukan kehendak-Nya. (Baca Mazmur 103:20, 21.) Seperti halnya para malaikat yang setia, orang Kristen memiliki beragam sifat. Tetapi, mereka juga memiliki beragam cacat kepribadian. Akibatnya, persatuan lebih menantang bagi kita.

      6. Sikap apa saja yang akan membantu kita senang bekerja sama dengan saudara-saudari yang cacat kepribadiannya berbeda dengan kita?

      6 Sewaktu orang-orang yang tidak sempurna mencoba bekerja sama, kesulitan bisa timbul dengan mudah. Misalnya, bagaimana jika seorang saudara yang lemah lembut tetapi sering datang terlambat melayani Yehuwa bersama seorang saudara yang tepat waktu tetapi gampang emosi? Masing-masing mungkin merasa bahwa ada yang tidak beres dengan tingkah laku rekannya tetapi mungkin lupa bahwa ada yang tidak beres juga dengan tingkah lakunya sendiri. Bagaimana dua saudara seperti itu dapat melayani bersama secara harmonis? Perhatikan bagaimana sikap-sikap yang Paulus sarankan selanjutnya akan membantu mereka. Kemudian, renungkan bagaimana kita bisa menggalang persatuan dengan memupuk sikap-sikap itu. Paulus menulis, ”[Aku] memohon agar kamu berjalan dengan layak . . . dengan penuh kerendahan hati dan kelemahlembutan, dengan kepanjangsabaran, saling bersabar dengan kasih, dengan sungguh-sungguh berupaya mempertahankan kesatuan roh dalam ikatan perdamaian yang mempersatukan.”​—Ef. 4:1-3.

      7. Mengapa sangat penting untuk mengupayakan persatuan dengan orang Kristen lain yang tidak sempurna?

      7 Belajar melayani Allah dalam persatuan dengan orang-orang lain yang tidak sempurna sangatlah penting karena para penganut ibadat sejati tergabung dalam satu tubuh saja. ”Ada satu tubuh, dan satu roh, sebagaimana kamu telah dipanggil berkaitan dengan satu harapan yang untuk itulah kamu dipanggil; satu Tuan, satu iman, satu baptisan; satu Allah dan Bapak bagi semua orang.” (Ef. 4:4-6) Roh dan berkat Yehuwa dikaitkan dengan satu persekutuan saudara-saudara yang sedang Yehuwa gunakan. Sekalipun seseorang di dalam sidang mengesalkan kita, ke mana lagi kita bisa pergi? Tidak ada tempat lain lagi di mana kita bisa mendengar perkataan kehidupan abadi.​—Yoh. 6:68.

      ”Pemberian Berupa Manusia” Menggalang Persatuan

      8. Apa yang Kristus gunakan untuk memperkuat kita dalam melawan pengaruh yang memecah belah?

      8 Paulus menggunakan sebuah kebiasaan umum di kalangan para prajurit zaman dahulu untuk mengilustrasikan bagaimana Yesus telah menyediakan ”pemberian berupa manusia” yang akan turut mempersatukan sidang jemaat. Prajurit yang menang dapat membawa pulang seorang tawanan asing sebagai budak untuk membantu tugas-tugas rumah tangga istrinya. (Mz. 68:1, 12, 18) Demikian pula, karena Yesus telah menang atas dunia ini, ia memperoleh banyak budak yang rela. (Baca Efesus 4:7, 8.) Bagaimana ia menggunakan orang-orang yang bagaikan tawanan itu? ”Ia memberikan beberapa orang sebagai rasul, beberapa sebagai nabi, beberapa sebagai penginjil, beberapa sebagai gembala dan guru, dengan maksud mengadakan penyesuaian kembali atas orang-orang kudus, untuk pekerjaan pelayanan, untuk pembangunan tubuh Kristus, hingga kita semua mencapai kesatuan dalam iman.”​—Ef. 4:11-13.

      9. (a) Bagaimana ”pemberian berupa manusia” turut memelihara persatuan kita? (b) Mengapa setiap anggota sidang hendaknya turut menggalang persatuan?

      9 Sebagai para gembala yang pengasih, ”pemberian berupa manusia” ini turut memelihara persatuan kita. Misalnya, jika seorang penatua di sidang memerhatikan bahwa ada dua saudara yang ”membangkitkan persaingan seorang dengan yang lain”, ia dapat berperan besar dalam menggalang persatuan dengan menyediakan nasihat secara pribadi untuk ”menyesuaikan kembali [mereka] dengan roh kelemahlembutan”. (Gal. 5:26–6:1) Sebagai guru-guru, ”pemberian berupa manusia” ini membantu kita membangun iman yang teguh berdasarkan ajaran Alkitab. Dengan demikian, mereka menggalang persatuan dan membantu kita mencapai kematangan Kristen. Paulus menulis bahwa hal ini perlu ”supaya kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, diombang-ambingkan seperti oleh gelombang dan dibawa ke sana kemari oleh setiap angin pengajaran melalui muslihat manusia, melalui kelicikan dalam merancang apa yang salah”. (Ef. 4:13, 14) Setiap orang Kristen hendaknya turut menggalang persatuan di antara saudara-saudari, seperti halnya setiap anggota tubuh jasmani kita membangun anggota tubuh lainnya dengan turut menyalurkan apa yang dibutuhkan.​—Baca Efesus 4:15, 16.

      Pupuklah Sikap-Sikap yang Baru

      10. Bagaimana tingkah laku yang amoral dapat mengancam persatuan kita?

      10 Apakah Saudara memerhatikan bahwa pasal keempat surat Paulus kepada orang Efesus memperlihatkan bahwa mempraktekkan kasih adalah kunci untuk mencapai persatuan sebagai orang Kristen yang matang? Berikutnya, surat itu memperlihatkan apa saja yang tercakup dalam kasih. Salah satunya, mengikuti jalan kasih berarti menjauhi percabulan dan tingkah laku bebas. Paulus mendesak saudara-saudaranya agar ”tidak lagi berjalan seperti bangsa-bangsa”. Orang-orang itu ”tidak memiliki perasaan moral”, dan ”mereka menyerahkan diri kepada tingkah laku bebas”. (Ef. 4:17-19) Dunia yang amoral ini mengancam persatuan kita. Orang-orang bercanda tentang percabulan, bernyanyi tentangnya, menontonnya sebagai hiburan, dan mempraktekkannya dengan diam-diam atau terang-terangan. Namun, bahkan menggoda lawan jenis, yang berarti bertindak seolah-olah Saudara tertarik secara seksual kepada seseorang padahal Saudara tidak berniat menikahinya, dapat menjauhkan Saudara dari Yehuwa dan sidang. Mengapa? Karena hal itu dengan mudah mengarah pada percabulan. Juga, hal itu mengarahkan seseorang yang telah menikah pada perzinaan sehingga dapat dengan kejam memisahkan anak-anak dari orang tua dan pasangan yang tidak bersalah dari teman hidupnya. Sungguh memecah belah! Tidak heran, Paulus menulis, ”Kamu tidak belajar bahwa Kristus seperti itu”!​—Ef. 4:20, 21.

      11. Alkitab menganjurkan orang Kristen untuk membuat perubahan apa?

      11 Paulus menandaskan bahwa kita harus meninggalkan cara berpikir yang merusak persatuan dan sebaliknya memupuk sikap-sikap yang memungkinkan kita hidup harmonis dengan orang lain. Ia mengatakan, ”Kamu harus menyingkirkan kepribadian lama yang sesuai dengan haluan tingkah lakumu yang dahulu dan yang dirusak menurut keinginannya [keinginan kepribadian lama] yang menyesatkan; . . . kamu harus diperbarui dalam hal kekuatan yang menggerakkan pikiranmu, dan mengenakan kepribadian baru yang diciptakan menurut kehendak Allah, dengan keadilbenaran yang sejati dan loyalitas.” (Ef. 4:22-24) Bagaimana kita dapat ’diperbarui dalam hal kekuatan yang menggerakkan pikiran kita’? Jika kita dengan penuh penghargaan merenungkan apa yang kita pelajari dari Firman Allah maupun dari teladan orang-orang Kristen yang matang, kita dapat berupaya mengenakan kepribadian baru ”yang diciptakan menurut kehendak Allah”.

      Pupuklah Cara-Cara Berbicara yang Baru

      12. Bagaimana mengatakan kebenaran menggalang persatuan, dan mengapa beberapa orang sulit untuk berkata jujur?

      12 Mengatakan kebenaran sangat penting bagi para anggota keluarga atau sidang. Tutur kata yang terus terang, terbuka, dan ramah bisa mempersatukan orang. (Yoh. 15:15) Tetapi, bagaimana jika seseorang berdusta kepada saudaranya? Sewaktu hal itu ketahuan, ikatan kepercayaan di antara mereka akan melemah. Saudara bisa mengerti mengapa Paulus menulis, ”Katakanlah kebenaran, masing-masing kepada sesamanya, karena kita adalah anggota seorang terhadap yang lain.” (Ef. 4:25) Seseorang yang terbiasa berdusta, barangkali sejak kecil, mungkin merasa sulit untuk mulai mengatakan kebenaran. Tetapi, Yehuwa akan menghargai upayanya untuk berubah dan akan membantu dia.

      13. Apa yang tercakup dalam menyingkirkan cacian?

      13 Yehuwa mengajar kita untuk menggalang respek dan persatuan dalam sidang maupun keluarga dengan menetapkan batas-batas yang tegas dalam hal tutur kata. ”Jangan ada perkataan busuk yang keluar dari mulutmu . . . Biarlah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkirkan darimu, beserta semua keburukan.” (Ef. 4:29, 31) Salah satu cara untuk menghindari tutur kata yang kasar adalah dengan memupuk respek yang lebih besar terhadap orang lain. Misalnya, seorang pria yang sering mencaci istrinya hendaknya berupaya mengubah sikapnya terhadap dia, terutama setelah ia belajar bagaimana Yehuwa menghormati wanita. Allah bahkan mengurapi beberapa wanita dengan roh kudus, memberi mereka prospek untuk memerintah sebagai raja bersama Kristus. (Gal. 3:28; 1 Ptr. 3:7) Demikian pula, seorang wanita yang terbiasa meneriaki suaminya hendaknya tergerak untuk berubah setelah ia belajar bagaimana Yesus menahan diri sewaktu dipancing.​—1 Ptr. 2:21-23.

      14. Mengapa mengungkapkan kemarahan itu berbahaya?

      14 Cacian berkaitan erat dengan kegagalan untuk mengendalikan kemarahan. Hal ini juga bisa memecah belah anggota sidang dan keluarga. Kemarahan bagaikan api. Itu bisa dengan mudah menjadi tidak terkendali dan mengakibatkan bencana. (Ams. 29:22) Orang yang punya alasan yang masuk akal untuk mengungkapkan rasa tidak senangnya harus dengan hati-hati mengendalikan kemarahannya agar tidak merusak hubungan yang berharga. Orang Kristen hendaknya berupaya mengampuni, tidak memendam kekesalan dan mengungkit-ungkit masalahnya. (Mz. 37:8; 103:8, 9; Ams. 17:9) Paulus menasihati orang Efesus, ”Jadilah murka, namun jangan berbuat dosa; jangan sampai matahari terbenam sewaktu kamu masih dalam keadaan terpancing untuk marah, juga jangan memberikan tempat bagi Iblis.” (Ef. 4:26, 27) Jika seseorang gagal mengendalikan kemarahan, ia memberi si Iblis peluang untuk menabur perpecahan dan bahkan konflik di sidang.

      15. Apa dampaknya jika kita mengambil apa yang bukan milik kita?

      15 Memperlihatkan respek atas barang orang lain turut menggalang persatuan sidang. Kita membaca, ”Biarlah orang yang mencuri tidak mencuri lagi.” (Ef. 4:28) Rasa percaya telah berkembang di kalangan umat Yehuwa. Jika seorang Kristen menyalahgunakan kepercayaan itu dengan mengambil apa yang bukan miliknya, ia akan merusak persatuan yang membahagiakan itu.

      Kasih akan Allah Mempersatukan Kita

      16. Bagaimana kita dapat menggunakan tutur kata yang membangun guna memperkuat persatuan kita?

      16 Persatuan sidang Kristen tercapai karena semua anggotanya digugah oleh kasih akan Allah untuk memperlakukan orang lain dengan kasih. Rasa syukur akan kebaikan Yehuwa memotivasi kita untuk mengerahkan upaya yang sungguh-sungguh guna menerapkan nasihat, ”[Ucapkanlah] perkataan apa pun yang baik, untuk membangun sesuai dengan kebutuhan, sehingga itu memberikan apa yang baik kepada para pendengar. . . . Hendaklah kamu baik hati seorang kepada yang lain, memiliki keibaan hati yang lembut, dengan lapang hati mengampuni satu sama lain sebagaimana Allah juga dengan lapang hati mengampuni kamu melalui Kristus.” (Ef. 4:29, 32) Yehuwa dengan baik hati mengampuni manusia yang tidak sempurna seperti kita. Tidakkah kita juga seharusnya mengampuni orang lain sewaktu melihat ketidaksempurnaan mereka?

      17. Mengapa kita hendaknya dengan sungguh-sungguh berupaya menggalang persatuan?

      17 Persatuan umat Allah memuliakan Yehuwa. Roh-Nya menggerakkan kita dengan berbagai cara untuk menggalang persatuan. Kita tentu tidak ingin melawan pengarahan roh. Paulus menulis, ”Jangan mendukakan roh kudus Allah.” (Ef. 4:30) Persatuan adalah harta yang layak dilindungi. Persatuan mendatangkan sukacita bagi semua yang memilikinya dan mendatangkan kemuliaan bagi Yehuwa. ”Karena itu, jadilah peniru Allah, sebagai anak-anak yang dikasihi, dan teruslah berjalan dengan kasih.”​—Ef. 5:1, 2.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan