PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Saya Selalu Mengutamakan Yehuwa Setiap Membuat Keputusan
    Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2021 | Juni
    • Kami tiba di Venezuela tahun 1953, dan kami tinggal di Caracas, dekat istana presiden. Karena waktu itu saya masih muda, saya senang sekali kalau lihat mobil presiden lewat. Tapi, orang tua saya agak kesulitan menyesuaikan diri dengan negeri, bahasa, budaya, makanan, dan cuaca yang berbeda. Waktu akhirnya mereka mulai bisa menyesuaikan diri, sesuatu yang buruk terjadi.

      Dari kiri ke kanan: Papa saya. Mama saya. Foto saya tahun 1953 waktu keluarga kami pindah ke Venezuela

      MENGHADAPI TRAGEDI

      Papa saya jatuh sakit. Kami tidak menyangka ini terjadi karena Papa selalu sehat dan kuat. Seingat kami, dia tidak pernah sakit. Tapi ternyata, dia menderita kanker pankreas, dan dia harus dioperasi. Seminggu kemudian, Papa meninggal.

      Kesedihan yang kami rasakan waktu itu sulit dijelaskan dengan kata-kata. Saat itu, saya masih berumur 13 tahun. Kami semua tidak menyangka Papa akan meninggal. Kami tidak tahu bagaimana harus menjalani hidup tanpa Papa. Selama beberapa waktu setelah Papa meninggal, Mama kadang masih sulit percaya kalau Papa sudah tidak ada. Tapi, kami tahu bahwa kami tidak bisa terus-menerus merasa sedih, dan Yehuwa membantu kami melewati masa-masa sulit itu. Belakangan, saya lulus sekolah di Caracas pada umur 16 tahun, dan saya ingin sekali bekerja untuk mendukung keluarga.

  • Saya Selalu Mengutamakan Yehuwa Setiap Membuat Keputusan
    Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2021 | Juni
    • Saya kembali ke Caracas pada bulan Juni 1957. Tapi waktu itu, kondisi keuangan keluarga saya tidak bagus, dan perlu ada satu orang lagi yang mencari nafkah. Nah, saat itu saya mendapat tawaran kerja di bank, tapi saya juga sangat ingin merintis. Dan sebenarnya, itulah tujuan saya kembali ke Venezuela. Akhirnya, saya putuskan untuk bekerja sepenuh waktu di bank sambil merintis. Dan, itu saya lakukan selama beberapa tahun. Saya sangat sibuk, tapi juga sangat bahagia.

      Saya juga senang sekali saat bertemu dengan Sylvia, seorang saudari cantik dari Jerman yang sangat mengasihi Yehuwa. Dia pindah ke Venezuela bersama orang tuanya. Belakangan, kami menikah dan punya satu anak laki-laki, Michel (Mike), dan satu anak perempuan, Samira. Saya juga merawat mama saya, dan dia ikut tinggal bersama kami. Memang, saya harus berhenti merintis karena ada tanggung jawab keluarga. Tapi, saya tetap semangat dinas. Saya dan Sylvia juga berupaya untuk merintis ekstra selama musim liburan.

      LANGKAH PENTING LAINNYA

      Seperti yang saya ceritakan di awal artikel ini, saya banyak berpikir tentang hidup saya. Waktu itu, anak-anak saya masih sekolah. Hidup kami nyaman, dan saya cukup direspek oleh orang-orang yang bekerja di bank. Tapi sebenarnya, saya ingin orang-orang lebih mengenal saya sebagai hamba Yehuwa. Saya terus berpikir apa yang bisa saya lakukan. Jadi, saya dan istri saya membahas kondisi keuangan kami. Kalau saya berhenti kerja, saya akan menerima uang pesangon. Dan kami rasa jika hidup kami lebih sederhana, uang kami akan cukup untuk biaya hidup selama beberapa tahun karena kami juga tidak punya utang.

      Ini bukan langkah yang mudah, tapi istri dan mama saya benar-benar mendukung keputusan ini. Jadi, saya berencana untuk merintis lagi. Saya senang sekali! Tapi lalu, kami mendapat kabar yang tidak disangka-sangka.

      KEJUTAN YANG MENYENANGKAN!

      Dyah dan Sylvia bersama anak mereka yang baru lahir, Gabriel.

      Kelahiran anak ketiga kami, Gabriel, adalah kejutan yang menyenangkan

      Suatu hari, dokter mengatakan bahwa Sylvia hamil. Kami berdua kaget. Kami sangat senang, tapi saya jadi berpikir, ’Apa saya bisa merintis?’ Meski begitu, kami siap secara mental dan emosi untuk menyambut anggota keluarga kami yang baru. Tapi waktu itu, saya masih ragu apa saya bisa merintis.

      Setelah membicarakannya sama-sama, kami putuskan untuk tetap pada rencana awal. Putra kami, Gabriel, lahir pada bulan April 1985. Lalu, saya mengundurkan diri dari bank dan mulai merintis pada bulan Juni 1985. Belakangan, saya menjadi anggota Panitia Cabang. Tapi, kantor cabang Venezuela bukan di Caracas. Jadi, saya harus menempuh jarak kira-kira 80 kilometer untuk pulang pergi ke Betel dua sampai tiga kali dalam seminggu.

      KAMI PINDAH LAGI

      Kantor cabang Venezuela terletak di kota La Victoria. Jadi, keluarga kami memutuskan untuk pindah ke sana agar lebih dekat dengan Betel. Ini perubahan besar untuk kami. Saya sangat berterima kasih kepada keluarga saya. Dukungan mereka luar biasa. Kakak perempuan saya, Baha, rela mengurus mama kami. Waktu itu, Mike sudah menikah, tapi Samira dan Gabriel masih tinggal dengan kami. Karena kami pindah ke La Victoria, mereka harus meninggalkan teman-teman mereka di Caracas. Selain itu, Sylvia juga harus membuat penyesuaian untuk tinggal di kota kecil. Dan, kami semua harus membiasakan diri tinggal di rumah yang lebih kecil. Ya, ada banyak penyesuaian yang perlu dibuat waktu kami pindah dari Caracas ke La Victoria.

      Tapi, setelah itu ada perubahan lagi. Gabriel menikah, dan Samira tidak tinggal dengan kami lagi. Lalu, saya dan Sylvia diundang ke Betel pada tahun 2007. Dan, kami masih melayani di Betel sampai sekarang. Mike, putra tertua kami, melayani sebagai penatua, dan dia merintis bersama istrinya, Monica. Gabriel juga seorang penatua, dan dia melayani di Italia bersama istrinya, Ambra. Selain itu, Samira merintis sambil membantu Betel sebagai relawan jarak jauh.

      Dari kiri ke kanan: Saya dan istri saya, Sylvia, di cabang Venezuela. Putra tertua kami, Mike, bersama Monica. Putri kami, Samira. Putra kami, Gabriel, bersama Ambra

      SAYA TIDAK PERNAH MENYESALI KEPUTUSAN SAYA

      Saya sudah membuat banyak keputusan besar dalam hidup saya. Tapi, saya tidak pernah menyesal. Kalau harus mengulang lagi, saya akan tetap buat keputusan yang sama. Saya sangat bersyukur untuk semua hal yang bisa saya lakukan untuk Yehuwa. Selama melayani Dia, saya sadar pentingnya punya hubungan yang akrab dengan-Nya. Tidak soal kita harus membuat keputusan besar atau kecil, Yehuwa bisa memberi kita kedamaian yang ”mengalahkan pemikiran apa pun”. (Flp. 4:6, 7) Saya dan Sylvia sangat menikmati pelayanan kami di Betel. Dan, kami merasa Yehuwa memberkati keputusan-keputusan kami karena kami selalu mengutamakan Dia.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan