-
Apa yang Dijelaskan Big Bang—Apa yang Tidak DijelaskannyaSedarlah!—1996 | 22 Januari
-
-
Jagat Raya yang Menakjubkan
Apa yang Dijelaskan Big Bang—Apa yang Tidak Dijelaskannya
SETIAP pagi terjadi keajaiban. Jauh di dalam mentari di pagi hari, hidrogen dilebur menjadi helium pada suhu jutaan derajat. Sinar-X dan sinar gamma yang berkekuatan luar biasa memancar dari bagian inti ke lapisan-lapisan yang mengelilingi matahari. Seandainya matahari transparan, sinar-sinar ini akan menghancurkan jalan mereka menuju permukaan matahari dalam beberapa detik saja. Sebaliknya, sinar-sinar ini mulai memantul dari atom yang sangat padat ke atom dari ”isolasi” surya, lambat laun kehilangan energi. Hari, pekan, dan abad terus berlalu. Ribuan tahun kemudian, radiasi tersebut yang dulunya memautkan akhirnya muncul dari permukaan matahari sebagai pancaran cahaya kuning yang lembut—bukan lagi suatu ancaman melainkan sangat cocok untuk memandikan bumi dengan kehangatannya.
Setiap malam juga terjadi keajaiban. Matahari-matahari lain berkelap-kelip di hamparan galaksi kita yang luas. Matahari-matahari itu berbeda-beda dalam hal warna, ukuran, suhu, dan kepadatannya. Beberapa sangat luar biasa besar, begitu besarnya sehingga jika salah satunya ditaruh tepat di posisi matahari kita, seluruh bagian dari planet kita ini akan berada di bagian dalam permukaan mega bintang itu. Matahari-matahari lain berukuran kecil hingga dinamai bintang kerdil putih—lebih kecil dari bumi kita, namun sama beratnya seperti matahari kita. Beberapa dari matahari itu akan merayap dengan tenang selama miliaran tahun. Beberapa sedang di ambang ledakan supernova yang akan menghancurkannya, yang dalam waktu singkat menerangi seluruh galaksi.
Orang-orang primitif melukiskannya dalam bentuk lambang seperti monster laut dan dewa-dewa yang berperang, seperti naga dan kura-kura serta gajah, seperti bunga teratai dan dewa-dewa yang bermimpi. Kemudian, selama periode yang disebut sebagai Abad Penalaran, dewa-dewa tersingkir oleh ”keajaiban” baru dari kalkulus dan hukum Newton. Sekarang kita hidup di zaman yang telah meniadakan puisi dan legenda kuno. Anak-anak dari abad atom sekarang ini telah memilih paradigma mereka untuk penciptaan, bukan monster laut kuno, bukan pula ”mesin”-nya Newton, melainkan simbol keseluruhan dari abad ke-20—bom. ”Pencipta” mereka adalah sebuah ledakan. Mereka menyebut ledakan kosmis itu sebagai big bang.
Apa yang ”Dijelaskan” Big Bang
Versi yang paling populer dari sudut pandangan generasi ini sehubungan dengan penciptaan menyatakan bahwa kira-kira 15 hingga 20 miliar tahun yang lalu, jagat raya belum ada, ruang hampa pun belum ada. Tidak ada waktu, tidak ada materi—tidak ada apa-apa kecuali titik yang sangat kecil, sangat padat yang disebut suatu ketunggalan, yang meledak menjadi jagat raya yang ada sekarang ini. Ledakan itu meliputi jangka waktu yang sangat singkat selama sepersekian detik pertama pada waktu jagat raya yang masih bayi mengembang atau meluas, jauh lebih cepat daripada kecepatan cahaya.
Selama beberapa menit pertama dari big bang, fusi nuklir terjadi pada skala universal, sehingga hidrogen dan helium serta sekurang-kurangnya sebagian dari litium mencapai kadar yang ada sekarang dalam ruang antarbintang. Setelah kira-kira 300.000 tahun, ledakan pada skala universal ini mereda menjadi sedikit di bawah suhu dari permukaan matahari, memungkinkan elektron-elektron tetap berada pada orbit di sekeliling atom dan melepaskan kilasan foton atau cahaya. Cahaya yang mula-mula itu sekarang dapat diukur, meskipun suhunya telah jauh lebih rendah, sebagai radiasi latar belakang universal pada frekuensi gelombang mikro yang sama dengan suhu 2,7 Kelvin.a Sebenarnya, penemuan dari radiasi latar belakang ini pada tahun 1964-65 meyakinkan sebagian besar ilmuwan bahwa teori big bang ada benarnya. Teori itu juga menyatakan dapat menjelaskan mengapa jagat raya tampaknya cenderung meluas ke segala arah, sehingga galaksi-galaksi yang jauh seakan-akan berlomba menjauhi kita dan menjauhi satu sama lain pada kecepatan tinggi.
Karena teori big bang tampaknya dapat menjelaskan begitu banyak hal, mengapa harus diragukan? Karena banyak juga yang tidak dapat dijelaskan oleh teori ini. Sebagai ilustrasi: astronom zaman dahulu, Ptolomeus mempunyai sebuah teori bahwa matahari dan planet mengelilingi bumi dalam lingkaran besar, membuat lingkaran kecil, yang disebut episiklus, pada saat yang bersamaan. Teori itu tampaknya dapat menjelaskan pergerakan planet-planet. Selama berabad-abad seraya para astronom mengumpulkan lebih banyak data, para kosmolog yang menganut teori Ptolomeus selalu dapat menambahkan episiklus tambahan ke episiklus mereka yang lain dan ”menjelaskan” data baru ini. Tetapi itu tidak berarti bahwa teori itu benar. Akhirnya ada begitu banyak data untuk dijelaskan, dan teori-teori lain, seperti gagasan Copernicus bahwa bumi mengelilingi matahari, menjelaskan berbagai hal dengan lebih baik dan lebih sederhana. Dewasa ini, sukar untuk menemukan seorang astronom yang menganut teori Ptolomeus!
Profesor Fred Hoyle menyamakan upaya para kosmolog yang menganut teori Ptolomeus yang meneguhkan kembali teori mereka yang gagal ketika menghadapi penemuan-penemuan baru dengan upaya para penganut big bang dewasa ini untuk membuat teori mereka tetap terpakai. Ia menulis dalam bukunya The Intelligent Universe, ”Upaya-upaya utama dari para penyelidik selama ini menutupi kontradiksi di dalam teori big bang, untuk membuat gagasan yang telah menjadi semakin rumit dan bertele-tele.” Setelah mengacu pada penggunaan episiklus Ptolomeus yang sia-sia untuk menyelamatkan teorinya, Hoyle melanjutkan, ”Saya sedikit enggan mengatakan bahwa sebagai akibatnya awan gelap kini menggantung di atas teori big bang. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, bila pola dari fakta-fakta mulai bertentangan dengan suatu teori, pengalaman memperlihatkan bahwa teori tersebut jarang digunakan kembali.”—Halaman 186.
Majalah New Scientist edisi 22/29 Desember 1990, mengumandangkan gagasan serupa, ”Metode Ptolomeus sangat serupa dengan . . . model kosmologis teori big bang.” Artikel itu kemudian bertanya, ”Bagaimana kita dapat mencapai kemajuan nyata dalam fisika partikel dan kosmologi? . . . Kita harus lebih jujur dan terus terang tentang sifat spekulatif murni dari beberapa asumsi yang paling kita anut.” Observasi-observasi baru kini bermunculan.
Pertanyaan-Pertanyaan yang Tidak Dapat Dijawab Teori Big Bang
Tantangan utama bagi big bang datang dari para pengamat yang menggunakan peralatan optik yang telah diperbaiki Teleskop Ruang Angkasa Hubble untuk mengukur jarak ke galaksi-galaksi lain. Data baru ini membuat para teoretikus merasa ciut!
Astronom Wendy Freedman dan yang lain-lain baru-baru ini menggunakan Teleskop Ruang Angkasa Hubble untuk mengukur jarak ke suatu galaksi dalam gugus Virgo, dan hasil pengukurannya memperlihatkan bahwa jagat raya meluas lebih cepat, dan karena itu usianya lebih muda, daripada yang diperkirakan sebelumnya. Sebenarnya, data baru itu ”menunjukkan secara tidak langsung abad kosmos sedikitnya berusia delapan miliar tahun”, demikian laporan majalah Scientific American bulan Juni lalu. Walaupun delapan miliar tahun kedengarannya sangat lama, ini hanya kira-kira setengah dari usia jagat raya yang baru-baru ini diperkirakan. Hal ini menimbulkan suatu problem khusus, karena, sebagaimana selanjutnya dikatakan laporan itu, ”data lain menunjukkan bahwa bintang-bintang tertentu berusia sekurang-kurangnya 14 miliar tahun”. Jika perhitungan Freedman terbukti benar, bintang-bintang yang lanjut usia itu ternyata lebih tua usianya dari big bang itu sendiri!
Masalah lain lagi sehubungan dengan big bang adalah semakin banyaknya bukti tentang ”gelembung-gelembung jagat raya yang berukuran 100 juta tahun cahaya, dengan galaksi-galaksi di sebelah luar dan ruang kosong di sebelah dalam. Margaret Geller, John Huchra, dan lain-lain di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics telah menemukan apa yang mereka sebut dinding besar dari galaksi-galaksi yang panjangnya kira-kira 500 juta tahun cahaya melintasi langit belahan bumi utara. Kelompok astronom lain, yang dikenal sebagai Tujuh Samurai, telah menemukan bukti konglomerasi kosmis yang berbeda, yang mereka sebut Great Attractor (Penarik Besar), terletak dekat bagian selatan dari gugus Hydra dan gugus Centaurus. Astronom Marc Postman dan Tod Lauer yakin bahwa ada sesuatu yang bahkan lebih besar pasti terletak di luar gugus Orion, yang menyebabkan ratusan galaksi, termasuk galaksi kita, mengalir di luar Orion bagaikan rakit pada semacam ”sungai di ruang angkasa”.
Semua struktur ini membingungkan. Para kosmolog mengatakan bahwa letusan dari big bang sangat halus dan seragam, berdasarkan radiasi latar belakangnya yang diduga terjadi belakangan. Bagaimana mungkin permulaan yang halus demikian telah mengarah kepada struktur yang besar dan rumit sedemikian? ”Ditemukannya banyak dinding dan banyak penarik baru-baru ini memperkuat misteri tentang bagaimana mungkin struktur yang begitu banyak dapat terbentuk dalam waktu 15 miliar tahun dari jagat raya,” demikian pengakuan Scientific American—masalah yang hanya akan memburuk apabila Freedman dan lain-lain masih lagi mengurangi perkiraan usia kosmos.
”Kami Kekurangan Unsur Dasar Tertentu”
Peta-peta tiga dimensi dari Geller yang terdiri dari ribuan gumpalan galaksi yang berkelompok, bercampur aduk dan bergelembung telah mengubah cara para ilmuwan menggambarkan jagat raya. Ia sungguh-sungguh tidak mengerti apa yang ia lihat. Gravitasi saja tampak tidak dapat menjelaskan adanya dinding galaksi yang besar pada petanya. ”Saya sering merasa kami kekurangan unsur dasar tertentu dalam upaya kami untuk memahami struktur ini,” demikian pengakuannya.
Geller menjabarkan keragu-raguannya, ”Kami benar-benar tidak tahu cara menafsirkan struktur besar menurut konteks Big Bang.” Interpretasi dari struktur kosmis berdasarkan pemetaan angkasa baru-baru ini sangat tidak pasti—mirip seperti memetakan seluruh dunia berdasarkan suatu survei di Rhode Island, AS. Geller melanjutkan, ”Suatu hari kami mungkin mendapati bahwa kami belum menyusun potongan-potongan data secara benar, dan bila kami berhasil melakukannya, kami akan terheran-heran mengapa hal itu tidak terpikirkan sejak dulu.”
Hal itu mengarah pertanyaan terbesar: Apa yang diduga telah menyebabkan terjadinya big bang itu sendiri? Andrei Linde, pakar yang paling disegani yang adalah salah seorang pencetus versi inflasi yang sangat populer sehubungan dengan teori big bang, dengan terus terang mengakui bahwa teori standar itu tidak membahas pertanyaan dasar ini. ”Problem pertama, dan yang utama adalah pemunculan awal dari big bang,” katanya. ”Orang mungkin bertanya-tanya, Apa yang ada sebelum itu? Jika waktu-ruang belum ada pada waktu itu, bagaimana mungkin segala sesuatu muncul dari ketiadaan? . . . Menjelaskan ketunggalan awal ini—di mana dan kapan semua itu terjadi—masih tetap merupakan masalah kosmologi modern yang paling tidak dapat diatasi.”
Suatu artikel provokatif dalam majalah Discover baru-baru ini menyimpulkan bahwa ”tidak ada kosmolog yang berpikiran sehat yang akan menyatakan bahwa Big Bang adalah teori mutlak”.
Sekarang mari kita pergi ke luar rumah dan merenungkan keindahan dan misteri dari langit berbintang yang membentang.
[Catatan Kaki]
a Kelvin adalah satuan skala suhu yang derajatnya sama dengan derajat pada skala suhu Celsius, tetapi skala Kelvin mulai pada angka nol mutlak, yaitu 0 K—sama dengan -273,16 derajat Celsius. Air membeku pada 273,16 K dan mendidih pada 373,16 K.
[Kotak di hlm. 5]
Tahun Cahaya−Standar Perhitungan Kosmis
Jagad raya begitu besar sehingga jika mengukurnya dengan mil atau kilometer sama halnya seperti mengukur jarak dari London ke Tokyo dengan mikrometer. Satuan ukur yang lebih cocok adalah tahun cahaya, jarak tempuh perjalanan cahaya dalam satu tahun, atau kira-kira 9.460.000.000.000 kilometer. Karena cahaya adalah yang paling cepat di alam semesta dan hanya membutuhkan waktu 1,3 detik untuk mencapai bulan dan kira-kira 8 menit untuk mencapai matahari, tahun cahaya tampaknya benar-benar luar biasa untuk dibayangkan!
-
-
Begitu Misterius, namun Begitu IndahSedarlah!—1996 | 22 Januari
-
-
Jagat Raya yang Menakjubkan
Begitu Misterius, namun Begitu Indah
SAAT ini, langit malam tampak sangat semarak berhiaskan permata. Tinggi di atas sana tampaklah Orion yang megah sedang bergerak, terlihat jelas pada malam di bulan Januari dari Anchorage, Alaska, hingga Cape Town, Afrika Selatan. Pernahkah Anda belakangan ini melihat dari dekat harta karun angkasa yang terdapat di rasi-rasi terkenal, seperti Orion? Para astronom meneropongnya belum lama ini dengan menggunakan Teleskop Ruang Angkasa Hubble yang baru-baru ini diperbaiki.
Tampaklah bentuk pedang dari ketiga bintang di sabuk Orion. Bintang buram di tengah-tengah pedang itu sebenarnya bukan bintang melainkan Nebula Orion yang terkenal, suatu objek yang sangat indah bahkan bila dilihat melalui teleskop kecil. Akan tetapi, cahayanya yang sangat lembut bukanlah rahasia pesonanya di mata para astronom profesional.
”Para astronom menyelidiki Nebula Orion serta banyak dari bintangnya yang masih muda karena ini merupakan kawasan terbesar dan paling aktif dari terbentuknya bintang-bintang di bagian dari Galaksi kita,” lapor Jean-Pierre Caillault dalam majalah Astronomy. Nebula tampak sebagai tempat persalinan kosmis! Pada waktu teleskop Hubble memotret Nebula Orion, dengan mengabadikan detail yang belum pernah dilihat sebelumnya, para astronom melihat bukan hanya bintang-bintang dan gas yang bercahaya melainkan apa yang dilukiskan Caillault sebagai ”objek-objek kecil berbentuk oval yang buram. Bintik-bintik cahaya oranye. Objek-objek ini menyerupai remah-remah makanan yang secara kebetulan terfoto”. Akan tetapi, para ilmuwan yakin bahwa sebaliknya daripada hasil kesalahan di kamar gelap, objek-objek ini adalah ”cakram protoplanet, proses pembentukan tata surya pada tahap awal yang dipandang dari jarak 1.500 tahun cahaya”. Apakah bintang-bintang—malahan, semua tata surya—yang sedang dibentuk pada saat ini adalah di dalam Nebula Orion? Banyak astronom percaya akan hal itu.
Dari Tempat Persalinan hingga ke Kuburan Bintang
Seraya Orion bergerak maju, secara tertib, ia tampaknya akan menghadapi rasi Taurus, si kerbau. Teleskop kecil akan menyingkapkan, dekat ujung dari tanduk selatan kerbau itu, seberkas cahaya redup. Itu disebut Nebula Kepiting dan bila menggunakan teleskop besar, itu akan tampak seperti sedang dalam proses meledak, seperti yang diperlihatkan pada halaman 9. Jika Nebula Orion adalah lokasi dari bintang-bintang yang baru terbentuk, maka Nebula Kepiting yang ada di sebelahnya mungkin adalah tempat kuburan dari bintang yang mengalami kematian akibat kekerasan yang sukar dibayangkan.
Bencana angkasa mungkin telah dicatat oleh para astronom Cina yang melukiskan sebuah ”Bintang Tamu” di Taurus yang tiba-tiba muncul pada tanggal 4 Juli 1054, dan bersinar begitu terang sehingga terlihat selama siang hari selama 23 hari. ”Selama beberapa minggu,” kata astronom Robert Burnham, ”bintang itu menyala dengan cahaya seperti dari kira-kira 400 juta matahari.” Para astronom menyebut bintang yang bunuh diri secara spektakuler semacam itu sebagai supernova. Bahkan sekarang, hampir seribu tahun setelah ledakan itu, pecahan ledakan itu berkejaran di ruang angkasa dengan kecepatan kira-kira 80 juta kilometer per hari.
Teleskop Ruang Angkasa Hubble telah berfungsi dalam bidang ini juga, meneropong ke dalam inti nebula dan menemukan ”detail di dalam Nebula Kepiting yang tidak pernah terpikirkan oleh para astronom”, menurut majalah Astronomy. Astronom Paul Scowen mengatakan bahwa penemuan-penemuan ”akan membuat para astronom teoretis mengernyitkan kening selama beberapa waktu di masa depan”.
Para astronom, seperti Robert Kirshner dari Harvard, percaya bahwa memahami sisa-sisa supernova seperti Nebula Kepiting sangat penting karena hal itu dapat digunakan untuk mengukur jarak ke galaksi-galaksi lain, yang akhir-akhir ini merupakan bidang yang diteliti secara intensif. Sebagaimana yang telah kita lihat, ketidaksetujuan berkenaan jarak ke galaksi-galaksi akhir-akhir ini telah menyulut perdebatan sengit berkenaan teori big bang mengenai penciptaan alam semesta.
Di luar Taurus, tetapi masih kelihatan di Belahan Bumi Utara di langit negara-negara barat pada bulan Januari, ada pijar yang lembut di rasi Andromeda. Pijar itu adalah galaksi Andromeda, objek yang paling jauh yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Keajaiban Orion dan Taurus terdapat di serambi belakang kosmos kita—berjarak beberapa ribu tahun cahaya dari Bumi. Akan tetapi, kini kita memandang spiral besar yang jaraknya diperkirakan dua juta tahun cahaya yang terdiri dari bintang-bintang yang sedikit banyak mirip galaksi kita, Bima Sakti, tetapi bahkan lebih besar—kira-kira 180.000 tahun cahaya dari ujung ke ujung. Bila Anda memandang pijar yang lembut dari Andromeda, mata Anda akan melihat cahaya yang mungkin sudah berusia lebih dari dua juta tahun!
Dalam tahun-tahun belakangan ini, Margaret Geller dan yang lain-lain telah memulai program-program yang ambisius untuk memetakan seluruh galaksi di sekeliling kita dalam tiga dimensi, dan hasilnya telah menimbulkan pertanyaan-pertanyaan serius bagi teori big bang. Sebaliknya daripada melihat penyebaran galaksi yang merata di setiap arah, para kartografer kosmis menemukan ”permadani galaksi-galaksi” dalam suatu struktur seluas jutaan tahun cahaya. ”Bagaimana permadani itu ditenun dari materi yang hampir sama dari alam semesta yang baru jadi adalah salah satu dari pertanyaan yang paling mendesak dalam kosmologi,” menurut suatu laporan baru-baru ini dalam jurnal bergengsi Science.
Kita mulai malam ini dengan memandang langit pada malam hari pada bulan Januari ini dan langsung menemukan tidak hanya keindahan yang luar biasa tetapi juga pertanyaan dan misteri yang berhubungan dengan sifat sesungguhnya dan asal mula alam semesta. Bagaimana semua ini bermula? Bagaimana sehingga sekarang ada dalam tingkat yang kompleks? Apa yang akan terjadi atas keajaiban angkasa yang mengelilingi kita? Adakah yang dapat menjawabnya? Mari kita lihat.
[Kotak di hlm. 8]
Bagaimana Mereka Mengetahui Jaraknya?
Sewaktu para astronom memberi tahu kita bahwa galaksi Andromeda berjarak dua juta tahun cahaya, mereka sebenarnya memberi kita tebakan yang mendidik. Belum ada seorang pun yang telah menemukan suatu metode untuk secara langsung mengukur jarak yang di luar jangkauan pikiran. Jarak-jarak ke bintang yang sangat dekat, yang berjarak lebih-kurang 200 tahun cahaya, dapat diukur secara langsung melalui paralaks bintang dengan menggunakan trigonometri sederhana. Tetapi hal ini hanya berlaku untuk bintang-bintang yang begitu dekatnya dengan bumi sehingga bintang-bintang itu tampak bergerak sedikit seraya bumi mengelilingi matahari. Sebagian besar bintang, dan semua galaksi, jaraknya lebih jauh. Pada tahap itu yang digunakan hanyalah perkiraan. Bahkan bintang-bintang yang jaraknya relatif dekat, seperti Betelgeuse si maharaksasa merah yang terkenal di Orion, juga hanya menggunakan perkiraan, dengan jarak yang diperkirakan berkisar dari 300 hingga lebih dari 1.000 tahun cahaya. Karena itu, tidaklah mengherankan jika ada ketidaksetujuan di antara para astronom sehubungan dengan jarak galaksi, yang jaraknya satu juta kali lebih besar.
[Kotak di hlm. 8]
Supernova, Pulsar, dan Lubang Hitam
Di tengah-tengah Nebula kepiting terletak salah satu benda teraneh di alam semesta yang kita kenal. Menurut para ilmuwan, bangkai yang sangat kecil dari bintang yang mati, yang dimampatkan menjadi kepadatan yang luar biasa, berputar pada kuburannya dengan kecepatan 30 kali per detik, mengirimkan pancaran gelombang radio yang pertama kali dideteksi di bumi pada tahun 1968. Benda itu disebut pulsar, digambarkan sebagai sisa-sisa supernova yang berputar yang begitu dimampatkan sehingga elektron dan proton di dalam atom dari bintang yang mula-mula, ditekan bersamaan untuk menghasilkan neutron. Para ilmuwan mengatakan bahwa itu dulunya adalah bagian inti dari bintang maharaksasa seperti Betelgeuse atau Rigel di Orion. Pada waktu bintang itu meledak dan lapisan luarnya meletus menjadi ruang angkasa, yang tertinggal hanyalah inti yang menyusut, abu api yang masih membara, api nuklirnya sudah lama padam.
Bayangkan mengambil bintang sebesar dua kali matahari kita dan menekannya menjadi semacam bola yang berdiameter 15 hingga 20 kilometer! Bayangkan mengambil planet bumi dan menekannya hingga 120 meter. Enam belas sentimeter kubik dari materi ini mempunyai berat lebih dari 16 miliar ton.
Bahkan penjelasan sehubungan dengan materi yang dimampatkan ini tampaknya belum selesai. Jika kita hendak menekan bumi ini hingga sebesar kelereng, medan gravitasi bumi akhirnya akan menjadi begitu kuat sehingga cahaya pun tidak akan dapat lepas. Pada tahap ini bumi kita yang sangat kecil akan tampak hilang di dalam apa yang disebut lubang hitam. Meskipun kebanyakan astronom percaya adanya lubang hitam, hal itu masih belum terbukti ada, dan lubang hitam rupanya tidak sepopuler yang dipikirkan beberapa tahun yang lalu.
[Kotak di hlm. 10]
Apakah Warna-Warni Itu Asli?
Orang yang meneropong langit dengan menggunakan teleskop kecil sering merasa kecewa sewaktu pertama kali menemukan galaksi yang terkenal atau nebula. Mana warna-warni yang indah yang telah mereka lihat di foto? ”Warna-warni galaksi tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata manusia, bahkan melalui teleskop terbesar yang ada,” kata astronom dan penulis sains Timothy Ferris, ”sebab cahayanya terlalu redup untuk menggerakkan saraf-saraf penerima warna dari retina.” Hal ini telah menyebabkan beberapa orang menyimpulkan bahwa warna-warni yang indah yang terlihat di foto-foto astronomi adalah palsu, hanya sekadar ditambahkan pada waktu memproses foto tersebut. Akan tetapi, hal itu tidak benar. ”Itu adalah warna-warni yang asli,” tulis Feris, ”dan foto-foto itu menunjukkan upaya terbaik dari para astronom untuk mereproduksinya secara akurat.”
Dalam bukunya Galaxies, Ferris menjelaskan bahwa foto dari objek-objek redup yang jauh, seperti galaksi-galaksi atau sebagian besar nebula, ”adalah lamanya pencahayaan yang diperoleh dengan membidikkan teleskop pada suatu galaksi dan membuka lempengan fotografi terhadap cahaya selama kira-kira beberapa jam ketika cahaya bintang masuk ke dalam emulsi fotografi. Sementara itu, sebuah mekanisme penggerak mengimbangi rotasi bumi dan menjaga agar teleskop selalu terbidik pada galaksi, sementara astronom, atau dalam beberapa kejadian menggunakan sebuah sistem penuntun otomatis, membuat perbaikan yang sangat cermat.”
-
-
’Ada yang Kurang’—Apa?Sedarlah!—1996 | 22 Januari
-
-
Jagat Raya yang Menakjubkan
’Ada yang Kurang’—Apa?
SETELAH memandang bintang-bintang pada malam hari yang cerah, dan gelap, dingin di luar, kita masuk ke dalam, sambil menggigil dan mengejapkan mata, pikiran kita dipenuhi dengan kekaguman yang luar biasa dan banyak pertanyaan. Mengapa ada jagat raya? Dari mana asalnya? Ke mana perginya? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang banyak orang berupaya untuk menjawabnya.
Setelah lima tahun menyelidiki kosmologi, yang membawanya ke konferensi-konferensi ilmiah dan pusat-pusat penyelidikan di seluruh dunia, penulis sains Dennis Overbye memaparkan percakapannya dengan fisikawan kenamaan dunia Stephen Hawking, ”Akhirnya apa yang saya ingin tahu dari Hawking adalah apa yang selama ini selalu saya ingin tahu dari Hawking: Ke mana kita pergi bila kita meninggal.”
Meskipun hal itu bernada ironis, kata-kata ini menyingkapkan banyak hal tentang zaman kita. Pertanyaan-pertanyaan berkisar pada bintang-bintang itu sendiri dan teori serta pandangan yang saling bertentangan dari para kosmolog yang mempelajarinya tidak begitu banyak. Orang-orang dewasa ini tetap mendambakan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dasar yang telah menghantui umat manusia selama ribuan tahun: Mengapa kita ada di sini? Apakah ada Allah? Ke mana kita pergi bila meninggal? Di mana jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini? Apakah hal itu dapat ditemukan di dalam bintang-bintang?
Penulis sains lain bernama John Boslough, mengamati bahwa seraya orang-orang meninggalkan agama, para ilmuwan seperti para kosmolog telah menjadi ”imam-imam yang sempurna bagi abad sekuler. Mereka, bukannya para pemimpin agama, adalah orang-orang yang kini akan menyingkapkan segala rahasia dari jagat raya selangkah demi selangkah, bukan berselubung pemahaman rohani, melainkan dalam bentuk rumus yang misterius bagi semua orang kecuali bagi imam-imam [ilmuwan]”. Tetapi apakah mereka akan menyingkapkan semua rahasia dari alam semesta dan menjawab semua pertanyaan yang telah menghantui umat manusia selama berabad-abad?
Apa yang kini disingkapkan oleh para kosmolog? Sebagian besar kosmolog mendukung versi tertentu dari ”teologi” big bang, yang telah menjadi agama sekuler dari zaman kita, meskipun mereka terus-menerus memperdebatkan detailnya. ”Namun,” kata Boslough, ”dengan adanya pengamatan yang baru dan yang bertentangan, teori big bang mulai tampak semakin menyerupai uraian yang terlalu menggampangkan dalam pencarian akan peristiwa penciptaan. Menjelang awal tahun 1990-an teori big bang . . . semakin tidak sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan yang paling fundamental.” Ia menambahkan bahwa ”tidak sedikit teoretikus telah mengemukakan pendapatnya bahwa teori itu bahkan tidak akan bertahan hingga akhir tahun 1990-an”.
Mungkin beberapa dari terkaan kosmologis baru-baru ini akan terbukti benar, atau mungkin juga tidak—sebagaimana halnya mungkin saja ada planet-planet yang berkoalisi dalam pijar yang halus dari nebula Orion, atau mungkin juga tidak. Fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa tidak seorang pun di atas bumi ini yang benar-benar tahu secara pasti. Teori memang banyak, tetapi para pengamat yang jujur mengutip hasil pengamatan yang tajam dari Margaret Geller bahwa meskipun adanya penjelasan yang fasih, ada sesuatu yang fundamental yang tampaknya kurang dalam pemahaman terbaru sains berkenaan kosmos.
Yang Kurang—Kesediaan untuk Menghadapi Fakta yang Tidak Menyenangkan
Sebagian besar ilmuwan—termasuk sebagian besar kosmolog—menganut teori evolusi. Mereka tidak dapat menerima fakta yang tidak menyenangkan yang memperlihatkan adanya peranan kecerdasan dan tujuan dalam penciptaan, dan mereka bersikap anti terhadap sekadar sebutan Allah sebagai Pencipta. Mereka bahkan menolak untuk mempertimbangkan bidah semacam itu. Mazmur 10:4 (NW) dengan nada meremehkan berbicara mengenai orang congkak yang ”tidak mengadakan penelitian; seluruh gagasannya adalah, ’Tidak ada Allah.’” Tuhan yang menciptakan mereka adalah Kebetulan. Tetapi seraya pengetahuan bertambah dan kebetulan runtuh karena diimpit semakin banyak bukti, ilmuwan mulai semakin berpaling kepada ketiadaan sebagai kecerdasan dan rancangan. Pertimbangkan contoh berikut:
”Jelaslah ada suatu komponen yang kurang dari penelitian kosmologis. Asal mula Alam Semesta, bagaikan jawaban atas kubus Rubik (teka-teki yang rumit dalam bentuk kubus), yang membutuhkan suatu kecerdasan,” tulis astrofisikawan Fred Hoyle dalam bukunya The Intelligent Universe, halaman 189.
”Makin banyak saya menyelidiki jagat raya dan mempelajari detail arsitekturnya, makin banyak bukti yang saya temukan bahwa jagat raya dalam arti tertentu pasti sudah tahu bahwa kita akan muncul.”—Disturbing the Universe, oleh Freeman Dyson, halaman 250.
”Apa keistimewaan Jagat Raya yang penting bagi munculnya makhluk hidup seperti kita sendiri, dan apakah melalui kebetulan, atau karena alasan-alasan tertentu yang lebih dalam, bahwa Jagat Raya kita memiliki keistimewaan ini? . . . Apakah ada beberapa rencana yang lebih dalam yang memastikan bahwa Jagat Raya dirancang bagi umat manusia?”—Cosmic Coincidences, oleh John Gribbin dan Martin Rees, halaman xiv, 4.
Fred Hoyle juga memberi komentar akan sifat-sifat khas ini, di halaman 220 dalam bukunya yang dikutip di atas, ”Sifat-sifat khas demikian tampaknya meliputi struktur dunia alamiah seperti benang hal-hal kebetulan yang cocok. Namun ada begitu banyak kebetulan yang ganjil yang diperlukan dalam kehidupan sehingga dibutuhkan suatu penjelasan.”
”Bukan hanya manusia beradaptasi terhadap jagat raya. Jagat raya cocok bagi manusia. Dapatkah dibayangkan suatu jagat raya yang di dalamnya satu atau lebih konstanta dasar yang tidak memiliki dimensi pada fisika berubah beberapa persen saja melalui satu atau lain cara? Manusia tidak pernah akan muncul dalam jagat raya seperti itu. Itu adalah titik pusat dari prinsip-prinsip antropik (prinsip-prinsip berkenaan manusia). Menurut prinsip ini, faktor pemberi kehidupan terletak pada inti dari seluruh mekanisme dan rancangan dunia.”—The Anthropic Cosmological Principle,” oleh John Barrow dan Frank Tipler, halaman vii.
Allah, Rancangan, dan Konstanta Fisika
Apa saja konstanta dasar fisika yang sangat penting bagi keberadaan kehidupan di jagat raya? Sebuah laporan di The Orange County Register 8 Januari 1995, menyebutkan beberapa konstanta ini. Laporan ini menandaskan betapa selarasnya konstanta yang istimewa ini, dengan menyatakan, ”Nilai-nilai kuantitatif dari banyak konstanta dasar fisika yang mendefinisikan jagat raya—misalnya, muatan pada elektron, atau kecepatan cahaya yang tetap, atau rasio kekuatan dari gaya fundamental di alam—sangat akurat, beberapa hingga angka ke-120 di belakang nol pada bilangan desimal. Perkembangan jagat raya yang memelihara kehidupan ini luar biasa sensitif terhadap spesifikasi tersebut. Sedikit saja berubah—satu nano per detik di sini, satu angstrom di sana—jagat raya bisa jadi sudah mati dan tandus.”
Penulis dari laporan ini kemudian menyebutkan hal yang biasanya tidak disebutkan, ”Tampaknya lebih masuk akal untuk menganggap bahwa ada bias misterius bersembunyi di balik proses itu, mungkin dalam tindakan dari suatu kekuatan yang cerdas dan sengaja yang dengan amat baik menala jagat raya sebagai persiapan untuk kedatangan kita.”
George Greenstein, profesor astronomi dan kosmologi, memberikan daftar yang lebih panjang berkenaan konstanta fisika ini dalam bukunya The Symbiotic Universe. Di antara hal-hal yang disebutkan di dalam daftar terdapat konstanta yang ditala dengan begitu baik sehingga jika hal-hal itu menyimpang pada tingkat yang sangat kecil, tidak mungkin ada atom, bintang, maupun jagat raya. Detail berkenaan hubungan semacam ini juga ada di dalam daftar di kotak. Hal-hal itu harus ada untuk memungkinkan kehidupan fisik. Itu semua sangat rumit dan mungkin tidak dipahami oleh semua pembaca, tetapi dikenal, juga termasuk banyak rincian lain, oleh para astrofisikawan yang terlatih dalam bidang ini.
Seraya daftar ini bertambah panjang, Greenstein menjadi kewalahan. Katanya, ”Begitu banyak hal kebetulan! Semakin banyak yang saya baca, semakin yakin saya bahwa ’hal-hal kebetulan’ demikian hampir tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Tetapi seraya keyakinan ini berkembang, sesuatu yang lain juga berkembang. Bahkan sekarang sulit untuk menyatakan ’sesuatu’ ini dalam kata-kata. Ini merupakan penolakan yang hebat, dan kadang-kadang hal itu hampir bersifat fisik. Saya pasti akan merasa gelisah. . . . Apakah mungkin bahwa dengan tiba-tiba, tanpa sengaja, kita tersandung oleh bukti-bukti ilmiah tentang keberadaan Yang Kuasa? Diakah Allah yang turut campur dan menciptakan dunia dengan amat pemurah demi kepentingan kita?”
Karena muak dan ngeri akan gagasan itu, Greenstein segera menarik kembali ucapannya, dan memulihkan keortodokan agama ilmiahnya dan menyatakan, ”Allah tidak dapat dijelaskan.” Itu bukanlah alasan yang absah—menerima bahwa Allah ada merupakan hal yang tidak menyenangkan sehingga ia tidak dapat menerima gagasan itu!
Kebutuhan Alami Manusia
Ini semua tidak dimaksudkan untuk meremehkan kerja keras dari para ilmuwan yang tulus, termasuk para kosmolog. Teristimewa Saksi-Saksi Yehuwa sangat menghargai banyak penemuan mereka sehubungan dengan penciptaan yang menyingkapkan kuasa dan hikmat serta kasih dari Allah yang benar, Yehuwa. Roma 1:20 memberitakan, ”Sifat-sifatnya yang tidak kelihatan dengan jelas terlihat sejak penciptaan dunia, karena sifat-sifat tersebut dimengerti melalui perkara-perkara yang diciptakan, bahkan kuasa yang kekal dan Keilahiannya, sehingga mereka tidak dapat berdalih.”
Penyelidikan dan kerja keras dari para ilmuwan merupakan tanggapan alami manusia terhadap kebutuhan dasar umat manusia seperti halnya kebutuhan akan makanan, pernaungan, dan pakaian. Hal itu merupakan kebutuhan untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan tertentu berkenaan masa depan dan tujuan hidup. Allah telah ”memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.—Pengkhotbah 3:11.
Ini bukanlah kabar buruk. Itu berarti bahwa umat manusia tidak akan pernah mengetahui segala-galanya, tetapi mereka tidak akan pernah kekurangan hal-hal baru untuk dipelajari, ”Nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya.”—Pengkhotbah 8:17.
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa menjadikan Allah sebagai ”jalan keluar” dari suatu problem akan mengakhiri dorongan untuk penelitian lebih jauh. Akan tetapi, seseorang yang mengakui Allah sebagai Pencipta dari langit dan bumi memiliki berlimpah detail yang lebih memesonakan untuk ditemukan dan misteri yang membangkitkan rasa ingin tahu untuk diselidiki. Seolah-olah Ia telah memberi lampu hijau untuk melanjutkan petualangan yang menyenangkan untuk penemuan dan pelajaran!
Siapa yang dapat menolak undangan Yesaya 40:26? ”Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah.” Kita telah mengarahkan mata kita ke langit melalui beberapa halaman ini, dan apa yang telah kita lihat adalah ’sesuatu yang kurang’ yang membingungkan para kosmolog. Kita juga telah menemukan jawaban yang mendasar akan pertanyaan-pertanyaan yang berulang-kali muncul yang telah menggelitik pikiran banyak orang sepanjang abad.
Jawabannya Ada dalam Sebuah Buku
Jawabannya selalu ada di sana, tetapi sama halnya seperti orang-orang beragama pada zaman Yesus, banyak orang telah membutakan mata, menutup telinga, dan mengeraskan hati terhadap jawaban yang tidak sesuai dengan teori-teori mereka atau gaya hidup pilihan mereka. (Matius 13:14, 15) Yehuwa telah memberi tahu kita dari mana asalnya jagat raya, bagaimana caranya sehingga bumi ada di sini, dan siapa yang akan tinggal di sini. Ia telah memberi tahu kita bahwa penduduk manusia di bumi harus mengelolanya secara pengasih dan merawat tanaman dan binatang yang juga ada di bumi bersama mereka. Ia juga telah memberi tahu kita apa yang terjadi bila manusia mati, bahwa mereka akan dibangkitkan, dan apa yang mereka harus lakukan untuk hidup di atas bumi selama-lamanya.
Jika Anda berminat mendapatkan jawabannya dalam bahasa dari Firman Allah yang terilham, Alkitab, silakan baca ayat-ayat Alkitab berikut ini: Kejadian 1:1, 26-28; 2:15; Amsal 12:10; Matius 10:29; Yesaya 11:6-9; 45:18; Kejadian 3:19; Mazmur 146:4; Pengkhotbah 9:5; Kisah 24:15; Yohanes 5:28, 29; 17:3; Mazmur 37:10, 11; Penyingkapan 21:3-5.
Bagaimana jika Anda membaca ayat-ayat Alkitab ini bersama keluarga Anda atau bersama tetangga atau bersama sekelompok teman-teman di rumah Anda pada malam hari? Pastikan agar hal itu menjadi pembahasan yang informatif dan hidup!
Apakah Anda ingin mengetahui misteri jagat raya dan tergugah oleh keindahannya? Bagaimana jika Anda mengenal lebih baik Pribadi yang menciptakannya? Rasa ingin tahu kita tidak akan ditanggapi oleh angkasa yang tidak bernyawa, tetapi Allah Yehuwa, Pencipta semua itu, juga Pencipta kita, dan Ia peduli akan orang-orang yang lembut hati yang berminat untuk mempelajari tentang Dia dan ciptaan-Nya. Undangan itu kini diberikan di seluruh dunia, ”’Marilah!’ Dan hendaklah siapa pun yang mendengar mengatakan, ”’Marilah!’ Dan hendaklah siapa pun yang haus datang; dan hendaklah siapa pun yang ingin, mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.”—Penyingkapan 22:17.
Sungguh menghangatkan hati undangan yang berasal dari Yehuwa ini! Sebaliknya daripada ledakan yang tidak disengaja, dan tanpa tujuan, jagat raya diciptakan oleh Allah yang kecerdasanNya tidak terbatas dan yang memiliki maksud-tujuan yang pasti yang telah mengingat Anda sejak semula. Persediaan energi-Nya yang tidak terbatas dengan saksama dikendalikan dan selalu tersedia untuk menopang hamba-hamba-Nya. (Yesaya 40:28-31) Pahala Anda karena mengenal Dia tidak akan ada akhirnya seperti halnya jagat raya yang megah itu sendiri!
”Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.”—Mazmur 19:2.
[Kotak di hlm. 13]
Daftar Beberapa Konstanta Fisika yang Dibutuhkan agar Kehidupan Dapat Berlangsung
Muatan pada elektron dan proton harus sama dan berlawanan; neutron harus lebih berat sepersekian persen dari proton; suhu matahari dan sifat penyerap dari klorofil harus selaras sebelum fotosintesis dapat berlangsung; jika gaya yang kuat sedikit melemah, matahari tidak dapat menghasilkan energi melalui reaksi nuklir, tetapi jika sedikit lebih kuat, bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi akan sangat tidak stabil; tanpa dua resonansi bagus yang terpisah antara nukleus di bagian inti dari bintang-bintang raksasa merah, tidak ada unsur di luar helium yang dapat terbentuk; jika ruang kurang dari tiga dimensi, antarhubungan timbal balik untuk aliran darah dan sistem saraf akan tidak mungkin; dan jika ruang lebih dari tiga dimensi, planet-planet tidak dapat mengorbit matahari secara stabil.—The Symbiotic Universe, halaman 256-7.
[Kotak di hlm. 14]
Apakah Ada yang Melihat Massa Saya yang Hilang?
Galaksi Andromeda, seperti halnya semua galaksi spiral, berotasi dengan megahnya di ruang angkasa bagaikan angin ribut raksasa. Para astronom dapat menghitung kecepatan rotasi dari banyak galaksi melalui spektrum cahaya, dan bila mereka melakukannya, mereka menemukan sesuatu yang membingungkan. Tingkat rotasi tampaknya suatu hal yang mustahil! Seluruh galaksi spiral tampaknya berotasi terlalu cepat. Galaksi-galaksi spiral itu bertindak seolah-olah bintang-bintang yang kelihatan pada galaksi itu menempel di lingkaran cahaya yang jauh lebih besar yang terdiri dari materi gelap, yang tidak dapat dilihat oleh teleskop. ”Kami tidak tahu bentuk-bentuk dari materi gelap,” demikian pengakuan astronom James Kaler. Para kosmolog memperkirakan bahwa 90 persen dari massa yang hilang tidak dapat dijelaskan. Mereka berupaya mati-matian untuk menemukannya, dalam bentuk neutrino yang besar atau jenis materi tertentu yang tidak diketahui namun sangat berlimpah.
Jika Anda menemukan massa yang hilang, segera hubungi kosmolog setempat!
-