PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Maukah Saudara Mengikuti Bimbingan Yehuwa?
    Menara Pengawal—2011 | 15 Juli
    • Maukah Saudara Mengikuti Bimbingan Yehuwa?

      ”Aku membenci segala jalan kepalsuan.”​—MZ. 119:128.

      1, 2. (a) Sewaktu meminta petunjuk dari teman, peringatan apa yang Saudara hargai, dan mengapa? (b) Peringatan apa yang Yehuwa berikan kepada kita, dan mengapa?

      BAYANGKAN ini: Saudara harus pergi ke suatu tempat. Saudara meminta petunjuk dari seorang teman. Ia dapat dipercaya dan tahu jalan menuju ke sana. Sewaktu memberi petunjuk, ia mengatakan, ”Hati-hati di belokan berikutnya. Tandanya tidak jelas. Banyak orang mengikuti tanda itu dan akhirnya tersesat.” Apakah Saudara menghargai dan mendengarkan peringatan itu? Yehuwa mirip teman itu. Ia memberi kita petunjuk agar kita dapat tiba di tujuan, yakni kehidupan abadi, tetapi Ia juga memperingatkan kita terhadap hal-hal berbahaya yang bisa membuat kita tersesat.​—Ul. 5:32; Yes. 30:21.

      2 Dalam artikel ini dan yang berikutnya, kita akan membahas beberapa bahaya ini. Allah Yehuwa, sebagai Teman kita, memberikan peringatan itu karena Ia mengasihi kita. Ia ingin kita hidup selama-lamanya. Ia sedih melihat orang-orang malah mengabaikan peringatan-Nya dan akhirnya tersesat. (Yeh. 33:11) Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga macam bahaya. Yang pertama datang dari orang lain, yang kedua datang dari diri sendiri. Yang ketiga tidak kelihatan, tetapi sangat berbahaya. Kita perlu tahu apa saja itu dan apa yang Yehuwa ajarkan untuk menghindarinya. Seorang pemazmur mengetahui tentang bahaya itu dan mengatakan kepada Yehuwa, ”Aku membenci segala jalan kepalsuan.” (Mz. 119:128) Apakah Saudara juga merasa demikian? Marilah kita lihat bagaimana kita bisa lebih bertekad untuk menghindari ”segala jalan kepalsuan”.

      Jangan Ikuti ”Orang Banyak”

      3. (a) Mengapa berbahaya mengikuti orang lain jika kita tidak tahu jalan? (b) Prinsip penting apa yang terdapat di Keluaran 23:2?

      3 Sewaktu menempuh perjalanan yang jauh, apa yang Saudara lakukan jika Saudara tidak tahu jalan? Saudara mungkin tergoda untuk mengikuti jalan yang diambil banyak orang. Itu bisa berbahaya. Orang-orang itu mungkin pergi ke tujuan yang berbeda, atau mungkin mereka juga tersesat. Contoh ini membantu kita memahami prinsip yang Yehuwa ajarkan dalam hukum yang Ia berikan kepada orang Israel zaman dahulu. Para hakim dan saksi di pengadilan Israel diperingatkan terhadap bahayanya ”mengikuti orang banyak”. (Baca Keluaran 23:2.) Memang, manusia yang tidak sempurna gampang sekali menyerah kepada tekanan orang banyak sehingga bertindak tidak adil. Tetapi, apakah prinsip untuk tidak mengikuti orang banyak itu hanya berlaku bagi para hakim dan saksi di pengadilan? Tentu tidak.

      4, 5. Tekanan apa yang dihadapi Yosua dan Kaleb? Apa yang membantu mereka menolaknya?

      4 Sebenarnya, tekanan untuk ”mengikuti orang banyak” bisa kita alami hampir setiap saat. Itu bisa muncul secara tak terduga, dan sangat sulit ditolak. Misalnya, pikirkan tekanan yang pernah dihadapi Yosua dan Kaleb. Mereka termasuk di antara 12 mata-mata yang pergi ke Tanah Perjanjian. Sekembalinya dari sana, sepuluh mata-mata memberikan laporan yang membuat orang Israel takut. Mereka bahkan mengatakan bahwa sebagian penduduk negeri itu adalah raksasa keturunan Nefilim, yakni anak-anak dari malaikat pemberontak. (Kej. 6:4) Itu tidak masuk akal. Nefilim telah habis dibinasakan dalam Air Bah berabad-abad sebelumnya, dan mereka tidak mempunyai keturunan. Tetapi, orang Israel percaya kepada kebohongan itu karena iman mereka lemah. Laporan itu segera menyebar. Tidak lama kemudian, kebanyakan orang Israel mulai berpikir bahwa mereka tidak perlu mengikuti petunjuk Yehuwa untuk memasuki Tanah Perjanjian. Dalam situasi demikian, apa yang dilakukan Yosua dan Kaleb?—Bil. 13:25-33.

