PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ”Kerajaan Saya Bukan Bagian dari Dunia Ini”
    Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2018 | Juni
    • Yesus berdiri di hadapan Pontius Pilatus; Yesus memperlihatkan uang logam; Yesus menegur Petrus karena memotong telinga Malkhus

      ”Kerajaan Saya Bukan Bagian dari Dunia Ini”

      ”Saya harus bersaksi tentang kebenaran, karena untuk itulah . . . saya datang ke dunia.”​—YOH. 18:37.

      NYANYIAN: 15, 74

      APA JAWABAN SAUDARA?

      • Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa dia tidak mau ikut berpolitik?

      • Apa yang Yesus katakan tentang membayar pajak, dan mengapa itu bijaksana?

      • Bagaimana pandangan orang Kristen terhadap kekerasan?

      1, 2. (a) Mengapa dunia ini terpecah belah? (b) Tiga pertanyaan apa yang akan kita bahas?

      ”SEJAK kecil, saya sering melihat hal yang tidak adil,” kata seorang saudari di Eropa. ”Jadi, dulu saya menentang pemerintah dan mendukung pandangan yang dianggap ekstrem. Bahkan, selama bertahun-tahun saya pacaran dengan seorang teroris.” Seorang saudara di Afrika yang dulunya garang bercerita, ”Dulu, saya percaya suku sayalah yang paling hebat, dan saya ikut partai politik. Kami diajar untuk membunuh musuh dengan tombak, termasuk anggota suku kami yang mendukung partai lain.” Seorang saudari lain di Eropa mengakui, ”Dulu saya berprasangka dan membenci siapa pun yang kebangsaan atau agamanya berbeda dengan saya.”

      2 Ada semakin banyak orang yang bersikap seperti mereka. Banyak kelompok politik menggunakan kekerasan demi mendapat kemerdekaan. Orang-orang sering bertengkar soal politik. Di banyak negeri, orang asing semakin sering diperlakukan dengan buruk. Seperti yang Alkitab katakan, orang-orang di hari-hari terakhir ini ”tidak mau berdamai”. (2 Tim. 3:1, 3) Di dunia yang terpecah ini, bagaimana orang Kristen bisa tetap bersatu? Kita bisa belajar dari teladan Yesus. Orang-orang di zamannya juga terpecah karena pandangan politik yang berbeda. Kita akan membahas tiga pertanyaan: Mengapa Yesus tidak mau ikut kelompok politik mana pun? Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa umat Allah tidak boleh memihak dalam urusan politik? Dan bagaimana Yesus mengajar kita untuk tidak menggunakan kekerasan?

      SIKAP YESUS TERHADAP KELOMPOK YANG INGIN MERDEKA

      3, 4. (a) Apa yang diinginkan orang Yahudi pada zaman Yesus? (b) Apa pengaruhnya pada murid-murid Yesus?

      3 Banyak orang Yahudi yang Yesus kabari sangat ingin merdeka dari orang Romawi. Kaum Zealot Yahudi, sebuah kelompok politik yang fanatik, memengaruhi orang-orang agar semakin ingin merdeka. Banyak anggotanya adalah pengikut Yudas orang Galilea, mesias palsu yang menyesatkan banyak orang di abad pertama. Menurut sejarawan Yahudi bernama Yosefus, Yudas mendesak orang Yahudi untuk melawan Roma. Dia juga menyebut orang-orang yang membayar pajak kepada orang Romawi sebagai ”pengecut”. Belakangan, dia dihukum mati oleh orang Romawi. (Kis. 5:37) Sebagian anggota kaum Zealot bahkan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka.

      4 Kebanyakan orang Yahudi menantikan kedatangan Mesias. Mereka menyangka Mesias akan membebaskan mereka dari orang Romawi dan menjadikan Israel sebagai bangsa yang hebat lagi. (Luk. 2:38; 3:15) Banyak orang percaya bahwa dia akan mendirikan kerajaan di Israel, lalu jutaan orang Yahudi di seluruh dunia akan kembali ke Israel. Yohanes Pembaptis pun pernah bertanya kepada Yesus, ”Apakah kamu orang yang akan datang itu, atau kami harus tunggu orang yang lain?” (Mat. 11:2, 3) Yohanes mungkin ingin tahu apakah ada orang lain yang akan membebaskan orang Yahudi. Setelah Yesus dibangkitkan, dua murid yang bertemu Yesus di jalan menuju Emaus berkata bahwa mereka sempat berharap Mesias akan membebaskan Israel. (Baca Lukas 24:21.) Tidak lama setelah itu, para rasul bertanya kepada Yesus, ”Apakah Tuan akan mengembalikan kerajaan bagi Israel pada saat ini?”​—Kis. 1:6.

      5. (a) Mengapa orang Galilea ingin menjadikan Yesus raja? (b) Bagaimana Yesus meluruskan cara berpikir mereka?

      5 Orang Yahudi berharap Mesias akan menyelesaikan masalah mereka. Mungkin, karena itulah orang Galilea ingin menjadikan Yesus raja. Mereka pasti berpikir bahwa Yesus akan menjadi pemimpin terbaik. Dia terampil berbicara, bisa menyembuhkan orang sakit, dan bahkan bisa menyediakan makanan bagi yang lapar. Setelah Yesus memberi makan 5.000 orang, banyak orang terkesan. Alkitab berkata, ”Karena tahu bahwa mereka akan memaksa untuk menjadikan dia raja, [Yesus] pergi lagi ke gunung sendirian.” (Yoh. 6:10-15) Besoknya, setelah semangat orang-orang mereda, Yesus menjelaskan kepada mereka bahwa dia datang untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka, bukan kebutuhan materi. Dia berkata, ”Jangan bekerja untuk makanan yang bisa basi. Bekerjalah untuk makanan yang bertahan lama dan menghasilkan kehidupan abadi.”​—Yoh. 6:25-27.

      Yesus berdiri di hadapan Pontius Pilatus

      6. Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa dia tidak mau menjadi raja di bumi? (Lihat gambar di awal artikel.)

      6 Tidak lama sebelum kematian Yesus, sebagian pengikutnya berpikir bahwa dia akan menjadi raja di Yerusalem. Untuk meluruskan hal itu, Yesus memberi mereka perumpamaan tentang mina. Di perumpamaan itu, Yesus sebagai ”seorang bangsawan” harus pergi untuk waktu yang lama. (Luk. 19:11-13, 15) Yesus juga memberi tahu Gubernur Romawi Pontius Pilatus bahwa dia netral dalam urusan politik. Pilatus bertanya, ”Apakah kamu Raja Orang Yahudi?” (Yoh. 18:33) Pilatus mungkin takut kalau-kalau Yesus akan menyulut pemberontakan. Tapi Yesus menjawab, ”Kerajaan saya bukan bagian dari dunia ini.” (Yoh. 18:36) Yesus tidak mau ikut campur urusan politik, karena Kerajaannya akan ada di surga. Dia berkata bahwa tugasnya di bumi adalah ”bersaksi tentang kebenaran”.​—Baca Yohanes 18:37.

      Sebuah keluarga khawatir karena melihat berita politik di TV. Tapi setelah belajar nubuat Alkitab, mereka merasa tenang

      Apakah Saudara berfokus pada masalah dunia atau pada Kerajaan Allah? (Lihat paragraf 7)

      7. Mengapa kita mungkin sulit untuk tidak mendukung suatu kelompok politik, bahkan dalam hati?

      7 Yesus tahu apa tugasnya. Kalau kita tahu apa tugas kita, kita tidak akan mendukung kelompok politik mana pun, bahkan dalam hati. Ini tidak selalu mudah. Seorang pengawas wilayah berkata bahwa orang-orang di daerahnya semakin ekstrem. Karena sangat bangga dengan bangsa mereka, mereka merasa bahwa lebih baik mereka dipimpin oleh orang yang sebangsa dengan mereka. Dia menambahkan, ”Syukurlah, saudara-saudari tetap bersatu karena fokus memberitakan kabar baik Kerajaan. Mereka yakin bahwa Allah akan menghapus hal-hal yang tidak adil dan semua masalah lainnya.”

      YESUS NETRAL DALAM MASALAH POLITIK

      8. Situasi sulit apa yang dihadapi orang Yahudi di zaman Yesus?

      8 Biasanya orang-orang tertarik untuk ikut berpolitik karena melihat hal-hal yang tidak adil. Di zaman Yesus, masalah pajak membuat orang-orang ikut berpolitik. Malah, Yudas orang Galilea memberontak karena ada pendaftaran penduduk untuk memastikan mereka membayar pajak kepada Roma. Mereka diwajibkan membayar berbagai pajak, seperti pajak tanah dan rumah. Ini diperparah karena para pemungut pajak melakukan korupsi. Mereka kadang menyuap pejabat untuk mendapat kedudukan, lalu memanfaatkan kedudukan itu untuk memperkaya diri. Zakheus, kepala pemungut pajak di Yerikho, menjadi kaya karena memeras orang.​—Luk. 19:2, 8.

      Yesus memperlihatkan uang logam untuk menjawab orang Farisi

      9, 10. (a) Bagaimana musuh Yesus berusaha agar dia memihak dalam masalah politik? (b) Apa yang kita pelajari dari jawaban Yesus? (Lihat gambar di awal artikel.)

      9 Para musuh Yesus berusaha agar dia memihak dalam soal membayar pajak. Mereka bertanya tentang ”pajak kepala”, yaitu pajak sebesar satu dinar yang wajib dibayar setiap orang Yahudi. (Baca Matius 22:16-18.) Pajak itu mengingatkan orang Yahudi bahwa mereka dikuasai oleh Roma, jadi mereka sangat tidak suka membayarnya. Para ”pengikut partai Herodes” sebenarnya ingin menjebak Yesus. Kalau Yesus berkata bahwa mereka tidak perlu membayarnya, dia bisa dituduh menyulut pemberontakan. Tapi, kalau Yesus berkata bahwa mereka perlu membayarnya, orang-orang bisa berhenti mengikuti dia. Jadi apa yang Yesus lakukan?

      10 Yesus berupaya tetap netral. Dia berkata, ”Berikan milik Kaisar kepada Kaisar, tapi milik Allah kepada Allah.” (Mat. 22:21) Yesus tahu bahwa banyak pemungut pajak melakukan korupsi, tapi dia tidak berfokus pada hal itu. Dia berfokus pada Kerajaan Allah, yang akan menyelesaikan semua masalah manusia. Kita perlu meniru teladan Yesus. Kita tidak boleh berpihak saat ada masalah politik, bahkan jika salah satu pihak kelihatannya benar dan adil. Orang Kristen berfokus pada Kerajaan Allah dan apa yang benar menurut Allah. Maka, kita tidak ikut berpendapat soal apa yang adil dan tidak atau berbicara menentang yang tidak adil.​—Mat. 6:33.

      11. Apa cara terbaik untuk menghentikan perlakuan yang tidak adil?

      11 Banyak Saksi Yehuwa telah berhasil membuang pandangan politik mereka. Misalnya, sebelum belajar kebenaran, seorang saudari di Inggris belajar sosiologi di universitas dan mulai memiliki pandangan politik yang ekstrem. Dia berkata, ”Saya mau membela hak orang kulit hitam, karena kami diperlakukan dengan sangat tidak adil. Walaupun saya pintar berdebat, pada akhirnya saya tetap kecewa. Saya tidak sadar bahwa sebenarnya, agar perlakuan tidak adil terhadap ras tertentu bisa hilang, hati orang perlu diubah. Saat mulai belajar Alkitab, saya sadar bahwa saya harus mengubah perasaan saya lebih dulu. Seorang saudari kulit putih membantu saya dengan sabar. Sekarang, saya merintis di sidang bahasa isyarat dan berusaha mengabar kepada segala macam orang.”

      ”MASUKKAN PEDANGMU KE TEMPATNYA”

      12. ”Ragi” apa yang harus dihindari murid-murid Yesus?

      12 Di zaman Yesus, para pemimpin agama sering mendukung kelompok politik. Misalnya, menurut buku Daily Life in Palestine at the Time of Christ (Kehidupan di Palestina pada Zaman Kristus), orang Yahudi terbagi dalam kelompok-kelompok agama yang mirip dengan kelompok politik. Jadi, Yesus memperingatkan muridnya, ”Tetaplah buka mata kalian. Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” (Mrk. 8:15) ”Herodes” mungkin memaksudkan pengikut partai Herodes. Kelompok lainnya, orang Farisi, ingin agar orang Yahudi bebas dari pemerintah Romawi. Di buku Matius, Yesus juga menyebutkan ragi orang Saduki. Karena memiliki kedudukan di pemerintahan, banyak orang Saduki ingin agar Roma terus memerintah. Yesus memperingatkan murid-muridnya untuk menghindari ”ragi”, atau ajaran, ketiga kelompok itu. (Mat. 16:6, 12) Yang menarik, Yesus memberi peringatan itu tidak lama setelah orang-orang ingin menjadikan dia raja.

      Yesus menegur Petrus karena memotong telinga Malkhus

      13, 14. (a) Bagaimana masalah politik dan agama bisa mengakibatkan kekerasan dan perlakuan tidak adil? (b) Mengapa kita tidak boleh melakukan kekerasan, apa pun alasannya? (Lihat gambar di awal artikel.)

      13 Jika agama terlibat dalam urusan politik, itu sering kali mengakibatkan kekerasan. Para imam kepala dan orang Farisi punya kedudukan di bidang agama dan politik. Itu sebabnya mereka ingin membunuh Yesus, karena dia mengajar para muridnya untuk tetap netral. Mereka khawatir orang-orang akan mendengarkan Yesus dan berhenti mengikuti mereka. Jika itu terjadi, mereka bisa kehilangan kedudukan mereka. Mereka berkata, ”Kalau kita membiarkan dia begini terus, semua orang akan beriman kepadanya, dan orang Romawi akan datang dan mengambil alih tempat kita maupun bangsa kita.” (Yoh. 11:48) Jadi, Imam Besar Kayafas membuat rencana untuk membunuh Yesus.​—Yoh. 11:49-53; 18:14.

      14 Pada malam hari, Kayafas mengirim pasukan untuk menangkap Yesus. Tapi, Yesus mengetahui rencana itu. Jadi, terakhir kali dia makan bersama para rasul, dia menyuruh mereka membawa pedang. Bagi Yesus, dua pedang sudah cukup untuk mengajar mereka sesuatu yang penting. (Luk. 22:36-38) Ketika segerombolan orang datang untuk menangkap Yesus, Petrus sangat marah karena perlakuan tidak adil itu. Lalu, dia menyerang seseorang dengan pedang. (Yoh. 18:10) Tapi Yesus memberi tahu dia, ”Masukkan pedangmu ke tempatnya, karena semua yang memakai pedang akan mati oleh pedang.” (Mat. 26:52, 53) Pelajaran apa yang Yesus berikan? Para murid tidak boleh menjadi bagian dari dunia. Sebelumnya di malam yang sama, Yesus sudah mendoakan hal itu. (Baca Yohanes 17:16.) Hanya Allah yang berhak menyelesaikan hal-hal yang tidak adil.

      15, 16. (a) Bagaimana Firman Allah membantu orang Kristen menghindari konflik? (b) Perbedaan apa yang Yehuwa lihat di dunia ini?

      15 Saudari di Eropa yang disebutkan sebelumnya menyimpulkan hal yang sama, ”Saya sudah melihat bahwa kekerasan tidak menghasilkan keadilan. Banyak orang yang melakukan kekerasan akhirnya mati atau kecewa berat. Saya senang karena Alkitab mengajarkan bahwa hanya Allah yang bisa mewujudkan keadilan sejati di bumi. Selama 25 tahun terakhir, itulah yang saya beritakan.” Saudara di Afrika tadi telah menukar tombaknya dengan ”pedang rohani berupa firman Allah”. (Ef. 6:17) Sekarang, dia memberitakan tentang kedamaian kepada orang dari segala suku. Dan setelah saudari lain di Eropa tadi menjadi Saksi Yehuwa, dia menikah dengan seorang saudara dari ras yang dulu dia benci. Mereka bertiga berubah karena ingin meniru Kristus.

      16 Kita benar-benar perlu berubah seperti itu! Alkitab berkata bahwa umat manusia itu bagaikan ”laut bergelora yang tidak bisa tenang”. (Yes. 17:12; 57:20, 21; Why. 13:1) Masalah politik membuat orang marah, terpecah belah, dan melakukan kekerasan. Tapi, kita tetap damai dan bersatu. Saat Yehuwa melihat dunia ini terpecah belah, Dia pasti senang melihat umat-Nya bersatu.​—Baca Zefanya 3:17.

      17. (a) Tiga hal apa yang bisa membuat kita tetap bersatu? (b) Apa yang akan kita bahas di artikel berikutnya?

      17 Di artikel ini, kita sudah belajar tiga hal yang bisa membuat kita tetap bersatu: (1) Kita percaya bahwa Kerajaan Allah akan meluruskan hal-hal yang tidak adil, (2) kita netral dalam masalah politik, dan (3) kita tidak melakukan kekerasan. Hal lain lagi yang bisa membuat kita terpecah adalah prasangka. Artikel berikutnya akan membahas bagaimana kita bisa mengatasi prasangka, seperti orang Kristen di zaman dulu.

  • Semoga Kita Bersatu Seperti Yehuwa dan Yesus
    Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2018 | Juni
    • Seorang Samaria yang baik hati mendekati orang Yahudi yang terluka; Yesus berbicara dengan seorang wanita Samaria di dekat sumur; Petrus masuk ke rumah Kornelius

      Semoga Kita Bersatu Seperti Yehuwa dan Yesus

      ”Aku berdoa . . . agar mereka semua menjadi satu, seperti Engkau, Bapak, bersatu dengan aku.”​—YOH. 17:20, 21.

      NYANYIAN: 24, 99

      APA JAWABAN SAUDARA?

      • Prasangka apa yang harus dibuang murid-murid Yesus?

      • Bagaimana orang Kristen zaman dulu membuang prasangka dan bersatu?

      • Bagaimana kita bisa ikut menjaga persatuan umat Allah?

      1, 2. (a) Apa yang Yesus inginkan dalam doa terakhirnya bersama para rasul? (b) Mengapa Yesus mungkin prihatin dengan persatuan mereka?

      KETIKA Yesus makan bersama para rasulnya untuk terakhir kalinya, dia prihatin karena murid-muridnya tidak bersatu. Dalam doanya bersama mereka, dia ingin agar mereka bersatu, seperti dia dan Bapaknya. (Baca Yohanes 17:20, 21.) Kalau murid Yesus bersatu, itu akan menjadi bukti bahwa dia diutus oleh Yehuwa. Kasih akan menjadi ciri murid-murid Yesus yang sejati dan membuat mereka lebih bersatu.​—Yoh. 13:34, 35.

      2 Wajar saja kalau malam itu Yesus banyak berbicara tentang persatuan. Dia melihat bahwa para rasulnya tidak benar-benar bersatu. Misalnya, mereka lagi-lagi berdebat tentang ”siapa yang terbesar di antara mereka”. (Luk. 22:24-27; Mrk. 9:33, 34) Sebelumnya, Yakobus dan Yohanes pernah meminta agar Yesus memberi mereka kedudukan utama di Kerajaan surga bersamanya.​—Mrk. 10:35-40.

      3. (a) Apa yang mungkin membuat murid-murid Kristus sulit bersatu? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas?

      3 Tapi, yang membuat murid-murid Kristus sulit bersatu bukan hanya keinginan untuk berkuasa. Orang-orang di zaman itu terpecah belah karena adanya kebencian dan prasangka. Murid Yesus harus membuang perasaan negatif itu. Kita akan membahas tiga pertanyaan: Bagaimana sikap Yesus terhadap prasangka? Bagaimana dia membantu para pengikutnya agar bersatu dan tidak berat sebelah? Dan bagaimana teladan dan ajaran Yesus membantu kita tetap bersatu?

      PRASANGKA YANG DIHADAPI YESUS DAN PENGIKUTNYA

      4. Yesus pernah menjadi korban prasangka. Berikan contoh.

      4 Yesus sendiri pernah menjadi korban prasangka. Saat Filipus memberi tahu Natanael bahwa dia sudah menemukan Mesias, Natanael berkata, ”Mana mungkin hal yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh. 1:46) Natanael mungkin tahu bahwa Mesias akan lahir di Betlehem, seperti yang dikatakan Mikha 5:2. Dia mungkin berpikir bahwa Mesias tidak mungkin datang dari Nazaret, karena kota itu bukan kota penting. Selain itu, beberapa orang Yudea yang terkemuka meremehkan Yesus karena dia berasal dari Galilea. (Yoh. 7:52) Banyak orang Yudea menganggap rendah orang Galilea. Beberapa orang Yahudi juga menghina Yesus dengan menyebutnya orang Samaria. (Yoh. 8:48) Orang Samaria berasal dari bangsa lain, dan agama mereka berbeda dengan agama Yahudi. Mereka dipandang rendah dan dijauhi oleh orang Yudea dan Galilea.​—Yoh. 4:9.

      5. Mengapa orang-orang berprasangka terhadap pengikut Yesus?

      5 Para pemimpin agama Yahudi juga memandang rendah pengikut Yesus. Orang Farisi menyebut mereka ”orang-orang terkutuk”. (Yoh. 7:47-49) Menurut orang Farisi, siapa pun yang tidak belajar di sekolah agama Yahudi dan tidak mengikuti tradisi mereka adalah orang rendahan yang hina. (Kis. 4:13, ctk.) Orang-orang berprasangka terhadap Yesus dan murid-muridnya karena mereka bangga dengan agama, status sosial, dan ras mereka. Ini memengaruhi pandangan murid-murid Yesus terhadap orang lain. Agar tetap bersatu, murid-murid Yesus harus mengubah pandangan mereka.

      6. Berikan contoh bagaimana prasangka memengaruhi kita.

      6 Sekarang, dunia ini penuh dengan prasangka. Orang-orang mungkin berprasangka terhadap kita, dan kita mungkin berprasangka terhadap mereka. Seorang saudari di Australia yang sekarang merintis berkata, ”Dulu, saya benci sekali orang kulit putih, karena sejak dulu mereka tidak adil terhadap orang Aborigin. Saya semakin membenci mereka karena saya sendiri menjadi korbannya.” Seorang saudara dari Kanada mengakui, ”Dulu, saya merasa bahwa orang yang berbahasa Prancis lebih hebat. Saya tidak suka dengan orang yang berbahasa Inggris.”

      7. Bagaimana sikap Yesus terhadap prasangka?

      7 Seperti di zaman Yesus, prasangka di zaman kita sudah berurat berakar dan sulit diubah. Bagaimana sikap Yesus terhadap prasangka? Pertama, dia sendiri tidak pernah berprasangka atau berat sebelah. Dia mengabar kepada orang kaya maupun orang miskin, orang Farisi maupun orang Samaria, dan bahkan kepada pemungut pajak dan orang berdosa. Kedua, melalui ajaran dan teladannya, dia menunjukkan bahwa murid-muridnya tidak boleh curiga atau berprasangka terhadap orang lain.

      KASIH DAN KERENDAHAN HATI MENGALAHKAN PRASANGKA

      8. Prinsip penting apa yang menjadi alasan kita bersatu?

      8 Yesus mengajarkan satu prinsip penting yang menjadi alasan kita bersatu. Dia memberi tahu murid-muridnya, ”Kalian semua bersaudara.” (Baca Matius 23:8, 9.) Kita memang bersaudara karena kita semua keturunan Adam. (Kis. 17:26) Selain itu, Yesus menjelaskan bahwa murid-muridnya bersaudara karena mereka semua mengakui Yehuwa sebagai Bapak mereka di surga. (Mat. 12:50) Dan, mereka adalah bagian dari keluarga Allah, yang dipersatukan oleh kasih dan iman. Karena itu, saat para rasul menulis surat kepada sidang-sidang, mereka menyapa orang Kristen lainnya sebagai saudara-saudari.​—Rm. 1:13; 2 Ptr. 1:10; 1 Yoh. 3:13.a

      9, 10. (a) Mengapa orang Yahudi tidak punya alasan untuk membanggakan ras mereka? (b) Bagaimana Yesus mengajarkan bahwa kita tidak boleh merasa ras kita paling hebat? (Lihat gambar di awal artikel.)

      9 Setelah memberi tahu para murid untuk menganggap satu sama lain sebagai saudara-saudari, Yesus menekankan bahwa mereka harus rendah hati. (Baca Matius 23:11, 12.) Seperti yang sudah kita bahas, kesombongan kadang membuat para rasul terbagi. Di zaman Yesus, orang-orang sangat bangga dengan ras mereka. Banyak orang Yahudi merasa diri lebih hebat karena mereka keturunan Abraham. Tapi Yohanes Pembaptis memberi tahu mereka, ”Allah sanggup memberi Abraham anak-anak dari batu-batu ini.”​—Luk. 3:8.

      Seorang Samaria yang baik hati mendekati orang Yahudi yang terluka

      10 Yesus mengajarkan bahwa kita tidak boleh merasa ras kita paling hebat. Seorang ahli Taurat pernah bertanya kepadanya, ”Sesama saya itu sebenarnya siapa?” Untuk menjawabnya, Yesus memberikan satu perumpamaan: Ada orang Yahudi yang dipukuli para perampok dan ditinggalkan di pinggir jalan. Tapi, beberapa orang Yahudi yang lewat tidak menolongnya, sedangkan orang Samaria merasa kasihan dan merawatnya. Yesus berkata bahwa ahli Taurat itu harus menjadi seperti orang Samaria tersebut. (Luk. 10:25-37) Yesus menunjukkan bahwa orang Samaria pun bisa mengajar orang Yahudi artinya mengasihi sesama.

      11. Mengapa murid Yesus tidak boleh berat sebelah, dan bagaimana dia membantu mereka memahami hal itu?

      11 Sebelum naik ke surga, Yesus meminta murid-muridnya mengabar ”di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian yang paling jauh di bumi”. (Kis. 1:8) Untuk bisa melakukannya, mereka tidak boleh berprasangka dan merasa ras mereka paling hebat. Yesus sering berbicara tentang sifat bagus yang dimiliki orang asing, supaya murid-muridnya bisa siap mengabar ke segala bangsa. Misalnya, dia memuji seorang perwira Romawi yang imannya luar biasa. (Mat. 8:5-10) Di kota asalnya, Nazaret, Yesus menjelaskan bahwa Yehuwa membantu orang-orang asing, seperti janda Fenisia di Zarefat dan Naaman dari Siria yang menderita kusta. (Luk. 4:25-27) Yesus juga mengabar kepada seorang wanita Samaria, bahkan menghabiskan dua hari di salah satu kota Samaria karena penduduknya berminat mendengarkan dia.​—Yoh. 4:21-24, 40.

      ORANG KRISTEN ZAMAN DULU MEMBUANG PRASANGKA

      Yesus berbicara dengan seorang wanita Samaria di dekat sumur

      12, 13. (a) Apa reaksi para rasul ketika Yesus mengajar wanita Samaria? (Lihat gambar di awal artikel.) (b) Apa yang menunjukkan bahwa Yakobus dan Yohanes belum mengerti ajaran Yesus?

      12 Tapi, tidak mudah bagi para rasul untuk membuang prasangka. Mereka kaget karena Yesus mau mengajar wanita Samaria. (Yoh. 4:9, 27) Mengapa? Mungkin karena para pemimpin agama Yahudi tidak mau berbicara dengan wanita di depan umum, apalagi dengan seorang wanita Samaria yang reputasinya buruk. Para rasul mengajak Yesus makan, tapi Yesus lebih memilih untuk berbicara dengan wanita itu. Bapaknya ingin agar dia mengabar, termasuk kepada wanita Samaria. Melakukan kehendak Allah itu seperti makanan bagi Yesus.​—Yoh. 4:31-34.

      13 Yakobus dan Yohanes tidak memahami hal penting itu. Saat mengunjungi Samaria bersama Yesus, para murid mencari tempat menginap di sebuah desa. Tapi, orang Samaria tidak mengizinkan mereka. Yakobus dan Yohanes pun marah dan ingin menyuruh api turun dari langit untuk memusnahkan desa itu. Yesus menegur mereka dengan keras. (Luk. 9:51-56) Mungkin, Yakobus dan Yohanes tidak akan semarah itu andaikan itu terjadi di daerah asal mereka, Galilea. Bisa jadi, mereka marah karena berprasangka. Belakangan, saat orang-orang Samaria mau mendengarkan beritanya, Yohanes mungkin malu atas sikapnya dulu.​—Kis. 8:14, 25.

      14. Bagaimana masalah yang timbul karena prasangka ditangani?

      14 Tidak lama setelah Pentakosta 33 M, ada perlakuan tidak adil yang terjadi di sidang. Ketika ada pembagian makanan untuk para janda miskin, para janda yang berbahasa Yunani diabaikan. (Kis. 6:1) Ini mungkin terjadi karena prasangka. Tapi, para rasul segera menangani hal ini. Mereka memilih tujuh saudara yang reputasinya baik untuk membagikan makanan dengan adil. Karena ketujuh saudara itu punya nama Yunani, para janda yang terabaikan itu mungkin merasa lega.

      Petrus masuk ke rumah Kornelius

      15. Bagaimana Petrus belajar untuk bersikap tidak berat sebelah kepada siapa pun? (Lihat gambar di awal artikel.)

      15 Pada 36 M, murid Yesus mulai mengabar kepada orang dari segala bangsa. Sebelumnya, Rasul Petrus hanya bergaul dengan orang Yahudi. Tapi, Allah menunjukkan bahwa orang Kristen tidak boleh berat sebelah. Petrus pun mengabar kepada Kornelius, seorang perwira Romawi. (Baca Kisah 10:28, 34, 35.) Setelah itu, Petrus bergaul dan makan bersama orang Kristen dari bangsa lain. Tapi belakangan, di kota Antiokhia, dia tidak mau lagi makan bersama mereka. (Gal. 2:11-14) Paulus mengoreksi Petrus, dan Petrus mau dikoreksi. Dari mana kita tahu? Saat Petrus menulis surat pertamanya untuk orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi di Asia Kecil, dia berbicara tentang pentingnya mengasihi semua saudara seiman.​—1 Ptr. 1:1; 2:17.

      16. Orang Kristen di zaman dulu dikenal karena apa?

      16 Karena teladan Yesus, para rasul bisa mengasihi ”segala macam orang”. (Yoh. 12:32; 1 Tim. 4:10) Mereka akhirnya bisa mengubah cara pandang mereka terhadap orang lain. Malah, orang Kristen di zaman itu dikenal karena saling mengasihi. Sekitar tahun 200 M, seorang penulis bernama Tertulian mengutip komentar tentang orang Kristen, ”Mereka saling mengasihi . . . Mereka bahkan rela mati untuk satu sama lain.” Karena memakai ”kepribadian baru”, orang Kristen meniru Yehuwa dan tidak membeda-bedakan siapa pun.​—Kol. 3:10, 11.

      17. Bagaimana kita bisa membuang prasangka? Berikan contoh.

      17 Sekarang, kita mungkin butuh waktu untuk membuang semua prasangka. Seorang saudari di Prancis menceritakan betapa sulitnya hal ini bagi dia. Dia berkata, ”Yehuwa sudah mengajar saya artinya kasih, artinya berbagi, dan artinya mengasihi segala macam orang. Tapi, saya masih belajar untuk membuang prasangka terhadap orang lain, dan ini tidak selalu mudah. Maka, saya terus mendoakan hal ini.” Seorang saudari di Spanyol bercerita, ”Kadang, saya masih harus melawan perasaan negatif terhadap kelompok tertentu. Sering kali, saya berhasil. Tapi, saya masih perlu berjuang. Saya senang sekali karena Yehuwa membantu saya menjadi bagian dari keluarga yang bersatu.” Kita semua perlu memeriksa diri baik-baik dan membuang prasangka apa pun yang kita miliki.

      KASIH MENGHAPUS PRASANGKA

      18, 19. (a) Apa saja alasan kita menyambut semua orang? (b) Bagaimana cara kita melakukannya?

      18 Ingatlah, dulu kita semua tidak mengenal Allah. (Ef. 2:12) Tapi, Yehuwa dengan pengasih menarik kita kepada-Nya. (Hos. 11:4; Yoh. 6:44) Kristus juga menyambut kita, sehingga kita bisa menjadi bagian dari keluarga Allah. (Baca Roma 15:7.) Meski kita tidak sempurna, Yesus mau menerima kita. Jadi, kita tentu mau menyambut siapa saja!

      Tiga saudari yang berbeda ras

      Kita bersatu dan saling mengasihi karena ”hikmat dari atas” (Lihat paragraf 19)

      19 Di hari-hari terakhir dunia yang jahat ini, orang-orang akan semakin terbagi, berprasangka, dan saling membenci. (Gal. 5:19-21; 2 Tim. 3:13) Tapi sebagai umat Yehuwa, kita membutuhkan ”hikmat dari atas”, supaya kita tidak berat sebelah dan suka damai. (Yak. 3:17, 18) Kita senang bersahabat dengan orang dari negeri lain, menerima kebiasaan mereka, dan bahkan mempelajari bahasa mereka. Dengan begitu, kita akan menikmati damai yang ”seperti sungai” dan keadilan yang ”seperti ombak di lautan”.​—Yes. 48:17, 18.

      20. Apa hasilnya jika kasih mengubah pandangan dan perasaan kita?

      20 Ketika saudari dari Australia itu belajar Alkitab, dia akhirnya tidak lagi berprasangka atau membenci orang lain. Kasih membuat dia mengubah pandangan dan perasaannya. Saudara berbahasa Prancis dari Kanada, yang disebutkan tadi, berkata bahwa seseorang biasanya membenci orang lain karena belum mengenalnya. Dia belajar bahwa ”sifat seseorang tidak ditentukan oleh tempat lahirnya”. Dia bahkan menikah dengan saudari yang berbahasa Inggris! Ya, kasih bisa mengalahkan prasangka dan mempersatukan kita dengan ikatan yang tidak terputuskan.​—Kol. 3:14.

      a Istilah ”saudara-saudara” juga mencakup para saudari. Sewaktu menulis surat untuk ”saudara-saudara” di Roma, Paulus pasti memaksudkan para saudari juga, karena dia menyebutkan beberapa nama saudari. (Rm. 16:3, 6, 12) Selama bertahun-tahun, Menara Pengawal menyapa orang Kristen di sidang sebagai ’saudara-saudari’.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan