-
Peperangan—Mengapa?Sedarlah!—1986 (No. 16) | Sedarlah!—1986 (No. 16)
-
-
Peranan Propaganda
Kadang-kadang ada tetangga-tetangga yang bertengkar. Tetapi hal itu jarang mengarah pada pertumpahan darah. Pertama-tama, hukum suatu negeri melarang serangan dan pembunuhan atas sesama warga. Tetapi dalam masa perang, larangan itu tidak berlaku terhadap warga-warga dari negara musuh, meskipun orang-orang pada umumnya benar-benar tidak mengenal ”musuh” mereka. Segala sesuatu yang mereka ketahui tentang musuh ialah apa yang mereka dengar sehingga diyakinkan, melalui sajian dari media [berita] mereka yang dikendalikan oleh politik.
Ini kenyataan kehidupan dalam tiap bangsa. Seperti ditulis oleh Irenäus Eibl-Eibesfeldt wrote, ”Pendapat umum dibentuk oleh kelompok-kelompok yang berkepentingan (para politikus, pabrik senjata, militer) yang memperdayakan orang-orang yang berhak ikut pemilihan umum dengan memberi mereka keterangan yang palsu atau sepihak.” Dalam nada yang sama, sejarawan H. E. Barnes menulis, ”Sejak perang-perang dari Revolusi Prancis . . . propaganda yang berlebih-lebihan dan bersifat memaksa [telah] diteruskan dan ditingkatkan secara besar-besaran untuk melindungi perjuangan melawan perbedaan pendapat populer, oposisi, dan analisa atas masalah-masalah berdasarkan fakta.”
Akibatnya, ”secara praktis setiap orang dapat dibujuk dan diperalat sedemikian rupa sehingga sedikit banyaknya ia secara sukarela akan memasuki satu keadaan di mana ia harus membunuh dan mungkin mati”. (War, oleh Gwynne Dyer) Jadi, karena alasan kekuasaan politik dan ekonomi mereka, golongan ”elite” (terkemuka) dapat mengendalikan media dalam mempersiapkan massa untuk pertumpahan darah besar-besaran.
Adolf Hitler dan Joseph Goebbels, pemimpin-pemimpin golongan elite Nazi yang memerintah, menyadari betul pentingnya mengendalikan dan memperdayakan pikiran dari massa. Pada tanggal 24 Agustus 1939, Hitler menjelaskan kepada sekelompok perwira-perwira tinggi tentang rencananya untuk menyerang Polandia, ”Saya akan memberikan alasan kepada ahli propaganda untuk memulai peperangan. Tidak perduli apakah ini masuk akal atau tidak. . . . Dalam memulai dan mengadakan peperangan, yang penting bukan Hak tetapi Kemenangan.”
-
-
Peperangan—Mengapa?Sedarlah!—1986 (No. 16) | Sedarlah!—1986 (No. 16)
-
-
[Gambar di hlm. 13]
Joseph Goebbels, menteri untuk propaganda dan penerangan nasional, ”ahli propaganda dari Resim Nazi”
[Keterangan]
U.S. Library of Congress
-