      5 Mereka tidak mengikuti orang banyak. Meskipun orang-orang Israel tidak senang, kedua pria ini tidak takut memberikan laporan yang benar—padahal mereka diancam akan dilempari batu sampai mati! Mengapa mereka bisa berani? Karena mereka beriman kepada Yehuwa. Orang yang beriman percaya kepada janji Yehuwa dan bukan kepada dusta manusia. Belakangan, kedua pria itu memuji Yehuwa dengan menyatakan bahwa Dia selalu menepati janji-Nya. (Baca Yosua 14:6, 8; 23:2, 14.) Karena Yosua dan Kaleb mengasihi Allah dan percaya kepada-Nya, mereka tidak mau menyakiti hati-Nya hanya demi menyenangkan orang banyak. Jadi, mereka adalah teladan yang bagus bagi kita dewasa ini.—Bil. 14:1-10.

      6. Dalam situasi apa saja kita terdorong untuk mengikuti orang banyak?

      6 Apakah Saudara kadang-kadang ingin mengikuti orang banyak? Dewasa ini, banyak sekali orang yang tidak mengasihi Yehuwa dan mengejek standar-Nya tentang yang baik dan yang salah. Sehubungan dengan hiburan dan rekreasi, mereka punya standar sendiri yang keliru dan mendorong kita untuk menerimanya. Mereka selalu mengatakan bahwa acara televisi, film, dan game komputer yang berbau kekerasan, seks, dan ilmu gaib tidak berbahaya. (2 Tim. 3:1-5) Sewaktu Saudara memilih hiburan dan rekreasi untuk Saudara sendiri dan keluarga, apakah Saudara mengikuti kata-kata orang seperti itu? Tidakkah itu sama saja dengan mengikuti orang banyak?

      7, 8. (a) Bagaimana ”daya pemahaman” kita dilatih, dan mengapa pelatihan itu lebih berguna daripada sekadar mengikuti daftar yang kaku? (b) Mengapa Saudara senang melihat teladan banyak remaja Kristen?

      7 Yehuwa telah memberi kita sesuatu yang sangat berharga untuk membantu kita membuat keputusan, yakni ”daya pemahaman”. Ini adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cermat lalu memilih yang benar dan bukan yang salah. Tetapi, kemampuan ini perlu dilatih melalui ”penerapan”. (Ibr. 5:14) Kita tidak bisa melatihnya jika kita hanya mengikuti kata-kata atau perbuatan orang lain. Kita perlu menggunakan hati nurani kita dan membuat keputusan sendiri. Itulah sebabnya, misalnya, umat Yehuwa tidak diberi daftar film, buku, dan situs Internet yang harus dihindari. Karena dunia ini berubah begitu cepat, kita akan selalu membutuhkan daftar baru. (1 Kor. 7:31) Akibat yang lebih parah lagi adalah kita jadi tidak pernah menggunakan kemampuan yang Yehuwa berikan. Yehuwa ingin agar kita memikirkan masak-masak prinsip Alkitab, berdoa meminta bimbingan-Nya, lalu membuat keputusan berdasarkan prinsip itu.—Ef. 5:10.

      8 Tentu saja, jika kita membuat keputusan yang berdasarkan Alkitab, adakalanya kita tidak disenangi. Seorang remaja Kristen di sekolah mungkin mendapat kesulitan karena teman-temannya selalu menekan dia untuk mengikuti mereka. (1 Ptr. 4:4) Karena itu, patut dipuji bahwa orang Kristen, tua dan muda, meniru iman Yosua dan Kaleb, yang tidak mau mengikuti orang banyak.

      Jangan Ikuti ”Hatimu dan Matamu”

      9. (a) Dalam perjalanan, mengapa berbahaya jika kita hanya mengikuti dorongan hati? (b) Mengapa hukum di Bilangan 15:37-39 cocok untuk umat Allah zaman dahulu?

      9 Bahaya kedua yang akan kita bahas berasal dari diri sendiri. Bayangkan ini: Saudara sedang dalam perjalanan ke suatu tempat. Bagaimana jika Saudara mengabaikan peta yang Saudara bawa dan berbelok ke setiap jalan yang pemandangannya indah? Jelaslah, jika hanya mengikuti dorongan hati, Saudara tidak akan pernah tiba di tujuan. Mengenai hal ini, perhatikan hukum lain yang Yehuwa berikan kepada orang Israel zaman dahulu. (Baca Bilangan 15:37-39.) Banyak orang dewasa ini tidak mengerti mengapa orang Israel harus membubuhkan benang biru dan jumbai pada baju mereka. Dengan menaati hukum itu, umat Allah terbantu untuk tetap berbeda dari bangsa-bangsa kafir di sekitar mereka. Itu sangat penting jika mereka ingin mendapat dan mempertahankan perkenan Yehuwa. (Im. 18:24, 25) Tetapi, ada alasan lain mengapa hukum ini diberikan. Marilah kita bahas alasan itu dan cari tahu lebih banyak tentang bahaya kedua yang dapat menyimpangkan kita.

      10. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan bahwa Ia mengenal baik sifat manusia?

      10 Yehuwa mengatakan, ”Jangan berjalan mengikuti hatimu dan matamu, sebab dengan melakukan hal itu kamu melakukan hubungan amoral.” Itulah alasan di balik hukum tersebut. Yehuwa mengenal baik sifat manusia. Ia tahu bahwa hati kita mudah dipikat melalui apa yang kita lihat. Alkitab memperingatkan, ”Hati lebih licik daripada apa pun juga dan nekat. Siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yer. 17:9) Jadi, apakah Saudara melihat betapa cocoknya peringatan Yehuwa untuk orang Israel? Ia tahu bahwa orang Israel pasti akan melihat bangsa-bangsa kafir, lalu mungkin ingin menjadi seperti mereka. Awalnya, orang Israel mungkin ingin berpenampilan seperti mereka. Lalu, mereka mulai berpikir dan bertindak seperti bangsa-bangsa itu.—Ams. 13:20.

      11. Bagaimana kita bisa tergoda untuk mengikuti mata dan hati kita?

      11 Dewasa ini, hati kita yang licik semakin mudah dipikat oleh apa yang kita lihat. Kita hidup di dunia yang mempermudah kita untuk mengikuti keinginan yang salah. Maka, bagaimana kita bisa menerapkan prinsip di Bilangan 15:39 ini? Coba pikirkan: Jika orang-orang di sekolah, tempat kerja, atau di lingkungan kita mengenakan pakaian yang mengundang pikiran yang amoral, apakah kita akan tergoda? Apakah kita ingin ’mengikuti hati dan mata kita’? Kemudian, mungkinkah kita ingin berpenampilan seperti mereka?—Rm. 12:1, 2.

      12, 13. (a) Apa yang hendaknya kita lakukan jika mata kita cenderung mengembara? (b) Mengapa kita hendaknya tidak melakukan hal-hal yang bisa menggoda orang lain?

      12 Sangat penting bagi kita untuk mengendalikan keinginan. Jika mata kita cenderung mengembara, ingatlah teladan Ayub yang setia, yang membuat perjanjian dengan matanya. Ia bertekad untuk tidak sekali-kali memberikan perhatian romantis kepada wanita yang bukan istrinya. (Ayb. 31:1) Demikian pula, Raja Daud bertekad, ”Aku tidak akan menaruh di depan mataku perkara yang tidak berguna.” (Mz. 101:3) Apa pun yang bisa merusak hati nurani kita yang bersih dan hubungan kita dengan Yehuwa adalah ”perkara yang tidak berguna”. Itu termasuk godaan apa pun yang menarik bagi mata kita dan dapat menggoda hati kita untuk berbuat salah.

      13 Di pihak lain, kita bisa menjadi ”perkara yang tidak berguna” bagi orang lain jika kita melakukan hal-hal yang bisa menggoda mereka untuk memikirkan perbuatan salah. Maka, kita hendaknya memerhatikan nasihat Alkitab untuk mengenakan pakaian yang ditata dengan baik dan bersahaja. (1 Tim. 2:9) Bersahaja berarti tidak hanya memikirkan apa yang kita sukai tetapi juga mempertimbangkan hati nurani orang lain. (Rm. 15:1, 2) Di sidang Kristen, ada banyak remaja yang menjadi teladan dalam hal ini. Betapa bangganya kita kepada mereka karena mereka menolak ’mengikuti hati dan mata mereka’. Mereka memilih untuk lebih menyenangkan Yehuwa dalam segala bidang—termasuk dalam hal berpakaian!

      Jangan Ikuti ”Kesia-siaan”

      14. Peringatan apa yang diberikan Samuel tentang ”kesia-siaan”?

      14 Bayangkan Saudara harus melintasi gurun yang sangat luas. Saudara menyimpang dari jalan karena melihat ada air. Tetapi, ternyata tidak ada apa-apa di sana! Saudara bisa tersesat dan mati! Demikian pula, Yehuwa tahu betul bahwa jika kita memercayai sesuatu yang tidak nyata, itu bisa sangat berbahaya. Perhatikan sebuah contoh. Orang Israel ingin menjadi seperti bangsa-bangsa di sekitar mereka, yang diperintah oleh raja manusia. Keinginan itu adalah dosa serius, karena hal itu berarti mereka menolak Yehuwa sebagai Raja mereka. Meskipun Yehuwa membiarkan mereka memiliki raja manusia, Ia mengutus nabi Samuel untuk menyampaikan peringatan keras agar tidak mengejar ”kesia-siaan”.—Baca 1 Samuel 12:21.

      15. Orang Israel mengejar kesia-siaan. Apa saja yang mereka lakukan?

      15 Apakah orang-orang itu mengira bahwa raja manusia lebih nyata, lebih dapat diandalkan, daripada Yehuwa? Jika begitu, mereka benar-benar mengejar kesia-siaan! Dan, itu bisa membuat mereka mengejar lebih banyak hal yang sia-sia yang disodorkan Setan. Raja manusia bisa dengan mudah membuat mereka menyembah berhala. Penyembah berhala mengira bahwa mereka bisa mengandalkan allah-allah yang terbuat dari kayu atau batu karena bisa dilihat dan disentuh. Mereka tidak percaya kepada Allah Yehuwa yang tidak kelihatan. Tetapi, rasul Paulus mengatakan bahwa berhala ”tidak ada artinya”. (1 Kor. 8:4) Mereka tidak dapat melihat, mendengar, berbicara, atau bertindak. Jika kita mengandalkannya, kita mengejar kesia-siaan, dan akhirnya binasa.—Mz. 115:4-8.

      16. (a) Bagaimana Setan menggoda banyak orang dewasa ini untuk mengejar kesia-siaan? (b) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan Yehuwa, harta materi itu kesia-siaan?

      16 Sampai sekarang pun Setan masih lihai dalam membujuk orang untuk mengejar kesia-siaan. Misalnya, ia telah meyakinkan banyak orang untuk mengejar harta materi yang katanya dapat memberikan keamanan. Uang, harta benda, dan pekerjaan yang bergaji tinggi kelihatannya menguntungkan. Namun, apa gunanya kekayaan ketika kita sakit parah, ketika ekonomi hancur, atau ketika bencana melanda? Apa artinya kekayaan ketika orang merasa batinnya kosong, kehilangan tujuan hidup? Apa gunanya kekayaan sewaktu kita akan mati? Uang dan materi tidak dapat memberikan apa yang kita butuhkan untuk bahagia, tidak dapat menyelamatkan kita dari penyakit dan kematian. Kekayaan tidak nyata, cuma ”kesia-siaan”. (Ams. 23:4, 5) Allah kita, Yehuwa, jauh lebih nyata! Hanya dengan memiliki hubungan yang akrab dengan Dia-lah kita dapat bahagia dan aman. Betapa berharganya berkat ini! Maka, jangan sekali-kali meninggalkan Dia demi mengejar kesia-siaan.

      17. Apa tekad kita sehubungan dengan berbagai bahaya yang telah kita bahas?

      17 Tidakkah kita senang memiliki Yehuwa sebagai Teman dan Pembimbing kita dalam perjalanan menuju kehidupan abadi? Jika kita terus memerhatikan peringatan-Nya yang pengasih terhadap tiga bahaya tadi​—orang banyak, hati kita sendiri, dan kesia-siaan—​kita akan lebih pasti sampai di tujuan. Dalam artikel berikut, kita akan membahas tiga peringatan lagi yang Yehuwa berikan. Ini akan mendorong kita untuk membenci dan menghindari ”jalan kepalsuan”.​—Mz. 119:128.

  • Maukah Saudara Mengindahkan Peringatan Yehuwa?
    Menara Pengawal—2011 | 15 Juli
    • Maukah Saudara Mengindahkan Peringatan Yehuwa?

      ”Inilah jalan. Berjalanlah mengikutinya, hai, kamu sekalian.”​—YES. 30:21.

      1, 2. Setan bertekad untuk melakukan apa, dan bagaimana Firman Allah membantu kita?

      SEBUAH tanda yang menunjuk ke arah yang salah tidak hanya menyesatkan tetapi juga berbahaya. Bayangkan seorang teman memperingatkan Saudara bahwa ada orang jahat yang telah dengan sengaja mengubah tanda itu untuk mencelakakan orang. Tidakkah Saudara akan mengindahkan peringatan itu?

      2 Setan adalah musuh jahat yang bertekad untuk menyesatkan kita. (Pny. 12:9) Semua bahaya yang telah dibahas di artikel sebelumnya dibuat olehnya dan dimaksudkan untuk menyimpangkan kita dari jalan menuju kehidupan abadi. (Mat. 7:13, 14) Syukurlah, Allah kita yang baik memperingatkan kita untuk tidak mengikuti ’tanda jalan’ yang menyesatkan dari Setan. Sekarang, mari kita bahas tiga bahaya lagi yang digunakan Setan. Sewaktu membaca Alkitab, kita dapat membayangkan bahwa Yehuwa sedang berjalan di belakang kita dan menunjukkan arah yang benar, dengan mengatakan, ”Inilah jalan. Berjalanlah mengikutinya, hai, kamu sekalian.” (Yes. 30:21) Dengan merenungkan peringatan yang jelas ini, kita akan semakin bertekad untuk mengindahkannya.

      Jangan Ikuti ”Guru-Guru Palsu”

      3, 4. (a) Mengapa guru-guru palsu mirip sumur yang kering? (b) Dari mana asal guru-guru palsu? Apa tujuan mereka?

      3 Bayangkan Saudara sedang menempuh perjalanan di gurun yang kering. Saudara melihat sebuah sumur di kejauhan dan pergi ke sana, karena ingin memuaskan dahaga. Tetapi, setibanya di sana, ternyata sumur itu kering. Betapa kecewanya Saudara! Guru-guru palsu mirip sumur kering itu. Orang yang datang kepada mereka untuk mendapatkan air kebenaran akan sangat kecewa. Yehuwa melalui rasul Paulus dan rasul Petrus memperingatkan kita terhadap guru-guru palsu itu. (Baca Kisah 20:29, 30; 2 Petrus 2:1-3.) Siapakah mereka? Kata-kata kedua rasul itu memberi tahu kita dari mana asal guru-guru palsu itu dan cara mereka menipu orang.

      4 Kepada para penatua di sidang Efesus, Paulus mengatakan, ”Dari antara kamu sendiri akan muncul pria-pria yang membicarakan perkara-perkara yang belat-belit.” Petrus menulis kepada rekan-rekan Kristen-nya, ”Akan ada juga guru-guru palsu di antara kamu.” Jadi, dari mana asal mereka? Mereka bisa muncul dari dalam sidang. Mereka adalah orang murtad.a Apa yang mereka inginkan? Mereka tidak puas hanya dengan meninggalkan organisasi. Tujuan mereka, seperti kata Paulus, adalah ”untuk menjauhkan murid-murid agar mengikuti mereka”. Bukannya membuat murid sendiri, orang murtad berupaya membawa murid-murid Kristus bersama mereka. Seperti ”serigala-serigala yang menindas”, guru-guru palsu berupaya melahap para anggota sidang, menghancurkan iman mereka dan menjauhkan mereka dari kebenaran.—Mat. 7:15; 2 Tim. 2:18.

      5. Cara apa saja yang digunakan guru-guru palsu?

      5 Bagaimana cara kerja guru-guru palsu? Metode mereka sangat licik. Seperti penyelundup, orang murtad ’dengan diam-diam membawa masuk’ gagasan yang merusak. Dan, sama seperti pembuat dokumen palsu, orang murtad menggunakan ”kata-kata yang memperdayakan”, atau argumen-argumen yang keliru, dan membuatnya seolah-olah benar. Mereka menyebarkan ”ajaran palsu”, dan ”memutarbalikkan Tulisan-Tulisan Kudus” agar sesuai dengan gagasan mereka. (2 Ptr. 2:1, 3, 13; 3:16) Jelaslah, orang murtad tidak peduli kepada kita. Jika kita mengikuti mereka, kita akan tersimpangkan dari jalan menuju kehidupan abadi.

      6. Alkitab memberi kita nasihat yang jelas apa tentang guru-guru palsu?

      6 Bagaimana kita dapat melindungi diri dari guru-guru palsu? Alkitab memberikan nasihat yang jelas tentang cara menghadapi mereka. (Baca Roma 16:17; 2 Yohanes 9-11.) ”Hindarilah mereka,” kata Firman Allah. Terjemahan lain mengatakan, ”Jauhilah mereka.” Katakanlah seorang dokter menyuruh Saudara menghindari orang yang terkena penyakit menular yang mematikan. Peringatannya jelas, dan Saudara pasti akan segera mengindahkannya. Orang murtad ”sakit secara mental”, dan mereka berupaya menulari orang lain dengan ajaran mereka. (1 Tim. 6:3, 4) Yehuwa, seperti dokter itu, dengan jelas memperingatkan kita untuk menghindari mereka. Tetapi, apakah kita bertekad untuk mengindahkannya?

      7, 8. (a) Apa yang harus kita lakukan untuk menghindari guru-guru palsu? (b) Mengapa Saudara bertekad untuk mengambil tindakan tegas ini?

      7 Apa yang harus kita lakukan untuk menghindari guru-guru palsu? Kita tidak mengundang mereka ke rumah kita atau menyapa mereka. Kita juga tidak mau membaca bacaan mereka, menonton mereka di televisi, melihat-lihat situs Web mereka, atau mengomentari apa yang mereka tulis di situ. Mengapa kita mengambil tindakan tegas seperti itu? Karena kita mengasihi ”Allah kebenaran”. Kita tidak tertarik dengan ajaran-ajaran mereka yang menyimpang dari Firman kebenaran. (Mz. 31:5; Yoh. 17:17) Kita juga mengasihi organisasi Yehuwa, yang telah mengajar kita kebenaran-kebenaran yang menakjubkan—termasuk nama Yehuwa dan maknanya, tujuan Allah untuk bumi, keadaan orang mati, dan harapan kebangkitan. Ingatkah Saudara betapa bahagianya Saudara ketika pertama kali mendengar tentang berbagai kebenaran yang berharga ini? Jadi, buat apa membiarkan dusta guru-guru palsu menyimpangkan Saudara dari organisasi yang telah mengajarkan kebenaran-kebenaran itu?—Yoh. 6:66-69.

      8 Tidak soal apa yang dikatakan guru-guru palsu, kita tidak akan mengikuti mereka! Buat apa pergi ke sumur kering itu jika kita hanya akan ditipu dan dikecewakan? Sebaliknya, marilah kita bertekad untuk tetap loyal kepada Yehuwa dan organisasi-Nya yang selalu memuaskan dahaga kita dengan air kebenaran yang murni dan menyegarkan dari Firman Allah.—Yes. 55:1-3; Mat. 24:45-47.

      Jangan Ikuti ”Cerita Bohong”

      9, 10. Paulus memberikan peringatan apa kepada Timotius tentang ”cerita bohong”? Apa yang Paulus maksudkan dengan ”cerita bohong”? (Lihat juga catatan kaki.)

      9 Tanda jalan yang telah diubah sehingga menunjuk ke arah yang salah terkadang mudah diketahui tetapi terkadang sulit. Demikian pula dengan dusta Setan. Jika kita tidak berhati-hati, kita bisa tertipu. Rasul Paulus memperingatkan kita terhadap salah satu dusta Setan, yakni ”cerita bohong”. (Baca 1 Timotius 1:3, 4.) Agar kita tidak disimpangkan dari jalan menuju kehidupan, kita perlu tahu apa saja cerita bohong itu, dan bagaimana cara menghindarinya.

      10 Peringatan Paulus terhadap cerita bohong terdapat dalam suratnya yang pertama kepada Timotius, seorang pengawas Kristen yang ditugasi untuk menjaga kemurnian sidang dan membantu rekan-rekan seiman tetap setia. (1 Tim. 1:18, 19) Paulus menggunakan kata Yunani yang dapat memaksudkan cerita khayalan, dongeng, atau dusta. Menurut The International Standard Bible Encyclopaedia, kata ini memaksudkan ”cerita (keagamaan) yang tidak sesuai dengan kenyataan”. Mungkin Paulus memaksudkan dusta keagamaan yang berasal dari dongeng kuno dan cerita yang membuat orang penasaran.b Cerita seperti itu hanya ”menghasilkan pertanyaan-pertanyaan untuk penelitian”, artinya membuat orang bertanya-tanya dan menghabiskan waktu untuk menemukan jawabannya. Setan menggunakan cerita karangan dan dusta agama agar orang tersimpangkan. Nasihat Paulus jelas: Jangan perhatikan cerita bohong!

      11. Bagaimana Setan memanfaatkan agama palsu untuk menyesatkan orang? Peringatan apa yang hendaknya kita perhatikan?

      11 Apa saja cerita bohong yang bisa menyimpangkan orang yang tidak waspada? Pada dasarnya, ungkapan ”cerita bohong” bisa berlaku untuk dusta keagamaan apa pun yang dapat memalingkan kita ”dari kebenaran”. (2 Tim. 4:3, 4) Setan, yang berpura-pura menjadi ”malaikat terang”, telah memanfaatkan agama palsu untuk menyesatkan orang. (2 Kor. 11:14) Dengan berkedok Kekristenan, gereja-gereja mengajarkan doktrin-doktrin yang sarat dengan kepalsuan—termasuk Tritunggal, api neraka, dan jiwa tak berkematian. Banyak orang mengira bahwa Natal dan Paskah menyenangkan Allah, padahal itu semua berakar pada dongeng dan kekafiran. Dengan mengindahkan peringatan Allah untuk memisahkan diri dan ’berhenti menyentuh perkara yang najis’, kita tidak akan disesatkan oleh cerita bohong.—2 Kor. 6:14-17.

      12, 13. (a) Dusta apa saja yang digembar-gemborkan Setan? Tetapi, apa kebenarannya? (b) Bagaimana caranya agar kita tidak disesatkan oleh cerita bohong Setan?

      12 Setan telah menggunakan dusta-dusta lain yang dapat menyesatkan kita jika kita tidak berhati-hati. Perhatikan beberapa contoh. Apa pun boleh—benar atau salah, kitalah yang menentukan. Gagasan ini digembar-gemborkan di media dan hiburan. Karena kita sering mendengar pandangan demikian, mudah bagi kita untuk berpikir seperti itu dan mengikuti gagasan yang amoral. Kebenarannya, kita sangat membutuhkan bimbingan Allah untuk menentukan apa yang benar dan yang salah. (Yer. 10:23) Allah tidak bakal turun tangan dalam urusan di bumi. Karena dipengaruhi oleh gaya hidup yang hanya memikirkan hari ini dan bermasa bodoh akan masa depan, kita bisa menjadi ”tidak aktif ataupun tidak berbuah”. (2 Ptr. 1:8) Kebenarannya, hari Yehuwa mendekat dengan sangat cepat, dan kita harus terus menantikannya. (Mat. 24:44) Allah tidak peduli kepada kita masing-masing. Jika kita memercayai dusta Setan ini, kita bisa menyerah karena merasa bahwa kita tidak akan pernah layak untuk dikasihi oleh Allah. Kebenarannya, Yehuwa mengasihi dan menghargai setiap hamba-Nya.—Mat. 10:29-31.

      13 Kita harus terus waspada, karena cara berpikir dan sikap yang ada di dunia Setan ini mungkin tampaknya benar. Namun, ingatlah bahwa Setan itu penipu ulung. Hanya dengan mengindahkan nasihat dan pengingat dari Firman Allah, kita tidak akan disesatkan oleh ”cerita bohong yang dirancang dengan licik [”dongeng-dongeng isapan jempol manusia”, Bahasa Indonesia Masa Kini]”.—2 Ptr. 1:16.

      Jangan ’Ikuti Setan’

      14. Peringatan apa yang Paulus berikan kepada janda-janda yang lebih muda? Mengapa kita semua perlu memerhatikan peringatan itu?

      14 Bayangkan ada tanda jalan yang bertuliskan ”Jalan Setan”. Pasti tidak ada yang mau berbelok ke jalan itu. Tetapi, menurut Paulus, ada orang Kristen sejati yang bisa ”disimpangkan untuk mengikuti Setan”. (Baca 1 Timotius 5:11-15.) Kata-kata Paulus ditujukan kepada ”janda-janda yang lebih muda”, tetapi prinsipnya bisa berlaku bagi kita semua. Para wanita Kristen di abad pertama itu mungkin tidak mengira bahwa mereka sedang mengikuti Setan, tetapi tindakan mereka menunjukkan hal itu. Bagaimana kita dapat menjaga diri agar tidak mengikuti Setan secara tidak sadar? Mari kita periksa peringatan Paulus terhadap gosip yang berbahaya.

      15. Apa yang Setan inginkan, dan apa saja taktik Setan yang Paulus sebutkan?

      15 Setan tidak mau kita membicarakan iman kita. Ia ingin kita berhenti memberitakan kabar baik. (Pny. 12:17) Untuk itu, ia mencoba menyibukkan kita dengan kegiatan yang membuang waktu dan yang bisa memecah belah kita. Perhatikan beberapa taktik Setan yang Paulus sebutkan. ”Tidak mempunyai kesibukan, berkeluyuran ke rumah-rumah.” Di era teknologi ini, mudah bagi kita untuk membuang-buang waktu kita dan waktu orang lain dengan, misalnya, membaca dan mengirimkan e-mail yang tidak penting dan bahkan tidak benar. ”Suka bergosip.” Gosip yang berbahaya dapat berubah menjadi fitnah, yang sering kali menimbulkan pertengkaran. (Ams. 26:20) Entah kita menyadarinya atau tidak, pemfitnah meniru Setan Si Iblis.c ”Mencampuri urusan orang lain.” Kita tidak berhak memberi tahu orang lain caranya mengurus hal-hal pribadi mereka. Semua perilaku yang membuang waktu dan mengganggu seperti itu dapat menyimpangkan kita dari tugas memberitakan Kerajaan. Jika kita tidak lagi dengan aktif mendukung pekerjaan Yehuwa, kita mulai mengikuti Setan. Tidak ada jalan tengah.—Mat. 12:30.

      16. Nasihat apa saja yang hendaknya kita perhatikan agar tidak ”disimpangkan untuk mengikuti Setan”?

      16 Jika kita mengindahkan nasihat Alkitab, kita tidak akan ”disimpangkan untuk mengikuti Setan”. Perhatikan beberapa nasihat Paulus yang bijaksana. Miliki ”banyak hal untuk dilakukan dalam pekerjaan Tuan”. (1 Kor. 15:58) Dengan terus sibuk dalam kegiatan Kerajaan, kita tidak akan punya waktu untuk hal-hal yang tidak penting. (Mat. 6:33) Bicarakan ’apa yang baik untuk membangun’. (Ef. 4:29) Bertekadlah untuk tidak mendengarkan gosip yang berbahaya dan tidak menyebarkannya.d Kita harus memercayai dan merespek rekan seiman. Dengan begitu, kita akan membicarakan hal-hal yang membina, bukan yang membinasakan. ’Tetapkan tujuan untuk memerhatikan urusanmu sendiri.’ (1 Tes. 4:11) Perlihatkan minat pribadi kepada orang lain, tetapi lakukanlah itu dengan respek. Ingatlah bahwa ada hal-hal yang sifatnya pribadi. Kita juga hendaknya tidak memaksakan pandangan pribadi kepada orang lain mengenai masalah yang harus mereka putuskan sendiri.—Gal. 6:5.

      17. (a) Mengapa Yehuwa memperingatkan kita terhadap apa yang tidak boleh diikuti? (b) Apa tekad Saudara?

      17 Betapa bersyukurnya kita karena Yehuwa dengan jelas memberi tahu kita apa yang tidak boleh diikuti! Namun, jangan pernah lupa bahwa peringatan Yehuwa yang dibahas dalam artikel ini dan artikel sebelumnya diberikan karena Ia sangat mengasihi kita. Ia ingin kita terbebas dari kesengsaraan dan kepedihan yang bisa kita alami jika kita mengikuti ’tanda jalan’ yang menyesatkan dari Setan. Jalan yang Yehuwa ingin kita tempuh mungkin sempit, tetapi itu membawa kita ke tujuan yang terbaik, yakni kehidupan abadi. (Mat. 7:14) Semoga tekad kita tidak pernah goyah untuk mengindahkan peringatan Yehuwa, ”Inilah jalan. Berjalanlah mengikutinya.”—Yes. 30:21.

      [Catatan Kaki]

      a Orang murtad adalah orang yang memberontak terhadap ibadat sejati lalu meninggalkannya.

      b Misalnya, buku Tobit (Tobia), yang dikira orang adalah bagian dari Alkitab, yang ditulis sekitar abad ketiga SM dan dengan demikian sudah ada pada zaman Paulus, sarat dengan takhayul dan dongeng tentang ilmu gaib, yang penuh dengan khayalan tetapi ditampilkan seolah-olah benar.​—Lihat Pemahaman Alkitab, Jilid 1, halaman 162.

      c Kata Yunani untuk ”iblis” adalah di·aʹbo·los, yang berarti ”pemfitnah”. Kata ini digunakan sebagai salah satu gelar untuk Setan, bapak fitnah.​—Yoh. 8:44; Pny. 12:9, 10.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan