-
Saya Selamat dari Tenggelamnya Kapal ”Bismarck”Sedarlah!—1987 (No. 23) | Sedarlah!—1987 (No. 23)
-
-
Saya Selamat dari Tenggelamnya Kapal ”Bismarck”
SUATU kobaran api yang besar sekali melanda buritan kapal perang Inggris Hood. Kemudian gumpalan api menyapu setinggi lebih dari tiga ratus meter, mengeluarkan banyak asap yang pekat. Seraya asap bertambah dan bertebaran ke atas, pijaran puing-puing kapal jatuh ke dalam laut.
Sewaktu langit menjadi cerah, tidak ada yang tersisa dari kapal perang Inggris Hood yang berbobot mati 42.000 ton, kebanggaan Angkatan Laut Kerajaan. Sebuah peluru dari kapal perang Jerman Bismarck telah menghantam tempat penyimpanan amunisi. Maka, pada jam enam pagi tanggal 24 Mei 1941, di lepas pantai Eslandia, lebih dari 1.400 pelaut Inggris tenggelam, dan hanya 3 selamat.
Tidak peduli kawan atau lawan, siapapun yang menyaksikan kejadian yang mengerikan ini tidak mungkin tetap tak acuh. Memang, awak kapal Bismarck, tempat saya mengepalai meriam penangkis serangan kapal udara, gembira atas kemenangan itu. Tetapi, saya melihat bahwa beberapa pelaut di dekat saya menitikkan air mata ketika kapal Inggris itu tenggelam. Mereka dapat turut merasakan nasib rekan-rekan pelaut yang tewas.
”Bismarck” Diserang
Malam hari tanggal 18 Mei kami telah meninggalkan Gotenhafen, sekarang pelabuhan Baltik dari Gdynia, di Polandia. Iringan kapal kami dalam misi untuk menyerang kapal dagang Sekutu di Atlantik Utara. Ini adalah bagian dari ”Operation Rheinübung”, atau Latihan Rhineland, yang telah disusun oleh Departemen Angkatan Laut Jerman.
Laksamana dari Armada Lütjens yang memimpin misi kami. Kapal benderanya adalah kebanggaan Angkatan Laut Jerman, salah satu kapal perang yang paling kuat, Bismarck. Bobot mati kapal itu lebih dari 50.000 ton dan ada lebih dari 2.000 orang awak kapal. Karena tahu bahwa kami telah memasuki Atlantik Utara, beberapa hari kemudian kapal-kapal Inggris berangkat untuk mencegat Bismarck.
Ketika kami menenggelamkan kapal Hood pada tanggal 24 Mei, setiap kapal Inggris yang ada dikerahkan untuk menenggelamkan kapal Bismarck. Malam itu kapal induk Inggris Victorious melancarkan serangan pesawat udara yang menjatuhkan torpedo. Saya bertugas mengepalai meriam penangkis serangan udara berdiameter 20 milimeter yang letaknya menghadap haluan sebelah kanan. Sampai hari ini saya masih dapat membayangkan pesawat-pesawat udara Inggris itu meluncur tepat di atas laut, berhadapan langsung dengan senjata api kami yang kuat. Sebuah torpedo menimpa kami tetapi hanya mengakibatkan sedikit kerusakan. Kami berhasil meloloskan diri selama lebih dari 30 jam.
Tetapi, pada pagi hari tanggal 26 Mei, sebuah pesawat pengintai Inggris Catalina kembali menemukan kami. Kapal induk Inggris Ark Royal mengirim dua gelombang serangan udara yang meluncurkan 13 torpedo kepada kami. Kali ini Bismarck dihantam oleh dua dari antaranya, salah Satunya mengakibatkan kerusakan berat pada kemudi. Akibatnya, kami kehilangan kendali dan mulai berputar-putar dalam lingkaran yang luas. Walaupun demikian, saya yakin tidak akan terjadi hal yang serius atas kami. Tetapi jam-jam berikutnya membuktikan saya salah.
”Bismarck”—Sasaran Empuk
Pada pagi hari tanggal 27 Mei, kami dikepung oleh kapal-kapal perang Inggris. Mereka menembak, benar-benar menghujani maut dan kemusnahan. Paling sedikit ada delapan torpedo dan beberapa ratus peluru yang menghantam kami. Walaupun sudah tidak berdaya, Bismarck masih berkeras tetap terapung.
Keadaan dalam kapal sangat menyedihkan. Sekoci penyelamat tidak dapat digunakan, karena telah sangat rusak oleh peluru dan serangan udara yang datang bertubi-tubi. Seluruh bagian geladak hancur sama sekali. Logam berserakan di mana-mana. Asap yang gelap semakin banyak datang dari lubang yang ternganga di geladak. Api berkecamuk tanpa kendali. Di mana-mana tergeletak orang mati dan orang yang terluka.
Perintah diberikan untuk meninggalkan kapal. Orang yang selamat berdesak-desak menuju bagian belakang kapal, baju pelampung dan tali pengaman terikat kuat. Saya berada di antara orang-orang yang melompat ke dalam laut, dengan angin di belakang sehingga kami tidak terlempar ombak ke lambung kapal. Begitu berada dalam laut, satu-satunya pikiran kami hanyalah untuk berenang secepat mungkin menjauhi kapal agar tidak ikut terhisap sewaktu kapal secara perlahan tenggelam dan akhirnya lenyap.
-
-
Saya Selamat dari Tenggelamnya Kapal ”Bismarck”Sedarlah!—1987 (No. 23) | Sedarlah!—1987 (No. 23)
-
-
Tubuh saya membengkak sekali setelah tiga hari di laut. Saya diijinkan pulang, dan dalam perjalanan pulang ke Jerman, saya diberitahu bahwa hanya 110 dari lebih 2.000 awak kapal Bismarck yang hidup.
-