PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Berjalan dengan Allah—Langkah-Langkah Awal
    Menara Pengawal—1998 | 15 November
    • Berjalan dengan Allah—Langkah-Langkah Awal

      ”Mendekatlah kepada Allah dan dia akan mendekat kepadamu.”​—YAKOBUS 4:8.

      1, 2. Mengapa saudara dapat mengatakan bahwa melayani Yehuwa merupakan hak istimewa yang besar?

      PRIA ini telah mendekam di penjara selama bertahun-tahun. Kemudian, ia dipanggil menghadap penguasa negeri itu. Peristiwa demi peristiwa bergulir dengan sangat cepat. Tak disangka-sangka, tahanan tersebut kini melayani raja yang paling berkuasa di bumi pada zaman itu. Bekas tahanan tersebut mendapat kedudukan tinggi dengan tanggung jawab yang besar dan kehormatan yang luar biasa. Yusuf​—pria yang semula terbelenggu kakinya​—sekarang berjalan bersama sang raja!​—Kejadian 41:14, 39-43; Mazmur 105:17, 18.

      2 Dewasa ini, umat manusia mendapat kesempatan untuk turut melayani pribadi yang jauh lebih agung daripada Firaun di Mesir. Yang Mahatinggi di alam semesta mengundang kita semua untuk melayani Dia. Benar-benar menakjubkan hak istimewa untuk berbuat demikian dan untuk memupuk hubungan erat dengan Yehuwa, Allah Yang Mahakuasa! Di dalam Alkitab, Ia diidentikkan dengan kuasa dan kemuliaan yang agung, serta ketenteraman, keindahan, dan kesenangan. (Yehezkiel 1:26-28; Penyingkapan 4:1-3) Kasih mewarnai segala urusan-Nya. (1 Yohanes 4:8) Ia tidak pernah berdusta. (Bilangan 23:19) Dan, Yehuwa tidak pernah mengecewakan orang-orang yang loyal kepada-Nya. (Mazmur 18:26) Apabila kita menyelaraskan diri dengan tuntutan-tuntutan-Nya yang adil-benar, kita dapat menikmati kehidupan yang bahagia dan penuh makna sekarang, dengan prospek kehidupan abadi. (Yohanes 17:3) Tidak ada penguasa manusia mana pun yang bisa menawarkan sesuatu yang sebanding, bahkan sedikit pun, dengan berkat dan hak istimewa demikian.

      3. Dengan cara bagaimana Nuh ”berjalan dengan Allah yang benar”?

      3 Lama berselang, Nuh, sang patriark bertekad hidup selaras dengan kehendak dan maksud-tujuan Allah. Tentang dia, Alkitab berkata, ”Nuh adalah orang yang adil-benar. Ia tanpa cela di antara orang-orang sezamannya. Nuh berjalan dengan Allah yang benar.” (Kejadian 6:9, NW) Tentu saja, Nuh tidak secara harfiah berjalan bersama Yehuwa, karena tidak seorang pun bahkan ”pernah melihat Allah”. (Yohanes 1:18) Sebaliknya, Nuh berjalan dengan Allah dalam arti bahwa ia melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya. Karena Nuh mengabdikan kehidupannya untuk melakukan kehendak Yehuwa, ia menikmati hubungan yang hangat dan intim dengan Allah Yang Mahakuasa. Seperti Nuh, jutaan orang dewasa ini sedang ”berjalan dengan Allah”, yakni hidup selaras dengan nasihat dan pengajaran Yehuwa. Bagaimana seseorang dapat memulai haluan demikian?

      Pengetahuan yang Saksama Penting

      4. Bagaimana Yehuwa mengajar umat-Nya?

      4 Untuk berjalan dengan Yehuwa, pertama-tama kita harus mengenal Dia. Nabi Yesaya menubuatkan, ”Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: ’Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.’” (Yesaya 2:2, 3) Ya, kita dapat memiliki keyakinan bahwa Yehuwa akan mengajar semua orang yang berupaya menempuh jalan-jalan-Nya. Yehuwa telah menyediakan Firman-Nya, Alkitab, dan Ia membantu kita untuk memahami Firman-Nya. Satu cara yang digunakan-Nya adalah melalui ”budak yang setia dan bijaksana”. (Matius 24:45-47) Yehuwa menggunakan ”budak yang setia” untuk menyediakan pengajaran rohani melalui publikasi-publikasi yang berdasarkan Alkitab, perhimpunan Kristen, dan penyelenggaraan pengajaran Alkitab di rumah secara cuma-cuma. Allah juga membantu umat-Nya untuk memahami Firman-Nya melalui roh kudus-Nya.—1 Korintus 2:10-16.

      5. Mengapa kebenaran Alkitab sangat tinggi nilainya?

      5 Meski kita tidak membayar sepeser pun untuk memperoleh kebenaran Alkitab, kebenaran itu sangat tinggi nilainya. Seraya kita mempelajari Firman Allah, kita belajar tentang Allah—nama-Nya, kepribadian-Nya, maksud-tujuan-Nya, dan cara Dia memperlakukan manusia. Kita juga mendapatkan jawaban yang melegakan untuk pertanyaan-pertanyaan dasar dalam hidup ini: Mengapa kita ada di sini? Mengapa Allah mengizinkan penderitaan? Apa masa depan yang terbentang di hadapan kita? Mengapa kita menjadi tua dan mati? Apakah ada kehidupan setelah kematian? Selain itu, kita juga belajar tentang kehendak Allah bagi kita, yakni, bagaimana seharusnya kita berjalan agar dapat menyenangkan Dia sepenuhnya. Kita tahu bahwa tuntutan-tuntutan Allah masuk akal dan sangat bermanfaat jika kita hidup selaras dengannya. Jika tidak diajar oleh Allah, kita tidak akan pernah dapat memahami hal-hal itu.

      6. Pengetahuan Alkitab yang saksama memungkinkan kita menempuh haluan apa?

      6 Kebenaran Alkitab mempunyai kuasa dan menggerakkan kita untuk membuat perubahan dalam hidup kita. (Ibrani 4:12) Sebelum memperoleh pengetahuan Alkitab, kita dapat berjalan hanya ”sesuai dengan sistem perkara dunia ini”. (Efesus 2:2) Tetapi, pengetahuan yang saksama dari Firman Allah menjelaskan kepada kita tentang suatu haluan yang berbeda supaya kita dapat ”berjalan dengan layak bagi Yehuwa dengan tujuan menyenangkan dia”. (Kolose 1:10) Alangkah sukacitanya kita untuk mulai berjalan dengan Yehuwa, Pribadi yang paling agung sejagat raya!—Lukas 11:28.

      Dua Langkah Penting—Pembaktian dan Pembaptisan

      7. Sewaktu kita mempelajari Firman Allah, kebenaran apa tentang kepemimpinan manusia mulai jelas?

      7 Sewaktu pemahaman Alkitab kita bertumbuh, kita mulai meneliti persoalan-persoalan manusia dan kehidupan kita sendiri dengan menggunakan keterangan rohani dari Firman Allah. Oleh karena itu, ada satu kebenaran penting yang menjadi jelas. Kebenaran itu dinyatakan lama berselang oleh nabi Yeremia, yang menulis, ”Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” (Yeremia 10:23) Manusia—kita semua—membutuhkan pengarahan dari Allah.

      8. (a) Apa yang menggerakkan orang untuk membaktikan diri kepada Allah? (b) Apa yang dimaksud dengan pembaktian Kristen?

      8 Pemahaman terhadap fakta yang penting ini memotivasi kita untuk memohon bimbingan Yehuwa. Dan, kasih akan Allah menggerakkan kita untuk membaktikan diri kepada-Nya. Membaktikan diri kepada Allah berarti menghampiri Dia dalam doa dan dengan khidmat berjanji akan menggunakan kehidupan kita untuk melayani-Nya dan menempuh jalan-jalan-Nya dengan setia. Dengan demikian, kita mengikuti teladan Yesus, yang mempersembahkan dirinya kepada Yehuwa disertai tekad kuat untuk melaksanakan kehendak ilahi.—Ibrani 10:7.

      9. Mengapa tiap-tiap individu membaktikan kehidupan mereka kepada Yehuwa?

      9 Allah Yehuwa tidak pernah menekan atau memaksa siapa pun untuk membaktikan diri kepada-Nya. (Bandingkan 2 Korintus 9:7.) Lagi pula, Allah tidak mengharapkan siapa pun membaktikan diri kepada-Nya hanya karena gejolak emosi. Sebelum dibaptis, seseorang sudah harus menjadi murid, dan oleh karena itu, perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk memperoleh pengetahuan. (Matius 28:19, 20) Paulus mengimbau orang-orang yang telah dibaptis untuk ’mempersembahkan tubuh mereka sebagai korban yang hidup, kudus, dapat diterima Allah, suatu dinas suci dengan daya nalar’. (Roma 12:1) Dengan menggunakan daya nalar inilah kita membaktikan diri kepada Allah Yehuwa. Setelah mengetahui apa yang terlibat dan bernalar dengan saksama tentang hal itu, kita dengan rela dan sukacita membaktikan kehidupan kita kepada Allah.—Mazmur 110:3

      10. Apa hubungan antara pembaktian dan pembaptisan?

      10 Setelah menghampiri Allah secara pribadi dalam doa guna menyatakan tekad kita untuk menempuh jalan-jalan-Nya, kita mengambil langkah berikutnya. Kita membuat pembaktian kita diketahui umum melalui pembaptisan air. Ini adalah pernyataan di hadapan umum bahwa kita telah berikrar untuk melakukan kehendak Allah. Pada awal pelayanannya di bumi, Yesus dibaptis oleh Yohanes, dengan demikian menetapkan contoh bagi kita. (Matius 3:13-17) Belakangan, Yesus menugasi para pengikutnya untuk menjadikan murid dan membaptis. Dengan demikian, pembaktian dan pembaptisan merupakan langkah penting bagi siapa pun yang ingin berjalan dengan Yehuwa.

      11, 12. (a) Bagaimana pembaptisan dapat dibandingkan dengan upacara pernikahan? (b) Apa kesamaan antara hubungan kita dengan Yehuwa dan hubungan antara suami-istri?

      11 Menjadi seorang murid Yesus yang berbakti dan terbaptis kurang lebih mirip dengan pernikahan. Di banyak negeri, pernikahan didahului oleh langkah-langkah awal. Pria dan wanita bertemu, saling mengenal, dan jatuh cinta. Kemudian, mereka bertunangan. Melalui upacara pernikahan, mereka mengumumkan di hadapan orang banyak keputusan mereka secara pribadi—menjalin ikatan perkawinan dan kemudian hidup bersama sebagai suami-istri. Upacara pernikahan merupakan pernyataan terbuka tentang awal hubungan istimewa itu. Hari pernikahan merupakan awal perkawinan. Demikian pula, pembaptisan merupakan awal suatu kehidupan yang diabdikan untuk berjalan dengan Yehuwa dalam ikatan pembaktian.

      12 Perhatikan perbandingan lain. Setelah hari pernikahan, kasih antara suami dan istri harus semakin dalam dan semakin matang. Agar dapat semakin dekat dengan teman hidupnya, pasangan tersebut harus tanpa mementingkan diri berupaya memelihara dan memperkuat ikatan perkawinan mereka. Meskipun kita tidak menjalin hubungan perkawinan dengan Allah, kita, setelah dibaptis, harus berupaya memelihara hubungan yang dekat dengan Yehuwa. Ia mengamati dan menghargai upaya kita untuk melakukan kehendak-Nya dan Ia pun mendekat kepada kita. ”Mendekatlah kepada Allah,” tulis Yakobus, sang murid, ”dan dia akan mendekat kepadamu.”—Yakobus 4:8.

      Berjalan Menurut Jejak Kaki Yesus

      13. Untuk berjalan dengan Allah, teladan siapa hendaknya kita ikuti?

      13 Untuk berjalan dengan Yehuwa, kita harus menyelaraskan diri dengan teladan yang ditetapkan oleh Yesus Kristus. Rasul Petrus menulis, ”Kepada haluan ini kamu dipanggil, karena bahkan Kristus menderita bagimu, meninggalkanmu suatu model bagimu agar kamu mengikuti langkah-langkahnya dengan saksama.” (1 Petrus 2:21) Karena Yesus sempurna dan kita tidak sempurna, kita tidak dapat mengikuti dengan sempurna teladan yang ia tetapkan. Meskipun demikian, Yehuwa berharap agar kita melakukan yang terbaik semampu kita. Mari kita perhatikan lima aspek kehidupan dan pelayanan Yesus yang harus diupayakan untuk ditiru oleh orang-orang Kristen yang berbakti.

      14. Apa yang tercakup dalam mengenal Firman Allah?

      14 Yesus memiliki pengetahuan yang saksama dan menyeluruh tentang Firman Allah. Dalam pelayanannya, Yesus sering mengutip dari Kitab-Kitab Ibrani. (Lukas 4:4, 8) Tentu saja, para pemimpin agama yang fasik pada waktu itu juga mengutip Tulisan-Tulisan Kudus. (Matius 22:23, 24) Bedanya, Yesus mengerti makna Tulisan-Tulisan Kudus, dan ia menerapkan hal itu dalam kehidupannya. Ia bukan hanya mengenal apa yang tertulis dalam Hukum, melainkan juga makna sesungguhnya dari Hukum. Seraya kita mengikuti teladan Kristus, kita pun hendaknya berupaya keras memahami Firman Allah, memperoleh makna yang sesungguhnya dari firman itu. Dengan berbuat demikian, kita dapat menjadi pekerja yang diperkenan Allah, yang sanggup ”mempergunakan firman kebenaran dengan tepat”.—2 Timotius 2:15.

      15. Bagaimana Yesus menetapkan teladan dalam berbicara tentang Allah?

      15 Kristus Yesus berbicara kepada orang-orang lain tentang Bapak surgawinya. Yesus tidak menahan pengetahuannya akan Firman Allah hanya untuk dirinya sendiri. Bahkan musuh-musuhnya memanggil dia dengan sebutan ”Guru” karena ke mana pun Yesus pergi ia selalu berbicara kepada orang lain tentang Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya. (Matius 12:38) Yesus mengabar di hadapan umum di bait, di sinagoga, di kota, dan di pedesaan. (Markus 1:39; Lukas 8:1; Yohanes 18:20) Ia mengajar disertai dengan keibaan hati dan kebaikan hati, memperlihatkan kasih kepada orang-orang yang dibantunya. (Matius 4:23) Orang-orang yang mengikuti teladan Yesus juga mencari berbagai tempat dan cara untuk mengajar orang lain tentang Allah Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya yang menakjubkan.

      16. Seberapa dekatkah hubungan Yesus dengan sesama penyembah Yehuwa?

      16 Yesus merasakan adanya ikatan yang erat dengan sesama penyembah Yehuwa. Sewaktu dalam suatu kesempatan Yesus sedang berbicara kepada orang banyak, ibu dan saudara-saudaranya yang belum beriman datang untuk berbicara dengannya. Catatan Alkitab mengatakan, ”Seseorang mengatakan kepadanya, ’Lihat! Ibumu dan saudara-saudara lelakimu berdiri di luar, sedang berupaya berbicara kepadamu.’ Sebagai jawaban ia mengatakan kepada orang yang memberitahunya, ’Siapakah ibuku, dan siapakah saudara-saudara lelakiku?’ Dan sambil mengulurkan tangannya ke arah murid-muridnya, ia mengatakan, ’Lihat! Ibuku dan saudara-saudara lelakiku! Sebab barangsiapa melakukan kehendak Bapakku yang ada di surga, dia adalah saudara lelaki, dan saudara perempuan, dan ibuku.’” (Matius 12:47-50) Itu tidak berarti Yesus mengabaikan keluarganya, karena peristiwa-peristiwa sesudahnya membuktikan bahwa ia tidak berbuat demikian. (Yohanes 19:25-27) Namun, catatan ini menandaskan kasih yang Yesus perlihatkan kepada rekan-rekan seiman. Demikian pula dewasa ini, orang-orang yang berjalan dengan Allah menjalin pergaulan dengan hamba-hamba Yehuwa lainnya dan kian mengasihi mereka dengan penuh sayang.—1 Petrus 4:8.

      17. Bagaimana perasaan Yesus sehubungan dengan melakukan kehendak Bapak surgawinya, dan bagaimana seharusnya hal ini mempengaruhi kita?

      17 Dengan melakukan kehendak ilahi, Yesus memperlihatkan kasih kepada Bapak surgawi-Nya. Yesus menaati Yehuwa dalam segala hal. Ia berkata, ”Makananku adalah agar aku melakukan kehendak dia yang mengutus aku dan untuk menyelesaikan pekerjaannya.” (Yohanes 4:34) Kristus juga mengatakan, ”Aku selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan [Allah].” (Yohanes 8:29) Yesus sangat mengasihi Bapak surgawinya sehingga ”ia merendahkan dirinya dan menjadi taat sampai mati, ya, mati pada tiang siksaan”. (Filipi 2:8) Setelah itu, Yehuwa memberkati Yesus, memuliakan dia serta menganugerahinya wewenang dan kemuliaan tertinggi setelah Yehuwa sendiri. (Filipi 2:9-11) Seperti Yesus, kita memperlihatkan kasih kita kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan dengan melakukan kehendak-Nya.—1 Yohanes 5:3.

      18. Dengan cara bagaimana Yesus menetapkan teladan sehubungan dengan doa?

      18 Yesus selalu berdoa. Ia berdoa pada saat pembaptisannya. (Lukas 3:21) Sebelum memilih ke-12 rasulnya, ia berdoa semalam suntuk. (Lukas 6:12, 13) Yesus mengajar murid-muridnya cara untuk berdoa. (Lukas 11:1-4) Pada malam sebelum kematiannya, ia berdoa untuk murid-muridnya, dan ia pun berdoa bersama murid-muridnya. (Yohanes 17:1-26) Doa merupakan bagian yang penting dari kehidupan Yesus, bahkan demikian pula seharusnya dalam kehidupan kita, mengingat kita adalah pengikutnya. Berbicara dengan Penguasa Universal benar-benar kehormatan besar! Lagi pula, Yehuwa menjawab doa, karena Yohanes menulis, ”Inilah keyakinan yang kita miliki terhadap dia, bahwa tidak soal apa yang kita minta sesuai dengan kehendaknya, dia mendengar kita. Selanjutnya, jika kita mengetahui bahwa dia mendengar kita mengenai apa pun yang kita minta, kita tahu kita akan mendapat hal-hal yang diminta karena kita telah memintanya dari dia.”—1 Yohanes 5:14, 15.

      19. (a) Sifat-sifat apa yang hendaknya kita tiru dari Yesus? (b) Dengan cara bagaimana kita dapat memperoleh manfaat dari mempelajari kehidupan dan pelayanan Yesus?

      19 Ada banyak hal yang dapat dipelajari apabila kita meneliti dengan saksama kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus semasa ia di bumi! Tirulah sifat-sifat yang diperlihatkannya: kasih, keibaan hati, kebaikan hati, kekuatan, keseimbangan, masuk akal, kerendahan hati, keberanian, dan tidak mementingkan diri. Semakin banyak yang kita pelajari tentang Yesus, semakin besar hasrat kita untuk menjadi pengikutnya yang setia. Pengetahuan tentang Yesus juga mendekatkan kita kepada Yehuwa. Lagi pula, Yesus adalah cerminan yang sempurna dari Bapak surgawinya. Begitu intimnya ia dengan Yehuwa sehingga ia dapat mengatakan, ”Ia yang telah melihat aku telah melihat Bapak juga.”—Yohanes 14:9.

      Percaya kepada Allah Dapat Menopang Saudara

      20. Bagaimana kita dapat berjalan dengan mantap bersama Yehuwa?

      20 Sewaktu anak-anak baru belajar berjalan, langkah-langkah mereka belum stabil. Bagaimana mereka dapat belajar cara berjalan yang mantap? Hanya dengan berlatih dan bertekun. Nah, orang-orang yang berjalan dengan Yehuwa berupaya berjalan dengan langkah-langkah yang mantap dan stabil. Ini pun membutuhkan waktu dan ketekunan. Paulus menunjukkan perlunya ketekunan dalam berjalan dengan Allah sewaktu ia menulis, ”Akhirnya, saudara-saudara, kami mohon kepadamu dan menganjurkan kamu dengan kuat dalam Tuan Yesus, sebagaimana kamu telah menerima instruksi dari kami tentang cara kamu seharusnya berjalan dan menyenangkan Allah, sebagaimana kamu sebenarnya sedang berjalan, agar kamu terus melakukannya dengan lebih sepenuhnya.”—1 Tesalonika 4:1.

      21. Seraya kita berjalan dengan Yehuwa, berkat-berkat apa dapat kita nikmati?

      21 Jika kita dengan sepenuh hati mengabdi kepada Allah, Ia akan membantu kita untuk terus berjalan dengan-Nya. (Yesaya 40:29-31) Tidak ada tawaran dunia ini yang sepadan dengan berkat-berkat yang Ia karuniakan kepada orang-orang yang menempuh jalan-jalan-Nya. Dialah ’Pribadi yang mengajar kita tentang apa yang memberi faedah, Pribadi yang menuntun kita di jalan yang harus kita tempuh. Sekiranya kita memperhatikan perintah-perintah-Nya, maka damai sejahtera kita akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan keadilbenaran kita akan seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti’. (Yesaya 48:17, 18) Dengan menerima undangan untuk berjalan dengan Allah dan dengan setia berbuat demikian, kita dapat menikmati kedamaian dengan-Nya untuk selama-lamanya.

  • Berjalan dengan Allah—Dengan Menatap Masa Depan yang Kekal
    Menara Pengawal—1998 | 15 November
    • Berjalan dengan Allah—Dengan Menatap Masa Depan yang Kekal

      ”Kami akan berjalan dengan nama Yehuwa, Allah kami, sampai waktu yang tidak tertentu, bahkan selama-lamanya.”​—MIKHA 4:5, NW.

      1. Mengapa Yehuwa dapat disebut ”Raja kekekalan”?

      ALLAH YEHUWA tidak bermula. Ia pantas disebut ”Yang Lanjut Usianya”, karena keberadaan-Nya di masa lalu terbentang tanpa batas. (Daniel 7:​9, 13) Yehuwa juga memiliki masa depan yang kekal. Hanya Dia yang dapat disebut ”Raja kekekalan”. (Penyingkapan 10:6; 15:3) Dan di mata-Nya, seribu tahun ”sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam”.​—Mazmur 90:4.

      2. (a) Apa maksud-tujuan Allah bagi umat manusia yang taat? (b) Harapan dan rencana kita seharusnya berpusat pada apa?

      2 Karena sang Pemberi Kehidupan adalah kekal, Ia dapat menawarkan kepada pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa, prospek kehidupan abadi di Firdaus. Namun, karena ketidaktaatan, Adam kehilangan hak kehidupan abadi, mewariskan dosa dan kematian kepada keturunannya. (Roma 5:12) Namun, pemberontakan Adam tidak menggagalkan maksud-tujuan Allah yang semula. Merupakan kehendak Yehuwa bahwa manusia yang taat akan hidup selama-lamanya, dan Ia akan mewujudkan maksud-tujuan-Nya tanpa gagal. (Yesaya 55:11) Kalau begitu, sangatlah tepat apabila harapan dan rencana kita berpusat pada melayani Yehuwa dengan menatap masa depan yang kekal. Meskipun kita ingin tetap mengingat ”hari Yehuwa”, sangatlah penting untuk mengingat bahwa tujuan kita adalah berjalan dengan Allah untuk selama-lamanya.​—2 Petrus 3:12.

      Yehuwa Bertindak pada Waktu yang Ia Tetapkan

      3. Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa mempunyai suatu ”waktu yang ditetapkan” untuk menggenapi maksud-tujuan-Nya?

      3 Sebagai orang yang berjalan dengan Allah, kita sangat berminat untuk melaksanakan kehendak-Nya. Kita tahu bahwa Yehuwa adalah Pribadi Agung yang Selalu Tepat Waktu, dan kita yakin bahwa Ia tidak pernah gagal dalam menggenapi maksud-tujuan-Nya pada waktu yang Ia tetapkan. Misalnya, ”ketika tiba batas waktu yang penuh, Allah mengutus Putranya”. (Galatia 4:4) Rasul Yohanes diberi tahu bahwa akan ada ”waktu yang ditetapkan” untuk menggenapi perkara-perkara nubuat yang ia saksikan dalam penglihatan. (Penyingkapan 1:​1-3) Ada pula ”waktu yang ditetapkan bagi yang mati untuk dihakimi”. (Penyingkapan 11:18) Lebih dari 1.900 tahun yang lalu, rasul Paulus diilhami untuk mengatakan bahwa Allah ”telah menetapkan suatu hari manakala ia bermaksud menghakimi bumi yang berpenduduk dalam keadilbenaran”.​—Kisah 17:31.

      4. Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa ingin menyudahi sistem perkara yang fasik ini?

      4 Yehuwa akan menyudahi sistem perkara yang fasik ini, oleh karena nama-Nya dicela di dunia zaman sekarang. Orang-orang fasik terus bertunas. (Mazmur 92:8) Melalui tutur kata dan perbuatan, mereka menghina Allah, dan alangkah pedihnya Allah melihat hamba-hamba-Nya dicerca dan dianiaya. (Zakharia 2:8) Tidak heran apabila Yehuwa telah menetapkan bahwa seluruh organisasi Setan akan segera dibinasakan! Allah telah menentukan dengan tepat kapan ini akan terjadi, dan penggenapan nubuat Alkitab memperjelas bahwa kita sekarang hidup pada ”akhir zaman”. (Daniel 12:4) Ia akan segera bertindak demi manfaat semua yang mengasihi Dia.

      5. Bagaimana Lot dan Habakuk memandang kondisi di sekeliling mereka?

      5 Hamba-hamba Yehuwa di masa lalu sangat ingin melihat diakhirinya kefasikan. Lot yang adil-benar ”sangat menderita karena pemuasan nafsu dari orang-orang yang menentang hukum dalam tingkah laku bebas”. (2 Petrus 2:7) Didorong kepedihannya tatkala melihat kondisi di sekelilingnya, nabi Habakuk memohon, ”Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: ’Penindasan!’ tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.”​—Habakuk 1:​2, 3.

      6. Apa yang dikatakan Yehuwa sebagai jawaban atas doa Habakuk, dan apa yang dapat kita pelajari dari jawaban ini?

      6 Antara lain, Yehuwa menjawab Habakuk dengan kata-kata ini, ”Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.” (Habakuk 2:3) Dengan demikian, Allah memberitahukan bahwa Ia akan bertindak pada ”saatnya”. Meskipun tampak seperti ada keterlambatan, Yehuwa akan menggenapi maksud-tujuan-Nya​—tanpa gagal!​—2 Petrus 3:9.

      Melayani dengan Gairah Membara

      7. Meskipun Yesus tidak tahu kapan tepatnya hari Yehuwa akan datang, bagaimana ia melaksanakan kegiatannya?

      7 Apakah pengetahuan tentang kapan tepatnya Yehuwa melaksanakan segala sesuatu merupakan syarat mutlak supaya kita dapat berjalan bersama Allah dengan penuh gairah? Tentu saja tidak. Perhatikan beberapa contoh. Yesus sangat berminat mengetahui waktu manakala kehendak Allah akan terlaksana di bumi seperti di surga. Bahkan, Kristus mengajarkan para pengikutnya untuk berdoa, ”Bapak kami di surga, biarlah namamu disucikan. Biarlah kerajaanmu datang. Biarlah kehendakmu terjadi, seperti di surga, demikian pula di atas bumi.” (Matius 6:​9, 10) Meskipun Yesus tahu bahwa permohonan ini akan dijawab, ia tidak tahu kapan tepatnya waktu pelaksanaan hal tersebut. Dalam nubuat agungnya tentang akhir sistem perkara, ia berkata, ”Sehubungan dengan hari dan jam itu tidak ada yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, Putra pun tidak, tetapi hanya Bapak.” (Matius 24:36) Karena Yesus Kristus adalah tokoh utama dalam pelaksanaan maksud-tujuan Allah, ia akan terlibat langsung dalam pengeksekusian musuh-musuh Bapak surgawinya. Akan tetapi, ketika Yesus di bumi, ia bahkan tidak tahu kapan Allah akan bertindak. Apakah itu membuatnya kurang bergairah dalam dinas Yehuwa? Tentu saja tidak! Karena melihat Yesus dengan penuh gairah membersihkan bait, ”murid-muridnya mengingat bahwa ada tertulis, ’Gairah terhadap rumahmu akan memakan habis aku’”. (Yohanes 2:17; Mazmur 69:10) Yesus sangat sibuk dengan pekerjaan yang untuknya ia diutus, dan ia melakukannya dengan gairah membara. Ia juga melayani Allah dengan menatap masa depan yang kekal.

      8, 9. Kapankah para murid menanyakan pemulihan Kerajaan, jawaban apa yang mereka terima, dan bagaimana tanggapan mereka?

      8 Demikian pula halnya dengan murid-murid Kristus. Yesus mengadakan pertemuan dengan mereka beberapa saat sebelum ia diangkat ke surga. Catatan tentang peristiwa ini mengatakan, ”Sekarang, ketika mereka telah berkumpul, mereka kemudian bertanya kepadanya, ’Tuan, apakah engkau akan memulihkan kerajaan bagi Israel pada masa ini?’” Seperti Tuan mereka, murid-murid ini sangat ingin agar Kerajaan datang. Namun, Yesus menjawab, ”Bukan bagianmu untuk mendapatkan pengetahuan tentang masa atau musim yang telah Bapak tempatkan dalam yurisdiksinya sendiri; tetapi kamu akan menerima kuasa pada waktu roh kudus datang ke atasmu, dan kamu akan menjadi saksi-saksiku di Yerusalem maupun di seluruh Yudea dan Samaria dan ke bagian yang paling jauh di bumi.”​—Kisah 1:​6-8.

      9 Tidak ada petunjuk bahwa murid-murid patah semangat setelah mendengar jawaban ini. Sebaliknya, mereka dengan penuh gairah sangat sibuk dengan pekerjaan pemberitaan. Dalam waktu beberapa minggu, ajaran mereka telah memenuhi Yerusalem. (Kisah 5:28) Dan dalam waktu 30 tahun, mereka telah meluaskan kegiatan pengabaran mereka hingga taraf yang dikatakan Paulus bahwa kabar baik telah diberitakan ’di antara semua ciptaan yang ada di bawah langit’. (Kolose 1:23) Meskipun Kerajaan tidak ’dipulihkan atas Israel’ seperti yang dengan keliru diharapkan oleh murid-murid dan meskipun Kerajaan itu belum didirikan di surga pada masa hidup mereka, mereka terus melayani Yehuwa dengan penuh gairah sambil menatap masa depan yang kekal.

      Menguji Motif Kita

      10. Ketidaktahuan kita tentang kapan Allah akan membinasakan sistem Setan memungkinkan kita untuk membuktikan apa?

      10 Hamba-hamba Yehuwa zaman modern juga sangat ingin melihat berakhirnya sistem perkara yang jahat ini. Akan tetapi, kepedulian kita yang utama bukanlah soal dibebaskannya kita ke dalam dunia baru Allah yang telah dijanjikan. Kita ingin melihat nama Yehuwa disucikan dan kedaulatan-Nya dibenarkan. Oleh karenanya, kita dapat bersukacita bahwa Allah tidak memberi tahu kita ’hari atau jam’ yang ditetapkan untuk membinasakan sistem Setan. Ketidaktahuan ini memungkinkan kita membuktikan bahwa kita bertekad untuk berjalan dengan Allah selama-lamanya, karena kita mengasihi Dia dan bukan karena kita mempunyai tujuan jangka pendek yang mementingkan diri.

      11, 12. Dengan cara bagaimana integritas Ayub ditantang, dan bagaimana tantangan itu berkaitan dengan kita?

      11 Memelihara integritas kita kepada Allah juga turut membuktikan bahwa si Iblis keliru ketika menuduhkan kepada Ayub yang benar​—dan juga umat manusia yang seperti dia​—bahwa mereka melayani Allah karena mementingkan diri. Setelah Yehuwa menyatakan bahwa hamba-Nya, Ayub, adalah pria yang tak bercela, benar, dan takut akan Allah, Setan dengan keji membantah, ”Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.” (Ayub 1:​8-11) Dengan memelihara integritas di bawah cobaan, Ayub membuktikan bahwa tuduhan yang keji itu tidak benar.

      12 Dengan berpegang pada haluan integritas yang sama, kita dapat membantah semua tuduhan Setan bahwa kita melayani Allah hanya karena kita tahu ada imbalan di depan mata. Karena kita tidak tahu kapan tepatnya pembalasan Allah akan dilaksanakan atas orang-orang jahat, kita mendapat kesempatan untuk membuktikan bahwa kita benar-benar mengasihi Yehuwa dan ingin menempuh jalan-jalan-Nya untuk selama-lamanya. Hal itu memperlihatkan bahwa kita loyal kepada Allah dan percaya akan cara Allah menangani masalah. Selain itu, tidak mengetahui hari dan jamnya membantu kita untuk tetap siaga dan sadar secara rohani karena kita tahu bahwa akhir itu dapat datang kapan saja, bagaikan pencuri di malam hari. (Matius 24:​42-44) Dengan berjalan bersama Yehuwa setiap hari, kita membuat hati-Nya bersukacita dan menyediakan jawaban bagi si Iblis, yang mencela Dia.​—Amsal 27:11.

      Buatlah Rencana Masa Depan yang Kekal!

      13. Apa yang Alkitab tunjukkan tentang merencanakan masa depan?

      13 Orang-orang yang berjalan dengan Allah tahu bahwa adalah bijaksana untuk membuat rencana masa depan yang masuk akal. Karena sadar bahwa usia lanjut mendatangkan masalah dan keterbatasan tersendiri, banyak orang berupaya memanfaatkan sebaik-baiknya masa muda dan kekuatan mereka agar kehidupan mereka kelak terjamin secara keuangan. Lalu, bagaimana dengan masa depan kerohanian kita yang jauh lebih penting? Amsal 21:5 (NW) mengatakan, ”Rencana-rencana orang yang rajin pasti mendatangkan keuntungan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa pasti menuju kekurangan.” Membuat perencanaan dengan menatap ke masa depan yang kekal sangat menguntungkan. Karena kita tidak tahu persis kapan akhir sistem ini akan tiba, kita setidaknya perlu memperhatikan kebutuhan kita di masa depan. Tetapi, marilah kita bersikap seimbang dan mendahulukan kepentingan ilahi dalam hidup ini. Orang-orang yang kurang iman mungkin menyimpulkan bahwa mengutamakan kehendak Allah di atas kepentingan pribadi merupakan pandangan yang picik. Tetapi, benarkah demikian?

      14, 15. (a) Ilustrasi apa yang disampaikan Yesus sehubungan dengan rencana masa depan? (b) Mengapa orang kaya dalam ilustrasi Yesus berpandangan picik?

      14 Yesus menyampaikan sebuah ilustrasi yang menjelaskan persoalan ini. Ia mengatakan, ”Tanah seseorang yang kaya memberikan hasil yang baik. Oleh karenanya ia mulai berpikir dalam dirinya, dengan mengatakan, ’Apa yang akan aku lakukan, sedangkan aku tidak mempunyai tempat untuk mengumpulkan panenanku?’ Maka ia mengatakan, ’Aku akan melakukan ini: Aku akan meruntuhkan gudang-gudangku dan membangun yang lebih besar, dan di sana aku akan mengumpulkan semua biji-bijianku dan semua barangku yang baik; dan aku akan mengatakan kepada jiwaku, ”Jiwa, engkau memiliki banyak barang yang baik tertimbun untuk bertahun-tahun; bersantailah, makan, minum, bersukarialah.”’ Tetapi Allah mengatakan kepadanya, ’Orang yang bersikap tidak masuk akal, malam ini mereka menuntut jiwamu darimu. Maka siapa yang akan memiliki perkara-perkara yang engkau timbun?’ Demikianlah jadinya dengan pria yang menimbun harta bagi dirinya sendiri tetapi tidak kaya terhadap Allah.”​—Lukas 12:​16-21.

      15 Apakah yang Yesus maksudkan adalah bahwa pria kaya itu seharusnya tidak perlu bekerja, tidak perlu mengupayakan keamanan materi untuk masa depan? Tidak, karena Alkitab menganjurkan kerja keras. (2 Tesalonika 3:10) Kesalahan pria kaya itu adalah bahwa ia tidak melakukan apa yang dibutuhkan untuk menjadi ”kaya terhadap Allah”. Bahkan meskipun ia dapat menikmati kekayaan materinya selama bertahun-tahun, ia pasti akan meninggal sewaktu-waktu. Pandangannya picik, tidak memikirkan masa depannya yang kekal.

      16. Mengapa kita dapat dengan yakin bersandar pada Yehuwa untuk memperoleh masa depan yang aman?

      16 Berjalan dengan Yehuwa dengan menatap masa depan yang kekal memang praktis dan arif. Itulah cara terbaik untuk merencanakan masa depan. Meskipun bijaksana untuk membuat rencana yang praktis sehubungan dengan sekolah, pekerjaan, dan tanggung jawab keluarga, kita harus selalu ingat bahwa Yehuwa tidak pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya yang loyal. Raja Daud bernyanyi, ”Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti.” (Mazmur 37:25) Yesus pun meyakinkan bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan semua orang yang mencari dahulu Kerajaan dan menempuh jalan-jalan Yehuwa yang adil-benar.​—Matius 6:33.

      17. Bagaimana kita tahu bahwa akhir itu sudah dekat?

      17 Meskipun kita melayani Allah dengan menatap ke masa depan yang kekal, kita tetap mengingat hari Yehuwa. Penggenapan nubuat Alkitab dengan jelas membuktikan dekatnya hari itu. Abad ini telah bercirikan perang, sampar, gempa bumi, dan kekurangan makanan, serta penganiayaan orang-orang Kristen sejati maupun pemberitaan global kabar baik Kerajaan Allah. Ini semua adalah corak-corak zaman akhir sistem perkara yang jahat ini. (Matius 24:​7-​14; Lukas 21:11) Dunia ini sarat dengan orang-orang yang menjadi ”pencinta diri sendiri, pencinta uang, congkak, angkuh, penghujah, tidak taat kepada orang-tua, tidak berterima kasih, tidak loyal, tidak memiliki kasih sayang alami, tidak mau bersepakat, pemfitnah, tanpa pengendalian diri, garang, tanpa kasih akan kebaikan, pengkhianat, keras kepala, besar kepala karena sombong, pencinta kesenangan sebaliknya daripada pencinta Allah”. (2 Timotius 3:​1-5) Di hari-hari terakhir yang kritis ini, kehidupan kita sebagai hamba Yehuwa akan sulit. Kita benar-benar merindukan hari manakala Kerajaan Yehuwa akan menyapu bersih semua keburukan! Sementara itu, marilah kita bertekad berjalan dengan Allah dengan menatap masa depan yang kekal.

      Melayani dengan Menatap Kehidupan Kekal

      18, 19. Apa yang memperlihatkan bahwa orang-orang yang setia di zaman dulu melayani Allah dengan menatap ke masa depan yang kekal?

      18 Seraya kita berjalan dengan Yehuwa, marilah kita camkan iman Habel, Henokh, Nuh, Abraham, dan Sara. Setelah menyebutkan mereka, Paulus menulis, ”Dalam iman mereka semua mati, walaupun mereka tidak memperoleh penggenapan dari janji-janji tersebut, tetapi mereka melihatnya di kejauhan dan menyambutnya dan menyatakan di depan umum bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak dikenal dan penduduk sementara di tanah itu.” (Ibrani 11:13) Orang-orang yang setia tersebut ”berupaya meraih tempat yang lebih baik, yaitu yang dari surga”. (Ibrani 11:16) Dengan iman, mereka menanti-nantikan tempat yang lebih baik di bawah pemerintahan Kerajaan Mesianis Allah. Kita dapat yakin bahwa Allah akan menganugerahi mereka kehidupan kekal di suatu tempat yang lebih baik​—Firdaus di bumi di bawah pemerintahan Kerajaan.​—Ibrani 11:​39, 40.

      19 Nabi Mikha menyatakan tekad umat Yehuwa untuk menyembah Allah selama-lamanya. Ia menulis, ”Semua suku bangsa, masing-masing akan berjalan dengan nama allahnya sendiri; tetapi kami, kami akan berjalan dengan nama Yehuwa, Allah kami, sampai waktu yang tidak tertentu, bahkan selama-lamanya.” (Mikha 4:5, NW) Sampai akhir hayatnya, Mikha dengan loyal melayani Yehuwa. Pada waktu ia dibangkitkan di dunia baru kelak, tak diragukan bahwa nabi itu akan terus berjalan dengan Allah untuk selama-lamanya. Alangkah bagusnya teladan nabi ini bagi kita semua yang telah jauh memasuki akhir zaman ini!

      20. Apa seharusnya tekad kita?

      20 Yehuwa menghargai kasih yang kita perlihatkan bagi nama-Nya. (Ibrani 6:10) Ia tahu bahwa adalah sulit bagi kita untuk memelihara integritas kepada-Nya di dunia yang didominasi oleh si Iblis. Akan tetapi, sementara ’dunia ini sedang berlalu, dia yang melakukan kehendak Allah tetap selama-lamanya’. (1 Yohanes 2:17; 5:19) Oleh karena itu, dengan bantuan Yehuwa, marilah kita bertekad untuk bertekun menghadapi cobaan hari demi hari. Semoga cara berpikir dan jalan hidup kita berpusat pada berkat-berkat indah yang dijanjikan oleh Bapak surgawi kita yang pengasih. Kita dapat meraih semua ini apabila kita terus berjalan dengan Allah dengan menatap ke masa depan yang kekal.​—Yudas 20, 21.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan