-
Berbahagialah bahwa Yehuwa Menunjukkan Jalannya kepada KitaMenara Pengawal—1999 | 15 Mei
-
-
Berbahagialah bahwa Yehuwa Menunjukkan Jalannya kepada Kita
”Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda TUHAN itu murni.”—2 SAMUEL 22:31.
1, 2. (a) Kebutuhan fundamental apa yang dimiliki semua orang? (b) Teladan siapa yang sebaiknya kita tiru?
SEMUA manusia pada dasarnya membutuhkan bimbingan. Sebenarnya, kita membutuhkan bimbingan seumur hidup. Memang, Yehuwa telah mengaruniai kita kecerdasan hingga taraf tertentu serta hati nurani untuk membantu kita memahami mana yang benar dan mana yang salah. Namun, hati nurani kita perlu dilatih agar dapat menjadi pembimbing yang andal. (Ibrani 5:14) Dan, pikiran kita membutuhkan informasi yang tepat—serta pelatihan guna mengevaluasi informasi tersebut—agar dapat digunakan untuk membuat keputusan yang baik. (Amsal 2:1-5) Sekalipun demikian, karena hidup ini penuh ketidakpastian, hasil keputusan kita mungkin gagal memenuhi harapan kita. (Pengkhotbah 9:11) Kita memang tidak dikaruniai kesanggupan yang dapat diandalkan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.
2 Karena alasan ini dan berbagai alasan lainnya, nabi Yeremia menulis, ”Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” (Yeremia 10:23) Yesus Kristus, tokoh terbesar sepanjang masa, mendapat pengarahan. Ia mengatakan, ”Putra tidak dapat melakukan satu perkara pun atas prakarsanya sendiri, melainkan hanya apa yang ia lihat dilakukan Bapak. Karena perkara apa pun yang Pribadi itu lakukan, perkara-perkara ini juga dilakukan Putra dengan cara yang sama.” (Yohanes 5:19) Maka, alangkah bijaksananya untuk meniru Yesus dan meminta bantuan kepada Yehuwa untuk menetapkan langkah-langkah kita! Raja Daud bermazmur, ”Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.” (2 Samuel 22:31) Jika kita berupaya menempuh jalan Yehuwa dan bukannya mengikuti hikmat kita sendiri, kita akan mendapatkan bimbingan yang sempurna. Menolak jalan Allah akan berakibat malapetaka.
Yehuwa Menunjukkan Jalan-Nya
3. Bagaimana Yehuwa membimbing Adam dan Hawa, dan dengan memberikan mereka prospek-prospek apa?
3 Perhatikan situasi Adam dan Hawa. Meskipun bebas dari dosa, mereka tetap membutuhkan pengarahan. Yehuwa tidak membiarkan Adam merencanakan sendiri segala sesuatu dalam taman Eden yang indah. Sebaliknya, Allah memberinya pekerjaan. Pertama-tama, Adam harus menamai binatang-binatang. Kemudian, Yehuwa memberi Adam dan Hawa tujuan jangka panjang. Mereka harus menaklukkan bumi, memenuhinya dengan anak-cucu mereka, dan mengurus binatang-binatang di bumi. (Kejadian 1:28) Ini memang suatu proyek raksasa, namun pada akhirnya, ini akan menghasilkan suatu firdaus seluas dunia yang dihuni oleh umat manusia yang sempurna yang hidup secara harmonis dengan binatang. Prospek ini benar-benar luar biasa! Selain itu, seraya Adam dan Hawa menempuh jalan Yehuwa dengan setia, mereka dapat berkomunikasi dengan-Nya. (Bandingkan Kejadian 3:8.) Hak istimewa ini benar-benar menakjubkan —yakni, memiliki hubungan pribadi yang berkesinambungan dengan Sang Pencipta!
4. Bagaimana Adam dan Hawa memperlihatkan kurangnya kepercayaan serta keloyalan, dan dengan hasil yang sangat buruk apa?
4 Yehuwa melarang pasangan manusia pertama untuk makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat di Eden, dan larangan ini sekaligus memberi mereka kesempatan untuk mempertunjukkan ketaatan—hasrat mereka untuk menempuh jalan Yehuwa. (Kejadian 2:17) Namun, tak lama kemudian, ketaatan tersebut diuji. Sewaktu Setan datang dengan tipu dayanya, Adam dan Hawa perlu memperlihatkan keloyalan kepada Yehuwa dan memiliki kepercayaan akan janji-janji-Nya jika mereka ingin terus taat. Sayang sekali, mereka tidak loyal dan tidak memperlihatkan kepercayaan. Sewaktu Setan menawarkan kebebasan kepada Hawa dan melontarkan tuduhan palsu bahwa Yehuwa berdusta, Hawa tertipu dan tidak menaati Allah. Adam pun turut berdosa bersama istrinya. (Kejadian 3:1-6; 1 Timotius 2:14) Kerugian yang mereka timbulkan sangatlah besar. Seandainya saja mereka menempuh jalan Yehuwa, mereka akan kian bersukacita seraya mereka melaksanakan kehendak-Nya secara progresif. Sebaliknya, kehidupan mereka sarat dengan kekecewaan dan kepedihan hati hingga maut merenggut mereka.—Kejadian 3:16-19; 5:1-5.
5. Apa maksud-tujuan jangka panjang Yehuwa, dan bagaimana Ia membantu manusia yang setia untuk menyaksikan penggenapannya?
5 Akan tetapi, Yehuwa tidak mengubah maksud-tujuan-Nya bahwa, suatu hari kelak, bumi ini akan menjadi suatu rumah firdaus bagi manusia yang sempurna dan bebas dari dosa. (Mazmur 37:11, 29) Dan, Ia tidak pernah lalai dalam memberikan pedoman yang sempurna bagi barangsiapa yang menempuh jalan-Nya dan yang berharap untuk menyaksikan penggenapan janji tersebut. Bagi barangsiapa di antara kita yang menyendengkan telinga, terdengar suara Yehuwa di belakang kita mengatakan, ”Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.”—Yesaya 30:21.
Beberapa Orang Menempuh Jalan Yehuwa
6. Siapakah dua pria pada zaman dahulu yang menempuh jalan Yehuwa, dan dengan hasil apa?
6 Menurut catatan Alkitab, hanya sejumlah kecil saja dari antara keturunan Adam dan Hawa yang menempuh jalan Yehuwa. Yang pertama di antaranya adalah Habel. Meskipun ia tewas sebelum mencapai umur suntuk, ia meninggal dalam keadaan diperkenan Yehuwa sehingga ia mendapat prospek yang pasti untuk turut menikmati ”kebangkitan untuk orang-orang yang adil benar” pada waktu yang ditentukan Allah. (Kisah 24:15) Ia akan menyaksikan penggenapan akhir dari maksud-tujuan agung Yehuwa bagi bumi dan umat manusia. (Ibrani 11:4) Yang juga menempuh jalan Yehuwa adalah Henokh, yang nubuatnya tentang kesudahan akhir sistem ini dicatat dalam buku Yudas. (Yudas 14, 15) Henokh pun meninggal sebelum mencapai umur suntuk. (Kejadian 5:21-24) Namun, ”ia menerima kesaksian bahwa ia telah benar-benar menyenangkan Allah”. (Ibrani 11:5) Sewaktu meninggal, seperti Habel, ia mendapat prospek yang pasti berupa kebangkitan, dan ia akan menjadi salah seorang yang akan menyaksikan tergenapnya maksud-tujuan Yehuwa.
7. Bagaimana Nuh dan keluarganya memperlihatkan keloyalan serta kepercayaan kepada Yehuwa?
7 Seraya dunia pra-Air Bah semakin tenggelam dalam kefasikan, ketaatan kepada Yehuwa semakin menguji keloyalan. Menjelang akhir dunia tersebut, hanya ada satu kelompok kecil saja yang didapati menempuh jalan Yehuwa. Nuh dan keluarganya mendengarkan Allah dan percaya akan apa yang Ia katakan. Dengan setia mereka melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka dan menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam praktek-praktek keji dunia pada zaman tersebut. (Kejadian 6:5-7, 13-16; Ibrani 11:7; 2 Petrus 2:5) Kita dapat merasa bersyukur atas ketaatan mereka yang disertai keloyalan dan kepercayaan. Oleh karena itulah mereka selamat melewati Air Bah dan menjadi nenek moyang kita. —Kejadian 6:22; 1 Petrus 3:20.
8. Bagi bangsa Israel, apa yang terlibat dalam menempuh jalan Allah?
8 Ketika saatnya tiba, Yehuwa mengadakan perjanjian dengan keturunan Yakub yang setia, dan mereka menjadi bangsa-Nya yang istimewa. (Keluaran 19:5, 6) Yehuwa menyediakan pengarahan bagi umat perjanjian-Nya berupa suatu Hukum tertulis, suatu keimaman, dan bimbingan nubuat yang berkesinambungan. Namun, keputusan untuk mengikuti pengarahan tersebut terletak di tangan orang-orang Israel. Yehuwa memerintahkan nabi-Nya untuk memberi tahu orang-orang Israel, ”Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal.”—Ulangan 11:26-28.
Mengapa Sebagian Orang Meninggalkan Jalan Yehuwa
9, 10. Karena keadaan apa orang-orang Israel perlu percaya kepada Yehuwa dan memupuk keloyalan kepada-Nya?
9 Seperti Adam dan Hawa, orang-orang Israel perlu percaya kepada Yehuwa dan loyal kepada-Nya jika mereka ingin tetap taat. Israel adalah suatu bangsa kecil yang dikelilingi oleh bangsa-bangsa pemberang. Di sebelah barat daya, terletak Mesir dan Etiopia. Di sebelah timur laut, terletak Siria dan Asiria. Di sekeliling mereka, terdapat Filistia, Amon, Moab, dan Edom. Acap kali, bangsa-bangsa ini memusuhi bangsa Israel. Selain itu, mereka semua mempraktekkan agama palsu, yang bercirikan penyembahan kepada ilah-ilah berhala, astrologi, dan yang beberapa dari antaranya mencakup upacara seksual yang bejat dan pengorbanan anak-anak secara kejam. Bangsa-bangsa tetangga Israel memohon kepada allah-allah mereka agar mereka dikaruniai keluarga besar, panen yang melimpah, dan kemenangan dalam peperangan.
10 Hanya bangsa Israel sajalah yang menyembah Allah yang esa, Yehuwa. Ia menjanjikan kepada mereka berkat-berkat berupa keluarga besar, panen yang melimpah, dan perlindungan terhadap musuh jika mereka menaati hukum-hukum-Nya. (Ulangan 28:1-14) Sangat disayangkan, banyak orang di Israel gagal melakukan ini. Di antara orang-orang yang benar-benar menempuh jalan Yehuwa, banyak yang menderita karena keloyalan mereka. Bahkan, ada yang disiksa, dicemooh, disesah, dipenjarakan, dirajam, dan dibunuh oleh sesama bangsa Israel. (Kisah 7:51, 52; Ibrani 11:35-38) Benar-benar ujian yang berat bagi orang-orang yang setia! Namun, mengapa begitu banyak orang menyimpang dari jalan Yehuwa? Dua contoh dari sejarah Israel membantu kita melihat cara berpikir mereka yang keliru.
Contoh Buruk Ahas
11, 12. (a) Sewaktu diancam oleh Siria, Ahas menolak untuk melakukan apa? (b) Kepada dua sumber apa Ahas meminta perlindungan?
11 Ahas memerintah Kerajaan Yehuda, yang terletak di sebelah selatan, pada abad kedelapan SM. Pemerintahannya tidak menghasilkan perdamaian. Sekali peristiwa, Siria dan Kerajaan Israel di sebelah utara bergabung untuk memeranginya, dan ”hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan”. (Yesaya 7:1, 2) Akan tetapi, sewaktu Yehuwa menawarkan dukungan dan mengundang Ahas untuk menguji-Nya, Ahas menolak mentah-mentah tawaran itu! (Yesaya 7:10-12) Alhasil, Yehuda kalah perang dan kehilangan banyak korban jiwa. —2 Tawarikh 28:1-8.
12 Ahas menolak menguji Yehuwa, namun ia malah tidak segan-segan meminta bantuan raja Asiria. Meskipun demikian, Yehuda tetap saja menderita di tangan bangsa-bangsa tetangganya. Sewaktu Asiria akhirnya berbalik melawan Ahas dan ”menyesakkannya”, sang raja ”mempersembahkan korban kepada para allah orang Damsyik yang telah mengalahkan dia. Pikirnya: ’Yang membantu raja-raja orang Aram adalah para allah mereka; kepada merekalah aku akan mempersembahkan korban, supaya mereka membantu aku juga’ ”.—2 Tawarikh 28:20, 23.
13. Apa yang diperlihatkan Ahas dengan berpaling kepada allah-allah Siria?
13 Belakangan, Yehuwa mengatakan kepada Israel, ”Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.” (Yesaya 48:17, 18) Dengan berpaling kepada allah-allah Siria, Ahas memperlihatkan betapa jauhnya ia telah menyimpang dari ’jalan yang harus ia tempuh’. Ia benar-benar disesatkan oleh cara berpikir bangsa-bangsa, meminta bantuan kepada sumber keamanan palsu mereka, dan bukannya kepada Yehuwa.
14. Mengapa Ahas tidak memiliki dalih sewaktu ia berpaling kepada allah-allah palsu?
14 Allah-allah yang disembah bangsa-bangsa, termasuk allah-allah Siria, telah lama diperlihatkan sebagai ”allah-allah yang tidak bernilai”. (Yesaya 2:8, NW) Pada masa-masa sebelumnya, selama pemerintahan Raja Daud, keunggulan Yehuwa atas allah-allah Siria terlihat jelas sewaktu orang-orang Siria menjadi hamba-hamba Daud. (1 Tawarikh 18:5, 6) Hanya Yehuwa sajalah, ”Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat”, yang dapat memberikan keamanan yang sejati. (Ulangan 10:17) Namun, Ahas, menolak Yehuwa dan mencari perlindungan dari allah bangsa-bangsa. Tindakan ini mendatangkan bencana atas Yehuda. —2 Tawarikh 28:24, 25.
Orang-Orang Yahudi bersama Yeremia di Mesir
15. Dengan cara bagaimana orang-orang Yahudi di Mesir pada zaman Yeremia berdosa?
15 Karena ketidakloyalan umat-Nya sudah benar-benar ekstrem, maka pada tahun 607 SM, Yehuwa membiarkan Babilonia membinasakan Yerusalem dan baitnya. Sebagian besar bangsa tersebut dibuang ke Babilon. Namun, ada pula yang terluput, dan salah seorang di antaranya adalah nabi Yeremia. Sewaktu Gubernur Gedalya dibunuh, sekelompok orang Yahudi ini melarikan diri ke Mesir dan membawa serta Yeremia. (2 Raja 25:22-26; Yeremia 43:5-7) Di sana, mereka mulai mempersembahkan korban bagi dewa-dewa palsu. Yeremia menyatakan ketidaksetujuannya kepada orang-orang Yahudi yang tidak setia itu, namun mereka tetap keras kepala. Mereka menolak berpaling kepada Yehuwa dan berkukuh bahwa mereka akan terus mempersembahkan korban bakaran bagi sang ”ratu sorga”. Mengapa? Karena inilah apa yang telah dilakukan oleh mereka dan oleh bapak leluhur mereka ’di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Pada waktu itu mereka mempunyai cukup makanan, merasa bahagia, dan tidak mengalami penderitaan’. (Yeremia 44:16, 17) Orang-orang Yahudi ini juga menyanggah, ”Sejak kami berhenti membakar korban dan mempersembahkan korban curahan kepada ratu sorga, maka kami kekurangan segala-galanya dan kami dihabiskan oleh pedang dan kelaparan.”—Yeremia 44:18.
16. Mengapa orang-orang Yahudi di Mesir sama sekali keliru dalam penalaran mereka?
16 Jalan pikiran itu benar-benar ironis! Bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya? Orang-orang Yahudi jelas-jelas mempersembahkan korban bagi allah-allah palsu di negeri yang Yehuwa berikan kepada mereka. Adakalanya, seperti halnya pada zaman Ahas, mereka menderita karena kemurtadan itu. Namun, Yehuwa ”panjang sabar” terhadap umat perjanjian-Nya. (Keluaran 34:6; Mazmur 86:15) Ia mengutus nabi-nabi-Nya untuk mendesak mereka agar bertobat. Adakalanya, sewaktu sang raja berlaku setia, Yehuwa memberkatinya, dan umat mendapat manfaat dari berkat tersebut, meskipun kebanyakan dari antara mereka berlaku tidak setia. (2 Tawarikh 20:29-33; 27:1-6) Orang-orang Yahudi di Mesir sungguh keliru apabila menyatakan bahwa kemakmuran apa pun yang mereka nikmati di tanah air mereka dahulu berasal dari allah-allah palsu mereka!
17. Mengapa Yehuda kehilangan negeri dan baitnya?
17 Sebelum tahun 607 SM, Yehuwa telah mendesak orang-orang Yehuda, ”Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!” (Yeremia 7:23) Orang-orang Yahudi benar-benar kehilangan bait dan negeri mereka karena tidak mau menempuh ’seluruh jalan yang Yehuwa perintahkan kepada mereka’. Janganlah kita sekali-kali melakukan kesalahan fatal semacam itu.
Yehuwa Memberkati Orang-Orang yang Menempuh Jalan-Nya
18. Apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang menempuh jalan Yehuwa?
18 Dewasa ini, sebagaimana di masa lalu, menempuh jalan Yehuwa menuntut keloyalan—yakni tekad untuk melayani Dia saja. Hal ini menuntut kepercayaan—yakni beriman sepenuhnya bahwa janji-janji Yehuwa dapat diandalkan dan akan menjadi kenyataan. Menempuh jalan Yehuwa menuntut ketaatan—mengikuti hukum-hukum-Nya tanpa menyimpang dan memelihara standar-standar-Nya yang tinggi. ”Yehuwa adil-benar; ia sungguh mengasihi tindakan yang adil-benar.”—Mazmur 11:7, NW.
19. Allah-allah apa disembah banyak orang dewasa ini, dan dengan hasil-hasil apa?
19 Ahas meminta perlindungan dari allah-allah Siria. Orang-orang Israel di Mesir berharap bahwa ”ratu sorga”, seorang dewi yang paling banyak disembah di Timur Tengah pada zaman dahulu, akan mendatangkan kemakmuran materi ke atas mereka. Dewasa ini, terdapat banyak allah yang bukan berhala harfiah. Yesus memperingatkan terhadap melayani ”Kekayaan” dan bukannya melayani Yehuwa. (Matius 6:24) Rasul Paulus berbicara tentang ”ketamakan akan milik orang lain, yang merupakan penyembahan berhala”. (Kolose 3:5) Ia juga berbicara tentang orang-orang yang ”allah mereka adalah perut mereka”. (Filipi 3:19) Ya, uang dan perkara-perkara materi termasuk di antara allah-allah utama yang disembah dewasa ini. Pada kenyataannya, sebagian besar agama—termasuk banyak lembaga yang bertalian dengan agama—’mendasarkan harapan mereka kepada kekayaan yang tidak pasti’. (1 Timotius 6:17) Banyak orang bekerja sangat keras untuk melayani allah-allah ini, dan beberapa menuai upahnya—tinggal di rumah yang terbaik, menikmati barang yang mahal-mahal, dan menikmati santapan secara berlebihan. Namun, tidak semua orang menikmati kemakmuran semacam itu. Dan, orang-orang yang menikmatinya pun pada akhirnya akan merasa bosan akan perkara-perkara ini. Kemakmuran tersebut tidak pasti, sementara, dan tidak memuaskan kebutuhan rohani.—Matius 5:3.
20. Keseimbangan apa harus kita pertahankan?
20 Benar, kehidupan kita harus benar-benar praktis seraya menjalani hari-hari terakhir sistem ini. Kita perlu mengambil langkah-langkah yang masuk akal untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita secara materi. Tetapi, jika kita lebih mementingkan standar hidup yang tinggi, kesibukan mencari uang, atau hal-hal serupa daripada melayani Allah, kita telah jatuh ke dalam salah satu bentuk penyembahan berhala dan tidak lagi menempuh jalan Yehuwa. (1 Timotius 6:9, 10) Namun, bagaimana seandainya kita menghadapi problem kesehatan, keuangan, atau problem-problem lainnya? Janganlah kita menjadi seperti orang-orang Yahudi di Mesir yang menyalahkan pelayanan mereka kepada Allah sebagai penyebab problem mereka. Sebaliknya, marilah kita menguji Yehuwa, tidak seperti Ahas yang tidak berbuat demikian. Dengan loyal, berpalinglah kepada Allah Yehuwa untuk meminta bimbingan. Dengan kepercayaan penuh, terapkanlah bimbingannya, dan berdoalah memohon kekuatan dan hikmat untuk menangani setiap keadaan. Kemudian, dengan keyakinan penuh, nantikanlah berkat Yehuwa.
21. Berkat-berkat apa yang datang atas orang-orang yang menempuh jalan Yehuwa?
21 Sepanjang sejarah bangsa Israel, Yehuwa dengan limpah memberkati barangsiapa yang menempuh jalan-Nya. Raja Daud bernyanyi, ”TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu karena seteruku.” (Mazmur 5:9) Kepada Daud, Yehuwa memberikan kemenangan militer atas bangsa-bangsa tetangga yang belakangan melecehkan Ahas. Di bawah pemerintahan Salomo, bangsa Israel diberkati dengan perdamaian dan kemakmuran yang dirindukan oleh orang-orang Yahudi di Mesir dahulu. Kepada putra Ahas, Hizkia, Yehuwa bahkan memberikan kemenangan atas Asiria yang perkasa. (Yesaya 59:1) Ya, tangan Yehuwa tidak pendek terhadap orang-orang-Nya yang loyal, yang tidak berdiri ”di jalan orang berdosa” namun, yang kesukaannya adalah hukum Allah. (Mazmur 1:1, 2) Demikian pula halnya dewasa ini. Namun, di zaman sekarang ini, bagaimana kita dapat merasa yakin bahwa kita sedang menempuh jalan Yehuwa? Hal ini akan dibahas dalam artikel berikut.
-
-
Teruslah Menempuh Jalan YehuwaMenara Pengawal—1999 | 15 Mei
-
-
Teruslah Menempuh Jalan Yehuwa
”Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri.”—MAZMUR 37:34.
1, 2. Bagi Daud, apa yang tercakup dalam menempuh jalan Yehuwa, dan bagi kita dewasa ini, hal ini menuntut apa?
”BERITAHUKANLAH aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku.” (Mazmur 143:8) Dewasa ini, orang-orang Kristen dengan sepenuh hati mengumandangkan kata-kata Raja Daud tersebut. Mereka dengan tulus ingin menyenangkan Yehuwa dan menempuh jalan-Nya. Apa yang tercakup dalam hal ini? Bagi Daud, itu berarti menjalankan hukum Allah. Hal itu mencakup percaya kepada Yehuwa, bukan kepada aliansi bangsa-bangsa. Ya, itu berarti dengan loyal melayani Yehuwa, bukan dewa-dewi bangsa-bangsa tetangga. Bagi orang-orang Kristen, menempuh jalan Yehuwa mencakup lebih banyak hal lagi.
2 Antara lain, menempuh jalan Yehuwa dewasa ini berarti menjalankan iman akan korban tebusan Yesus Kristus, mengakui dia sebagai ”jalan dan kebenaran dan kehidupan”. (Yohanes 3:16; 14:6; Ibrani 5:9) Juga, itu berarti memenuhi ”hukum Kristus”, yang mencakup memperlihatkan kasih kepada satu sama lain, khususnya kepada saudara-saudara Yesus yang terurap. (Galatia 6:2; Matius 25:34-40) Orang-orang yang menempuh jalan Yehuwa mengasihi prinsip-prinsip dan perintah-perintah-Nya. (Mazmur 119:97; Amsal 4:5, 6) Mereka menghargai hak istimewa mereka yang berharga untuk ambil bagian dalam pelayanan Kristen. (Kolose 4:17; 2 Timotius 4:5) Doa merupakan bagian yang tetap tentu dalam hidup mereka. (Roma 12:12) Dan, mereka ’terus memperhatikan dengan ketat agar cara mereka berjalan bukan seperti orang yang tidak berhikmat tetapi seperti yang berhikmat’. (Efesus 5:15) Mereka tentu tidak mengorbankan kekayaan rohani demi memperoleh keuntungan materi yang sementara atau kesenangan daging yang terlarang. (Matius 6:19, 20; 1 Yohanes 2:15-17) Selain itu, keloyalan kepada Yehuwa dan kepercayaan kepada-Nya sangat penting. (2 Korintus 1:9; 10:5; Efesus 4:24) Mengapa? Karena keadaan kita sangat mirip dengan keadaan Israel zaman dahulu.
Butuh Kepercayaan dan Keloyalan
3. Mengapa keloyalan, iman, dan kepercayaan membantu kita tetap berada di jalan Yehuwa?
3 Israel adalah suatu bangsa kecil yang dikelilingi bangsa-bangsa tetangga yang tidak bersahabat, yang mempraktekkan upacara-upacara keagamaan yang tidak senonoh dalam menyembah ilah-ilah berhala. (1 Tawarikh 16:26) Hanya Israel-lah bangsa yang melayani satu-satunya Allah yang benar dan tidak kelihatan, Yehuwa, dan Ia menuntut agar mereka memelihara standar moral tinggi. (Ulangan 6:4) Demikian pula dewasa ini, hanya beberapa juta manusia yang menyembah Yehuwa, dan mereka hidup di tengah-tengah suatu dunia berpopulasi hampir enam miliar jiwa, yang menganut standar dan sudut pandang agama yang sangat berbeda dari yang mereka miliki. Jika kita termasuk dalam bilangan beberapa juta itu, kita harus waspada agar tidak mendapat pengaruh buruk. Bagaimana? Keloyalan kepada Allah Yehuwa, iman kepada-Nya, dan kepercayaan yang teguh bahwa Ia akan memenuhi janji-janji-Nya akan membantu. (Ibrani 11:6) Jika kita memiliki ketiga hal tersebut, kita tidak akan menaruh kepercayaan pada perkara-perkara yang menjadi tumpuan harapan dunia ini. —Amsal 20:22; 1 Timotius 6:17.
4. Mengapa bangsa-bangsa ”berada dalam kegelapan secara mental”?
4 Rasul Paulus memperlihatkan seberapa berbeda orang-orang Kristen seharusnya dari dunia ini sewaktu ia menulis, ”Karena itu, tentang hal ini aku katakan dan berikan kesaksian dalam Tuan, bahwa kamu tidak lagi terus berjalan sama seperti bangsa-bangsa juga berjalan menurut pikiran mereka yang tidak mendatangkan keuntungan, sementara mereka berada dalam kegelapan secara mental, dan terasing dari kehidupan yang menjadi milik Allah, sebab kurangnya pengetahuan yang ada dalam diri mereka, karena ketidakpekaan hati mereka.” (Efesus 4:17, 18) Yesus adalah ”terang yang benar”. (Yohanes 1:9) Barangsiapa menolak dia atau mengaku percaya kepadanya namun tidak menaati ”hukum Kristus”, orang tersebut ”berada dalam kegelapan secara mental”. Ia bukannya menempuh jalan Yehuwa, melainkan ”terasing dari kehidupan yang menjadi milik Allah”. Sehebat apa pun tampaknya hikmat duniawi mereka, mereka ternyata ’kurang pengetahuan’ sehubungan dengan satu-satunya pengetahuan yang membimbing kepada kehidupan, yakni pengetahuan mengenai Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. —Yohanes 17:3; 1 Korintus 3:19.
5. Meskipun terang kebenaran bersinar di dunia ini, mengapa hati banyak orang tidak tanggap?
5 Namun, terang kebenaran bersinar di dunia ini! (Mazmur 43:3; Filipi 2:15) ”Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan.” (Amsal 1:20) Pada tahun yang lalu, Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan lebih dari satu miliar jam untuk memberi tahu sesama mereka tentang Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. Ratusan ribu orang menyambut berita ini. Namun, haruskah kita terkejut jika banyak orang lainnya tidak menyambut? Tidak. Paulus berbicara tentang ”ketidakpekaan hati mereka”. Ada orang-orang yang hatinya tidak tanggap karena sifat mementingkan diri atau cinta akan uang. Ada pula yang dipengaruhi oleh agama palsu atau pandangan duniawi yang sangat meluas dewasa ini. Kenyataan hidup yang getir mengakibatkan banyak orang berpaling dari Allah. Ada lagi yang tidak bersedia memenuhi standar-standar moral Yehuwa yang tinggi. (Yohanes 3:20) Mungkinkah hati seseorang yang menempuh jalan Yehuwa dapat tidak peka lagi dalam bidang-bidang tersebut?
6, 7. Meskipun bangsa Israel adalah penyembah Allah Yehuwa, dalam peristiwa apa saja mereka jatuh, dan mengapa?
6 Ini terjadi atas bangsa Israel zaman dahulu, seperti yang diperlihatkan Paulus. Ia menulis, ”Hal-hal ini menjadi contoh bagi kita, agar kita tidak menjadi orang-orang yang menghasratkan perkara-perkara yang merugikan, sama seperti mereka menghasratkannya. Juga tidak menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti yang dilakukan beberapa dari mereka; sebagaimana ada tertulis, ’Orang-orang itu duduk untuk makan dan minum, dan mereka berdiri untuk bersenang-senang.’ Juga jangan kita mempraktekkan percabulan, sebagaimana beberapa dari antara mereka melakukan percabulan, tetapi akhirnya jatuh, dua puluh tiga ribu dari mereka dalam satu hari.”—1 Korintus 10:6-8.
7 Paulus mula-mula merujuk pada peristiwa sewaktu bangsa Israel menyembah anak lembu emas di kaki Gunung Sinai. (Keluaran 32:5, 6) Ini merupakan ketidaktaatan langsung kepada sebuah perintah ilahi yang telah mereka sepakati hanya beberapa minggu sebelumnya. (Keluaran 20:4-6; 24:3) Kemudian, Paulus merujuk pada peristiwa ketika bangsa Israel sujud pada Baal bersama putri-putri Moab. (Bilangan 25:1-9) Penyembahan anak lembu emas bercirikan kesenangan yang bejat, ”bersenang-senang”.a Penyembahan Baal disertai perbuatan seksual amoral yang terang-terangan. (Penyingkapan 2:14) Mengapa orang-orang Israel melakukan dosa-dosa ini? Karena mereka membiarkan hati mereka ”menginginkan perkara-perkara yang mencelakakan”—entah itu penyembahan berhala atau praktek-praktek amoral yang menyertainya.
8. Hikmah apa dapat kita peroleh dari pengalaman-pengalaman orang-orang Israel?
8 Paulus menunjukkan bahwa kita hendaknya mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa ini. Hikmah apa? Adalah mustahil seorang Kristen akan sujud di hadapan anak lembu emas atau ilah orang Moab zaman dahulu. Namun, bagaimana dengan perbuatan amoral atau pemuasan hawa nafsu secara tak terkendali? Itu merupakan hal yang umum dewasa ini, dan jika kita membiarkan hasrat akan perkara-perkara tersebut berkembang dalam hati kita, hasrat itu akan menjadi penghalang antara kita dan Yehuwa. Itu akan berakibat sama seperti penyembahan berhala—terasing dari Allah. (Bandingkan Kolose 3:5; Filipi 3:19.) Itulah sebabnya, Paulus mengakhiri pembahasannya tentang peristiwa-peristiwa itu dengan anjuran kepada rekan-rekan seimannya, ”Larilah dari penyembahan berhala.”—1 Korintus 10:14.
Bantuan dalam Menempuh Jalan Ilahi
9. (a) Agar tetap berada di jalan Yehuwa, bantuan apa yang kita terima? (b) Dengan cara utama apa kita mendengar ’perkataan di belakang kita’?
9 Jika kita bertekad untuk terus menempuh jalan Yehuwa, kita tidak dibiarkan begitu saja tanpa bantuan. Yesaya bernubuat, ”Telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: ’Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,’ entah kamu menganan atau mengiri.” (Yesaya 30:21) Bagaimana ’telinga kita sendiri’ mendengar ’perkataan di belakang kita’? Memang, tidak seorang pun dewasa ini mendengar suara harfiah Allah atau menerima berita secara pribadi dari Allah. ”Perkataan” itu diperdengarkan kepada kita semua dengan cara yang sama. Yang pertama dan terutama, perkataan itu disampaikan melalui Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham, Alkitab, yang memuat pikiran Allah dan catatan tentang cara-Nya berurusan dengan manusia. Karena setiap hari kita dihujani propaganda dari sumber-sumber yang ”terasing dari kehidupan yang menjadi milik Allah”, maka demi kesehatan rohani yang prima, kita perlu membaca Alkitab dan merenungkannya secara tetap tentu. Hal ini akan membantu kita untuk menghindari ”perkara yang sia-sia” dan untuk ”cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh untuk setiap pekerjaan yang baik”. (Kisah 14:14, 15; 2 Timotius 3:16, 17) Hal ini akan menguatkan kita, membentengi kita, dan membantu kita ’untuk membuat jalan kita berhasil’. (Yosua 1:7, 8) Oleh karena itu, Firman Yehuwa mendesak, ”Hai anak-anak, dengarkanlah aku, karena berbahagialah mereka yang memelihara jalan-jalanku. Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya.”—Amsal 8:32, 33.
10. Apa cara kedua untuk mendengar ’perkataan di belakang kita’?
10 ’Perkataan di belakang kita’ juga disampaikan melalui ”budak yang setia dan bijaksana”, yang menyediakan ’makanan pada waktu yang tepat’. (Matius 24:45-47) Salah satu cara penyediaan makanan ini adalah melalui publikasi-publikasi tercetak yang berdasarkan Alkitab, dan pada tahun-tahun belakangan, persediaan makanan ini semakin melimpah. Misalnya, melalui majalah Menara Pengawal, pemahaman kita tentang nubuat telah dimurnikan. Dalam jurnal ini, kita dianjurkan agar bertekun dalam pekerjaan pengabaran dan menjadikan murid di tengah-tengah meningkatnya sikap apatis, kita dibantu untuk menghindari jerat, dan kita didesak untuk memperkembangkan sifat-sifat Kristen yang bagus. Kita benar-benar menghargai makanan yang tepat waktu tersebut.
11. Jelaskan cara ketiga untuk mendengar ’perkataan di belakang kita’.
11 Budak yang setia dan bijaksana juga menyediakan makanan melalui perhimpunan-perhimpunan kita yang tetap tentu. Hal ini termasuk perhimpunan-perhimpunan sidang setempat, kebaktian semitahunan pada tingkat wilayah, dan kebaktian tahunan yang lebih besar. Adakah orang Kristen yang setia yang tidak menghargai pertemuan-pertemuan itu? Pertemuan-pertemuan itu merupakan sarana pendukung yang penting dalam menempuh jalan Yehuwa. Mengingat banyak dari antara kita, entah di tempat kerja atau di sekolah, yang harus menggunakan banyak waktu bersama orang-orang yang tidak seiman, pergaulan Kristen yang tetap tentu benar-benar menyelamatkan kehidupan. Perhimpunan memberi kita kesempatan yang bagus untuk ’menggerakkan satu sama lama lain kepada kasih dan pekerjaan baik’. (Ibrani 10:24) Kita mengasihi saudara-saudara kita, dan senang bergaul dengan mereka.—Mazmur 133:1.
12. Apa tekad Saksi-Saksi Yehuwa, dan bagaimana mereka menyatakannya baru-baru ini?
12 Dengan dikuatkan oleh makanan rohani semacam itu, hampir enam juta orang dewasa ini menempuh jalan Yehuwa, dan jutaan orang lain mempelajari Alkitab untuk mengetahui cara melakukannya. Apakah mereka merasa kecil hati atau dilemahkan oleh fakta bahwa jumlah mereka sedikit jika dibandingkan dengan miliaran penduduk bumi? Sama sekali tidak! Mereka bertekad untuk terus mengindahkan ’perkataan di belakang mereka’, dengan loyal melakukan kehendak Yehuwa. Sebagai pernyataan umum tekad mereka, pada Kebaktian Distrik dan Kebaktian Internasional ”Jalan Hidup Ilahi” tahun 1998/99, para delegasi menyetujui suatu resolusi yang menyatakan pendirian mereka yang sepenuh hati. Berikut ini adalah naskah resolusi tersebut.
Resolusi
13, 14. Pandangan realistis apa yang Saksi-Saksi Yehuwa miliki tentang situasi dunia ini?
13 ”Kami, sebagai Saksi-Saksi Yehuwa yang berkumpul di Kebaktian ’Jalan Hidup Ilahi’, dengan sepenuh hati setuju bahwa jalan ilahi adalah jalan hidup yang terbaik. Namun, kami menyadari bahwa tidak demikian halnya dengan perasaan mayoritas umat manusia dewasa ini. Masyarakat manusia telah bereksperimen dengan banyak konsep, filsafat, dan gagasan agama tentang apa yang menjadi jalan hidup yang terbaik. Pandangan yang jujur atas sejarah manusia dan keadaan dunia dewasa ini mendukung kebenaran pernyataan ilahi yang dicatat di Yeremia 10:23, ’Orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.’
14 ”Setiap hari kami melihat semakin banyak bukti yang meneguhkan kebenaran kata-kata tersebut. Pada umumnya, masyarakat manusia tidak mempedulikan jalan hidup ilahi. Orang-orang mengejar apa yang tampak benar di mata mereka sendiri. Akibatnya sungguh tragis—keluarga berantakan, anak-anak telantar; pengejaran materialistis secara besar-besaran, berakhir dalam kehampaan dan frustrasi; kejahatan dan kekerasan yang sia-sia, merenggut banyak sekali korban; percekcokan dan perang etnik, menelan korban manusia dalam jumlah yang mengerikan; perbuatan amoral yang merajalela, menyulut suatu epidemi penyakit-penyakit hubungan seksual. Ini hanyalah beberapa contoh dari banyak sekali problem pelik yang menghalangi upaya untuk memperoleh kebahagiaan, kedamaian, dan keamanan.
15, 16. Sehubungan dengan jalan hidup ilahi, tekad apa dinyatakan dalam resolusi ini?
15 ”Mengingat keadaan yang menyedihkan dari umat manusia dan mendekatnya ’perang hari besar Allah Yang Mahakuasa’, yang disebut Armagedon (Penyingkapan 16:14, 16), kami sebagai Saksi-Saksi Yehuwa memutuskan bahwa:
16 ”Pertama: Kami memandang diri kami sebagai milik Allah Yehuwa, karena kami secara individu telah membaktikan diri kepada-Nya tanpa syarat, dan kami akan memelihara iman yang tak tergoyahkan akan penyediaan Yehuwa berupa tebusan melalui Putra-Nya, Yesus Kristus. Kami bertekad untuk menempuh jalan hidup ilahi, melayani sebagai Saksi-Saksi-Nya dan tunduk pada kedaulatan-Nya yang dinyatakan melalui pemerintahan Yesus Kristus.
17, 18. Saksi-Saksi akan terus memelihara pendirian apa sehubungan dengan standar-standar moral Kristen dan persaudaraan Kristen?
17 ”Kedua: Kami akan terus berpaut pada standar-standar moral dan rohani yang tinggi dari Alkitab. Kami bertekad untuk tidak berjalan seperti bangsa-bangsa yang berjalan menurut pikiran mereka yang tidak mendatangkan keuntungan. (Efesus 4:17-19) Adalah tekad kami untuk tetap bersih di hadapan Yehuwa dan tanpa noda dari dunia ini.—Yakobus 1:27.
18 ”Ketiga: Kami akan berpegang erat pada pendirian kami yang berdasarkan Alkitab sebagai suatu persaudaraan Kristen di seluruh dunia. Kami akan memelihara kenetralan Kristen di antara bangsa-bangsa, tidak membiarkan diri kami terjebak dalam kebencian atau perpecahan ras, nasional, atau etnik.
19, 20. (a) Apa yang akan dilakukan oleh para orang-tua Kristen? (b) Bagaimana semua orang Kristen yang sejati akan terus menyatakan diri sebagai murid-murid Kristus?
19 ”Keempat: Kami yang menjadi orang-tua akan menanamkan jalan ilahi dalam diri anak-anak kami. Kami akan menyediakan teladan dalam kehidupan Kristen, yang mencakup pembacaan Alkitab yang tetap tentu, pelajaran keluarga, dan partisipasi yang sepenuh hati dalam sidang Kristen dan dalam dinas pengabaran.
20 ”Kelima: Kami semua akan berupaya memupuk sifat-sifat saleh yang diperlihatkan oleh Pencipta kita, dan kami akan berupaya meniru kepribadian-Nya dan jalan-jalan-Nya, seperti yang Yesus lakukan. (Efesus 5:1) Kami bertekad untuk membiarkan semua urusan kami berlangsung dengan kasih, dengan demikian mengidentifikasi kami sebagai murid-murid Kristus.—Yohanes 13:35.
21-23. Apa yang akan terus Saksi-Saksi Yehuwa lakukan, dan apa yang mereka yakini?
21 ”Keenam: Tanpa henti kami akan terus memberitakan kabar baik Kerajaan Allah, menjadikan murid, dan kami akan mengajarkan kepada mereka jalan hidup ilahi dan menganjurkan mereka agar menerima pelatihan selanjutnya di perhimpunan-perhimpunan sidang.—Matius 24:14; 28:19, 20; Ibrani 10:24, 25.
22 ”Ketujuh: Secara perorangan dan sebagai suatu organisasi agama, kami akan terus menaruh kehendak Allah di tempat pertama dalam hidup kami. Dengan menggunakan Firman-Nya, Alkitab, sebagai penuntun kami, kami tidak akan menyimpang ke kanan atau ke kiri, dengan demikian meneguhkan bahwa jalan ilahi jauh mengungguli jalan-jalan dunia ini. Kami bertekad untuk menempuh jalan hidup ilahi—dengan teguh dan loyal, sekarang dan selama-lamanya!
23 ”Kami membuat resolusi ini karena kami menaruh keyakinan penuh akan janji Yehuwa yang pengasih bahwa ia yang melakukan kehendak Allah akan hidup selama-lamanya. Kami membuat resolusi ini karena kami yakin bahwa hidup selaras dengan prinsip-prinsip, nasihat, dan pengingat Alkitab menyumbang kepada jalan hidup yang terbaik sekarang dan membubuh dasar yang baik untuk masa depan, sehingga kami dapat menggenggam dengan teguh kehidupan yang sebenarnya. (1 Timotius 6:19; 2 Timotius 4:7b, 8) Yang terutama, kami membuat resolusi ini karena kami mengasihi Allah Yehuwa dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan kami!
24, 25. Bagaimana sambutan terhadap resolusi yang diajukan, dan apa tekad orang-orang yang menempuh jalan Yehuwa?
24 ”Seluruh hadirin Kebaktian Distrik ini yang mendukung diterimanya Resolusi ini, silakan katakan YA!”
25 Ratusan arena dan stadion di seluruh dunia bergema oleh seruan ”YA” yang bergemuruh dari para hadirin. Saksi-Saksi Yehuwa tidak ragu sedikit pun untuk terus menempuh jalan Yehuwa. Mereka memiliki kepercayaan penuh akan Yehuwa dan beriman bahwa Ia akan memenuhi janji-janji-Nya. Mereka tetap loyal kepada-Nya, apa pun yang akan terjadi. Dan, mereka bertekad untuk melakukan kehendak-Nya.
”Allah di Pihak Kita”
26. Situasi menggembirakan apa yang dialami oleh orang-orang yang menempuh jalan Yehuwa?
26 Saksi-Saksi Yehuwa mengingat anjuran sang pemazmur, ”Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri.” (Mazmur 37:34) Mereka tidak melupakan kata-kata Paulus yang menganjurkan, ”Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan menentang kita? Ia yang bahkan tidak menyayangkan Putranya sendiri melainkan menyerahkannya bagi kita semua, mengapa ia juga tidak akan bersama dia dengan baik hati memberikan kepada kita semua perkara lain?” (Roma 8:31, 32) Ya, jika kita tetap menempuh jalan Yehuwa, Ia akan menyediakan ”segala sesuatu dengan limpah kepada kita untuk kenikmatan kita”. (1 Timotius 6:17) Tidak ada tempat yang lebih baik selain di tempat kita berada—menempuh jalan Yehuwa bersisi-sisian dengan saudara dan saudari yang kita kasihi. Dengan Yehuwa di sisi kita, marilah kita bertekad untuk tetap berada di sana dan untuk bertekun sampai akhir, merasa yakin sepenuhnya bahwa pada waktu yang Ia tetapkan, kita akan melihat Dia menggenapi setiap janji-Nya.—Titus 1:2.
-